CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

95
CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIAL Strategi Forum Lintas Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Prisma Anandifa Restu 11151120000025 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

Page 1: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIAL

Strategi Forum Lintas Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus

Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Prisma Anandifa Restu

11151120000025

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIAL: Strategi Forum Lintas

Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus Pendirian Gereja Batak Karo

Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Desember 2019

Prisma Anandifa Restu

Page 3: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Prisma Anandifa Restu

NIM : 11151120000025

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIAL: Strategi Forum Lintas

Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus Pendirian Gereja Batak Karo

Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

dan telah diuji pada tanggal 19 Desember 2019

Jakarta, 6 Desember 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.I.P

NIP: 19701013 200501 1 003 NIDN: 20010018601

Page 4: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

iii

Page 5: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa strategi Forum Lintas Ormas (FLO) dalam

menyelesaikan kasus pendirian rumah ibadah GBKP di Tanjung Barat Jakarta

Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dan hambatan

FLO dalam menyelesaikan kasus GBKP tahun 2016. Permasalahan intoleransi

masih sering terjadi di Indonesia, salah satunya mengenai masalah penolakan

pendirian rumah ibadah. Permasalahan utama kasus ini yaitu GBKP tidak

memiliki izin pendirian rumah ibadah sehingga masyarakat sekitar melakukan

penolakan terhadap bangunan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa

serta pemahaman mendalam. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka,

dokumentasi-dokumentasi, dan wawancara dengan narasumber terkait. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori strategi civil society Michael G.

Roskin untuk melihat pendekatan apa yang digunakan civil society dalam

menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi FLO dalam

menyelesaikan kasus GBKP terkait pendirian rumah ibadah berhasil dilakukan.

Konflik antara umat beragama di wilayah Tanjung Barat dapat dihindari,

walaupun pihak GBKP tidak dapat mendirikan gereja di wilayah tersebut. Namun

pemerintah telah merelokasi kegiatan peribadatan GBKP di GOR Balai Rakyat

Pasar Minggu.

Kata kunci: Civil Society, Forum Lintas Ormas, Intoleransi.

Page 6: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan

rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Penulis merasa bersyukur

karena dapat menyelesaikan persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang berjudul Civil Society dan Stabilitas Sosial: Strategi Forum

Lintas Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus Pendirian Gereja Batak Karo

Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016 dapat

diselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya melibatkan banyak pihak

yang telah membantu dan memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

vi

5. Ana Sabhana Azmy, M.I.P, selaku dosen pembimbing yang telah rela

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan

banyak terima kasih atas nasihat, saran, serta semangat yang diberikan

dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu-

persatu. Terima kasih untuk dedikasinya dalam memberikan ilmu yang

bermanfaat selama perkuliahan.

7. Seluruh jajaran Forum Lintas Ormas. H. Purwanto, S.H selaku Ketua

Forum Lintas Ormas yang memberikan saya informasi terkait

kebutuhan skripsi ini. Hasyim Ashari selaku Koordinator Lapangan

FLO dan Hamzah Wahab selaku Divisi Keagamaan FLO yang

memberikan informasi kepada penulis.

8. Seluruh keluarga, Tri Supendi dan Siti Masrifah yang selalu

mendoakan dan memberi semangat hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Mereka yang berjuang dan bekerja keras

sehingga penulis dapat menempuh studi hingga saat ini. Kedua adikku,

Ulung Dwi Nurhuda dan Prista Anggia Resti yang selalu memberi

semangat dan menghibur penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Seluruh teman Program Studi Ilmu Politik A angkatan 2015 yang telah

memberikan warna dan nuansa baru dalam menuntut ilmu selama

perkuliahan.

Page 8: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

vii

10. Kelurga besar HMI Komisariat FISIP yang telah mengajarkan penulis

banyak hal baru dan diskursus yang bermanfaat.

11. Teman Aspa yang sejak awal perkuliahan mengisi waktu dan keseruan

penulis. Mereka adalah tempat berbagi dan bertukar pikiran sehingga

dalam tugas-tugas perkuliahan penulis dapat terbantu.

12. Teman rumah, Jiki, Hendra, Erby, Kemal, Rifky yang memberi

motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Mereka juga

memberikan hiburan sehingga penulis tidak penat dalam menyusun

skripsi.

13. Terkasih, Ika Wahyu Riani seorang calon guru yang berperan banyak

dalam skripsi ini. Dengan cinta dan kasihnya penulis dapat termotivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala perhatian

dan kesabarannya dalam menghadapi penulis. Memberikan saran,

semangat dan juga pelajaran yang berharga sehingga penulis menjadi

pribadi yang lebih baik lagi.

Tanpa bantuan dan support dari mereka semua, penulis akan sulit untuk

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mohon maaf apabila ada kekurangan

dalam penelitian ini. Penulis juga menerima terhadap kritik dan saran yang

bertujuan menyempurnakan penelitian ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 6 Desember 2019

Prisma Anandifa Restu

Page 9: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................ Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xii

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................................. 1

B. Pertanyaan Masalah ............................................................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 9

E. Metode Penelitian ................................................................................................ 12

F. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 16

BAB II

KERANGKA TEORI ..................................................................................................... 18

A. Konsep Civil society ............................................................................................. 18

1. Karakteristik Civil Society .................................................................................... 18

2. Civil Society dan Toleransi ................................................................................... 23

B. Teori Strategi ...................................................................................................... 27

1. Pemahaman Strategi .............................................................................................. 27

2. Strategi Politik Civil Society ................................................................................ 28

BAB III

PROFIL WILAYAH DAN PROFIL FORUM LINTAS ORMAS ............................. 31

A. Intoleransi di Jagakarsa ..................................................................................... 31

B. Profil Tanjung Barat .......................................................................................... 33

1. Sejarah Tanjung Barat .......................................................................................... 33

2. Pemerintahan ........................................................................................................ 35

C. Profil Forum Lintas Ormas Jagakarsa Periode 2016-2021 ............................. 36

Page 10: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

ix

1. Sejarah FLO ........................................................................................................ 36

2. Visi dan Misi ...................................................................................................... 38

3. Struktur Organisasi ............................................................................................ 39

4. Program Organisasi ............................................................................................ 41

BAB IV

STRATEGI FLO DALAM PENYELESAIAN KASUS PENDIRIAN ...................... 44

GBKP DI TANJUNG BARAT ...................................................................................... 44

A. Strategi FLO dalam Penyelesaian Kasus GBKP.............................................. 44

1. Pendekatan FLO terhadap Pemerintah wilayah Jakarta Selatan ....................... 45

2. Pendekatan terhadap Hukum ............................................................................ 50

3. Pendekatan terhadap Publik .............................................................................. 54

B. Hambatan-hambatan FLO dalam Penyelesaian Kasus GBKP ...................... 60

1. Hambatan Internal FLO ................................................................................ 61

a. FLO merupakan Organisasi Baru ............................................................. 61

b. Setiap Anggota Memiliki Kesibukan ........................................................ 63

2. Hambatan Eksternal FLO.............................................................................. 66

a. Massa Intoleran ......................................................................................... 66

b. Adanya Kepentingan Pengusaha............................................................... 69

BAB V

PENUTUP ........................................................................................................................ 72

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... xi

Page 11: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.A.1 Rekapitulasi Data Organisasi Provinsi DKI Jakarta………. 3

Page 12: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.C.1 Struktur Organisasi FLO…………………… …….. 41

Gambar IV.A.1 Pendekatan FLO dengan Pemerintah Terkait kasus

GBKP…………………………………………….. 48

Gambar IV.A.2 FLO Menemui Pihak FKUB Jakarta Selatan…….. 53

Gambar IV.A.3 Pertemuan FLO dengan Tokoh Agama, Ormas

dan Masyarakat Sekitar…………………………... 58

Gambar IV.A.4 Pertemuan FLO dengan GBKP…………………... 60

Gambar IV.B.1 Aksi Penolakan Masyarakat Tanjung Barat……… 69

Page 13: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xii

DAFTAR SINGKATAN

FKUB : Forum Kerukunan Umat Beragama

FLO : Forum Lintas Ormas

GBKP : Gereja Batak Karo Protestan

GKI : Gereja Kristen Indonesia

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

Ormas : Organisasi Masyarakat

PBM : Peraturan Bersama Menteri

Page 14: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Organisasi masyarakat atau biasa disebut Ormas merupakan sebuah

manifestasi dari adanya kemandirian masyarakat yang ikut serta dalam

mewujudkan jalannya pemerintahan yang kondusif. Ormas bukan merupakan

realitas baru di Indonesia. Kehadirannya dapat ditelusuri sejak zaman kolonial

yang sebagian besar bersifat otonom, swadaya dan dibentuk oleh beberapa orang

pribumi.1 Dengan adanya Ormas, kehidupan bermasyarakat dapat lebih harmonis

serta aktif dalam menanggapi permasalahan.

Namun hingga saat ini kasus mengenai toleransi beragama masih marak

terjadi di masyarakat. The Wahid Institute dalam Laporan Tahunan Kebebasan

Beragama/Berkeyakinan dan Intoleransi 2014 menyebutkan kasus pelanggaran

kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) berjumlah 158 peristiwa dengan

187 tindakan. Dari jumlah tersebut, 78 peristiwa melibatkan 89 aktor non-negara

termasuk ormas di dalamnya.2

Di Indonesia, Ormas diatur menurut UU No.17 tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan sebagai sebuah landasan legalitas mereka dalam

menjalankan aktivitasnya. Namun munculnya Ormas yang bersifat radikal dan

memiliki asas yang bertentangan dengan Pancasila membuat pemerintah

merancang kembali sebuah Undang-Undang untuk menindaklanjuti hal tersebut.

1 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia,

(Jakarta: LP3ES, 2006), h.8. 2 Tim The Wahid Institute, Laporan Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan

Intoleransi 2014 (Jakarta: The Wahid Institute,2014), h.22.

Page 15: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

2

Akhirnya pada tanggal 10 Juli 2017 ditetapkanlah Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.2 tahun 2017 tentang perubahan atas UU

No.17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.3

Sejak kemerdekaan Indonesia, proses kebangkitan civil society

direalisasikan dalam beberapa jenis gerakan sosial, salah satunya ialah resistensi

pragmatis yang dilakukan sebagai reaksi langsung terhadap kebijaksanaan

pemerintah atau sistem sosial ekonomi-politik yang sedang berjalan. Resistensi

semacam ini pada umumnya melibatkan Ormas, partai politik, dan bahkan

mahasiswa. Dapat kita lihat bahwa Ormas merupakan bagian dari civil society

dimana Ormas sebagai suatu komunitas masyarakat yang di dalam kehidupan

bernegara dapat berinteraksi dengan Negara secara independen. Komponen

adanya civil society sendiri yaitu, otonom (kemandirian), akses masyarakat

terhadap lembaga Negara, arena publik yang otonom dan arena publik yang

terbuka.4

Ormas mempunyai kepedulian yang berkaitan dengan tujuan-tujuan publik

dibanding dengan tujuan pribadi.5 Kepedulian dan perhatian tersebut menjadi satu

bentuk nyata yang diperlukan masyarakat untuk memberi suasana baru atau

bahkan pencerahan terhadap segala bidang permasalahan kehidupan yang ada

dalam sebuah masyarakat..

3Humas, “Inilah Perppu No 2/2017 tentang Perubahan UU No 17/2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan,” artikel terbit pada 12 Juli 2017 dari http://setkab.go.id. 4 Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1999), h.181-184. 5 Suharko, Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tatanan Pemerintahan yang Demokratis,

(Jurnal Sosial dan Politis, Fisipol UGM Vol.8 No.3, Maret 2005), h.272.

Page 16: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

3

Ormas di Indonesia cukup banyak jumlahnya, yaitu terdapat 344.309 ribu

Ormas di Indonesia,6 Ormas tersebut juga memiliki asas yang berbeda seperti

yang berlandaskan agamis, nasionalis dan juga sosialis. Ormas yang sudah

terbentuk lama dan masih berkiprah hingga saat ini adalah, Forum Betawi

Rembug (FBR), Pemuda Pancasila (PP), Front Pembela Islam (FPI), Majelis

Ulama Indonesia (MUI), Forum Komunikasi Betawi (FORKABI) dan masih

banyak lagi. Berikut adalah data terkait jumlah Ormas yang ada di DKI Jakarta.

Tabel 1.A.17

Rekapitulasi Data Organisasi Provinsi DKI Jakarta8

NO ORGANISASI JUMLAH KETERANGAN

1 Ormas 458 Berdasarkan daftar SKT

Bakesbangpol Provinsi dan

Kantor Kesbangpol

Kabupaten/Kota

2 Etnis 37 Bakesbangpol Provinsi DKI

Jakarta

3 Agama 39 Bakesbangpol Provinsi DKI

Jakarta

4 Pemuda 50 Bakesbangpol Provinsi DKI

Jakarta

5 Wanita 73 Bakesbangpol Provinsi DKI

Jakarta

6 Profesi 65 Bakesbangpol Provinsi DKI

Jakarta

7 Federasi/SK/SP/Buruh 28 Sumber Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi DKI

Jakarta

Keseluruhan 750

Berdasarkan data tabel di atas, di DKI Jakarta terdapat 458 Ormas aktif

dalam masyarakat, dimana tiap ormas memiliki dasar dan tujuan yang berbeda-

beda. Tidak jarang perbedaan tersebut menimbulkan gesekan konflik internal

6 Humas, “Kemendagri: Jumlah Ormas di Indonesia ada 344.039,” artikel terbit pada 30

Oktober 2017 dari http://setkab.go.id. 7 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL) Jakarta Tahun 2017.

8Bakesbangpol, “Organisasi Kemasyarakat di Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2017,”

terbit pada 4 November 2017 dari http://bakesbangpoljakarta.com.

Page 17: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

4

dalam masyarakat. Bahkan kasus intoleransi dalam masyarakat masih kerap

terjadi dalam segi agama maupun politik.

Membahas masalah toleransi, Umar Hasyim menyebutkan dalam bukunya

bahwa toleransi adalah sebuah pemberian kebebasan kepada setiap insan yang

hidup bermasyarakat untuk menjalankan keyakinannya dan menentukan nasibnya

sesuai yang diinginkan, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu

tidak bertentanga dan tidak melanggar dengan ketentuan terciptanya perdamaian

dan ketertiban dalam masyarakat.9 Sedangkan intoleransi sendiri memiliki makna

berlawanan dengan toleransi. Definisi intoleransi merujuk pada sikap tidak bisa

menerima perbedaan maupun keberagaman di dalam masyarakat. Pengertian

intoleransi merupakan sebuah fenomena yang bisa diketahui dalam bentuk

tindakan tertentu. Intoleransi kemudian menjadi sesuatu yang membawa pada

potensi lahirnya penyakit sosial yang mengancam kehidupan dan berujung

kekerasan.10

Salah satu kasus fenomenal di DKI Jakarta yang menunjukkan adanya

pelanggaran toleransi ialah kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki

Tjahaja Purnama pada tahun 2017. Hal ini memiliki efek yang sangat besar bagi

seluruh masyarakat Indonesia. Setara Institute dalam survei mengenai indeks kota

toleran menyebutkan bahwa DKI Jakarta menjadi kota yang memiliki toleransi

yang rendah dengan skor 2,30 dalam skala 1-7. DKI turun dari peringkat 65

menjadi peringkat ke 94. Hal itu disebabkan oleh tingginya intoleransi dan

9 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar

menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h.22. 10

Tim The Wahid Institute, Laporan Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan

Intoleransi 2014 (Jakarta: The Wahid Institute,2014), h.16.

Page 18: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

5

politisasi identitas keagamaan di DKI pada saat proses Pilkada 2017. Perubahan

yang signifikan di DKI Jakarta adalah pada indikator peristiwa pelanggaran

kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), pernyataan pemerintah, dan

tindakan nyata pemerintah. Pada indikator peristiwa, sudah terjadi 24 peristiwa

pelanggaran KBB dalam kurun waktu setahun.11

Kasus di Jakarta Selatan terkait kebebasan beragama maupun toleransi juga

masih sering terjadi. Halili Hasan12

mengatakan, kelompok masyarakat yang

dominan melakukan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Front Pembela Islam (FPI), Aliansi Umat Islam,

dan perusahaan.13

Salah satu kasus intoleransi di Jakarta Selatan adalah kasus

yang terjadi di Kecamatan Jagakarsa, Kelurahan Tanjung Barat. Sebagai contoh

pada Oktober 2016 silam terjadi penolakan aktivitas beribadah dan mendirikan

gereja pada jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Hal ini dicekal karena

bangunan tersebut bukan merupakan bangunan dengan izin rumah ibadah

melainkan bangunan dengan izin rumah kantor sehingga warga menolak adanya

aktivitas keagamaan di bangunan tersebut.

Kemudian adanya kasus penolakan rencana Gereja Katolik Indonesia (GKI)

dalam mengalihfungsikan salah satu rumah di sana menjadi sebuah tempat untuk

beribadah. Kasus telah terjadi sejak awal 2018 dimana pihak aparatur setempat

seperti RT, RW dan Ormas yang ada di wilayah Jagakarsa menghimbau untuk

11

Setara Institute, “Indeks Kota Toleran tahun 2017,” artikel terbit pada 16 November

2017 dari http://setara-institute.org. 12

Direktur Riset Setara Institute. 13

Fathiyah Wardah, “Pelanggaran atas Kebebasan Beragama Masih Mencemaskan,” artikel

terbit pada 21 Agustus 2018 dari https://www.voaindonesia.com.

Page 19: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

6

mengurus surat izin bangunannya. Namun ternyata hingga awal 2019 pihak GKI

belum juga mengantongi IMB tersebut dan permasalahan masih belum selesai.

Melihat dinamika tersebut, pemerintah kota Jakarta Selatan membuat suatu

organisasi yang bertugas sebagai wadah aspirasi Ormas dan LSM agar dapat

berjalan secara tertib dan saling bersinergi dalam menciptakan masyarakat yang

toleran. Lembaga tersebut adalah FLO, yang merupakan kesatuan yang terbentuk

dari seluruh Ormas dan LSM yang berada di Jakarta Selatan. Tujuan kegiatannya

difokuskan pada kegiatan sosial yang secara langsung berhubungan dengan

kepentingan masyarakat, dan menjadi saluran kerjasama, baik kepada Pemerintah

maupun swasta. FLO adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan menciptakan

persatuan dan menjaga kerukunan yang terjalin baik antar Ormas dan LSM

maupun terhadap masyarakat. Ketua FLO komisariat Jagakarsa, H. Purwanto,

menjelaskan bahwa sebelum berdirinya FLO di Jagakarsa, ada beberapa kasus

yang berkaitan dengan konflik antar Ormas maupun dengan masyarakat

menyangkut masalah intoleransi.

Contoh kasus yang dimaksud oleh H. Purwanto, adalah kasus yang

menimpa seorang Lurah di Lenteng Agung karena identitas agama. Lurah Susan

yang menjabat di Lenteng Agung pada Juli 2013 mengalami penolakan dari

masyarakat dikarenakan dirinya adalah seorang non-Muslim. Mengantisipasi

adanya konflik yang berkelanjutan, akhirnya Lurah Susan dimutasi untuk

menjabat di Kelurahan Gondangdia pada awal 2015. Hal ini lantas mencerminkan

bahwa beberapa Ormas maupun masyarakat wilayah Jagakarsa masih belum

menerapkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 20: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

7

Kemudian fenomena lain yang melibatkan Ormas dan masyarakat adalah

permasalahan yang terjadi antara Ormas Paroki (komunitas kaum beriman)

Jagakarsa Ratu Rosari dengan masyarakat dan beberapa Ormas setempat. Pada

Agustus 2015, Paroki membuat sebuah asrama pastur yang didirikan di wilayah

Jagakarsa. Tetapi pada kenyataan di lapangan, Paroki justru membuat bangunan

yang mirip dengan gereja. Masyarakat yang menyadari hal ini kemudian menolak

pembangunan tersebut. Beberapa Ormas juga menolak aktivitas tersebut.

Purwanto menjelaskan jika Paroki sejak awal transparan dengan tujuan

pembangunannya terhadap masyarakat dan juga tokoh masyarakat maupun Ormas

setempat, penolakan tersebut bisa dicegah. Setelah fenomena pembangunan

rumah ibadah ini, Purwanto merekomendasi agar FLO dapat terbentuk di wilayah

Jagakarsa.

Tri Kurniadi selaku Walikota Jakarta Selatan mengatakan Forum Lintas

Ormas didirikan untuk membangun dan mengembangkan kesetiakawanan sosial

dengan toleransi antar Ormas, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Maka dengan terbentuknya pengurus lintas ormas tingkat Kecamatan,

akan dapat menjadi media menjaga keharmonisan hidup ormas itu sendiri14

Sejak berdirinya FLO di Jagakarsa, mereka sudah melakukan serangkaian

program yang telah dirancang sebagai tindakan nyata sebuah Ormas. Dalam

seluruh kegiatan yang FLO lakukan, mereka selalu melibatkan Ormas maupun

LSM setempat sehingga mereka dapat bersinergi dan terlihat berkontribusi di

masyarakat. Dalam kegiatan keagamaan, FLO melakukan kegiatan keagamaan

14

Ning Rahayu, “Kemenkop dan UKM Dukung Ormas Tingkatkan Kewirausahaan dengan

Teknologi,” artikel terbit pada 3 November 2017 dari https://www.wartaekonomi.co.id.

Page 21: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

8

seperti Maulid Nabi dan acara qurban idul adha. Dalam kegiatan sosial, FLO

sudah mengadakan kegiatan donor darah yang bisa diikuti oleh masyarakat

setempat, dan mengadakan santunan bagi anak yatim dan juga masyarakat kurang

mampu, walaupun masih belum menyeluruh. Dalam kegiatan sosial budaya

mengadakan pelestarian budaya Betawi dengan penyelenggaraan festival Setu

Babakan. Dalam kegiatan olahraga sudah mengadakan jalan sehat dan senam

bersama. Dalam bidang politik FLO sudah memberikan pengetahuan mengenai

pentingnya ikut berpartisipasi dalam kontestasi pemilihan umum.

Dengan data dan paparan permasalahan yang sudah dijelaskan, penulis

akhirnya tertarik untuk meneliti kasus intoleransi yang terjadi pada tahun 2016

yaitu mengenai penolakan aktivitas serta pendirian rumah ibadah GBKP di daerah

Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Kasus ini menjadi menarik

untuk diteliti, karena terdapat peran aktif FLO di dalam penyelesaian kasus. Oleh

karena itu penulis mengambil judul “Civil Society dan Stabilitas Sosial: Strategi

Forum Lintas Ormas (FLO) dalam Penyelesaian Kasus Pendirian Gereja

Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun

2016”.

B. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan pernyataan masalah yang sudah penulis paparkan di atas, dapat

dirumuskan beberapa pertanyaan masalah, yaitu:

1. Bagaimana strategi yang dilakukan FLO dalam menyelesaikan kasus

GBKP di Kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan pada tahun 2016?

Page 22: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

9

2. Apa saja hambatan yang dihadapi FLO dalam proses pelaksanaan

strategi tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dari penelitian ini, yaitu:

a. Untuk menjelaskan strategi yang dilakukan FLO dalam dalam

menyelesaikan kasus GBKP di Kelurahan Tanjung Barat Jakarta

Selatan pada tahun 2016.

b. Untuk mendeskripsikan hambatan yang dihadapi FLO dalam proses

pelaksanaan strategi itu.

2. Manfaat dalam penelitian ini, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Manfaat Akademis dari penelitian ini sebagai pengetahuan mengenai

studi peran civil society dalam menciptakan stabilitas sosial dan toleransi

dalam masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran

bagi masyarakat dan juga pemerintah dalan mengatasi permasalahan

intoleransi yang terjadi di masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa pencarian mengenai hasil penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya yang kemudian terdapat unsur keterkaitan dengan penelitian ini. Hal

tersebut diajukan untuk melihat permasalahan yang belum dikaji sebelum

penelitian ini dari perspektif yang berbeda.

Page 23: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

10

Pertama, skripsi karya Rahmat Sahputra,15

penelitian ini membahas

bagaimana FKUB menangani konflik rumah ibadat yang terjadi di Aceh Singkil.

Penelitian ini menggunakan teori konflik dan kebijakan publik. Penemuan

penelitian ini adalah bahwa FKUB Aceh Singkil sudah berperan baik dalam

menanggulangi konflik yang terjadi dengan mengeluarkan surat rekomendasi bagi

semua rumah ibadat di Aceh Singkil untuk mendapat IMB. Perbedaan penelitian

terdapat pada fokus permasalahannya terkait peran civil society dalam

menyelesaikan konflik, yaitu FKUB yang menangani konflik agama dengan

berbagai mediasi. Sedangkan penelitian ini berfokus pada strategi FLO dalam

menyelesaikan kasus intoleransi sehingga menciptakan iklim stabilitas dan

masyarakat toleran.

Kedua, artikel dalam Jurnal Madani yang ditulis oleh Ozi Setiadi,16

pembahasan penelitian ini mengenai bagaimana civil society menjadi mediator

dalam lingkup otonomi daerah. Kerangka teori penelitian ini menggunakan teori

civil society dan toleransi. Temuan dari penelitian ini adalah adanya peran yang

signifikan dari civil society dengan strategi yang dilakukan terhadap masalah

intoleransi sehingga konflik dapat dicegah. Perbedaan dari penelitian ini adalah

fokus permasalahannya yaitu peran civil society dalam lingkup masyarakat secara

umum, sedangkan penelitian ini hanya mencangkup lingkup kehidupan sosial

masyarakat Jagakarsa.

15

Rahmat Sahputra, “Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam Menangani

Konflik Rumah Ibadat tahun 2015 di Kabupaten Aceh Singkil”, (Tangerang: Skripsi Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Sarjana Sosial 2017), h.1-8. 16

Ozi Setiadi, “Civil Society dalam Permasalahan Toleransi di Masyarakat”, (Jurnal

Koordinat, Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman, Vol XVI No.1 April 2017).

Page 24: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

11

Ketiga, artikel dalam Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya yang ditulis

oleh Casram.17

Pembahasan penelitian ini adalah bagaimana membentuk

masyarakat yang memiliki sifat toleransi khususnya agama di tengah

beragamanya masyarakat. Penelitian ini menggunakan konsepsi toleransi dan

multikulturalisme masyarakat. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa sikap

epoché (netral) bisa menjadi landasan dan kemudian dijadikan sebagai acuan

untuk menumbuhkan sikap toleransi terhadap umat beragama. Perbedaan

penelitian terdapat pada fokus permasalahannya, yaitu penjelasan yang

membangun sikap toleransi atas keberagaman masyarakat. Sedangkan penelitian

ini meembahas peran civil society dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki

sikap toleran dalam kehidupan.

Keempat, artikel Ronald Helweldery.18

Pembahasan penelitian ini berfokus

pada keberadaan gereja dalam masyarakat serta kerukunan yang tercipta antar

umat beragama. Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah konsep civil

society. Temuan atau hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya

civil society yang sinergi, gereja akan mampu diterima oleh masyarakat.

Perbedaan penelitian terletak pada inti permasalahannya terkait peran civil society

dalam masyarakat plural. Sedangkan penelitian ini terfokus pada peran FLO

dalam menciptakan stabilitas sosial politik di masyarakat.

17

Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”, (Jurnal

Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol.1 No.2, Juli 2016),

h.187-198. 18

Ronald Helweldery, “Gereja dalam Konteks Kerukunan Beragama dalam Masyarakat”,

(Jurnal Studi Agama dalam Masyarakat, Universitas Kristen Satya Wacana Vol. 4, No. 3, Maret

2018).

Page 25: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

12

Kelima, artikel Ismail Fahmi Arrauf Nasution,19

pembahasan penelitian ini

terkait dengan perbaikan hubungan antara muslim dan kristen melalui peran

FKUB di Aceh. Konsep yang dipakai penelitian ini adalah konsep toleransi

agama. Temuan dari penelitian ini adalah FKUB sangat berperan dalam menjaga

kerukunan umat beragama di Aceh Tamiang. Perbedaan penelitian terletak pada

inti masalah yang dibahas yaitu terkait kerukunan yang terjalin antara muslim dan

kristen. Pada penelitian ini toleransi mencakup semua aspek dalam masyarakat.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian dari sebuah penelitian yang dapat

membantu penulis dalam menggali serta melengkapi kebutuhan penelitian yang

dilakukan. Secara umum metode penelitian dapat dipahami sebagai langkah untuk

memperoleh kebenaran dari fakta-fakta yang ada melalui penyelidikan secara

ilmiah. Metode penelitian menurut Kerlinger adalah suatu proses penemuan yang

memiliki karakteristik secara empiris, sistematis, terkontrol dan berlandaskan

pada teori dan hipotesis.20

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Metode kualitatif juga bisa dikatakan sebagai metode naturalistik karena

dilakukan secara alamiah. Penelitian ini dilakukan pada obyek alamiah yang

berkembang dengan sendirinya. Metode kualitatif biasanya digunakan untuk

mendapatkan data yang rinci dan mendalam. Metode kualitatif tidak menekankan

19

Ismail Fahmi Arrauf Nasution yang berjudul “Minoritas dan Politik Perukunan (FKUB,

Ideologi Toleransi dan Relasi Muslim-Kristen Aceh Tamiang)”, (Jurnal Substantia, IAIN Zawiyah

Cot Kala Langsa, Vol. 19, No. 1, April 2017), h. 53-74. 20

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.5.

Page 26: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

13

pada generalisasi sebuah definisi, melainkan penekanan terhadap makna itu

sendiri.21

2. Sumber Data

Data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi

yang direkam, dikelompokkan, dan disimpan tetapi belum terorganisir untuk

menyampaikan arti tertentu.22 Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan

sumber data yang berbentuk kata atau lisan yang tertulis. Berbeda dengan

penelitian kuantitatif yang disajikan dalam angka dan grafik. Sumber kualitatif

juga dapat diperoleh dari benda-benda yang diamati atau dokumen tersirat.

Sumber data tersebut harus asli, namun, jika sumber asli tersebut susah didapat,

maka tiruan seperti dalam bentuk fotokopi tidak terlalu jadi masalah, selama dapat

dibuktikan dengan kuat pengesahannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli ataupun

pertama.23

Sumber data primer pada penelitian ini adalah Forum Lintas

Ormas. Sumber yang bisa diperoleh penulis terkait penanganan kasus yang

dilakukan FLO mengenai masalah toleransi maupun intoleransi dalam

masyarakat.

21

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)

(Bandung: Alfabeta, 2015), h.15. 22 Turban, Efraim & Linda Volonino Information Technology for Management (Asia : John

Willey & Sons,2010), h.41. 23 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS (Yogyakarta:

CV Andi Offset,2006), h.8.

Page 27: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

14

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua seperti

melalui buku-buku, dokumen dan artikel yang diakses dari website yang

memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.24

Sumber data sekunder yang

penulis gunakan diantaranya masyarakat setempat daerah Jagakarsa, jurnal,

berita online dan buku-buku yang membahas masalah civil society dan

toleransi dalam masyarakat.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara

mendatangi langsung sebuah lokasi yang akan diteliti. Dengan mendatangi

lokasi tersebut, penulis mampu mendapat data yang diperlukan. Menurut

Irawan, observasi merupakan kegiatan pengukuran secara langsung dan

mengamati objek dengan indra pengelihatan tanpa mengajukan sebuah

pertanyaan.25

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertemu

langsung secara tatap muka oleh narasumber. Komunikasi yang dilakukan

secara langsung dapat menggali sumber lebih banyak. Wawancara yang

penulis gunakan merupakan wawancara semiterstruktur, dimana dalam

24

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan

Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2005), h.119. 25

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 69.

Page 28: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

15

implementasinya lebih fleksibel dan terbuka. Pihak narasumber juga dapat

memberi ide dan pendapatnya kepada penulis.26

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi yaitu mencari

dan menemukan sebuah data dalam bentuk catatan ataupun gambar yang

menggambarkan suatu peristiwa.27

Sebuah dokumen bisa menjadi

pelengkap dalam sebuah penelitian karena memiliki bukti dari kejadian

yang sebenarnya.

4. Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian tentu memerlukan sebuah analisis data baik itu

penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dari

berbagai teknik pengumpulan data kemudian disusun secara sistematis sehingga

data dapat dipahami dengan mudah bagi peneliti maupun orang lain.28

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis secara

deskriptif. Analisis ini dilakukan secara rinci berdasarkan teori civil society dan

toleransi dalam menjelaskan data kemudian berfokus pada objek yang diteliti

sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan penelitian. Proses ini

dibagi dalam tiga bagian yaitu reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan

kesimpulan.

26

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h.320. 27

Ibid, h.329. 28

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

(Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 148.

Page 29: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

16

F. Sistematika Penulisan

Sistemaktika penulisan dilakukan agar penelitian mudah dipahami oleh

pembaca. Penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab, berikut sistematika

penulisan dalam penelitian ini:

Bab I Pendahuluan. Pada bagian ini penulis memaparkan pernyataan dan

pertanyaan yang menjadi latar belakang masalah dalam penelitian ini yaitu seputar

Forum Lintas Ormas di Jagakarsa, tujuan serta manfaat penelitian, tinjauan

pustaka sebagai referensi rujukan dalam melaksanakan penelitian, dan metode

penelitian sebagai kerangka sistematis dalam penyusunan penelitian ini.

Bab II Kerangka Teoretis. Dalam bab ini penulis mengeksplorasi

kerangka teori yang digunakan sebagai landasan konseptual untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang penulis angkat. Kerangka teori yang digunakan adalah

civil society dan strategi.

Bab III Profil. Bagian ini menjelaskan mengenai profil, latar belakang serta

program-program dari Forum Lintas Ormas Komisariat Kecamatan Jagakarsa.

Kemudian mendeskripsikan profil Kelurahan Tanjung Barat Kecamatan

Jagakarsa secara menyeluruh.

Bab IV Analisis. Bagian ini menjelaskan temuan-temuan serta hasil-hasil

penelitian di lapangan tentang strategi dari Forum Lintas Ormas dalam

menyelesaikan kasus intoleransi. Kemudian menjelaskan hambatan-hambatan

yang dialami oleh FLO dalam merealisasikan strateginya.

Page 30: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

17

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini penulis memberi kesimpulan dari

penelitian ini berupa tiga strategi yang dilakukan merujuk pada Michael G.

Roskin. FLO berhasil mencegah konflik antar umat beragama, namun pendirian

gereja tetap tidak bisa dilakukan. Kemudian terdapat saran dan rekomendasi untuk

penelitian selanjutnya.

Page 31: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

18

BAB II

KERANGKA TEORI

Dalam sebuah penelitian, diperlukan kerangka teori sebagai gambaran untuk

memahami penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa konsep teori untuk mendukung permasalahan yang akan diteliti. Konsep

teori tersebut yaitu civil society dari Muhammad AS. Hikam dan strategi dari

Michael G. Roskin.

A. Konsep Civil society

1. Karakteristik Civil Society

Membahas mengenai masyarakat sipil atau civil society merupakan sebuah

konsep yang memiliki banyak penafsiran. Pemikiran mengenai civil society

mengalami pasang surut dalam perjalanan sejarah. Dalam perkembangannya,

wacana civil society memiliki sejarah yang panjang. Civil society merupakan

konsep yang berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Dimulai dari

Aristoteles, konsep civil society sudah menjadi perbincangan menarik di kalangan

pemikir politik. Sebelum abad ke-18, misalnya, civil society umumnya diartikan

dan dipahami sama dengan pengertian negara, sehingga antara term civil society

dengan negara sering dipakai secara bergantian untuk merujuk pada tujuan yang

sama. Setelah akhir abad 18, terminologi civil society mengalami pergeseran

makna. Konsep civil society dipahami sebagai suatu kesatuan yang saling

berhadapan dengan negara. Negara dan civil society dipahami sebagai wujud yang

Page 32: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

19

berbeda. yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi seluruh

kelompok masyarakat lain 1

.

Meski akar pemikiran civil society pada dasarnya dapat dirunut ke belakang

sejak jaman Aristoteles, namun, Cicero yang mulai memperkenalkan pemakaian

istilah societes civilis dalam filsafat politik. Di Eropa, cikal bakal civil society

diawali dengan menguatnya kekuatan-kekuatan politik di luar raja ketika pihak

kerajaan membutuhkan upeti atau sumbangan lebih besar dari kelompok-

kelompok tuan tanah. Namun, perkembangan civil society secara besar-besaran

dimulai sejalan dengan proses formasi sosial dan perubahan-perubahan politik di

Eropa akibat pencerahan (enlightenment) dan modernisasi dalam menghadapi

persoalan duniawi, yang keduanya pada saat itu turut serta mendorong

tergusurnya rezim-rezim absolut.2

Civil society didefinisikan sebagai wilayah kehidupan sosial yang

terorganisasi dengan karakteristik sukarela dan kemandirian dalam sebuah negara.

Civil society menjadi penting karena dapat menjadi tameng yang menolak

intervensi negara yang berlebihan melalui bentuk asosiasi, organisasi maupun

pengelompokkan bebas dalam masyarakat.

Thomas Hobbes dan John Locke mempunyai pandangan yang sama dengan

Aristoteles tentang pemaknaan civil society yang diidentikkan dengan negara.

Hobbes berpendapat bahwa civil society harus memiliki kekuasaan yang solid

1 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996), h.1.

2 Muhammad Asfar, Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus

Indonesia, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Universitas Gajah Mada, Th XIV, No 1,

Januari 2001, h.52.

Page 33: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

20

sehingga mampu meredam konflik dalam masyarakat dan mengontrol serta

mengawasi pola interaksi warga.3

Pendapat ini sangat ekstrim menempatkan civil society sebagai kekuatan

yang lebih tinggi daripada semua entitas yang ada dalam tatanan sosial. Sedikit

berbeda dengan Hobbes, John Locke mengatakan bahwa kemunculan civil society

dimaksudkan melindungi kebebasan dan hak warga negara. Menurutnya civil

society tidak boleh absolut, dan harus dibatasi perannya pada wilayah di luar batas

kemampuan masyarakat. Berdasarkan penjelasan yang ditulis A.S. Hikam, dimana

A.S Hikam mengutip paparan dari Henningsen yang mengungkapkan bahwa

“Civil society secara institusional bisa didefinisikan sebagai pengelompokan

anggota masyarakat sebagai warga negara yang mandiri serta dengan bebas dan

egaliter bertindak aktif dalam wacana praksis mengenai segala hal yang berkaitan

dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.”4

Muhammad AS Hikam mendefinisikan civil society sebagai wilayah-

wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan kesukarelaan

(voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan keswadayaan (self-

supporting), kemandirian tinggi saat berhadapan dengan negara, dan keterikatan

dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. 5

Sebagai ruang politik, civil society merupakan suatu wilayah yang

menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkekang

oleh situasi kehidupan material, dan tidak terkontaminasi dalam kepentingan

politik secara resmi. Di dalamnya tersirat mengenai pentingnya ruang publik yang

3 Asrori S. Karni, Civil Society & Ummah, (Jakarta: Logos, 1999), h.21.

4 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h.88.

5 Ibid, h.3.

Page 34: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

21

bebas, tempat dimana diskursus yang bebas bisa dilakukan oleh warga masyarakat

tanpa adanya pengaruh dari pihak luar.

Berdasarkan pengertian civil society di atas, maka ia terwujud dalam

berbagai organisasi atau asosiasi yang dibuat oleh masyarakat di luar pengaruh

negara. Secara kongkrit, civil society bisa berwujud dalam bentuk berbagai

organisasi yang berada di luar institusi-institusi pemerintah yang mempunyai

cukup kekuatan untuk melakukan counter atau mengimbangi terhadap negara.

Lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban, dan

juga kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) adalah interpretasi dari

civil society. Walaupun demikian, tidak dapat dipastikan dalam pengelompokkan

tersebut memiliki kemandirian yang tinggi ketika berhadapan dengan negara.

Oleh karena itu kondisi civil society harus dipahami sebagai sebuah proses yang

bisa mengalami kemajuan dan kemunduran, pasang surut, serta kekuatan dan

kelemahan dalam perkembangannya.

Civil society sebagaimana dikonsepsikan oleh para pemikirnya memiliki

tiga karakteristik atau ciri khusus yang menjadikan civil society mempunyai

identitas pembeda. Menurut Muhammad AS Hikam ciri tersebut yaitu: 6

1. Kemandirian dengan skala tinggi dari individu–individu dan

kelompok dalam masyarakat.

2. Adanya ruang publik bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik

secara aktif dari warga Negara demi kepentingan publik.

3. Adanya kemampuan membatasi kuasa Negara agar tidak

intervensionis dan otoriter.

6 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h.229.

Page 35: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

22

Wacana civil society dapat menggugah kesadaran pada banyak pihak bahwa,

antara negara dan masyarakat sebenarnya tidak harus dipandang sebagai satu

kesatuan. Masing-masing dapat dipahami sebagai dua entitas yang saling

berhadapan: mempunya aspirasi, kepentingan dan tujuan yang mungkin tak selalu

sama. Karena itu, adalah suatu kewajaran jika antara masyarakat dan negara saling

berkonflik untuk memperebutkan atau memperjuangkan sesuatu yang sama

maupun berbeda.7

Civil society merupakan perkumpulan masyarakat politik, yang taat kepada

hukum, menjalin persaudaaran, toleransi, dan menjamin kebebasan beragama.

Tidak hanya itu, civil society sebagai penegak demokrasi, penegakan terhadap

hukum yang tidak adil dan melindungi apapun bentuk kekerasan. Dalam

praktiknya, perjuangan yang dilakukan oleh civil society sering mengalami

kendala cukup berat. Misalnya, pemerintahan yang otoriter, adanya sikap

masyarakat yang eklusif terhadap kemajemukan bangsa. Padahal, nilai-nilai

keberagaman merupakan khazanah kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki oleh

bangsa lain.

Menurut Gabriel A. Almond kelompok kepentingan adalah setiap organisasi

yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah tanpa, pada waktu yang

sama, berkehendak memperoleh jabatan publik, yaitu jabatan politik maupun

pemerintahan. Kelompok kelompok kepentingan yang dibentuk ini bertujuan

untuk memperkuat dan mengefektifkan tuntutan-tuntutan mereka dengan

mengartikulasikan kepentingan mereka melalui anggota dewan, parlemen, atau

7 Muhammad Asfar, Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus

Indonesia, h.55.

Page 36: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

23

pejabat pemerintahan.8 Dalam konsep yang disebutkan AS. Hikam, kelompok

kepentingan termasuk dalam wujud civil society. Sehingga strategi yang

digunakan berlaku juga untuk civil society dalam menyelesaikan masalah.

2. Civil Society dan Toleransi

Kebutuhan akan toleransi muncul dalam situasi-situasi yang dicirikan oleh

adanya pertikaian atau pertentangan umumnya antara kalangan mayoritas dan

minoritas menyangkut perbedaan-perbedaan kelompok minoritas yang tidak

disukai oleh kalangan mayoritas dan yang menyebabkan orang-orang yang

berbeda tersebut disakiti, dilecehkan ataupun dikucilkan.9

Ada tiga term yang menjadi satu kesatuan konsep ketika Nurcholish

membicarakan rumusan masyarakat madani, pertama: demokrasi, kedua:

masyarakat madani (civil society), dan ketiga: civility. Menurutnya, jika

demokrasi harus punya rumah, maka rumah bagi demokrasi ialah masyarakat

madani dimana berbagai macam perserikatan, federasi, sindikat, persatuan, partai

dan kelompok bergabung untuk menjadi komunikator antara negara dan warga

negara.10

Sedangkan civility merupakan kualitas etik yang dimiliki oleh

masyarakat, seperti toleransi, keterbukaan, dan kebebasan yang betanggung

jawab.

Nurcholish menyatakan bahwa masyarakat madani sangat ditentukan oleh

kualitas civility yang dimiliki warganya. Civility mengandung makna toleransi,

8 Mohtar Mas‟oed dan Colin Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press), h. 65. 9 Felix Baghi, Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi (Maumere: Ledalero,2012), h.369.

10 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Cet. I (Jakarta: Paramadina,

1999), h.145

Page 37: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

24

yang mempunyai arti kesediaan personal untuk menerima berbagai macam

pandangan politik dan tingkah laku sosial, juga kesediaan untuk menerima

pandangan bahwa tidak semua permasalahan memiliki jawaban yang benar.11

Toleransi menjadi salah satu elemen kunci dalam terciptanya stabilitas

sosial dalam masyarkat. Toleransi merupakan sebuah sikap saling menghargai

ataupun menghormati di antara perbedaan yang ada pada masyarakat. Sikap

toleransi yang muncul dari setiap individu ataupun kelompok memberikan nilai

tersendiri dalam masyarakat. Tanpa adanya toleransi di masyarakat akan

cenderung sering terjadi konflik, pertengkaran atau upaya saling menjatuhkan

kelompok satu dengan lainnya.

Dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran yang berbeda. Penafsiran

secara positif dan secara negatif. Penafsiran yang bersifat negatif menyatakan

bahwa toleransi cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak

menggangu orang maupun kelompok lain baik yang berbeda pandangan maupun

yang sama. Sedangkan penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa harus adanya

bantuan serta dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain

tersebut.12

Dengan pemahaman di atas, toleransi dapat disimpulkan sebagai pemberian

kebebasan terhadap sesama manusia untuk menjalankan keinginanya atau

mengatur kehidupnya selama dalam pelaksanaannya itu tidak melanggar dengan

11

Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 15. 12

Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2001), h. 13.

Page 38: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

25

aturan yang telah berlaku sehinga tidak merusak perdamaian di tengah

masyarakat.13

Bernard Lewis menyebutkan bahwa tantangan untuk melihat apakah civil

society ada atau tidak di negara-negara Muslim yaitu melalui toleransi. Sementara

itu Schmitter menegaskan bahwa civil society memberi kontribusi pada

demokrasi, karena ia membantu menciptakan toleransi di antara warga negara.

Toleransi pada akhirnya membantu menciptakan stabilitas sosial dalam

masyarakat.14

Teori elitis tentang demokrasi menegaskan bahwa warga negara yang tidak

toleran cenderung untuk bersikap apatis atau absen dari politik. Namun pada

kondisi tertentu, massa yang tidak toleran dapat dimobilisasi untuk mendukung

kelompok-kelompok yang bertikai dan dipimpin elit. Mobilisasi seperti ini

mengandung potensi bahaya yang besar dan dapat mengancam ranah stabilitas

sosial politik yakni demokrasi.15

Menurut Harold Crouch, terciptanya stabilitas sosial politik dapat dilihat

melalui dua hal. Pertama, terdapat pemerintahan yang stabil dan dapat

menjalankan programnya sesuai dengan teritori yang telah ditentukan. Kedua,

sistem pemerintahan yang stabil dan mampu menerima perubahan maupun

13

Tim FKUB Semarang, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, (Semarang: FKUB,

2009), h.381-382. 14

Saiful Mujani, Muslim Demokrat “Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru” (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007), h.153. 15

Saiful Mujani, Muslim Demokrat, h.157.

Page 39: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

26

modernisasi yang bersifat dinamis dengan tidak merubah sistem yang sudah ada

dalam masyarakat.16

Sedangkan Arbi Sanit berpendapat bahwa stabilitas politik secara teoritis

ditentukan dari tiga variabel yang saling berkaitan yaitu perkembangan ekonomi,

perkembangan pelembagaan dan partisipasi politik. Perkembangan ekonomi

meliputi adanya tingkat pertumbuhan yang cukup dalam masyarakat. Sedangkan

pelembagaan politik lebih terarah pada minimalisir munculnya konflik antara

elemen dan kekuatan politik. Kemudian partisipasi politik lebih terfokus terhadap

konsep partisipasi yang berlandaskan pada pola pemerintahan dalam bentuk

partisipasi yang lebih bersifat mobilized.17

Civil Society kemudian menjadi bagian yang tidak terlepas dari terwujudnya

sebuah stabilitas dalam masyarakat. Masyarakat sipil yang dipercaya memiliki

kapasitas lebih dan dapat mewakili masyarakat luas tentu sangat berpengaruh bagi

kehidupan bermasyarakat. Sering kali ancaman mengenai stabilitas lahir dari

adanya permasalahan intoleransi pada lapisan masyarakat.

Stabilitas demokrasi merupakan fenomena yang kompleks dan budaya

politik merupakan salah satu unsur penting yang menentukan stabilitas tersebut.

Robert Dahl berpendapat bahwa unsur esensial dari budaya politik yang

dibutuhkan bagi stabilitas demokrasi adalah toleransi politik. Toleransi memang

16

Harold Crouch, Perkembangan Ekonomi dan Modernisasi (Jakarta: Yayasan

Pengkhidmatan,1982), h.88-89. 17

Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan

Pembangunan (Jakarta: Rajawali Press,1982), h.2

Page 40: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

27

tidak identik dengan demokrasi, tetapi toleransi dipercaya sebagai faktor penting

untuk membuat demokrasi bekerja secara stabil.18

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan, stabilitas politik adalah tingkah

laku atau pola sikap sekumpulan komponen sistem politik yang membangun

hubungan kekuasaan dan kelestarian susunan struktur sehingga dapat menunjang

efektivitas pemerintahan.19

B. Teori Strategi

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi sudah menjadi definisi yang sering digunakan oleh

masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti rencana, taktik atau

cara untuk mencapai sebuah tujuan. Menurut Jatmiko strategi dideskripsikan

sebagai suatu cara organisasi yang hendak mencapai tujuannya, sesuai dengan

kondisi dan keadaan lingkungan eksternal yang dihadapi serta kemampuan

sumber daya internal organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut, terdapat tiga

faktor yang mempunyai pengaruh penting pada strategi, diantaranya lingkungan

eksternal, sumberdaya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai.20

Strategi merupakan suatu pola atau rencana yang menyatukan tujuan inti

suatu organisasi, kebijakan serta tahapan kegiatan ke dalam suatu keseluruhan

yang bersifat kohesif. Strategi yang dirancang dengan akurat dapat membantu

menata dan mengalokasikan sumber daya suatu organisasi menjadi sebuah bentuk

18

Robert Dahl dalam buku Saiful Mujani, Muslim Demokrat “Islam, Budaya Demokrasi,

dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru” (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007), h.154. 19

Arbi Sanit, Ormas dan Politik (Jakarta: LSIP,1995), h.57. 20

Jatmiko, Manajemen Stratejik (Malang: Universitas Muhamadiyah Malang Press,2003),

h.4

Page 41: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

28

yang berbeda serta memiliki ciri khas tersendiri sehingga dapat bersinergi dalam

masyarakat.

J. Winardi menjelaskan bahwa strategi merupakan rencana atau semacam

rangkaian tindakan tententu alam sebuah organisasi dan merupakan pedoman

untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai sebuah rencana, strategi memiliki dua

karakteristik, yaitu disusun sebelum rangkaian tindakan tertentu dilaksanakan dan

dikembangkan secara sadar dengan tujuan tertentu. Seringkali strategi dinyatakan

secara eksplisit, seperti dalam dokumen yang dikenal sebagai rangkaian rencana,

tetapi tidak dinyatakan secara formal.21

Dimensi dalam strategi pada suatu organisasi memiliki dimensi yang

komperhensif. Tujuan atau sasaran yang penting dan apa saja target yang perlu

dicapai, kapan hasil tersebut harus dilaksanakan. Dari sasaran nilai yang

diperoleh, kemudian menyatakan kearah mana organisasi tersebut mengarah.

Melalui berbagai macam sasaran organisasi yang bersifat komprehensif, yang

menetapkan sifat organisasi, dan menetapkan target bagi seluruh kesatuan

anggotanya.22

2. Strategi Politik Civil Society

Strategi civil society dalam kaitannya dengan permasalahan toleransi agama

dapat dilihat dari teori Michael G Roskin. Michael menyebutkan setidaknya ada

enam strategi yang digunakan oleh civil society dalam merealisasikan tujuannya.

Pertama, pendekatan terhadap anggota parlemen, Kedua pendekatan terhadap

21

J Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, h.112. 22

Ibid.

Page 42: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

29

pemerintah, Ketiga pendekatan dalam hukum, Keempat pendekatan ke publik,

Kelima demonstrasi, dan Keenam adalah menyuarakan protes dengan kekerasan.

Pertama pendekatan terhadap anggota parlemen, pendekatan ini

menyebutkan bahwa kegiatan mempengaruhi memiliki perhatian yang besar.

Kontribusi kampanye dan bantuan kepada legislator diberikan oleh perusahaan

dan meyakinkan banyak pelobi untuk membeli sebuah undang-undang. Memang

setiap minat utama terancam oleh undang-undang baru yang tidak mengeluarkan

biaya untuk memastikan hukum tidak disahkan, dan mereka biasanya berhasil.

Namun rata-rata kelompok lobi memiliki sedikit yang untuk diberikan, sehingga

mereka harus menjadikan diri mereka sebagai penyedia informasi.23

Kedua pendekatan terhadap pemerintah, menurut pendekatan ini lembaga

eksekutif dapat menjadi tujuan yang lebih baik bagi civil society. Civil society

mungkin tidak butuh atau menginginkan undang-undang baru. Hanya interpretasi

yang menguntungkan terhadap peraturan dan regulasi yang sudah ada. Civil

society mempekerjakan banyak strategi yang sama dalam departemen eksekutif

yang mereka gunakan pada pelaksana undang-undang, termasuk kontak personal,

penelitian dan hubungan publik.

Ketiga pendekatan dalam hukum, dalam pendekatan ini civil society

mungkin juga menggunakan peradilan. Di negara di mana hukum itu kuat,

pengadilan menjadi arena pertarungan. Civil society menggunakan dua metode

pengadilan untuk mewujudkan tujuannya. Pertama mereka dapat mengajukan

gugatan langsung atas nama kelompok atau kelas perorangan yang minatnya

23

Michael G. Roskin, Political Science An Introduction (United Stated: Pearson

Education,2012), h.187.

Page 43: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

30

mereka wakili. Kedua bagi civil society untuk mengajukan teman pengadilan

untuk mendukung seseorang yang menyebabkan kasus tersebut.

Keempat pendekatan pada publik, civil society sering membawa kasus

mereka kepada publik secara damai atau tidak sama sekali. Bahkan civil society

yang kuat menyadari betapa pentingnya public image dan investasi hubungan

publik lainnya untuk menjelaskan kontribusi mereka dan mengapa kepentingan

mereka bagus untuk negara tersebut.

Kelima demontrasi, organsiasi tertentu seperti Asosiasi Kanker Amerika dan

Dana Jantung mungkin mendapatkan waktu dan periklanan secara gratis, tetapi

kebanyakan kelompok kepentingan tidak mampu untuk membeli publisitas.

Seperti kelompok yang tidak mampu mereka cenderung menahan aksi

demonstrasi untuk mempublikasikan masalahnya. Seperti Mahatma Gandhi yang

melakukan protes demonstrasi tanpa kekerasan dengan tujuan mengusir British

dari India.

Keenam menyuarakan protes dengan kekerasan, kelompok yang kalah

dalam saluran politik secara umum biasanya melakukan protes sebagai jalan

alternatif. Amerika Serikat tidak asing dengan tindak protes seperti ini yang

membutuhkan psikologis yang dipupuk oleh kemiskinan, diskriminasi, frustasi

dan merasakan ketidakadilan sosial.24

24

Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h.188-189.

Page 44: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

31

BAB III

PROFIL WILAYAH DAN PROFIL FORUM LINTAS ORMAS

Pada bab ini penulis menjabarkan tentang gambaran umum objek penelitian

yang terdiri dari profil wilayah Jagakarsa dan Tanjung Barat, intoleransi di

wilayah Kecamatan Jagakarsa pada periode 2013-2016 dan profil Forum Lintas

Ormas periode 2016-2021.

A. Intoleransi di Jagakarsa

Kecamatan Jagakarsa merupakan salah satu Kecamatan di wilayah kota

administrasi Jakarta Selatan, Sesuai dengan surat keputusan Gubernur Kepala

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor: 1251 Tahun 1986, Nomor: 435 Tahun

1966 dan Nomor: 1986 Tahun 2000. Secara geografis, kecamatan Jagakarsa

terletak pada bagian selatan Provinsi Jawa Barat. Maka luas wilayah Kecamatan

Jagakarsa adalah 25,01 Km2 yang terdiri atas 54 RW dan 545 RT. Kecamatan

Jagakarsa terdiri dari 6 Kelurahan, yaitu: 1

1. Kel. Cipedak

2. Kel. Srengseng Sawah

3. Kel. Ciganjur

4. Kel. Jagakarsa

5. Kel. Lenteng Agung

6. Kel. Tanjung Barat

Jagakarsa merupakan wilayah yang terkenal dengan pribumi asli Jakarta.

Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di Jagakarsa sebagian besar

1 Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa dalam

Angka 2016, No. Katalog BPS 1102001.3171.010 ISSN: 0854-087X. (Jakarta Selatan, Badan Pusat

Statistik Kota Jakarta Selatan,2016), h.3.

Page 45: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

32

memiliki etnis Betawi. Salah satu icon dari wilayah ini adanya Setu Babakan yang

merupakan tempat kampung kebudayaan betawi. Di Setu Babakan banyak

diadakan acara ataupun pesta rakyat yang dihadiri tidak hanya dari etnis betawi,

melainkan secara keseluruhan. Hal tersebut menumbuhkan rasa toleransi antara

perbedaan yang ada dalam masyarakat

Kasus intoleransi di Indonesia masih sering terjadi hingga kini. Banyak

penyebab yang menjadi sumber permasalahan dalam setiap kasus intoleransi

tersebut. Intoleransi adalah pemahaman bahwa kelompok, sistem kepercayaan

atau gaya hidupnya lebih tinggi daripada yang lain. Hal ini dapat menimbulkan

berbagai konsekuensi dari kurangnya penghargaan terhadap orang lain hingga

sikap diskriminasi yang ekstrim.2

Wilayah Kecamatan Jagakarsa masih sering terjadi kasus intoleransi,

khususnya pada segi agama. Pada tahun 2013 saat Susan Jasmine Zulkifli yang

merupakan non-Islam menjadi lurah di wilayah Lenteng Agung. Masyarakat

menolak Susan untuk menjabat sebagai Lurah di Lenteng Agung. Penolakan

tersebut juga diungkapkan melalui aksi demonstrasi yang dilakukan di depan

kantor Kelurahan Lenteng Agung. Salah satu warga yang mengetahui kejadian

tersebut mengaku menyayangkan hal tersebut.

Kemudian kasus yang terjadi di jalan belimbing daerah Jagakarsa yang

melibatkan Ormas Paroki dengan masyarakat dan Ormas setempat. Dalam kasus

ini Ormas Paroki ingin membangun asrama pasturan, namun dalam

2 Halili, Supremasi Intoleransi Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Minoritas

Keagamaan di Indonesia 2016 (Jakarta: Setara Institute, 2016), h.18.

Page 46: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

33

implementasinya mereka justru ingin membangun rumah ibadah. Hal ini

kemudian menimbulkan penolakan oleh masyarakat setempat. Ibu Alfi

masyarakat setempat menyebutkan bahwa penolakan yang terjadi dikarenakan

masyarakat merasa dibohongi oleh Paroki karena tujuan awal mereka adalah

membuat rumah pastur tetapi yang terjadi justru membuat rumah ibadah.

Akhirnya Paroki harus memenuhi persyaratan mengenai kesediaan masyarakat

untuk pendirian bangunan rumah ibadah tersebut dengan tanda tangan seratus

orang warga setempat, walaupun izin mendirikan bangunan sudah mereka

pegang.3 Alhasil mereka tidak dapat memenuhi regulasi sosial tersebut dan

akhirnya pendirian rumah ibadah mereka tidak dapat terealisasikan. Contoh-

contoh kasus demikian yang sudah pernah terjadi di daerah Jagakarsa yang terkait

dengan intoleransi di masyarakat sebelum berdirinya FLO.

B. Profil Tanjung Barat

1. Sejarah Tanjung Barat

Pada era pra-kemerdekaan, wilayah Tanjung Barat terletak di daerah Muara.

Wilayah ini merupakan pusat dari sebuah kerajaan kecil bernama kerajaan

Tanjung Jaya yang merupakan kerajaan bawahan dari kerajaan Pajajaran.

Kerajaan ini didirikan oleh Prabu Wangsatunggal, seorang sepupu Prabu

Ragamulya Luhur Prabawa, raja Kerajaan Sunda ke-30. Wangsatunggal

mendirikan kerajaan ini pada tahun 1333. Kerajaan ini awalnya bernama Tanjung

Kalapa dan berpusat di Tanjung Timur, tetapi oleh Wangsatunggal pusat Kerajaan

3 Wawancara dengan Ibu Alfi Wartaif masyarakat Jagakarsa pada tanggal 13 April 2019 di

rumah pribadi, Lenteng Agung.

Page 47: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

34

Tanjung Kalapa dipindahkan ke Tanjung Barat. Prabu Wangsatunggal kemudian

mengganti nama Tanjung "Kalapa" dengan Tanjung "Jaya".

Tanjung Barat merupakan Kelurahan yang terletak di Jakarta Selatan.

Kelurahan ini memiliki kode wilayah 31.74.09.1005 serta kode pos 12530.

Kelurahan ini terletak di Kecamatan Jagakarsa kota administrasi Jakarta Selatan.

Luas Kelurahan Tanjung Barat sebesar 364.64 Ha terdiri dari 6 RW serta 66 RT

yang mencangkup area-area:4

Utara: Poltangan, Kober, Nangka Utara, Beringin Besar, Lebak Sari,

Remidi, Swadaya, Gunuk Ciliwung, Perikanan.

Selatan: Stasiun Tanjung Barat, Rancho, Muara, Gintung, Buni, Kampung

Bulak, Tanjung Mas, Nangka Selatan. Bacang, Sonton, Kancil, Gang

Guru, Jayanti, Gang Seratus.

Barat: Gang Waru, Gang Langgar, Gang Waru, AMD, Stoplas, Kolong,

Jalan Baru.

Wilayah Jakarta Selatan adat istiadat yang lebih dominan adalah suku

Betawi. Suku-suku yang mendiami kelurahan Tanjung Barat ditengahnya, Suku

Betawi, Jawa, Sunda, Minang, Batak dll. Selain bahasa Betawi, bahasa yang lain

juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Bahasa

Jawa, Sunda, Minang juga Batak. Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang

tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang dicampur

dengan bahasa asingtetapi umumnya penduduk Tanjung Barat memakai bahasa

Betawi.

4 Tim BPS, “Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Sealatan,” artikel terbit pada 14 Mei 2014

dari http://jakselkota.bps.go.id.

Page 48: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

35

2. Pemerintahan

Kelurahan Tanjung Barat sebelumnya termasuk dalam wilayah

Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada tanggal 18 Desember 1990

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1990 yang

ditengahnya mengandung pemekaran wilayah Kecamatan Pasar Minggu dijadikan

dua yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa. Peraturan

Pemerintah ini dimuat dalam Lembaran Negeri No. LN 1990/87.5

Penduduk Kelurahan ini sangat heterogen seperti umumnya kelurahan-

kelurahan di Jakarta tetapi adat istiadat umum yang masih dominan di masyarakat

adalah adat istiadat Betawi. Terdapat satu bangunan yang memenuhi standar

sebagai kantor Kelurahan di Tanjung Barat dengan status kepemilikan oleh

pemerintah. Penduduk yang bekerja pada Kelurahan Tanjung Barat rata-rata

lulusan SMA/Sederajat. 6

Lurah Tanjung Barat sekarang merupakan Aryan Syafari yang terpilih lewat

proses lelang posisi Lurah dan Camat yang diprakarsai Gubernur Joko

Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaya Purnama. Lurah Aryan Syafari

menggantikan Lurah sebelumnya yaitu Lurah Satia, S.IP. Kemudian pada Oktober

2016 Lurah Satia digantikan oleh Lurah Debby Oktavia.

Program Unggulan dari Kelurahan Tanjung Barat adalah:7

5 Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1990 tentang Pemekaran Wilayah Kecamatan Pasar

Minggu. 6 Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa dalam

Angka 2016, No. Katalog BPS 1102001.3171.010 ISSN: 0854-087X. (Jakarta Selatan, Badan Pusat

Statistik Kota Jakarta Selatan,2016), h.19. 7 Tim BPS, “Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Sealatan,” artikel terbit pada 14 Mei 2014

dari http://jakselkota.bps.go.id.

Page 49: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

36

a. Mengembangkan kualitas dan kuantitas pelayanan bagi masyarakat

menuju pelayanan prima dan satu pintu, serta menjadikan kantor kelurahan

sebagai pusat informasi bagi masyarakat.

b. Menjaga semangat dan kebersamaan masyarakat bagi membangun

wilayah melintas penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dan lembaga

kemasyarakatan yang ada dengan tetap mengutamakan diskusi atau

musyawarah.

c. Mempertahankan sebagai anggota dari wilayah yang mempunyai wilayah

resapan air serta selalu menjaga keteduhan dan keasrian di setiap anggota

yang terkait.

d. Mengajak masyarakat bagi mendukung program kerja Gubernur selama 5

tahun ke depan.

C. Profil Forum Lintas Ormas Jagakarsa Periode 2016-2021

1. Sejarah FLO

Urgensi yang terjadi pada wilayah Jakarta Selatan terkait permasalahan

konflik dan perbedaan pendapat antar Ormas membuat pemerintah kota

administrasi Jakarta Selatan membentuk sebuah organisasi untuk mewadahi

perbedaan aspirasi antar Ormas. Kemudian para pimpinan Ormas dan LSM yang

ada di wilayah Jakarta Selatan sepakat untuk membentuk suatu badan atau

organisasi yang tugasnya difokuskan pada pemberdayaan Ormas dan LSM di

wilayah Jakarta Selatan. Akhirnya pada tahun 2014 terbentuk organisasi dengan

nama Forum Lintas Ormas di wilayah Jakarta Selatan8.

Forum Lintas Ormas merupakan gabungan dari organisasi masyarakat dan

Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Jakarta Selatan. Dalam FLO sendiri

8 Lembar Pengorganisasian Forum Lintas Ormas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

Periode 2016-2021.

Page 50: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

37

tergabung bermacam Ormas seperti pada bidang kepemudaan dan juga bidang

keagamaan. Keberagaman tersebut menjadi misi bagi FLO sendiri dalam

membentuk toleransi baik antar Ormas dan LSM maupun dengan masyarakat.

Walikota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor mengukuhkan kepengurusan Forum

Lintas Ormas (FLO) di Kantor Walikota Jakarta Selatan.9

Perkembangan dinamika harmonisasi di Jakarta Selatan kemudian

mendorong Walikota Jakarta Seaatan untuk mendirikan FLO di cabang

Kecamatan. FLO komisariat Kecamatan Jagakarsa merupakan cabang pertama

yang didirikan di daerah Kecamatan. FLO didirikan dengan dasar adanya

kondisi yang kurang kondusif dan masih sering terjadi konflik antar ormas

maupun warga sekitar dalam kehidupan bermasyarakat.10

Forum Lintas Ormas Jagakarsa terbentuk pada Januari 2016 dan

dikukuhkan pada Februari 2016 yang dipimpin oleh H. Purwanto. Forum

Lintas Ormas dibentuk untuk membangun kepedulian sosial dan toleransi

antar Ormas, LSM maupun masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Dengan terbentuknya FLO tingkat Kecamatan, keharmonisan hidup antar

masyarakat dan ormas dapat terwujud.11

Menurut Abi selaku ketua karang taruna kecamatan Jagakarsa

mengatakan bahwa ia menjadi ketua panitia saat FLO ini dikukuhkan pada 16

Februari 2016. Pelantikan tersebut tentunya dihadiri oleh tiga pilar

9 Julkifli Marbun, “Forum Lintas Ormas Jadi Ruang Silaturrahim Antarormas dan LSM,”

artikel terbit pada 28 November 2014 dari https://www.republika.co.id. 10

KIP JS, “FLO Kecamatan Jagakarsa Dikukuhkan,” artikel terbit pada 15 Januari 2017

dari http://selatan.jakarta.go.id. 11

Wawancara dengan H. Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 8 Maret 2019 di Jatipadang

pada pukul 16.30 WIB.

Page 51: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

38

pemerintahan dan perwakilan dari tiap Ormas dan LSM yang ada di

Jagakarsa. Abi mengaku bahwa di wilayah Jagakarsa perlu adanya wadah

aspirasi bagi Ormas sehingga semua kepentingan dapat direalisasikan tanpa

merugikan pihak manapun. Akhirnya terbentuklah Forum Lintas Ormas yang

difokuskan untuk membuat Jagakarsa Bersatu dan Jagakarsa Bersaudara.12

2. Visi dan Misi

Organisasi masyarakat tentu memiliki visi misi yang telah disepakati

sebelum berdirinya organisasi tersebut. Dengan adanya visi dan misi, Ormas

dapat memfokuskan dirinya sesuai dengan tujuan dibentuknya organisasi

tersebut. FLO Jagakarsa memiliki visi dan misi yang akan dijalankan dalam

setiap kegiatan FLO.

Visi FLO: Mewujudkan pemerintahan yang kondusif, menjunjung tinggi

persatuan dan kesatuan, serta menjunjung tinggi kebersaamaan sehingga tercapai

Jagakarsa Bersatu dan Jagakarsa Bersaudara.

Adapun beberapa misi yang dirancang oleh FLO dalam mewujdkan

visinya yaitu:13

1. Menampung aspirasi Ormas serta LSM yang ada di wilayah Jagakarsa

2. Mencegah terjadinya konflik yang terjadi antar Organisasi Masyarakat

maupun LSM di Jagakarsa

3. Mengadakan kegiatan positif dengan mengikutsertakan Ormas dan

LSM yang ada di Jagakarsa

4. Mampu menjadi mediator konflik yang terjadi antara Ormas maupun

LSM

12

Wawancara dengan Abi Hardono Ketua Karang Taruna Kecamatan Jagakarsa pada 13

April 2019 pukul 16.20 WIB melalui aplikasi Whatsapp. 13

Lembar Pengorganisasian Forum Lintas Ormas Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan Periode 2016-2021.

Page 52: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

39

5. Mengedukasi masyarakat sekitar serta memberi pandangan baik

terhadap Ormas di Jagakarsa

6. Menghargai segala perbedaan yang ada pada masyarakat Jagakarsa

guna menghindari terjadinya konflik

3. Struktur Organisasi

Sebuah Organisasi yang terbentuk tentu memiliki struktur

kepengurusan sebagai sebuah komponen yang dapat melengkapi satu sama

lainnya. FLO Kecamatan Jagakarsa kota administrasi Jakarta Selatan memiliki

struktur organisasi yang sudah ditetapkan melalui pengukuhan FLO dengan

masa bakti 2016-2021. Penasihat dari FLO Jagakarsa ada Tiga Pilar

Pemerintahan Kecamatan yaitu, Camat Jagakarsa, Kapolsek Metro Jagakarsa

dan Danramil.

Berdasarkan pengukuhan yang dilakukan di SDI Al-Bayyinah

Jagakarsa, terbentuk komposisi personalia kepengurusan FLO Kecamatan

Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan masa bakti 2016-2021.

Rincian kepengurusan FLO sebagai berikut:

Page 53: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

40

Gambar III.C.1.14

Struktur Organisasi Forum Lintas Ormas

14

Lembar Pengorganisasian Forum Lintas Ormas Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan Periode 2016-2021.

KETUA

H. Purwanto, SH

DEWAN PEMBINA FLO

KH. DRS Sulaiman

Rohimin

KH. DRS H. M Sholihin

Harasy

KH Ahmad Mursidi WAKIL KETUA

H. Syamsudin

PENASEHAT FLO

Tiga Pilar Pemerintah

Kecamatan

Camat Jagakarsa

Danramil

SEKRETARIS

Zainuddin, MY

ANGGOTA

Suherman

Dadang Rosadi

Adi Cahyono

Ahmad Sanusi

Hj. Sri Sunarti

Fifi Wijaya

BENDAHARA

H. Syaifudin

Page 54: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

41

4. Program Organisasi

FLO Kecamatan Jagakarsa kota administrasi Jakarta Selatan tentu

memiliki program-program yang sudah dirancang untuk mencapai tujuan yang

telah dimusyawarahkan. Banyak program yang dijalankan guna membuat

wilayah Jagakarsa aman, sejahtera dan bebas dari konflik. Program tersebut

adalah:15

a. Pertemuan Rutin antar Ormas

Pada kenyataannya FLO merupakan organisasi yang didirikan untuk

membuat Jagakarsa bersatu dan bersaudara. FLO kemudian membuat

sebuah agenda pertemuan secara rutin untuk menjaga silaturrahmi

antar ormas dan LSM. Walaupun hanya sekedar duduk sambil

menikmati kopi dengan percakapan kecil di dalamnya. Kegiatan

seperti ini bertujuan untuk mempererat komunikasi dan saling

tumbuhnya rasa kepedulian sehingga meminimalisir konflik antar

Ormas maupun LSM.

b. Kerja Bakti bersama masyarakat

Salah satu yang dilakukan oleh FLO dalam mensinergikan Ormas

yang ada di Jagakarsa terhadap masyarakat sekitar sehingga Ormas

dapat dipandang baik dan memiliki kepedulian dalam masyarakat.

Biasanya kerja bakti dilakukan dua bulan sekali dan melibatkan

seluruh Ormas yang ada di Jagakarsa. Setiap Ormas biasanya memiliki

15

Lembar Pengorganisasian Forum Lintas Ormas Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan Periode 2016-2021.

Page 55: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

42

perwakilan yang dapat menghadiri acara kerja bakti tersebut. Kegiatan

kerja bakti dilakukan pada pagi hari Minggu pukul 08.00-11.00 WIB.

c. Santunan terhadap anak yatim di wilayah Jagakarsa

Tidak hanya terpaku pada persatuan dan ketentraman antar Ormas,

FLO juga memiliki program sosial yang bernama santunan yatim dan

dhuafa. Dalam program ini FLO memberikan bantuan berupa sembako

dan juga uang bagi anak-anak yatim maupun masyarakat yang

membutuhkan. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai bantuan baik

oleh Ormas yang ada di Jagakarsa maupun masyarakat sekitar.

d. Mengadakan acara-acara di hari Nasional

Kegiatan menghormati hari-hari nasional di Indonesia juga dilakukan

oleh FLO dengan cara mengadakan acara terkait hari nasional

tersebut. Misalnya seperti hari olahraga nasional maka diadakan

kegiatan porseni olahraga, hari kesehatan maka diadakan acara donor

darah dan hari peringatan G30S-PKI juga diadakan acara nonton

bareng film G30S-PKI. Hal demikian dilakukan tidak lain untuk

membuat sebuah komunikasi dan silaturrahmi yang baik antara

masyarakat dan juga Ormas.

e. Pelestarian Kebudayaan

Selain mengadakan program yang bertujuan untuk mempersatukan

dan mewadahi Ormas di Jagakarsa, FLO juga mengadakan program

pelestarian kebudayaan. Di daerah Jagakarsa khususnya kebudayaan

yang dominan adalah budaya Betawi dan Jawa. Namun etnis lain juga

Page 56: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

43

terdapat di wilayah Jagakarsa seperti Madura, Minang, Batak dan

sebagainya. FLO biasanya mengadakan acara pelestarian kebudayaan

di Situ Babakan yang merupakan icon atau tempat asli daerah tersebut.

Acara yang digelar seperti festival kebudayaan dan kuliner sehingga

kebudayaan khas wilayah tersebut masih tetap terjaga baik dalam segi

seni maupun kulinernya.

f. Mendukung Gerakan Bebas Narkoba

Program yang satu ini merupakan hasil kesepakatan antar Ormas

mengingat makin meningkatnya generasi muda yang terjerumus pada

ranah narkotika. FLO dengan bantuan Ormas setempat bertekad untuk

mencegah serta membasmi adanya kegiatan yang berhubungan dengan

narkoba dan zat adiktif lainnya. Dengan demikian, FLO dapat

membantu mewujudkan lingkungan yang sehat dan bebas dari

pengaruh obat-obatan.

Terlepas dari semua program tersebut, tujuan utama FLO tetap untuk

membuat Jagakarsa bersatu dan bersaudara. Kegiatan yang memberi manfaat dan

kebaikan masyarakat luas tentu akan selalu didukung oleh pihak FLO. Purwanto

menyebutkan selama kegiatan tersebut positif, pihaknya akan terus memberi

dukungan guna mensinergikan para Ormas dan LSM di Jagakarsa.16

16

Wawancara dengan H. Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 8 Maret 2019 di Jatipadang

pada pukul 16.30 WIB.

Page 57: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

44

BAB IV

STRATEGI FLO DALAM PENYELESAIAN KASUS PENDIRIAN

GBKP DI TANJUNG BARAT

Pada bab ini, penulis menganalisa strategi Forum Lintas Ormas dalam

menyelesikan kasus Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat

Jakarta Selatan tahun 2016. Strategi dilihat dengan merujuk pada teori strategi

Michael G. Roskin untuk mengetahui apa saja strategi yang digunakan FLO

dalam menyelesaikan kasus GBKP di Tanjung Barat Jakarta Selatan tahun 2016.

Pada bab ini juga terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi oleh FLO dalam

penyelesain kasus tersebut.

A. Strategi FLO dalam Penyelesaian Kasus GBKP

Dalam menyelesaikan sebuah permasalahan, civil society tentu

menggunakan strategi sebagai dasar dalam mengambil tindakan serta penyelesain

kasus tersebut. Dalam kasus ini, hal yang mendasari terjadinya kasus GBKP di

Tanjung Barat dikarenakan surat izin bangunan yang tidak sesuai dan adanya

penolakan masyarakat setempat untuk didirikan gereja di wilayah tersebut.

Bangunan di tempat tersebut awalnya adalah bangunan berbentuk ruko namun

masih berizinkan rumah kantor. GBKP sudah menggunakan bangunan tersebut

untuk kegiatan ibadah selama dua tahun silam. Menurut Michael G. Roskin ada

beberapa strategi yang dapat digunakan oleh civil society dalam merealisasikan

tujuannya. Pertama, pendekatan terhadap anggota parlemen, Kedua pendekatan

terhadap pemerintah, Ketiga pendekatan dalam hukum, Keempat pendekatan ke

Page 58: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

45

publik, Kelima demonstrasi, dan Keenam adalah menyuarakan protes.1 Namun

analisa yang didapatkan penulis dalam penelitian ini menyatakan bahwa hanya

beberapa strategi yang digunakan FLO dalam penyelesaian kasus GBKP di

Tanjung Barat, Jakarta Selatan sesuai dengan teori Michael G Roskin. Adapun

strategi yang digunakan FLO adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan FLO terhadap Pemerintah wilayah Jakarta Selatan

Pemerintah merupakan elemen penting yang memiliki kekuatan dalam

merubah kebijakan dalam masyarakat. Pada hakikatnya, pemerintah merupakan

organisasi atau wadah yang mempunyai kekuasaan dan lembaga yang mengurus

masalah kenegaraan dan kesejahteraan masyarakat.2 Sedangkan menurut Roskin

pendekatan yang dilakukan melalui pemerintah dapat menjadi sarana yang baik

bagi kelompok kepentingan dalam merealisasikan tujuannya. Biasanya mereka

berfokus pada departemen khusus di bidang mereka. Seperti kelompok pertanian

akan berhubungan dengan Departemen Pertanian.3 Dalam kasus ini tentu pihak

pemerintah setempat memiliki peran yang signifikan dalam proses pendirian

gereja GBKP karena mereka yang dapat membuat surat IMB rumah ibadah yang

dibutuhkan oleh pihak GBKP.

Dalam usahanya, FLO sudah berkomunikasi dan merundingkan terkait

permasalahan pendirian gereja GBKP di Tanjung Barat dengan pihak pemerintah

yaitu Walikota Jakarta Selatan. Purwanto dan pihaknya menyebutkan

1 Michael G. Roskin, Political Science An Introduction (United Stated: Pearson

Education,2012), h.187-189. 2 Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada,2006), h.22. 3 Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h.187.

Page 59: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

46

permasalahan yang dihadapi saat ini terkait penolakan dan juga mengenai

perizinan bangunan.

“Sebenarnya kasus seperti ini bukan hal yang jarang ditemui, kasus penolakan

pendirian gereja sudah sering terjadi di wilayah Indonesia. dalam kasus yang

terjadi di Tanjung Barat ini, permasalahannya karena pihak GBKP tidak bisa

memenuhi persyaratan untuk menjadikan rumah ibadah. Langkah pertama yang

kami ambil yaitu dengan berkomunikasi langsung oleh Walikota Jakarta Selatan

dengan tujuan menjaga silaturrahmi antara umat Islam dengan Kristen.”4

Jika dilihat dari sejarah Indonesia, pada masa kolonial Belanda,

ketegangan yang terjadi antara Islam dan Kristen dominan disebabkan oleh

aktivitas kristenisasi dimana pihak Belanda juga memberi bantuan berupa bantuan

finansial maupun secara politik. Kemudian pada masa Orde lama ketegangan

antar umat Islam dan umat Kristen mencuat saat pembahasan UUD 1945 dan pada

sidang Konstituante hasil Pemilu 1955. Dalam pembukaan UUD 1945 disahkan

tujuh kata yang memiliki unsur islami, kemudian hal ini dianggap sebagai upaya

pembentukan negara Islam oleh umat Kristen. Dengan kedewasaan serta kearifan

ulama dan para tokoh Islam dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, maka dihapuslah tujuh kata: “Dengan kewajiban menjalankan Syariat

Islam Bagi Pemeluknya” sehingga menjadi Pancasila yang kita kenal hingga

sekarang.5 Agama adalah seperangkat struktur khusus yang mempunyai

kemampuan menjabarkan dan membentuk kenyataan sosial pada tempat dan

waktu yang berbeda. Dengan alasan demikian, agama tidak dapat dipandang

4 Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul 15.25

di kantor Bravo Lima Sera Jatipadang, Pasar Minggu. 5 Sudarta, Konflik Islam-Kristen, Menguak Akar Masalah Hubungan Antar umat Beragama

di Indonesia, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 79-80.

Page 60: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

47

sebagai sistem makna yang statis, tetapi senantiasa harus dilihat dalam keadaan

dinamis, dan mampu mengartikulasi berbagai kepentingan.6

Gambar IV.A.17

Pendekatan FLO dengan Pemerintah Terkait Kasus GBKP

Hasil perundingan antara pihak FLO dengan pemerintah setempat

menemukan jalan tengah. Purwanto tidak ingin terjadi bentrokan atau konflik

dalam masyarakat. Kemudian Tri Kurniadi selaku Walikota Jakarta Selatan

membuat surat larangan agar sementara waktu jemaat GBKP tidak beribadah di

Tanjung Barat tetapi akan disediakan tempat lain oleh FLO untuk menjalankan

ibadah para jemaat GBKP. Berikut adalah isi surat yang dikeluarkan oleh walikota

Jakarta Selatan:8

6 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996)

h.141. 7 Tim Dokumentasi FLO, foto dikirim melalui aplikasi whatsapp pada 6 September 2019.

8 Herianto Batubara, “Ini Surat Walikota Jaksel Larang Peribadatan GBKP Pasar

Minggu,” artikel terbit pada 2 Oktober 2016 dari https://news.detik.com.

Page 61: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

48

a. Kegiatan ibadah jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

menggunakan bangunan rumah kantor di RT 14 RW 04 Kelurahan

Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa dan tidak memiliki IMB sebagai

rumah ibadah.

b. Masyarakat RW 04 menolak didirikannya gereja GBKP yang tidak

memiliki surat IMB rumah ibadah di wilayah Kelurahan Tanjung Barat

Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kemudian

Pemerintah memberikan waktu kepada GBKP untuk mengurus Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) tersebut dua bulan dari surat ini

diterbitkan.

c. Mengingat permohonan pengurus jemaat Gereja Batak Karo Protestan

(GBKP) Pasar Minggu untuk pendirian rumah ibadat belum memenuhi

persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8

Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan

Pendirian Rumah Ibadat khususnya Pasal 14, maka Pemerintah Kota

Administrasi Jakarta Selatan akan memfasilitasi tersedianya lokasi

pembangunan rumah ibadat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

Pasar Minggu.

d. Dalam rangka memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat,

dihimbau kepada pengurus GBKP untuk sementara waktu

menghentikan kegiatannya di wilayah RT 14 RW 04 Kelurahan

Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Kota Adm. Jakarta Selatan yang

belum memiliki status sebagai rumah ibadah.

Namun, pihak GBKP menyebutkan bahwa pemerintah setempat berlaku

tidak adil kepada mereka. Napolo Siangian selaku tokoh agama GBKP

menyebutkan bahwa pihaknya sudah mengurus berkas surat perizinan kepada

aparatur setempat. Tetapi surat yang diterbitkan bukanlah izin rumah ibadah,

melainkan izin rumah kantor. “Setelah mendapat perintah untuk mengurus surat izin

bangunan, kami pihak GBKP langsung mengurus surat itu. Setelah dua bulan menunggu

Page 62: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

49

akhirnya terbit surat izin bangunan yang kami minta. Tapi yang dikeluarkan justru surat

izin bangunan rumah kantor, bukan rumah ibadah yang kami ajukan”9

Jati diri mayoritas telah selalu menempati ranah publik sehingga minoritas

sering kali terhantam hak kebebasannya. Oleh karenanya toleransi publik harus

diikhtiarkan kepada kelompok minoritas berupa perluasan kebebasan untuk

menyatakan keyakinan religius serta gaya hidup mereka.10

Begitu juga yang

dirasakan oleh GBKP saat itu, pihaknya kecewa mengenai regulasi yang berlaku

untuk mendapatkan izin rumah ibadah. Menurut Napolo regulasi tersebut

merugikan pihak minoritas. Pengertian minoritas sendiri merupakan kelompok

yang dibedakan oleh latar belakang, sudut pandang, atau praktik dalam

masyarakat luas.11

Persetujuan dari masyarakat sebanyak 60 orang membuat

GBKP terhambat untuk mendapat izin rumah ibadah. Beliau juga mengatakan

sudah melakukan lobi terhadap masyarakat agar dapat mendukung dan

menyetujui pembangunan gereja ini. Namun yang didapatkan pihak GBKP

hanyalah penolakan dan emosi warga sekitar. Hanya dapat dukungan kurang lebih

25 orang dari masyarakat sekitar. Sangat jauh dari target yang telah berlaku yaitu

60 orang.12

Walaupun pemerintah sudah memberi waktu tambahan terhadap pihak

GBKP untuk memenuhi regulasi yang tercantum sebagai lokasi rumah ibadah,

pihak GBKP tetap belum bisa memenuhi persyaratan perizinan rumah ibadah.

9 Wawancara dengan Napolo Siangian Tokoh Agama GBKP pada 11 September 2019

pukul 14.40 di rumah pribadi di Pasar Minggu.

10

Felix Baghi, Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi (Maumere: Ledalero,2012), h.399. 11

Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h.83.

12

Wawancara dengan Napolo Siangian Tokoh Agama GBKP pada 11 September 2019

pukul 14.40 di rumah pribadi di Pasar Minggu.

Page 63: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

50

Tetapi pemerintah melakukan relokasi terhadap lokasi pendirian bangunan

tersebut jika memang belum juga dapat surat izin bangunan tersebut. FLO juga

terus ikut mengawal jalannya arus permasalahan ini sehingga terus kondusif dan

tidak terjadi konflik di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, FLO sebagai civil society telah melakukan

pendekatan terhadap pemerintah setempat yaitu dengan walikota Jakarta Selatan.

Hasil pertemuan antara FLO dengan pihak pemerintah berhasil mengeluarkan

surat yang berisi empat poin di atas. Dengan demikian pihak GBKP mendapat

waktu tambahan untuk mengurus surat IMB tersebut sesuai dengan persyaratan

yang berlaku. Namun hingga waktu yang diberikan habis, pihak GBKP belum

mampu memenuhi persyaratan dalam mendapatkan IMB rumah ibadah.

2. Pendekatan Terhadap Hukum

Menurut Utrecht, hukum adalah kesatuan petunjuk kehidupan yang

mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh anggota

masyarakat yang bersangkutan.13

Produk hukum yang dihasilkan kadangkala

belum mampu menuntaskan permasalahan dan dinamika sosial yang terjadi di

masyarakat, sehingga perlu adanya revisi ataupun perbaikan terhadap Undang-

undang yang sebelumnya dirancang. Manakala tidak ada sistem sosial, maka

hukumlah yang menjadi kontrol sosial dan sistem sosial dalam masyarakat.14

Sedangkan menurut Roskin, hukum merupakan sesuatu yang harus ditaati dengan

pemberlakuan hukum dan memiliki peran yang sangat besar. Hal demikian yang

mengakibatkan lembaga yudisial setara dengan lembaga pemerintahan lainnya.

13

E. Utrecht, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h.6.

14

Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2013),

h.185.

Page 64: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

51

Pendekatan melalui hukum menurut Roskin adalah pendekatan yang

menggunakan peradilan sebagai sarana dalam mencapai tujuan yang diinginkan.15

Namun ada perbedaan dari teori Roskin dengan temuan penulis di lapangan,

penulis melihat dalam kasus ini, peradilan bukan satu-satunya jalan untuk

mencapai sebuah tujuan. Dalam kasus ini FLO lebih melakukan lobi kepada

badan hukum lain seperti FKUB. Tetapi asumsi bahwa hukum memiliki peran

yang sangat besar itu benar. Kasus GBKP ini secara garis besar dilatarbelakangi

oleh hukum dimana GBKP tidak memiliki surat IMB rumah ibadah sehingga

memunculkan penolakan dari masyarakat sekitar.

Dalam implementasi penyelesaian kasus GBKP Tanjung Barat Jakarta

Selatan, FLO sudah melakukan pendekatan melalui hukum kepada FKUB Jakarta

Selatan. FKUB dipercaya dapat menyikapi permasalahan intoleransi agama dan

dialah yang memiliki hak mengeluarkan surat rekomendasi tertulis terkait

pendirian rumah ibadah tersebut.16

Dalam pendekatan ini, FKUB digoloongkan

pada pendekatan hukum karena terdapat prosedur yang berkaitan dengan Undang-

undang prosedur perizinan rumah ibadah. Dalam pertemuan tersebut pihak FLO

meminta agar FKUB ikut serta mengatasi kasus ini sehingga tidak terjadi konflik

antar masyarakat beragama.

Menurut Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat,

15 Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h.188.

16 Siti Aminah, Uli Parulian, Memahami Kebijakan Rumah Ibadah (Jakarta: ILRC,2010),

h.27.

Page 65: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

52

FKUB Jakarta Selatan sebagai FKUB wilayah Kabupaten atau Kota memiliki

tugas dalam pendirian rumah ibadah sebagaimana yang tercantum dalam pasal 9

ayat (2) seperti melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat

dan juga memberikan surat rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian

rumah ibadah.17

Gambar IV.A.218

FLO Menemui Pihak FKUB Jakarta Selatan

Namun dalam implementasinya FKUB tidak dapat mengeluarkan

rekomendasi tertulis terhadap pihak GBKP dikarenakan persyaratan pada pasal 14

ayat (2) huruf a dan b belum terpenuhi.19

Dalam pasal 14 ayat (2) huruf a tertulis

harus ada daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat

17 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun

2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan

Pendirian Rumah Ibadat. 18

Tim Dokumentasi FLO, foto dikirim melalui aplikasi whatsapp pada 6 September

2019.

19 Nibras Nada Nailufar, “Soal GBKP Pasar Minggu, Ini Kata Kesbangpol,” Artikel terbit

pada 25 Desember 2018 dari https://megapolitan.kompas.com.

Page 66: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

53

paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat

sesuai dengan tingkat batas wilayah, dan juga huruf b tertulis dukungan

masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh

lurah/kepala desa.20

Koordinator Lapangan FLO menjelaskan bahwa masyarakat

setempat tidak mendukung jika dilakukan pendirian gereja di wilayah Tanjung

Barat. Selain permasalahan surat IMB rumah ibadah, masyarakat setempat

berargumen sudah terdapat gereja yang terletak di daerah Pasar Minggu yang

jaraknya tidak jauh dari Tanjung Barat.21

Namun jika dilihat dari kasus serupa seperti penolakan gereja GKI Yasmin

di Bogor, tidak ada isu mengenai manupulasi KTP ataupun dukungan yang

dilakukan GBKP terhadap masyarakat sekitar. Dalam kasusnya, GKI Yasmin

Bogor terbukti melakukan manupulasi data untuk memenuhi syarat PBM No. 9

Tahun 2006/No. 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah.

Kondisi seperti itu yang sangat krusial dan kemudian memicu terjadinya konflik

baik internal maupun eksternal dan juga antar umat beragama. Terjadinya konflik

internal, horizontal dan konflik sosial itu disebabkan belum tersosialisasikan

muatan dan isi PBM ini secara menyeluruh. Belum ditaatinya secara seksama baik

norma, aturan serta hukum yang ada dalam PBM, dan belum maksimalnya peran

20 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun

2006 Pasal 14 ayat (2).

21

Wawancara dengan Hasyim Ashari Koordinator Lapangan FLO Jagakarsa pada 6

September 2019 pukul 16.30 di rumah pribadi, Jagakarsa.

Page 67: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

54

dan fungsi Kepala Daerah, FKUB, dan Kementerian Agama untuk mengawal

PBM ini.22

Pihak FLO tidak bisa menghakimi mengenai penolakan persetujuan

masyarakat terhadap pendirian rumah ibadah khususnya gereja yang terjadi pada

kasus ini. FLO mensinyalir bahwa ada oknum intoleran yang menggerakan

penolakan tersebut sehingga mampu menghambat proses perizinan gereja

tersebut.23

Namun setidaknya FLO sudah melakukan pendekatan hukum melalui

FKUB agar dapat mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai pendirian rumah

ibadah tersebut.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, penulis menganalisis bahwa

pihak GBKP terhalang untuk mendapat surat izin rumah ibadah dikarenakan PBM

Agama dan Menteri Dalam Negeri No 8 dan 9 tahun 2006. Dalam peraturan

tersebut pihak GBKP tidak dapat memenuhi persyaratan dalam pasal 14 ayat (2)

huruf a dan b. Dengan hasil yang seperti ini, FKUB belum bisa menerbitkan surat

rekomendasinya terkait izin rumah ibadah tersebut walaupun FLO sudah

melakukan pendekatan dan komunikasi terhadap FKUB.

3. Pendekatan Terhadap Publik

Publik memang menjadi elemen penting dimana masyarakat dapat menjadi

penentu dalam beberapa kasus. Roskin menjelaskan dalam bukunya bahwa civil

society sering membawa kasus mereka kepada publik secara damai atau tidak

damai. Bahkan civil society yang kuat menyadari betapa pentingnya citra mereka

22

Ahmad Mukri Aji, “Identifikasi Potensi Konflik Pra dan Pasca Pendirian Rumah

Ibadah di Indonesia dan Upaya Mengatasinya,” (Jurnal Ilmu Syariah FAI Universitas Ibn Khaldun

(UIKA) Bogor, Vol. 2 No. 1 Juni 2014), h.9-11. 23

Wawancara dengan Hasyim Ashari Koordinator Lapangan FLO Jagakarsa pada 6

September 2019 pukul 16.30 di rumah pribadi, Jagakarsa.

Page 68: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

55

di publik dan investasi hubungan publik lainnya untuk menjelaskan kontribusi

mereka dan mengapa kepentingan mereka bagus untuk negara tersebut.24

Dalam kasus yang terjadi pada GBKP di Tanjung Barat, masyarakat

setempat yang mengetahui hal ini menolak jika bangunan yang tidak memiliki

surat izin rumah ibadah tersebut dijadikan gereja. Alasan masyarakat setempat

bahwa sudah terdapat gereja di sekitar wilayah itu dan perizinan GBKP itu

sendiri. Beberapa kali masyarakat setempat mengadakan demonstrasi terkait kasus

pendirian gereja GBKP. Bentuk demonstrasi dan penolakan tersebut melalui

spanduk yang bertuliskan penolakan aktivitas pendirian gereja tersebut.25

Namun

satpol PP sigap dan berhasil mengamankan spanduk ataupun pamflet yang

menyerukan penolakan tersebut.

Dalam usahanya, FLO sudah melakukan pendekatan terhadap publik, baik

itu dengan masyarakat dan ormas setempat maupun pihak GBKP dengan

melakukan pertemuan silaturrahmi yang dihadiri oleh masyarakat setempat, tokoh

agama dan juga ormas setempat. Tujuan FLO tentu saja untuk berdiskusi

melakukan komunikasi tatap muka atau interpersonal serta memberi pemahaman

mengenai kasus yang tengah terjadi yaitu pendirian rumah ibadah. Komunikasi

interpersonal merupakan komunikasi ysng dilakukan dengan tatap muka, yang

memungkinkan setiap pendengar menangkap reaksi orang lain secara langsung,

baik secara verbal ataupun non verbal. Hal ini mencakup aspek komunikasi secara

24 Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h,188.

25

Wawancara dengan Budi Setiawan Ketua RT 14 RW 04 Keluarahan Tanjung Barat,

Jagakarsa pada 15 September 2019 pukul 13.15 di rumah pribadi, Tanjung Barat.

Page 69: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

56

menyeluruh seperti membujuk, mendengarkan, komunikasi nonverbal.26

Dengan

dilakukannya pertemuan tersebut diharapkan dapat menyelesaikan masalah dan

juga meminimalisir konflik yang terjadi baik antar masyarakat maupun antar umat

beragama.

FLO juga mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan waktu dan suasana

yang tepat untuk menyelesaikan kasus ini. Hasyim Ashari menegaskan dalam

menghadapi permasalahan intoleransi, hati kita harus terbuka dan mau menerima

masukan dari orang lain. Beliau menyebutkan butuh waktu kurang lebih dua bulan

dalam melakukan pendekatan terhadap publik tersebut. Namun penyelesaian

kasus GBKP ungkapnya membutuhkan waktu lebih dari dua bulan karena

menunggu hasil dari GBKP dan juga pemerintah setempat.27

Melihat kasus-kasus penolakan gereja yang terjadi di Indonesia yang

berpotensi memicu konflik hingga kemudian memakan korban, menyadarkan

bahwa perlunya pemahaman yang mendalam mengenai toleransi dan apa makna

dari gereja tersebut. Daerah Aceh Singkil misalnya, kasus penolakan pendirian

gereja dihadapi oleh konflik yang berkelanjutan. Dimulai pada tahun 1979 antara

umat Islam dan Kristen terus mengalami gesekan hingga adanya aksi pembakaran

gereja. Pada tahun 2015 Pemda Aceh melakukan penertiban terhadap gereja yang

tidak memiliki IMB sebagaimana yang telah disepakati bersama.28

26 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2010), h.81.

27 Wawancara dengan Hasyim Ashari Koordinator Lapangan FLO Jagakarsa pada 6

September 2019 pukul 16.30 di rumah pribadi, Jagakarsa. 28

Haidlor Ali Ahmad, “Resolusi Konflik Keagamaan di Aceh SIngkil dalam Perspektif

Budaya Dominan.” (Jurnal Multikultural dan Multireligius Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Agama RI, Vol. 15 No. 3 Desember 2016), h.51-53.

Page 70: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

57

Hal seperti inilah yang harus diselesaikan secara hati-hati karena wacana

yang dibawa adalah sentimen agama. Oleh karena itu yang perlu disiasati adalah

bagaimana menciptakan harmonisasi antar umat bergama sehingga meminimalisir

konflik dan tidak ada kecemburuan sosial. Perihal terhadap pendirian gereja

tidaklah dilarang selama hal itu tidak menimbulkan permasalahan baru.29

Gambar IV.A.330

Pertemuan FLO dengan Tokoh Agama,Ormas dan Masyarakat

Sekitar

Pihak FLO mengatakan bahwa banyak hambatan yanng mereka hadapi

ketika melakukan pendekatan terhadap unsur publik itu seperti penolakan keras

pembangunan gereja dan bahkan mosi tidak percaya terhadap FLO. Namun FLO

berusaha dengan segala upaya yang dilakukan sehingga konflik dapat dicegah dan

tidak menimbulkan keributan yang berkelanjutan.

29

Zuly Qodir, “Kaum Muda, Intoleransi dan Radikalisme Agama.” (Jurnal Studi Pemuda

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Vol. 5 No.1 Mei 2016), h.442. 30

Tim Dokumentasi FLO, foto dikirim melalui aplikasi whatsapp pada 6 September

2019.

Page 71: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

58

“Kami tahu betul masyarakat wilayah Tanjung Barat mayoritas adalah Islam,

sehingga munculnya permasalahan ini menjadi sensitif di wilayah tersebut.

Terlebih tujuan mereka adalah membuat rumah ibadah yaitu gereja di tengah

dominasi umat islam. Sebenarnya boleh saja mendirikan gereja dimanapun,

namun kendala saat itu yang dihadapi GBKP adalah perizinan bangunan. Mereka

tidak punya IMB rumah ibadah, melainkan hanya rumah kantor.”31

Pihak FLO juga melakukan pertemuan dengan pihak GBKP. Dalam

pertemuan tersebut pihak GBKP mengatakan bahwa pemerintah setempat berlaku

tidak adil dan mempersulit pihaknya dalam mendirikan rumah ibadah. Padahal

hak kebebasan beragama juga telah diatur dalam Undang-undang di Indonesia

pasal 28E ayat (1) dan (2) UUD 1945.32

Hamzah Wahab selaku anggota bidang

keagamaan FLO Jagakarsa mengatakan kalau hak kebebasan beragama memang

sudah diatur oleh negara. Sebagai sebuah civil society, beliau juga mengatakan

jika FLO memposisikan diri di tengah dan tidak terprovokasi oleh pihak manapun

sehingga tidak merugikan salah satu pihak. 33

Perkembangan civil society di masa sekarang membawa perubahan jauh

lebih baik. Civil society juga mampu menjadi diskursus ruang publik dalam

dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Berbeda sekali jika dilihat pada

masa demokrasi terpimpin, civil society seakan berada diambang kehancuran

karena pemerintahan Soekarno yang otoriter. Ruang publik hampir terhapuskan

melalui pengawasan negara terhadap pembicaraan publik. 34

31

Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul

15.25 di kantor BLS Jatipadang, Pasar Minggu.

32 UUD 1945 Pasal 28E ayat (1) dan (2) tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.

33

Wawancara dengan Hamzah Wahab Divisi Agama FLO Jagakarsa pada 1 September

2019 pukul 11.20 di rumah pribadi, Jagakarsa. 34

Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h.122-123.

Page 72: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

59

Gambar IV.A.435

Pertemuan FLO dengan GBKP

Purwanto menegaskan jika terdapat regulasi sosial yang harus dipenuhi

pihak GBKP sebagai syarat untuk mendirikan gereja di sebuah wilayah. 36

Mereka

harus memiliki setidaknya 90 kartu tanda penduduk (KTP) pengguna rumah

ibadah tersebut. Kemudian adanya persetujuan dari masyarakat sekitar paling

sedikit adalah 60 orang. Jika hal tersebut tidak mampu dipenuhi oleh pihak yang

bersangkutan, maka mereka tidak akan bisa mendapat surat rekomendasi baik dari

pemerintah setempat dan juga FKUB.37

Walaupun sudah melakukan pendekatan terhadap publik, mayoritas

masyarakat masih saja tidak setuju dengan pendirian gereja tersebut. Pihak FLO

sempat mengalami demonstrasi penolakan terhadap GBKP. Bentuk demonstrasi

yang dilakukan berupa penolakan melalui spanduk-spanduk yang dipasang tepat

35

Tim Dokumentasi FLO, foto dikirim melalui aplikasi whatsapp pada 6 September

2019.

36 Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul

15.25 di kantor BLS Jatipadang, Pasar Minggu. 37

Siti Aminah, Uli Parulian, Memahami Kebijakan Rumah Ibadah, h.24.

Page 73: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

60

di depan bangunan tersebut. Menurut Roskin kelompok yang melakukan

demontrasi adalah kelompok yang tidak mampu membeli waktu dan perhatian

publik sehingga mereka melakukan unjuk rasa agar mampu menarik perhatian

publik dengan maksud yang diinginkan.38

Pihak FLO mensinyalir aksi ini

dilakukan oleh sekelompok massa intoleran sehingga membuat masyarakat sekitar

terpicu untuk melakukan penolakan terhadap GBKP.

Berdasarkan penjelasan di atas, FLO telah melakukan beberapa strategi

dalam menyelesaikan kasus GBKP di Tanjung Barat, Jagakarsa. Strategi yang

dilakukan melalui pendekatan kepada pemerintah, hukum dan juga terhadap

publik. Walaupun dalam merealisasikan strateginya mendapat banyak hambatan,

kasus ini berhasil diselesaikan. Hingga saat ini permasalahan GBKP tidak lagi

muncul di wilayah Jagakarsa walaupun akhirnya GBKP tidak dapat mendirikan

gereja di daerah tersebut dan direlokasikan di GOR Balai Rakyat Pasar Minggu,

namun konflik antara agama tersebut berhasil dicegah.

B. Hambatan-hambatan FLO dalam Penyelesaian Kasus GBKP

Menyelesaikan isu intoleransi agama memang tidak semudah membalik

telapak tangan. Pada dasarnya toleransi beragama merupakan persoalan

individual, di mana mental individu mampu menerima orang lain untuk hidup dan

mempertahankan pola hidup sesuai dengan kepercayaannya. Karena sejatinya,

toleransi tidak memiliki agenda, tidak dapat diperintah dan juga tidak bisa diberi

sanksi. 39

38

Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h,188.

39 Olaf Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta:

Gunung Mulia,2006), h.57-58.

Page 74: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

61

Dibalik keberhasilan FLO Jagakrsa dalam menyelesaikan kasus GBKP

yang terjadi di wilayah Tanjung Barat Jakarta Selatan, FLO juga mengalami

hambatan yang menjadikan kasus ini lebih lama untuk diselesikan. Namun

hambatan yang terjadi tidak berujung dengan kekerasan. Pihak FLO dengan

bantuan Ormas sekitar mampu mengkondusifkan sehingga tidak ada kerusuhan

yang signifikan. Hambatan tersebut muncul baik dari faktor internal maupun

faktor eksternal FLO Jagakarsa.

1. Hambatan Internal FLO

Penulis menemukan terdapat beberapa hambatan yang datang dari dalam

internal FLO sendiri baik organisasinya maupun mengenai strateginya sebagai

upaya dalam menyelesaikan kasus GBKP Tanjung Barat. Beberapa hambatan

internal tersebut dapat dikatakan berpengaruh dalam penyelesaian kasus GBKP di

Tanjung Barat tahun 2016. Adapun hambatan tersebut sebagai berikut:

a. FLO Merupakan Organisasi Baru

Saat menghadapi kasus GBKP, FLO merupakan organisasi yang terbilang

baru lahir di Kecamatan Jagakarsa. Organisasi ini terbentuk pada Januari 2016.

Kemudian baru dikukuhkan pada Februari 2016 di SDI Al-Bayyinah Jagakarsa.40

Dengan kasus yang terjadi pada GBKP, FLO adalah organisasi baru yang

dibentuk dengan tujuan menjadi wadah para Ormas dan LSM serta ikut menjaga

stabilitas sosial dalam masyarakat.

FLO dibentuk dengan pengurus dan anggota yang memang berada di

wilayah Jagakarsa. Mereka yang dipilih juga merupakan orang yang

40

Tim Dokumentasi, “Pelantikan Pengurus FLO Jagakarsa,” artikel terbit pada 14 Januari

2017 dari http://selatan.jakarta.go.id

Page 75: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

62

berpengalaman dan tokoh masyarakat di wilayah Jagakarsa. Tujuan utama FLO

tidak lain adalah membuat Jagakarsa menjadi aman, tertib serta saling bersatu

antara masyarakat maupun Ormas dan LSM. Sama seperti slogan dari FLO

Jagakarsa itu sendiri yaitu “Jagakarsa Bersatu Jagakarsa Bersaudara”.

Status organisasi FLO yang baru di Jagakarsa ternyata berpengaruh saat

FLO menyelesaikan kasus GBKP di Tanjung Barat. Sebagian masyarakat

menganggap bahwa FLO merupakan organisasi baru yang tidak perlu ikut campur

dalam kasus ini. Ada pula yang mengatakan bahwa FLO belum terlihat kinerja

ataupun pernah menyelesaikan kasus yang terjadi di masyarakat. Sebagian

masyarakat mengatakan bahwa kasus ini biar menjadi permasalahan pemerintah

baik dalam perizinan bangunan maupun ketertiban masyarakat.41

Kehadiran civil society dalam masyarakat seharusnya diyakini oleh

masyarakat dapat menjadi solusi permasalahan kehidupan yang dinamis. Dengan

terwujudnya pluralitas, kemandirian dan kapasitas politik di dalam civil society

maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan

negara.42

Dalam kasus ini, terlihat saat FLO melakukan pendekatan terhadap

publik, masyarakat masih ada yang belum mengetahui FLO secara keseluruhan.

Masih banyak yang bertanya FLO itu apa dan mengapa mereka ikut mengurusi

permasalahan seperti ini. Agenda FLO memang belum banyak yang berjalan,

namun mereka sudah melakukan kegiatan di awal terbentuknya FLO cabang

Jagakarsa. Salah satunya adalah silaturrahmi antar Ormas di Jagakarsa dan juga

santunan anak yatim di beberapa wilayah kecamatan Jagakarsa.

41

Wawancara dengan Hasyim Ashari Koordinator Lapangan FLO Jagakarsa pada 6

September 2019 pukul 16.30 di rumah pribadi, Jagakarsa. 42

Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h.3

Page 76: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

63

Dengan adanya stigma masyarakat seperti di atas, FLO harus lebih ekstra

dan juga berusaha agar dapat meyakinkan masyarakat tentang keberadaan dan

fungsi FLO. Kasus GBKP adalah kasus intoleransi pertama yang dihadapi oleh

FLO Jagakarsa. Walaupun dalam kategori organisasi baru, FLO mampu

menyelesaikan kasus GBKP tanpa adanya konflik yang melibatkan kekerasan

fisik ataupun tindak koersif.

b. Setiap anggota memiliki kesibukan

Dalam sebuah organisasi perlu adanya sikap saling kerjasama dan

membutuhkan satu sama lain. Menelaah pemahaman mengenai organisasi,

Organisasi menjadi bentuk nyata dari kemajuan pola pikir manusia, terlebih saat

ini organisasi diarahkan kepada persoalan kepemilikan sistem kerja yang

memungkinkan tercapainya kerjasama, keinginan dan tujuan manusia dengan

maksimal. Dengan demikian, semua perangkat dalam organisasi senantiasa ditata

sebaik mungkin untuk mencapai efektivitas organisasi. Efektivitas ini ditentukan

dari seluruh kontribusi individu maupun kelompok dalam organisasi. Organisasi

harus menerapkan sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan eksternal

sehingga proses mencapai tujuan dapat lebih maksimal.43

Jika dilihat dari sejarah pembentukkan FLO Jagakarsa, anggota mereka

adalah orang-orang asli Jagakarsa dan dianggap mampu mewakili masyarakat

Jagakarsa. Tujuan dibentuknya FLO seperti sudah dijelaskan sebelumnya yaitu

sebagai wadah Ormas yang ada di Jagakarsa dan juga menjaga persatuan dan

43

Muhammad Rifa’i, Manajemen Organisasi (Bandung: Citapustaka Media

Perintis,2013), h.63.

Page 77: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

64

ketentraman masyarakat Jagakarsa. Kemudian orang-orang terpilih ini dilantik

dan diberi tanggung jawab dengan visi misi yang FLO bentuk.

Dilihat dari terbentuknya badan ini, FLO merupakan organisasi atau

kelompok kepentingan buatan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari fungsi dan

pernyataan walikota Jakarta Selatan agar dapat membantu menjaga keamanan dan

mempersatukan Ormas. FLO merupakan forum ormas pertama di Jakarta yang

diharapkan dapat membantu jalannya pembangunan oleh pemerintah melalui

sinergitas yang kondusif.44

Sedangkan menurut Roskin kelompok kepentingan

buatan pemerintah adalah kelompok yang dibuat karena ada korelasinya dengan

program pemerintah sehingga nantinya dapat membantu pemerintah menjalankan

tugasnya.45

Hambatan yang kemudian muncul dari internal FLO adalah kesibukan dari

masing-masing anggota.46

Seperti dalam melakukan strategi pendekatan terhadap

pihak pemerintah, hukum dan publik anggota FLO masih belum bisa hadir secara

keseluruhan. Hanya perwakilan dari tiap divisi saja, namun mereka tetap hadir.

Seperti ketua FLO sendiri yang memiliki kantor di wilayah Jatipadang dan beliau

juga sebagai manager di tempat tersebut membuat Purwanto seringkali sibuk

dengan pekerjaanya dan hanya mendapat informasi dari sosial media saja.

Kemudian ada juga sekretaris FLO yang bekerja di Kecamatan dan anggota

lainnya yang memiliki pekerjaan di luar FLO.

44

Tim Poskota, “Forum Lintas Ormas Cegah Maraknya Konflik” artikel terbit pada 28

November 2014 dari https://poskotanews.com. 45

Michael G. Roskin, Political Science An Introduction, h,221. 46

Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul

15.25 di kantor BLS Jatipadang, Pasar Minggu.

Page 78: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

65

Padahal kehadiran anggota dalam sebuah organisasi merupakan hal

penting bagi sebuah organisasi. Dalam mencapai sebuah tujuan organisasi,

sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan karena keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuannya berpengaruh pada kualitas anggota yang

dimilikinya. Kualitas sumber daya manusia memiliki peranan penting sebagai

motor penggerak yang dapat mempengaruhi kesuksesan organisasi dalam

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.47

Peran dari pemimpin juga menjadi kunci kesuksesan sebuah organisasi.

Kepemimpinan sangat penting dalam setiap organisasi, pemimpin yang baik akan

menyebabkan kelancaran fungsi, termotivasinya karyawan dan secara keseluruhan

efektivitas dalam kinerja organisasi tersebut. Efektivitas kepemimpinan ditunjuk

dari profesionalisme seorang pemimpin yang sesuai dengan posisi dan eksistensi

organisasinya, dimana pemimpin dituntut untuk menguasai berbagai aspek yang

berkaitan dengan perilaku organisasinya.48

Purwanto membenarkan hal tersebut, beliau juga tidak bisa selalu hadir

setiap ada permasalahan, namun biasanya diwakilkan oleh anggota lain sehingga

FLO terus bisa mengawal kasus tersebut. Menurutnya jabatan ini adalah amanat

yang dipercayakan kepadanya sehingga semaksimal mungkin akan dijalankan.

Hal ini yang kemudian menjadi hambatan FLO dalam menyelesaikan kasus

GBKP di Tanjung Barat. Adanya kesibukan dari setiap anggota FLO memang

47

Drs. H. Tobari, Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintah

(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), h.1 48

Rasmuji, “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan dengan Peran Mediasi Kepuasan Kerja.” (Jurnal Media Ekonomi dan

Manajemen Universitas 17 Agustus Semarang, Vol. 32 No. 2 Juli 2017), h.179.

Page 79: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

66

tidak bisa dihindari, namun FLO sendiri menyikapi hal tersebut dengan penuh

tanggung jawab dan kepedulian terhadap masyarakat Jagakarsa.

2. Hambatan Eksternal FLO

Disamping terdapat faftor internal yang menghambat FLO dalam

menyelesaikan kasus GBKP di Tanjung Barat, FLO juga menghadapi hambatan

eksternal yang membuat kasus ini menjadi lebih lama diselesaikan. Seperti yang

diketahui bahwa hambatan eksternal berasal dari luar lingkup FLO yang dapat

mempengaruhi strategi yang dilakukan FLO untuk menyelesaikan kasus GBKP.

Adapun hambatan eksternal FLO dalam menyelesaikan kasus pendirian GBKP di

Tanjung Barat tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a. Massa Intoleran

Kasus intoleransi agama seperti ini memang menjadi permasalahan yang

sensitif. Individu pada dasarnya memiliki sifat yang beragam dan tidak bisa untuk

disamaratakan. Hak kebebasan berpedapat juga sudah diatur dalam undang-

undang yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan hak kebebasan beragama telah

tercantum dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (1) dan (2).49

Namun seringkali dalam

kenyataannya, masyarakat menghiraukan hal tersebut. Sentimen agama kerap kali

muncul saat terjadi kasus seperti pendirian rumah ibadah kaum minoritas. Hal

seperti ini sulit untuk dihindari, oleh karenanya harus ada badan penengah

ataupun kelompok yang dapat mengkondusifkan permasalahan seperti itu.

Dalam kasus intoleransi yang terjadi pada tahun 2016 di Tanjung Barat,

Jakarta Selatan, FLO hadir sebagai kelompok yang mengkodusifkan masalah ini.

49

UUD 1945 Pasal 28E ayat (1) dan (2) tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.

Page 80: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

67

FLO bertujuan untuk menyelesaikan kasus ini tanpa adanya konflik atau tindakan

yang bersifat koersif. Menurut data Wahid Foundation, aktor non negara

pelanggar terbanyak kasus kemerdekaan beragama dan berkeyakinan pada tahun

2018 adalah masyarakat yaitu sekitar 48 aktor dibandingkan dengan MUI 12 aktor

dan juga Ormas delapan aktor. 50

Pada saat menjalankan strategi pendekatan terhadap publik, kendala yang

paling sulit dihadapi pihak FLO adalah massa ataupun oknum intoleran yang ada

di wilayah Tanjung Barat. FLO telah mengadakan pertemuan terhadap masyarakat

dan juga tokoh agama serta ormas yang ada di wilayah Tanjung Barat agar dapat

memberi atensi lebih kepada kaum minoritas. Purwanto mengatakan pihaknya

sudah menyampaikan pesan untuk toleransi terhadap sesama manusia. Mereka

yang ingin mendirikan rumah ibadah dimohon untuk tidak dipersulit dalam

administratif dan juga regulasi sosial yang berlaku.51

Tokoh agama masyarakat sekitar paham betul maksud yang disampaikan

oleh FLO. Oleh karenanya mereka mendukung apa yang telah disampaikan FLO.

Namun ada beberapa massa yang ternyata tetap tidak setuju dengan pendirian

gereja tersebut. Kemudian masyarakat yang tidak setuju dengan pendirian rumah

ibadah tersebut melakukan aksi demonstrasi. Aksi penolakan yang mereka

lakukan seperti berdemo di depan kantor kelurahan Tanjung Barat dan juga

memasang spanduk yang bertuliskan penolakan pendirian rumah ibadah.

50

Subhi Azhari, Membatasi Para Pelanggar Laporan Tahunan Kemerdekaan Beragama

dan Berkeyakinan Wahid Foundation (Jakarta: WAHID Foundation,2018), h.10. 51

Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul

15.25 di kantor BLS Jatipadang, Pasar Minggu.

Page 81: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

68

Gambar IV.B.152

Aksi Penolakan Masyarakat Tanjung Barat

Sebenarnya ada dua komitmen yang harus dipegang oleh pelaku dialog

dalam melakukan pendekatan. Pertama adalah toleransi kemudian yang kedua

adalah pluralisme. Dua unsur ini yang harus digarisbawahi sehingga dialog dapat

mencapai mufakat. Akan sulit bagi pelaku dialog untuk mencapai situasi yang

saling pengertian jika salah satu pihak tidak bersikap toleran. Karena toleransi

pada hakikatnya merupakan upaya untuk menahan diri agar potensi konflik dapat

dicegah.53

Walaupun terjadi demontrasi terhadap penolakan gereja tersebut, aksi yang

dilakukan massa intoleran ini tidak berujung dengan kekerasan ataupun gesekan

secara fisik. Aparat setempat juga ikut mengawasi dan beberapa anggota FLO ikut

memantau aksi tersebut. Namun hal ini menjadi penghalang besar pada kasus

52

Diakses melalui http://tabloidkontras.com/warga-rw-04-kel-tanjung-barat-jakarta-

selatan-menolak-tempat-ibadah-gbkp/ 53

Ismardi, “Pendirian Rumah Ibadah Menurut Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. 8 dan 9 tahun 2006.” (Jurnal Media Ilmiah Komunikasi Umat

Beragama UIN Suska Riau, Vol. 3 No. 2 Juli 2011), h. 219.

Page 82: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

69

GBKP. Tidak mudah memberi pemahaman terhadap individu atau kelompok yang

berbeda pendapat.

b. Adanya Kepentingan Pengusaha

Lahan yang strategis memang menjadi pilihan dalam membuka bisnis

ataupun mendirikan usaha. Menurut Fandy lokasi strategis menjadi salah satu

faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha karena

merupakan tempat beroperasinya kegiatan ekonomi. Dengan lokasi yang strategis,

bisnis tersebut akan mudah mendapat akses baik itu secara produksi maupun

konsumen yang ingin mengunjungi tempat tersebut.54

Wilayah Tanjung Barat merupakan tempat yang strategis karena dapat

dilalui banyak transportasi umum. Terlebih lahan pendirian gereja tersebut dekat

sekali dengan stasiun kereta api Tanjung Barat. Transportasi kereta masih

transportasi umum yang paling banyak digunakan masyarakat dalam kebutuhan

sehari-hari. Terlebih banyaknya pemukiman serta komplek rumah yang pesat

membuat Tanjung Barat menjadi letak yang strategis.

Diketahui bahwa lahan luas yang berada dekat stasiun Tanjung Barat

tersebut akan dijadikan apartemen dan juga mall aeon. Bangunan tersebut akan

membutuhkan lahan yang luas sekitar 5,4 ha dengan apartemen yang megah

didekat mall tersebut.55

Lahan yang ingin dijadikan gereja termasuk dalam lahan

pendirian mall tersebut. Jika pendirian gereja tersebut berhasil dilakukan maka

otomatis pihak pengusaha akan sulit untuk mendirikan bangunan mall tersebut.

Karena menggusur rumah ibadah akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan

54

Fandy Tjiptono, Manajemen Operasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) h. 92. 55

Prasojo, “AEON Mall Bakal Hadir di Tanjung Barat”, artikel terbit pada 5 September

2016 dari http://housingestate.id

Page 83: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

70

menggusur rumah atau bangunan-bangunan biasa. Hal demikian lantas menjadi

permasalahan serius walaupun pembangunan mall itu baru akan dilaksanakan

akhir tahun 2017.56

Penolakan yang dilakukan pengusaha tidak dilakukan secara langsung.

Budi mengatakan bahwa anak buah pengusaha ini ikut melakukan penolakan

dengan cara mendanai aksi penolakan.57

FLO mengetahui hal demikian dari

Ormas dan masyarakat sekitar. Bahkan beberapa masyarakat lebih memilih agar

lahan bangunan tersebut ikut dijadikan mall dibandingkan untuk membangun

gereja. Alasan mereka saat ditanya sangat sederhana. Mereka ingin wilayah

sekitar Tanjung Barat didirikan mall atau swalayan modern. Dengan kenyataan

seperti ini yang terjadi di lapangan membuat FLO sulit untuk berkomunikasi dan

memberi solusi agar permasalahan dapat selesai dan menguntungkan kedua belah

pihak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa FLO mendapat

beberapa hambatan dalam menyelesaikan kasus GBKP di Tanjung Barat.

Walaupun FLO menghadapi beberapa hambatan dalam menyelesaikan kasus

GBKP di Tanjung Barat, mereka berhasil meredamkan massa intoleran dan juga

mampu membantu pihak GBKP dalam hal beribadah. FLO mengatakan bahwa

pihaknya membantu dalam menyediakan tempat bagi GBKP untuk beribadah

mengingkat gedung yang berada di Tanjung Barat dilarang untuk beroperasi oleh

56

Wawancara dengan Purwanto Ketua FLO Jagakarsa pada 14 September 2019 pukul

15.25 di kantor BLS Jatipadang, Pasar Minggu.

57

Wawancara dengan Budi Setiawan Ketua RT 14 RW 04 Keluarahan Tanjung Barat,

Jagakarsa pada 15 September 2019 pukul 13.15 di rumah pribadi, Tanjung Barat.

Page 84: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

71

Pemprov DKI karena belum memiliki IMB rumah ibadah. Walaupun pada

akhirnya GBKP tidak dapat mendirikan gereja di wilayah tersebut.

Page 85: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembangunan gereja yang dilakukan oleh GBKP mengundang reaksi pro

dan kontra di berbagai kalangan. Kalangan masyarakat Tanjung Barat menilai

bahwa bangunan yang digunakan tidak memiliki surat IMB rumah ibadah

sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat menolak untuk didirikan gereja di

tempat tersebut. Kalangan penguasaha juga menolak pendirian gereja tersebut

dikarenakan mereka membutuhkan lahan itu untuk mendirikan swalayan modern.

Kemudian, dari kalangan GBKP sendiri menilai bahwa pemerintah tidak tegas

dan tidak adil dalam permasalahan pendirian rumah ibadah. Pihaknya sudah

mengurus izin tersebut namun yang keluar justru IMB rumah kantor.

Merasa memiliki kewajiban dalam menjaga kerukunan masyarakat

Jagakarsa, FLO melakukan beberapa upaya untuk menyelesaikan kasus pendirian

gereja GBKP di Tanjung Barat, Jagakarsa. Namun, analisa yang didapatkan

penulis dari penelitian ini menyatakan ada beberapa strategi yang digunakan FLO

dalam penyelesaian kasus GBKP di Tanjung Barat sesuai dengan teori Michael G.

Roskin yaitu pertama, pendekatan FLO kepada pemerintah melalui walikota

Jakarta Selatan. Pertemuan tersebut menghasilkan surat larangan GBKP agar tidak

beribadah sementara waktu di wilayah tersebut guna meminimalisir konflik dan

diberikan tambahan waktu untuk mengurus surat izin tersebut. Kedua, pendekatan

FLO melalui hukum dengan FKUB Jakarta Selatan dengan berkomunikasi dan

juga berunding terkait permasalahan GBKP. Namun FKUB tetap tidak bisa

Page 86: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

73

menerbitkan surat rekomendasi pendirian rumah ibadah dikarenakan persyaratan

yang tidak terpenuhi dalam PBM Agama dan Menteri Dalam Negeri No 8 dan 9

tahun 2006 pasal 14 ayat (2) huruf a dan b. Ketiga, pendekatan FLO terhadap

publik dengan pihak masyarakat termasuk tokoh masyarakat dan juga pihak

GBKP. FLO melakukan pertemuan diskusi baik dari pihak masyarakat maupun

pihak GBKP dengan memberikan pemahaman serta perhatian terhadap

masyarakat mengenai pentingnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Hasil

dari strategi-strategi yang telah dilakukan, FLO berhasil mencegah terjadinya

konflik antar umat beragama dalam masyarakat, namun pendirian gereja tetap

tidak bisa dilaksanakan oleh pihak GBKP dan pemerintah merelokasi tempat

ibadah jemaat GBKP di GOR Balai Rakyat Pasar Minggu.

Dalam menjalankan strateginya, FLO menghadapi hambatan baik dari

internal yang berupa organisasi FLO merupakan kelompok baru di wilayah

Jagakarsa dan adanya kesibukan dari setiap anggota maupun pemimpin FLO.

Faktor internal tersebut menjadi kelemahan bagi FLO yang kemudian dapat

dijadikan koreksi agar lebih baik kedepannya. Sedangkan hambatan eksternal

yang dihadapi FLO yaitu adanya massa intoleran yang melakukan demontrasi di

wilayah tersebut sehingga mengundang suasana negatif bagi wilayah Tanjung

Barat dan adanya kepentingan pengusaha dalam pembuatan swalayan modern.

Hambatan ini tentunya menjadi penghalang FLO dalam upaya penyelesaian kasus

GBKP di Tanjung Barat.

Page 87: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

74

B. Saran

Penulis memiliki sejumlah saran terkait penelitian ini, diantaranya

1. Saran Akademik

a. Pembahasan tentang strategi civil society dalam menyelesaikan sebuah

kasus dapat menghadirkan perspektif yang berbeda seperti pendekatan

yang dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya kepada pihak

pemerintah. Sehingga hal tersebut menjadi penting untuk mahasiswa/i

atau akademisi yang ingin meneliti bisa mengkaji tema ini dari

perspektif yang berbeda.

b. Sebagai pengetahuan tambahan bagi akademisi mengenai studi peran

civil society dalam menciptakan stabilitas sosial dan toleransi dalam

masyarakat.

2. Saran Praktis

a. Sebagai masyarakat yang tinggal di negara plural seperti Indonesia,

toleransi adalah hal yang dijunjung tinggi dan memiliki nilai lebih.

Seharusnya masyarakat negara plural lebih memahami lagi makna dari

kata toleransi, sehingga dapat membentuk masyarakat yang harmonis

dan jauh dari kata konflik. Penolakan terhadap rumah ibadah dapat

diminimalisir jika masyarakat bersikap toleran dan mau menerima

perbedaan dalam masyarakat. Pemerintah juga ditutut adil dalam

penyelesaian kasus intoleransi tanpa memandang mayoritas ataupun

minoritas.

Page 88: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

75

b. Selain itu, dalam strategi terhadap penyelesaian kasus GBKP di

Tanjung Barat, FLO dituntut harus mampu menyelesaikan

permasalahannya sendiri. Seperti permasalahan internal yaitu stigma

masyarakat yang menganggap FLO hanyalah organisasi baru dan juga

kesibukan yang dialami setiap anggota bahkan pimpinan FLO sendiri.

Seharusnya FLO dapat meyakinkan masyarakat akan pentingnya

organisasi FLO di wilayah Jagakarsa. Kemudian anggota FLO

seharusnya lebih mampu membagi waktu terhadap organisasi sehingga

jika ada permasalahan seperti ini dapat diselesaikan dengan baik dan

cepat.

Page 89: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xi

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Masykuri. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001.

Aminah, Siti dan Uli Parulian. Memahami Kebijakan Rumah Ibadah. Jakarta:

ILRC,2010.

Azhari, Subhi. Membatasi Para Pelanggar Laporan Tahunan Kemerdekaan

Beragama dan Berkeyakinan Wahid Foundation. Jakarta: WAHID

Foundation,2018.

Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa

dalam Angka 2016, Jakarta Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta

Selatan,2016.

Baghi, Felix. Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi. Maumere: Ledalero,2012.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan

Kebijakan Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2005.

Crouch, Harold. Perkembangan Ekonomi dan Modernisasi. Jakarta: Yayasan

Pengkhidmatan,1982.

Culla, Adi Suryadi. Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di

Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2006.

Gaffar, Afan. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,1999.

Halili. Supremasi Intoleransi Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan

Minoritas Keagamaan di Indonesia 2016. Jakarta: Setara Institute, 2016.

Hasyim, Umar. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai

Dasar menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Surabaya:

Bina Ilmu, 1979.

Hikam, Muhammad AS. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: Pustaka LP3ES,

1996.

Page 90: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xii

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga, 2009.

Jatmiko. Manajemen Stratejik. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang

Press,2003.

Karni, Asrori S. Civil Society & Ummah. Jakarta: Logos, 1999.

Labolo, Muhadam. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada,2006.

Madjid, Nurcholish. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Cet. I. Jakarta:

Paramadina, 1999.

Mujani, Saiful. Muslim Demokrat Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi

Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2010.

Rifa’i, Muhammad. Manajemen Organisasi. Bandung: Citapustaka Media

Perintis,2013.

Roskin, Michael G. Political Science An Introduction. United Stated: Pearson

Education,2012.

Sanit, Arbi. Ormas dan Politik. Jakarta: LSIP,1995.

Sanit, Arbi. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan

Pembangunan. Jakarta: Rajawali Press,1982.

Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS.

Yogyakarta: CV Andi Offset,2006.

Schumann, Olaf. Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan. Jakarta:

Gunung Mulia,2006.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011.

Page 91: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xiii

Sudarta. Konflik Islam-Kristen, Menguak Akar Masalah Hubungan Antar umat

Beragama di Indonesia. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Alfabeta, 2015.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Tim FKUB Semarang, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama. Semarang:

FKUB, 2009.

Tim The Wahid Institut. Laporan Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan

dan Intoleransi 2014. Jakarta: The Wahid Institute,2014.

Tjiptono, Fandy. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Tobari. Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintah. Yogyakarta:

CV Budi Utama, 2015.

Utrecht, E. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Utsman, Sabian. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.2013.

Winardi, J. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2003.

Yasmadi, Modernisasi Pesantren. Ciputat: Ciputat Press, 2005.

Jurnal Ilmiah

Ahmad, Haidlor Ali. “Resolusi Konflik Keagamaan di Aceh SIngkil dalam

Perspektif Budaya Dominan.” Jurnal Multikultural dan Multireligius,

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Volume 15, Nomor 3,

(Desember 2016).

Aji, Mukri Ahmad. “Identifikasi Potensi Konflik Pra dan Pasca Pendirian Rumah

Ibadah di Indonesia dan Upaya Mengatasinya,” Jurnal Ilmu Syariah FAI

Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Volume 2, Nomor 1, (Juni 2014).

Page 92: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xiv

Asfar, Muhammad. “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi

untuk Kasus Indonesia,” Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,

Universitas Gajah Mada, Th XIV, Nomor 1, (Januari 2001).

Casram. “Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural,”

Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, UIN Sunan Gunung Djati

Bandung, Volume 1, Nomor 2, (Juli 2016).

Nasution, Ismail Fahmi Arrauf. “Minoritas dan Politik Perukunan (FKUB,

Ideologi Toleransi dan Relasi Muslim-Kristen Aceh Tamiang),” Jurnal

Substantia, IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Volume 19, Nomor 1, (April

2017).

Qodir, Zuly. “Kaum Muda, Intoleransi dan Radikalisme Agama,” Jurnal Studi

Pemuda Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Volume 5 Nomor 1, (Mei

2016).

Rasmuji. “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan dengan Peran Mediasi Kepuasan Kerja,” Jurnal Media

Ekonomi dan Manajemen Universitas 17 Agustus Semarang, Volume 32,

Nomor 2, (Juli 2017).

Ronald Helweldery, “Gereja dalam Konteks Kerukunan Beragama dalam

Masyarakat”, (Jurnal Studi Agama dalam Masyarakat, Universitas Kristen

Satya Wacana Vol. 4, No. 3, Maret 2018).

Setiadi, Ozi “Civil Society dalam Permasalahan Toleransi di Masyarakat”, (Jurnal

Koordinat, Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman, Vol XVI No.1 April

2017).

Suharko. “Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tatanan Pemerintahan yang

Demokratis,” Jurnal Sosial dan Politis, Fisipol UGM Volume 8, Nomor 3,

(Maret 2005).

Dokumen dan Laporan

Lembar Pengorganisasian Forum Lintas Ormas Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan Periode 2016-2021.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9

Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Page 93: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xv

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah

Ibadat.

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1990 tentang Pemekaran Wilayah Kecamatan

Pasar Minggu.

UUD 1945 Pasal 28E ayat (1) dan (2) tentang Kebebasan Beragama dan

Berkeyakinan.

Media Online

Bakesbangpol, “Organisasi Kemasyarakat di Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun

2017,” diakses pada 30 Januari 2019 dari http://bakesbangpoljakarta.com.

Fathiyah Wardah, “Pelanggaran atas Kebebasan Beragama Masih Mencemaskan,”

artikel diakses pada 3 Maret 2019 dari https://www.voaindonesia.com.

Herianto Batubara, “Ini Surat Walikota Jaksel Larang Peribadatan GBKP Pasar

MInggu,” artikel diakses pada 29 Oktober 2019 dari https://news.detik.com.

Humas, “Inilah Perppu No 2/2017 tentang Perubahan UU No 17/2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan,” artikel diakses pada 4 Januari 2019 dari

http://setkab.go.id.

Humas, “Kemendagri: Jumlah Ormas di Indonesia ada 344.039,” artikel diakses

pada 4 Januari 2019 dari http://setkab.go.id.

Julkifli Marbun, “Forum Lintas Ormas Jadi Ruang Silaturahim Antarormas dan

LSM,” artikel diakses pada 17 Mei 2019 dari https://www.republika.co.id.

KIP JS, “FLO Kecamatan Jagakarsa Dikukuhkan,” artikel diakses pada 17 Mei

2019 dari http://selatan.jakarta.go.id.

Nibras Nada Nailufar, “Soal GBKP Pasar Minggu, Ini Kata Kesbangpol,” Artikel

diakses pada 29 Oktober 2019 dari https://megapolitan.kompas.com.

Ning Rahayu, “Kemenkop dan UKM Dukung Ormas Tingkatkan Kewirausahaan

dengan Teknologi,” artikel diakses pada 5 Februari 2019 dari

https://www.wartaekonomi.co.id.

Prasojo, “AEON Mall Bakal Hadir di Tanjung Barat”, artikel diakses pada 30

Oktober 2019 dari http://housingestate.id.

Page 94: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xvi

Setara Institute, “Indeks Kota Toleran tahun 2017,” artikel diakses pada 3 Januari

2019 dari http://setara-institute.org.

Tim BPS, “Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Sealatan,” artikel diakses pada 17

Mei 2019 dari http://jakselkota.bps.go.id.

Tim Dokumentasi, “Pelantikan Pengurus FLO Jagakarsa,” artikel diakes pada 30

Oktober 2019 dari http://selatan.jakarta.go.id.

Tim Poskota, “Forum Lintas Ormas Cegah Maraknya Konflik” artikel diakses

pada 29 Oktober 2019 dari https://poskotanews.com.

Karya Ilmiah

Skripsi Rahmat Sahputra, “Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

dalam Menangani Konflik Rumah Ibadat tahun 2015 di Kabupaten Aceh

Singkil”, Tangerang: Skripsi Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Program Sarjana Sosial 2017.

Wawancara

Wawancara dengan Abi Hardono sebagai ketua Karang Taruna Kecamatan

Jagakarsa, tanggal 13 April 2019 melalui aplikasi Whatsapp.

Wawancara dengan Alfi Wartaif sebagai masyarakat Kecamatan Jagakarsa,

tanggal 13 April 2019 di rumah pribadi, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Wawancara dengan Budi Setiawan Ketua RT 14 RW 04 Keluarahan Tanjung

Barat, Jagakarsa, tanggal 14 September 2019 di rumah pribadi, Tanjung

Barat, Jakarta Selatan.

Wawancara dengan H. Purwanto S.H, sebagai Ketua Forum Lintas Ormas (FLO)

Jagakarsa, tanggal 14 September 2019 di kantor Bravo Lima Sera,

Jatipadang, Jakarta Selatan.

Wawancara dengan H. Hamzah Wahab sebagai Divisi Agama FLO Jagakarsa,

tanggal 1 September 2019 di rumah pribadi, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Wawancara dengan Hasyim Ashari sebagai Koordinator Lapangan FLO

Jagakarsa, tanggal 6 September 2019 di rumah pribadi, Jagakarsa, Jakarta

Selatan.

Page 95: CIVIL SOCIETY DAN STABILITAS SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pendirian Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan Tahun 2016

xvii

Wawancara dengan Napolo Siangian Tokoh Agama GBKP, tanggal 11 September

2019 di rumah pribadi, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.