Chapter I.pdf

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Karyawan memiliki kebutuhan dan keinginan informasi untuk mengetahui tugas–tugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemen–karyawan, karyawan ke pihak manajemen harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan jika digunakan untuk membangun semangat kerja, produktivitas dan kemajuan perusahaan. Pimpinan perusahaan akan berusaha untuk mencoba, mengubah kebutuhan serta keinginan karyawan-karyawan, melalui proses motivasi yang disampaikan melalui komunikasi antar pribadi. Karyawan dari suatu organisasi sebagaimana Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter I.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

    suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial

    yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah

    interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu

    dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi

    dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi

    pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting

    dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu

    dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.

    Karyawan memiliki kebutuhan dan keinginan informasi untuk mengetahui

    tugastugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan

    dan kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus

    diterima oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemenkaryawan, karyawan ke

    pihak manajemen harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan jika digunakan

    untuk membangun semangat kerja, produktivitas dan kemajuan perusahaan.

    Pimpinan perusahaan akan berusaha untuk mencoba, mengubah kebutuhan

    serta keinginan karyawan-karyawan, melalui proses motivasi yang disampaikan

    melalui komunikasi antar pribadi. Karyawan dari suatu organisasi sebagaimana

    Universitas Sumatera Utara

  • lazimnya, tentu saja memilki sekumpulan keinginan yang diharapkannya dapat

    terpenuhi di tempat ia bekerja. Kebutuhan dan keinginan karyawan merupakan

    kekuatan pendorong bagi mereka unruk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam

    perusahaan, sikap, tabiat, kebiasaan, kepentingan dan tuntutan bukan hanya

    merupakan milik seorang karyawan saja, tetapi milik mereka bersama dengan

    karyawan yang lain. Hal ini menyebabkan karyawan-karyawan menunjukan

    tanggapan yang sama terhadap sesuatu yang terjadi di luar dan di sekitar mereka.

    Bahkan tingkah laku dan perbuatan mereka dipengaruhi hal-hal tersebut.

    Dalam setiap perusahaan pasti terjadi komunikasi terutama komunikasi

    antarpribadi yang melibatkan dua orang. Komunikasi ini terjalin agar tercipta

    pemahaman yang sama antara dua orang tersebut sehingga, dapat bekerja sama

    dengan baik. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai

    masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan

    timbulnya salah faham dan konflik oleh karena itu diperlukan komunikasi yang

    efektif.

    Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi oleh karena itu

    para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami

    dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler, 1981) dikutip

    kembali oleh (Arni Muhammad, 2007 : 1). Untuk memahami komunikasi ini dengan

    mudah perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi.

    Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang

    ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam

    konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu

    dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan. Masing-

    masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing. Di antara kedua

    belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau

    komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan

    untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai

    tujuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi

    antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model

    komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran ini.

    Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk

    menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif,

    ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran

    pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem

    dalam perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan

    intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu

    proses komunikasi tersebut.

    Proses komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan khususnya yang

    menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting

    dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari

    hubungan karyawan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan

    kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan atasan dan bawahan

    merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada

    kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan. (Muhammad, 2007 : 172).

    Universitas Sumatera Utara

  • Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan, kepuasan,

    keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran iklim perusahaan yang ideal.

    Tujuan utama dari komunikasi dengan karyawan adalah mengidentifikasi,

    menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara

    pimpinan dengan karyawan.

    Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihakpihak yang terlibat di dalamnya,

    yaitu pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi

    komunikasi antarpribadi yang efektif yang meliputi: a. keterbukaan (openness), b.

    empati (empathy), c. kepositifan (positiveness), d. dukungan (supportiveness), dan e.

    kesetaraan (equality) (Muhammad, 2007 : 172).

    Komunikasi efektif antara pimpanan dan karyawan juga harus dibangun

    berdasarkan hubungan antarpribadi yang efektif. Menurut Roger (1971), hubungan

    antarpribadi akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi

    sebagai berikut : (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat

    terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain

    secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai

    atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh

    sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling

    menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan

    gangguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat

    persamaan aman terhadap yang lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih berfokus pada

    aspekaspek manusiawi, hal ini perlu diketahui dan dijalankan di dalam perusahaan.

    sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial (industrial

    relations). Hubungan industri lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan

    berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat

    hubungan yang erat, mengingat hubungan industri juga sangat dipengaruhi oleh

    efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan

    pihak manajemen.

    Komunikasi merupakan faktor penting bagi organisasi, karena tanpa adanya

    komunikasi kegiatan organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Reon Ladlow dan

    Ferguson Parton (1992,1996) berasumsi bahwa melalui komunikasi diharapkan dapat

    membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orangorang

    yang terlibat dalam kegiatan tersebut.Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara

    pimpinan dan karyawan yang baik akan dapat berdampak pada hasil kerja yang

    maksimal.

    Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja

    sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat

    terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktivitas. PTPN

    IV Unit Kebun Laras merupakan perusahaan yang bergerak di komoditi ekspor

    produksi kelapa sawit. Menurut peneliti komunikasi antar pribadi antara pimpinan

    PTPN IV Unit Kebun Laras dengan karyawannya sangat berperan dan sangat erat

    hubungannya didalam peningkatan kinerja karyawan agar produksi semakin maju

    dengan pesat dan masalah-masalah di dalam perusahaan dapat diatasi dengan dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • baik. Disini peneliti akan meneliti bagaimana keryawan PTPN IV Unit Kebun Laras

    saling berkomunikasi antar pribadi dengan sesama karyawan ataupun dengan

    pimpinannya.

    Berdasarkan penjelasan uraian-uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

    meneliti tentang sejauhmanakah peranan komunikasi antarpribadi terhadap

    peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit

    Kebun Laras.

    I.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

    masalah sebagai berikut :

    Sejauhmanakah komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja

    karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras ?.

    I.3 Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat

    mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun

    pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

    a. Penelitian ini dibatasi pada komunikasi antarpribadi yang dilakukan pimpinan

    terhadap karyawan di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit

    Kebun Laras.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan kinerja yang meliputi disiplin kerja,

    frekuensi kehadiran, kerja sama yang baik dengan rekan kerja, kesenangan

    terhadap pekerjaan, keseriusan kerja, penghargaan terhadap hasil kerja.

    c. Penelitian dilakukan di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)

    Unit Kebun Laras.

    d. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.

    I.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan

    apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak

    lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut :

    Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap

    karyawan.

    2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses

    komunikasi antarpribadi.

    3. Untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi

    antarpribadi.

    I.5 Manfaat Penelitian

    Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

    a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas

    khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

    peneliti mengenai komunikasi antarpribadi dalam sebuah perusahaan antar

    karyawan.

    c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau

    masukan yang positif bagi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)

    Unit Kebun Laras.

    I.6 Kerangka Teori

    Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

    dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

    teori (Nawawi, 1995 : 39). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk

    menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti.

    I.6.1 Komunikasi Antarpribadi

    Dikutip oleh Liliweri (1991 : 12), Devito menjelaskan komunikasi merupakan

    pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima 0leh orang lain atau sekelompok

    orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung. Sementara menurut

    Verdeber (1986) mengemukakan bahwa komunikasi anatrpribadi merupakan suatu

    proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasangagasan dan

    perasaan (Alo Liliweri, 1994: 9). Komunikasi antarpribadi (interpersonal

    communication) merupakan komunikasi yang berlangsung alam situasi tatap muka

    antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang

    (Wiryanto, 2004:32). Menurut Vardiansyah (2004 : 30) Komunkasi antarpribadi

    dapat terjadi dalam konteks komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik,

    Universitas Sumatera Utara

  • yakni dua orang) atau satu komunikasi tiga orang (triadik). Komunikasi antarpribadi

    (non media massa) seperti televisi.

    Untuk memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi Devito (Alo Liliweri,

    1991) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :

    1. Keterbukaan

    Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan

    bajwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut

    atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-

    masing.

    2. Empati

    Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain.

    3. Dukungan

    Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari

    pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau hasrat

    yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membnatu seseorang

    untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan

    yang didambakan.

    4. Rasa Positif

    Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa

    positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga

    atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.

    5. Kesamaan

    Universitas Sumatera Utara

  • Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila

    memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi

    dan sebagainya.

    I.6.2 Self Disclosure

    Menurut Johnson,(Rakhmat :2004:63) teori self disclosure atau pembukaan diri

    merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang

    sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan

    terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang

    lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau

    perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.

    Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antarpribadi

    adalah sebagai berikut (Joseph A. Devito : 1997:40 )

    1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang

    2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan

    menyukai diri kita, sehingga ia akan semakin membuka diri kepada kita.

    3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki

    sifat-sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan

    inteligen.

    4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan

    komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

    5. membuka diri berarti berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan diri

    kita haruslah jujur, tulus, dan autentik.

    Universitas Sumatera Utara

  • Teori Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi

    fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan merupakan proses

    mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan seterusnya.

    I.6.3 Kinerja

    Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode

    tertentu mencerminkan tingkat kesehatan orang tersebut. Dengan kata lain, kinerja

    adalah suatu pencapaian yang baik dalam bekerja berupa prestasi yang diperlihatkan

    suatu organisasi atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi

    atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi tersebut adalah

    organisasi yang sehat.

    Penilaian kinerja menurut Soeprihanto (1996 : 7) adalah suatu sistem yang

    digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah

    melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Penilaian

    pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu pedoman dalam bidang personalia yang

    diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para karyawan secara rutin dan teratur

    sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan karir karyawan yang dinilai maupun

    organisasi secara keseluruhan. Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil

    kerja seseorang karyawan. Selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai

    kemungkinan misalnya standard, target/ sasaran atau kriteria yang telah ditentukan

    terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

    Adapun faktor yang berkaitan dengan sikap untuk meningkatkan kinerja

    seseorang dapat dilihat dari (Gibson :1990).

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan

    yang berlaku di perusahaan.

    b. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran karyawan di

    perusahaan tempat ia bekeja.

    c. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktivitas yang dilakukan secara kolaktif

    di dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.

    d. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang

    dilakukan yang muncul dari dalam hati.

    e. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam melakukan

    pekerjaan.

    f. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan perusahaan untuk

    karyawannya yang berprestasi.

    1.7 Kerangka Konsep

    Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat

    menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut

    Nawawi (1995 : 401) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang

    bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

    Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan

    dengan mengubahnya menjadi variable.

    Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja untuk menghindari salah

    maksud dalam memahami konsep penelitian dalam membatasi penelitian, tetapi

    Universitas Sumatera Utara

  • batasan konsep diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator

    variabel (Buhan Bungin 2005, 92).

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Variabel Bebas (X)

    Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau

    mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa

    variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel

    terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang

    muncul (Nawawi, 1995 : 57).

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran komunikasi antarpribadi.

    2. Variabel Terikat (Y)

    Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada

    atau muncul dipengaruhi atau dietntukan adanya variabel bebas dan bukan

    karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57).

    Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN

    NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    3. Variabel Terikat (Z)

    Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau menghubungkan

    antara variabel bebas dan variabel terikat.

    Universitas Sumatera Utara

  • Variabel antara pada penelitian ini adalah karakteristik responden di PT.

    PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    I.8 Model Teoritis

    Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka

    konsep, maka dibentuk suatu model teoritis, yaitu:

    I.9 Operasional Variabel

    Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas,

    maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variebel

    terkait sebagai berikut :

    Variabel Bebas (x) Komunikasi antar pribadi

    Variabel Terikat (Y)

    Kinerja Karyawan

    Variabel Antara Karakteristik Responden

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 1. Variabel Operasional

    Variabel Teoritis Variabel Operasional

    Variabel Bebas (X)

    Komunikasi antarpribadi

    1. Keterbukaan

    2. Empati

    3. Dukungan

    4. Rasa Positif

    5. Kesamaan

    Variabel Terikat (Y)

    Kinerja Karyawan

    1. Disiplin kerja

    2. Kerjasama yang baik sesama

    karyawan

    3. Kesenangan pada pekerjaan

    4. Keseriusan kerja

    Variabel Antara (Z)

    Karaketeristik responden

    1. Usia

    2. Jenis kelamin

    3. Tingkat pendidikan

    4. Afdeling

    5. Golongan jabatan

    6. Lamanya bekerja

    Universitas Sumatera Utara

  • I.10 Defenisi Operasional

    Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

    bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi

    operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang

    ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

    Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

    1. Variabel Bebas (Komunikasi Antarpribadi)

    a. Keterbukaan, yaitu Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan

    segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi)

    dan terbuka tanpa rasa takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan

    memahami pribadi masing-masing.

    b. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya

    kepada orang lain.

    c. Dukungan, yaitu setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan

    mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan

    demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.

    d. Rasa Positif, yaitu setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan

    yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi

    untuk tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.

    e. Kesamaan, yaitu kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan

    sebagainya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Variabel Terikat (Kinerja karyawan) :

    a. Disiplin Kerja :

    Sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar

    terhadap peraturan yang berlaku dalamlingkungan kerja karena adanya

    keyakinan bahwa dengan adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan

    dapat tercapai.

    b. Kerjasama yang baik sesama karyawan

    Adanya suatu aktivitas yang dilakukan secara kolektif di dalam suatu

    situasi kerja antara karyawan.

    c. Kesenangan pada pekerjaan

    Perasaan senang terhadap pekerjaan yang dilakukan yang muncul dari

    dalam hati.

    d. Keseriusan kerja

    Sikap dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan dengan sungguh-

    sungguh dan tidak mengabaikan peraturan yang berlaku.

    3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) :

    a. Usia adalah umur yang dijadikan sampel yaitu karyawan PT.

    PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    b. Jenis kelamin adalah identitas karyawan PT. PERKEBUNAN

    NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Tingkat pendidikan adalah tingkat atau jenjang pendidikan yang dimiliki

    pada saat bekerja di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)

    Unit Kebun Laras.

    d. Afdeling adalah lahan atau bagian tempat karyawan PT. PERKEBUNAN

    NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    e. Golongan jabatan adalah di tingkat golongan apa karyawan di PT.

    PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras tersebut

    berada.

    f. Lamanya bekerja adalah berapa lama karyawan PT. PERKEBUNAN

    NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.

    I.11 Hipotesis

    Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

    ditinggalkan karena ia merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995 :

    43).

    Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan

    antara dua variabel atau lebih.

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    H0 : tidak terdapat hubungan antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap

    peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

    (Persero) Unit Kebun Laras.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha : terdapat hubungan antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap

    peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

    (Persero) Unit Kebun Laras.

    Universitas Sumatera Utara