Cerpen aku dan uang koin 200

8
Aku dan Uang Koin 200 Karya: Alvi Audina Sari Hari Senin, tepat pukul 13.00 Aku pulang sekolah, dan langsung menuju kantin Pak Kapjo. Aku beli es teh minuman Favorit Aku, dan permen rasa menthol. “Pak, pesen es teh seperti biasa es nya yang banyak yaaa, trus ama permen 3”, Aku langsung membayar uang , “Nih,Pak” sambil menyerahkan uang 2.000. “Nih,Neng kembalinya 200 perak ya”. Sambil menyerahkan uang 200 nya. “Makasih ya pak” Aku tersenyum. Aku langsung menuju tempat parkir sepeda onthel hadiah dari ayah Aku waktu dulu Aku jadi Juara Kelas V pas Aku SD. Temen-temen Aku udah pada nunggu dan kita semuanya langsung OTW pulang. Panas dan teriknya mentari mewarnai perjalanan pulang kita berenam yaitu Aku,Sintia, Lina, Hani, Adnan, dan Ahmad. Suhu udara siang hari ini panas sekali bagai masuk pemanggang roti dan sesekali Aku meminum es teh yang tadi Aku beli dikantin untuk mendinginkan ubun ubun ku yang mendidih dan melegakan tenggorokanku yang kering dan panas ini. Tanpa sengaja Sintia ingat bahwa seminggu lagi

Transcript of Cerpen aku dan uang koin 200

Page 1: Cerpen aku dan uang koin 200

Aku dan Uang Koin 200Karya: Alvi Audina Sari

Hari Senin, tepat pukul 13.00 Aku pulang sekolah, dan langsung menuju

kantin Pak Kapjo. Aku beli es teh minuman Favorit Aku, dan permen rasa menthol.

“Pak, pesen es teh seperti biasa es nya yang banyak yaaa, trus ama permen 3”, Aku

langsung membayar uang , “Nih,Pak” sambil menyerahkan uang 2.000. “Nih,Neng

kembalinya 200 perak ya”. Sambil menyerahkan uang 200 nya. “Makasih ya pak” Aku

tersenyum. Aku langsung menuju tempat parkir sepeda onthel hadiah dari ayah Aku

waktu dulu Aku jadi Juara Kelas V pas Aku SD. Temen-temen Aku udah pada

nunggu dan kita semuanya langsung OTW pulang.

Panas dan teriknya mentari mewarnai perjalanan pulang kita berenam yaitu

Aku,Sintia, Lina, Hani, Adnan, dan Ahmad. Suhu udara siang hari ini panas sekali

bagai masuk pemanggang roti dan sesekali Aku meminum es teh yang tadi Aku beli

dikantin untuk mendinginkan ubun ubun ku yang mendidih dan melegakan

tenggorokanku yang kering dan panas ini. Tanpa sengaja Sintia ingat bahwa seminggu

lagi Erika ulang tahun “Hey.Mbak-mbak dan Mas-mas seminggu lagi Erika ulang

tahun lho, kalian mau pada ngado apa?” tanya Sintia dengan logat jawa ke arab-an

seperti Opek yang menyayi iklan kopi di salah satu stasiun televisi. “Ehmmm, apa

yaa?? Telur rebus terus ditulisin HBD Wish You All the Best yess” ceplos Hani dengan

gaya humornya yang khas.” Ehmm, ngado buah aja, kulit buah juga kaga ape-ape

hehehehe” jawab Ahmad logat plin-plan seperti biasanya.”Hey, kalian ini ngaco

banget sih ditanya serius malah jawabnya kayak gituan bener-bener gilak kalik

yaa??”, jawab Lina dengan nada tingginya. “Hey, sudah Agan-agan jangan ribut dijalan

klo ribut di masjid aja sana, perhatiin jalan pulang sana, kalian mau selamat?” jawab

Page 2: Cerpen aku dan uang koin 200

Adnan dengan gaya sok bijak tapi kata-katanya sungguh nylekitkan hati dan jiwa raga

kami. “Tumben Loe bijak Adnan, tapi... yang bikin enggak enak kata-katamu itu lho

sungguh menyakitkan hati, klo masalah itu kita rembug besuk aja di sekolah, Okeyy??”

ucapku. Semuanya pada setuju. Kita pulang kearah jalan pulang masing masing

dengan melewati butiran debu dan panas dan teriknya matahari memanggang raga.

Sesampai dirumah,Aku disambut oleh Mamaku dengan senyuman bagai

bidadariturun dari surga. Dann... seperti biasanya Aku melemparkan tas,sepatu ke

lantai bagaikan lempar Jumroh di Arab Saudi. Aku langsung lari menuju kamar dan

menghidupkan kipas angin meja milikku angin buatan itu sejuk sekali dan

mendinginkan pembuluh darah yang terbakar di siang hari. Aku melespaskan jilbab dan

menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, percikan air wudhu itu

menyejukkan pikiran dan hatiku yang terbakar oleh panas udara siang hari ini. Aku

mengambil mukena putih suteraku yang ku kenakan setiap hari. Selesai sholat,

Mama mengampiri ku dengan omelan yang menurutku itu keji dan membakar daun

telingaku “Alviiiiii.....” Teriak Mama menuju tempat pesanggrahanku. “Apasih Ma,

Aku barusan pulang sekolah ndang diomeli, capek tau!” ucapku kesal kepada

Mama. “Kamu udah Gede sayang, bisakan klo rapi?? Biar enak dilhat gitu..”ucap

Mama. Maklum Mama paling nggak suka klo anaknya ngga punya sifat rapi disiplin

dan bersih. “iya Mahh, nanti klo udah engga capek lagi pasti Alvi rapiin” ucapku penuh

rayuan “Bener lho ya, jangan bo’ong klo iya tau akibatnya kan??” “Iya Mom” jawabku

singkat penuh senyuman.

Beberapa saat kemudian, Aku ganti seragam sekolah Osis biru putihku dengan

kaos lengan pendek dan tiduran diranjang empukku. Aku sedang memikirkan kado

apa yang bisa ku berikan kepada sahabatku, Erika. Dan sesaat aku sedang tiduran

Page 3: Cerpen aku dan uang koin 200

Mama datang secara tiba-tiba.”Ehh, Mama hehehe” ucap ku cengengesan kepada Mama

“Nah lho belum di rapiin juga kan? Cepet sekarang dirapiin Mama ngga mau kamu

punya karakter yang begitu buruknya! Seperti anak yang ngga pernah diperhatikan olah

Mamanya aja! Cepet sekarang di rapiin!” bentak Mama kepadaku. “Iya Mah” jawabku

singkat sambil beranjak dari ranjangku dan langsung menata dan merapikan tas, sepatu

seragam dan perlengkapan lainnya, tanpa sengaja uang koin 200 perak gambar burung

Jalak Bali uang kembalian jajan dari tempat Pak Kapjo tadi. Aku cuek bebek-in aja tuh

uang kan juga ngga berharga banget gumanku dalam hati. Sesudah itu Mama

menggambil uang duaratus perak tadi. “Kak, simpen nih uang klo terkumpul banyak

kan lumayan” ucap Mama. “Alaahh Ma, Cuma uang segitu aja di openi yang diurus tuh

yang limaratus perak kek, atau seribu, klo cuma uang segitu buat apa sih Ma?? Paling

Cuma dapet permen atu aja” ucapku ngeyel dengan nada sedikit menyepelekan. “Kamu

itu gimana sihh,klo uang segitu bagi yang mbutuhin berharga tau!” ucap Mama penuh

kesabaran. “Iya, Mama” jawabku dengan nada datar. “Awas klo besuk butuh nih uang,

klo mbingungin tujuh keliling, Mama nggak mau tau lho yaa!” ucap Mama dengan nada

sedikit kesal kepadaku.

Keesokan harinya, pagi di sekolah seperti adat biasanya cewek-cewek dikelas

pada nggosip ngga jelas salah satu topik hari ini adalah tentang ulang tahun Erika dan

pagi pagi itu Sintia, Hani ,Lina menyapaku dan langsung menanyaiku tentang rencana

kapan pembelian kado untuk sahabat kami Erika,”Alvi, kapan nih belanja kadonya?”

tanya Hani kepadaku, “Iya nihh, aku tanganku gatel banget pengen shopping udah lama

akunya enggak belanja bareng ama kalian pada” ucap Lina penuh manja. “Lha,nek

sabtu sore aje gimana? Kan kita pada kaga punya kesibukan sendiri-sendiri tuh” ucap

Sintia. “Nah, aku setuju tuh, kumpul di toko nya langsung aja ya... toko Purnama

Page 4: Cerpen aku dan uang koin 200

Godean jam tiga sore tepat jangan ada yang sampe terlambat ingat yaa...” ucapku

kepada ketiga sahabatku. Dan mereka semua pada setuju.

Pada hari sabtu jam tiga sore, seperti apa yang dijanjikan kita kemaren di

sekolah. Aku membawa uang 30.000 dan itupun hasil kerja kerasku menabung dan

menyisakan uang saku sekolah. Kita semua langsung capcus masuk ke dalam sebah

toko itu dan menuju lantai tiga dengan menaiki anak tangga dengan kaki kita masing-

masing. Sesudah sampai ke lantai tiga kami pun berpencar untuk mencari kado. Aku

ingin mengado Boneka, dan Aku memilih boneka hello kitty bewarna pink melihat

harga boneka tesebut. Aku tertegun. Bagaimana mungkin, uangku kurang manalagi

harganya mepet lagi. Aku berusaha mencari teman-temanku yang sedang asyik

memakan es krim disela mbak pelayan toko itu membungkus kado tersebut. Dan

jawaban mereka sama yaitu uangnya pas dan mepet banget alasannya buat bayar uang

parkir. Aku mulai kebingunggan. Aku putuskan untuk mengembalikan boneka itu ke

dalam rak tadi, dan langsung pulang dengan mengayuh sepedaku secepat kilat kuda

berlari.

Sesampai dirumah, Aku lari terbirit-birit menuju kamar seperti orang kebakaran

jenggot saja. Aku mencari uang dua ratus perakku dengan gambar Burung Jalak Bali

tersebut. “Aduh, mana uangku?? Terakhir aku lihat disini deh tapi kenapa enggak ada

ya?” gumanku dalam hati yang sedang mencari koin di bawah ranjang tempat tidurku.

Mama menghampiriku “Kenapa? Kok sepertinya kebinggungan sih? Coba cirtakan

semua sama mama” tanya Mama. “Ini lho Mah, aku mencari uang duaratus perakku

yang kemarin, Mama tau aku kasih kemana itu uang?” ucapku penuh sesal. “Terlambat,

uang itu udah mama masukkin kedalam celenganmu” jawab Mama. Dan langsung Aku

Page 5: Cerpen aku dan uang koin 200

ceritakan semua kepada Mama. Aku terpaksa mengambil uang saku yang tersisa dan

untuk membeli kado incaranku tadi. Langsung Aku menuju toko tersebut.

Sesampai di toko, Aku mencari boneka hello kitty bewarna pink yang lucu, tapi

seperti harapan yang tak kunjung sampai, boneka itu sudah tidak ada, Aku pun

menanyai Mbak Pelayan, “Mbak tau boneka hello kitty warna ping engga?” tanyaku

kepada mbak pelayan toko. “Aduh dek, maaf ya. Boneka itu udah dibeli sama adek

kecil yang memakai rok merah itu” ucap ,mbaknya pelayan toko. Aku terdiam dan

menyesal. Bagaimana mungkin boneka yang udah di sembunyiin rapat-rapat akhirnya

ketahuan juga, Aku pun mencari boneka yang lain dan aku menemukan boneka dengan

mata hitamnya yang mengkilat bagaikan bintang bersinar dilangit terang . Dan harganya

pun mepet sekali dengan uang yang Aku bawa tadi dari rumah seharga 34.800, aku

menuju ke kasir setelah membungkus boneka tersebut dan mendapat kembalian

duaratus perak yang kedua. Aku pulang bersama temanku tadi itu. Dalam perjalanan

pulang Aku berjanji tidak akan menyiayiakan uang koin lagi, dan Aku pun amat sangat

menyesal karena tidak mematuhi nasehat Mama kemaren dan jika mendapat uang koin

itu lagi Aku berjanji akan langsung memasukkan kedalam celengan dengan nilai

berapapun “Andai, aku mematuhi nasehat Mama mesti nggak bakal sekecewa dalam

lautan luka dalam” gumanku dalam hati dan berjanji. Dan berharap Erika suka dengan

apa yang aku berikan kepadanya. Yah semoga.

TAMAT