Cohort Retrospective

4
Sebagian besar pasien (30/33,91%) telah didokumentasikan mempunyai ANC <1.5 X 10 9 pada setidaknya satu hari pengobatan kemoterapi. Pada sebagian besar pasien (24/33. 73 %), hal ini terjadi sedini siklus 1B. Mengeksklusikan siklus 1A, median dari hitung neutrophil pada hari pengobatan adalah 1.2 x 10 9 /L, median dari hemoglobin dalah 128 g/L dan median hitung platelet adalah 287 x 10 9 /L. Setengah dari pengobatan kemoterapi (185/327) diberikan dengan ANC <1.5 X 10 9 /L, dan sepertiga (118 dosis) pada saat pasien mempunyai neutropenia grade 3. Frekuensi dari neutropenia grade 3 dan 4 oleh siklus kemoterapi ditunjukkan pada gambar 1. Tidak ada dosis kemoterapi yang dikurangi karena neutropenia. Satu siklus dari kemoterapi ditunda untuk neutropenia, tetapi hal itu terjadi karena sebuah kesalahan, yaitu miskomunikasi antara dokter on-call dan farmasi kemoterapi. Intensitas dosis mean relatif adalah 99.9%, 95.9%, 97.6%, dan 99.9% untuk adriamyucin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine, secara berturut-turut, sepanjang semua siklus yang diberikan. Intensitas median dosis relatif adalah 100% untuk semua obat pada semua siklus. Interval median dosis relatif adalah 14 hari dan densitas interval dosis adalah 93%. Dua pasien mengembangkan gejala dari neurotoksisitas vinblastine, setelah siklus 2A dan 3B, secara berturut-turut, dan menerima vinblastine dengan pengurangan dosis 50% untuk sepanjang sisa pengobatan. Dua epsidoe FN telah diamati. Yang pertama terjadi pada pria berusia 60 tahun dengan penyakit tahap IIIA, 10 hari setelah pemberian siklus 3B dari ABVD. Hitung neutrophil pasien tersebut pada hari menerima siklus 3B adalah 0.2 x 10 9 /L. Pasien tersebut menerima antibiotic intravena selama 48 jam di rumah sakit, dan dipulangkan dengan antibiotic oral. Tidak ada organsime kausatif teridentifikasi. Pasien tersebut mendapatkan semua siklus subsekuan dengan profilaksis

description

sss

Transcript of Cohort Retrospective

Page 1: Cohort Retrospective

Sebagian besar pasien (30/33,91%) telah didokumentasikan mempunyai ANC <1.5 X 109 pada setidaknya

satu hari pengobatan kemoterapi. Pada sebagian besar pasien (24/33. 73 %), hal ini terjadi sedini siklus

1B. Mengeksklusikan siklus 1A, median dari hitung neutrophil pada hari pengobatan adalah 1.2 x 10 9/L,

median dari hemoglobin dalah 128 g/L dan median hitung platelet adalah 287 x 109/L. Setengah dari

pengobatan kemoterapi (185/327) diberikan dengan ANC <1.5 X 109/L, dan sepertiga (118 dosis) pada

saat pasien mempunyai neutropenia grade 3. Frekuensi dari neutropenia grade 3 dan 4 oleh siklus

kemoterapi ditunjukkan pada gambar 1. Tidak ada dosis kemoterapi yang dikurangi karena neutropenia.

Satu siklus dari kemoterapi ditunda untuk neutropenia, tetapi hal itu terjadi karena sebuah kesalahan,

yaitu miskomunikasi antara dokter on-call dan farmasi kemoterapi. Intensitas dosis mean relatif adalah

99.9%, 95.9%, 97.6%, dan 99.9% untuk adriamyucin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine, secara

berturut-turut, sepanjang semua siklus yang diberikan. Intensitas median dosis relatif adalah 100% untuk

semua obat pada semua siklus. Interval median dosis relatif adalah 14 hari dan densitas interval dosis

adalah 93%. Dua pasien mengembangkan gejala dari neurotoksisitas vinblastine, setelah siklus 2A dan

3B, secara berturut-turut, dan menerima vinblastine dengan pengurangan dosis 50% untuk sepanjang sisa

pengobatan.

Dua epsidoe FN telah diamati. Yang pertama terjadi pada pria berusia 60 tahun dengan penyakit tahap

IIIA, 10 hari setelah pemberian siklus 3B dari ABVD. Hitung neutrophil pasien tersebut pada hari

menerima siklus 3B adalah 0.2 x 109/L. Pasien tersebut menerima antibiotic intravena selama 48 jam di

rumah sakit, dan dipulangkan dengan antibiotic oral. Tidak ada organsime kausatif teridentifikasi. Pasien

tersebut mendapatkan semua siklus subsekuan dengan profilaksis sekunder G-CSF, dan tidak

mengembangkan episode lanjut dari FN. Episode kedua terjadi pada wanita berusia 76 tahun 8 hari

setelah pemberian siklus 3A. Hitung neutrophil pasien tersebut pada hari meneruma siklus 3A adalah

3.0x109/L. Pasien tersebut dirawat di rumah sakit umum dan diobati dengan antibiotic intravena. Tidak

ada sumber infeksius ditemukan. Mempertimbangkan bahwa pasien tersebut menderita penyakit dengan

tahap terbatas (Tahap IIA), dan kesulitan dalam mentolerasi kemoterapinya, sebuah keputusan dibuat

untuk menghentikan kemoterapinya dan dilanjutkan ke terapi radiasi. Dengan catatan, dua dari 5 pasien

(40%) berusia 60 tahun atau lebih mengembangkan FN, dibandingkan dengan 28 pasien berusia kurang

dari 60 tahun (p = 0.019) tidak ada yang mengembangkan FN

Pasien dalam penelitian kohort retrospektif menerima total sebanyak 927 dosis pengobatan ABVD. Enam

puluh lima pasien (73%) menjadi menderita neutropenia, dan 64 pasien (71%) mengalami penundaan

dosis karena menderita neutropenia. Sbeagian besar dari penundaan ini terjadi pada saat siklus 1B (78%).

Delapan puluh satu pasien (91%) menerima support growth factor (78 dengan Neupogen, 2 dengan

Neulasta, dan 1 dengan Neulasta dan Neupogen). Sebanyak total lima pasien (6%) mengalami FN, dan

Page 2: Cohort Retrospective

insidensi dari FN adalah 0.5% (lima episode/927 rangkaian kemoterapi). Empat episode dari FN terjadi

pada pasien berusia ≥60 tahun (18%), sedangkan hanya satu terjadi pada pasien berusia kurang dari 60

tahun (1.6%, p = 0.014). Belomycin tidak dilanjutkan pada 17 pasien didikarenakan kemungkinan BLT.

Seperti yang telah ditunjukkan pada table 2, walaupun insidensi dari neutropenia (ANC<1.5X109/L) pada

saat pemberian kemoterapi lebih tinggi signifikan pada kelompok prospectif yang diobati tanpa G-CSF

rutin dibandingkan dengan kohort retrospektif historikal (53% vs 2% dari hari-hari pengobatan, p<0.001),

tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada jumlah pasien yang mengalami FN (2/33 [6%] vs 5/89

[6%]), ataupun pada jumlah FN secara umum, yang menjadi komplikasi 2/327 (0.6%) vs 5/927 (0.5%)

pasien dengan pengobatan kemoterapi. Selebihnya, pasien yang mendapat penundaan pemberian

kemoterapi lebih dari 3 hari dalam prospektif lebih sedikit dibandingkan dengan kohort retrospektif (7.8%

vs 13.7%, p = 0.01). Tidak ditemukan perbedaan signifikan dari respon terhadap terapi antara pasien

penelitian dan kontrol historical. Sebuah respon lenkap (Complete Response [CP]) atau complete

response unconfirmed (CRu) telah mencapai 79% dari pasien pada grup penelitian dan 80% dari kontrol

historical. Waktu median follow-up untuk kelompok kohort prospektif dan retrospektif adalah 19 bulan

(range 10-29 bulan) dan 23 bulan (range 3-53 bulan), secara berturut-turut. Untuk kelompok

retrospective, survival keseluruhan adalah 94% dan survival tanpa progresi adalah 81%.

Di antara kohort prospektif, hanya satu episode dari BLT yang secara definitive didokumentasikan, yaitu

seorang pria berusia 56 tahun dengan penyakit tahap IIA setelah siklus 4B dari ABVD. Pasien tersebut

menunjukkan sebuah batuk non-produktif dan sesak nafas saat pengerahan tenaga. X-Ray dan CT dari

thorax menunjukkan peningkatan marking interstitial dan penyakit patchy airspace pada daerah atas paru

secara bilateral. Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan sedikit pengurangan yang terisolasi dari kapasitas

difusi, dengan DLCO 55 %. Pasien tersebut diobati dengan prednisone dan menerima sisa dari

kemoterapinya tanpa bleomycin. Tiga pasien lainnya menerima dosis bleomycin yang dikurangi untuk

satu atau lebih pengobatan karena gejala yang kemungkinan adalah BLT, yang kemudian dikaitkan

dengan sebab lain. Pada satu pasien, terdapat suatu infoltrasi limfomatosa pada parenkima paru yang

dibuktikan dengan biopsy dan kemudian melanjutkan kemoterapi. Pada pasien kedua, bleomycin

diteruskan setelah PFT, X-ray dan CT scan yang normal. Pada pasien ketiga, Bleomycin diteruskan

setelah PFT menunjukkan keterbatasan airflow yang ringan dan penurunan kapasitas difusi yang ringan

(DLCO 67 %), di dalam konteks sejarah merokok 25 tahun. Prosentase dari BLT secara signifikan lebih

rendah pada kelompok kohort prospektif dibandingkan dengan kohort retrospektif (3% vs 19%, p= 0.04).

Patut juga dicatat bahwa 17 pasien dari kohort retrospektif yang diduga menjadi mengembangkan BLT,

16 (94%) sedang mendapatkan G-CSF.

Page 3: Cohort Retrospective

Biaya hipotetikal untuk mengobati 33 pasien pada kohort prospektif dengan profilaksis G-CSF rutin

untuk neutropenia adalah $347.546. Biaya sebenarnya dari pemberian G-CSF adalah $9.577 untuk satu

pasien yang mengembangkan FN (pasien kedua yang mengembangkan FN tidak melanjutkan kemoterapi

setelah episode FN). Biaya yang dihemat karena menghilangkan G-CSF rutin adalah $337.969, atau

$10.241 per pasien