Chapter II Si Informasi

20
1 Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Istilah sistem informasi sering dijumpai, baik dalam media grafik, seperti surat kabar dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio dan televisi. Istilah tersebut merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan informasi. Lucas (1987:35) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu. Sedangkan Indrajit (2000:29) mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya. Sedangkan Zwass (1997:679) menyatakan sistem adalah “Set of components (subsystems or elementary parts) that operate together to achieve a common objective (or multiple objectives).” Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama. Istilah informasi, menurut Davis (1988:28) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass (1997:674 ) adalah “an increment in knowledge. May be obtained by processing data into meaningful and useful content and form.” Adanya perbedaan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna, artinya ketika sesuatu hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan sebagai sebuah informasi. Istilah Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002:11) sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi. Definisi ini menggambarkan adanya interaksi

description

SISTEM INFORMASI

Transcript of Chapter II Si Informasi

Page 1: Chapter II Si Informasi

1 Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi

Istilah sistem informasi sering dijumpai, baik dalam media grafik, seperti surat

kabar dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio dan televisi. Istilah

tersebut merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan informasi. Lucas

(1987:35) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,

komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling

bergantung satu sama lain dan terpadu. Sedangkan Indrajit (2000:29) mendefinisikan

sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan

antara satu dan lainnya. Sedangkan Zwass (1997:679) menyatakan sistem adalah “Set of

components (subsystems or elementary parts) that operate together to achieve a

common objective (or multiple objectives).” Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem

adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai sebuah

tujuan yang sama.

Istilah informasi, menurut Davis (1988:28) adalah data yang telah diolah

menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil

keputusan saat ini atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass (1997:674 ) adalah

“an increment in knowledge. May be obtained by processing data into meaningful and

useful content and form.” Adanya perbedaan definisi di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna, artinya ketika sesuatu

hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan sebagai sebuah

informasi.

Istilah Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002:11) sebagai kumpulan

elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk

mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi.

Definisi ini menggambarkan adanya interaksi

Page 2: Chapter II Si Informasi

2 Universitas Sumatera Utara

diantara elemen yang sistematis dan teratur untuk menciptakan dan

membentukaliran informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan

melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan

Indrajit (2000:29) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari

komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan

dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi juga sering

didefinisikan sebagai sistem informasi manajemen. Davis (1988:2) mengatakan

bahwa istilah sistem informasi manajemen sendiri belum ada kesepakatan,

beberapa penulis bahkan memilih istilah sistem pengolahan informasi, sistem

informasi/keputusan, atau sekedar sistem informasi sehubungan dengan sistem

pengolahan informasi berdasarkan komputer yang dirancang untuk mendukung

fungsi operasi, manajemen, dan keputusan sebuah organisasi. Davis memilih

memakai istilah sistem informasi manajemen dengan mendefinisikan sebagai

sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated), untuk menyajikan

informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan

keputusan dalam sebuah organisasi.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa sistem informasi merupakan sebuah

rangkaian komponen sistem (sub sistem) yang disusun dan dirancang untuk

mengumpulkan, menyebarkan, menyimpan dan memproses data agar informasi

dapat diberikan untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Jadi jelas

terlihat bahwa sistem informasi merupakan bentuk keterpaduan yang akan

menghasilkan sebuah informasi yang digunakan untuk pengambilan tindakan

selanjutnya.

Dari definisi sistem, informasi dan sistem informasi, maka kita dapat

mendefinisikan istilah sistem informasi perpustakaan. Pada kebanyakan literatur,

sistem informasi perpustakaan termasuk di dalam kajian sistem informasi

manajemen (SIM). Oetomo (2002:173) memasukkan sistem informasi

perpustakaan dalam sistem informasi manajemen berdasarkan bidang minat

perusahaan/organisasi. Sehingga dengan memodifikasi apa yang disampaikan

Davis (1988:2) tentang definisi Sistem Informasi Manajemen, maka Sistem

Informasi (Manajemen) Perpustakaan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem

manusia dan atau mesin yang terpadu/terintegrasi, untuk menyajikan informasi

Page 3: Chapter II Si Informasi

3 Universitas Sumatera Utara

guna mendukung fungsi operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan

dalam sebuah perpustakaan.

Rowley (1998) menyatakan bahwa fokus sistem informasi (manajemen)

perpustakaan adalah untuk mendukung layanan secara efektif bagi pengguna,

manajemen pengadaannya, dan secara umum manajemen layanan-layanan yang

diberikan oleh perpustakaan dan badan-badan lainnya yang menyelenggarakan

akses terhadap koleksi-koleksi dokumen.

Pada penelitian ini istilah sistem informasi perpustakaan digunakan

sebagai istilah yang biasa digunakan sebagai sistem informasi manajemen (SIM)

perpustakaan.

2.1.2 Sistem Informasi Perpustakaan

Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar

bagaimana kita melakukan otomatisasi terhadap berbagai business process dalam

suatu perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan

sebuah sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung

operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.

Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak

yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan,

katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan.

Keseluruhannya bekerja secara sistematis sehingga dapat memperbaiki

administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentuk-

bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan

(Lutfian.Sofware, 2009:1).

Menurut Harmawan (2009:1) sistem perpustakaan merupakan sistem

automasi perpustakaan. Di dalam sistem perpustakaan terdapat modul-modul yang

terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Adapun modul-modul yang

dapat terintegrasi yaitu:

a) Modul Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau puast

dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan

Page 4: Chapter II Si Informasi

4 Universitas Sumatera Utara

ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar

usulan buku dan daftar pengadaan buku.

b) Modul Pengatalogan

Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan

katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam

perpustakaan. Yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota

perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun

fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku

maupun koleksi berkala.

c) Modul keanggotaan

Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna

dalam meminjam koleksi perpustakaan. Untuk pengurusan keanggotaan

setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan

berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan

dan penghapusan data anggota.

d) Modul sirkulasi dalam kalimat yang sederhana adalah proses edar suatu

benda. Jika koleksi yang dimaksud adalah buku maka arti sirkulasi adalah

proses peredaran buku dengan berbagai jenis kegiatan transaksi antara

pengguna dengan petugas perpustakaan. Adapun pendapat Sjahrial-

Pamuntjak (2000: 97) yang menyatakan :

“Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi

perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk

keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan

terbuka dan dengan sistem pelayanan tertutup”.

d) OPAC

Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam

menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC.

Pengguna/pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan.

Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan.

Misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang,

subyek, kata kunci subyek dsb. Sedangkan apabila menggunakan katalog

manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan

yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan 2009:1).

Pada sistem informasi perpustakaan terdapat jaringan (network) yaitu

kumpulan dua atau lebih sistem komputer yang terhubung seperti Local Area

Network (LAN) adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup

wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah,

sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi

IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan

transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi internet, teknologi

802.1 1b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN.

Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa

Page 5: Chapter II Si Informasi

5 Universitas Sumatera Utara

disebut hotspot. Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian

teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat

WLAN (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah sertifikasi

merek dagang yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi

(internet) yang bekerja di jaringan WLAN dan sudah memenuhi kualitas kapasitas

interoperasi yang dipersyaratkan. Teknologi internet berbasis Wi-Fi dibuat dan

dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of

Electrical and Electronis Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis

perangkat bernomor 802.1 1b, 802.1 1a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya

tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless

Metropolitan Area Network (WMAN).

2.1.3 Manfaat Sistem Informasi Bagi Perpustakaan

Manfaat dari penerapan sistem informasi pada perpustakaan menurut

(Ishak, 2008:89) diantaranya adalah:

1 .Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan.

2.Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan.

3.Meningkatkan citra perpustakaan

4.Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

2.1.4 Penggunaan Sistem Informasi

Penggunaan sistem informasi dapat berarti menggunakan sistem yang baru

untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau untuk

memperbaiki sistem yang sudah ada. Sistem yang sudah lama perlu diperbaiki

atau bahkan diganti, dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :

1. Kesalahan yang tidak sengaja, yang menyebabkan kebenaran data kurang

terjamin.

2. Tidak efisiensinya operasi pengolahan data tersebut.

3. Adanya instruksi-instruksi atau kebijaksanaan yang baru baik dari pemimpin

atau dari luar organisasi seperti peraturan pemerintah.

Untuk memudahkan para pengguna dalam mencari bahan pustaka

dibutuhkan sebuah sistem informasi perpustakaan yang baik untuk kemudahan

Page 6: Chapter II Si Informasi

6 Universitas Sumatera Utara

dalam pelayanan. Dalam pembuatan sistem ini digunakan dua sistem pelayanan

terhadap pengguna perpustakaan yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem

pelayanan tertutup. Sistem pelayanan terbuka, pengguna dapat masuk ke ruang

penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri bahan pustaka yang

di butuhkan. Sedangkan sistem pelayanan tertutup, pengguna harus minta bantuan

petugas untuk mencari bahan pustaka yang diperlukan. Dengan menggunakan

kedua sistem pelayanan tersebut dapat memberikan keleluasaan terhadap para

pengguna untuk mencari bahan pustaka yang dibutuhkan dengan bebas dan cepat.

Pengguna juga dapat mencari informasi buku yang diinginkan dengan

menyebutkan judul dan pengarang ke petugas apabila tidak dapat menemukan

pada rak buku yang ada.

2.1.5 Metode Pengembangan Sistem Informasi Perpustakaan

1. Project Coordinator

2. System Analyst & Design

3. Programmer

4. Network Designer

5. Technician (Hardware)

6. Database Administrator

7. Documenter

8. Software Tester

9. Graphic Designer

2.1.6 Azas-Azas Sistem Informasi

Azaz -azaz di sini berupa prinsip yang menjiwai sistem informasi baik

pengembangan, pemeliharaan dan pengoperasiannya. Untuk lingkungan

perpustakaan ada lima azaz menurut Effendi, (2008:4) yaitu :

Page 7: Chapter II Si Informasi

7 Universitas Sumatera Utara

1. Azas pengelola

Suatu sistem informasi dapat diselenggarakan apabila ada suatu unit kerja yang

diberi tanggug jawab untuk mengelolanya. Tugas pengelola ini adalah

melaksanakan koordinasi dalam pengembangan, pemeliharaan dan

pengoperasian, melayani permintaan data, pengembangan teknik atau

metode analisis dalam rangka pendayagunaan informasi, dan bertanggung

jawab atas semua kualitas data dan informasi yang dihasilkan.

2. Azas kepekaan

Sistem informasi dapat berguna apabila memberi layanan sesuai dengan

apa yang seharusnya diperlukan. Untuk itu diperlukan peremajaan

(update) agar penyusunan informasi sesuai dengan keadaan lapangan.

Suatu mekanisme yang harmonis antara sumber data dengan pusat

penyimpanan data harus saling menguntungkan. Oleh karena itu informasi

yang dihasilkan harus mempunyai beragam bentuk dan secara langsung

mampu memberikan semacam "warning" kepada penerima informasi

tentang adanya faktor-faktor negatif yang perlu segera ditanggulangi.

3. Azas kesederhanaan

Sistem informasi harus tersusun dari serangkaian perangkat keras,

perangkat lunak dan juga prosedur yang mudah dimengerti maupun

dioperasikan serta dipelihara oleh seluruh unit kerja, agar dapat dihindari

kemungkinan kesalah pahaman atau peluang terjadinya penyimpangan.

Untuk itu harus ada ketentuan yang jelas dan sistematik dalam membantu

terselenggaranya perputaran roda sistem informasi manajemen.

Dari semua pengertian dasar dan azaz-azaz ini, serta saling keterkaitan

yang terkandung di dalamnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan di mana

secara ringkas dapat dinyatakan menurut Effendi, (2008:5) bahwa :

1. Ouput dari sistem informasi adalah informasi. Relevansi dan kualitas

informasi yang dihasilkan tergantung sepenuhnya pada keinginan manusia.

Sistem informasi harus mengandung empat komponen, yaitu: data, perangkat

keras, perangkat lunak, dan manusia. Perangkat keras maupun perangkat lunak

Page 8: Chapter II Si Informasi

8 Universitas Sumatera Utara

hanya merupakan alat bantu yang tidak akan melakukan apapun apabila tidak ada

data yang diproses dan tidak ada yang memerintahkan. Ada tiga peranan manusia

yang diperlukan oleh sistem informasi yaitu sebagai pemberi data, pengolah, dan

pengguna data. Ketiga peranan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dimana yang satu tidak merasa lebih penting dari yang lain. Peranan ini tidak ada

hubungannya dengan jabatan struktural dan berlaku sangat relatif terhadap lingkup

permasalahannya.

2. Sistem informasi harus mempunyai kejelasan tujuan dan bukan berarti

komputerisasi total. Komputerisasi hanya dikenakan secara selektif terhadap

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan data yang berskala besar tapi

memerlukan proses yang menuntut ketelitian dan kecepatan tinggi dimana

pekerjan secara manual sudah tidak mungkin dipertahankan.

3. Sistem informasi adalah proses yang berlangsung secara periodik dan

beroperasi dalam suatu siklus yang bergerak secara teratur. Oleh karena

itu, suatu sistem informasi lebih berorientasi pada informasi yang bersifat

rutin.

4. Sistem informasi memerlukan satu pengelola yang berperanan sebagai

koordinator baik dalam pemeliharaan maupun dalam pengembangannya. Ini

berarti bahwa sistem informasi perlu diwadahi dalam bentuk fungsi tersendiri

dari suatu organisasi atau unit kerja. Dari konsepsi teoritis di atas jika

dikaitkan dengan pengelolaan perpustakaan maka sistem informasi

diperpustakaan harus dikelola oleh tenaga yang professional yang memiliki

keahlian dalam menata dan menyimpan literatur sehingga memudahkan

pengunjung dalam mencari literatur yang di perlukan. Dalam penyimpanan

penataan buku sebagaimana perlu diingat aspek-aspek kepekaan, dalam arti

dalam menata buku harus mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para

pengunjung, aspek Kesederhanaan artinya penataan buku harus memudahkan

para pengunjung dalam mencari literaturnya sebab yang mereka butuhkan

adalah informasi.

Page 9: Chapter II Si Informasi

9 Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Fitur-Fitur Sistem Informasi

Fitur-fitur yang biasa digunakan dalam menerapkan sistem informasi

manajemen pada perpustakaan (Lutfian Sofware, 2009:2) yaitu:

1. Modul Data Induk Anggota

Menyediakan fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data

anggota perpustakaan.

2. Modul Data Induk Buku

Fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data buku-buku

perpustakaan.

3. Modul Data Induk Inventaris Buku

Digunakan untuk memasukkan data inventaris buku (fisik), seperti Nomor

Inventaris, Tanggal Inventaris dan Asal Buku.

4. Modul Transaksi

Merupakan fasilitas untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku

maupun perpanjangan peminjaman.

5. Modul Pencatatan Buku Hilang/Rusak

Pendataan buku yang hilang / rusak serta biaya penggantiannya.

6. Konfigurasi

Konfigurasi sistem seperti jumlah maksimal peminjaman buku, lama

peminjaman, denda per hari, jumlah maksimal perpanjangan buku, dan

lain-lain.

7. Cetak Laporan

Laporan-laporan yang dapat dihasilkan, antara lain :

Laporan Anggota Berdasar Jurusan

Laporan Anggota Berdasar Tanggal Mendaftar

Laporan Buku Berdasar Jurusan

Laporan Inventaris Buku

Laporan Peminjaman Per Periode

Laporan Peminjaman Berdasar No. Mhs

Laporan Pengembalian Per Periode

Laporan Buku Yang Belum Dikembalikan

Laporan Denda Per Periode

Laporan Buku Hilang/Rusak, dan lain-lain.

8. Setup User

Setting administrator dan user beserta hak akses terhadap sistem.

Page 10: Chapter II Si Informasi

10 Universitas Sumatera Utara

2.2 Evaluasi

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing

“evaluation”. Sebagaimana dikemukakan Bloom (1971:1) “Evaluasi adalah

pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan

ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau

anak didik”.

Sedangkan menurut Worthen dan Sanders (1979:129) evaluasi adalah,

“process of delineating, obtaining and providing useful information for judging

decision alternatives”. Dengan kata lain ada beberapa unsur yang terdapat dalam

evaluasi yaitu: adanya sebuah proses, perolehan, penggambaran, penyediaan

informasi yang berguna dan alternatif keputusan.

Dari pendapat di atas, evaluasi atau penilaian dapat di artikan sebagai

suatu usaha untuk memberikan nilai terhadap hasil pengukuran untuk pencapaian

tujuan.

Arikunto (2002:36) menyatakan bahwa,

“evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi

utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi

yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan

yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan”.

Sedangkan menurut Matthews (2007:7),

”Evaluasi adalah process of delineating, obtaining and providing useful

information for judging decision alternatives. Artinya evaluasi merupakan

proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang

berguna untuk merumuskan suatu alternative keputusan. Dalam evaluasi

ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah

proses (process), perolehan (obtaining), penggambaran (delineating),

penyediaan (providing), informasi yang berguna (useful information) dan

alternative keputusan (decision alternatives)”.

Page 11: Chapter II Si Informasi

11 Universitas Sumatera Utara

Roznovski (2001:4) juga memaparkan evaluasi sebagai “setiap usaha atau

proses dalam menentukan nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga

diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil

pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.

Menurut Worthen dan Sanders (1979:1) mengartikan evaluasi adalah

“mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat

berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif pro sedur

tertentu”. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan

manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang

manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang

dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai

dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan

ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang

berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara

internal oleh mereka yang melakukan proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh

pihak lain, dan dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang tidak

beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah kegiatan selesai, dimana

kegunaannya adalah untuk menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun

dampak dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinginkan.

Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya

yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output

dan inputnya, sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk

menghasilkan output lewat suatu proses.

Kriteria untuk memilih efektifitas standar (Sulistina, 2009:7) adalah :

a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang sebelumnya.

b. Kemudian penerapannya

c. Informasi standar yang tepat serta terpilih padanya

d. Pemakai menerimanya

e. Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda atau sesuai terkenal akan

mempunyai hasil yang sesuai.

Page 12: Chapter II Si Informasi

12 Universitas Sumatera Utara

Penelitian evaluasi adalah pengumpulan informasi tentang hasil yang telah

dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan

menggunakan metodologi ilmiah sehingga dapat dihasilkan data yang akurat dan

obyektif.

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah di kemukakan

beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan tentang evaluasi yakni, evaluasi

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengukur dan

memberi nilai secara obyektif dan valid, dimana seberapa besar manfaat

pelayanan yang telah dicapai berdasarkan tujuan dari obyek yang seharusnya

diberikan dan yang nyata apakah hasil-hasil dalam pelaksanaan telah efektif dan

efisien.

2.2.2 Teknik Evaluasi

Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa (1) skala bertingkat

untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, (2) wawancara, dan (3)

pengamatan. Penggunaan alat-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di

evaluasi (Umar, 2002 : 45).

Suatu sistem informasi bisa dievaluasi menurut tiga ukuran (Davis,

1988:3) yaitu :

1. Evaluasi Teknis

Evaluasi teknis atas aplikasi baru menyelidiki apakah secara teknis

layak untuk menjalankan pengolahan informasi yang diusulkan. Banyak

aplikasi adalah diluar jangkauan kemampuan teknis dari perangkat keras dan

perangkat lunak yang tersedia untuk pemakaian.

2.Evaluasi Operasional

Pertimbangan kelayakan operasional bertalian dengan masalah

apakah data masukan dapat disediakan dan keluaran dapat digunakan dan benar

dipakai. Misalnya, secara teknis adalah mungkin bagi penjual untuk

mengadakan hubungan telepon dengan pembeli dalam setiap penjualan, tetapi

secara operasional hal ini adalah tidak praktis.

Page 13: Chapter II Si Informasi

13 Universitas Sumatera Utara

3 .Evaluasi Ekonomis

Bilamana suatu proyek diusulkan, proyek itu perlu mangalami pengujian

kelayakan ekonomis. Setelah pemasangannya, proyek itu perlu ditelaah secara

periodik menurut ukuran biaya/efektifitas. Dalam menilai kelayakan ekonomis

dari proyek dan mengevaluasi manfaat ekonomis SIM.

2.2.3 Model Evaluasi Sistem Informasi

Penerimaan terhadap sistem informasi dapat diukur dengan beberapa

model evaluasi yang sudah dikembangkan saat ini. Banyak model evaluasi yang

digunakan untuk mengukur penerimaan sebuah sistem informasi.

Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam evaluasi sistem

informasi, diantaranya adalah :

1. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM). Model (TAM) dikembangkan oleh

Davis (1989) yang mengadaptasi model TRA (Theory of Reasoned Action).

Perbedaan mendasar antara TRA dan TAM adalah penempatan sikap-sikap dari

TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu perceived ease of

use (kemudahan) dan perceived usefulness (kebermanfaatan) yang memiliki

relevancy pusat untuk memprediksi sikap penerimaan pengguna (Acceptance of

IT) terhadap teknologi komputer. Davis (1989) dalam 2 penelitian yang

melibatkan 152 pengguna dan 4 buah aplikasi program menemukan adanya dua

variabel penting yang menentukan penerimaan terhadap teknologi informasi yakni

kebermanfaatan dan kemudahan. Selain itu Davis (1989) menemukan bahwa

faktor kebermanfaatan secara signifikan berhubungan dengan penggunaan sistem

saat ini dan mampu memprediksi penggunaan yang akan datang. Faktor

kebermanfaatan disini didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meyakini

bahwa penggunaan teknologi/sistem tertentu akan meningkatkan kinerja.

Sementara kemudahan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini

bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak memerlukan usaha

keras dari pemakainya untuk bisa menggunakannya. Oleh karena itu, berdasarkan

studi yang sudah dilakukan oleh Davis dapat dikatakan bahwa dalam

mengembangkan sebuah sistem informasi (termasuk sistem informasi

perpustakaan) perlu dipertimbangkan faktor kebermanfaatan dan kemudahan dari

Page 14: Chapter II Si Informasi

14 Universitas Sumatera Utara

pengguna sistem informasi (Surachman, 2008:10).

2. End-User Computing (EUC) Satisfaction

Merupakan satu metode yang menggunakan pengukuran kepuasan sebagai

satu bentuk evaluasi sistem informasi. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll

& Torkzadeh dimana menekankan pada kepuasan (satisfaction) pengguna akhir

terhadap aspek teknologi. Penilaian kepuasan tersebut dilihat dari 5 buah

perspektif yakni, isi (content), keakuratan (accuracy), format, kemudahan

pengunaan (ease of use), dan waktu (timeliness). Model ini telah banyak

diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya

menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna meskipun instrumen ini

diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda (Eris L. 2006: 1).

Sumber : Doll et al. 1995 disitasi oleh Chin et al. 2000

Gambar 2 End-User Computing (EUC) Satisfaction

3. Task Technology Fit (TTF) Analysis.

Dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson pada tahun 1995. Inti dari

Perceived

usefulness

Behavioral

Intention to Use

Perceived

Ease of Use

Actual System

Use

Sumber : Davis et.al. (1989), Venkatesh et. al. (2003)

Gambar 1 Technology Acceptance Model (TAM)

Page 15: Chapter II Si Informasi

15 Universitas Sumatera Utara

model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai

Task-Technology Fit (TTF), yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi

untuk kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi

untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan (Dishaw et al., 2002). Model

TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics, Technology

Characteristics, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk ketiga TTF yang

balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau Utilization. Model

TTF menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika fungsi

dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna (Eris L. 2006:1).

T

a

s

k

C

h

a

r

a

c

t

e

r

i

s

t

i

c

s

Performance

Impacts

Page 16: Chapter II Si Informasi

16 Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II Si Informasi

17 Universitas Sumatera Utara

Task-Technology

Fit

Page 18: Chapter II Si Informasi

18 Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II Si Informasi

19 Universitas Sumatera Utara

Technology

Characteristics

Utilization

Sumber : Goodhue and Thompson (1995) Dishaw et al., 2002

Gambar 3 Task Technology Fit (TTF) Analysis

4. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model

Yusof et al. (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat

digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut Human-

Organization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen

penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi

Page 20: Chapter II Si Informasi

20 Universitas Sumatera Utara

(Organization) dan Teknologi (Technology) dan kesesuaian hubungan di

antaranya. Komponen Manusia (Human) menilai sistem informasi dari sisi

penggunaan sistem (system use) pada frekwensi dan luasnya fungsi dan

penyelidikan sistem informasi. System use juga berhubungan dengan siapa yang

menggunakan (who use it), tingkat penggunanya (level of user), pelatihan,

pengetahuan, harapan dan sikap menerima (acceptance) atau menolak (resistance)

sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user

satisfaction). Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman

pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem

informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat

(usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh

karakteristik personal. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan

dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan

sistem. Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan,

pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.

Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem (system quality), kualitas

informasi (information quality) dan kualitas layanan (service quality). Kualitas

sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut

keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface.

Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of

learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas

merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas

informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi

termasuk rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat

digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah kelengkapan,

keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry.

Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima

oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai dengan

kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan (Eris L. 2006:1).