Chapter II 3
-
Upload
fenny-hertanto -
Category
Documents
-
view
91 -
download
0
Transcript of Chapter II 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan,
terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai suatu perusahaan. Informasi kinerja terutama disediakan
dalam laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis)
adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan
umum dan data − data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan
kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Wild, 2005:3).
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun. Laporan laba rugi merupakan suatu
ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun.
Wild, et al. (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analysis)
merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja
keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan
arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga
Universitas Sumatera Utara
termasuk skedul dan informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan salah satu alat penting yang digunakan dalam
menganalisis laporan keuangan. Untuk melakukan analisis rasio ini, dihitung rasio
keuangan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan.
Menurut Drs. Djarwanto Ps (2001:123), “Yang dimaksud dengan “ratio”
dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan
antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis
yang sederhana.”
a. Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam mengelola aktivanya sehingga menghasilkan pendapatan. ROA mengukur
efektivitas dalam menghasilkan laba melalui aktiva perusahaan.
Menurut Boynton, et al. (2003:36): “Pengembalian atas aktiva adalah suatu
pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan.
Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian
terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.”
Menurut Gallagher dan Andrew (2003: 101): ”The return on assets (ROA)
ratio indicates how much income each dollar of assets produces on average. It
Universitas Sumatera Utara
shows whether the business is employing its assets effectively. The ROA ratio is
calculated by dividing net earnings available to common stockholders by the total
assets of the firm.” Assets atau disebut juga aktiva di dalam Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 49 (IAI:2004) adalah
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
Rumus : %100xAktiva
BersihLabaROA=
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan
ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh
net income.
Menurut Brigham dan Daves (2004:240), “Ultimately, the most important, or
‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net income to common equity, which
measures the return on common equity (ROE). Stockholders invest to get a return
on their money, and thus ratio tells how well they are doing in an accounting
sense”. Rasio keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan
laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat
pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas
ekuitas atau return on equity (ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan
dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.
The return on equity (ROE) ratio measures the averages return on firm’s
capital contributions from its owners (for a corporation, that means the
contributions of common stockholders). It indicates how many dollars of income
were produced for each dollar invested the common stockholders (Gallagher dan
Andrew, 2003:102). Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik
manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan
pendapatan yang optimal.
Rumus : %100xEkuitas
BersihLabaROE=
c. Net Profit Margin (NPM)
Persentase laba atas kegiatan usaha yang murni dari kegiatan perusahaan yang
bersangkutan ditunjukkan oleh rasio Net Profit Margin (NPM) yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis
(setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin mengukur
efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan investasi perusahaan.
Rumus : %100xPenjualan
BersihLabaNPM =
Universitas Sumatera Utara
d. Earning Per Share (EPS)
Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah
Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering
dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya
kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor
berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan
prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga
saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas
manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.
Menurut Nachrowi (2006:71), ”dalam berinvestasi di bursa, investor akan
memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar
saham (earning per share atau EPS)”. EPS merupakan salah satu indikator yang
dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan
ditentukan oleh laba perusahaan.
Rumus : SahamLembarJumlah
PajakSetelahBersihLabaEPS =
3. Saham
Salah satu efek yang paling popular diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Menurut Basir dan Fakhruddin (2005:11), yang dimaksud dengan saham
(stock) adalah “surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di
dalam suatu perusahaan”. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut
sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek,
saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya,
perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham
tersebut.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham (stock atau share) dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut.
Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan
obligasi. Dengan demikian, pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual
saham atau mengeluarkan obligasi. Pengertian pasar modal yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan stock exchange atau stock market, adalah ”an organized
market or exchange where shares (stocks) are traded”, yaitu suatu pasar yang
terorganisir di mana berbagai jenis efek-efek diperdagangkan.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi
Universitas Sumatera Utara
keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana
dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan
(return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan
dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana
dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock), saham
preferen (preferred stock), saham harta (treasury stock), dan saham kelas ganda
(dual class stock). Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi
dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan aset, dan kadangkala
memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto
penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru
dikeluarkan (yaitu, pemgang saham preferen dapat membeli saham yang
dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang
lain). Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham
preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki
beberapa kelas saham (contohnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C) masing-masing
dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri. Saham harta adalah saham
yang telah dibeli balik dari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Saham biasa, dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas atau
cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah
perusahaan. Masing – masing lembar saham bisa mewakili satu suara tentang
segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam
rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan.
4. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Harga saham menunjukkan gambaran nilai perusahaan dan kekayaan para
pemegang saham. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan
memberikan suatu kepuasan bagi investor yang rasional. Di pasar sekunder atau
dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi
naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan
(demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga
saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand
terjadi karena berbagai faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja
perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak), maupun faktor
yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial – politik,
maupun rumor-rumor yang berkembang.
Pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara
pasti. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham
tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin
menjual maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.
Universitas Sumatera Utara
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap
detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor
yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun
eksternal.
Adapun faktor internalnya antara lain adalah:
1) laba perusahaan,
2) pertumbuhan aktiva tahunan,
3) likuiditas,
4) nilai kekayaan total,
5) penjualan.
Sementara itu, faktor eksternalnya adalah:
1) kebijakan pemerintah dan dampaknya,
2) pergerakan suku bunga,
3) fluktuasi nilai tukar mata uang,
4) rumor dan sentimen pasar,
5) penggabungan usaha (Business Combination).
Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market
Hypothesis) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap
informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut,
informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa
sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan
keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis-Jenis Harga Saham
Dalam prakteknya, terdapat beberapa harga saham yang diperdagangkan
dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang
saham yaitu nilai nominal (nilai pari), nilai dasar dan nilai pasar. (Rusdin,
2006:74)
1) Nilai Nominal (Nilai Pari)
Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang
bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai
nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus
memiliki satu jenis nilai nominal.
2) Nilai Dasar
Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham
tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan berubah sejalan dengan
dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham
seperti right issue, stock split, waran, dan lain-lain.
3) Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah
harga penutupannya.
c. Penilaian Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
Harga saham dapat berubah setiap saat. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1) kinerja keuangan perusahaan,
2) permintaan dan penawaran saham,
3) tingkat suku bunga,
4) tingkat resiko,
5) laju inflasi,
6) kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan suatu negara.
Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, para investor perlu menilai
telebih dahulu saham-saham yang akan dipilih dan selanjutnya menentukan
apakah saham tersebut akan memberikan tingkat pengembalian (return) sesuai
yang diharapkan. Menurut Darmadji (2006:189) penilaian terhadap surat berharga
dapat dikelompokkan menjadi analisis fundamental dan analisis teknikal.
1) Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penelitian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
2) Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.
Menurut Anoraga (2001:108) teknik analisis investasi yang paling banyak
dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan
analisis rasio keuangan.
1) Analisis Fundamental. Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana
Universitas Sumatera Utara
operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak, dan sebagainya karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Data yang dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data-data historis. Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang.
2) Analisis Teknikal. Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalisis dalam jangka panjang, dengan didukung dengan data-data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
3) Analisis Ekonomi. Analisis ini cukup penting karena seringkali sangat berpengaruh terhadap analisis efek secara keseluruhan. Untuk melakukan analisis ini digunakan berbagai indikator yang biasanya juga digunakan oleh pengambil kebijakan dalam bidang perekonomian. Salah satu indikator yang banyak digunakan adalah tingkat GDP (Gross Domestic Product). Pertumbuhan ekonomi yang baik secara umum menunjukkan tingkat perbaikan kesejahteraan masyarakat dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang semakin bergairah. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang lesu akan ditunjukkan juga dari kegiatan pasar modal yang melemah.
4) Analisis Rasio Keuangan. Analisis ini banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas dan rasio pasar.
5. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient Market Hypothesis)
Pergerakan suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Harga suatu
saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan
tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga
saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin
banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut
Universitas Sumatera Utara
cenderung akan bergerak turun. Sehubungan dengan hal itu, hipotesis pasar
efisien (efficient market hypothesis/EMH) menyatakan reaksi harga pasar terhadap
informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis efisiensi pasar,
informasi direfleksikan ke dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian
rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk
mendapatkan keunutungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.
Wild, et al (2005:49) menyatakan bahwa ada tiga bentuk EMH, yaitu:
• bentuk lemah (weak form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis,
• bentuk semi kuat (semistrong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik,
• bentuk kuat (strong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi, termasuk informasi dari dalam.
Tandelilin (2001:114) mengklasifikasikan pasar yang efisien ke dalam tiga
bentuk, yaitu:
• efisien dalam bentuk lemah (weak form),
• efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form),
• efisien dalam bentuk kuat (strong form).
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu
(historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu,
informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu)
tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan
datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa
investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan
menggunakan data historis.
Universitas Sumatera Utara
Efisien pasar dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar
yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping
dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu)
juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earnings,
dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan
yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat
ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan return abnormal jika strategi
perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah
dipublikasikan. Sebaliknya, jika pasar tidak efisien maka akan ada lag
(ketinggalan/kelambatan) proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan
ini dapat digunakan investor untuk mendapatkan return abnormal.
Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisiensi pasar dimana
semua informasi baik yang terpublikasikan atau tidak dipublikasikan, sudah
tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini
tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal.
Pasar modal di Indonesia termasuk dalam kategori bentuk lemah (weak form).
Oleh karena itu, harga saham mencerminkan informasi historis, merupakan
cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.
6. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur
Universitas Sumatera Utara
modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Manajer keuangan tidak perlu
memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh
terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh
laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan
kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham akan
naik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya laba tidak
relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham.
7. Signalling Theory
Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997: 211), pengumuman informasi akuntansi memberikan
signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang
(good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham,
dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam
volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik
terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Haryanto (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio profitabilitas
terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di BEJ. Sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah 7 perusahaan yang bergerak di bidang industri
minuman yang tercatat di BEJ dari tahun 2000 sampai tahun 2001. Rasio
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah return on assets
(ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga saham,
sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI
periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return on assets
(ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic earning power
(BEP). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut
digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh
terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
Susi dan Setiawan (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio
profitabilitas terhadap harga saham industri barang konsumsi yang tergabung
dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan
sebagai variabel independen adalah return on assets (ROA), return on equity
(ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS). Hasil penelitian
yang didapatkan adalah kesemua variabel independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham.
Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari
perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta, dengan
sampel sebanyak 55 perusahaan dengan periode waktu 2004-2006. Harga saham
merupakan variabel dependen. Variabel independennya meliputi return on equity,
debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian
menunjukkan ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
Elvira (2008) menganalisis hubungan antara Economic Value Added (EVA),
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham perusahaan infrastruktur di BEJ. Penelitian ini mengambil
sampel 11 perusahaan infrastruktur yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di
BEJ. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel EVA, ROA dan EPS secara simultan
berpengaruh cukup signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial
menunjukkan hanya EVA dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan. Variabel ROE tidak
dianalisis lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regresi sebagai tindakan
perbaikan terhadap gejala multikolinearitas.
Juventus (2008) meneliti pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap
harga saham perbankan di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu return
on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio leverage yang digunakan
adalah debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio (DAR). Penelitian ini
mengambil sampel 23 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ pada tahun
2004-2006. Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan,
maka diperoleh hasil bahwa secara simultan rasio profitabilitas dan leverage
memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perbankan di BEJ. Sacara parsial,
variabel ROE dan DAR memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga
saham. Variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham.
Universitas Sumatera Utara
Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan
pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ. Penelitian ini
mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2003-2005 di
BEJ. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CAR),
Total Debt to Total Asset (DTA), Total Asset Turnover (TATO), Inventory
Turnover (ITO), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price
Earning Ratio (PER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai
variabel dependen. Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi
berganda diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen baik secara
simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya variabel CR,
NPM dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham,
sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tahun Peneliti Variabel Uraian Hasil Skala
2003 Haryanto Return On Assets
(ROA), Return On
Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)
Harga saham merupakan
variabel dependen
Sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah 7
perusahaan yang bergerak
di bidang industri
minuman yang tercatat di BEJ
dari tahun 2000 sampai tahun 2001.
Hanya ROE yang
berpengaruh terhadap
perubahan harga saham,
sedangkan ROA dan NPM tidak
berpengaruh terhadap harga
saham
Rasio
Universitas Sumatera Utara
2003 Sasongko
dan
Wulandari
Return On Assets
(ROA), Earning Per Share (EPS),
Return On Sales (ROS)
dan Basic Earning
Power (BEP) Harga saham merupakan
variabel dependen
Sampel yang digunakan
adalah perusahaan
yang bergerak di bidang industri
manufaktur yang tecatat di BEI periode 2001-2002.
Hanya EPS yang berpengaruh
terhadap harga saham,
sedangkan ROA, ROS, dan BEP
tidak berpengaruh
terhadap harga saham
Rasio
2003 Susi dan
Setiawan
Return On Assets
(ROA), Return On
equity (ROE), Net
Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) Harga saham merupakan
variabel dependen
Sampel yang digunakan
dalam penelitian
adalah perusahaan
yang bergerak di bidang
industri barang konsumsi yang
tergabung dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ.
Kesemua variabel
independen tersebut tidak mempunyai pengaruh
terhadap harga saham
Rasio
2007 Halim Return On Equity
(ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
dan Net Profit Margin
(NPM) Harga saham merupakan
variabel dependen
Sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah 55
perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek
Jakarta dengan periode waktu
2004-2006.
ROE dan EPS memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham
perusahaan manufaktur,
sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga
saham perusahaan manufaktur
Rasio
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Penulis, 2009
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan
penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2008 Elvira Economic Value Added
(EVA), Return on
Asset (ROA), Return on
Equity (ROE) dan Earning Per Share
(EPS) Harga saham merupakan
variabel dependen
Sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah 11
perusahaan infrastruktur
yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di BEJ. Metode statistik yang
digunakan adalah regresi
linear berganda.
EVA, ROA dan EPS secara simultan
berpengaruh cukup signifikan terhadap harga
saham Secara parsial, EVA dan EPS
yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
sedangkan ROA tidak
berpengaruh signifikan
Variabel ROE tidak dianalisis
lebih lanjut karena
dikeluarkan dari model regresi
sebagai tindakan perbaikan
terhadap gejala multikolinearitas
Rasio
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2009
Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan. Return
perusahaan akan semakin meningkat apabila laba perusahaan meningkat. Apabila
return perusahaan tinggi maka akan menyebabkan harga saham perusahaan
bergerak naik. Jadi, Return On Assets berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
Return on assets (x1)
Return on equity (x2)
Net profit margin (x3)
Earning per share (x4)
Harga Saham
(Y)
Universitas Sumatera Utara
Return on common equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan
perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan.
Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham perusahaan
tersebut bergerak naik. Jadi, Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham.
Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban,
termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi. Semakin besar
rasio ini menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba yang
pada akhirnya menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Jadi, Net Profit
Margin berpengaruh terhadap harga saham.
Earning per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Apabila EPS suatu
perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan
menyebabkan peningkatan harga saham. Oleh karena itu, Earning Per Share
berpengaruh terhadap harga saham.
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan
perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi
investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan,
berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat.
Hipotesisnya adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net
Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun secara parsial.
Universitas Sumatera Utara