Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN...

14
Chrysomyabezziana PENYEBABMYIASISPADAHEWANDAN MANUSIA :PERMASALAHANDANPENANGGULANGANNYA APRILH .WARDHANA BalaiPenelitianVeteriner, X..RE. Martadinata No .30, Bogor 16114 ABSTRAK Myiasisataubelatunganadalahinfestasi larva lalatkedalamsuatujaringanhiduphewanberdarahpanastermasuk manusia .Penyakitiniseringditemukandinegara-negaratropis,terutamamasyarakatgolongansosio-ekonomirendah .Diantara lalatpenyebabmyiasisdidunia,lalat Chrysomyabezziana mempunyainilaimedis yang pentingkarenalarvanyabersifatobligat parasitdanmenyebabkankerugianekonomi .Beberapakasusmyiasis yang terjadipadamanusiadanhewandi Indonesia disebabkanolehinfestasi larvaC . bezziana ataubercampurdengan Sarcophagasp . Sulawesi,SumbaTimur,PulauLombok, Sumbawa, Papua danJawatelahdilaporkansebagaidaerahendemik myiasis . Kasusmyiasispadahewanseringterjadi pascapartus(myiasis vulva)yang diikutiolehpemotongantalipusaranaknya(myiasisumbilikus)atauakibatlukatraumatika sedangkanpadamanusiabanyakdilaporkanakibatluka-luka barnyang dibiarkanataulukakronissepertikusta, diabetes dan lain-lain .Disampingitu,lubang-lubangalamitubuhsepertihidung,mata,telingaataumulutjugadilaporkanmenjadipintu masukinfestasi larva ini.Gejalaklinismyiasissangatbervariasidantidakspesifiktergantungpadabagiantubuh yang diinfestasi larva, yaitudemam,inflamasi,pruritus, pusing,vertigo, pembengkakan,danhipereosinofilia .Kondisitersebutdapatdiperparah denganadanyainfeksisekunderolehbakteri .Penangananmyiasispadahewancukupsederhanadibandingkandenganmanusia yang umumnyadilakukandenganpembedahan .Pengobatanmyiasispadamanusiadapatdilakukansecaralokalmaupun sistemik .Pengobatansistemikdilakukanbersamadenganpemberianantibiotikspektrumluasatausesuaidengankulturdan resistensikuman(operasi)padabagiantubuh yang terserang.Preparatinsektisidadapatdigunakanuntukpengobatanmyiasis padahewan,namontelahdilaporkanmenimbulkanresistensi .Pemakaiankloroformdanminyak turpentine denganperbandingan I : 4 dapatdigunakanuntukpengobatanlokal .Beberapaminyakatsirijugatelahdiujidilaboratoriumsebagaiobatalternatif myiasispadamanusiadanhewan . Katakunci : Myiasis,manusia,hewan,zoonosis, Chrysomyabezziana 146 ABSTRACT Chrpsomvabezziana, THECAUSEOFMYIASISONANIMALANDHUMAN :PROBLEMANDCONTROL Myiasisisaninfestationoflarvae(Diptera)intothelivehosttissueofwarm-bloodedanimalsincludinghumans .This diseaseisoftenfoundintropicalcountries,particularlyinthecommunitywithlowsocio-economiclevel.Frommanyflies causingmyiasis, Chrysomyabezziana ismedicallythemostimportantagentduetoitsobligateparasitepropertyandcausing economieslosses .SomemyiasiscasesonhumansandanimalsinIndonesiaarecausedbyC . bezziana larvaeinfestationormixed infestationwith Sarcophaga sp . Sulawesi,EastSumba,Lombok,Sumbawa,PapuaandJavaislandswerereportedasmyiasis endemicareas .Myiasiscasesonanimalsoccurredafterparturition(vulvalmyiasis)thenisfollowedbyumbilicalmyiasison theircalfortraumaticwounds,whilemyiasisonhumansarecausedbyuntreatedfreshwoundsorchronicwoundssuchas leprosy,diabetes,etc .Besides,natureholeslikenose,eyes,earsormoutharealsoreportedasentryportforthoselarvae .Clinical signsofmyiasisarevariousandnon-specificdependsonlocationofinfestedpartofbody, i .e . fever,inflammation,pruritus, headache,vertigo,swellingandhipereosinophilia .Therewouldbeseriousconditionswithsecondaryinfectionbybacteria . Myiasistreatmentonanimalsissimplerthanhumans .Surgicaloperationisoftencarriedoutoninfestedhumanpartofbodies . Insecticideswereusedtotreatanimalmyiasisbuthadraisedresistant .Myiasistreatmentonhumansmaybedonelocallyor systemically .Antibioticbroadspectrumorwhichissuitablewithcultureandresistancestatusofbacteriaweregivenforsystemic treatment .Chloroformandturpentinewithratio1 :4wereusedforlocaltreatment .Someofessentialoilshavealsobeentested inlaboratoryasanalternativemedicineforbothhumansandanimalsmyiasis . Keywords : Myiasis,human,animal,zoonosis, Chrysomyabezziana PENDAHULUAN tertentu,denganmemakanjaringaninangnyatermasuk cairan tubuh . Larva-larvamyiasis juga mampu KataMyiasisberasaldaribahasaYunani,yaitu memakanbahan-bahan yang telahtercernapadakasus "myia" yang berartilalat .Artimyiasissecara Was myiasissaluranpencernaan . Masyarakat Indonesia adalahinfestasi larva diptera(lalat)padajaringanhidup lebihmengenalpenyakitinidengannamabelatungan, manusiaatauhewanvertebratalainnyadalamperiode sedangkanpenduduk India menyebutnyasebagai

Transcript of Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN...

Page 1: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

Chrysomya bezziana PENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN DANMANUSIA: PERMASALAHAN DAN PENANGGULANGANNYA

APRIL H. WARDHANA

Balai Penelitian Veteriner, X.. RE. Martadinata No. 30, Bogor 16114

ABSTRAK

Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup hewan berdarah panas termasukmanusia . Penyakit ini sering ditemukan di negara-negara tropis, terutama masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah . Diantaralalat penyebab myiasis di dunia, lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena larvanya bersifat obligatparasit dan menyebabkan kerugian ekonomi . Beberapa kasus myiasis yang terjadi pada manusia dan hewan di Indonesiadisebabkan oleh infestasi larva C . bezziana atau bercampur dengan Sarcophaga sp . Sulawesi, Sumba Timur, Pulau Lombok,Sumbawa, Papua dan Jawa telah dilaporkan sebagai daerah endemik myiasis . Kasus myiasis pada hewan sering terjadipascapartus (myiasis vulva) yang diikuti oleh pemotongan tali pusar anaknya (myiasis umbilikus) atau akibat luka traumatikasedangkan pada manusia banyak dilaporkan akibat luka-luka barn yang dibiarkan atau luka kronis seperti kusta, diabetes danlain-lain . Disamping itu, lubang-lubang alami tubuh seperti hidung, mata, telinga atau mulut juga dilaporkan menjadi pintumasuk infestasi larva ini. Gejala klinis myiasis sangat bervariasi dan tidak spesifik tergantung pada bagian tubuh yang diinfestasilarva, yaitu demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparahdengan adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Penanganan myiasis pada hewan cukup sederhana dibandingkan dengan manusiayang umumnya dilakukan dengan pembedahan . Pengobatan myiasis pada manusia dapat dilakukan secara lokal maupunsistemik. Pengobatan sistemik dilakukan bersama dengan pemberian antibiotik spektrum luas atau sesuai dengan kultur danresistensi kuman (operasi) pada bagian tubuh yang terserang. Preparat insektisida dapat digunakan untuk pengobatan myiasispada hewan, namon telah dilaporkan menimbulkan resistensi . Pemakaian kloroform dan minyak turpentine dengan perbandinganI : 4 dapat digunakan untuk pengobatan lokal . Beberapa minyak atsiri juga telah diuji di laboratorium sebagai obat alternatifmyiasis pada manusia dan hewan .

Kata kunci : Myiasis, manusia, hewan, zoonosis, Chrysomya bezziana

146

ABSTRACT

Chrpsomva bezziana, THE CAUSE OF MYIASIS ON ANIMAL AND HUMAN : PROBLEM AND CONTROL

Myiasis is an infestation of larvae (Diptera) into the live host tissue of warm-blooded animals including humans . Thisdisease is often found in tropical countries, particularly in the community with low socio-economic level. From many fliescausing myiasis, Chrysomya bezziana is medically the most important agent due to its obligate parasite property and causingeconomies losses . Some myiasis cases on humans and animals in Indonesia are caused by C . bezziana larvae infestation or mixedinfestation with Sarcophaga sp . Sulawesi, East Sumba, Lombok, Sumbawa, Papua and Java islands were reported as myiasisendemic areas . Myiasis cases on animals occurred after parturition (vulval myiasis) then is followed by umbilical myiasis ontheir calf or traumatic wounds, while myiasis on humans are caused by untreated fresh wounds or chronic wounds such asleprosy, diabetes, etc . Besides, nature holes like nose, eyes, ears or mouth are also reported as entry port for those larvae . Clinicalsigns of myiasis are various and non-specific depends on location of infested part of body, i.e . fever, inflammation, pruritus,headache, vertigo, swelling and hipereosinophilia . There would be serious conditions with secondary infection by bacteria .Myiasis treatment on animals is simpler than humans . Surgical operation is often carried out on infested human part of bodies .Insecticides were used to treat animal myiasis but had raised resistant . Myiasis treatment on humans may be done locally orsystemically . Antibiotic broad spectrum or which is suitable with culture and resistance status of bacteria were given for systemictreatment . Chloroform and turpentine with ratio 1 : 4 were used for local treatment . Some of essential oils have also been testedin laboratory as an alternative medicine for both humans and animals myiasis .

Key words : Myiasis, human, animal, zoonosis, Chrysomya bezziana

PENDAHULUAN

tertentu, dengan memakan jaringan inangnya termasukcairan tubuh . Larva-larva myiasis juga mampu

Kata Myiasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu memakan bahan-bahan yang telah tercerna pada kasus"myia" yang berarti lalat . Arti myiasis secara Was myiasis saluran pencernaan . Masyarakat Indonesiaadalah infestasi larva diptera (lalat) pada jaringan hidup lebih mengenal penyakit ini dengan nama belatungan,manusia atau hewan vertebrata lainnya dalam periode

sedangkan penduduk India menyebutnya sebagai

Page 2: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

peenash atau scholechiasis . Kasus myiasis banyakterjadi di negara tropis, terutama pada masyarakatgolongan sosio-ekonomi rendah di musim hujan antarabulan September sampai November (SINGH et al.,1993 ; BADIA dan LUND, 1994 ; PARTOUTOMO, 2000) .

The Old Word Screwworm Fly (OSWF) atauChrvsomya bezziana telah diidentifikasi sebagaipenyebab utama terjadinya penyakit myiasis, baik padamanusia, ternak, maupun hewan kesayangan dikawasan Afrika dan Asia termasuk Indonesia. Larva inibersifat obligat parasit yang hanya memakan jaringanhidup tubuh inangnya . Lalat C. bezziana peutama kalidikoleksi di Kongo (Zaire) pada tahun 1909 dari sapidan diidentifikasi oleh Professor Bezzi. Meskipunidentifikasinya kurang tepat, tetapi untuk menghargaijasa beliau maka lalat tersebut diberi nama "bezziana"oleh Entomologis dari Perancis, Joseph Villeneuve(SPRADBERY, 2002) .

Sampai saat ini, kasus myiasis masih menjadiancaman yang serius pada daerah-daerah kantungternak seperti di Sulawesi Selatan dan Sumba Timur(WARDHANA et al ., 2003a) . Kasus lainnya jugadilaporkan di Pulau Sumbawa, Lombok, Jawa dan Bali,bahkan angka prevalensinya di daerah Minahasamencapai 20% (SUKARSSIH et al ., 1989 ; SUNARYA,1998 ; WARDHANA dan MUHARSINI, 2005). LEE (2002)mencatat kejadian myiasis di daerah endemik mencapai95% yang menyerang semua jenis hewan termasukmanusia . Meskipun penyakit myiasis jarangmenyebabkan kematian tetapi kerugian ekonomi yangditimbulkannya cukup besar .

Kasus myiasis pada ternak sering ditemukan disekitar mata, mulut, vulva, tanduk yang dipotong, lukakastrasi dan pusar hewan yang barn lahir. Awal infeksilarva terjadi pada daerah kulit yang terluka, selanjutnyalarva bergerak lebih dalam menuju ke jaringan ototsehingga menyebabkan daerah luka semakin lebar.Kondisi ini menyebabkan tubuh ternak menjadi lemah,nafsu makan menurun, demam serta diikuti penurunanproduksi susu dan berat badan, bahkan dapat terjadianemia (SPRADBERY, 1991 ; SUKARSIH et al., 1999) .

Sumber: Koleksi AQIS

WARTAZOA VoL 16 No . 3 Th. 2006

Cambar 1 . Morfologi tubuh lalat Chrysomya bezziana dewasa

Disamping menyerang ternak, kasus myiasis jugadilaporkan terjadi pada manusia dengan predileksi didaerah faring, hidung, telinga dan bibir(MANGUNKUSUMO dan UTAMA, 1999) .

Adanya kesepakatan pasar bebas membukapeluang masuknya penyakit-penyakit ternak dari luarke dalam negeri atau sebaliknya, termasuk myiasis .Penyakit ini perlu diwaspadai . Beberapa bukti telahmenunjukkan bahwa, daerah yang semula bebasserangan myiasis menjadi wabah, karena masuknyaternak penderita myiasis ke daerah tersebut . Makalahini membahas tentang penyakit myiasis pada hewandan manusia, agen penyebabnya serta permasalahannyatermasuk cara pengobatan dan pencegahannya .

BIOLOGI Chrysomya bezziana

Chrysomya bezziana adalah Arthropoda yangmasuk dalam subdivisi Hexapoda, kelas Insecta,subkelas Pterygota, superordo Endopterygota, ordoDiptera, subordo Brachycera dan famili Calliphoridae(GANDAHUSADA et al ., 1998) .

Karakter fisik

Lalat C. bezziana berwarna biru metalik, birukeunguan atau biru kehijauan . Kepala lalat iniberwarna oranye dengan mata berwarna merah gelap .Perbedaan antara lalat betina dan jantan terletak padamatanya . Lalat betina memiliki celah yang memisahkanmata kanan dan kiri lebih lebar dibandingkan lalatjantan. Ukuran lalat ini bervariasi tergantung padaukuran larvanya. Panjang tubuhnya rata-rata 10 mmdengan lebar kepala berkisar rata-rata 4,1 mm . Tidakada tanda-tanda makroskopik yang khas untuk dapatmengenalinya dengan kasat mata sehingga identifikasihanya dapat dilakukan melal u pemeriksaanmikroskopik(SIGIT, 1978 ; SPRADBERY, 1991) .

147

Page 3: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

Telur C. bezziana berwarna putih transparandengan panjang 1,25 mm dan berdiameter 0,26 mm,berbentuk silindris serta tumpul pada kedua ujungnya .Larva C. bezziana terbagi menjadi tiga instar, yaituinstar I, II dan III (L1, L2 dan L3) . Larva inimempunyai dua belas segmen, yaitu satu segmenkepala, tiga segmen torak dan delapan segmenabdominal. Ketiga instar tersebut dapat dibedakan daripanjang tubuh dan warnanya . Panjang L1 adalah 1,6mm dengan diameter 0,25 mm dan berwarna putih,sedangkan L2 mempunyai panjang 3,5 - 5,5 mm

dengan diameter 0,5 - 0,75 mm dan berwarna putihsampai krem. Adapun panjang L3 mencapai 6,1 - 15,7mm dengan diameter 1,1 - 3,6 mm. Larva instar IIImuda berwarna krem namun jika telah dewasaberwarna merah muda . Tubuh larva dilengkapibentukan duri dengan arah condong ke belakang .Spirakel anterior mempunyai empat sampai enampapila sedangkan spirakel posterior dilengkapi tigacelah dengan peritreme yang kuat dan berwarna

kehitaman. Saat akan menjadi pupa, L3 berubah warnamenjadi coklat hingga hitam dengan panjang rata-rata10,1 mm yang berdiameter 3,6 mm (SPRADBERY,1991) .

Sumber: Koleksi DR. MARTIN HALL

148

APRIL H . WARDHANA : Chrysomva be__iana Penyebab Myiasispada Hewandan Manusia : Permasalahan dun P. ''nnggulangannya

Karakter biologi

Siklus hidup lalat C. bezziana terbagi menjadiempat tahap, yaitu telur, larva, pupa dan lalat. Pada

tahapan larva, perkembangan L1 sampai dengan L3memerlukan waktu enam hingga tuj uh hari, selanjutnya

L3 akan membentuk pupa dalam waktu tujuh sampaidelapan hari, kemudian menjadi lalat yang akanbertelur setelah enam hingga tujuh hari (SPRADBERY,1991) . Lalat betina akan meletakkan kumpulantelurnya di tepi luka pada sore hari atau menjelangpetang dalam waktu sekitar 4,1 menit. Jumlah telur

yang dikeluarkan oleh lalat betina berkisar antara 95sampai 245 (rata-rata 180 telur). Telur akan menetasmenjadi L1 dalam waktu 12 - 24 jam atau sepuluh jam

pada suhu 30°C, selanjutnya LI menuju ke daerah lukayang basah . Sehari kemudian, LI akan berubahmenjadi L2 dan muiai membuat terowongan yang lebihdalam di daerah luka tersebut dengan cara masuk kedalam jaringan inang (SPRADBERY, 1991) . Larva instar

II (L2) akan berkembang menjadi L3 pada harikeempat bermigrasi keluar dari daerah luka tersebutdan jatuh ke tanah. Larva tersebut akan membuatterowongan sepanjang 2 - 3 cm untuk menghindari

Gambar 2 . Siklus hidup Chrysomya bezziana

Page 4: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

sinar matahari secara langsung . Larva akan membentukpupa dalam waktu 24 jam pada suhu 28°C(SPRADBERY, 1991) .

Penetasan lalat dari pupa sangat tergantung darilingkungan . Pupa akan menetas menjadi lalat dalamseminggu pada suhu 25 - 30°C, sedangkan padatemperatur yang lebih rendah akan lebih lama bahkansampai berbulan-bulan (SPRADBERY, 2002) . Lalatjantan dan betina mempunyai daya tahan hidup yangrelatif sama, yaitu 15 hari dalam kondisi laboratorium,meskipun beberapa lalat dilaporkan mampu hiduphingga empat puluh hari (SPRADBERY, 2002) .WARDHANA et al . (2003b) melaporkan bahwakemampuan hidup lalat C. bezziana yang dipelihara diLaboratorium Entomologi, Balai Penelitian Veteriner(Balitvet) hanya mencapai 24 hari .

Lalat jantan memerlukan minum dan karbohidratyang lebih banyak dibandingkan dengan betina untukmempertahankan hidupnya . Walaupun protein bukanmerupakan komponen yang esensial bagi sikluspertama perkembangan telur, tetapi penambahan proteindalam pakan dapat mempercepat dan meningkatkanproduksi telurnya (SPRADBERY, 1991 ; 2002) .

MAHON dan LEOPOLD (2002) menyebutkan bahwaperbandingan lalat jantan dan betina untuk kawinadalah 1 : 1 . Hasil pengamatan WARDHANA et al.(2003b) menunjukkan bahwa awal produksi telurterjadi pada hari kedua pascakawin . Umur lalattermuda yang mampu memproduksi telur adalah umur5 hari. Puncak produksi telur terjadi pada betina yangberumur 8 hingga 12 hari . Umumnya, lalat betinamenetas satu hari lebih awal dibandingkan dengan lalatjantan. Awal kematian terjadi pada umur empat haridan mencapai puncaknya pada umur empat belas hari .

WARDHANAdanMUHARSIN! (2004a) menyebutkanbahwa larva yang turun dari sumber pakan dan jatuh ketanah pada hari pertama 3,05 kali lebih banyak menjadilalat betina. Kesimpulan tersebut sama denganpendapat MAHON dan LEOPOLD (2002) yangmenyatakan bahwa larva betina cenderung turun darisumber pakan lebih awal daripada larva jantan .Terowongan yang dibuat larva untuk menjadi pupamempunyai kedalaman berkisar 6 - 7 cm di bawahtanah. Larva akan mengalami penurunan bobot badansekitar 25,87% untuk menjadi pupa dan 44,93% untukmenjadi lalat dewasa . Bobot minimal pupa yang bisamenetas menjadi lalat adalah 23,5 - 26 mg(WARDHANAdan MUHARSINI, 2004a) .

Patogenesis myiasis pada hewan dan manusiatidak berbeda. Awal terjadinya myiasis adalah apabilaternak mengalami luka akibat berkelahi, tersayat bendatajam atau pascapartus . Bau darah segar yang mengalirakan menarik lalat betina untuk meletakkan telurnya keluka tersebut. Dalam waktu 12 - 24 jam, telur akanmenetas menjadi larva dan bergerak masuk ke dalamjaringan . Aktivitas larva di dalam jaringan tubuh

WARTAZOA Vol. 16 No. 3 Th. 2006

mengakibatkan luka semakin besar dan kerusakanjaringan semakin parah. Kondisi ini menyebabkan bauyang menyengat dan mengundang lalat yang lain untukhinggap (Sarcophaga sp ., Chrysomya megachepalla,Musca sp.) dan memicu terjadinya infeksi sekunderoleh bakteri (HUMPHREY et a! ., 1980 ; GUERRUNI, 1988 ;SPRADBERY, 1991 ; BARHOOM et al ., 1998) .

Infestasi larva myiasis tidak menimbulkan gejalaklinis yang spesifik dan sangat bervariasi tergantungpada lokasi luka. Gejala klinis pada hewan antara lainberupa demam, radang, peningkatan suhu tubuh,kurang nafsu makan, tidak tenang sehinggamengakibatkan ternak mengalami penurunan bobotbadan dan produksi susu, kerusakan jaringan,infertilitas, hipereosinofilia serta anemia . Apabila tidakdiobati, myiasis dapat menyebabkan kematian ternaksebagai akibat keracunan kronis amonia (HUMPHREYet al ., 1980 ; GUERRUNI, 1988 ; SPRADBERY, 1991 ;BARHOOM et al ., 1998) .

Gejala umum yang terjadi pada myiasis manusiaantara lain demam, gatal-gatal, sakit kepala, vertigo,eritrema, radang (inflamasi), pendarahan serta memicuterjadinya infeksi sekunder oleh bakteri . Gambarandarah penderita myiasis akan menunjukkan gejalahipereosinofilia dan meningkatnya jumlah neutropil(HUMPHERY et al . 1980 ; RIPERT, 2000 ; TALARI et a! .,2002) .

Berdasarkan gejala klinis yang timbul,MANGUNKUSUMO dan UTAMA (1999) mengelompokkanmyiasis manusia sebagai berikut :

Myiasis luka . Myiasis jenis ini sering terjadikarena adanya luka yang meradang dan berbau atauluka karena penyakit spesifik, seperti sifilis, lepra danpenyakit lainnya. Luka tersebut merupakan tempatyang menarik untuk bertelur .

Myiasis hidung . Terjadi karena lalat meletakkantelurnya pada membran mukosa yang luka di ronggahidung. Penderita sering mengatakan bahwa hidungnyakemasukan lalat. Infestasi larva menyebabkan hidungdan muka membengkak. Apabila tidak diobati makalarva dapat bergerak ke atas dan masuk ke salunan airmata, selanjutnya merusak tulang rawan dan tulangseptum, menghancurkan os nasal dan osfrontal . Selainitu, larva dapat masuk ke dalam paranasa! bahkanmenembus dasar tengkorak dan menyebabkanmeningitis sampai kematian.

Myiasis telinga . Myiasis jenis ini sering terjadisebagai komplikasi myiasis hidung dan mulut . Larvadapat masuk ke dalam telinga melalui tuba Eustachius .Myiasis telinga juga dapat terjadi secara primer,umumnya terdapat luka atau nanah di liang telingayang menarik lalat untuk bertelu-. Larva mampumenembus gendang telinga dan masuk ke telingatengah. Kondisi ini akan menimbulkan iritasi dan rasasakit yang hebat di telinga bahkan menyebabkan tinitusdan vertigo .

149

Page 5: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

Myiasis mata . Umumnya timbul sebagaikomplikasi dari myiasis hidung dan mulut, tetapi dapatjuga terjadi secara sendiri . Oftalmomiasis eksterna bilabola mata yang tidak terkena sedangkan oftalmomiasisinterna anterior bila larva menginfestasi bilik matadepan dan oftalmomiasis posterior bila larva sampai kebilik mata belakang . Jika myiasis mata tidak diobatimaka larva mampu menghancurkan seluruh bola mata .

Myiasis Wit. Lalat bertelur di permukaan kulit .Larva akan masuk ke dalam kulit yang sehat melaluifolikel rambut atau melalui luka akibat traumatika atausebab lainnya. Larva mungkin akan berdiam di tempatmasuknya pada kulit dan menimbulkan sebuah bisul ditempat tersebut.

Myiasis saluran cerna . Myiasis jenis ini terjadikarena termakan makanan yang mengandung telur ataularva lalat . Keadaan tersebut dapat disertai dengangastroenteritis akut.

Disamping jenis-jenis myiasis di atas, beberapajenis lainnya juga dilaporkan seperti myiasis anus,vagina, saluran dan kandung kemih, mulut, faring danlaring . Kasus-kasus di atas pernah terjadi dilaporkanbaik di Indonesia maupun di luar negeri (JOE danKERN, 1955 ; JOE et al ., 1957 ; SAUS et al ., 1986 ;MENON et al ., 1996 ; ABED-BENAMARA et al . 1997 ;MANGUNKUSUMO dan UTAMA, 1999 ; KUMARASINGHEet al ., 2000 ; TALARI et al ., 2002 ; HONG, 2004) .

Sebaran geografis

Lalat C. bezziana tersebar di kawasan Afrikabagian tropis dan subtropis, subkontinen India, AsiaTenggara dari Cina selatan menuju Malaysia danPhilipina hingga Papua New Guinea termasukIndonesia (SUTHERST et a! ., 1989) . RAJAPAKSA danSPRADBERY (1989) melaporkan bahwa lalat ini telahmasuk ke beberapa negara di pantai Barat Teluk Persia .Lalat ini mampu terbang sejauh seratus kilometer(SPRADBERY, 1994) .

Berbeda dengan jenis lalat lainnya, C. bezzianajarang ditemukan di sekeliling sapi . Lalat betina akanmendekat ke ternak pada saat akan bertelur . Lalat inilebih senang bertengger pada . daun, pagar, pokok kayudan berbaur dengan jenis Calliphoridae lainnya dilingkungan tersebut . Banyak jenis Calliphoridae lainyang juga berwarna hijau sehingga tidak mudahmengenali C. bezziana secara kasat mata .

KEJADIAN MYIASIS

Pada hewan

Kejadian myiasis pada ternak dapat diawali karenagigitan caplak, gigitan lalat Tabanidae, akibat infestasiSarcoptes scabiei, cacing Strongyloides sp .,pascapartus, luka umbilikus, luka traumatika karenaperkelahian, tergores duri atau benda lainnya . NORVAL

1 50

APRIL H . WARDHANA : Chrysomya beciana Penyebab Myiasis pada Hewan dan Manusia : Permasalahan dan Penanggulangannva

(1978) melaporkan kematian tiga ratus ribu ternakterserang myiasis akibat terganggunya program kontrolcaplak di Zimbabwe sepanjang tahun 1973 - 1978 .GRINDLE (2001) melaporkan tingkat kejadian myiasisdi Malaysia pada sapi potong dan kerbau mencapi 5%,6 - 8% pada kambing dan domba serta 10% pada sapiperah. Sebanyak 25% kasus myiasis menunjukkanadanya infeksi sekunder karena bakteri . Angkakematian akibat myiasis dilaporkan 10 - 12% padakambing dan domba, 1% pada sapi perah, 4% pada sapipotong dan 7% pada kerbau yang terserang.

AL-IZZI (2002) menyebutkan bahwa telah terjadipeningkatan kasus myiasis di Iraq, yaitu 6.764 kasuspada tahun 1996 menjadi 112.729 kasus pada tahun2000 . Disamping itu, dilaporkan juga kasus myiasis dinegara lain sepanjang tahun 1996 - 2000, yaitu 506kasus di Iran, 9.880 kasus di Oman, 2 .041 kasus diBahrain, 226 kasus di Uni Emirat Arab (UEA), 146kasus di Saudi Arabia dan 24 kasus di Kuwait. Laporanlain menyebutkan adanya kasus myiasis akibat infestasiC. bezziana yang menyerang domba dan unta di Saudi

Arabia (EL-AZAZY dan EL-METENAWY, 2004 ; ABO-SHEHADA, 2005) . Prevalensi domba muda lebih tinggidaripada domba dewasa, yaitu 60 : 40% . ALAHMED(2003) mengidentifikasi tiga jenis larva lalat yangmenginfestasi domba di Arab Saudi, antara lain 100larva C. bezziana, 10 larva C. albiceps dan 5 larvaWohlfahrtia nuba . Kasus myiasis banyak terjadi padabulan Maret - Mei (60%) dan September - November(31,5%) sedangkan pada musim panas (Juni - Agustus)dan musim dingin (Desember - Februari), kasusmyiasis cukup rendah, yaitu 5% dan 1,5% .

Domba Australia yang dimasukkan ke India danPapua New Guinea sangat peka terhadap serangan lalatC. bezziana (SPRADBERY, 2002) . Sapi potong hasilkawin silang dengan sapi Australia dilaporkan lebihpeka dibandingkan sapi lokal yang berada di Malaysia(BASSET dan KADIR, 1982) . Kepekaan ternak imporpada serangan lalat myiasis terbukti dengan adanya 3kasus yang terjadi pada sapi yang didatangkan dariAustralia . Kasus lain juga terjadi pada sapi Limousinyang mengakibatkan telinganya putus (WARDHANA etal ., 2003a) . Kejadian myiasis pada hewan liar sepertiharimau, rusa, badak dan gajah pernah dilaporkantermasuk kasus myiasis di Kebun Binatang di Malaysiadan hewan liar lainnya di Papua New Guinea(SPRADBERY dan VANNIASINGHAM, 1980) .

Larva lalat C. bezziana ditemukan pertama kali diIndonesia pada kasus myiasis kuku sapi dalam bentukinfestasi campuran dengan larva lalat Boopinusintonsus di daerah Minahasa (KRANEVELD danPETTINGA, 1948) . Kasus selanjutnya ditemukan padakuda di daerah yang sama (KRANEVELD dan PETTINGA,1949) . Laporan lain menyebutkan bahwa telah terjadikasus myiasis pada kuku sapi perah di daerah Bogordalam bentuk infestasi campuran dengan Sarcophagadux dan Musca domestica (DJAENOEDIN, 1951).

Page 6: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

WARTAZOA Vol. 16 No. 3 Th . 2006

Gambar 3 . Ternak yang terserang myiasis akibat infestasi larva Chrysomya bezziana

A: Myiasis telinga pada sapi lokal ; B : Myiasis telinga pada sapi Limousin ; C : Myiasis vulva: D : Myiasisdan E : Myiasis kaki pada kerbau

Sumber: Koleksi APRIL H . WARDHANA

Infestasi campuran antara C. bezziana dan Sarcophagasp. juga dilaporkan oleh WARDHANA et al . (2003a)pada kejadian myiasis di Sumba Timur dan SulawesiSelatan.

PARTOUTOMO (2000) berpendapat bahwa kejadianmyiasis di Indonesia masih menunjukkan peningkatan.Pernyataan ini didukung oleh adanya beberapa laporankasus myiasis di Pulau Jawa, Madura, Kupang, JayaPura dan Sumatera (WARDHANA dan MUHARSINI,belum dipublikasi) . Penelitian dinamika kasus myiasisdi Kediri sepanjang tahun 2002 - 2004 menunjukkanpeningkatan, yaitu 47 kasus (2002), 63 kasus (2003)dan 89 kasus (2004) . Kasus myiasis banyak terjadipada sapi yang diikuti oleh pedet, kambing, cempe dandomba yaitu pada induk pascapartus (myiasis vulva)dan anak yang baru lahir (myiasis umbilikus),sedangkan sisanya sebagai akibat luka traumatikaseperti di leher (6,53%) ; kaki (6,03%) ; teracak(5,03%) ; moncong (5,03%) ; ekor (3,02%) ; preputium(2,01%) dan tanduk (2,01%) . Sebanyak 0,5% lukatraumatika terjadi di bagian kornea (mata), ambing,paha dan testis . Umumnya, kasus myiasis cukup tinggi

menjelang hingga musim hujan, yaitu pada bulanAgustus sampai April, sedangkan kasus terrendahterjadi pada bulan Mei sampai Juli (WARDHANA danMUHARSINI, 2005) . Hasil ini sesuai dengan kasusmyiasis di Pulau Lombok dan Sumba Timur yangdilaporkan tinggi pada musim hujan . Selain Kediri,kasus myiasis di beberapa daerah di Pulau Jawaberhasil dideteksi antara lain Jember, Blitar, D .I .Yogyakarta, Klaten dan Garut (WARDHANA danMUHARSINI, 2005) . Data-data di atas menunjukkanbahwa kasus myiasis di Indonesia masih cukup tinggidan harus mendapat perhatian yang serius .

Pada manusia

Kejadian kasus myiasis pada manusia masihsering dilaporkan, khususnya di daerah endemikpenyebaran lalat C. bezziana . Myiasis urogenital terjadidi Malaysia pada laki-laki berumur 76 tahun yangmenderita tumor rektum (RAMALINGAM et al ., 1980) .Otomyiasis (myiasis pada mata) akibat infestasi C.

moncong;

1 5 1

Page 7: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

bezziana dilaporkan oleh ABED-BANAMARA et al .(1997) di Algeria, sedangkan genital myiasis di Indiadilaporkan oleh MENON et al . (1996) . TALARI et al .(2002) juga melaporkan kasus myiasis telinga pada priaberumur 55 tahun di Iran. Sebanyak 35 larva berhasildikoleksi dari telinga tersebut pascapembedahan(mastoidectomy) dan 30 larva pada satu bulankemudian. Myiasis kulit di Sri Lanka menyerang 10laki-laki dan 6 perempuan dari umur 11 - 94 tahunakibat infestasi larva C. bezziana (KUMARASINGHE etal ., 2000) . Oral myiasis di Hongkong dilaporkanmenyerang wanita berumur 89 tahun pada September2002 (NG et al ., 2003). HONG (2004) melaporkankejadian myiasis manusia di Hongkong dari Oktober2002 - Desember 2004 sebagai berikut : sebelas kasuspada rongga mulut, lima kasus pada lengan bawah, dua

1 52

APRIL H . WARDHANA : Chrysomya be_siana Penyebab Myiasis pada Hewan dan Manusia : Permasalahan dan Penanggulangamrya

Cambar 4. Beberapa kejadian myiasis pada manusia

A : Laki-laki berumur 55 tahun yang terserang myiasis telinga akibat infestasi larva Chrysomya bezzianaB : Kondisi telinga sebelum pengambilan larvaC: Larva C. bezziana yang berhasil dikeluarkan dari telinga;D . Pengambilan larva dari myiasis mata

Sumber : Koleksi TALARI et al . (2002)

kasus pada hidung, satu kasus masing-masing padadada, mata dan vulva .

Kasus myiasis manusia di Indonesia tidak banyakdipublikasi. Pustaka pertama yang melaporkan kasusmyiasis mulut yang menyerang perempuan Indonesiaditulis oleh CORNELISSEN pada tahun 1905. JOE danKERN (1955) merangkum kejadian-kejadian myiasis diIndonesia antara lain myiasis pencernaan pada seoranglaki-laki yang dipublikasi oleh HORST pada tahun 1911,kejadian myiasis hidung pada empat orang yang ditulisoleh RIsSFLADA (1917) dan PsNETII '1927), myi:? -i-Ibibir bagian bawah pada seorang laki-laki yangdipublikasi oleh WIEBERDINK (1931) dan tulisanNoosTEN (1937) melaporkan adanya kejadian myiasistelinga . Myiasis hidung yang menimpa tiga orang diSumatera (Tanjung Enim, Muara Danau dan Lampung)

Page 8: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

dilaporkan oleh JOE et al . (1957) . Kasus yang samajuga terjadi di Bukit Tinggi, terjadi pada seorang laki-laki berumur 60 tahun dan perempuan berumur 65tahun (SAUS et al ., 1986) . Pembedahan' hidungdilakukan pada seorang perempuan 63 tahun di RumahSakit Dr . Cipto Mangunkusumo (RSCM) akibatinfestasi larva C. bezziana . Sebanyak 108 larva berhasildiambil dari myiasis hidung tersebut (MANGUNKUSUMOdan UTAMA, 1999) .

Penegakan diagnosis myiasis pada penderitaadalah dengan ditemukannya larva C. bezziana padadaerah luka . Umumnya, larva C. bezziana ditemukanpada kondisi infestasi primer, namun jika telah terjadilama maka akan dijumpai larva lalat yang lain sepertiSarcopagha sp., C. megachepala atau M domestica .Identifikasi larva lalat dilakukan di bawah mikroskopstereo untuk melihat spirakel anterior dan posteriorserta bentuk spina (duri) yang khas pada masing-masing spesies larva lalat (SPRADBERY, 1991) .

PENGENDALIAN

Pengobatan pada hewan

Pengobatan myiasis yang dilakukan di lapangan diSumba Timur menggunakan karbamat (MIPCIN 50WP) dan Echon. Kedua preparat ini cukup berbahayakarena merupakan insektisida sistemik sehinggabanyak dilaporkan adanya keracunan pada ternakpascapengobatan (komunikasi pribadi dengan DinasPeternakan) . Disamping itu, digunakan juga obat-obattradisional yaitu tembakau, batu baterai yang dicampurdengan oli, selanjutnya dioleskan pada luka.Pengobatan dengan cara ini ditujukan untukmengeluarkan larva dari luka tetapi berakibat iritasipada kuhit (WARDHANA et al ., 2003a) .

Pengendalian kejadian myiasis di PT BULI,Makassar dilakukan dengan cara melakukanperendaman (dipping) rutin dua kali seminggu dengan

mencampur 6 liter Ecoflee® dengan 3 m3 air . Larutanini dapat digunakan selama 1,5 tahun dan dilaporkancukup efektif untuk pengendalian penyakit myiasis .Berbagai preparat telah dicoba untuk mengobati ternakyang menderita myiasis yaitu asuntol, lezinon, rifcord505 dan campuuan kapur, bensin serta vaselin . Ramuanyang dilaporkan cukup efektif untuk pengobatanmyiasis di PT BULI yaitu campuran dari 50 g yodium,200 ml alkohol 75% dan 5 ml Ecoflee° yangselanjutnya ditambah air hingga satu liter . Ramuan inilangsung disemprotkan pada luka yang mengandunglarva sehingga larva keluar dan luka menjadi mengecil .Pengobatan ini dilakukan dua kali dalam seminggu dandigunakan hingga sekarang (WARDHANA et al ., 2003a) .

Umumnya, para dokter hewan lapangan

menggunakan Gusanex® untuk mengobati myiasis,namun obat ini telah jarang dijumpai. WARDHANA

WARTAZOA VoL 16 No. 3 Th. 2006

et al. (2004a) dan MUHARSINI et al. (2004)mengembangkan insektisida botanis dari biji srikayadan mindi, sedangkan MUHARSINI et al . (2003)memanfaatkan Bacillus thuringiensis untuk dijadikanbioinsektisida. Beberapa minyak atsiri, seperti minyakatsiri nilam dan akar wangi j uga telah dicoba secara invitro sebagai insektisida botanis dan terbukti mampumematikan larva C. bezziana (WARDHANA,unpublished) .

Pengobatan pada manusia

Penderita myiasis sebaiknya dibawa ke rumahsakit untuk dilakukan pengobatan secara lokal dansistemik secara bersamaan. Pengobatan sistemik yangdilakukan oleh RSCM-Jakarta ditujukan untukmengobati infeksi sekunder yang menyertai myiasis(bakteri), yaitu dengan pemberian antibiotikberspektrum luas atau antibiotik yang sesuai denganhasil kultur bakteri yang berasal dari luka myiasis danresistensi kuman . Pengobatan lokal dilakukan denganmenggunakan kloroform dan minyak turpentin (1 : 4)yang dilanjutkan dengan pengambilan larva secaramanual menggunakan pinset. Penderita akan bersihdari larva dalam waktu dua hingga tiga hari dandiijinkan meninggalkan rumah sakit dalam waktu limasampai tujuh hari (MANGUNKUSUMO dan UTAMA,1999) . KUMARASINGHE et al . (2000) 'melaporkanpengobatan pasien myiasis di Sri Lanka menggunakanmineral turpentin .

Minyak atsiri daun sirih berpotensi untukdikembangkan menjadi obat myiasis pada manusia .Efek larvasidal minyak atsiri ini telah diuji secara invitro pada larva C. megachepala dan C. bezzianadengan hasil yang memuaskan (KUMARASINGHE et al .,2002 ; WARDHANA, unpublished) . Uji in vivopendahuluan pada domba menggunakan krim minyakatsiri daun sirih menunjukkan hasil cukup memaaskan,yaitu mampu menurunkan bobot larva sampai 40% danmenghasilkan bobot pupa di bawah normal sehinggatidak mampu menetas menjadi imago . Oleh karena itu,perlu dilakukan uji lanjutan dengan menguji berbagaimacam sediaan yang berbeda dengan bahan pembawayang berbeda, misalkan pembuatan formula salep,formula spray (semprotan) dan lainnya (WARDHANA,unpublished) . Disamping bersifat larvasidal, minyakatsiri daun sirih mempunyai sifat antibakterial yangkhasiatnya lima kali lipat dibandingkan dengan fenolbiasa .

Penurunan populasi lalat

Kasus myiasis pada hewan dan manusia banyakterjadi pada daerah-daerah endemik myiasis . Kondisiini berkaitan erat dengan jumlah populasi lalat

1 5 3

Page 9: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

1 54

APRIL H . WARDHANA : Chrysomva be_:iana Penyebab Myiasis pada Hewan dan Manusia : Permasalahan dan Penanggulangannva

penyebab myiasis serta ekologi daerah tersebut. Daerahyang memiliki pepohonan, semak-semak dan sungaimerupakan tempat ideal untuk kelangsungan hiduplalat-lalat penyebab myiasis . Pengendalian populasi C.bezziana tidak mungkin diarahkan dengan melakukanpenebangan hutan atau pembakaran semak-semak,karena akan mengganggu ekosistem lainnya. Sejauhini, berbagai upaya pengendalian dan pemberantasan C.bezziana telah banyak dilakukan . Penggunaaninsektisida atau pestisida dilaporkan kurang efektifuntuk mengurangi populasi lalat ini (PARTOUTOMO,2000) . Pembuatan vaksin rekombinan yangdiekspresikan ke dalam Escherichia coli juga tidakmampu memberikan tanggap kebal yang protektif(SUKARSIH et al ., 2000 ; WIJFFELS et al ., 2000 ;VOUCOLO et al ., 2000) . Metode Sterile InsectTechnique (SIT) dan pengembangan pemikat lalat(attraktan) juga masih dilakukan dan menunjukkanhasil yang cukup memuaskan (SPRADBERY et al ., 1983 ;URECH et al., 2001) .

Menurut SNOW et a! . (1982) bahwa efektivitas SITdapat ditingkatkan dengan cara mengurangi jumlahpopulasi lalat dewasa, terutama ketika populasi lalat inimengalami peningkatan di alam . Salah satu metodeyang dilakukan adalah Screwworm Adult SuppresionSystem (SWASS) yaitu mengkombinasikan penggunaanumpan (bait), perangsang pakan (feeding stimulant)yang terdiri dari campuran tepung darah, gula danbongkol jagung dan insektisida yang dibentuk menjadipelet kemudian disebar dengan pesawat (COPPEDGE

et al ., 1980) . Metode lainnya disebut dengan nama baitstation yaitu penggunaan elemen yang sama denganSWASS dalam suatu alat yang permanen kemudiandiletakkan di atas tanah (COPPEDGE et al., 1981) .Kedua metode di atas menggunakan campuran pemikatsintetik swormlure (SL-2) (JONES et al., 1976 ;COPPEDGE et a! ., 1977) dengan insektisida dichlorovos .SWASS dilaporkan cukup berhasil untuk mengurangipopulasi lalat dan menurunkan jumlah kasus myiasis diUSA dan Mexico . Kelemahan metode ini adalahkurang efektif untuk daerah yang lembab, daerah yangbanyak mempunyai saluran air dan hanya bertahan3 - 5 hari (SNOW et a! ., 1982) .

Steril Insect Technique (SIT), yaitu pelepasan lalatjantan yang disterilisasi dengan teknik radiasi dan telahdikembangkan sejak tahun 1950 oleh KNIPLING dandilaporkan cukup efektif (GLANVILLE, 2002 ; WHITTEN,2002) . ROEHRDANZ dan JOHNSON (1988) berpendapatbahwa di dalam program kontrol biologis seperti SIT,keberhasilannya sangat tergantung pada pemahamanyang jelas tentang keragaman genetik yang ada didalam populasi tersebut . Apabila dalam suatu populasihama insekta diketahui terjadi sibling maka programmetode SIT tidak dapat dilaksanakan karena harusmempersiapkan begitu banyak koloni insekta dariberbagai daerah untuk diradiasi .

Selama ini keragaman genetik di dalam populasiC. bezziana masih menjadi pertentangan di kalanganpeneliti . COLLES, yang disitir oleh SPRADBERY (1991)menuliskan hasil analisis morfologi bahwa C. bezzianadi dunia dibagi menjadi tiga ras yaitu ras Afrika, Arabdan Asia Tenggara. Hasil ini bertentangan denganBROWN et al. (1992) dan BROWN et a!. (1998) yangmenyimpulkan bahwa C. bezziana merupakan spesiestunggal berdasarkan analisis hidrokarbon kutikularsedangkan analisis isoenzim dan sitologi menunjukkantidak adanya sibling species dalam populasi C.

bezziana (STRONG dan MAHON, 1991 ; BEDO et al .,1994) . Berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya,HALL et al. (2001) menguji keragaman populasi C.bezziana yang berasal dari sebelas negara berdasarkangen sitokrom b (279 pb) dengan primer CB3FC -NINFA serta morfologi kepala, tubuh dan sayap . Datayang diperoleh berdasarkan analisis filogenetikmengindikasikan adanya dua ras C. bezziana di dunia,yaitu ras sub-Saharan Afrika dan ras Asia termasukkawasan Teluk . WARDHANA et al. (2004b) melaporkanbahwa populasi lalat C. bezziana yang ada di Indonesiasecara genetik berbeda dengan populasi lalat di Asia,namun lalat di Sulawesi Selatan identik denganpopulasi Papua New Guinea . Hasil yang menarikterjadi pada populasi di Sumba Timur karena di dalamsatu wilayah mempunyai dua populasi yang secaragenetik berbeda (WARDHANA et al ., 2004b) . Analisismitokondria DNA masih dalam penelitian yangdiarahkan pada populasi lalat di Pulau Jawa, Madura,Nusa Tenggara, Papua dan Sumatera (WARDHANA,

unpublished) .Adanya perbedaan pendapat ini masih perlu

diluruskan untuk mengambil langkah selanjutnyadalam mengendalikan populasi lalat C. bezziana dilapang. Oleh karena itu, International Atomic EnergyAgency (IAEA) menghimpun peneliti-penelitientomologi dan biologi molekuler baik peneliti lalatCochliomyia hominivorae maupun C. bezziana di duniauntuk bekerjasama dalam upaya pengendalian populasilalat-lalat tersebut menggunakan SIT .

Langkah pengendalian yang lain adalahpembuatan pen-Rat lalat (attractant) . Penelitiantentang pemikat lalat myiasis telah dilakukan sebelumtahun 1970-an dengan tujuan untuk mengganti hati sapiyang secara tradisional mampu memikat lalat jantan .DE VANEY et al . (1973) melaporkan bahwa formulapemikat yang terbuat dari darah sapi yangterkontaminasi dengan bakteri, darah steril yangdiinokulasi dengan bakteri, darah yang mengalami

defibrinasi dan plasma darah mempunyai respon yangcukup tinggi terhadap lalat C. hominivorax . GRABBEdan TuRNER (1973) berhasil mengisolasi danmengidentifikasi senyawa fenol, p-cresol dan indolsebagai komponen utama yang terdapat dalam sediaandarah tersebut. Hasil ini didukung oleh JONES et al .

Page 10: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

(1976) yang mendapatkan respon lalat yang cukuptinggi ketika ketiga senyawa tersebut dicampurkan,tetapi menjadi sangat rendah apabila diuji dalam bentuktunggal .

Berdasarkan hasil isolasi GRABBE dan TURNER(1973) maka JONES et al . (1976) mengembangkansuatu pemikat sintetik untuk lalat C. hominivorax yangdiberi nama swormlure . COPPEDGE et al . (1977)meningkatkan daya pikat swormlure dengan caramengurangi proporsi komponen-komponennya danmenambahkan dimetil disulfida (DMDS) . Formulabaru ini diberi nama swormlure 2 (SL-2) dandilaporkan mampu menekan populasi C. hominivoraxdi lapang dengan metode Screwworm Adult SuppresionSystem (SWASS) (COPPEDGE et al ., 1980) . Metode inihanya efektif untuk daerah kering dan kurang efektifuntuk daerah yang lembab (SNOW et al ., 1982) . PemikatSL-2 juga pernah diuji oleh SPRABERY (1979) untukmemonitor lalat C. bezziana di Papua New Guineatetapi lalat yang tertangkap dilaporkan kurang dari 1% .Formula terbaru dikembangkan oleh MACKLEY danBROWN (1984) sehingga diperoleh swormlure 4 (SL-4)dan cukup selektif dalam menangkap lalat C.hominivorax (WARNES dan GREEN, 1992) .

WARDHANA dan SUKARSIH (2004)mengembangkan suatu metode untuk menguji dayapikat SL-2 baik pada kondisi laboratorium maupunsemi lapang. Beberapa kandidat pemikat diujimenggunakan metode tersebut sebelum diuji di lapang .Meskipun, analisis senyawa volatil dari luka myiasisuntuk pembuatan pemikat juga masih belummemberikan hasil yang optimal (WARDHANA et al .,2005a), dua formula baru telah berhasil ditemukan danterbukti mempunyai efek yang sama dengan SL-2(WARDHANA et al ., 2005b) . Keuntungannya formulabaru ini adalah komposisi bahan kimia yangdibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan SL-2 .

Secara tradisional pemikat yang digunakan untukmemonitor populasi lalat screwworm adalah gerusanhati. Meskipun SL-2 mampu memikat lalat C. bezzianalebih banyak tetapi hati sapi segar dapat digunakansebagai pemikat alternatif oleh peternak-peternaktradisional di pedesaan atau pada daerah-daerah yangtidak memungkinkan tersedianya SL-2 (WARDHANAdanSUKARSIH, 2004) .

Pengawasan lalu lintas ternak

TAYLOR et al . (1996) berpendapat bahwapemasukan dan pemindahan ternak dari satu daerah kedaerah lain dapat menjadi jembatan penyebaran lalatpenyebab myiasis . Laporan lain juga menyebutkanbahwa manusia diduga menjadi sarana penyebaran lalatC. hezziana dari lokasi geografisnya . Pendapat di atasdidukung oleh kejadian myiasis di sungai Mississippi .Seperti yang dituliskan oleh WYSS (2000) bahwa

WARTAZOA Vol 16 No . 3 Th. 2006

sebelum tahun 1933 tidak pernah dilaporkan adanyakasus myiasis di sungai Mississippi, namun setelahadanya kiriman sapi yang terinfeksi ke Georgia padaJuli 1933 maka kasus myiasis tersebar dengan cepat didaerah sekitar sungai ini, bahkan sampai mencapaiFlorida Selatan . Para peternak melaporkan adanyapeningkatan jumlah ternak yang mati, kebutuhaninsektisida, obat-obatan hewan dan penurunan beratbadan serta produksi susu akibat serangan lalatscrewworm . Kondisi yang sama juga diinformasikanoleh ROEHRDANZ dan JOHNSON (1988) yangmenuliskan bahwa kasus myiasis tidak pernahdilaporkan di Bahamas sampai tahun 1943 . Wabahmyiasis baru terjadi ketika mendatangkan kambing dariKuba ke daerah Bahamas .

Bukti lain adalah hasil analisis DNA mitokondriayang dilakukan oleh WARDHANA et al . (2004) terhadappopulasi lalat C. bezziana di Sidrap-Makassar . Hasil inimemberi kesan bahwa di daerah Makassar terdapatpopulasi lalat yang identik dengan populasi Papua NewGuinea atau populasi lalat Papua New Guineamerupakan bagian dari populasi lalat yang berasal dariMakassar. Dugaan ini perlu diteliti lebih lanjut untukmengetahui apakah populasi lalat dari Makassar berasaldari Papua New Guinea atau sebaliknya . Penyebaranpopulasi tersebut diduga karena adanya transportasiternak yang terjadi pada masa lampau atau sekarang .Ternak yang menderita myiasis atau mengandung larvaC. bezziana pada masa itu terbawa ke lokasi penjualanternak. Sepanjang perjalanan menuju daerah, larvayang sudah matang berpotensi untuk jatuh ke tanah,membuat terowongan kecil dan menjadi pupakemudian berkembang menjadi lalat dewasa .

Peristiwa-peristiwa di atas dapat dijadikan buktibahwa kiriman ternak dari daerah satu ke daerah yanglain sangat memungkinkan menjadi media penyebaranlalat C. bezziana antar pulau di Indonesia atau antarnegara di dunia . Oleh karena itu, langkah-langkahpengendalian tersebut perlu ditindaklanjuti dandilakukan dengan serius sehingga kasus myiasis padaternak maupun manusia dapat diminimalkan .

KESIMPULAN DAN SARAN

Kasus myiasis yang menyerang ternak diIndonesia masih cukup tinggi baik pada ternak yangdipelihara secara intensif, semi intensif maupunekstensif. Keadaan serupa juga terjadi pada kasusmyiasis pada manusia, terutama pada daerah-daerahendemik dengan kondisi sanitasi yang buruk dan sosio-ekonomi yang rendah . Langkah-langkah pengendalianmasih harus terus dilakukan, yaitu pengobatan lukasecara dini, pemantauan terhadap populasi lalat C.bezziana di daerah endemik dan pengawasan lalu lintasternak. Langkah-langkah tersebut menuntut kerjasamasinergis antara berbagai pihak terkait antara lain Dinas

1 5 5

Page 11: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

APRIL H . WARDHANA : Chrysomva be__iana Penyebab Myiasispada Hewan dan Manusia : Permasalahan dan Penanggulangannya

Kesehatan, Dinas Peternakan termasuk para dokterhew an .

DAFTAR PUSTAKA

ABED-BENAMARA, M ., 1 . ACHIR, F. RODHAIN and C. PEREZ-EID. 1997 . First algerian case of human otomyiasisfrom Chrysomya bezziana . Bull. Soc. PathoL Exot .90: 172 - 175 .

ABO-SHEHADA, M .N. 2005 . Incidence of Chrysomva bezzianascrew-worm myiasis in Saudi Arabia 1999/2000 . Vet.Record . 156(11) : 354 -356 .

ALARMED, A.M. 2003 . Myiasis in sheep farms in RiyadhRegion, Saudi Arabia . J . Egypt Soc . Parasitol. 34(1) :153- 160 .

AL-IzZI, M .A. 2002. Work by the Arab organization foragricultural development to control the old worldscrewworm fly. Proc . of screwworm fly emergencyprepareness conference Canberra . Canberra, 12 - 15November 2001 . Departement of agriculture fisheriesand forestry Australia. pp . 187- 193 .

BADIA, L. and V.J. LUND. 1994 . Vile bodies : An endoscopicapproach to nasal myiasis . J . Laryngol. Otol . 108 :1083- 1085 .

BARHOOM, S.S ., A.M. KHALAF and F .S. KADHIM. 1998 .Aetiological and clinical findings of cutaneousmyiasis in domestic animals in Iraq . Iraq J . Vet. Sci .11 : 31 -44 .

BASSET, C .R. and S .B.A. KADIR. 1982 . The screwworm fly(Chrysomya bezziana) - an obstacle to large-scalebeef production in Malaysia. Anim. Prod . HealthTropics . pp . 133 - 135 .

BEDO, D.G ., J .P. SPRADBERY and R .J. MAHON. 1994 .Cytogenetic variation in natural populations of the oldworld screwworm fly, Chrysomya bezziana (Diptera :Calliphoridae) . Genome. 37:390-398 .

BROWN, M.V., R. MORTON, M .J . LACEY, J .P . SPRADBERY andR.J. MAHON. 1998 . Identification of the geographicalsource of adults of the old world screwworm fly,Chrysomva bezziana Villeneuve (D iptera :Calliphoridae) by multivariate analysis of cuticularhydrocarbons. Comp. Biochem. Physiol. 199: 391-399 .

BROWN, W.V., R. MORTON and J .P. SPRADBERY. 1992 .Cuticular hydrocarbons of the old world screwwormfly, Chrysomya bezziana Villeneuve (Diptera :Calliphoridae) . Chemical characterization andquantification by age and sex. Comp. Biochem .Physiol. 101 : 665-671 .

COPPEDGE, J.R., E. AHRENS, J .L. GOODENOUGH, F .S. GUILLOTand J.W. SNOW. 1977 . Field comparisons of liver anda new chemical mixture as attractants for screwwormfly . Environ. Entomol. 6 : 66 - 68 .

1 5 6

COPPEDGE, J.R., H.E. BROWN, J .L. GOODENOUGH, F .H .TANNAHILL, J.W. SNOW, H .D. PETERSEN and H .D .HOFMAN . 1980 . Field performance of a newformulation of the screwworm adult suppressionsystem. J . Econom. Entomol. 73 : 411 - 414 .

COPPEDGE, J.R ., H.E . BROWN, J .W. SNOW and F.H .TANNAH1LL . 1981 . Bait station for the suppression ofscrewworm populations . J. Econom. Entomol . 74 :168- 172 .

DE VANEY, J .A., G.W. EDDY, E.M. ELLIS and R. JR .

HARRINGTON . 1973. Attractancy of inoculated andincubated bovine blood fractions to screwworm flies(Diptera : Calliphoridae) : Role of bacteria . J. Med .Entomol. 10 : 591 - 595 .

D.IAENOEDIN, R. 1951 . Larvae of flies, which may occur inaffections of the hoofs of cattle . Hemera Zoa. 58 : 557-560 .

EL-AZAZY, O. M.M. and T.M. EL-METENAwY. 2004 .Cutaneous myiases in Saudi Arabia Vet. Arabia.154(10) : 305 - 306 .

GANDAHUSADA, S ., H.D. LLAHUDE dan W . PRIBADI . 1998 .Parasitologi Kedokteran, Edisi ketiga, FakultasKedokteran Indonesia . Jakarta . 217 hIm .

GLANVILLE, R. 2002 . Screwworm fly - the risk of incursion,and economic studies in Australia . Proc . ofscrewworm fly emergency preparedness conferenceCanberra. Canberra, 12 - 15 November 2001 .Department of Agriculture Fisheries and ForestryAustralia . pp . 73 - 84 .

GRABBE, R.R. and J.P. TURNER . 1973 . Screwwormattractants: Isolation and identification of organiccompounds from bacterially inoculated and incubatedblood. Fol. Entomol. Mexican . 25 - 26: 120 - 121 .

GRINDLE, J . 2001 . Economic Assessment of The Screw-Worm Fly Problem in Malaysia . IAEA-TCR-00526International Atomic Energy Agency TechnicalReport .

GUERRINI, V.H. 1988 . Ammonia toxicity and alkalosis insheep infested by Lucilia cuprina larvae . Int . J .Parasitol. 18 : 79 - 81 .

HALL, M.J.R ., W. EDGE, J.M. TESTA, Z .J .O. ADAMS and P .D .READY. 2001 . Old world screwworm fly, Chrysomyabezziana, occurs as two geographical races . Med . Vet.Entomol. 15 : 393-402 .

HONG, L.Y. 2004 . A case Chrysomya bezziana infestation ina breast mass . Commun. Dis . Wacth. 2(1) : 2 .

HUMPHREY, J.D ., J .P. SPRADBERY and R.S. TOZER. 1980 .Chrysomya bezziana : Pathology of old world screw-worm fly infestations in cattle . Exp . Parasitol. 49 : 381-397 .

JOE, K.L. dan H . KERN . 1955 . Myiasis di Indonesia . Maj .Ked. Indones. 5 - 7: 259 - 264 .

JOE, K.L ., T.K. Poo dan E . WANNEE. 1957. Myiasis diSumatera Selatan . Maj. Ked. Indones. 7 - 9: 278 -281 .

Page 12: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

JONES, C.M ., D.D. OCHLER., J.W. SNOW and R.R GRABBE .1976. A chemical attractant for screwworm flies . J .Econom . Entomol. 69:389-391 .

KRANEVELD, F.C. and J .J . PETTINGA. 1948 . Klauwmyiasis bijrunderen in de Minahasa (Noord Celebes) . Ned . Ind .Blad . Dierg. 55 : 179 - 182 .

KRANEVELD, F.C. and J .J. PETTINGA. 1949 . Myiasis bij betpaard. Hemera Zoa . 56 : 296 - 298.

KUMARASINGHE, S.P .W ., N .D. KARUNAWEERA and R.L .IHALAMULLA. 2000 . A study of cutaneous myiasis inSri Lanka . Int . J . Dermatol. 39 : 689 - 694.

KUMARASINGHE, S.P.W ., N.D . KARUNAWEERA, R.L .IHALAMULLA, L.S.R. ARAMBEWELA and D.S.C .T .RDISSANAYAKE. 2002 . Larvacidal effects of mineralteurpentine, low aromatic white spirits, aqueousextracts of Cassia alata, and aqueous extracts,ethanolic extracts and essential oil of betel leaf (Piperbetle) on Chrysomya megachepala . Int . J . Dermatol .41 : 877 - 880 .

LEE, J . 2002 . Hunting screwworm fly . Proc . of screwworm flyemergency preparedness conference Canberra .Canberra, 12 - 15 November 2001 . Departement ofAgriculture Fisheries and Forestry Australia . pp . 85 -91 .

MACKLEY, J. W. and H .E. BROWN. 1984. Swormlure-4 : A newformulation of the swormlure-2 mixture as anattractant for adult screwworms, Cochliomyiahominivorax (Diptera : Calliphoridae) . J. Econom .Entomol . 77: 1264 - 1268 .

MAHON, R .J . dan R.A. LEOPOLD. 2002 . Cryopreservation ofold world screwworm fly embryos . Proc. ofscrewworm fly emergency preparedness conferenceCanberra. Canberra, 12 - 15 November 2001 .Department of Agriculture Fisheries and ForestryAustralia. pp . 163 - 168 .

MANGUNKUSUMO, E . dan R . UTAMA, 1999 . Miasis hidung.Maj. Kedok. Indones . 49(2) : 77 - 80 .

MENON, S., R BHARADWAY, A.G . RAJPUT and P .M. KHARE.1996 . Genital myiasis : Chrysomya bezziana . Indian .J . Med. Microbiol . 14(4):213-214 .

MUHARsINI, S ., A.H. WARDHANA dan Y. SAN!. 2004 . Studipendahuluan pengaruh ekstrak air daun mindi (Meliaazedarach Linn) terhadap larva lalat Chrysomyabezziana secara in vitro . Pros. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor, 4 - 5Agustus 2004 . Puslitbang Peternakan, Bogor. him .689-693 .

MUHARSINI, S ., A.H . WARDHANA, HABIB dan A.BAHAGIAwATI . 2003 . Karakterisasi isolat Bacillusthuringiensis dari beberapa daerah Jawa dan SulawesiSelatan untuk kontro1 biologi lalat Myasis Chrysomyabezziana . JITV 8(4) : 256 - 263 .

NG, K.H., K.T. Yip, C.H . CHOI, K.H.YEUNG, T.W. AuYEUNG,A.C. TsANG, L. CHOW and T.L . QUE. 2003 . A case ofmyiasis due to Chrysomya bezzicma . Dept. of ClinicalPathology, Tue Mun Hospital, Tsing Koon Road,T uen Mun. Hongkong Med. 9(6) : 454 - 456 .

WARTAZOA Vol. 16 No . 3 Th. 2006

NORVAL, R.A.I . 1978 . The effects of partial breakdown ofdipping in African areas in Rhodesia . Rhod . Vet . J . 9 :9-16 .

PARTOUTOMO, S. 2000. Epidemiologi dan pengendalianmyiasis di Indonesia. Wartazoa 10(1) : 20-27 .

RAJAPAKSA, N. and J .P. SPRADBERY. 1989 . Occurrence of theold world screwworm fly Chrysomya bezziana onlivestock vessels and commercial aircraft . Aust . Vet .J . 66 : 94 - 96.

RAMALINGAM, S., A. NURULHUDA and L.H. BEE. 1980 .Urogenital myiasis caused by Chrysomya bezziana(Diptera : Calliphoridae) in Peninsular Malaysia .Southeast Asian J . Trop. Med . Public . Health . 11(3) :405-407.

RIPERT, C . 2000 . Reactive hypereosinophilia in parasiticdisease. Rev . Prat 15(6) : 602 -607 .

ROEHRDANZ, R.L. and D.A. JOHNSON . 1988 . MitochondrialDNA variation among geographical populations ofthe screwworm fly, Cochliomyia homonivorax .J. Med. Entomol. 25(2) : 136 - 141 .

SAUS, A.G ., M.Z. ZAINUDDIN, M. DJALINS, S . DJAKARTA, A.HERIYANTO dan SOENARDI . 1986. Dua kasus hidungberulat (myasis hidung) di Rumah Sakit Dr . AchmadMochtar, Bukittinggi. Maj . Ked . Indones . 36(2) : 61 -65 .

SIGIT, S .H. 1978. Masalah myiasis pada sapi di SulawesiSelatan. Laporan peninjauan ke Ranch Bina MulyaTernak . Media Vet . 3(2) : 1-12 .

SINGH, 1 ., G. GATHAWALA, S.P.S. JADAV, U . WIG and K.K .JAKKAR. 1993 . Myiasis in children : The Indianperspective . Int . J. Ped . Otorhinolaryngol . 25 : 127 -134.

SNOW, J.W ., J .R. COPPEDGE, A.B. BROCE, J .L . GOODENOUGHand H.E. BROWN. 1982. Swormlure : Developmentand use in detection and suppresion systems for adultscrewworm (Diptera : Calliphoridae). Bull. Entomol .Soc. America 28 : 277 - 284 .

SPRADBERY, J . P . 1979 . The reproductive status of Chrysomyaspecies (Diptera: Calliphoridae) attracted to liver-baited blowfly traps in Papua New Guinea . J . Aust .Entomol. Soc . 18 : 57 - 61 .

SPRADBERY, J.P. 1991. A Manual for the Diagnosis ofScrewworm Fly . CSIRO Division of Entomology .Canberra . Australia .

SPRADBERY, J .P. 1994. Screwworm fly : A tale of two species .Agric . Zool . Rev. 6 .

SPRADBERY, J.P. 2002. The screwworm fly problem : Abackground briefing. Proc. of screwworm flyemergency preparedness conference Canberra .Canbera, 12 - 15 November 2001 . Departement ofAgriculture Fisheries and Forestry Australia . pp . 33 -41 .

SPRADBERY, J .P. and J .A. VANNIASINGHAM. 1980 . Incidenceof the screwworm fly, Chrysomya bezziana, at theZoo Negara, Malaysia . Malay. Vet . J . 7 : 28 - 32.

1 5 7

Page 13: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

APRIL H . WARDHANA : Chrysomya be__iana Penyebab Myiasis pada Hewan dan Manusia : Permasalahan dan Penanggulangannya

SPRADBERY, J.P ., A.A. POUND, J .R. ROBB dan R.S. TOZER.1983. Sterilization of screwworm fly, Chrysoinyabezziana Villeneuve (Diptera: Calliphoridae) by

gamma radiation. J. Aust. Entomol . Soc . 22 : 319 -324 .

STRONG, K .L. and RJ. MAHON. 1991 . Genetic variation in theold world screwworm fly, Chrysomya bezziana(Diptera : Calliphoridae) . Bull. Entomol. Res . pp . 491-496 .

SUKARSIH, R.S. TOZER and M .R. KNOX . 1989 . Collection andcase incidence of the old world screwworm fly,Chrysomya bezziana, in three localities in Indonesia.Penyakit Hewan. 21(38) : 111 - 117.

SUKARSIH, S . PARTOUTOMO, G. WEIJFFELS and P . WILLADSEN .

2000. Vaccination trials in sheep againts Chrysomyabezziana larvae using the recombinant peritrophinantigens Cb 15, Cb 42 and C 48 . JITV 5(3) : 192 -196 .

SUKARSIH, S., S . PARTOUTOMO, E . SATRIA, C.H. EISEMANN

and P . WILLADSEN . 1999 . Pengembangan vaksinmyasis : Deteksi in vitro respon kekebalan protektifantigen protein peritrophic membrane, pelet dansupernatan larva Ll lalat Chrysomya bezziana padadomba. JIT V 4(3) : 202 - 208 .

SUNARYA, M .I .G.M. 1998 . Penyakit Myiasis di PropinsiNTB . Sistem Informasi Kesehatan Hewan NasionalBantuan EIVSP Pemerintah Australia. DinasPeternakan Propinsi Daerah Tingkat I NTB. Mataram .

SUTHERST, R.W., J .P . SPRADBERY and G.F. MAYWALD . 1989 .The potential geographical distribution of the oldworld screwworm fly, Chrysomya bezziana . Med.Vet . Entomol. 3 : 273 - 280 .

TALARI, S.A., A. YEGANEH-MOGHADAM and R. DEHGHANI .2002 . Chrysomya bezziana infestation . Arc . Iran Med.5(1) : 56 - 58 .

TAYLOR, B .D ., A.L. SZALANSKI and D .R. PETERSON . 1996 .Identification of screwworm species by polymerasechain reaction-restriction fragment lengthpolymorphism . Med . Vet . Entomol. 10: 63 -70 .

URECH, R., P .E. GREEN, G.W. BROWN, SUKARSIH, A.H .WARDHANA, R .S. TOZER and J .P. SPRADBERY. 2001 .Improvement to Screwworm Fly Surveillance Traps .Report to AQIS . DPI Queensland

VUOCOLO, T., F . SUPRIYANTI, S. MUHARSINI and G . WIJFFELS .2000, cDNA library construction and isolation ofgenes for candidates vaccine antigens fromChrysomya bezziana (old world screwworm fly).JITV 5(3) : 160- 169.

WARDHANA, A.H. dan S. MUHARSINI . 2004a. Penggunaanswormlure (SL-2) dan hati sapi segar untuk memikatlalat screwworm, Chrysomya bezziana . Pros. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor,4 - 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor .h1m. 711 -718 .

1 58

WARDHANA, A.H. dan S . MUHARSINI . 2004b . Variasi gensitokrom B (DNA mitokondria) pada Chrysomyabezziana (Diptera : Calliphoridae) di Indonesia. Pros .

Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. Bogor, 4 - 5 Agustus 2004 . PuslitbangPeternakan, Bogor. hlm . 694-701 .

WARDHANA, A.H. dan S . MUHARSINI . 2005 . Kasus myasisyang disebabkan oleh Chrysomya bezziana di PulauJawa . Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner. Bogor, 12 - 13 September 2005 .Puslitbang Peternakan, Bogor . hlm . 1078 - 1084 .

WARDHANA, A.H. dan SUKARSIH. 2004 . Pengembanganteknik uj i pemikat lalat Chrysomya bezziana (Diptera :Calliphoridae) dalam kondisi laboratorium dan semilapang. JITV 9(1):37-45 .

WARDHANA, A.H ., S . MUHARSINI dan SUHARDONO . 2003a .Koleksi dan kejadian myasis yang disebabkan olehold world screwworm fly, Chrysomya bezziana didaerah endemik di Indonesia. Pros. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner 2003 . Bogor,

29 - 30 September 2003 . Puslitbang Peternakan,Bogor. hIm . 235 - 239 .

WARDHANA, A.H ., S . MUHARSINI dan SUHARDONO . 2003b .Studi biologi Chrysomya bezziana (Diptera :Calliphoridae) dalam kondisi laboratorium . Pros .Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner 2003 . Bogor, 29 - 30 September 2003 .

Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm . 230 - 234 .

WARDHANA, A.H ., E . WIDYASTUTI, A.W.A. WIRATMANA, S .MUHARSINI dan DARMONO . 2004a. Uji efikasi ekstrakheksan daging biji srikaya (Annona squamosa L)terhadap pertumbuhan larva lalat Chrysomyabezziana secara in vitro. JITV 9(4) : 272 - 285 .

WARDHANA, A.H ., S . MUHARSINI dan W. AsMARA. 2004b .Keragaman genetik populasi lalat myasis Chrysomyabezziana di Indonesia berdasarkan analisis DNAmitokondria. JITV 9(2) : 108 - 114 .

WARDHANA, A.H ., SUKARSIH dan R . URECH. 2005a .Identifikasi senyawa volatil dari luka myasis danresponnya terhadap lalat Chrysomya bezziana . JITV

10(1) : 41 - 50.

WARDHANA, A.H ., SUKARSIH., R . URECH dan P. GREEN .2005b . Modifikasi sworm lure (SL2) untukmeningkatkan daya pikatnya terhadap lalat old worldscrewworm, Chrysomya bezziana. Pros. SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor,12- 13 September 2005 . h 1m . 1097- 1104.

WARNES, M .L . and C.H . GREEN. 1992 . Responses of femalenew world screwworm flies, Cochliomyiahominivorax, to swormlure-4 in the laboratory . Med .

Vet. Entomol. 6 : 98 - 102 .

WEIJFFELS, G., T. VUOCOLO, S. MUHARSINI and F .SUPRIYANTI . 2000 . Bacterial expression of larvalperitrophis of Chrysomya bezziana. JITV 5(3) : 170 -

176 .

Page 14: Chrysomya bezzianaPENYEBAB MYIASIS PADA HE WAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/... ·  · 2007-12-03Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke

WARTAZOA Vol 16 No. 3 Th . 2006

WHITTEN, M . 2002 . The sterile insect technique and its Wyss, J.H. 2000. Screwworm eradication in the America .potential for Australia . Proc. of screwworm fly Area-Wide Control of Fruit Flies and Other Insectemergency preparedness conference Canberra. Pests . Universiti Sains Malaysia . Penang . pp. 79- 86.Canberra, 12 - 15 November 2001 . Departement ofAgriculture Fisheries and Forestry Australia . pp . 58 -64 .

1 59