ClioEdu - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196808281998021... · oleh...

31
http://clioedu.wordpress.com/2009/11/19/masalah-digitalisasi-dokumen-sejarah- indonesia/#comments ClioEdu Just History and Education webblog « Makna Hari Pahlawan Posisi blog sebagai salah satu sumber sejarah » Masalah Digitalisasi Dokumen sejarah Indonesia Pada pembelajaran kali ini mahasiswa dibagi ke dalam dua kelompok yakni kelompok yang pro dan kelompok yang kontra terhadap masalah digitalisasi dokumen sejarah Indonesia. Untuk sumber informasinya silahkan akses http://www.detiknews.com/read/2009/11/19/005200/1244384/10/pemerintah-didesak-digitalkan- dokumen-sejarah-indonesia-di-leiden Di sini mahasiswa diminta untuk membuat tulisan yang berisikan berbagai argumen yang menunjang posisi (pro atau kontra). dilengkapi dengan sumber/resource yang dapat anda cari melalui internet. Debat tertulis ini harus terlihat melalui tulisan-tulisan berupa argumen masing-masing kelompok. This entry was posted on November 19, 2009 at 8:08 am and is filed under Uncategorized . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed You can leave a response , or trackback from your own site. 64 Responses to “Masalah Digitalisasi Dokumen sejarah Indonesia” 1. Tini Kusmayati Dewi Says: November 19, 2009 at 4:35 pm

Transcript of ClioEdu - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196808281998021... · oleh...

http://clioedu.wordpress.com/2009/11/19/masalah-digitalisasi-dokumen-sejarah-indonesia/#comments

ClioEdu

Just History and Education webblog

« Makna Hari Pahlawan

Posisi blog sebagai salah satu sumber sejarah »

Masalah Digitalisasi Dokumen sejarah Indonesia

Pada pembelajaran kali ini mahasiswa dibagi ke dalam dua kelompok yakni kelompok yang pro

dan kelompok yang kontra terhadap masalah digitalisasi dokumen sejarah Indonesia. Untuk

sumber informasinya silahkan akses

http://www.detiknews.com/read/2009/11/19/005200/1244384/10/pemerintah-didesak-digitalkan-

dokumen-sejarah-indonesia-di-leiden

Di sini mahasiswa diminta untuk membuat tulisan yang berisikan berbagai argumen yang

menunjang posisi (pro atau kontra). dilengkapi dengan sumber/resource yang dapat anda cari

melalui internet.

Debat tertulis ini harus terlihat melalui tulisan-tulisan berupa argumen masing-masing kelompok.

This entry was posted on November 19, 2009 at 8:08 am and is filed under Uncategorized . You can follow any

responses to this entry through the RSS 2.0 feed You can leave a response, or trackback from your own site.

64 Responses to “Masalah Digitalisasi Dokumen sejarah Indonesia”

1.

Tini Kusmayati Dewi Says: November 19, 2009 at 4:35 pm

Sejumlah sejarah Indonesia yang ada di Leiden, Belanda, hendaknya segera diarsipkan

secara digital agar bisa dijadikan bahan penelitian di Tanah Air. Hal ini perlu dilakukan

jika memang membawa dokumen sejarah yang asli tidak bisa dilakukan. Digitalisasi

dokumen sejarah itu hendaknya dapat segera dilakukan pemerintah. Sudah sekian lama

Indonesia merdeka, tetapi masalah ini sepertinya belum mendapat perhatian yang cukup,

padahal sangat penting. Keberadaan dokumen tersebut seperti manuskrip dan sebagainya

yang ada di Belanda, terutama Leiden, merupakan sumber penelitian yang sangat penting,

jika berbagai arsip tersebut bisa diakses di Indonesia, maka akan mempermudah berbagai

penelitian. Selama ini hal itu menjadi kendala karena untuk mengakses dokumen tersebut

di Belanda akan membutuhkan biaya yang besar.

Peneliti dari Universitas Leiden, Belanda, Johann Angerier menyatakan digitalisasi

dokumen itu memang memungkinkan. Apalagi selama ini berbagai dokumen tersebut

relatif jarang dimanfaatkan. Saya kira, membawa dokumen aslinya kembali ke Indonesia

akan sangat sulit, namun jika diarsipkan secara digital itu mungkin saja,‖ kata Johann

Angerier yang berkebangsaan Austria. Selama ini, kata Johann, dokumen-dokumen dari

Indonesia yang ada di Leiden memang dirawat, tetapi jarang dilihat. Padahal jika ada di

Indonesia, dokumen itu sangat berharga untuk jadi bahan penelitian.

http://www.detiknews.com/read/2009/11/19/005200/1244384/10/pemerintah-didesak-

digitalkan-dokumen-sejarah-indonesia-di-leiden?881103605

Reply

2.

Tini Kusmayati Dewi Says: November 19, 2009 at 4:39 pm

saya sangat setuju masalah digitalisasi dokument sejarah Indonesia katena selain

mempermudah penelitian juga memudahkan akses sehingga lebih cepat, instan dan

praktis. saat ini sumber-sumber sejarah perawatannya belum terpelihara dengan baik,

oleh karena itu salah satu cara dalam membuat digilatalisasi agar arsip-arsip tersebut tak

lapuk dimakan usia.

Reply

o

Sisca NUrfitriana 0609091 Kontra Says: November 21, 2009 at 2:55 am

saya tidak setuju tentang digitalisasi sumber sejarah kita yang ada di Belanda,

karena proses digitalisasi bagaimanapun akan membawa dampak yang buruk

tentang sejarah kita. Lebih baik kita meminta yang asli langsung walaupun sulit

toh kita juga berhak atas sejarah bagsa ini. Sumber sejarah bila di jadikan sebuah

dokumen tentu nya orang yang belajar dan mengerti hanya orang-orang ahli

sejarah saja. Kita tahu sendiri menadikan dokumen sejarah kedalam cd ataupun

digital anak-anak menjadi bosan dan malas karena tidak ada seru-serunnya. Lebih

baik kita meminta yang asli atas nama bangsa indonesia karena bagaimanapun

saya yakin pemeriantah Belanda pun akan memberikannya. apalagi mereka sudah

menjajah kita sekian lama. Proses digitalisasi arsip indonesiapun juga saya rasa

akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan baiaya yang tidak sedikit

Reply

o

Sisca NUrfitriana 0609091 kontra Says: November 21, 2009 at 3:22 am

memang lebih cepat dan mudah tetapi proses pendokumentasiannyaa sangat sulit

dilakukan, yang menjadi kekhawatiran adalah pemalsuan yang begitu banyak

apalagi sekarang dokumen-dokumen yang sudah didigitalisasi akan mudah dibuat

copyan yang palsu. Lebih baik kita minta ke pemerintah Belanda atas nama

bangsa Indonesia kita minta yang asli supaya dapat dipelajari di Indonesia, proses

digitalisai digunakan untuk bahan/ media guru dalam pembelajaran sejarah. lagian

proses digitalisasi juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Reply

o

YasminNCH Says: November 21, 2009 at 10:03 am

Arsip yang mana dulu yang dimaksud? Arsip-arsip di ANRI bagus-bagus kok

keadaannya. Apalagi sejak akhir 2006 sudah ada gedung baru di ANRI sebagai

tempat penyimpanan arsip. ‗Surga baru bagi arsip‘ begitulah kalimat yang dilansir

dalam berita terkait: http://www.anri.go.id/web/index.php?m=news&id=31

Daripada didigitalisir malah direkayasa, lebih baik arsipnya saja kita ambil

kembali dari Leiden. Kalau manuskripnya tidak bisa, transkripnya saja. Toh tidak

mengurangi kekuatannya sebagai sumber sejarah.

Reply

Asib Edi Sukarsa Says: November 24, 2009 at 4:31 am

DIGITALISASI DOKUMEN SEJARAH DI BELANDA

Kami tidak setuju terhadap digitalisasi dokumen sejarah indonesia di

leiden. Kkarena dalam dunia cyber, belum ada aturan baku tegas dan

mengikat, kode etik yang ada sarat dengan penyimpangan..

Dihawatirkan nanti documen-dokumen sejarah itu malah direkayasa jadi

nilai autentisitasnya menjadi kabur oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

Mentalitas orang indonesia masih gampang diumbang ambingkan oleh

kepentingan politik penguasa, suap menyuap dsb.

SDM dalam bidang cyber di indonesia masih rendah. Kalau pun ada, itu

hanya segelintir orang. Mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan

bernegara indonesia khususnya generasi muda makin hari makin

diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu

yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (alfian,

2007:1).

Belum lagi dalam implementasinya ada unsure sekala prioritas

kepentingan, seperti pilih-pilih fakta sejarah yang dikira menguntungkan

suatu rezim tertentu mengingat penomena itu kini masih sering terjadi.

Dari masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya,

teori pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan

untuk mendukung kekuasaan (alfian, 2007:3).

Sejarah dijadikan alat untuk membangun paradigma berfikir masyarakat

mengenai perjalanan sejarah bangsa dengan mengagung-agungkan rezim

yang mempunyai kekuasaan. Sistem pembelajaran yang diterapkan tidak

mengarahkan siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu peristiwa sejarah,

sehingga siswa seakan-akan dibohongi oleh pelajaran tentang masa lalu

(anggara, 2007:103).

Inilah yang menjadi kehawatiran kami saebagai guru pendidikan sejarah

terhadap wacana digitalisasi dokumen sejarah indonesia di belanda.

Karena bangsa kita sedang dilanda keisis kepercayaan atau sedang

mengalami sick society.

3.

Tini Kusmayati Dewi Says: November 19, 2009 at 4:48 pm

Istilah perpustakaan digital pertama kali diperkenalkan lewat proyek

NSF/DARPA/NASA: Digital Libraries Initiative pada tahun 1994. Perpustakaan digital

yang paling banyak dikenal saat ini adalah Proyek Gutenberg, ibiblio dan Internet

Archive, serta proyek yayasan Wikimedia ini sendiri (termasuk wikisource, wikipedia,

Wiktionary, Wikiquote, Wikibooks, Wikinews, Wikispecies, Wikiversity, Commons,

Meta-Wiki, MediaWiki, dll).

Definisi singkat dari perpustakaan digital adalah bentuk perpustakaan yang keseluruhan

koleksinya memakai format digital yang disusun dalam sebuah arsitektur komputerisasi.

Arsitektur ini disusun dalam sebuah proyek yaitu proyek perpustakaan digital. Penelitian

proyek perpustakaan digital menggunakan WWW (World Wide Web) yang dihubungkan

dengan jaringan internet sebagai media penyalur informasi utama. WWW memiliki

banyak kelebihan yang didukung berbagai macam protokol komunikasi (HTTP, FTP,

Gopher), penggunaan HTML sebagai bahasa standar markup, dan kelebihan pada GUI

(Graphical User Interface).

http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_digital

Reply

4.

TinY KUsmayati Dewi (KONTRA) Says: November 20, 2009 at 1:25 am

KONTRA DIGITALISASI SUMBER SEJARAH

KELEMAHAN DIGITALISASI

a. digitalisasi dokumen non-elektronik

b. hak cipta pada dokumen digital

c. penarikan biaya yang mengakses data

d. gangguan virus

e. penyiapan dan pendayagunaan SDM

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-

a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&q=Kelemahan+digitalisasi+dokumen

&btnG=Telusuri&meta=&aq=f&oq=

Reply

o

nidha sylviani (PRO) Says: November 20, 2009 at 1:41 am

Kelebihan menggunakan Digitalisasi Dokumen Sejarah yaitu:

1. Proses pengolahan arsip menjadi lebih mudah dan cepat.

2. Kesalahan data akibat human error dapat diminimalkan.

3. Proses pencarian data cepat.

4. Dokumentasi jadi rapih.

5. Proses pencarian lebih mudah.

6. Penggunaan SDM yang lebih efisiensi dan efektif.

7. Proses pembuatan laporan lebih cepat dan mudah.

8. Cepat dan mudah

mengenai masalah virus yg masuk bisa qta perangi dgn software anti virus yg

kuat, sehingga file dokumen tsebut tidak mudah untk ditembus oleh virus.

http://inovetra.indonetwork.co.id/profile/digitalisasi-dokumen.htm

Reply

Hanny Kamarga Says: November 20, 2009 at 1:47 am

bagaimana jika terjadi seseorang merekayasa dokumen tersebut seperti

yang terjadi pada dokumen Supersemar??

Faizal Arifin Says: November 20, 2009 at 1:50 am

belum lagi antisipasi terhadap cyber-crime yang berusaha untuk

memalsukan informasi dan sumber-sumber sejarah, demi kepentingan

pelakunya. mereka melakukan rekayasa-rekayasa terhadap file-file digital

tersebut untuk, mungkin, kepentingan politiknya di masa sekarang,

kepentingan golongannya, dan lain-lain.

TinY KUsmayati Dewi (KONTRA) Says: November 20, 2009 at 1:54 am

digitalisasi dokumen, perlu perencanaan secara detail dan mendalam,

selain itu perlu diadakan pelatihan secara tepat. Karena tidak semua

masyarakat Indonesia memiliki SDM tentang itu.

Weny WB (Kontra) Says: November 20, 2009 at 2:00 am

jangan di pungkiri masih ada virus-virus manusia yang lebih ganas dan

tidak ada anti virusnya, yang mana dalam proses pembuatan atau

pendigitalan tersebut bisa saja fakta-fakta yang sebenarnya malah di

tiadakan dan di ubah dengan fakta lain, yang jelas tidak saesuai dengan

fakta yang sebebarnya, jangan lupa bahwa dokumen-dokumen yang ingin

di digitalkan berada di tangan siapa dulu? dan siapa yang akan melakukan

hal tersebut?

ironis memang banyak sumber2 sejarah yang malah berada di tangan

pihak asing bukan di tangan pemiliknya yaitu kita,salah satunya dapat di

baca di

http://arsip.ugm.ac.id/buletindetil.php?id=57

Sisca NUrfitriana 0609091 Kontra Says: November 21, 2009 at 3:00 am

memang proses digitalisasi mudah dan cepat tetapi apa tidak sebaiknya

kita minta yang asli, bagaimana kalau ada yang memalsukan dokumen kita

contohnya surat perintah sebelas maret, teks proklamasi, dan juga G30S,

akan sangat mudahnya orang dapat memalsukan semunya…………. Lebih

baik meminta kepada pemerintah Belanda, melalui KBRI di sana dengan

mengatasnamakan bangsa kita memninta ke pemerintah belada arsip yang

benar-benar asli untuk dijadikan bahan kajian sejarah di Ibdonesia.

YasminNCH Says: November 21, 2009 at 11:24 am

Yasmin Nindya Chaerunissa | 0806999 | Kontra

.

“Kesalahan data akibat human error dapat diminimalkan.” ^

Ya human error-nya memang dapat diminimalisir, tapi nanti yang ada

computer error.

.

.

“Penggunaan SDM yang lebih efisiensi dan efektif. ^

Ah, saya pikir, SDM Indonesia dalam dunia cyber masih kurang oke untuk

menjaga arsip yang ada. Adapun yang sudah hebat, malah jadi hacker.

.

.

“mengenai masalah virus yg masuk bisa qta perangi dgn software

anti virus yg kuat, sehingga file dokumen tsebut tidak mudah untk

ditembus oleh virus.” ^

Ya karena kalau mau membobol sejenis database memang bukan pakai

virus, tapi pakai backdoor.

Ah, apa itu backdoor? Backdoor termasuk salah satu golongan malware

atau program berbahaya. Kenapa dikatakan berbahaya? Karena dengan

backdoor seorang hacker bisa mengendalikan komputer, bisa meremote

dari jauh, mencuri data berharga seperti password, pin, data finansial

perusahaan; bahkan untuk aksi yang fatal (misal memformat hardisk).

Kan bahaya kalau ada orang yang menanam backdoor pada komputer

induk database dokumen sejarah yang sudah digitalisir. Dengan mudah

bisa diutak-atik, diubah-ubah, bahkan dilenyapkan! X_X

.

fani NKD (KONTRA) Says: November 21, 2009 at 1:01 pm

selain virus manusia virus-virus perusak data juga bakal semakin ganas

mengikuti semakin kuatnya anti virus yang dibuat….

o

neng marlina Says: November 20, 2009 at 1:49 am

banyak manfaat dari adanya digitalisasi dokumen yaitu

1. Proses pengolahan arsip menjadi lebih mudah dan cepat.

2. Kesalahan data akibat human error dapat diminimalkan.

3. Proses pencarian data cepat.

4. Dokumentasi jadi rapih.

5. Proses pencarian lebih mudah.

6. Penggunaan SDM yang lebih efisiensi dan efektif.

7. Proses pembuatan laporan lebih cepat dan mudah.

8. Cepat dan mudah.

menurut saya penarikan biaya yang mahal nantinya juga akan terbayar dengan

kepuasan mayarakat terhadap tuntuannya kepada pemerintah untuk mendapatkan

pelayan yang lebih baik, selain itu dengan adanya digitalisasi dokumen sejarah

yang ada di belanda nantinya akan memudahkan masyarakat dalam hal ini

mengenai penelitian sejarah jadinkita tidak usah pergi ke belanda langsung dan itu

lebih efisien dan menghemat biaya.

Reply

Rosmawati Lubis (Kontra) Says: November 20, 2009 at 8:01 am

Namun, menurut saya dalam mendigitalisasikan sumber sejarah,

merupakan langkah yang terlalu cepat. Apakah sudah ada SDM yang

mampu untuk mengoptimalkan sumber digital tersebut? Mengapa mesti

digital? Mengapa tidak yang asli saja kita minta langsung dari pemerintah

Belanda? Kita kan sudah merdeka, dengan ketidakmampuan mengambil

dokumen asli di Belanda, menunjukkan kita masih dibawah pengaruh

Belanda.

o

indah catur (pro) Says: November 20, 2009 at 1:51 am

mnurut saya dokumen atau arsip lebih baik di digitalkan tntu lebih

mengifesienkan wktu yang ada. krna bila msh manual juga ada kelemahannya

yaitu Permasalahan lain yang akan timbul dalam menata kearsipan secara manual

mempunyai banyak kelemahan Dokumen yang ada semakin hari semakin banyak

dan menumpuk, Pencarian kembali dari dokumen-dokumen tertentu sering

memakan waktu lama bahkan seringkali tidak ditemukan yang di cari. Kondisi

fisik arsip yang tidak tahan lama sebagai akibat dari pelapukkan,

serangga, udara dan sebagainya. Kesulitan dalam kontrol pengolahan arsip (

penambahan, pemindahan, pemusnahan, penyerahan, dll) . Adanya kesalahan data

akibat human error. ini jug berakibat Kesulitan pencarian data. Kelambatan dan

lamannya dalam pencarian data. Ketidak rapian dokumentasi data. dan pastinya

Proses pembuatan laporan membutuhkan waktu lama dan rumit. lagi pula

mendigitalkan dokumen tersebut tentu sesuai aturan yang ada Yaitu dengan

menggunakan arsip digital yang dilengkapi metode signature untuk

mencantumkan keterangan sejarah, asal usul, sumber dan tanda keasliannya.

Reply

Rosmawati Lubis (Kontra) Says: November 20, 2009 at 8:33 am

“arsip digital yang dilengkapi metode signature untuk mencantumkan

keterangan sejarah, asal usul, sumber dan tanda keasliannya”.

Tapi di era kemajuan teknologi dan informasi saat ini, bagaimana caranya

kita mengantisipasi cyber crime, yang karena adanya kepentingan-

kepentingan tertentu jadi membelokkan fakta sejarah.

Seharusnya dalam proses digitalisasi dokumen ada yang memonitori, dan

untuk para pemakai atau pengguna dari sumber digital seharusnya

mempunyao kearifan dan kebiaksanaan dalam menelaah suatu fakta

sejarah. Namun , yang terlihat dari bangsa ini, tidak begitu, terbukti para

hacker banyak datang dari Indonesia. Jadi, untuk hal tersebut sebaikknya

ada perbaikkan dulu dalam kualitas SDM di INdonesia sendiri.

o

neng marlina Says: November 20, 2009 at 1:53 am

banyak manfaat dari adanya digitalisasi dokumen yaitu

1. Proses pengolahan arsip menjadi lebih mudah dan cepat.

2. Kesalahan data akibat human error dapat diminimalkan.

3. Proses pencarian data cepat.

4. Dokumentasi jadi rapih.

5. Proses pencarian lebih mudah.

6. Penggunaan SDM yang lebih efisiensi dan efektif.

7. Proses pembuatan laporan lebih cepat dan mudah.

8. Cepat dan mudah.

//www.google.co.id/#hl=id&q=digitalisasi+dokumen

(inovetra.indonetwork.co.id/profile/digitalisasi-dokumen.htm)

menurut saya penarikan biaya yang mahal nantinya juga akan terbayar dengan

kepuasan mayarakat terhadap tuntuannya kepada pemerintah untuk mendapatkan

pelayanan yang lebih baik, selain itu dengan adanya digitalisasi dokumen sejarah

yang ada di belanda nantinya akan memudahkan masyarakat dalam hal ini

mengenai penelitian sejarah jadinkita tidak usah pergi ke belanda langsung dan itu

lebih efisien dan menghemat biaya.

Reply

TinY KUsmayati Dewi (KONTRA) Says: November 20, 2009 at 1:59 am

meski demikian, dengan adanya digitalisasi sumber sejarah, plagiator2

akan semakin bersemi di Indonesia, banyak terjadi penyalang gunaan

arsip, serta tidak terjaminnya kerahasiaan negara. Kita harus menilai itu

dari berbagai perspektif, dan dampak sosial ekonominya

5.

Kontra Says: November 20, 2009 at 1:29 am

Kami kontra terhadap digitalisir dokumen sejarah Indonesia di Leiden. Hal itu

dikarenakan dalam duni cyber, kode etik yang ada masih sarat akan penyelewengan.

Yang ditakutkan, nanti sumber-sumber itu malah direkayasa oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

Mengutip dari berita terkait, ―Selama ini, kata Johann, dokumen-dokumen dari Indonesia

yang ada di Leiden memang dirawat, tetapi jarang dilihat. Padahal jika ada di Indonesia,

dokumen itu sangat berharga untuk jadi bahan penelitian.‖ — Dan Leiden sendiri dalam

situs resminya mengungkapkan kalau koleksi yang ada memang mereka simpan. Bahkan

ada foto dari manuskripnya tersebut. Jadi, kita dapat lihat, dokumen kita baik-baik saja.

Mereka tidak membiarkan dokumen-dokumen itu rusak atau sebagainya.

SDM dalam bidang cyber di Indonesia masih rendah. Kalau pun ada, itu hanya segelintir

orang. Kenapa tidak sekalian saja dokumen yang ada dikembalikan ke Indonesia?

Okelah jika permasalahannya adalah sulit dalam diplomasi. Kalau begitu, kenapa tidak

kita minta transkrip dari manuskrip yang ada? Bukankah salinan juga memiliki kekuatan

yang besar sebagai sumber? Dan, kami yakin kalau masalah arsip, Indonesia dalam

meng-handlenya. Lihat saja bagaimana perawatan di ANRI begitu baik.

Jadi menurut kami, siapkan dulu SDM yang handal untuk masalah digitalisasi dokumen

ini. Jangan kita minta ini itu tapi nantinya malah tidak bisa diurus.

Reply

o

Kelompok Pro Says: November 20, 2009 at 1:44 am

untuk masalaha SDM sebenarnya hal itu mudah saja, sebenarnya sudah banyak

orang orang Indonesia yang Mampu bahkan mahir terhadap hal ini.

kalau misalnya kita terus mempermasalahkan tentang SDM yang kurang mampu

sampai kapan kita akan terus mengurusi masalah ini. dan kalau bergitu nanti ada

sentimen ―buat apa ada sekolah yang mendalami disiplin ilmu sejarah?‖ dan hal

ini harus dihindari dengan adanya bukti konkrit. ya salah satunya dengan upaya

pendigitalisasian dokumen sejarah ini. dan hal ini dapat mengubah paradigma

orang terhadap apa yang telah dilakukan oleh para sejarawan kita

yang kedua pendigitalisasian ini sebenernya upaya agar melsetarikan dan tujuan

yang lebih mendalamnya adalah dengan adanya kemudahan dalam mengakses

dokumen dokumen sejarah lewanendigitalisasian ini, diharapakan timbulnya rasa

memiliki dari masyarakat karena kalau tidak ada rasa memilik akan bukti bukti

sejarah ini maka sisap lagi yang akan peduli terhadap sejarah bangsanya

Reply

o

Aam Amaliah R Says: November 20, 2009 at 1:45 am

Tapi kan jika terlalu lama disimpan mau sampai kapan? takutnya nanti arsip-arsip

itu dimakan usia dan tidak bisa lagi dibaca atau digunakan, emang dirawat oleh

pihak Leiden tapi kan betapa bagusnya lagi jika arsip tersebut dapat dimanfaatkan

sekarang tanpa kita mesti menunggu SDM yang handal di bidang cyber. terus lagi

jika alasannya hanya kurangnya tenaga yang handal di bidang cyber itu jangan

dijadikan kendala dan lagi mau menunggu sampai banyak orang yang ahli itu

sangant lama. sedangkan di Indonesia sendiri kita perlu tahu tentang arsip-arsip

yang ada di Leiden untuk penelitian dan sumber-sumber sejarah yang tentunya

sanguat bermanfaat di bidang pendidikan, dan bidang-bidang lainnya, arsip-arsip

yang ada di Leiden itu belum tentu ada di ANRI atau di museum-museum yang

ada di Indonesia, jadin sangat perlu sekali adanya digitalisasi dokumen sejarah

yang ada di Leiden

Reply

Rohullah Ali (0806847) KONTRA Says: November 20, 2009 at 10:14 am

apakah anda pernah melihat bahwa dokumen atau arsip-arsip itu tidak lagi

dibaca atau tidak lagi digunakan??

apakah anda juga mengetahui bahwa dokumen di Laiden tidak dirawat?

o

Helmi Pramana Novia (0603752) Says: November 20, 2009 at 1:46 am

jika kita melihat dari SDM, apakah sumber sejarah yang yang tidak di digitalkan

di minati oleh masyarakat kita? saya pikir sama saja hanya segelintir orang dan

orang yang mempunyai kepentingan saja yang mencarinya. nah jika sudah

didigitalkan saya pikir ada menariknya. selain memudahkan untuk mengaksesnya

selain itu Penelitian telah membuktikan bahwa manajemen dokumen yang tidak

terstruktur dalam organisasi atau perusahaan mencapai lebih dari 80 persen

(Sumber: ThinkEquity Partners, 7 Juni 2002). Sebagai dampaknya, para pekerja

menghabiskan hampir 40 persen waktunya untuk mencari informasi yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tantangan yang dihadapai adalah

semakin banyak dokumen yang dihasilkan, proses semakin rumit, dokumen

menjadi sulit dicari (atau bahkan hilang), pengaturan hak akses terhadap dokumen

tidak ter-manajemen dengan baik, biaya pencetakan dan penyimpanan dokumen-

dokumen menjadi semakin tinggi dan akibatnya pengambilan keputusan stategis

(strategic decisions) akan berdasar pada informasi yang tidak tepat (inaccurate)

dan ketinggalan zaman (outdated).

Reply

o

tedy bachtiar Says: November 20, 2009 at 1:48 am

pihak terkait sudah menyesuai kan permasalahan kode etik dalam dinia

cyber,mereka yang ingin meng digitalkan sumber sejarah ini bisa,memilah-milah

dan mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan,permasalah jika dokumen di

kembalikan ke indonesia daalam wujud dokumen asli atau

salinanya,dikhawatirkan di jalan terjadi kerusakan atau sabotase dari pihak yang

tidak bertanggung jawab.

Reply

KONTRA Faizal Says: November 20, 2009 at 1:52 am

belum lagi antisipasi terhadap cyber-crime yang berusaha untuk

memalsukan informasi dan sumber-sumber sejarah, demi kepentingan

pelakunya. mereka melakukan rekayasa-rekayasa terhadap file-file digital

tersebut untuk, mungkin, kepentingan politiknya di masa sekarang,

kepentingan golongannya, dan lain-lain.

bayangkan saja, credit card yang berisi uang banyak saja bisa

dibobol.apalagi ini..

masalahnya adalah ini bisa disalahgunakan untuk kepentingan pihak-pihak

tertentu.dan ditakutkan subjektivitas sumber menjadi semakin besar.

Kontra Says: November 20, 2009 at 1:55 am

“pihak terkait sudah menyesuai kan permasalahan kode etik dalam

dinia cyber”

^

coba, coba, di bagian mananya itu mereka, orang-orang yang mau

mendigitalisir dokumen itu, bilang kalau mereka sudah menyesuaikan?

Okelah mereka menyesuaikan. Tapi orang lain yang iseng, beretika tidak

baik, dan apalagi ditunggangi kepentingan, bisa saja bertingkah senewen.

.

.

“permasalah jika dokumen di kembalikan ke indonesia daalam

wujud dokumen asli atau salinanya,dikhawatirkan di jalan terjadi

kerusakan atau sabotase dari pihak yang tidak bertanggung jawab. ^

Sama saja toh kalau dalam bentuk digital? Ada virus, worm, hacker, spy,

dan berbagai jenis penyakit lain yang mengancam keamanan sumber

tersebut.

Bagaimanapun, orang akan selalu bertanya pada bukti aslinya. Kalau

diperlihatkan hanya bukti digital, ya orang tentu akan kembali

mempertanyakan.

o

Sisca NUrfitriana 0609091 pro Says: November 21, 2009 at 3:12 am

Sejarah bukan untuk disimpan dengan rapih di rak-rak buku, sejarah adalah ilmu

yang harus dipelajari oleh anak muda sekarang, apalagi anak-anak sekarang malas

mengikuti pelajaran sejarah, Proses digitalisasi perlu dilakukan. sdm kita memang

masih rendah dan hanya sedikit yang mengeri, tetapi lebih baik sedikit daripada

tidak ada masa sekali. karena dari mereka digitalisasi itu kita sebar luaskan ke

pada guru-guru diseluruh Indonesia untuk dijadikan bahan media pembelajaran

sejarah, agar semua anak tahu bahwa sejarah indonesia selama ini masih

tersimpan dengan rapih di negeri orang dan juga untuk meluruskan sejarah-

sejarah yang menyimpang.

Reply

o

Sisca NUrfitriana 0609091 pro Says: November 21, 2009 at 3:28 am

lebih baik sedikit daripada tidak ada sama sekali, mereka yang sedikit itu harus

orang yang terpercaya untuk proses digitalisasi, karena anak-anak sekarang sudah

malas belajar sejarah, bahan digitalisasi itu kita sebar luaskan untuk guru-guru di

Indoesia menjadi bahan pembelajaran sejarah, dari sedikit akhirnya anak-anak

akan tahu sejarah indonesia yang sebenarnya. Jangan dibuat alasan nanti dapat

dipalsukan, proses digitalisasi yang asli kita simpan di perpustakaan pusat dan

kita kita perbanyak copyannya untuk orang yang ingin tahu sejarah Indonesia.

Reply

6.

pro Says: November 20, 2009 at 1:34 am

Mengkonversikan dokumen ke dalam bentuk softcopy ( digital) , membantu mengurangi

biaya operasional yang ditimbulkan karena kebutuhan ruang yang cukup besar untuk

dapat menyimpan arsip yang masih dibutuhkan, dan mempermudah pencaharian

dokumen.Transformasi digital tersebut sangat penting mengingat usia naskah sebagian

besar sangat tua dan fisiknya ada yang sudah rusak.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa dokumentasi sejarah kurang ditata dengan sempurna.

Namun berkat teknologi, pendokumentasian sejarah kini sangat mungkin dilakukan

secara lebih efisien, aman dan murah. Yaitu dengan menggunakan arsip digital yang

dilengkapi metode signature untuk mencantumkan keterangan sejarah, asal usul, sumber

dan tanda keasliannya.

Selama ini, masih banyak orang yang merasa cukup puas dengan pengelolaan arsip

secara konvensional, dalam bentuk kertas. Bangsa ini seharusnya belajar dari sejumlah

bencana alam di masa lalu, saat banyak arsip penting yang hilang karena tidak ada

salinan digitalnya. Bencana alam yang kerap melanda negeri ini harus menyadarkan kita

akan pentingnya memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan arsip.

Dengan transformasi ke bentuk digital, masyarakat lebih mudah memanfaatkannya. dan

mengaksesnya. Selain itu, jika masyarakat mengenal koleksi-koleksi tersebut diharapkan

timbul kepedulian dan rasa memiliki.

adapun masalah yang timbul mengenai adanya bahaya rekayasa dari pendigitalan sumber

sejarah tersebut maka, prose pendigitalan dokumen-dokumen sejarah tersebut harus

diserahkan kepada orang-orang yang memang kompeten dan peduli terhadap hal ini.

selain itu orang ini pun harus beabas dari intervensi politis dan ideologis.selain itu

sebelum di digitalisasi ada baiknya dokumen=dokumen sejarah tersebut di back up

terlebih dahulu, agar apabila ada upaya merusak atau membongkar sumber sejarah

tersebut, maka keasliannya masih dapat terjaga.

Digitalisasi dokumen khususnya sumber sejarah harus segera dilakukan pemerintah

sebagai mana diamanatkan dalam undang undang. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan mengamanatkan penyelamatan dan

pemanfaatan arsip dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini,

khususnya dalam rangka pemanfaatan arsip, perlu diambil langkah-langkah strategis agar

peranan arsip sebagai bahan pertanggungjawaban nasional dapat menyentuh secara

langsung pada upaya-upaya pencapaian tujuan nasional.

Selain karena sebagai bentuk pelestarian sumber sejarah juga sebagai bentuk pembuktian

pemerintah terhadap tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yg lebih baik.

jadi kesimpulannya pendigitalisasian dokumen sejarah memiliki beberapa manfaat

diantaranya adalahProses pengolahan arsip menjadi lebih mudah dan cepat. Kesalahan

data akibat human error dapat diminimalkan.Proses pencarian data cepat.Dokumentasi

jadi rapih.Proses pencarian lebih mudah.Penggunaan SDM yang lebih efisiensi dan

efektif.Proses pembuatan laporan lebih cepat dan mudah.

Reply

o

TinY KUsmayati Dewi (KONTRA) Says: November 20, 2009 at 1:46 am

Dengan adanya masalah digitalisasi dokument sejarah, maka tingkat kriminilatis

masyarakat yang telah melek teknologi tapi tidak mempunyai basic keimanan

akan mudah disalah gunakan. dan rahasia negara mudah di akses. Selain itu,

Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki

perbedaan

dengan pengelolaan dokumen tercetak

Reply

o

Kontra Says: November 20, 2009 at 1:49 am

Bank saja bisa dibobol, situs luar negeri juga bisa. Jangan-jangan nanti sumber

sejarah yang digital juga bisa diselewengkan… Mungkin orientasinya bukan

uang, tapi ya apalah itu bisa saja unsur politis atau proyek pengkaburan sejarah

oleh suatu pihak yang menginginkannya. Yaa… bisa saja…

Reply

tedy bachtiar Says: November 20, 2009 at 1:58 am

mungkin kalo di hack ato di bobol bisa saja di masukan kembali soft copy

nya,tetapi jika dalam bentuk aslinya jika di curi apa yang dapat dilakukan

lagi?menyusun ulang?

Cipta S sajati Says: November 20, 2009 at 1:59 am

ya oleh karen aitulah pemilihan orang-orangnya harus tepat. jauh dari

unsur politis apaun

untuk menghindari pembobolan separti itu maka sebelum kita

punlikasiskan yah sebaiknya kita back up dulu agar terbukti kesliannya.

dan yang paling penting adalah kesadaran memliki dari orang orang itulah

yang palin penting

Aam Amaliah R (0806995, PRO) Says: November 20, 2009 at 2:03 am

memang sih jika mau melakukan suatu perubahan itu selalu saja ada sisi

baik dan buruknya, tapi coba kita buat sebuah analisis baik atau burukkah

digitalisasi dokumen sejarah di Leiden. Permasalahannya terletak pada

―jika dokumen sejarah digital takut diselewengkan‖. nah kita harus bisa

berbuat supaya hal tersebut tidak terjadi. Saya pikir jika pemerintah betul-

betul bersungguh-sungguh akan hal ini maka pemerintah pun akan

melakukan hal yang sangat baik agar penyelewengan itu tidak terjadi.

Rohullah Ali (0806847) KONTRA Says: November 20, 2009 at 10:36 am

apalagi dokumen digital, kemungkinan besar sangat bisa di slewengkan.

klo masalah dokumen aslinya hilang atau di curi, timbul suatu pertanyaan

apakah saat ini dokumen pernah mengalami kehilangan atau dicuri?

malah ada juga pernah terjadi pada dokumen digital yang merekayasa

dokumen Supersemar.

nah itulah yang ditakuti apabila dokumen di digitalisasikan yaitu

perekayasaan.

o

Rosmawati Lubis (0806997) KONTRA Says: November 20, 2009 at 1:51 am

November 20, 2009 at 1:48 am

Saya, dari kelompok kontra menilai ada langkah baik dalam usaha pemerintah

untuk memberikan sumber penelitian sejarah dengan medigitalisasi dokumen

sejarah. Namun, yang kita cermati disini adalah adanya upaya rekayasa terhadap

suatu fakta sejarah karena adanya kepentingan-kepentingan pihak tertentu.

Dan upaya digitalisasi arsip-arsip yang ada di Leiden, Belanda menurut saya

kurang pas. Karena, mengapa harus digital? Kenapa yang asli tidak bisa kita bawa

pulang ke Indonesia? Toh, di Belanda sendiri ternyata penggunaan terhadap arsip-

arsip tersebut kurang dipergunakan, hanya dirawat saja. Padahal kalau di bawa ke

Indonesia tetunya akan menjadi sumber penelitian yang sangat penting bagi

sejarawan di Indonesia.

Lagipula, dalam usaha mendigitalisasi sumber sejarah dimana saat ini semua

orang bisa mengaksesnya karena kemajuan teknologi dan informasi yang ada.

Dikhawatirkan terdapat pembelokkan fakta sejarah. Jika yang membaca orang

yang tahu fakta sejarah yang sebenarnya tentu ia akan memberikan kritik, namun,

bagaimana kalau yang membaca orang awam yang tentu saja akan menerima

begitu saja fakta sejarah yang disodorkan di depannya.

Jadi, lebih baik kita memikirkan lagi langkah pemerintah dalam usaha digitalisasi

dokumen sejarah, seharusnya kita sebagai bangsa yang sudah merdeka berhak

atas arsip-arsip asli negara ini. Bukan disimpan oleh negara lain.

Sumber :

http://vibizdaily.com/detail/nasional/2009/11/19/pemerintah_didesak_digitalkan_

dokumen_sejarah_indonesia_di_leiden

Reply

tedy bachtiar Says: November 20, 2009 at 4:50 pm

digitalisasi sumber sejarah bukan hal jlek,intinya sumberdaya manusia

yang harus mengelola ini harus memang kredibel di kelasnya,sudah

banyak sumber sejarah yang digitalisasikan oleh pihak pemerin tah

indonesia,dan sah-sah saja.

toh kita sebagai mahasiswa juga nantinya memilah-milah sumber

lagi,apakah yakin dokumen sejarah yang asli itu mempunyai fakta yang

benar?

coba anda lihat salah satu contoh sumber sejarah digital yang sudah

ada.http://www.anri.go.id/web/index.php?m=kelas_digital&s=0

o

Siti Jubaedah (0605866) Says: November 20, 2009 at 1:56 am

Bagaimana mendigitalkan sumber yang ada di Belanda, sedangkan sumber-

sumber sejarah yang ada di Indonesiapun masih terbengkalai?? masih banyak

sumber-sumber sejarah yang masih berada di tangan orang-orang tertentu bukan

di tangan pemerintah? apabila masalah tersebut dapat diselesaikan, baru masalah

pendiditalan dokumen sejarah yang ada di negara lain (Belanda).

Reply

tedy bachtiar Says: November 20, 2009 at 3:53 pm

justru yang dari blanda yang harus cepat di masukan kedalam soft copy

dalam bentuk,sumber sejaraj indonesia sudah banyak di arsip nasional,dan

sudah ada arsip yang di buat digital mengenai sejarah indonesia,liat di

situs di bawah ini dan masih banyak situs

lainya.http://digilib.pnri.go.id/collection/index.asp?panel_tengah=detail&c

ollection_id=2005426151711&from=list&pag

o

ira mardiani purnama Says: November 20, 2009 at 2:03 am

menurut saya penyimpanan dokumen yang ada di belanda harus segera dapat di

arsipkan oleh pemerintah agar penelitian yang berada di tanah air dapat menjadi

lebih mudah?karena sebagian arsip yang penting masih berada di belanda padahal

di belanda dokumen itu kurang begitu di perhatika, walaupun perawatannya

cukup baik. walaupun cukup baik perawatanya tapi sampaikan arsip tersebut mau

di simpan tanpa di manfatkan?

Reply

o

Moch.Gema (Kontra) Says: November 20, 2009 at 6:20 am

Pengdigitalisasian arsip-arsip sejarah pastinya ada dampak negatifnya. arsip

sejarah bisa menjadi sesuatu yang komersil dan dapat disalahgunanakan oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. bisa saja terjadi penjiplakan suatu

informasi kemudian dirubah menjadi sesuatu yang berbelok dengan informasi yng

sudh ada sebelumnya. Alangkah lebih baik bila arsip-arsip indonesia yang ada di

Leiden kita bawa ke Indonesia dan pemerintah membentuk suatu perpustakaan

digital yang dikelola oleh orang-orang yang kompeten dalam hal tersebut dan

melakukan penyeleksian bagi siapa saja yang ingin mengaksesnya agar

meminimalisir kemungkinan-kemungkinan arsip-arsip tersebut disalahgunakan.

Reply

7.

Siti Jubaedah (0605866) Says: November 20, 2009 at 1:38 am

Ketika kita dihadapkan pada masalah digitali dokument sejarah Indonesia, maka yang

pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan kritik sejarah yang sangat serius

terhadap dokumen-dokumen yang akan didigitalkan tersebut.

Setelah jejak (bukti) atau sumber berhasil ditemukan, langkah selanjutnya adalah

menyeleksi dan menguji jejak-jejak tersebut sebagai upaya untuk menemukan sumber

sejarah yang sebenarnya (yang sesuai dengan yang diperlukan dan merupakan sumber

yang asli atau autentik). Inilah yang dimaksud dengan kritik sejarah. Proses kritik sejarah

itu sendiri meliputi dua hal. Pertama adalah kritik eksternal dan kedua adalah kritik

internal

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

a) Kritik eksternal

Kritik eksternal ditujukan untuk menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut ini:

• Apakah sumber yang telah kita peroleh tersebut betul-betul sumber yang kita

kehendaki.

• Apakah sumber itu sesuai dengan aslinya atau tiruannya

• Apakah sumber tersebut masih utuh atau telah mengalami perubahan.

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

b) Kritik internal

Dilakukan setelah dilakukan kritik eksternal. Kritik internal ditujukan untuk menjawab

pertanyaan:

Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya. Untuk itu

yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross

examination).

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

sedangkan, tidak ada yang dapat menjamin apakan sumber sejarah itu bener-benar

direkayasa atau tidak ketika terjadi pendigitalan? karena basic caracter setiap orang itu

berdeda-beda.

Reply

8.

Siti Jubaedah (0605866) Says: November 20, 2009 at 1:39 am

Ketika kita dihadapkan pada masalah digitali dokument sejarah Indonesia, maka yang

pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan kritik sejarah yang sangat serius

terhadap dokumen-dokumen yang akan didigitalkan tersebut.

Setelah jejak (bukti) atau sumber berhasil ditemukan, langkah selanjutnya adalah

menyeleksi dan menguji jejak-jejak tersebut sebagai upaya untuk menemukan sumber

sejarah yang sebenarnya (yang sesuai dengan yang diperlukan dan merupakan sumber

yang asli atau autentik). Inilah yang dimaksud dengan kritik sejarah. Proses kritik sejarah

itu sendiri meliputi dua hal. Pertama adalah kritik eksternal dan kedua adalah kritik

internal

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

a) Kritik eksternal

Kritik eksternal ditujukan untuk menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut ini:

• Apakah sumber yang telah kita peroleh tersebut betul-betul sumber yang kita

kehendaki.

• Apakah sumber itu sesuai dengan aslinya atau tiruannya

• Apakah sumber tersebut masih utuh atau telah mengalami perubahan.

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

b) Kritik internal

Dilakukan setelah dilakukan kritik eksternal. Kritik internal ditujukan untuk menjawab

pertanyaan:

Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya. Untuk itu

yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross

examination).

(http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=40%3Am

etodologi&Itemid=11).

sedangkan, tidak ada yang dapat menjamin apakan sumber sejarah itu bener-benar

direkayasa atau tidak ketika terjadi pendigitalan tersebut?

Reply

9.

Faizal Arifin Says: November 20, 2009 at 1:42 am

belum lagi antisipasi terhadap cyber-crime yang berusaha untuk memalsukan informasi

dan sumber-sumber sejarah, demi kepentingan pelakunya. mereka melakukan rekayasa-

rekayasa terhadap file-file digital tersebut untuk, mungkin, kepentingan politiknya di

masa sekarang, kepentingan golongannya, dan lain-lain.misalnya saja bagaimana jika

demi kepentingan belanda, maka mereka merekayasa sumber yang mendeskripsikan

tentang kebijakan-kebijakan politik voc yang tidak manusiawi-dengan tujuan agar bangsa

indonesia saat ini tidak merasa bahwa belanda telah menjajah.

??

Reply

10.

Siti Jubaedah (0605866) Says: November 20, 2009 at 1:44 am

Ketika kita dihadapkan pada masalah digitali dokument sejarah Indonesia, maka yang

pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan kritik sejarah yang sangat serius

terhadap dokumen-dokumen yang akan didigitalkan tersebut.

mengutip tulisan yang ada di http://www.senduku.info, setelah jejak (bukti) atau sumber

berhasil ditemukan, langkah selanjutnya adalah menyeleksi dan menguji jejak-jejak

tersebut sebagai upaya untuk menemukan sumber sejarah yang sebenarnya (yang sesuai

dengan yang diperlukan dan merupakan sumber yang asli atau autentik). Inilah yang

dimaksud dengan kritik sejarah. Proses kritik sejarah itu sendiri meliputi dua hal. Pertama

adalah kritik eksternal dan kedua adalah kritik internal. Kritik eksternal ditujukan untuk

menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut ini:

• Apakah sumber yang telah kita peroleh tersebut betul-betul sumber yang kita

kehendaki.

• Apakah sumber itu sesuai dengan aslinya atau tiruannya

• Apakah sumber tersebut masih utuh atau telah mengalami perubahan.

Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:

Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya. Untuk itu

yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber.

sedangkan, tidak ada yang dapat menjamin apakan sumber sejarah itu bener-benar

direkayasa atau tidak ketika terjadi pendigitalan tersebut?

Reply

o

Helmi Pramana Novia (0603752) Says: November 20, 2009 at 2:00 am

Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi

adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat dan global.

Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang keberadaannya sangat

penting di dunia informasi, mau tidak mau harus memikirkan kembali bentuk

yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah dengan

mewujudkan digital library yang terhubung dalam jaringan komputer. ikuti

kemana teknologi pergi. jika itu kan memajukan bangsa coba lah jangan dulu

berpikiran negatif.

Reply

o

indah catur (pro) Says: November 20, 2009 at 2:05 am

Tetapi dengan Digitalisasi juga merupakan sebuah upaya penyelamatan naskah-

naskah, arsip-arsp penting, dengan memanfaatkan teknologi digital, seperti

softfile, foto digital, microfilm atau microfiche serta mengupayakan baik naskah

asli maupun naskah duplikatnya dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif

lama. Jd digitalisasi juga merupakan bagian dari konservasi yang berupaya

menyelamatkan naskah dari kemusnahan. lagi pula dicantumkan keasliannya dan

sesuai aturan yang berlaku dengan menyantumkan keaslian dan asal-usul.

Reply

o

Apriana Ramdani (0803005) pro Says: November 20, 2009 at 2:47 am

menurut saya dengan mendigitalisasikan dokumen sumber sejarah sangatlah baik,

dan itu akan menjaga keutuhan sumber sejarah supaya tidak rusak ataupun hilang.

karena, sistem dokumen digital dan manual sangatlah berbeda, dengan cara digital

dokumen-dokumen akan terjaga dengan baik tidak akan rusak, beda dengan

penyimpanan dokumen secara manual yang akan rusak oleh waktu ataupun hilang

oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. dengan sistem directory kita

bisa memperoleh sumber yang betul-betul kita kehendaki dan tidak terlalu

memakan waktu yang sangat panjang. dilihat dari asli atau tidaknya sumber kita

sebagai sejarawan harus bisa membedakan mana yang asli mana yang tidak, dan

kita juga sebelum mendigitalkan dokumen sejarah kita bisa memback up (soft file

digital dokumen) supaya ketika ada orang yang usil atau tidak bertanggung jawab

merubah dokumen digital tersebut kita bisa memperbaikinya dan menjaga

keaslian dokumen tersebut.

Sistem penyimpanan dokumen secara digital yang efektif dapat membantu

menghilangkan metode penyimpanan dokumen secara fisik yang berbiaya tinggi

dan tidak teratur, serta dapat membuat informasi lebih mudah diakses.

Yang ditawarkan oleh sistem pengarsipan digital selain mengurangi biaya dan

memberikan banyak ruangan, sistem pengarsipan digital memberikan tiga

keuntungan utama:

* kita dapat secara penuh mengontrol akses ke arsip digital file dan dengan aman

menyimpan informasi rahasia menggunakan kemampuan enkripsi yang hebat.

* kita dapat dengan cepat mempermudah pemberian akses ke pihak yang

berwenang untuk mengakses informasi.

* kita dapat mengarsipkan dokumen dan menyiapkan duplikat untuk

penyimpanan.

http://h50140.www5.hp.com/bah/advisorycontent/62/200504-

Apr2005/ac_paper2digital_indo.asp

Reply

Rohullah Ali (0806847) KONTRA Says: November 20, 2009 at 10:03 am

bukankah Penyimpanan data dengan cara Digital memungkinkan cepatnya

kerusakan?

misalnya saja kondisi saat ini banyak pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab menjadikan tehnologi yang modern ini dijadikan untuk berbuat

demi kepentingan komersial.

saat ini jg dokumen yg tersimpan (non digital) masih utuh dan masih

terjaga dengan baik.. apakah masih perlu sistem peyimpanan digital tetap

dilakukan??

11.

(0806847) KONTRA Says: November 20, 2009 at 1:47 am

Memang dalam hal pengumpulan dokumen tentang sejarah Indonesia ini, qt

membutuhkan berbagai macam sumber dokumen sejarah. Tetapi timbul sebuah

pertanyaan yaitu:

Apakah pengumpulan dokumen sejarah lewat digital itu benar-benar 100% murni tanpa

rekayasa apabila memandang tekhnologi sekarang ini mudah menjadikan/mengubah

apapun itu (dokumen).?

Dokumentasi sejarah Indonesia ke dalam format digital sebenarnya dapat mengundang

peran serta pihak sponsor dan swasta untuk tujuan komersial?

(http://www.pataka.net/2007/08/07/kepingan-sejarah-indonesia-digital/)

Jadi apakah pengumpulan dokumen digital itu masih perlu dilakukan…? Mengingat

berbagai macam kondisi Negara kita ini masih banyak yang belum mengetahui kode etik

dalam bertekhnologi khususnya media Internet….

Reply

o

Apriana Ramdani (0803005) pro Says: November 20, 2009 at 2:57 am

sangat diperlukan, karena dari sekarang dan beberapa tahun kedepan dunia

teknologi sangatlah berguna, khususnya pengumpulan dokumen dalam bentuk

digital.

Tanyakan pertanyaan dibawah ini pada diri kita:

• Apakah kita membuang waktu untuk membereskan dan merapikan kembali

sistem pengarsipan?

• Apakah kita membeli map, lemari arsip, label dan aksesori pengarsipan lain

secara teratur?

• Apakah kita perlu untuk mengopi dan mengirim atau mem-fax dokumen ke

klien, vendor atau staff dalam organisasi Anda?

• Apakah kita menyimpan informasi rahasia, kepemilikan atau hal lain yang

sensitif? Pernahkah kita mengeluarkan data untuk disimpan, dan baru kemudian

menyadari bahwa kita perlu untuk mengulas kembali dokumen tersebut?

• Pernahkah kita putus asa karena tidak bisa menemukan dokumen penting pada

saat diperlukan?

Dengan system digital ini semuanya akan terjawab, kita tidak perlu repot-repot

lagi unutk membereskan dan merapikan dokumen dalam system pengarsipan,

lebih hemat waktu, tidak perlu pusing-pusing untuk mencari dokumen yang telah

diarsipkan, karena dengan system digital kita hanya melawati directory atau pun

search engine.

http://h50140.www5.hp.com/bah/advisorycontent/62/200504-

Apr2005/ac_paper2digital_indo.asp

Reply

o

Tannia Listia (Pro) Says: November 22, 2009 at 1:51 pm

Saya setuju dengan pendapat Aam, apalagi kita sebagai mahasiswa pendidikan

sejarah tentu sangat membutuhkan banyak sumber sejarah. Dengan adanya

digitalisasi sumber sejarah yang berasal dari negara yang jauh, kita pasti akan

sangat terbantu, terutama bagi yang sedang melakukan penelitian.

Reply

12.

Rosmawati Lubis (0806997) KONTRA Says: November 20, 2009 at 1:48 am

Saya, dari kelompok kontra menilai ada langkah baik dalam usaha pemerintah untuk

memberikan sumber penelitian sejarah dengan medigitalisasi dokumen sejarah. Namun,

yang kita cermati disini adalah adanya upaya rekayasa terhadap suatu fakta sejarah

karena adanya kepentingan-kepentingan pihak tertentu.

Dan upaya digitalisasi arsip-arsip yang ada di Leiden, Belanda menurut saya kurang pas.

Karena, mengapa harus digital? Kenapa yang asli tidak bisa kita bawa pulang ke

Indonesia? Toh, di Belanda sendiri ternyata penggunaan terhadap arsip-arsip tersebut

kurang dipergunakan, hanya dirawat saja. Padahal kalau di bawa ke Indonesia tetunya

akan menjadi sumber penelitian yang sangat penting bagi sejarawan di Indonesia.

Lagipula, dalam usaha mendigitalisasi sumber sejarah dimana saat ini semua orang bisa

mengaksesnya karena kemajuan teknologi dan informasi yang ada. Dikhawatirkan

terdapat pembelokkan fakta sejarah. Jika yang membaca orang yang tahu fakta sejarah

yang sebenarnya tentu ia akan memberikan kritik, namun, bagaimana kalau yang

membaca orang awam yang tentu saja akan menerima begitu saja fakta sejarah yang

disodorkan di depannya.

Jadi, lebih baik kita memikirkan lagi langkah pemerintah dalam usaha digitalisasi

dokumen sejarah, seharusnya kita sebagai bangsa yang sudah merdeka berhak atas arsip-

arsip asli negara ini. Bukan disimpan oleh negara lain.

Sumber :

http://vibizdaily.com/detail/nasional/2009/11/19/pemerintah_didesak_digitalkan_dokume

n_sejarah_indonesia_di_leiden

Reply

o

indah catur (pro) Says: November 20, 2009 at 1:46 pm

Maslahnya adalah arsip-arsip penting masih disimpan dinegara lain (Belanda).

Padahal sumber tersebut tentu dibutuhkan guna penelitian, namun apakah kita

harus ke luar negeri juga untuk itu, kita terbentur masalh waktu, uang, dan tenaga.

Nah dengan digitalisasi ini untuk meringankan kendala2 tersebut. Klo kita

usahakan dibawa plg keindonesia blm tentu rapih tanpa cacat maksudnya

mungkin dijalan ada bdai, hujan, atau apapun yang bs menghilangkan dokumen

tersebut. jadi tidak ada salhnya juga dokumen tersebut dibuat digital. Lagi pula

klo dibawa ke indonesia coba kita bayangkan sesampainya dokumen atau arsip2

penting itu dibiarkan menumpuk, disimpan di rak atau lemari hingga penuh.

khawatrnya rusak akibat rayap atau udara lembap. Dan risiko tercecer atau hilang

juga besar. Belum lagi bila terjadi banjir atau kebakaran yang memusnahkan

dokumen. Tentu saja artinya kita kehilangan sumber-sumber sejarah yg penting.

Maka ada baiknya dilakukan upaya digitalisasi itu untuk menyelamatkan

dokumen internalnya tersebut. Dengan mengubah dokumen menjadi bentuk

digital, bisa menghemat ruang, selain memudahkan pencarian dokumen, apa lagi

jika dokumen tersebut berada diluar negeri tanpa kita harus ke luar negeri. jika

kekhawatiran mengenai virus masih bisa di usahakn dengan memberikan anti

virus, selain itu juga mungkin Penyimpanan bisa dilakukan melalui aplikasi Easy

Fast Scan Document (EFSD) yang memiliki dua format output, yaitu PDF

(Portable Document Format) dan TIFF (Tagged Image File Format). dua format

itu memungkinkan menyimpan segala bentuk dokumen, mulai dari tulisan,

gambar, bahkan grafis, dapat tersimpan sesuai bentuk aslinya jadi tanpa merubah

apapun dari bentuk aslinya. Format itu juga dikenal lebih aman (secure) karena

mampu melindungi berkas dari pencurian karya cipta. Pasalnya, format itu tidak

dapat dikopi ke bentuk lain termasuk ke bentuk yang sama. Mengenai keraguan

akan keaslian atau tidak dokumen tersebut, kan pada saat proses digitalisasi itu

juga ada pihak pemerintah tentunya yang benar-benar dipercaya. Bisa juga

dengan adanya pengesahan dari pihak pemerintah bahwa dokumen tersebut asli

adanya tanpa rekayasa.

Reply

13.

Weny WB (Kontra) Says: November 20, 2009 at 1:49 am

berdasarkan beberapa keunggulan yang di miliki oleh pendigitalan dokumen memang

tidak di pungkiri, namun harus adanya pengawasan yang ketat terlebih pendigitalan yang

di lakukan di luar negeri, yang mana arsip indonesia yang mangandung sumber-sumber

sajarah pada masa kolonialisme berada di tangan yang lain, bukan di tangan orang

indonesia. tidak dapat di pungkiri jika ditakutkan adanya oknum-oknum tertentu yang

melakukan hal yang tidak kita inginkan yaitu yang mana data asli atau sumber yang

digitalkan tidak sesuai dengan apa yang da dalam sumber sebenarnya, mungkin saja yang

tadinya bersifat lebih indonesia sentris menjadi eropa sentris.yang mana fakta yang

sebenarnya tidak muncul.malah fakta – fakta yang lain yang muncul.

Reply

o

siti rahmah diyanti Says: November 20, 2009 at 8:07 am

ssaya selaku pelaku yang pro terhadap digitalisasi arsip sejarah merasa bahwa

proses rekayasa tersebut bisa dihindari jika proses digitalisasi tersebut dikuasai

penuh oleh pemerintahan.

digitalisasi ini selain hemat biaya, karena kita tidak perlu mebawa arsip aslinya ke

Indonesia (hal ini karena dikhawatirkan arsip rusak), juga upaya digitalisasi ini

cenderung lebih aman jika dibandingkan dengan pengarsipan melalui kertas.

contohnya, jika ada bencana alam, arsip digital masih bisa diakses dan tak akan

rusak, berbeda dengan arsip-arsip kertas yang bisa saja hancur atau hilang.

pengarsipan digital juga lebih ramah lingkungan karena bisa menghemat

pemakaian kertas dan itu juga berarti menyelamatkan berjuta-juta pohon.

pendigitalisasian arsip sejarah, akan dapat berjalan dengan baik jika dikelola

dengan benar oleh pemerintah. SDM yang unggul juga bisa dimaksimalkan

potensinya dalam upaya ini. jangan sampai alasan kurangnya SDM serta takut

terjadinya rekaya akan dokumen tersebut menghalangi berlangsungnya proses ini

karena hal ini lebih baik dan juga bisa membuat Indonesia lebih maju sejajar

dengan negara-negara lainnya.

Reply

Rosmawati Lubis (Kontra) Says: November 20, 2009 at 8:58 am

SDM yang unggul juga bisa dimaksimalkan potensinya dalam upaya ini.

jangan sampai alasan kurangnya SDM serta takut terjadinya rekaya akan

dokumen tersebut menghalangi berlangsungnya proses ini karena hal ini

lebih baik dan juga bisa membuat Indonesia lebih maju sejajar dengan

negara-negara lainnya.

Apakah standar lebih maju agar sejajar dengan negara-negara lain, hanya

bisa diukur dari digitalisasi dokumen? Banyak faktor lain yang bisa

menjadikan kita negara yang maju. Dan soal standar maju, itu kan yang

membuat mereka negara maju dengan konsep mereka bagaimana suatu

negara dipandang sebagai negara maju.

akan lebih baik jika tetap disimpan di Belanda dan dibuat atau dicopy ke

dalam bentuk digital sehingga bangsa kita tetap bisa mengakses dan

mempelajarinya tanpa terhambat masalah ruang dan waktu.

Saya sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, arsip-arsip asli milik

Indonesia kan tidak dibutuhkan lagi oleh Belanda, dan mereka

membiarkan begitu saja, hanya dirawat. Padahal kalau di bawa ke

Indonesia tentu akan menjadi sumber sejarah yang sangat penting dan

terpercaya karena merupakan dokumen asli. Bukan hasil dari digitalisasi

dokumen sejarah yang dalam pembuatannya ditakutkan adanya rekayasa.

o

siti rahmah diyanti Says: November 20, 2009 at 8:15 am

menanggapi pernyataan di atas, saya rasatidak menjadi masalah jika sumber

sejarah bangsa kita disimpan di negara lain. mengapa? karena bangsa kita sendiri

belum tentu bisa mengelola arsip tsebut dengan baik. apalagi arsip tersebut sudah

terlanjur dibawa ke negara lain, jika dibawa kembali ke Indonesia maka akan

menelan biaya yang banyak, selain itu biaya perawatannya pun mahal, oleh

karena tu akan lebih baik jika tetap disimpan di Belanda dan dibuat atau dicopy ke

dalam bentuk digital sehingga bangsa kita tetap bisa mengakses dan

mempelajarinya tanpa terhambat masalah ruang dan waktu.

Reply

Tannia Listia (Pro) Says: November 21, 2009 at 8:28 am

Saya sangat setuju dengan pendapat siti rahmah di atas, pokoknya

gunakan segala upaya agar kita mendapatkan dokumen sejarah walaupun

secara digital.

Agar tidak ada oknum tertentu yang melakukan hal yang tidak kita

inginkan, sebaiknya digitalisasi yang dilakukan pemerintah dibantu dan di

awasi oleh ahli sejarah yang kompeten dan profesional. Sehingga hasil

digital dokumen sejarah itu benar-benar asli dan bukan rekayasa.

14.

Tannia Listia (Pro) Says: November 21, 2009 at 8:16 am

Saya sangat mendukung pengarsipan dokumen sejarah secara digital tersebut. Sebagai

mahasiswa jurusan sejarah tentu kita akan sangat membutuhkan dokumen-dokumen

sejarah untuk bahan penelitian. Apalagi sumber sejarah yang di arsip kan secara digital

itu memberikan keuntungan. yaitu menghemat biaya dan tentu saja sumber sejarah itu

dapat membantu kita yang ingin tahu tentang sejarah. Bagi para sejarawan yang ingin

mendapatkan sumber sejarah yang berada di luar negeri (Belanda), tidak perlu langsung

datang ke sana, tetapi cukup dengan melihat hasil digitalisasi nya saja. Menurut saya,

mendapatkan sumber sejarah tentang negara sendiri itu sangat penting. Karena kita

sebagai warga negara Indonesia harus tahu tentang bukti-bukti sejarah negara Indonesia

sendiri. Jangan sampai orang dari negara lain tahu sejarah Indonesia, tetapi orang

Indonesia nya sendiri tidak tahu.

Reply

Leave a Reply

Name (required)

E-mail (will not be published) (required)

Website

Submit Comment

Notify me of follow-up comments via email.

Notify me of new posts via email.

Get a free blog at WordPress.com Theme: Black Letterhead by Ulysses Ronquillo.