Chapter II(3)

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagi pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut. Jambu bji berbunga sepanjang tahun. Sekarang tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah tropis dan berhawa sejuk (Hapsoh dan Hasanah, 2011). 2.1.1. Nama daerah Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura). Sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makasar). Maluku: luhu hatu (Ambon), gayawa (Ternate, Halmahera) (Hapsoh dan Hasanah, 2011). 2.1.2. Morfologi tumbuhan jambu biji Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil, tinggi 2- 10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Universitas Sumatera Utara

description

a

Transcript of Chapter II(3)

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)

    Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang

    gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak.

    Pohon ini banyak ditanam sebagi pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh

    liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut.

    Jambu bji berbunga sepanjang tahun. Sekarang tanaman ini sudah menyebar

    luas ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Diperkirakan terdapat sekitar

    150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah tropis dan berhawa sejuk

    (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

    2.1.1. Nama daerah

    Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo), masiambu

    (Nias), biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu klutuk (Melayu).

    Jawa: jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura). Sotong (Bali), guawa

    (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), dambu (Gorontalo),

    jambu paratugala (Makasar). Maluku: luhu hatu (Ambon), gayawa (Ternate,

    Halmahera) (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

    2.1.2. Morfologi tumbuhan jambu biji

    Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil, tinggi 2-

    10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin,

    mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek,

    letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin.

    Universitas Sumatera Utara

  • Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal

    membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14

    cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau. Buah tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak

    daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai

    bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah

    yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu.

    Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning

    kecokelatan (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

    2.1.3. Kandungan kimia daun jambu biji

    Daun mengandung tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak,

    dammar, zat samak, triterpenoid, asam malat (Dalimartha, 2004).

    Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa polipenol yang

    mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan

    guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk kompleks dengan

    protein (Danarto, dkk., 2011).

    Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang

    terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya

    gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna

    coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat larut

    dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum

    eter, benzene dan eter(Sax dan Lewis, 1989). Struktur dan kelas tanin dapat

    dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Base Unit:

    Gallic acid

    Flavone

    Phloroglucinol

    Class: Hydrolyzable tannins Non-Hydrolyzable or condensed tannins

    Phlorotannins

    2.1.4. Kegunaan tumbuhan jambu biji

    Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang,

    penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat

    antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi

    sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

    2.1.5. Zat warna daun jambu biji

    Hasil ekstraksi dan karakterisasi zat warna alami dari daun jambu biji

    (Psidium Guajava L.) menunjukkan bahwa daunnya mengandung antosianin

    seperti cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin-3-glucoside serta mengandung

    flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin berupa pigmen kuning

    sampai coklat. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan daun

    jambu biji (Dewi, dkk., 2013). Flavan-3,4-diol mempunyai struktur kimia

    sebagai barikut:

    Gambar 2.1. Struktur dan kelas tanin (Haslam, 1989).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2. Struktur kimia flavan-3,4-diol

    2.2 Uraian Bahan

    2.2.1. Pirogalol

    Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.3

    berikut:

    Gambar 2.3. Pirogalol (Sweetman,2009).

    Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat

    molekul 126, 1

    Suhu lebur : 133oC (Ditjen POM, 1995).

    Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk

    larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya

    dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol

    berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna

    logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat

    menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum

    Universitas Sumatera Utara

  • dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan

    batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).

    2.2.2. Tembaga (II) sulfat

    Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan

    sebagai pewarna pada rambut.

    Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan

    dengan berat molekul 249,68 (Ditjen POM, 1995).

    Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500

    ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).

    Tembaga (II) sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan

    warna coklat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah

    menjadi tembaga oksida (Bariqina dan Ideawati, 2001). Tembaga (II) sulfat

    termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa

    logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan

    langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang

    dikehendaki (Ditjen POM, 1985).

    2.2.3. Xanthan gum

    Xanthan gum adalah gom hasil fermentasi karbohidrat oleh

    Xanthomonas campestris yang dimurnikan. Merupakan garam natrium, kalium,

    atau kalsium dari suatu polisakarida dengan bobot molekul besar yang

    mengandung D-glukosa, manosa, dan asam glukoronat. Berupa serbuk putih

    atau putih kekuningan, larut dalam air dan memberikan viskositas yang tinggi

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam larutan. Xanthan gum juga mengandung tidak kurang dari 1,5% asam

    piruvat (Sweetman, 2009).

    Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral dan

    topikal, kosmetik, dan makanan sebagai bahan pensuspensi serta bahan

    pengemulsi. Gom ini tidak toksik, dapat tercampurkan dengan banyak bahan

    farmaseutikal, dan memiliki stabilitas serta viskositas yang baik pada rentang

    pH dan temperatur yang luas (Rowe, dkk., 2009).

    2.3 Ekstraksi

    Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

    larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

    Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh

    dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

    menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

    diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah

    bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

    dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000).

    A. Perkolasi

    Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan

    mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat

    yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Serbuk simplisia yang akan

    diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi

    dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Setelah

    maserasi, massa dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan, kemudian cairan penyari

    dituangkan perlahan-lahan hingga di atas permukaan massa masih terdapat

    selapis cairan penyari. Setelah massa didiamkan selama 24 jam dalam

    perkolator, keran dibuka dan diatur kecepatan menetes 1 ml tiap menit. Untuk

    menentukan akhir perkolasi dapat dilakukan dengan cara organoleptis seperti

    rasa, bau, dan warna (Ditjen POM, 1986).

    2.4 Rambut

    Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan

    kehangatan, perlindungan dan keindahan. Rambut juga terdapat di seluruh

    tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki dan bibir (Rostamailis, dkk., 2008).

    2.4.1. Anatomi rambut

    Rambut berupa batang-batang tanduk yang tertanam secara miring di

    dalam kantung (folikel) rambut. Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-

    bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut (Bariqina dan

    Ideawati, 2001):

    a. Ujung rambut

    Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah

    dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

    b. Batang rambut

    Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit

    berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

    Batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur

    seperti di bawah ini:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1) Selaput rambut (Kutikula)

    Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-

    sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian

    bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat

    rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada

    posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut; rambut

    dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat

    meresap dalam korteks rambut.

    2) Kulit rambut (Korteks)

    Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan,

    tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul

    pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada

    rambut. Selsel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun

    memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin

    seperti tali dalam bentuk spiral.

    3) Sumsum rambut (Medula)

    Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang

    dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk

    semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi

    udara.

    c. Akar Rambut

    Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Bagian-

    bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1) Kantong rambut (folikel)

    Folikel merupakansuatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi

    untuk melindung akar rambut, mulaidari permukaan kulit sampai di

    bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut

    juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak

    berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka

    rambut akan keriting.

    2) Papil rambut

    Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak

    di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam

    umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi

    bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut.

    Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat

    makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.

    3) Umbi rambut (matriks)

    Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur

    bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut

    diatasnya. Sel-sel akar rambut bewarna keputih-putihan dan masih

    lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut

    bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot

    penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu

    rangsangan dari luar tubuh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.2. Pertumbuhan rambut

    Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan

    karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah.

    Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah

    panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang

    dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

    Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase (Tranggono

    dan Latifah, 2007), yaitu:

    1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

    Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus

    membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagenberlangsung 2-5 tahun.

    2. Fase katagen (fase istirahat)

    Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut

    berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil

    rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

    3. Fase telogen (fase kerontokan)

    Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup

    panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok.

    Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan.

    2.4.3. Jenis rambut

    Jenis rambut berhubungan dengan derajat keaktifan kelenjar lemak

    yang terdapat di samping akar rambut. Beberapa jenis rambut dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Rambut normal

    Kelenjar palit/lemak bekerja dengan normal, akan menghasilkan

    sebum/minyak yang melumasi rambut dan kulit kepala dengan normal.

    Rambut akan kelihatan bagus dan segar, tidak lengket dan kusam, serta

    tumbuhnya sehat sehingga memudahkan penataan dan perawatannya.

    b. Rambut kering

    Rambut kering terjadi karena keadaan kelenjar palit atau lemak bekerja

    kurang aktif sehingga hasil palit atau minyak kurang dari keadaan normal

    yang mengakibatkan kulit kepala dan rambut menjadi kering. Rambut

    kering kelihatan kusam, pudar, agak kemerahan, dan kadang-kadang

    pertumbuhannya tipis serta ujungnya berbelah. Bila diraba dengan jari,

    terasa gemerisik, rapuh, mudah putus, dan susuh diatur.

    c. Rambut berminyak

    Pada rambut berminyak, kelenjar palit atau lemak bekerja terlalu giat dan

    aktif sehingga menghasilkan minyak atau sebum yang berlebihan.

    Akibatnya rambut menjadi basah/lembab. Rambut berminyak kelihatan

    mengkilat, tebal, dan lengket. Biasanya, rambut berminyak tumbuh subur

    dan lebat serta bila diraba terasa basah dan lekas kotor (Bariqina dan

    Ideawati, 2001).

    2.5 Pewarnaan Rambut

    Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan

    dalam tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan

    warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna

    2.5.1.1. Pewarna rambut temporer

    Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang

    singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi

    kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena

    molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).

    Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut

    temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya

    dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen

    POM, 1985). Bahan pewarna jenis ini adalah pewarna yang mempunyai

    molekul besar sehingga tidak mampu masuk ke dalam batang rambut dan

    mudah terlepas, misalnya asam pirogalat dan asam tartrat serta beberapa zat

    warna azoic, azinic, indigoid, triphenilmetan dan derivat antrakinon.

    2.5.1.2. Pewarna rambut semipermanen

    Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki

    daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8

    minggu. Bahan pewarna ini dapat berasal dari alami (indigo) atau zat warna

    sintetik golongan nitro (senyawa amino dan nitro aromatik). Pewarnaan rambut

    ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat

    warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

    Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan

    warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen

    untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang

    Universitas Sumatera Utara

  • dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-

    lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut

    akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati,

    2001).

    2.5.1.3. Pewarna rambut permanen

    Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan

    terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini

    memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas

    dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

    Pewarna rambut permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam,

    seperti krim, jelli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna

    nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti

    pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen,

    aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini

    berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut

    dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli

    menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

    Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi

    daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih

    mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang

    kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam

    jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis

    rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan

    Universitas Sumatera Utara

  • pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama

    (Bariqina dan Ideawati, 2001).

    Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah

    jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat

    mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat

    menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan coditioner jenis

    tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati,

    2001).

    2.5.2. Berdasarkan proses sistem pewarnaan

    Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2

    golongan:

    2.5.2.1. Pewarna rambut langsung

    Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna,

    sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih

    dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut

    langsung terdiri dari:

    1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam

    2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

    Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen

    warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna

    komponen warna bahan nabati.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.2.2. Pewarna rambut tidak langsung

    Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu

    masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna.

    Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

    1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam

    2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

    Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa

    logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan

    misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen

    POM, 1985).

    2.6 Uji Iritasi

    Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan

    iritan kulit, reaksi iritasi ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan

    tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik

    yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritasi ataupun alergi.

    Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji

    keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum

    diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia

    untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau

    tidak (Ditjen POM, 1985).

    Zat yang pertama kali digunakan sebagai bahan untuk produksi

    kosmetika harus dikaji dan diuji efektivitas dan keamanannya. Prosedur dan

    tata cara pengkajian dan pengujiannya dilakukan sama seperti halnya pada obat

    Universitas Sumatera Utara

  • dan makanan. Adanya analogi dalam prosedur dan tata cara yang harus

    dilakukan dalam uji keamanan, maka zat yang sudah digunakan dalam obat dan

    makanan, dapat dianggap telah dilakukan uji keamanan sehingga dapat

    digunakan dalam produksi kosmetika (Ditjen POM, 1985).

    Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna

    rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat

    dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah

    bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk

    kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).

    Universitas Sumatera Utara