Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

20
Model-Consistent Expectations Abdul Hadi Ilman Universitas Teknologi Sumbawa Oktober 2014 Chapter 3 Introduction to Advanced Macroeconomic (Scarth, 2009)

Transcript of Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Page 1: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Model-Consistent ExpectationsAbdul Hadi IlmanUniversitas Teknologi SumbawaOktober 2014

Chapter 3Introduction to Advanced Macroeconomic (Scarth, 2009)

Page 2: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Introduction Dalam pembahasan kita pada bab-bab sebelumnya selalu mengasumsikan bahwa pelaku ekonomi memiliki ekspektasi yang statis (tetap), sehingga seringkali dikejutkan dengan perubahan pada variable tertentu.

Secara umum, permasalahan ekspektasi pertama kali disampaikan oleh Keynes melalui argumennya bahwa adanya ekspektasi yang membuat mekanisme konvergensi ke full equilibrium kurang bisa dipastikan.

Dalam teori makroekonomi modern, para ekonom tidak puas dengan asumsi ekspektasi statis, dan kemudian mereka memfokuskan pada model yang mengandung ekspektasi pelaku ekonomi yang konsisten dengan model tersebut.

Page 3: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Introduction Saat ini, pemodelan kebijakan stabilisasi lebih difokuskan pada aktivitas yang terus berlangsung (ongoing operation), bukan aktivitas satu waktu yang terisolasi.

Analisis tersebut juga membatasi pada model dimana pelaku ekonomi benar-benar mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemrintah.

Dengan demikian terdapat dua kemungkinan akan terjadinya konvergensi pandangan para macroeconomists:

1. Semua analisis modern fokus pada model-consistent expectations

2. Sama-sama menekankan pentingnya micro-foundation

Page 4: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Introduction Ada 4 jenis ekspektasi:

1. Static Expectation

2. Adaptive Expectation

3. Perfect Foresight

4. Rational Expectation

Page 5: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Static Expectation Merupakan model yang paling sederhana, dimana pelaku ekonomi akan berekpektasi tentang variable ekonomi di masa depan sama persis dengan apa yang terjadi pada masa lalu.

Misalnya: tingkat inflasi Indonesia tahun 2013 (yoy) adalah 7%, maka masyarakat berekspektasi bahwa inflasi di tahun 2014 adalah sama, 7%.

Pelaku ekonomi diasumsikan tidak rasional, dengan selalu melakukan kesalahan yang sistematis

Page 6: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Ketidakpastian dalam Makroekonomi Ada tiga aspek ketidakpastian dalam sebuah perekonomian:

1. Situasi dimana pelaku ekonomi memiliki informasi yang tidak lengkap mengenai variabel eksogen

2. Situasi dimana pelakua ekonomi (dan pengambil kebijakan ekonomi ) tidak memiliki informasi yang tidak lengkap mengenai parameter slope dari model

3. Situasi dimana bentuk fungsi hubungan makroekonomi yang penting tidak diketahui secara pasti

Kondisi ketidakpastian sering membuat instrumen-instrumen ekonomi yang telah dibangun tidak mampu bekerja dengan baik

Page 7: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Perfect Foresight Seorang individu diasumsikan sangat adaptif dalam melakukan peramalan sehingga tidak pernah melakukan kesalahan dalam ramalan sebuah variabel ekonomi.

Hipotesis ini merupakan sisi esktrim lainnya dari static expectation

Antara static expectation dan perfect forsesight, di tengah-tengahnya terdapat adaptive expectation.

Tetapi semua 3 hipotesis ini, masih melandaskan pada informasi di masa lalu,

Kenapa tidak menggunakan informasi saat ini ketika melakukan peramalan variabel ekonomi?

Misalnya, ketika bank sentral mengumumkan akan meningkatkan jumlah uang beredar pada tahun depan, maka sebagian besar orang akan berekspektasi bahwa inflasi akan meningkat. Akan tetapi, individu dengan pendekatan adaptive expectation tidak akan melakukan perubahan pada ramalan dia, karena pengumuman terkait kebijakan di masa yang akan datang tidak bisa merubah hasil saat ini

Page 8: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Adaptive Expectations Hipotesis ini dikembangkan oleh Cagan pada tahun 1956, dan dipopulerkan oleh Friedman ketika teori ini berperan penting dalam teorinya tentang permanent-income theory of consumption

Secara sederhana, seorang individu akan meramalkan variabel endogen ekonomi dengan asumsi bahwa nilai variabel di masa yang akan datang merupakan bobot rata-rata dari nilai pada periode sebelumnya.

Pendekatan ini tidak terlalu kompleks dan memiliki konsistensi dalam jangka panjang (dalam arti bahwa pada akhirnya bisa didapatkan nilai yang benar)

Misalnya, ketika tingkat inflasi meningkat dua kali lipat, dalam konteks pendekatan ini maka inflasi di masa yang akan datang (expected inflation) pada akhirnya akan meningkat dua kali lipat juga. Namun, butuh waktu untuk mencapai hasil akhir tersebut dan artinya dalam jangka pendek tidak konsisten dan masih terhadi kesahalan yang sistematis.

Page 9: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Adaptive Expectations Dengan mengabaikan semua unsur kebijakan dan error term, maka fungsi permintaan dan penawaran (Kurva Philips) yang sudah direvisi menjadi seperti:

π adalah expected inflation. Kurva Philips mengandung asumsi bahwa inflasi inti merupakan tingkat inflasi yang dibentuk secara adaptif melalui ekspektasi.

The adaptive-expectations hypothesis didefinisikan sebagai berikut:

Disebut juga sebagai error learning model, karena perubahan ramalan pelaku ekonomi dipengaruhi oleh bagian dari error pada perkiraan sebelumnya.

Page 10: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Adaptive Expectations Jika kita menggunakan hipotesis tersebut untuk beberapa waktu, maka dapat ditulis sebagai berikut:

Dan jika disubstitusi semuanya, akan menjadi:

Dari formulasi yang terakhir inilah, yang menyatakan bahwa π adalah rata-rata tertimbang dari nilai di masa lalu.

Page 11: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Adaptive Expectations

Page 12: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Adaptive Expectations

Page 13: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Rational Expectation (Ratex) Backward-looking vs forward-looking

Hipotesis ini digunakan pada model yang menggambarkan sebuah perekonomian yang sedang mengalami gejolak yang acak (a series of stochastic shocks), sehingga pelaku ekonomi tidak mengetahui segalanya.

Akan tetapi, pelaku ekonomi memahami distribusi probabilitas penyebab gejolak tersebut, sehingga mereka dapat membentuk ekspektasi yang lebih terarah.

Pelaku ekonomi dalam model ini juga melakukan kesalahan (error), akan tetapi tidak sistematis. Ini sesuai dengan metode penyelesaian secara matematis dalam banyak model ekonomi, dimana error diasumsikan bersifat stochastic.

Page 14: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Rational Expectation (Ratex) Pada tahun 70an dan 80an kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Keynes telah gagal total dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi. Kegagalan tersebut menimbulkan pemikiran ekonomi baru yang disebut aliran gelombang baru (New Wave). Aliran ini meninjau kembali premi-premi yang digunakan kubu Keynesian (orang-orang yang mengikuti ajaran Keynes) yaitu perlunya campur tangan pemerintah seperti penerapan kebijaksanaan dan pengaruh ekspektasi terhadap pola konsumsi masyarakat

Page 15: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Rational Expectation (Ratex) Penganut rational expectation (ratex) tidak lain adalah kelompok klasik baru (new-classical), karena asumsi ratex dijadikan oleh kaum tersebut sebagai landasan pokok seluruh analisis dan pemikirannya. John Muth merupakan pencetus pertama ide ratex dimana pada awal 1960-an ia mengemukan premis : ”ekspektasi tiap individu bersifat rasional bila ekspentasi tersebut identik dengan hasil prediksi model”.

Premis ini mengandung pengertian bahwa apabila masyarakat mengetahui benar informasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan maka mereka akan bereaksi dimana reakasi tersebut berciri rasional

Sebagai gambaran, jika masyarakat mengetahui bahwa jumlah uang beredar meningkat dan mereka menyadari bahwa dampaknya akan terasa di dalam peningkatan harga maka ekspektasi harga juga akan ikut meningkat

Page 16: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Rational Expectation (Ratex) Menurut penganut model ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan ekspektasi maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output.

Walau demikian, paham klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat kuat berakar juga pada penganut model ratex. Menurut pandangan penganut ratex jika kesalahan terjadi, intervensi pemerintah semacam contoh di atas tetap tidak diinginkan karena ia justru akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi. 

Menurut penganut ratex kesalahan ekspektasi karena kesulitan memperoleh informasi memang tak dapat dihindarkan meskipun yang bersangkutan sangat rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan pengertian lain, menurut mereka untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus selalu bebas dari membuat kesalahan ekspektasi

Page 17: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Pokok Pikiran Ratex Tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian

Masalah-masalah/peristiwa ekonomi terjadi karena kesalahan dalam memperkirakan peristiwa ekonomi pada masa yang akan dating. Kesalahan tersebut tidak terjadi secara sistematis melainkan secara acak/random

Kritik terhadap Keynes tentang perlunya campur tangan pemerintah dan pembentukan ekspektasi yang didasarkan pada informasi masa lalu

Page 18: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Asumsi Dasar Ratex (1)Semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian.

Keadaan yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku.

Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya.

Page 19: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)

Asumsi Dasar Ratex (2)Semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku.

Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi kedua, tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan. Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah, sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi di berbagai pasar.

Page 20: Chapter 3 model consistent expectations (Scarth)