Chapter I.pdf

9

Click here to load reader

Transcript of Chapter I.pdf

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Menurut data WHO, penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi,

    terutama di negara-negara berkembang seperti di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan

    Amerika Latin, tetapi negara-negara berkembang ini hanya menggunakan 25% dari

    total penggunaan pestisida di seluruh dunia. Walaupun negara-negara berkembang ini

    hanya menggunakan 25%, tetapi dalam hal kematian akibat pestisida, 99% dialami

    oleh negara-negara di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi

    petani-petani di negara-negara tersebut sehingga cara penggunaannya sangat tidak

    aman. Data dari Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang

    bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida

    dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).

    Konsep pembangunan nasional dibidang kesehatan telah dituangkan dalam

    Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN merupakan tatanan yang mencerminkan

    upaya Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat

    kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan

    nasional. Tujuan pembangunan nasional dapat tercapai jika diselenggarakan oleh

    manusia yang cerdas dan sehat. Menurut UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

    bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan

    yang optimal dan setiap orang berkewajiban turut serta dalam memelihara dan

    meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan. Pembangunan

    Universitas Sumatera Utara

  • kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental dan

    sosial ekonomi. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan

    maupun sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan

    guna mencapai hasil yang optimal (Depkes RI, 1992).

    Upaya pembangunan dibidang kesehatan meliputi pemberantasan penyakit

    menular, penyehatan lingkungan pemukiman, pengawasan dan pengendalian

    pestisida, dan lain-lain yang masih belum memenuhi syarat kesehatan (Profil

    Kesehatan Indonesia, 1996).

    Pada tanggal 9 Desember 1996, para pekerja yang menggunakan pestisida di

    Malita (Filipina) merasa mual, muntah-muntah, pusing dan pandangan menjadi kabur

    dan beberapa orang lagi kehilangan kesadaran karena keracunan pestisida (Suwondo,

    2005).

    Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang dampak negatif pamakaian

    pestisida di Indonesia. Sementara itu hasil penelitian yang ada kurang

    disosialisasikan, sehingga tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak pestisida

    masih rendah. Masih sering terlihat petani menyemprotkan pestisida tanpa memakai

    pelindung, pemakaian yang sering tidak bijaksana, seperti dosis dan konsentrasi yang

    dipakai ditingkatkan sehingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis

    yang rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman,

    dan lain-lain. Selain itu, wadah bekas pestisida sering dibuang di sembarang tempat,

    sehingga sisa-sisa pestisida yang tinggal bisa merembes jika hujan datang (Depkes

    RI, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Hasil uji darah (acetil kolinesterase) oleh Dinas Kesehatan Brebes

    bekerjasama dengan Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman di Indonesia (AIPTI)

    diketahui bahwa terjadi 50 kasus keracunan pada petani di Brebes, yang

    menggunakan pestisida pemberantas hama tanaman.

    Gambaran acetil kolinesterase darah penjamah pestisida di Kabupaten Karo

    berdasarkan hasil laporan kajian Faktor Risiko Lingkungan dan Dampaknya

    Terhadap Kesehatan di Pertanian Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara tahun

    2006 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan acetil cholinestrase darah petani laki-

    laki dan perempuan penyemprot dari 60 orang responden yang diambil darahnya,

    jumlah yang tidak keracunan sebanyak 25 orang (41,67%), keracunan ringan

    sebanyak 21 orang (35,0%), sedangkan jumlah yang keracunan sedang sebanyak 14

    orang (23,30%).

    Menurut penelitian Milala (2005) di Kabupaten Karo bahwa sebesar 54,4 %

    para petani melakukan penyemprotan pestisida selama 3 4 jam sehari dan 51,9 %

    menyemprotkan pestisida secara teratur yaitu 2 3 kali seminggu.

    Paparan pestisida yang dialami para petani pengguna pestisida dapat terjadi

    mulai dari kegiatan pencampuran pestisida dengan air, waktu pengadukan, sampai

    kepada kegiatan penyemprotan (Rini, 1992).

    Pada waktu melaksanakan pencampuran pestisida, petani tidak menggunakan

    alat pelindung, malahan ada yang melakukannya sambil merokok. Dari cara petani

    melakukan penyemprotan pestisida, terlihat bahwa petani kurang peduli terhadap

    bahaya yang dapat mengancam kesehatan bahkan nyawa mereka. Hasil survei yang

    Universitas Sumatera Utara

  • dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Karo (2005) di Kabupaten Karo pada para petani

    pengguna pestisida, menunjukkan bahwa 75,2 % dari responden yang diteliti tidak

    begitu tahu tentang bahaya yang dapat ditimbulkan pestisida dan tidak peduli karena

    tidak pernah ada keluhan mengancam yang dialami.

    Bardasarkan hasil observasi di lapangan ditemukan bahwa perilaku petani

    dalam menggunakan pestisida masih banyak yang tidak sesuai dengan pedoman

    penggunaan pestisida, misalnya masih ada petani yang mengaduk pestisida dengan

    memakai tangan atau sambil merokok, menyemprot sambil merokok, dan tidak

    menggunakan alat pelindung sehingga keterpaparan petani di Kabupaten Karo

    terhadap pestisida masih tinggi.

    Salah satu dampak negatif pestisida adalah penyakit kulit, ini dapat dilihat

    dari data yang ada di Puskesmas dimana pada tahun 2002 dan 2003 penyakit kulit di

    urutan ke 9 dan 10 penyakit terbesar di puskesmas, dan ada kecenderungan

    meningkat pada tahun 2004 menjadi urutan ke 7 (Dinkes Kabupaten Karo, 2005).

    Penggunaan pestisida pada ruang tertutup, seperti menggunakan rumah kaca

    dalam budidaya tanaman akan meningkatkan derajat atau tingkat keracunan. Potensi

    keracunan pestisida pada pertanian rumah kaca diakibatkan suhu tanah dan suhu

    udara lebih tinggi dalam rumah kaca.

    Menurut Bessin and Townsend (1997), penyemprotan pestisida dalam ruang

    tertutup dapat meningkatkan risiko pajanan pekerja. Di area yang berventilasi buruk,

    bahaya pestisida eksposur oleh inhalasi sangat meningkat. Selanjutnya Waldron

    (1996), menyatakan absorpsi atau terikatnya pestisida dengan partikel-partikel

    Universitas Sumatera Utara

  • bergantung pada jenis pestisida, kelembaban. Tingkat keterikatan pestisida saat

    penyemprotan dipengaruhi oleh kecepatan angin, jarak antara lubang penyemprot

    dengan tanaman target.

    Salah satu perusahaan di Kabupaten Karo yang menggunakan pestisida dalam

    rangka pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah P.T. Bibit Baru merupakan

    Perusahaan Milik Asing (PMA) yaitu milik Belanda, didirikan pada tanggal 2 April

    1971 dengan mitra asing Koninklijke Zaadteelt en Zaadhandel Sluis en Groot B.V

    Holland. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembibitan bunga, dengan lokasi di

    Desa Dolat Rakyat, Berastagi provinsi Sumatera Utara. Perusahaan ini menghasilkan

    pasokan kebutuhan biji bunga non anggrek ke Jepang serta Amerika Serikat. Alasan

    Perusahaan ini memilih tempat di Brastagi dengan pertimbangan kesesuaian

    agroklimat, tenaga kerja dan transportasi.

    PT. Bibit Baru dalam proses penanaman menggunakan teknologi terapan

    plastikultur. Jenis tanaman yang diproduksi adalah tanaman hias sekitar 10 jenis dan

    sayuran berupa tomat, paprika dan lain-lain. Sebagian besar tenaga kerja adalah

    wanita dengan jumlah tenaga kerja seluruhnya sebanyak 900 orang dimana 60 orang

    diantaranya sebagai tenaga penyemprot pestisida. Realisasi ekspor PT. Bibit Baru

    berupa bibit bunga pada tahun 2002 yaitu 450 kilogram dengan nilai jual Rp 9

    milliar. Untuk pengendalian hama penyakit tanaman, PT.Bibit Baru menggunakan

    pestisida yang jenisnya sama dengan yang digunakan masyarakat di Kabupaten Karo.

    Desa Dolat Rakyat memiliki luas wilayah 3,85 Km2. Jumlah penduduknya

    sebanyak 1.376 jiwa dengan 362 kepala keluarga, dengan mayoritas mata

    Universitas Sumatera Utara

  • pencaharian penduduknya adalah bertani. Hasil pertanian di desa tersebut adalah

    tanaman holtikultura seperti sayur-mayur (kol, kentang, buncis, dan lain-lain), bunga

    dan buah-buahan seperti jeruk, markisa, terong belanda, dan lain-lain. Keberadaan

    PT. Bibit Baru mengembangkan hasil pertanian yang ada, seperti bunga-bunga sangat

    membantu meningkatkan ekonomi masyarakat di desa tersebut. Untuk mendapatkan

    hasil pertanian yang memuaskan, maka sejak dulu dalam mengendalikan hama

    tanaman, masyarakat telah terbiasa menggunakan racun hama (pestisida).

    Penggunaan pestisida pada tanaman dilaksanakan secara reguler dengan interval

    waktu tertentu tergantung dari jenis tanamannya. Penyemprotan pestisida

    dilaksanakan setiap tiga hari sekali pada tanaman kentang dan kol. Pada tanaman

    tomat, jarak penyemprotan lebih singkat, umumnya setiap dua hari sekali dan pada

    tanaman jeruk umumnya penyemprotannya dilaksanakan setiap sepuluh hari sekali.

    Sedangkan untuk tanaman bunga, penyemprotan pestisida dilaksanakan setiap tiga

    kali sebulan.

    Berdasarkan data di atas, serta dikaitkan dengan keberadaan penyemprot

    pestisida dalam rumah kaca, memungkinkan tingkat keracunan yang lebih tinggi,

    karena radiasi surya, kelembaban udara dan kelembaban tanah di dalam rumah kaca

    lebih rendah dibandingkan di luar rumah kaca, sedangkan suhu udara dan suhu tanah

    di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan di luar rumah kaca (Rihatin, 2008).

    Praktek penggunaan pestisida oleh petani sehari-hari masih belum

    menggunakan cara dan alat pelindung sebagai upaya proteksi diri dari resiko toksik

    pestisida yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan mereka. Oleh karena itu perlu

    Universitas Sumatera Utara

  • diketahui sejauh mana dampak keterpaparan pestisida terhadap masyarakat yang

    kegiatannya sehari-hari menggunakan pestisida.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah

    bagaimana dampak pestisida terhadap kesehatan penyemprot pestisida di PT. . Bibit

    Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009. Dampak pestisida dilihat

    dari perbedaan tingkat keracunan pada penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar

    rumah kaca, serta faktor yang berhubungan dengan tingkat aktifitas enzim acetil

    cholinesterase dalam darah penyemprot pestisida.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Untuk menganalisis perbedaan tingkat aktifitas enzim acetil cholinesterase dalam

    darah penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar rumah kaca PT. Bibit Baru

    Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009.

    2. Untuk menganalisis hubungan jeda waktu penyemprotan dengan tingkat aktifitas

    enzim acetil cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar

    rumah kaca pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun

    2009.

    3. Untuk menganalisis hubungan metode penyemprotan pestisida dengan tingkat

    aktifitas enzim acetil cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan

    di luar rumah kaca pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten

    Karo tahun 2009.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Untuk menganalisis hubungan lama penyemprotan pestisida dengan tingkat

    aktifitas enzim acetil cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan

    di luar rumah kaca pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten

    Karo tahun 2009.

    1.4. Hipotesis

    1. Ada perbedaan tingkat aktifitas enzim acetil cholinesterase dalam darah

    penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar rumah kaca PT. Bibit Baru

    Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009.

    2. Ada hubungan jeda waktu penyemprotan dengan tingkat aktifitas enzim acetil

    cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar rumah kaca

    pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009.

    3. Ada hubungan metode penyemprotan pestisida dengan tingkat aktifitas enzim

    acetil cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar rumah

    kaca pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009.

    4. Ada hubungan lama penyemprotan pestisida dengan tingkat aktifitas enzim acetil

    cholinesterase pada penyemprot yang bekerja di dalam dan di luar rumah kaca

    pada PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo tahun 2009.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penyemprot pestisida tentang

    dampak yang terjadi bila metode penyemprotan pestisida tidak dilakukan dengan

    benar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Sebagai bahan masukan /informasi bagi pihak-pihak terkait dalam hal penelitian

    lanjutan dan kelengkapan penelitian lainnya.

    3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program perlindungan penyemprot

    pestisida di PT. Bibit Baru Kecamatan Dolat Rakyat Kabupaten Karo.

    Universitas Sumatera Utara