Chapter II 3
-
Upload
shofwatur-rohman -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of Chapter II 3
-
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permen Jelly
Permen adalah produk yang dibuat dengan mendidihkan campuran gula
dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar
air kira-kira 3%. Biasanya suhu yang digunakan sebagai petunjuk kandungan
padatan. Sesudah didihkan sampai mencapai kandungan padatan yang diinginkan
(kurang lebih 150oC) sirup dituangkan pada cetakan dan dibiarkan tercetak. Seni
membuat permen dengan daya tahan yang memuaskan terletak pada pembuatan
produk dengan kadar air minimum dan sedikit saja kecenderungan untuk
mengkristal (Buckle, et al., 1987).
Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan
mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis
permen yang dihasilkan. Suhu panas menghasilkan permen keras, suhu
menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu dingin menghasilkan permen
kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya (Wikipedia1, 2011).
Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari campuran sari buah-
buahan, bahan pembentuk gel atau dengan penambahan essens untuk
menghasilkan berbagai macam rasa, dengan bentuk fisik jernih transparan serta
mempunyai tekstur kenyal seperti permen karet. Bahan pembentuk gel yang
biasa digunakan antara lain gelatin, karagenan atau agar-agar. Permen jelly
tergolong makanan semi basah, oleh karena itu cepat rusak, maka dari itu
perlu penanganan yang tepat untuk memperpanjang masa simpan (Malik, 2010).
Universitas Sumatera Utara
-
Jelly merupakan makanan yang berbentuk semi padat, yang memiliki bau,
rasa, warna dan tekstur yang normal dengan penambahan gula dan bahan
tambahan makanan seperti pemanis buatan, pewarna tambahan dan pengawet.
Permen jelly merupakan makanan yang disukai dan telah dikenal oleh masyarakat
luas, karena murah, praktis dan memiliki berbagai rasa yang kebanyakan
menyerupai rasa buah-buahan. Gelatin merupakan salah satu jenis hidrokoloid
yang dapat diaplikasikan ke dalam jelly. Hidrokoloid lain yang juga dapat
diaplikasikan ke dalam jelly diantaranya adalah: pektin, agar, pati termodifikasi,
alginat, dan karagenan yang juga berfungsi sebagai bahan pembentuk gel
(Latief, 1989)
Tekstur permen jelly banyak tergantung pada bahan gel yang digunakan.
Jelly gelatin mempunyai konsistensi yang lunak dan bersifat seperti karet, jelly
agar-agar lunak dengan tekstur rapuh. Pektin menghasilkan agar-agar yang rapuh
dan lunak, tetapi menghasilkan gel yang baik pada pH rendah. Karagenan
menghasilkan gel yang kuat. Pembuatan permen karet dan jelly meliputi
pembuatan campuran gula yang dimasak dengan kandungan padatan yang
diperlukan dan penambahan bahan pembentuk gel (Buckle, et al., 1987).
Pembagian Permen
Permen yang banyak beredar di kalangan masyarakat berjenis permen
keras (hard candy) dan lunak (soft candy). Permen keras adalah permen yang
padat teksturnya. Dimakan dengan cara menghisap, pada permen keras yang perlu
diuji di antaranya adalah bahan baku utamanya berupa glukosa. Sementara
permen lunak ditandai dengan teksturnya yang lunak. Jenis permen ini bukan
untuk dihisap melainkan dikunyah. Berdasarkan bahan campurannya, permen
Universitas Sumatera Utara
-
lunak terbagi menjadi tiga jenis. Ketiga bahan tersebut adalah gum, carragenan
(rumput laut) dan gelatin (Ningsih, 2010).
Jenis permen yang telah banyak beredar di pasaran diantaranya hard
candy, soft candy jelly dan soft candy non jelly. Meskipun telah banyak dijumpai
jenis permen jelly (soft candy jelly) di Indonesia, tetapi sebagian besar merupakan
produk impor dari Amerika, Jerman, Cina dan Jepang. Permen jelly merupakan
produk semi basah yang terbuat dari komponen-komponen air, flavor, gula dan
bahan pembentuk gel (Wikipedia1, 2011).
Tabel 1. Jenis-jenis Permen
Tekstur Contoh
Permen yang mengkristal Kristal besar Rock candy
Kristal kecil Fondant, Fudge Permen yang tidak mengkristal
Hard candy Szour balls, Butterscoth Brittles Peanut brittle Chewy candy Caramel, Taffy Gummy candy Marshmallo, Jellies, Gumdrops Sumber: Potter, (1986).
Buah Sirsak
Sirsak (Annona muricata L.) berasal dari Amerika Selatan. Daya adaptasi
tanaman ini luas sehingga mudah dikembangkan. Saat ini di Indonesia dikenal dua
jenis sirsak yang berbeda rasanya. Pertama adalah sirsak yang rasanya manis asam
dan banyak bijinya. Jenis ini telah tersebar luas dalam jumlah besar. Kedua adalah
sirsak yang rasanya manis, lengket di lidah, dan bijinya sedikit. Jenis kedua ini
dikenal dengan sebutan sirsak ratu karena ditemukan di Pelabuhan Ratu dan baru
dikembangkan dalam jumlah kecil di daerah Sukabumi dan sekitarnya
(Sjaifullah, 1996).
Universitas Sumatera Utara
-
Buah sirsak ukurannya cukup besar hingga 20-30 cm dengan berat
mencapai 2.5 kg. Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna
hitam. Buah ini sering digunakan untuk bahan baku minuman serta es krim.
Buah sirsak mengandung banyak karbohidrat, terutama fruktosa. Kandungan
gizi lainnya adalah vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B2 yang cukup banyak.
Bijinya beracun, dan dapat digunakan sebagai insektisida alam
(Wikipedia2, 2011).
Mutu buah sirsak terutama ditentukan oleh derajat ketuaan dan
kematangan serta kemulusannya. Buah sirsak dinyatakan tua apabila telah
mencapai tingkat perkembangan maksimum, yang menjamin dapat tercapainya
proses pematangan yang sempurna. Ketuaan dapat ditandai dari bentuk buah,
warna kulit, ukuran buah (panjang, lebar dan berat), serta kerapatan duri
(Sjaifullah, 1996).
Komposisi Kimia Buah Sirsak
Bagian tanaman sirsak, termasuk daun dan buah, mengandung senyawa
yang cukup bernilai, seperti fruktosa, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Metabolit sekunder yang terkandung di
dalamnya adalah senyawa golongan tanin, fitosterol dan alkaloida. Tiap 100 gram
sirsak mengandung 65 kalori; protein 1.0 g; lemak 0.3 g; serat 2 g; karbohidrat
16.3 g; kalsium 14 mg; fosfor 27 mg; besi 0.6 mg; vitamin A 10 mg; vitamin B1
0.07 mg; vitamin C 20 mg; dan air 81.79 g (Wikipedia2, 2011)
Buah sirsak terdiri dari 67.5% daging buah, 20% kulit buah, 8.5% biji
buah, dan 4% inti buah. Setelah air, kandungan zat gizi yang terbanyak dalam
sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat pada buah sirsak adalah
Universitas Sumatera Utara
-
gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81.993.6% dari kandungan
gula total. Buah sirsak mengandung sangat sedikit lemak (0.3 g/100 g), sehingga
sangat baik untuk kesehatan. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik non
volatil, terutama asam malat dan asam sitrat (Novita, 2011).
Buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu
diantaranya adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu
mencapai 3.3 g/100 g daging buah. Konsumsi 100 gram daging buah dapat
memenuhi 13% kebutuhan serat pangan sehari. Buah sirsak merupakan buah
yang kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat dipastikan bahwa
buah tersebut sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan
(Wikipedia2, 2011).
Tabel 2. komposisi Kimia Buah Sirak Setiap 100 gram bahan Komposisi Kimia Jumlah Air (g) 81.70 Protein (g) 1.00 lemak (g) 0.30 Karbohidrat (g) 16.30 Energi (kal) 65.00 Kalsium (mg) 14.00 Pospor (mg) 27.00 Besi (mg) 0.60 Vitamin A (SI) 10.00 Vitamin C (mg) 20.00 Vitamin B1 0.07
Sumber: Depertemen Kesehatan RI, (1992)
Manfaat Buah Sirsak
Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan
antioksidan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperlambat proses penuaan (tetap awet muda). Mineral yang cukup dominan
Universitas Sumatera Utara
-
adalah fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27 dan 14 mg/100 g.
Kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang, sehingga
berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis
(Novita, 2011).
Khasiat dari buah sirsak ini memberikan effek anti tumor/kanker yang
sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker. Selain
menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai anti bakteri, anti jamur
(fungi), efektif melawan berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah
tinggi, depresi, stress, dan menormalkan kembali sistem syaraf yang kurang baik
(Verheij dan Coronel, 1997).
Hasil riset beberapa peneliti membuktikan bahwa buah sirsak dapat
melindungi sistem kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
Energi meningkat dan penampilan fisik membaik. Secara efektif memilih target
dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di antaranya kanker
usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas. Daya kerjanya 10.000
kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker dibandingkan
dengan adriamycin dan terapi kemo yang biasa digunakan. Tidak seperti
terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-
sel jahat dan tidak membahayakan atau membunuh sel-sel sehat
(Wikipedia2, 2011).
Khasiat buah sirsak karena mengandung vitamin C cukup tinggi, sirsak
dimanfaatkan sebagai zat anti-sorbutik yang dapat mengatasi kekurangan vitamin
C dalam tubuh. Buah sirsak juga berkhasiat sebagai anti sembelit, pengobatan
batu empedu, dan meningkatkan nafsu makan (Novita, 2011).
Universitas Sumatera Utara
-
Bahan Pembuatan Permen Jelly
Sukrosa
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu. Untuk industri-industri
makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar, dan
dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup).
Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan,
sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula
invert (Winarno, 2004).
Sukrosa juga dikenal dengan gula meja, terdapat terutama dalam gula tebu.
Hidrolisis sukrosa menghasilkan D-glukosa dan D-fruktosa yang sama banyak.
Sukrosa sangat mudah larut pada rentang suhu yang lebar. Sifat ini menjadikan
sukrosa bahan yang sangat baik untuk sirup dan makanan lain yang mengandung
gula (deMan, 1989).
Penambahan sukrosa dalam pembuatan produk makanan
berfungsi untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai
pengawet, yaitu dalam konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dari bahan pangan
(Malik, 2010).
Faktor utama yang mempengaruhi mutu sukrosa adalah pemanasan.
Penggunaan teknik konsentrasi hampa udara dalam proses penggilingan dan
pemurnian mengurangi inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, juga
mengurangi pembentukan warna gelap oleh proses karamelisasi. Inversi sukrosa
Universitas Sumatera Utara
-
menyebabkan berkurangnya hasil dan kadar air yang tinggi pada produk akhir
(Buckle, et al., 1987).
Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan
suatu bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa
manis yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis.
Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indera
perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya adalah suhu dan sifat mediumnya (cair atau
padat). Nilai intensitas rasa manis biasanya diukur dengan membandingkannya
dengan kemanisan sukrosa 100% (Cahyadi, 2009).
Kondisi optimum untuk pembentukan gel adalah yaitu konsentrasi gula
sekitar 60-65%. Konsentrasi pektin sekitar 0.75-1.5% dan biasanya pektin
terdapat secara alami dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil dari degradasi
protopektin selama pematangan, dan mungkin ditambahkan dalam bentuk
padat atau cair untuk melengkapi buah-buahan yang kekurangan pektin.
Konsentrasi asam pada pembentukan gel sekitar pH 3.2-3.4%
(Buckle, et al., 1987).
Agar-agar
Agar-agar adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput
laut. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air
bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling
merapat, memadat dan membentuk kisikisi yang menahan molekul-molekul air
sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair (Wikipedia3, 2011).
Universitas Sumatera Utara
-
Agar dan alginat keduanya adalah polisakarida yang diekstrak dari rumput
laut. Senyawa-senyawa ini tidak mempunyai nilai nutrisi, seperti pektin mereka
dapat membentuk gel. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan beberapa macam
makanan termasuk es krim dan jelly (Gaman dan Sherrington, 1992).
Agar adalah istilah umum yang lebih berkaitan dengan ciri-ciri gel. Agar
terdiri atas fraksi yang mengandung sulfat disebut agarosa dan fraksi yang tidak
mengandung sulfat disebut agaropektin. Agarosa dapat membentuk gel,
sedangkan agaropektin tidak dapat membentuk gel. Agar bersifat anionik, dapat
membentuk gel yang jernih (Cahyadi, 2009).
Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi
yang mengisi dinding sel rumput laut. Agar-agar dikenal luas di daerah Asia
Tropika sebagai makanan sehat karena mengandung serat (fiber) lunak yang
tinggi dan kalori yang rendah. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan
suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Kepadatan gel agar-agar
juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering
dipakai sebagai media dalam kultur jaringan (Wikipedia3, 2011).
Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong
atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel.
Kelebihan ini digunakan dalam beberapa industri antara lain. Dalam industri
makanan penggunaan agar-agar terbanyak adalah pada industri makanan, seperti
dalam pembuatan jelly dan permen (Anonimous, 1999).
Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada
suhu 32-39oC berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair pada suhu di bawah
85oC. Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat
Universitas Sumatera Utara
-
seperti gelatin, padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga
bertekstur 'kenyal'. Sifat ini menarik secara inderawi, sehingga banyak olahan
makanan melibatkan agar-agar (Aslam, 1991).
Pembuatan Permen Jelly
Pembuatan permen jelly meliputi pengambilan sari buah 50% dari berat
bahan keseluruhan dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Ditambahkan sukrosa
dan HFS, sirup glukosa dan asam sitrat ke dalam beaker glass yang telah berisi
sari buah masing-masing sesuai perlakuan yaitu 70, 75, 80 dan 85% untuk
sukrosa 10, 15, 20 dan 25% serta 5% untuk HFS dan 10% untuk sirup glukosa
dan asam sitrat secukupnya. Larutan selanjutnya dipanaskan pada suhu 90-100oC
sampai semua tercampur homogen dan sebagian air menguap. Kemudian
ditambahkan pektin sesuai perlakuan dan dilanjutkan pemanasan sampai larutan
mengental dan membentuk benang tipis yang tidak terputus. Selanjutnya larutan
permen dituang ke dalam cetakan. Permen yang telah dicetak didinginkan pada
suhu ruang selama 1 jam. Selanjutnya permen yang telah mengeras disimpan
selama 24 jam dalam lemari pendingin. Setelah dikeluarkan dari lemari pendingin
permen dibiarkan pada suhu ruang selama 1 jam untuk menetralkan suhu. Permen
dikeluarkan dari cetakan dan ditaburin dengan tepung tapioka dan tepung gula
(Zulfaini, 2004).
Pengemasan
Pengemasan adalah wadah atau pembungkusan yang dapat membantu,
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan. Fungsi
pengemasan pada bahan pangan yaitu mewadahi produk selama distribusi dari
produsen hingga konsumen, melindungi dan mengawetkan produk, sebagai
Universitas Sumatera Utara
-
identitas produk, meningkatkan efisiensi, melindungi pengaruh buruk dari luar
dan melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, memperluas
pemakaian dan pengemasan produk, menambah daya tarik calon pembeli,
sarana informasi atau iklan, dan memberi kenyamanan bagi pemakai
(Julianti dan Nurminah, 2006).
Ediblefilm merupakan jenis kemasan primer yang sangat prosektif dan
aman, karena bersifat edible, alami, nontoksik, dan praktis. Perbedaan ediblefilm
dan ediblecoating terletak pada metode aplikasinya. Coating diaplikasikan dan
dibentuk secara langsung pada produk yang dikemas. Sedangkan film dibentuk
menyerupai lapisan tipis terlebih dahulu, lantas diaplikasikan ke produk yang
dikemas. Ediblefilm/coating merupakan lapisan tipis dan kontiniu, terbuat dari
bahan-bahan yang dapat dimakan, dengan melapisi komponen makanan atau
diletakkan di antara komponen makanan. Lapisan ini bisa mencegah hilangnya
senyawa-senyawa volatil pada aroma atau flavor khas suatu produk pangan
(Iriani, 2009).
Universitas Sumatera Utara