Coal-Bed-Methane.docx

download Coal-Bed-Methane.docx

of 18

Transcript of Coal-Bed-Methane.docx

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    1/18

    COAL BED METHANE (CBM)

    A. Pendahuluan

    CBM adalah gas metana (gas alam) yang dihasilkan selama proses

    pembatubaraan dan terperangkap dalam batubara. CBM dikenal juga sebagai sweet

    gas, karena sedikitnya kandungan sulfur (dalam bentuk hidrogen sulfida). Gas

    metana ini terperangkap dalam batubara itu sendiri dan juga air yang ada didalam

    ruang pori-porinya. Porositas matriks umumnya mengacu pada ukuran cleat (retakan

    sepanjang batubara), dan bukan porositas batubara tersebut. Porositas ini umumnya

    sangat rendah jika dibandingkan cekungan tradisional (kurang dari 3%). Sumur-sumur

    CBM pada fase awal akan memproduksi air untuk beberapa bulan dan kemudian

    sejalan dengan penurunan produksi air, produksi gas metana akan meningkat karena

    suatu proses dewateringdapat menurunkan tekanan pada batubara dan akan melepas

    gas metana tersebut.

    Gambar 1. Sketsa ringkas bagaimana gas-gas itu berada

    Coalbed Methane (CBM) adalah salah satu gas bumi yang berdasarkan proses

    pembentukannya dikategorikan sebagai unconventional, dibandingkan dengan

    pembentukan gas hidrokarbon yang lain. Tidak seperti gas alam banyak dari reservoir

    konvensional, gas metan berisi sangat sedikit hidrokarbon yang lebih berat seperti

    propana atau butana, dan tidak ada gas alam kondensat. Sering berisi sampai beberapa

    persen karbon dioksida.

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    2/18

    B. Cara Terbentuknya Coal Bed Methane (CBM)

    Batubara adalah batuan yang kaya karbon berasal dari bahan tumbuhan

    (gambut) yang terakumulasi di rawa-rawa dan kemudian terkubur bersamaan dengan

    terjadinya proses-proses geologi yang terjadi. Dengan meningkatnya kedalaman

    penguburan, bahan tanaman mengalami pembatubaraan dengan kompaksi /

    pemampatan, melepaskan zat fluida (air, karbon dioksida, hidrokarbon ringan,

    termasuk metana) karena mulai berubah menjadi batubara. Dengan pembatubaraan

    dengan pendekatan yang sedang berlangsung, batubara menjadi semakin diperkaya

    dengan karbon dan terus mengusir zat terbang. Pembentukan metana dan hidrokarbon

    lain adalah hasil dari pematangan termal pada bara, dan mulai di sekitar sub-

    bituminous A untuk tahap tinggi mengandung bitumen peringkat C, dengan

    jumlah metan yang dihasilkan meningkat secara signifikan.

    Gambar 2. Tahapan pembatubaraan

    Batubara dangkal memiliki peringkat rendah dan mungkin belum

    menghasilkan metana dalam jumlah besar. Lebih dalam bara ini terkubur, maka akan

    mengalami tingkat pematangan yang lebih besar. Sehingga pembatubaraan tinggi

    akan menghasilkan kuantitas lebih banyak metan daripada batubara dangkal.

    Mengenai pembentukan CBM, maka berdasarkan riset geosains organik

    dengan menggunakan isotop stabil karbon bernomor masa 13, dapat diketahui bahwa

    terdapat 2 jenis pola pembentukan.

    Sebagian besar CBM adalah gas yang terbentuk ketika terjadi perubahan kimia

    pada batubara akibat pengaruh panas, yang berlangsung di kedalaman tanah. Ini

    disebut dengan proses thermogenesis. Thermogenic gas terbentuk secara alami

    melalui proses pembatubaraan (coalification process) yang merubah humic organicmaterialmenjadi batubara. Gas tersebut termasuk metana, CO2, dan bisa juga etana

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    3/18

    dan propane. Sedangkan untuk CBM pada lapisan brown coal(lignit) yang terdapat di

    kedalaman kurang dari 200 m, gas metana terbentuk oleh aktivitas mikroorganisme

    yang berada di lingkungan anaerob. Ini disebut dengan proses biogenesis. Sedangkan

    biogenic gas sekunderterbentuk pada masa geologi saat ini melalui mikroorganisme

    anaerobic yang terbawa dalam system air bawah tanah yang aktif setelah proses

    pembatubaraan selesai. Baik thermogenic maupun biogenic metana secara fisik

    diadsorpsi sebagai lapisan monomolecularpada lapisan permukaan dari pori-pori di

    dalam matrix batubara. Baik yang terbentuk secara thermogenesis maupun biogenesis,

    gas yang terperangkap dalam lapisan batubara disebut dengan CBM.

    Gambar 3. Proses Pembentukan CBM

    Kuantitas CBM berkaitan erat dengan peringkat batubara, yang makin

    bertambah kuantitasnya dari gambut hingga medium volatile bituminous, lalu

    berkurang hingga antrasit. Tentu saja kuantitas gas akan semakin banyak jika lapisan

    batubaranya semakin tebal.

    Terkait potensi CBM ini, ada 2 hal yang menarik untuk diperhatikan:

    Pertama, jika ada reservoir conventional gas (sandstone) dan reservoir CBM (coal)

    pada kedalaman, tekanan, dan volume batuan yang sama, maka volume CBM bisa

    mencapai 3 6 kali lebih banyak dari conventional gas. Dengan kata lain, CBM

    menarik secara kuantitas.Kedua, prinsip terkandungnya CBM adalah adsorptionpada

    coal matrix, sehingga dari segi eksplorasi faktor keberhasilannya tinggi, karena CBM

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    4/18

    bisa terdapat pada antiklin maupun sinklin. Secara mudahnya dapat dikatakan bahwa

    ada batubara ada CBM.

    Gas ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan proses pembentukkan

    batu bara (coalification) dan peatifikasi (peatification). Dengan demikian reservoir

    CBM memiliki batubara sebagai source rock sekaligus reservoir rocks. Gas yang

    terbentuk ini sebagian besar terabsorpsi pada permukaan dari mikropori matrik

    batubara sedangkan sisanya berada di rekahan lapisan batubara dan atau pada

    macropores , sebagai gas bebas.

    Reservoir CBM juga memiliki ukuran pori-pori yang lebih kecil, yaitu

    berkisar antara 1 micrometer hingga 1 milimeter. Gas methana yang berada di dalam

    rservoir ini juga tersimpan tidak seperti gas alam pada umumnya, melainkan

    terabsorpsi pada permukaan dalam dari micropori matrik batubara. Oleh karena itu ,

    aliran gas yang terjadi di dalam matrik batu bara merupakan aliran secara divusi dan

    berupa aliran darcy di bagian rekahannya.

    Reservoir CBM merupakan reservoir dengan dual porosity, yaitu rekahan

    (fracture) dan matrik. Rekahan tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu face

    cleats dan butt cleats. Face cleats diartikan sebagai rekahan yang panjang dan

    berkesinambungan sepanjang batu bara. Sedangkan Butt cleatsadalah rekahan yang

    tidak berkelanjutan karena diputus oleh oleh Face cleats. Pada matrik barubara

    terdapat pori-pori yang sangat kecil, sehingga disebut micropori yang berukuran satu

    mickrometer sampai satu milimeter. Methana yang terbentuk saat peatification dan

    coalificationsebagian besar akan teradsorpsi pada permukaan dari micropori ini.

    Sejak kondisi awal pembentukan, rekahan batubara dijenuhi oleh air dan

    sedikt methana . Sehingga pada umumnya untuk menurunkan tekanan reservoir,

    biasanya dilakukan dengan memproduksi air atau biasanya disebut dengan dewatering

    process secara besar- besaran. Inilah yang biasanya yang harus dipertimbangkan pada

    saat produksi methana akan dilakukan.

    Untuk memproduksi methana pada reservoir CBM, tekanan reservoir harus

    diturunkan hingga mencapai tekanan deabsorpsi, dimana pada tekanan ini methana

    mulai lepas darp permukaan dalam micropori batubara. Pada tekanan tersebut, gas

    akan mengalir sedikit demi sedikit secara difusi pada matrik batubara hingga gas

    mencapai rekahan. Proses ini berdasarkan hukum Flicks yang menerangkan bahwa

    pergerakan gas tersebut terjadi akibat perbedaan gradient konsentrasi. Setelah

    mencapai rekahan, maka aliran gas hingga libang bor mengikuti hukum darcy.

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    5/18

    C. Mekanisme Penyimpanan

    Mekanisme penyimpanan dari Coalbed Methane terdiri dari 2 (dua) mekanisme pada

    batubara, yaitu sedikitfree gasdan dominan adsorpsi. Mekanisme adsorpsi terjadi

    pada tekanan tertentu sehingga gas akan mendekat dan bersentuhan pada bidang

    permukaan matriks batubara. Semakin kecil diameter pori dari batubara maka akan

    mengakibatkan semakin besarnya bidang permukaan matriks sehingga jumlah gas

    yang dapat mengalami mekanisme adsorpsi semakin banyak. Hal tersebut

    mengakibatkan mekanisme penyimpanan gas pada Coalbed Methane akan lebih besar

    dibandingkan reservoir konvensional. Sebagai ilustrasi metematis, dari sebuah pori

    matriks dengan volume sebesar 1 cm3 akan menghasilkan 6 cm2bidang permukaan,

    sedangkan untuk ukuran pori yang 4 (empat) kali lebih kecil akan menghasilkan 12

    cm2, begitu seterusnya.

    Gambar 1. Pengaruh Porositas terhadap Bidang Permukaan

    Batubara memiliki porositas yang kecil, dan semakin kecil pori matriks pada

    batubara menyebabkan bidang permukaan matriks batubara menjadi lebih besar

    sehingga semakin banyak adsorpsi gas yang terjadi. Pada batubara, gas yang

    terbentuk dominan berasal dari proses adsorpsi yang memiliki kapasitas cukup besar

    sehingga Coalbed Methane akan lebih banyak terbentuk pada reservoir batubara

    http://coalbedmethane.files.wordpress.com/2011/11/mekanisme-penyimpanan.png
  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    6/18

    dibandingkan dengan gas pada reservoir konvensional yang hanya tersimpan pada

    fractures/cleats untuk satu skala reservoir yang sama.

    D. Karakteristrik Reservoir

    CBM berkembang pada lingkungan dengan tekanan rendah pada cleat systemdengan

    mekanisme penyimpanan adsorption. Hal tersebut terjadi karena kandungan air akan

    menahan gas metana yang teradsorpsi pada matriks batubara. Berbeda dengan Gas

    Bumi konvensional dimana sebagian besar kandungan gas berada di porisand, pada

    batubara kandungan gas sebagian besar berada di struktur molekul batubara (matriks)

    dan hanya sebagian kecil saja berada pada pori. Lebih lanjut tentang perbedaan

    karakteristik CBM dengan Gas Bumi konvensional dapat terlihat pada table di bawah

    ini.

    Tabel 1. Perbedaan karakteristik CBM dengan Gas Bumi konvensional

    E.

    Produksi Coal Bed Methane (CBM) dan Teknologi Pemboran

    Untuk memproduksi CBM, lapisan batubara harus terairi dengan baik sampai

    pada titik dimana gas terdapat pada permukaan batubara. Gas tersebut akan teraliri

    melalui matriks dan pori, dan keluar melalui rekahan atau bukaan yang terdapat pada

    sumur (gambar 4).

    http://coalbedmethane.files.wordpress.com/2011/05/perbedaan-cbm-dan-gas-konvensional.jpg
  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    7/18

    Gambar 4. Kaitan antara lapisan batubara, air dan sumur CBM

    Lapisan batubara dapat menjadi batuan sumber dan reservoir, karena itu CBM diproduksi

    secara insitu, tersimpan melalui permukaan rekahan, mesopore, dan mikropore (gambar 5).

    Permukaan tersebut menarik molekul gas, sehingga tersimpan menjadi dekat. Gas tersebut

    tersimpan pada rekahan dan sistem pori pada batubara sampai pada saat air merubah tekanan

    pada reservoir. Gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan

    sampai pada sumur. Gas tersebut sering kali terjebak pada rekahan-rekahan.

    Kaitan antara porositas mikro, meso dan makro.

    Pada metode produksi CBM secara konvensional, produksi yang ekonomis

    hanya dapat dilakukan pada lapisan batubara dengan permeabilitas yang baik.

    Tapi dengan kemajuan teknik pengontrolan arah pada pengeboran, arah lubang bor

    http://ibrahimlubis.files.wordpress.com/2009/03/untitled5.jpghttp://ibrahimlubis.files.wordpress.com/2009/03/untitled5.jpg
  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    8/18

    dari permukaan dapat ditentukan dengan bebas, sehingga pengeboran memanjang

    dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan. Seperti ditunjukkan oleh gambar di

    bawah, produksi gas dapat ditingkatkan volumenya melalui satu lubang bor dengan

    menggunakan teknik ini.

    Gambar 5. Teknik produksi CBM

    Teknik ini juga memungkinkan produksi gas secara ekonomis pada suatu

    lokasi yang selama ini tidak dapat diusahakan, terkait permeabilitas lapisan

    batubaranya yang jelek. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan di Australia dan

    beberapa negara lain, dimana produksi gas yang efisien dilakukan dengan sistem

    produksi yang mengkombinasikan sumur vertikal dan horizontal, seperti terlihat pada

    gambar di bawah.

    Beberapa karakteristik batubara yang cocok untuk CBM adalah sebagai berikut:

    Kandungan gas yang tinggi: 15 m330 m3 per ton

    Permeabilitas yang bagus: 30 mD50 mD

    Dangkal: Coal seams< 1.000 m (3.300 ft). Tekanan pada kedalaman yang lebih

    dalam, pada umumnya terlalu tinggi untuk mengalirkan gas bahkan ketika coal

    seamsnya sudah selesai dewatering. Hal ini terjadi karena tekanan tinggi

    menyebabkan berkurangnya permeabilitas batubara

    Jenis batubara: Umumnya proyek CBM memproduksi gas dariBituminous coals,

    akan tetapi bisa juga gas yang dihasilkan dariAnthractie.

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    9/18

    Gambar 6. Produksi CBM dengan sumur kombinasi

    Teknik pengontrolan arah bor

    Teknik pengeboran yang menggunakan down hole motor (pada mekanisme

    ini, hanya bit yang terpasang di ujung down hole motor saja yang berputar, melalui

    kerja fluida bertekanan yang dikirim dari permukaan) dan bukan mesin bor rotary

    (pada mekanisme ini, perputaran bit disebabkan oleh perputaran batang bor atau rod)

    yang selama ini lazim digunakan, untuk melakukan pengeboran sumur horizontal dll

    dari permukaan. Pada teknik ini, alat yang disebut MWD (Measurement While

    Drilling) terpasang di bagian belakang down hole motor, berfungsi untuk memonitor

    arah lubang bor dan melakukan koreksi arah sambil terus mengebor.

    Gambar 7. Pengontrolan arah bor

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    10/18

    Mengangkat CBM ke Permukaan

    CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara (sebagai

    reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya. Proses rekayasa diawali

    dengan memproduksi air (dewatering) agar terjadi perubahan kesetimbangan mekanika.

    Setelah tekanan turun, gas batubara akan keluar dari matriks batubaranya.

    Gas metana kemudian akan mengalir melalui rekahan batubara (cleat) dan akhirnya

    keluar menuju lobang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2 sampai 7 tahun.

    Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih lambat dari gas alam konvensional.

    Setelah diputuskan tempat yang potensial untuk dilakukan pemboran CBM berdasarkan

    pertimbangan ahli geologi dan geofisika, maka pemboran sumur CBM dilakukan. Inti dari

    pemboran sendiri adalah membuat sambungan berdasarkan perbedaan tekanan antara lapisan

    batubara yang mengandung CBM dengan permukaan, sehingga gas dapat mengalir.

    Pemboran sumur CBM harus mempertimbangkan kekuatan batubara yang cukup lemah

    dibandingkan batuan lain.

    Sebelum produksi CBM dapat dilakukan, dewatering harus dilakukan terlebih dahulu

    (Gambar 9). Dewatering merupakan proses mengurangi ketinggian air dalam lapisan

    batubara, hingga ketinggian air ini tidak lebih tinggi dari lapisan batubara terbawah yang

    ingin diproduksi (dimungkinkan lebih dari satu lapisan batubara yang ingin diproduksi).

    Fungsi utama dari dewatering adalah menginisiasi terjadinya desorbsi dari micropores yang

    ada, yang terjadi apabila tekanan akibat ketinggian air berkurang. Proses ini dilakukan

    dengan menggunakan pompa tertentu, misalnya pompa angguk, dimana sumur CBM yang

    dangkal biasanya tidak dapat mengangkat air secara optimal karena kurangnya tekanan

    bawah permukaan. Pada Gambar 5 terlihat bahwa dewatering dilakukan dengan pompa, dan

    air melewati pipa kecil bernama tubing, sementara CBM akan melewati anulus, yaitu ruang

    kosong diantara formasi (atau pipa selubung) dan tubing. Gas secara umum tidak akan masuk

    melalui tubing, karena terhalang oleh kolom hidrostatik air setinggi tubing.

    Selain proses dewatering, terdapat juga proses yang dinamakan komplesi, yaitu untuk

    melengkapi sumur dengan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan produksi. Problem

    utama dalam komplesi CBM adalah permeabilitas (ukuran kemudahan untuk mengalir)

    batubara yang sangat kecil, yaitu 0.1-1 md. Selain itu, seringkali terakumulasi kepingan-

    kepingan kecil batubara (coal fines) yang dapat menghambat produksi CBM. Untuk

    mengatasi hambatan tersebut, secara umum dilakukan dua jenis komplesi dalam produksi

    CBM. Jenis pertama adalah open hole completions dan jenis kedua adalah cased hole

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    11/18

    completions. Masing-masing tipe komplesi memiliki pertimbangannya sendiri, dan memiliki

    kekurangan dan kelebihan masing-masing.

    PROSES DEWATERING, OPEN HOLE COMPLETION

    Komplesi open hole memiliki artian komplesi dilakukan tanpa adanya casing (pipa

    selubung) di sekitar lapisan batubara yang ingin diproduksi, sehingga gas CBM langsung

    masuk ke dalam lubang bor. Secara umum ada tiga keunggulan komplesi jenis ini, yaitu :

    1.

    Tidak ada casing yang ditinggalkan yang dapat menghalangi penambangan batubara

    apabila dilakukan setelahnya.2. Penyemenan casing seperti pada Gambar 9, tidak merusak permukaan lapisan batubara.

    3. CBM dapat masuk tanpa halangan apapun.

    Sejalan dengan perkembangan, maka juga dilakukan multi-zone open hole completion,

    yaitu komplesi open hole yang dilakukan pada beberapa lapisan batubara sekaligus.

    Meskipun cukup murah, dan juga memiliki laju alir yang besar, komplesi ini memiliki

    beberapa kekurangan, yaitu:

    1. Batubara akan memproduksi kepingan kecil-kecil dan terakumulasi sepanjang waktu

    tertentu dan apabila tidak dibersihkan akan mengurangi produksi CBM.

    2. Hanya dapat dilakukan apabila lapisan-lapisan batubara cukup berdekatan letaknya (untuk

    multi zone open hole).

    3. Banyaknya lapisan batubara yang terhubung akan menyulitkan apabila lapisan yang lebih

    diatas memiliki tekanan yang justru lebih besar daripada di bawah, sehingga akan terjadi

    back flow yang merugikan karena dapat mematikan lapisan yang tekanannya lebih kecil,

    dan akan mengurangi produksi total dari sumur.

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    12/18

    Dalam komplesi open hole juga sering dilakukan cavity completion, yaitu proses

    meruntuhkan sebagian lapisan batubara sehingga tercipta gerowong yang memperlancar

    produksi CBM. Peruntuhan yang dimaksud adalah peledakan terkontrol, yang dilakukan

    dengan proses penurunan tekanan secara tiba-tiba selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan

    pengalaman perusahaan Amoco di cekungan San Juan yang terletak di Colorado, AS,

    peningkatan dari 22 MCFD (Metric Cubic Feet per Day)menggunakan open hole completion

    biasa menjadi 108 MCFD dengan cavity completion, atau sekitar lima kali dari semula.

    Namun perlu diingat bahwa teknik ini hanya dapat dilakukan dengan kondisi lapisan batubara

    yang tebal dan memiliki kelebihan tekanan dibandingkan keadaan normal.

    Komplesi jenis kedua adalah cased hole completions, dimana seluruh lapisan

    termasuk lapisan batubara dilapisi dengan casing (Gambar 10). Casing merupakan pipa

    pelindung yang direkatkan pada batuan dengan menggunakan semen. Komplesi ini sering

    dilakukan pada sumur yang memiliki beberapa lapisan batubara yang ingin diproduksi

    batubaranya sehingga CBM dari lapisan-lapisan yang berbeda dapat diproduksi baik

    bergantian maupun bersamaan sesuai keinginan. Setelah dicasing dan dilakukan penyemenan,

    maka dilakukan perforasi untuk membuka jalur masuk CBM ke lubang sumur. Perforasi

    merupakan proses menembak casing hingga berlubang.

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    13/18

    GAMBAR 10

    KOMPLESI CASED HOLE PADA SUMUR GOB

    Pada komplesi cased hole sering juga dilakukan hydraulic fracturing, yaitu

    merekahkan lapisan batuan batubara, dengan tujuan mempermudah CBM untuk mengalir.

    Prosesnya adalah dengan penyuntikan fluida perekah dengan tekanan tinggi sehingga batuan

    rekah, dan selanjutnya diganjal dengan suatu bahan tertentu (proppant) sehingga rekahan

    tidak tertutup kembali. Secara umum, cased hole tidak perlu dilakukan fracturing, hanya

    perforasi saja, apabila CBM cukup mudah untuk mengalir. Namun demikian, baik perforasi

    maupunfracturing dapat menimbulkan kerusakan bagi lapisan batubara.

    Selain dua jenis komplesi diatas, terdapat pula perkembangan lain dalam pengambilan

    CBM, misalnya adalah sumur gob dan pemboran horizontal di (Gambar 11). Sumur gob

    adalah pengambilan gas metana setelah pengambilan CBM menyebabkan pilar batubara

    runtuh, dan ruang kosongnya akan diisi oleh metana, dimana biasanya kandungan metannya

    lebih rendah.

    Pemboran horizontal merupakan suatu cara pemboran dimana lapisan batubara

    ditembus dengan cara sejajar lapisan tersebut dimana dengan cara ini luas permukaan

    batubara yang terekspos oleh lubang sumur akan lebih besar, sehingga CBM pun akan lebih

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    14/18

    banyak mengalir ke dalam sumur. Selain pemboran horizontal, juga terdapat ERD (Extended

    Reach Drilling) dimana dengan teknologi ini, satu lubang bor akan dapat menguras lebih

    banyak CBM dari lapisan batubara yang ditargetkan.

    GAMBAR 11

    FRACTURE, PEMBORAN HORIZONTAL, DAN SUMUR GOB

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    15/18

    Study kasus CBM

    Sanga Sanga Production Sharing Contract (PSC) di Kalimantan Timur telah,

    sejak tahun 1970-an, telah dikenal sebagai penghasil gas konvensional sangat besar,

    menghasilkan sekitar 15 TCF gas setara dengan saat ini. VICO, yang memiliki Sanga

    Sanga Konvensional Gas PSC, CBM dijamin PSC yang mencakup area yang sama

    dengan PSC konvensional pada bulan November 2009.

    Sanga Sanga Block saat ini dibagi menjadi tiga wilayah operasional - Utara,

    Tengah dan Selatan. Ada tiga bidang yang terletak di bagian selatan dari Sanga

    Sanga-wilayah Kontrak Production Sharing, yaitu Mutiara, Beras dan Pamaguan.

    Mutiara, yang merupakan terbesar dari tiga bidang, terletak di selatan Sungai

    Mahakam dan barat dari kota kecil Handil. Beras Field, yang memegang cadangan

    minyak terbesar VICO ini, terletak di bagian selatan dari Mutiara Field. Pamaguan

    Field, yang adalah yang pertama dari tiga bidang yang harus ditemukan, terletak di

    utara Mutiara Lapangan di tepi Sungai Dondang. Lapamgam Mutiara adalah daerah

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    16/18

    pertama yang ditargetkan untuk pembangunan itu ditunjukkan untuk memiliki potensi

    yang baik, baik secara teknis dan infrastruktur, dalam program CBM penilaian.

    Sampai saat ini, enam belas sumur CBM baru telah dibor di daerah VICO.

    Selain itu, dua sumur ex-konvensional telah dikonversi menjadi sumur CBM pada

    2010. Dari delapan belas sumur, ada enam belas sumur pada periode dewatering,

    sementara sembilan sumur telah menghasilkan gas selama periode ini. Rencana

    berada di tempat untuk lebih lanjut pengeboran pada tahun 2014.

    Komitmen Perseroan untuk mewujudkan program pemerintah untuk

    meluncurkan gas CBM untuk listrik adalah - terwujud pada April 2013 ketika VICO

    Indonesia disampaikan produksi gas dari sumur CBM ke PLN Fasilitas Pembangkit di

    Mutiara. Ini adalah pertama kalinya di Indonesia bahwa setiap fasilitas CBM telah

    diproduksi dan dijual gas dan merupakan tonggak utama dalam eksplorasi potensi

    CBM.

    Dalam operasi tahun berjalan VICO dengan bangga menunjukkan

    pemanfaatan rig modern dengan teknologi paling maju di dunia untuk mengeksplorasi

    Coal Bed Methane di Mutiara Field. Memiliki bentuk yang lebih kecil dan ukuran dari

    rig tradisional. Rig khusus juga sangat padat, modular, ringan, dan sangat mobile.

    Teknologi ini sangat otomatis membuat operasi lebih aman dan lebih efisien dan

    ramah lingkungan

    F. Dampak lingkungan akibat penambangan CBM (Gas metan batubara)

    Setiap kegiatan pemanfaatan bumi, bahkan hanya untuk rumah tinggal selalu

    memiliki dampak. Untuk memanfaatkan CBM pun juga tidak lepas dari dampak itu.

    Yang paling sering menjadi tantangan pemeliharaan lingkungan antara lain

    banyaknya air yg terproduksi, serta bagaimana dengan metana ini.

    Batubara terbentuk didaerah rawa yang berupa air tawar. Demikian juga air

    yang terperangkap ini juga berupa air tawar yang tentu saja akan bercampur dengan

    garam-garaman. Dengan demikian diperkirakan air yang terproduksi berupa air yang

    memiliki salinitas rendah dibanding air laut.

    Beberapa metode digunakan untuk membuang air sumur; yang paling umum

    adalah untuk mengembalikan dengan menginjeksikan air ke dalam formasi batuan

    bawah permukaan. Pendekatan lain adalah untuk membangun kolam penampungan,

    atau infiltrasi, kolam. Di daerah dingin, air ini tentu saja akan beku di musim dingin

    dan garam akan dipisahkan, sehingga air kemudian dapat dibuang. Sebagian besar air

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    17/18

    tawar diekstrak dapat digunakan untuk irigasi tanaman atau lahan pertanian. Para

    ilmuwan terus melakukan penelitian pada metode yang ramah lingkungan baik untuk

    membuang atau menggunakan kembali air diekstraksi.

    G. Kegunaan Dari Coal Bed Methane (CBM)

    Saat ini gas-gas CBM masih diperlakukan seperti gas konvensional dalam

    pemanfaatannya. Bahkan bentuk kontrak pengusahaan CBM ini masih meniru dan

    mengacu pada kontrak gas konvensional (sistem bagi hasil PSC) dengan sedikit

    modifikasi.

    Gambar 8. Pengusahaan CBM saat ini.

    Tentusaja gas ini dapat dipakai untuk kebutuhan gas pada umumnya. Bahkan

    dapat juga dipakai sebagai feedgas (gas masukan bahan dasar) pada pembuatan LNG,

    juga dapat dipipakan untuk konsumsi rumah tangga setelah diproses, juga dapat

    dipakai sebagai penggerak dan bahan bakar generator listrik

  • 8/10/2019 Coal-Bed-Methane.docx

    18/18

    H . Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah CBM ini yaitu :

    CBM merupakan unconventional energy, yang dimana berkaitan dengan

    keberadaan batubara.

    Proses ekplorasi dan ekploitasi dari CBM berbeda dari conventional gas lainnya.

    CBM terdapat pada matrik dan cleats dari batubara.

    Sebelum diproduksi, proses dewatering sangatlah penting karena menetukan

    jumlah produksi CBM yang diinginkan.

    Pada CBM, proses Enhanced CBM Recovery juga ada sama halnya dengan EOR.