Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

download Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

of 12

Transcript of Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    1/12

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    2/12

    undang tentang pemanfaatan sumber daya air, yaitu UU No. 7 tahun 2004. Dalam UUtersebut ditegaskan bahwa Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseoranganatau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuaidengan kewenangannya. (pasal 9 ayat 1). Ketentuan ini tidak sejalan dengan pasal33 UUD 1945.

    Tulisan ini akan menguraikan tentang cita hukum Pancasila dalam pembentukanhukum nasional. Cita Hukum Pancasila adalah sangat berbeda dengan liberalismedan kolektivisme yang dikenal di Barat, cita Hukum Pancasila memang merupakansuatu yang khas dalam kehidupan bangsa Indonesia.

    1. B. Cita Hukum Pancasila

    Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, berarti segala bentukhukum di Indonesia harus diukur menurut nilai-nilai yang terkandung dalamPancasila, dan didalam aturan hukum itu harus tercermin kesadaran dan rasakeadilan yang sesuai dengan kepribadian dan falsafah hidup bangsa. Hukum diIndonesia harus menjamin dan menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalampembukaan UUD 1945 yang merupakan pencerminan Pancasila dan prinsip-prinsipyang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945 serta penjelasannya[5]. Dengandemikian ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapatdipisahkan dari UUD 1945.

    Pembukaan UUD 1945 adalah staatsfundamentalnorm yang menurut DarjiDarmodiharjo adalah filsafat hukum Indonesia, dan batang tubuh dan penjelasan UUD1945 adalah teori hukumnya, karena dalam batang tubuhnya ditemukan landasanhukum positif Indonesia. Teori hukum tersebut meletakkan dasar-dasar falsafatihukum positif indonesia. Penjelasan UUD 1945 memberikan latar belakang pikirandan suasana batin yang muncul pada saat UUD 1945 itu dibentuk[6].

    Sementara itu Mahfud menyebut Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakansumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Penegasan keduanyasebagai sumber politik hukum nasional didasarkan pada dua alasan. Pertama,Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 memuat tujuan, dasar, cita hukum, dan normadasar negara Indonesia yang harus menjadi tujuan dan pijakan dari politik hukum diIndonesia. Kedua, Pembukaan dan Pasal-pasal UUD mengandung nilai-nilai khas yangbersumber dari pandangan dan budaya bangsa Indonesia yang diwariskan oleh nenekmoyang sejak berabad-abad yang lalu[7]. Dalam pandangan di atas terlihat adanyakesamaan dalam melihat embukaan UUD sebagai nilai-nilai yang sudah mengakardalam kehidupan bangsa Indonesia dan harus menjadi landasan dalam menetukanarah kebijakan dan aturan dalam menjalankan pemerintahan. Penentuan arah dankebijakan tersebut harus dikawal oleh produk hukum yang berlandaskan kepadaPancasila. Pembentukan produk hukum merupakan konsekwensi logis dari prinsipnegara hukum yang disandang Indonesia.

    Apabila penjelasan UUD 1945 menggariskan, bahwa pokok-pokok pikiran yangterkandung dalam Pembukaan mewujudkan cita hukum (Rechtsidee), dan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan itu ialah persatuan dengan mewujudkan keadilansosial atau disingkat persatuan, keadilan bagi seluruh rakyat, kerakyatan danpermusyawaratan perwakilan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    3/12

    kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pokok-pokok pikiran itu tidak lainmelainkan Pancasila. Dengan demikian maka pokok-pokok pikiran yang mewujudkanCita Hukum itu ialah Pancasila[8].

    Dalam dinamika kehidupan kemasyarakatan, menurut Rudolf Stammler, Cita Hukum(rechtsidee) itu berfungsi sebagai penentu arah bagi tercapainya cita-citamasyarakat. Walaupun disadari benar bahwa titik akhir dari cita-cita masyarakat itutidak mungkin dicapai sepenuhnya, namun Cita Hukum memberi faedah positif karena ia mengandung dua sisi, dengan Cita Hukum dapat diuji hukum positif yangberlaku dan kepada Cita Hukum dapat diarahkan hukum positif sebagai usahamengatur tata kehidupan masyarakat dan bangsa. Lebih lanjut menurutnya, keadilanyang dituju sebagai Cita Hukum itu menjadi pula usaha dan tindakan mengarahkanhukum positif kepada Cita Hukum. Dengan demikian, hukum yang adil adalah hukumyang diarahkan oleh Cita Hukum untuk mencapai tujuan-tujuan masyarakat.[9]Selanjutnya Gustav Radbruch menegaskan pula bahwa Cita Hukum (rechtsidee) tidakhanya berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulatif, yaitu yang mengujiapakah suatu hukum positif adil atau tidak, melainkan juga sekaligus berfungsisebagai dasar yang bersifat konstitutif, yaitu yang menentukan bahwa tanpa CitaHukum, hukum akan kehilangan maknanya sebagai hukum.[10]

    Dari uraian mengenai fungsi Cita Hukum tersebut, dengan istilah lain (namunsewarna), B. Arief Sidharta menggabungkan fungsi Cita Hukum sebagaimana yangdikemukakan oleh Rudolf Stammler dan Gustav Radbruch tersebut. Menurutnya, CitaHukum itu berfungsi sebagai asas umum yang mempedomani (guiding principle),norma kritik (kaidah evaluasi) dan faktor yang memotivasi dalam penyelenggaraanhukum (pembentukan, penerapan, penegakan dan penemuan) dan perilaku hukum.[11]

    Hukum dalam hubungannya dengan Cita Hukum (rechtsidee) mengandung pula suatupedoman dan suatu ukuran umum tentang apa yang harus dilihat sebagai hukum didalam budaya yang bersangkutan. Cita Hukum dalam dirinya adalah merupakansesuatu yang di dalamnya mengandung unsur-unsur yang emosional ideal, yangbatasan rasionalnya tidak pasti. Pengertian dari konsepsi hukum yang berusahamewujudkan Cita Hukum harus memenuhi tuntutan bahwa hal tersebut dapatdikerjakan. Untuk itu diperlukan unsur-unsur dari konsepsi hukum yang dapat dinilaidan merupakan sesuatu yang rasional.

    Unsur-unsur yang rasionil dari Cita Hukum tersebut, mengendap menjadi suatukonsepsi hukum, yang memungkinkan disusun suatu pengertian hukum umum(allgemein Rechtsbegriff) menurut apa yang dikandung dan dimaksud oleh CitaHukum yang bersangkutan. Unsur-unsur konsepsi hukum ini, adalah merupakanunsur-unsur yang di dalam mengandung bahan-bahan dasar idiil tentang aturan-aturan hukum selanjutnya yang diperlukan. Bahan-bahan idiil yang tersimpan didalam unsur-unsur konsepsi hukum tersebut merupakan apa yang disebut denganasas-asas hukum, yaitu pikiran dasar atau yang fundamentil dari hukum yangbersangkutan.

    Dengan dan dari asas-asas hukum ini selanjutnya disusun segala aturan-aturanhukum yang diperlukan secara tertib dan tetap dalam hubungan persenyawaandengan Cita Hukum. Kemudian dalam menyusun aturan selanjutnya dari dan di atas

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    4/12

    asas-asas tersebut, masih harus melalui suatu ide yang merupakan kerangka dariaturan-aturan yang akan disusun selanjutnya. Ide tersebut adalah ide yang dapatterbentuk sebagai endapan dari asas-asas hukum yang bersangkutan. Ide yangmendasari tersebut dapat dibedakan dalam dua ide. Yang pertama ialah ide sosialdan yang kedua ialah ide negara (Staatsidee).

    Salah satu dari staatsidee ini adalah yang perlu disebutkan yaitu adanya ide negarahukum rechtstaat, seperti yang dimiliki Indonesia melalui UUD 1945. Artinya semuabadan-badan Negara yang menjalankan kekuasaan pemerintahan harus dibentukberdasarkan hukum yang berlaku dan dalam menjalankan kekuasaannya pun semuabadan-badan tersebut harus berpedoman kepada aturan hukum. Dalam Negarahukum Indonesia maka semua aturan yang dibuat itu harus bersumber dari danmenggambarkan cita hukum Pancasila tadi. Dengan begitu segala perangkat aturanyang dikeluarkan negara hukum berarti harus berada dalam persenyawaan denganisi Cita Hukum Pancasila yang membentuknya itu. Hal ini sejalan dengan apa yangdikatakan Arief Sidharta yaitu bahwa dalam membentuk hukum di Indonesia makasetiap hukum itu harus dijiwai oleh Pancasila[12], atau dengan kata lain diamenyebutnya dengan cita hukum (the idea of law, rechtsidee) dalam alam pikiranberdasarkan Pancasila[13].

    Susilo Bambang Yudowono menegaskan Pancasila sebagai ideologi nasional bangsaIndonesia. Dasar Negara Republik Indonesia. Falsafah bangsa: Weltanschaung.Pandangan hidup bangsa (way of life). Jati diri bangsa. Perekat dan pemersatubangsa.[14]

    Menurut Arief bahwa dalam membentuk hukum di Indonesia maka setiap hukum ituharus dijiwai oleh Pancasila[15], dan yang dikehendaki hukum adalah ketertiban danketeraturan yang bersuasanakan ketenteraman batin, kesenangan bergaul di antarasesamanya, keramahan dan kesejahteraan yang memungkinkan terselenggaranyainteraksi antar-manusia yang sejati. Karena itu, hukum yang dijiwai oleh Pancasilaadalah hukum yang berasaskan semangat kerukunan. Terpaut pada asas kerukunanadalah asas kepatutan. Asas ini juga adalah asas tentang cara menyelenggarakanhubungan antar-warga masyarakat yang di dalamnya para warga masyarakatdiharapkan untuk berperilaku dalam kepantasan yang sesuai dengan kenyataan-kenyataan sosial. Sifat lain yang memberikan ciri pada Hukum Pancasila adalah asaskeselarasan. Asas ini menghendaki terselenggaranya harmoni dalam kehidupanbermasyarakat. Kemudian Asas kerukunan, asas kepatutan dan asas keselarasansebagai ciri-ciri khas dari Hukum Pancasila dapat dicakup dengan satu istilah, yaknisifat kekeluargaan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa Hukum Pancasila adalahhukum bersemangat kekeluargaan. Semangat kekeluargaan menunjuk pada sikapyang berdasarkannya kepribadian setiap warga masyarakat diakui dan dilindungi olehmasyarakat[16].

    Cita hukum Pancasila secara gamblang dapat dilihat dalam pasal 33 UUD yangberbunyi:

    (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

    (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajathidup orang banyak dikuasai oleh negara.

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    5/12

    (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat.

    (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomidengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasanlingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dankesatuan ekonomi nasional.

    Kemudian dalam Pasal 34 UUD 1945 yang telah diamandemen masih lebih diperjelaslagi sebagai berikut :

    (1) Fakir miskin dan anakanak terlantar dipelihara oleh negara.

    (2) Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruah rakyat danmemberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabatkemanusiaan.

    (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan danfasilitas pelayanan umum yang layak.

    Ketentuan-ketentuan dalam pasal 33 dan 34 UUD tersebut kiranya berkaitan eratdengan pasal 27 ayat 1 dan 2 serta pasal 28 a yang menggariskan :

    (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum danpemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya.

    (2) Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagikemanusiaan.

    Hal ini masih dipertegas lagi oleh pasal 28a bahwa : Setiap orang berhak untuk hidupserta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya

    Dalam ketentuan tersebut terlihat adanya pengakuan terhadap hak setiapwarganegara atau individu, dan kewajiban pemerintah untuk memenuhi hak individutersebut. Dalam cita hukum pancasila terlihat bahwa untuk pembangunan hukumtersebut berbeda dengan paham liberalism (menekankan kebebasan individu)ataupun kollektivisme (yang menekankan kepentingan bersama) yang berkembang diNegara-negara barat. Cita hukum Pancasila tidak hanya memementingkankemakmuran perseorangan tapi juga mementingkan kemakmuran banyak orang.

    1. C. Pembangunan Hukum Indonesia

    Indonesia adalah Negara hukum (rechtstaat) bukan Negara kekuasaan (machtstaat),oleh karena hukum segala tindakan pemerintah harus dilakuka berdasarkan hukum.In berarti hukum merupakan sarana utama untuk mengatur kehidupannya.[17]Hukum dalam hal ini harus diartikan dalam pengertian yang luas, bukan hulum dalampengertian undang-undang seperti yang dimaksudkan oleh Hans Kelsen yaitu : law isa coercive order of humn behavior, it is the primary norm which stipulates the

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    6/12

    sanction. Atau yang dikemukakan oleh John Austin, maupun RW Dworkin[18].Pandangan-pandangan tentang hukum yang diberikan oleh mereka mencerminkanciri positivisme yang kuat. Oleh karena itu dalam pembangunan hukum, maka itutidak berarti hanya dengan membuat undang-undang. Suatu pendekatan yangnormative semata-mata tentang hukum tidak cukup apabila kita melakukanpembinaan hukum secara menyeluruh. Dalam konteks Indonesia sebagai Negarahukum, hukum harus dijadikan sebagai saringan yang harus dilalui oleh konsepapapun yang akan diterapkan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.Akan tetapi diakui bahwa tidak semua hal dapat dicapai melalui saluran hukumformal, sekalipun hukum formal adalah yang idealnya. Dalam hal ini terjadi prosesinteraksi saling tarik menarik dan pengaruh mempengaruhi yang intensif antarahukum dan berbagai proses yang berlangsung dalam masyarakat[19].

    Dalam Tap MPR No.II/MPR/1993 tentang GBHN ditegaskan bahwa sasaranpembangunan hukum adalah terbentuk dan berfungsinya system hukum nasionalyang mantap bersumberkan Pancasila dan UUD 1945, dengan memperhatikankemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian,ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dankebenaran serta mampu mengamankan dan mendukung pembangunan nasional,yang didukung oleh aparat hukum, sarana dan prasarana yang memadai sertamasyarakat yang sadar dan taat hukum.[20] Dengan demikian terlihat bahwapembangunan hukum mrupakan bagian integral dari pembangunan nasional secarakeseluruhan.

    Bagi Indonesia dalam melakukan pembangunan diperlukan suatu perencanaanpembangunan, dan prencanaan pembangunan itu perlu memanfaatkan hukumkarena :

    1. Hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalammengatur hidupnya.

    2. Hakekat pengadaan dan keberadaan hukum hukum dalam masyarakat;3. Fungsi mengatur yang telah didukung oleh potensi dasar yang terkandung dalam

    hukum yang melampaui fungsi mengatur, yaitu sebagai pembri kepastian,pengaman, pelindung, dan penyeimbang yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif;

    4. Dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya unuk mengembanmisinya yang paling baru yaitu sebagai sarana perubahan social atau saranapembangunan.[21]

    Sementara itu menurut Mochtar, tujuan hukum itu sendiri adalah ketertiban, untukmencapai ketertiban dalam masyarakat, diusahakan adanya kepastian dalampergaulan antar manusia dalam masyarakat. Urgensinya disini adalah bukan sajabagi kehidupan masyarakat yang teratur, tetapi merupakan syarat mutlak bagi suatuorganisasi hidup yang melampaui batas-batas saat sekarang ini. Tanpa kepastianhukum dan ketertiban masyarakat yang dijelmakan olehnya manusia tidak mungkinmengembangkan bakat-bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanyasecara optimal di dalam masyarakat dimana dia hidup.[22]

    Dalam pembangunan hukum Indonesia dalam konteks pembangunan hukum yangberdasarkan cita hukum Pancasila, maka hukum sebagai sarana pembanguan

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    7/12

    tersebut telah dikembangkan oleh Muchtar Kusumaatmaja dengan menamainyasebagai teori Hukum pembangunan. Menurut Muchtar, hukum merupakankeseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalammasyarakat, juga mencakup lembaga-lembaga (institutions), dan proses-proses(processes) yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan[23].

    Pengertian tersebut menunjukkan kepekatan Mochtar terhadap arti kepekaan hukumterhadap kondisi dan gejala-gejala kemasyarakatan, dan pandangan Mochtar tentangfungsi hukum sebagai sarana pembangunan merupakan sumbangan penting dariEugen Ehrlich dan Roscue Pound yang berasal dari aliran hukum pragmatis.[24]

    Ehrlich dalam pandangannya tidak melihat hukum dalam wujud sebagai kaidah,melainkan melihat hukum dalam wujud sebagai masyarakat sendiri. Oleh karena ituEhrlich kemudian melahirkan konsep tentang living law untuk membedakannyadengan positive law. Sementara itu Rescue Pound memandang hukum sebagairtealitas social yang mengatur masyarakatnya.. Menurut dia Negara didirikan demikepentingan umum dan hukum merupakan sarana utama (law as a tool of socialengineering) untuk merealisasikan tujuan itu. Bagi Pound, suatu masyarakat yangbaik ialah mesyarakat yang memperhatikan kepentingan umum.[25]

    Teori hukum pembangunan Mochtar yang dipengaruhi oleh kedua pakar tersebutterlihat kemudian lebih merupakan transformasi dari teori hukumnya sendiriditambah dengan transformasi teori hukum, terutama, Pound, akan tetapi Mochtardengan tegad menolak konsepsi mekanis dari konsepsi law as a tool of socialengineering dan karenanya menggantikan istilah alat (tool) itu dengan sarana.[26]

    Pengembangan konsepsional dari hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakatdi Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang lingkupnya dari pada law as a tool of social engineering, karena di Indonesia peranan perundang-undangan dalam prosespembaharuan hukum lebih menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan AmerikaSerikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court)pada tempat lebih penting; Karena konsep hukum sebagai alat akanmengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penerapan legismesebagaimana pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia adasikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsepseperti itu; dank arena apabila hukum di sini termasuk juga hukum internasional,maka konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan

    jauh sebelum konsep ini diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan. Lebihlanjut juga dikemukakan bahwa hukum bersifat memelihara dan mempertahankanyang telah tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasukmasyarakat yang sedang membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harusdipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedangmembangun, yang berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidakcukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu prosesperubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yangmenitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam artistatis, dan menekankansifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkansuatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.[27]

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    8/12

    Dengan demikian terlihat bahwa Teori hukum pembangunan Muchtar tersebut sudahmencakup dimensi yang meliputi structure (struktur), culture (kultur) dan substance(substansi) sebagaimana dikatakan oleh Lawrence W. Friedman. Namun MenurutRomli perlu juga dilengkapi dengan pemberdayaan birokrasi (beureucraticengineering) yang mengedepankan konsep panutan atau kepemimpinan, sehinggafungsi hukum sebagai sarana pembaharuan dapat menciptakan harmonisasi antaraelemen birokrasi.[28] Konsep panutan dan kepemimpinan tidak terlepas dari suatupengakuan atas suatu realitas budaya paternalistic yang dianut di Indonesia, artinyasebuah contoh yang baik yang diberikan oleh orang yang dianggap sebagai panutanakan bisa menciptakan suatu perubahan yang lebih baik. Tentu saja sosok yangdianggap sebagai panutan adalah orang yang amanah dan bisa mengemban cita-citaperjuangan proklamasi. Konsep panutan demikian akan mempunyai peran yangpenting dalam pembentukan budaya hukum masyarakat atau pembangunankesadaran hukum secara prsuasif, namun demikian sebagai suatu hukum yangmenjaga kepentingan masyarakat pada umumnya, tetap dubutuhkan adanya dayapaksa dan struktur yang mengawal berlaknya hukum.

    Sunaryati menambahkan factor tersebut dengan faktor tingkat kecerdasan dankejujuran (integrasi) para pelaku/pejabat lembaga-lembaga hukum hukum itu, tingkatkinerja, Koordinasi dan sinkronisasi antara lembaga-lembaga hukum (baik darilembaga legislative, eksekutif, yudikatif, dan pengawasan), tingkat teknologi yangdigunakan oleh lembaga-lembaga dan profesi hukum, standar operation procedures,gaya manajemen (kuno atau moderen) yang digunakan oleh pelaku-pelaku hukumdan pemberi pelayanan hukum, tolak ukur (norma-norma) untuk mengukuir kinerjadan profesi pejabat dan profesi hukum (yaitu yg dikenal dengan asas-asaspemerintahan yang baik good governance) dan last but not least besar kecilnyaangaran pembangaunan belanja Negara yang disediakan/ disisihkan untukpembangtunan dan reformasi hukum itu.[29]

    Dalam suatu masyarakat yang sedang mengalami perubahan, dinamika masyarakatakan membawa pengaruh terhadap perubahan nilai di dalamnya, perubahan nilaiakan mengubah cara pandang masyarakat yang pada gilirannya pada perubahanpola hidup, tingkah laku atau karakter masyarakat, yang apabila tidak di lakukanpengaturan, maka sangat mungkin terjadinya benturan-benturan kepentingan diantara mereka. Kondisi demikian merupakan suatu fenomena yang harus dipahamidan dijadikan landasan dalam menentukan arah pembangunan hukum itu sendiri.Dalam masyarakat yang berubah diperlukan adanya suatu penelitian yang dan kajianterhadap fenomena perubahan itu sendiri, yang kemudian dijadikan landasanpembangunan hukum. Pembangunan hukum dalam onteks pembuatan peraturanperundang-undangan, maka idealnya adalah bahwa aturan yang dibuat tersebut akanlebih mudah mengimplementasikannya terhadap suatu kelompok masyarakat yangmenjadi akar terbentuknya peratuan itu, dengan kata lain aturan hukum tersebutharuslah berakar dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat tersebut. Dalamhubungan ini cita hukum Pancasila tidak bisa dilepaskan sama sekali dalam prosesdalam pembangunan hukum itu.

    Teori hukum pembangunan yang dikemukakan oleh Mochtar masih relevan unukdijadikan ladasan pembangunan hukum Indonesia dengan modifikasi yangditambahkan oleh Romli dan Sunaryati, karena dimensi pembangunan hukum harusmencakup dimensi substanSi, struktur, dan kultur. Berbicara tentang ketiga dimensi

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    9/12

    itu termasuk membicarakan kekuatan sumber daya manusia yang berperan besardalam pembangunan hukum nasional. (M. Husni Syam)

    Daftar pustaka

    Buku Teks

    A. Hamid S. Attamimi, Pancasila Cita Hukum Dalam Kehidupan Hukum BangsaIndonesia dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang KehidupanBermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara disunting oleh: Oetojo Oesman & Alfian,BP-7 Pusat, Jakarta, 1992.

    A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, CSIS, Jakarta, 1985, hlm. 286

    Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor,2008.

    Arief Sidharta, Filsafat Hukum Pancasila, Materi Perkuliahan Mata Kuliah SistemFilsafat Hukum Indonesia, Program Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu HukumUNPAR, Bandung, 2006.

    B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,2000, hlm.Darji darmodiharjo dan Sidharta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia,

    Jakarta, 1995.

    Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju, Bandung, 2003.

    Lili Rasjidi, Pembangunan Sistem Hukum dalam Rangka Pembinaan Hukum Nasional,dalam Sri Rahayu Oktoberina dan Niken Savitri, Butir-butir Pemikiran dalam Hukum-Mempringati 70 Tahun Prof.Dr.B.Arief Sidharta,SH, Refika Aditama, Bandung, 2009.

    Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni,Bandung, 2002. Dalam BPHN, Hasil Seminar Hukum Nasional Keempat, BPHN, Jakarta,1980.

    Moh. Mahfud M.D., Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2006.

    Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasionaldalam Majalah Hukum Nasional (Edisi Khusus 50 Tahun Pembangunan Nasional) No.1, Pusat Dokumentasi Hukum BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995.

    N. Driyarkara, Karya Lengkap Driyarkara penyunting: A. Sudiarja, et. al., GramediaPustaka Utama, Jakarta, 2006.

    Satjipto Rahardjo, Pendidikan Hukum Sebagai Pendidikan Manusia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009.

    Makalah/Artikel

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    10/12

    Lilik Mulyadi, Teori Hukum pembangunan Prof.Dr. Muchtar Kusumaatmadja: SebuahKajian Deskriftif Analitis, makalah tanpa tahun

    Soejono Koesoemo Sisworo, Mempertimbangkan Beberapa Pokok Pikiran PelbagaiAliran Filsafat Hukum Dalam Relasi dan Relevansinya DenganPembangunan/Pembinaan Hukum Indonesia dalam Kumpulan Pidato PengukuhanGuru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dihimpun oleh:Soekotjo Hardiwinoto, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1995.

    Sunaryati, Membangun Budaya Hukum Pancasila Sebagai Bagian dari Sistem HukumNasional Indonesia di Abad 21, Orasi Dies Natalis ke-50 Fakultas Hukum Unpar.

    Susilo Bambang Yudhoyono, Menata Kembali Kerangka Kehidupan BernegaraBerdasarkan Pancasila, Pidato Peringatan 61 Tahun Lahirnya Pancasila, JakartaConvension Center, Tanggal 6 Januari 2006.

    [1] Lihat Soediman Kartohadiprodjo, Panca Sila Suatu Usaha Percobaan MendekatiProblema Sekitarnya, tanpa penerbit dan tahun terbit, hlm. 1 5

    [2] A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, CSIS, Jakarta, 1985, hlm.286

    [3] A. Hamid S. Attamimi, Op.,Cit. hlm. 68

    [4] Arief Sidharta, Filsafat Hukum Pancasila, Materi Perkuliahan Mata Kuliah SistemFilsafat Hukum Indonesia, Program Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu HukumUNPAR, Bandung, 2006, hlm. 4

    [5] Darji darmodiharjo dan Sidharta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia, Jakarta,1995. hlm.206

    [6] Ibid, hlm.207.

    [7] Moh. Mahfud M.D., Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2006, hlm. 23.

    [8] A. Hamid S. Attamimi, Pancasila Cita Hukum Dalam Kehidupan Hukum BangsaIndonesia dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang KehidupanBermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara disunting oleh: Oetojo Oesman & Alfian,BP-7 Pusat, Jakarta, 1992, hlm. 7

    [9] Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasionaldalam Majalah Hukum Nasional (Edisi Khusus 50 Tahun Pembangunan Nasional) No.1, Pusat Dokumentasi Hukum BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995, hlm. 50

    [10] Soejono Koesoemo Sisworo, Mempertimbangkan Beberapa Pokok PikiranPelbagai Aliran Filsafat Hukum Dalam Relasi dan Relevansinya DenganPembangunan/Pembinaan Hukum Indonesia dalam Kumpulan Pidato PengukuhanGuru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dihimpun oleh:

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    11/12

    Soekotjo Hardiwinoto, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1995, hlm.121.

    [11] B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,2000, hlm. 181.

    [12] Arief Sidharta, FN. 4. Op.Cit., hlm. 6.

    [13] Arief Sidharta, ibid., hlm. 5.

    [14] Susilo Bambang Yudhoyono, Menata Kembali Kerangka Kehidupan BernegaraBerdasarkan Pancasila, Pidato Peringatan 61 Tahun Lahirnya Pancasila, JakartaConvension Center, Tanggal 6 Januari 2006, hlm.5

    [15] Arief Sidharta, FN. 4. Op.Cit., hlm. 6.

    [16] Lihat Ibid, hlm.6-7

    [17] Lili Rasjidi, Pembangunan Sistem Hukum dalam Rangka Pembinaan HukumNasional, dalam Sri Rahayu Oktoberina dan Niken Savitri, Butir-butir Pemikiran dalamHukum-Mempringati 70 Tahun Prof.Dr.B.Arief Sidharta,SH, Refika Aditama, Bandung,2009, hlm.129

    [18] Lihat Dardji, Op.cit, hlm. Dan Ahma Ali, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia,Bogor,2008,hlm. 26-27.

    [19] Satjipto Rahardjo, Pendidikan Hukum Sebagai Pendidikan Manusia, GentaPublishing, Yogyakarta, 2009, hlm.128.

    [20] Darji, opcit.,hlm. 224.

    [21] Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju, Bandung, 2003,hlm.180.

    [22] Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni,Bandung, 2002, hlm. 3. Dalam Dalam hasil Seminar Hukum Nasional Keempat yangdiselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, dirumuskan adanya enamfungsi dan peranan hukum dalam pembangunan, yaitu : Pengatur, penertib danpengaman kehidupan masyarakat; Penegak keadilan dan pengayom wargamasyarakat terutama yang mempunyai kedudukan sosial ekonomi lemah; Penggerakdan pendorong pembangunan dan perubahan menuju masyarakat yang dicita-citakan; Pengarah masyarakat pada nilai-nilai yang mendukung usaha pembangunan;Faktor penjamin keseimbangan dan keserasian yang dinamis dalam masyarakat yangmengalami perubahan cepat; lihat BPHN, Hasil Seminar Hukum Nasional Keempat,BPHN, Jakarta, 1980, hal. 61.

    [23] Lolo Rasjidi, Op.cit. hlm.182-183.

  • 7/31/2019 Cita Hukum Pancasila Dalam Pembangunan Hukum Nasional

    12/12

    [24] Lili Rasjidi, Op.cit, hlm. 183. Teori mochtar juga dipengaruhi oleh teorikebudayaan Northrop dan policy oriented yang dikemukakan oleh Laswell danMc.Dougal).

    [25] Ahmad Ali, Op.cit, hlm. 19

    [26] Lili Rasyidi, Loc.cit.

    [27] Mochtar Kusumaatmadja, Op.cit, hlm. 14. Lihat juga Lilik Mulyadi, Op.cit, hlm.3.

    [28] Terkutip dalam Lilik Mulyadi, Teori Hukum pembangunan Prof.Dr. MuchtarKusumaatmadja: Sebuah Kajian Deskriftif Analitis, makalah tanpa tahun

    [29] Sunaryati, Membangun Budaya Hukum Pancasila Sebagai Bagian dari SistemHukum Nasional Indonesia di Abad 21, Orasi Dies Natalis ke-50 Fakultas HukumUnpar,2008,hlm. 9