Cerpen aku dan uang koin 200
-
Upload
alviadn -
Category
Entertainment & Humor
-
view
259 -
download
0
Transcript of Cerpen aku dan uang koin 200
Aku dan Uang Koin 200Karya: Alvi Audina Sari
Hari Senin, tepat pukul 13.00 Aku pulang sekolah, dan langsung menuju
kantin Pak Kapjo. Aku beli es teh minuman Favorit Aku, dan permen rasa menthol.
“Pak, pesen es teh seperti biasa es nya yang banyak yaaa, trus ama permen 3”, Aku
langsung membayar uang , “Nih,Pak” sambil menyerahkan uang 2.000. “Nih,Neng
kembalinya 200 perak ya”. Sambil menyerahkan uang 200 nya. “Makasih ya pak” Aku
tersenyum. Aku langsung menuju tempat parkir sepeda onthel hadiah dari ayah Aku
waktu dulu Aku jadi Juara Kelas V pas Aku SD. Temen-temen Aku udah pada
nunggu dan kita semuanya langsung OTW pulang.
Panas dan teriknya mentari mewarnai perjalanan pulang kita berenam yaitu
Aku,Sintia, Lina, Hani, Adnan, dan Ahmad. Suhu udara siang hari ini panas sekali
bagai masuk pemanggang roti dan sesekali Aku meminum es teh yang tadi Aku beli
dikantin untuk mendinginkan ubun ubun ku yang mendidih dan melegakan
tenggorokanku yang kering dan panas ini. Tanpa sengaja Sintia ingat bahwa seminggu
lagi Erika ulang tahun “Hey.Mbak-mbak dan Mas-mas seminggu lagi Erika ulang
tahun lho, kalian mau pada ngado apa?” tanya Sintia dengan logat jawa ke arab-an
seperti Opek yang menyayi iklan kopi di salah satu stasiun televisi. “Ehmmm, apa
yaa?? Telur rebus terus ditulisin HBD Wish You All the Best yess” ceplos Hani dengan
gaya humornya yang khas.” Ehmm, ngado buah aja, kulit buah juga kaga ape-ape
hehehehe” jawab Ahmad logat plin-plan seperti biasanya.”Hey, kalian ini ngaco
banget sih ditanya serius malah jawabnya kayak gituan bener-bener gilak kalik
yaa??”, jawab Lina dengan nada tingginya. “Hey, sudah Agan-agan jangan ribut dijalan
klo ribut di masjid aja sana, perhatiin jalan pulang sana, kalian mau selamat?” jawab
Adnan dengan gaya sok bijak tapi kata-katanya sungguh nylekitkan hati dan jiwa raga
kami. “Tumben Loe bijak Adnan, tapi... yang bikin enggak enak kata-katamu itu lho
sungguh menyakitkan hati, klo masalah itu kita rembug besuk aja di sekolah, Okeyy??”
ucapku. Semuanya pada setuju. Kita pulang kearah jalan pulang masing masing
dengan melewati butiran debu dan panas dan teriknya matahari memanggang raga.
Sesampai dirumah,Aku disambut oleh Mamaku dengan senyuman bagai
bidadariturun dari surga. Dann... seperti biasanya Aku melemparkan tas,sepatu ke
lantai bagaikan lempar Jumroh di Arab Saudi. Aku langsung lari menuju kamar dan
menghidupkan kipas angin meja milikku angin buatan itu sejuk sekali dan
mendinginkan pembuluh darah yang terbakar di siang hari. Aku melespaskan jilbab dan
menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, percikan air wudhu itu
menyejukkan pikiran dan hatiku yang terbakar oleh panas udara siang hari ini. Aku
mengambil mukena putih suteraku yang ku kenakan setiap hari. Selesai sholat,
Mama mengampiri ku dengan omelan yang menurutku itu keji dan membakar daun
telingaku “Alviiiiii.....” Teriak Mama menuju tempat pesanggrahanku. “Apasih Ma,
Aku barusan pulang sekolah ndang diomeli, capek tau!” ucapku kesal kepada
Mama. “Kamu udah Gede sayang, bisakan klo rapi?? Biar enak dilhat gitu..”ucap
Mama. Maklum Mama paling nggak suka klo anaknya ngga punya sifat rapi disiplin
dan bersih. “iya Mahh, nanti klo udah engga capek lagi pasti Alvi rapiin” ucapku penuh
rayuan “Bener lho ya, jangan bo’ong klo iya tau akibatnya kan??” “Iya Mom” jawabku
singkat penuh senyuman.
Beberapa saat kemudian, Aku ganti seragam sekolah Osis biru putihku dengan
kaos lengan pendek dan tiduran diranjang empukku. Aku sedang memikirkan kado
apa yang bisa ku berikan kepada sahabatku, Erika. Dan sesaat aku sedang tiduran
Mama datang secara tiba-tiba.”Ehh, Mama hehehe” ucap ku cengengesan kepada Mama
“Nah lho belum di rapiin juga kan? Cepet sekarang dirapiin Mama ngga mau kamu
punya karakter yang begitu buruknya! Seperti anak yang ngga pernah diperhatikan olah
Mamanya aja! Cepet sekarang di rapiin!” bentak Mama kepadaku. “Iya Mah” jawabku
singkat sambil beranjak dari ranjangku dan langsung menata dan merapikan tas, sepatu
seragam dan perlengkapan lainnya, tanpa sengaja uang koin 200 perak gambar burung
Jalak Bali uang kembalian jajan dari tempat Pak Kapjo tadi. Aku cuek bebek-in aja tuh
uang kan juga ngga berharga banget gumanku dalam hati. Sesudah itu Mama
menggambil uang duaratus perak tadi. “Kak, simpen nih uang klo terkumpul banyak
kan lumayan” ucap Mama. “Alaahh Ma, Cuma uang segitu aja di openi yang diurus tuh
yang limaratus perak kek, atau seribu, klo cuma uang segitu buat apa sih Ma?? Paling
Cuma dapet permen atu aja” ucapku ngeyel dengan nada sedikit menyepelekan. “Kamu
itu gimana sihh,klo uang segitu bagi yang mbutuhin berharga tau!” ucap Mama penuh
kesabaran. “Iya, Mama” jawabku dengan nada datar. “Awas klo besuk butuh nih uang,
klo mbingungin tujuh keliling, Mama nggak mau tau lho yaa!” ucap Mama dengan nada
sedikit kesal kepadaku.
Keesokan harinya, pagi di sekolah seperti adat biasanya cewek-cewek dikelas
pada nggosip ngga jelas salah satu topik hari ini adalah tentang ulang tahun Erika dan
pagi pagi itu Sintia, Hani ,Lina menyapaku dan langsung menanyaiku tentang rencana
kapan pembelian kado untuk sahabat kami Erika,”Alvi, kapan nih belanja kadonya?”
tanya Hani kepadaku, “Iya nihh, aku tanganku gatel banget pengen shopping udah lama
akunya enggak belanja bareng ama kalian pada” ucap Lina penuh manja. “Lha,nek
sabtu sore aje gimana? Kan kita pada kaga punya kesibukan sendiri-sendiri tuh” ucap
Sintia. “Nah, aku setuju tuh, kumpul di toko nya langsung aja ya... toko Purnama
Godean jam tiga sore tepat jangan ada yang sampe terlambat ingat yaa...” ucapku
kepada ketiga sahabatku. Dan mereka semua pada setuju.
Pada hari sabtu jam tiga sore, seperti apa yang dijanjikan kita kemaren di
sekolah. Aku membawa uang 30.000 dan itupun hasil kerja kerasku menabung dan
menyisakan uang saku sekolah. Kita semua langsung capcus masuk ke dalam sebah
toko itu dan menuju lantai tiga dengan menaiki anak tangga dengan kaki kita masing-
masing. Sesudah sampai ke lantai tiga kami pun berpencar untuk mencari kado. Aku
ingin mengado Boneka, dan Aku memilih boneka hello kitty bewarna pink melihat
harga boneka tesebut. Aku tertegun. Bagaimana mungkin, uangku kurang manalagi
harganya mepet lagi. Aku berusaha mencari teman-temanku yang sedang asyik
memakan es krim disela mbak pelayan toko itu membungkus kado tersebut. Dan
jawaban mereka sama yaitu uangnya pas dan mepet banget alasannya buat bayar uang
parkir. Aku mulai kebingunggan. Aku putuskan untuk mengembalikan boneka itu ke
dalam rak tadi, dan langsung pulang dengan mengayuh sepedaku secepat kilat kuda
berlari.
Sesampai dirumah, Aku lari terbirit-birit menuju kamar seperti orang kebakaran
jenggot saja. Aku mencari uang dua ratus perakku dengan gambar Burung Jalak Bali
tersebut. “Aduh, mana uangku?? Terakhir aku lihat disini deh tapi kenapa enggak ada
ya?” gumanku dalam hati yang sedang mencari koin di bawah ranjang tempat tidurku.
Mama menghampiriku “Kenapa? Kok sepertinya kebinggungan sih? Coba cirtakan
semua sama mama” tanya Mama. “Ini lho Mah, aku mencari uang duaratus perakku
yang kemarin, Mama tau aku kasih kemana itu uang?” ucapku penuh sesal. “Terlambat,
uang itu udah mama masukkin kedalam celenganmu” jawab Mama. Dan langsung Aku
ceritakan semua kepada Mama. Aku terpaksa mengambil uang saku yang tersisa dan
untuk membeli kado incaranku tadi. Langsung Aku menuju toko tersebut.
Sesampai di toko, Aku mencari boneka hello kitty bewarna pink yang lucu, tapi
seperti harapan yang tak kunjung sampai, boneka itu sudah tidak ada, Aku pun
menanyai Mbak Pelayan, “Mbak tau boneka hello kitty warna ping engga?” tanyaku
kepada mbak pelayan toko. “Aduh dek, maaf ya. Boneka itu udah dibeli sama adek
kecil yang memakai rok merah itu” ucap ,mbaknya pelayan toko. Aku terdiam dan
menyesal. Bagaimana mungkin boneka yang udah di sembunyiin rapat-rapat akhirnya
ketahuan juga, Aku pun mencari boneka yang lain dan aku menemukan boneka dengan
mata hitamnya yang mengkilat bagaikan bintang bersinar dilangit terang . Dan harganya
pun mepet sekali dengan uang yang Aku bawa tadi dari rumah seharga 34.800, aku
menuju ke kasir setelah membungkus boneka tersebut dan mendapat kembalian
duaratus perak yang kedua. Aku pulang bersama temanku tadi itu. Dalam perjalanan
pulang Aku berjanji tidak akan menyiayiakan uang koin lagi, dan Aku pun amat sangat
menyesal karena tidak mematuhi nasehat Mama kemaren dan jika mendapat uang koin
itu lagi Aku berjanji akan langsung memasukkan kedalam celengan dengan nilai
berapapun “Andai, aku mematuhi nasehat Mama mesti nggak bakal sekecewa dalam
lautan luka dalam” gumanku dalam hati dan berjanji. Dan berharap Erika suka dengan
apa yang aku berikan kepadanya. Yah semoga.
TAMAT