Chapter II 3

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan informasi mengenai suatu perusahaan. Informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Wild, 2005:3). Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun. Laporan laba rugi merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun. Wild, et al. (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II 3

Page 1: Chapter II 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan laporan keuangan,

terutama neraca dan laporan laba rugi karena laporan keuangan menyajikan

informasi mengenai suatu perusahaan. Informasi kinerja terutama disediakan

dalam laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis)

adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan

umum dan data − data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan

kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis (Wild, 2005:3).

Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada

tanggal tertentu, biasanya pada akhir tahun. Laporan laba rugi merupakan suatu

ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya setahun.

Wild, et al. (2005:16) mengatakan bahwa analisis keuangan (financial analysis)

merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja

keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang

lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan

arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan

yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 3

termasuk skedul dan informasi keuangan segmen industri dan geografis serta

pengungkapan pengaruh perubahan harga.

2. Analisis Rasio

Analisis rasio merupakan salah satu alat penting yang digunakan dalam

menganalisis laporan keuangan. Untuk melakukan analisis rasio ini, dihitung rasio

keuangan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan.

Menurut Drs. Djarwanto Ps (2001:123), “Yang dimaksud dengan “ratio”

dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan

antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan

antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis

yang sederhana.”

a. Return On Assets (ROA)

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

dalam mengelola aktivanya sehingga menghasilkan pendapatan. ROA mengukur

efektivitas dalam menghasilkan laba melalui aktiva perusahaan.

Menurut Boynton, et al. (2003:36): “Pengembalian atas aktiva adalah suatu

pengukuran profitabilitas dalam hubungannya dengan struktur aktiva perusahaan.

Semakin tinggi angka yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat pengembalian

terhadap aktiva yang telah dihasilkan oleh perusahaan.”

Menurut Gallagher dan Andrew (2003: 101): ”The return on assets (ROA)

ratio indicates how much income each dollar of assets produces on average. It

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 3

shows whether the business is employing its assets effectively. The ROA ratio is

calculated by dividing net earnings available to common stockholders by the total

assets of the firm.” Assets atau disebut juga aktiva di dalam Kerangka Dasar

Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 49 (IAI:2004) adalah

sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa

lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh

perusahaan.

Rumus : %100xAktiva

BersihLabaROA=

b. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan

ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan

ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh

net income.

Menurut Brigham dan Daves (2004:240), “Ultimately, the most important, or

‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net income to common equity, which

measures the return on common equity (ROE). Stockholders invest to get a return

on their money, and thus ratio tells how well they are doing in an accounting

sense”. Rasio keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan

laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat

pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 3

keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas

ekuitas atau return on equity (ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan

dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.

The return on equity (ROE) ratio measures the averages return on firm’s

capital contributions from its owners (for a corporation, that means the

contributions of common stockholders). It indicates how many dollars of income

were produced for each dollar invested the common stockholders (Gallagher dan

Andrew, 2003:102). Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik

manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan

pendapatan yang optimal.

Rumus : %100xEkuitas

BersihLabaROE=

c. Net Profit Margin (NPM)

Persentase laba atas kegiatan usaha yang murni dari kegiatan perusahaan yang

bersangkutan ditunjukkan oleh rasio Net Profit Margin (NPM) yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis

(setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Net Profit Margin mengukur

efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan investasi perusahaan.

Rumus : %100xPenjualan

BersihLabaNPM =

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 3

d. Earning Per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah

Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering

dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya

kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor

berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan

prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga

saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas

manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk

menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

Menurut Nachrowi (2006:71), ”dalam berinvestasi di bursa, investor akan

memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar

saham (earning per share atau EPS)”. EPS merupakan salah satu indikator yang

dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan

ditentukan oleh laba perusahaan.

Rumus : SahamLembarJumlah

PajakSetelahBersihLabaEPS =

3. Saham

Salah satu efek yang paling popular diperdagangkan di pasar modal adalah

saham. Menurut Basir dan Fakhruddin (2005:11), yang dimaksud dengan saham

(stock) adalah “surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor di

dalam suatu perusahaan”. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 3

perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut

sebanyak jumlah saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek,

saham yang diperjualbelikan di pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya,

perbedaan ini tersusun berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham

tersebut.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham (stock atau share) dapat

didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan

hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan

tersebut.

Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan

dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

obligasi. Dengan demikian, pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana

perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual

saham atau mengeluarkan obligasi. Pengertian pasar modal yang dalam bahasa

Inggris disebut dengan stock exchange atau stock market, adalah ”an organized

market or exchange where shares (stocks) are traded”, yaitu suatu pasar yang

terorganisir di mana berbagai jenis efek-efek diperdagangkan.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena

pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 3

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar

menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu

pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana

(issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana

dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan

(return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan

dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana

dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena

pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan

(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock), saham

preferen (preferred stock), saham harta (treasury stock), dan saham kelas ganda

(dual class stock). Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi

dibanding saham biasa dalam pembagian dividen dan aset, dan kadangkala

memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto

penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru

dikeluarkan (yaitu, pemgang saham preferen dapat membeli saham yang

dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang

lain). Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham

preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek. Struktur kelas ganda memiliki

beberapa kelas saham (contohnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C) masing-masing

dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri. Saham harta adalah saham

yang telah dibeli balik dari masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 3

Saham biasa, dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas atau

cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah

perusahaan. Masing – masing lembar saham bisa mewakili satu suara tentang

segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam

rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan.

4. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham menunjukkan gambaran nilai perusahaan dan kekayaan para

pemegang saham. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan

memberikan suatu kepuasan bagi investor yang rasional. Di pasar sekunder atau

dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi

naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan

(demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga

saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand

terjadi karena berbagai faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja

perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak), maupun faktor

yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial – politik,

maupun rumor-rumor yang berkembang.

Pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara

pasti. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham

tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin

menjual maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 3

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap

detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor

yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun

eksternal.

Adapun faktor internalnya antara lain adalah:

1) laba perusahaan,

2) pertumbuhan aktiva tahunan,

3) likuiditas,

4) nilai kekayaan total,

5) penjualan.

Sementara itu, faktor eksternalnya adalah:

1) kebijakan pemerintah dan dampaknya,

2) pergerakan suku bunga,

3) fluktuasi nilai tukar mata uang,

4) rumor dan sentimen pasar,

5) penggabungan usaha (Business Combination).

Hal tersebut sejalan dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market

Hypothesis) yang menjelaskan tentang reaksi harga pasar saham terhadap

informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis tersebut,

informasi direfleksikan dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa

sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan

keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 3

b. Jenis-Jenis Harga Saham

Dalam prakteknya, terdapat beberapa harga saham yang diperdagangkan

dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang

saham yaitu nilai nominal (nilai pari), nilai dasar dan nilai pasar. (Rusdin,

2006:74)

1) Nilai Nominal (Nilai Pari)

Nilai pari merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang

bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai

nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus

memiliki satu jenis nilai nominal.

2) Nilai Dasar

Pada prinsipnya, harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham

tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan berubah sejalan dengan

dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham

seperti right issue, stock split, waran, dan lain-lain.

3) Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah

harga penutupannya.

c. Penilaian Harga Saham

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 3

Harga saham dapat berubah setiap saat. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut:

1) kinerja keuangan perusahaan,

2) permintaan dan penawaran saham,

3) tingkat suku bunga,

4) tingkat resiko,

5) laju inflasi,

6) kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan suatu negara.

Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, para investor perlu menilai

telebih dahulu saham-saham yang akan dipilih dan selanjutnya menentukan

apakah saham tersebut akan memberikan tingkat pengembalian (return) sesuai

yang diharapkan. Menurut Darmadji (2006:189) penilaian terhadap surat berharga

dapat dikelompokkan menjadi analisis fundamental dan analisis teknikal.

1) Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penelitian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

2) Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.

Menurut Anoraga (2001:108) teknik analisis investasi yang paling banyak

dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan

analisis rasio keuangan.

1) Analisis Fundamental. Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 3

operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak, dan sebagainya karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Data yang dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data-data historis. Di dalamnya menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang.

2) Analisis Teknikal. Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor dan biasanya data yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi. Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan untuk menganalisis dalam jangka panjang, dengan didukung dengan data-data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

3) Analisis Ekonomi. Analisis ini cukup penting karena seringkali sangat berpengaruh terhadap analisis efek secara keseluruhan. Untuk melakukan analisis ini digunakan berbagai indikator yang biasanya juga digunakan oleh pengambil kebijakan dalam bidang perekonomian. Salah satu indikator yang banyak digunakan adalah tingkat GDP (Gross Domestic Product). Pertumbuhan ekonomi yang baik secara umum menunjukkan tingkat perbaikan kesejahteraan masyarakat dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang semakin bergairah. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang lesu akan ditunjukkan juga dari kegiatan pasar modal yang melemah.

4) Analisis Rasio Keuangan. Analisis ini banyak digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas dan rasio pasar.

5. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient Market Hypothesis)

Pergerakan suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Harga suatu

saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan

tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga

saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin

banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 3

cenderung akan bergerak turun. Sehubungan dengan hal itu, hipotesis pasar

efisien (efficient market hypothesis/EMH) menyatakan reaksi harga pasar terhadap

informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis efisiensi pasar,

informasi direfleksikan ke dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian

rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk

mendapatkan keunutungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

Wild, et al (2005:49) menyatakan bahwa ada tiga bentuk EMH, yaitu:

• bentuk lemah (weak form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis,

• bentuk semi kuat (semistrong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik,

• bentuk kuat (strong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi, termasuk informasi dari dalam.

Tandelilin (2001:114) mengklasifikasikan pasar yang efisien ke dalam tiga

bentuk, yaitu:

• efisien dalam bentuk lemah (weak form),

• efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form),

• efisien dalam bentuk kuat (strong form).

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu

(historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu,

informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu)

tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan

datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa

investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan

menggunakan data historis.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II 3

Efisien pasar dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar

yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping

dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu)

juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earnings,

dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan

yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat

ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan return abnormal jika strategi

perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah

dipublikasikan. Sebaliknya, jika pasar tidak efisien maka akan ada lag

(ketinggalan/kelambatan) proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan

ini dapat digunakan investor untuk mendapatkan return abnormal.

Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisiensi pasar dimana

semua informasi baik yang terpublikasikan atau tidak dipublikasikan, sudah

tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini

tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal.

Pasar modal di Indonesia termasuk dalam kategori bentuk lemah (weak form).

Oleh karena itu, harga saham mencerminkan informasi historis, merupakan

cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.

6. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)

Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang

dengan modal sendiri. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II 3

modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Manajer keuangan tidak perlu

memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh

terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh

laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan

kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham akan

naik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya laba tidak

relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham.

7. Signalling Theory

Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis

karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran

baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh

investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan

investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh

pasar.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II 3

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima

informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan

menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk

(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi

investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Menurut Sharpe (1997: 211), pengumuman informasi akuntansi memberikan

signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang

(good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham,

dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam

volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi

informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik

terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Haryanto (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio profitabilitas

terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di BEJ. Sampel yang

digunakan dalam penelitian adalah 7 perusahaan yang bergerak di bidang industri

minuman yang tercatat di BEJ dari tahun 2000 sampai tahun 2001. Rasio

profitabilitas yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah return on assets

(ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga saham,

sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II 3

Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh

rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI

periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return on assets

(ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic earning power

(BEP). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut

digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh

terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh

terhadap harga saham.

Susi dan Setiawan (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio

profitabilitas terhadap harga saham industri barang konsumsi yang tergabung

dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan

sebagai variabel independen adalah return on assets (ROA), return on equity

(ROE), net profit margin (NPM), dan earning per share (EPS). Hasil penelitian

yang didapatkan adalah kesemua variabel independen tersebut tidak mempunyai

pengaruh terhadap harga saham.

Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari

perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta, dengan

sampel sebanyak 55 perusahaan dengan periode waktu 2004-2006. Harga saham

merupakan variabel dependen. Variabel independennya meliputi return on equity,

debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian

menunjukkan ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga

saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II 3

Elvira (2008) menganalisis hubungan antara Economic Value Added (EVA),

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS)

terhadap harga saham perusahaan infrastruktur di BEJ. Penelitian ini mengambil

sampel 11 perusahaan infrastruktur yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di

BEJ. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel EVA, ROA dan EPS secara simultan

berpengaruh cukup signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara parsial

menunjukkan hanya EVA dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga

saham sedangkan ROA tidak berpengaruh signifikan. Variabel ROE tidak

dianalisis lebih lanjut karena dikeluarkan dari model regresi sebagai tindakan

perbaikan terhadap gejala multikolinearitas.

Juventus (2008) meneliti pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap

harga saham perbankan di BEJ. Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu return

on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio leverage yang digunakan

adalah debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio (DAR). Penelitian ini

mengambil sampel 23 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ pada tahun

2004-2006. Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan,

maka diperoleh hasil bahwa secara simultan rasio profitabilitas dan leverage

memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perbankan di BEJ. Sacara parsial,

variabel ROE dan DAR memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga

saham. Variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga

saham.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II 3

Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas dan

pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ. Penelitian ini

mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2003-2005 di

BEJ. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CAR),

Total Debt to Total Asset (DTA), Total Asset Turnover (TATO), Inventory

Turnover (ITO), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price

Earning Ratio (PER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai

variabel dependen. Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi

berganda diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen baik secara

simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya variabel CR,

NPM dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham,

sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu

Tahun Peneliti Variabel Uraian Hasil Skala

2003 Haryanto Return On Assets

(ROA), Return On

Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)

Harga saham merupakan

variabel dependen

Sampel yang digunakan

dalam penelitian adalah 7

perusahaan yang bergerak

di bidang industri

minuman yang tercatat di BEJ

dari tahun 2000 sampai tahun 2001.

Hanya ROE yang

berpengaruh terhadap

perubahan harga saham,

sedangkan ROA dan NPM tidak

berpengaruh terhadap harga

saham

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II 3

2003 Sasongko

dan

Wulandari

Return On Assets

(ROA), Earning Per Share (EPS),

Return On Sales (ROS)

dan Basic Earning

Power (BEP) Harga saham merupakan

variabel dependen

Sampel yang digunakan

adalah perusahaan

yang bergerak di bidang industri

manufaktur yang tecatat di BEI periode 2001-2002.

Hanya EPS yang berpengaruh

terhadap harga saham,

sedangkan ROA, ROS, dan BEP

tidak berpengaruh

terhadap harga saham

Rasio

2003 Susi dan

Setiawan

Return On Assets

(ROA), Return On

equity (ROE), Net

Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) Harga saham merupakan

variabel dependen

Sampel yang digunakan

dalam penelitian

adalah perusahaan

yang bergerak di bidang

industri barang konsumsi yang

tergabung dalam indeks LQ45 yang go public di BEJ.

Kesemua variabel

independen tersebut tidak mempunyai pengaruh

terhadap harga saham

Rasio

2007 Halim Return On Equity

(ROE), Debt to Equity

Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),

dan Net Profit Margin

(NPM) Harga saham merupakan

variabel dependen

Sampel yang digunakan

dalam penelitian adalah 55

perusahaan manufaktur

yang listing di Bursa Efek

Jakarta dengan periode waktu

2004-2006.

ROE dan EPS memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap harga saham

perusahaan manufaktur,

sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap harga

saham perusahaan manufaktur

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II 3

Sumber: Penulis, 2009

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan

penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2008 Elvira Economic Value Added

(EVA), Return on

Asset (ROA), Return on

Equity (ROE) dan Earning Per Share

(EPS) Harga saham merupakan

variabel dependen

Sampel yang digunakan

dalam penelitian adalah 11

perusahaan infrastruktur

yang terdaftar selama tahun 2003-2006 di BEJ. Metode statistik yang

digunakan adalah regresi

linear berganda.

EVA, ROA dan EPS secara simultan

berpengaruh cukup signifikan terhadap harga

saham Secara parsial, EVA dan EPS

yang berpengaruh signifikan

terhadap harga saham

sedangkan ROA tidak

berpengaruh signifikan

Variabel ROE tidak dianalisis

lebih lanjut karena

dikeluarkan dari model regresi

sebagai tindakan perbaikan

terhadap gejala multikolinearitas

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II 3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Penulis, 2009

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang

diinvestasikan dalam total aktiva dalam menghasilkan laba perusahaan. Return

perusahaan akan semakin meningkat apabila laba perusahaan meningkat. Apabila

return perusahaan tinggi maka akan menyebabkan harga saham perusahaan

bergerak naik. Jadi, Return On Assets berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan.

Return on assets (x1)

Return on equity (x2)

Net profit margin (x3)

Earning per share (x4)

Harga Saham

(Y)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II 3

Return on common equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan

perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan.

Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham perusahaan

tersebut bergerak naik. Jadi, Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham.

Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah rasio keuangan yang digunakan

untuk mengukur persentase dari sisa setiap dolar setelah semua biaya dan beban,

termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi. Semakin besar

rasio ini menunjukkan semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba yang

pada akhirnya menyebabkan harga saham perusahaan meningkat. Jadi, Net Profit

Margin berpengaruh terhadap harga saham.

Earning per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk

menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan

yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. Apabila EPS suatu

perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan

menyebabkan peningkatan harga saham. Oleh karena itu, Earning Per Share

berpengaruh terhadap harga saham.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

perusahaan. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan

oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi

investor, harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II 3

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan,

berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat.

Hipotesisnya adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net

Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga

saham perusahaan manufaktur baik secara simultan maupun secara parsial.

Universitas Sumatera Utara