Chapter I_6

5
  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan perlindung an yang lentur dan elastis, menutupi  permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada  pengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk mengeluarkan kotoran (Aiache, dkk., 1993). Kerusakan pada kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu di antaranya adalah akibat terjadinya kontak antara kulit dengan panas. Kontak antara kulit dengan panas dalam batas-batas temperatur dan waktu kontak tertentu masih dapat ditoleransi, tetapi panas yang tinggi dan waktu kontak yang cukup lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Makin tinggi temperatur makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan kerusakan pada  jaringan kulit (Suratman, dkk., 199 6). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Jengkol atau Jering atau  Pithecellobium jiringa Jack. atau  Pithecellobium lobatum Benth. adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Dibalik bau yang ditimbulkan jengkol, ternyata terkandung manfaat yang berguna bagi kesehatan. Kulit buah jengkol termasuk limbah di pasar tradisional dan kurang memberikan nilai ekonomis. Universitas Sumatera Utara

description

xxX

Transcript of Chapter I_6

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kulit merupakan jaringan perlindungan yang lentur dan elastis, menutupi

    permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada

    pengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk

    mengeluarkan kotoran (Aiache, dkk., 1993).

    Kerusakan pada kulit dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu di

    antaranya adalah akibat terjadinya kontak antara kulit dengan panas. Kontak

    antara kulit dengan panas dalam batas-batas temperatur dan waktu kontak tertentu

    masih dapat ditoleransi, tetapi panas yang tinggi dan waktu kontak yang cukup

    lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Makin tinggi temperatur

    makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan kerusakan pada

    jaringan kulit (Suratman, dkk., 1996).

    Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

    disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

    dan radiasi (Moenadjat, 2003).

    Jengkol atau Jering atau Pithecellobium jiringa Jack. atau Pithecellobium

    lobatum Benth. adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang

    digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat

    yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Dibalik bau yang ditimbulkan jengkol,

    ternyata terkandung manfaat yang berguna bagi kesehatan. Kulit buah jengkol

    termasuk limbah di pasar tradisional dan kurang memberikan nilai ekonomis.

    Universitas Sumatera Utara

  • Daunnya berkhasiat sebagai obat eksim, kudis, luka dan bisul, kulit batangnya

    sebagai penurun kadar gula darah dan kulit buahnya dapat digunakan sebagai obat

    borok, pembasmi serangga, luka bakar (Ali, 2009; Hutapea, 1994; Dinata, 2009;

    Ogata, 1995; Widowati, dkk., 1997). Biji, kulit batang, kulit buah dan daun

    jengkol mengandung saponin, flavonoida dan tanin (Hutapea, 1994).

    Salah satu kandungan kimia dari kulit buah jengkol yaitu senyawa tanin.

    Tanin berfungsi sebagai astringen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit,

    memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, antiseptik

    dan obat luka bakar (Anief, 1997; Rohmawati, 2008).

    Salep, krim, sistem pemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topikal dan

    tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipakai,

    tetapi bagaimanapun preparat lain seperti pasta, liniment, serbuk dan aerosol (juga

    biasa digunakan) (Ansel, 1989).

    Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

    sebagai obat luar, bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep

    yang cocok. Salep dapat meningkatkan hidrasi pada kulit sehingga akan

    meningkatkan permeabilitas kulit terhadap obat (Padmadisastra,dkk., 2007).

    Bentuk sediaan setengah padat lain selain salep adalah gel, gel merupakan

    sistem semipadat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul

    organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan dalam bentuk gel lebih

    banyak digunakan karena rasa dingin di kulit, mudah mengering membentuk

    lapisan film sehingga mudah dicuci (Suardi, dkk., 2008).

    Absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bawah kulit tercakup masuk ke

    dalam aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Kulit merupakan perintang

    Universitas Sumatera Utara

  • yang efektif terhadap penetrasi perkutan dan senyawa eksternal. Pada umumnya,

    absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti cairan,

    gel, salep, krim atau pasta tidak hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari

    bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam pembawa

    farmasetika dan pada kondisi dari kulit. Pada pemakaian obat secara topikal, obat

    berdifusi dalam pembawanya dan kontak dengan permukaan kulit (stratum

    korneum dan sebum) serta obat selanjutnya menembus epidermis (Ansel, 1989).

    Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian untuk membuat bentuk

    sediaan salep dan gel yang stabil yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol dan

    meneliti perbedaan percepatan penyembuhan luka bakar dari ekstrak kulit buah

    jengkol yang diformulasikan dalam bentuk sediaan salep dan gel.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini

    adalah:

    a. Apakah ekstrak kulit buah jengkol dapat diformulasikan dalam bentuk

    sediaan salep dan gel yang stabil?

    b. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap percepatan

    penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dengan bentuk

    sediaan gel dari ekstrak kulit buah jengkol?

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.3 Hipotesis

    Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai

    berikut:

    a. Ekstrak kulit buah jengkol dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan

    salep dan gel yang stabil.

    b. Terdapat perbedaan percepatan yang signifikan terhadap penyembuhan

    luka bakar antara bentuk sediaan salep dengan bentuk sediaan gel dari

    ekstrak kulit buah jengkol.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1.4.1 Tujuan Umum

    a. Untuk mengetahui ekstrak kulit buah jengkol dapat diformulasikan dalam

    bentuk sediaan salep dan gel yang stabil.

    b. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap percepatan

    penyembuhan luka bakar antara bentuk sediaan salep dan gel dari ekstrak

    kulit buah jengkol.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Untuk membandingkan bentuk sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit

    buah jengkol yang memberikan efek penyembuhan terbaik dari masing-masing

    konsentrasi terbaik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.5 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah:

    a. Dapat memanfaatkan limbah kulit buah jengkol menjadi suatu sediaan

    obat tradisional yang bernilai jual tinggi.

    b. Dapat diperoleh sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol yang

    diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai obat luka bakar.

    1.6 Kerangka Penelitian

    Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

    Salep ektrak kulit buah jengkol 5%

    Gel ektrak kulit buah jengkol 1%

    Evaluasi sediaan

    Penyembuhan luka bakar

    1. Organoleptis 2. Homogenitas 3. pH

    Perubahan diameter luka bakar sampai sembuh

    Universitas Sumatera Utara