cerita rakyat.docx

11
Cerita rakyat dari Sumatera Selatan– propinsi Sumatera Selatan yang memiliki ibukota bernama Palembangini ternyata memiliki cerita rakyat yang cukup terkenal dan merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang banyak dikisahkan dalam buku-buku pelajaran khususnya sejarah Indonesia. Oleh karena itu marilah kita simakcerita rakyat dari Sumatera Selatan yang berjudul Putri Bongsu Alang. Di daerah Sumatera Selatan tepatnya di tepi Sungai Bilah hiduplah seorang putri yang cantik bernama Bongsu Alang. Kecantikan putri Bongsu Alang semakin bersinar dengan kepribadiannya yang mulia sehingga semua orang menyayanginya. Kecantikan putri ini tersiar hingga ke mana-mana dan sampai ke telinga Raja Nulong. Kemudian raja Nulong mengutus seorang patih untuk datang menemui Putri Bongsu Alang. Kedatangan patih bermaksud untuk menyampaikan pesan Raja Nulong yang ingin mengambilnya sebagai permaisuri. Putri Bongsu Alang mengajukan sebuah syarat yaitu Raja Nulong harus dapat memetik tujuh buah jeruk purut dan dipetik dengan menggunakan kaki. meskipun sulit namun Raja Nulong sudah bertekad untuk menjadikan Putri Bongsu Alang sebagai istrinya. Setelah beberapa hari akhirnya Raja Nulong berhasil memetik tujuh buah jeruk purut dengan menggunakan kaki. jeruk purut itu lalu diletakkan di dalam ruas bambu dan diberikan kepada Putri Bongsu Alang. Sang putri merasa senang dan menerima pinangan raja Nulong. Akhirnya pernikahan pun dilangsungkan dan putri Bongsu Alang diboyong ke istana untuk menjadi permaisuri. Walaupun telah tinggal di istana namun permaisuri tidak menjadi sombong, dia malah sangat berbaik hati kepada semua rakyat. Kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah istana dan masyarakat membuat rakyat mencintai Permaisuri Bongsu Alang. Rakyat hidup dengan makmur dan sejahtera. Di dalam istana Permaisuri memiliki seorang dayang yang di percaya mengurusi semua keperluannya nama dayang tersebut adalah Jebak Jabir. Dayang ini merasa iri kepada Permaisuri dan bermaksud ingin mencelakakannya. Pada suatu hari Permaisuri Bongsu Alang mengajak Dayang Jebak Jabir untuk mandi di sungai. Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Jebak Jabir. Ketika sedang asyik bermain air, Jebak Jabir mengajak Permaisuri Bongsu Alang untuk mandi di tempat yang lebih dalam. Jebak Jabir berjanji akan menjaga permaisuri. Tanpa berprasangka apa-apa permaisuri

Transcript of cerita rakyat.docx

Page 1: cerita rakyat.docx

Cerita rakyat dari Sumatera Selatan– propinsi Sumatera Selatan yang memiliki ibukota

bernama Palembangini ternyata memiliki cerita rakyat yang cukup terkenal dan merupakan

salah satu cerita rakyat Indonesia yang banyak dikisahkan dalam buku-buku pelajaran

khususnya sejarah Indonesia. Oleh karena itu marilah kita simakcerita rakyat dari Sumatera

Selatan yang berjudul Putri Bongsu Alang.

Di daerah Sumatera Selatan tepatnya di tepi Sungai Bilah hiduplah seorang putri yang cantik

bernama Bongsu Alang. Kecantikan putri Bongsu Alang semakin bersinar dengan

kepribadiannya yang mulia sehingga semua orang menyayanginya. Kecantikan putri ini tersiar

hingga ke mana-mana dan sampai ke telinga Raja Nulong. Kemudian raja Nulong mengutus

seorang patih untuk datang menemui Putri Bongsu Alang. Kedatangan patih bermaksud untuk

menyampaikan pesan Raja Nulong yang ingin mengambilnya sebagai permaisuri.

Putri Bongsu Alang mengajukan sebuah syarat yaitu Raja Nulong harus

dapat memetik tujuh buah jeruk purut dan dipetik dengan menggunakan kaki. meskipun sulit

namun Raja Nulong sudah bertekad untuk menjadikan Putri Bongsu Alang sebagai istrinya.

Setelah beberapa hari akhirnya Raja Nulong berhasil memetik tujuh buah jeruk purut dengan

menggunakan kaki. jeruk purut itu lalu diletakkan di dalam ruas bambu dan diberikan kepada

Putri Bongsu Alang. Sang putri merasa senang dan menerima pinangan raja Nulong. Akhirnya

pernikahan pun dilangsungkan dan putri Bongsu Alang diboyong ke istana untuk menjadi

permaisuri.

Walaupun telah tinggal di istana namun permaisuri tidak menjadi sombong, dia malah sangat

berbaik hati kepada semua rakyat. Kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah istana dan

masyarakat membuat rakyat mencintai Permaisuri Bongsu Alang. Rakyat hidup dengan makmur

dan sejahtera. Di dalam istana Permaisuri memiliki seorang dayang yang di percaya mengurusi

semua keperluannya nama dayang tersebut adalah Jebak Jabir. Dayang ini merasa iri kepada

Permaisuri dan bermaksud ingin mencelakakannya.

Pada suatu hari Permaisuri Bongsu Alang mengajak Dayang Jebak Jabir untuk mandi di sungai.

Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Jebak Jabir. Ketika sedang asyik bermain air, Jebak

Jabir mengajak Permaisuri Bongsu Alang untuk mandi di tempat yang lebih dalam. Jebak Jabir

berjanji akan menjaga permaisuri. Tanpa berprasangka apa-apa permaisuri pun mandi ke

tempat yang lebih dalam, ketika itulah Jebak Jabir mendorong permaisuri hingga tenggelam.

Permaisuri yang tidak bisa berenang merasa ketakutan dan akhirnya tenggelam. Jebak Jabir lalu

memakai pakaian permaisuri dan pulang ke istana dan berpura-pura menjadi permaisuri Bongsu

Alang.

Perawakan Jebak Jabir memang sangat mirip dengan Permaisuri, wajah dan bentuk tubuhnya

sangat mirip seperti kembar adanya. Hanya saja Jebak Jabir memiliki kulit yang lebih hitam dari

Permaisuri. Hal ini tidak menimbulkan kecurigaan Raja Nulong. Ketika Jebak Jabir pulang ke

istana dia berpura-pura menangis dan mengatakan kalau Jebak Jabir tenggelam di sungai. Raja

Page 2: cerita rakyat.docx

Nulong yang tidak mengetahui hal ini berusaha menghibur permaisuri palsu. Lalu tinggallah

Jebak Jabir di istana sebagai permaisuri dan tidak ada yang curiga terhadapnya.

Hingga pada suatu hari Raja Nulong berjalan-jalan di tepi sungai, ketika itu Raja Nulong

menemukan bambu yang berisi jeruk purut pemberiannya kepada Permaisuri Bongsu Alang

ketika ingin meminangnya dahulu. Raja Nulong merasa sedih karena menganggap bahwa

permaisuri telah melupakan pemberian itu. Pada ketika itulah terdengar angin berbisik dan

membunyikan suara seorang wanita. Suara tersebut memberitahu kepada Raja Nulong bahwa

Jebak Jabir adalah permaisuri palsu. Suara itu tidak lain adalah suara Permaisuri Bongsu Alang

yang telah berubah menjadi sebatang pohon rindang di tepi sungai.

Mendengar bisikan angin tersebut Raja Nulong sadar kalau dia telah ditipu. Kemudian raja

Nulong segera pulang ke istana dan menemui Jebak Jabir. Mengetahui kalau penyamarannya

telah di ketahui raja, Jebak Jabir menggigil ketakutan dan menceritakan kejadian sebenarnya.

Mendengar cerita itu raja Nulong marah dan memerintahkan bawahannya untuk menangkap

Jebak Jabir dan memberi hukuman setimpal atas kesalahannya.

Seluruh rakyat yang mendengar cerita itu menjadi sedih, mereka berdoa agar permaisuri bisa

kembali menjadi manusia. Karena permaisuri memiliki hati yang mulia maka ia pun berubah

menjadi manusia dan kembali ke istana. Permaisuri hidup bahagia bersama raja Nulong. Pohon

tempat Permaisuri di namai pohon Kayu Si Alang. Lama-kelamaan menjadi kayu Tualang dan

desa itu kini bernama desa Tualang.

Cerita rakyat  dari Sumatera Selatan (Palembang)   yang berjudul Putri Bongsu Alang   ini

menceritakan tentang pengkhianatan yang dilakukan dayang Jabak Jabir. Dayang tersebut

serakah dan merebut takhta permaisuri Raja Nulong dengan membunuh putri Bongsu Alang

dengan cara menenggelamkannya di Sungai Bilah.

Page 3: cerita rakyat.docx

Cerita Rakyat Sumatra Utara - Legenda Batu GantungSuatu hari di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupikebutuhan sehari-hari.

Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba.

Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni. Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu.

Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong. Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosokke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

Page 4: cerita rakyat.docx

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat*! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya.*(menjepit atau menghimpit)

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni

Page 5: cerita rakyat.docx

semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.

Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat putus asa atau lemah semangat. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam, namunia justru terperosok ke dalam lubang batu dan menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia.

Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Demikian cerita tentang asal-usul nama kota prapat

Page 6: cerita rakyat.docx

Cerita Rakyat Sumatera Utara - Legenda Putri BidadarGadis ini selalu dipingit oleh kedua orangtuanya karena parasnya yang cukup cantik bagai seorang bidadari. Di zamannya, gadis ini diyakini yang tercantik diantara gadis-gadis di Silindung (Tarutung). Tak heran, banyak pria yang tergila-gila kepadanya. Namun gadis ini menurut cerita masyarakat dan keturunan keluarganya yang saat ini masih hidup terakhirnya menikah dengan seekor ular.Berawal saat si boru Natumandi diusianya yang sudah beranjak dewasa, memiliki pekerjaan sehari-hari sebagai seorang petenun ulos. Di sebuah tempat khusus yang disediakan oleh orangtuanya, setiap hari Si boru Natumandi lebih sering menyendiri sambil bertenun, kesendirian itu bukan karena keinginannya untuk menghindar dari gadis-gadis desa seusianya, namun karena memang kedua orangtuanya-lah memingit karena terlalu sayang.

Salah satu warga Desa Hutabarat yakni Lomo Hutabarat (51) yang mengaku satu garis keturunan dengan keluarga Si Boru Natumandi belum lama ini berkata, bahwa dulunya kampung halaman Si boru Natumandi adalah di Dusun Banjar Nahor, Desa Hutabarat, namun dusun itu kemudian pindah sekitar 500 meter dari desa semula dan sekarang diberi nama Dusun Banjar Nauli.

Dikatakan Lomo Hutabarat, bahwa dari 3 anak si Raja Nabarat (Hutabarat) antara lain Sosunggulon, Hapoltahan dan Pohan, Si boru Natumandi dikatakan berasal dari keturunan Hutabarat Pohan. Sementara itu keturunan Si boru Natumandi lainnya yakni L Hutabarat (76) mengisahkan, bahwa dia juga tidak mengetahui persis cerita yang sebenarnya tentang Si boru Natumandi, menurutnya ada beberapa versi tentang legenda gadis cantik ini.

Berikut kisah Siboru Natumandi yang diketahui L Hutabarat. Suatu hari di siang bolong, Si boru Natumandi sibuk bertenun di gubuk khususnya, tiba-tiba seekor ular besar jadi-jadian menghampirinya, konon ular tersebut dikatakan orang sakti bermarga Simangunsong yang datang dari Pulau Samosir. Saat ular itu berusaha menghampiri si boru Natumandi, ia justru melihat sosok ular tersebut adalah seorang pria yang gagah perkasa dan tampan. Saat itulah, sang ular berusaha merayu dan mengajak Si boru Natumandi untuk mau menikah dengannya.

Melihat ketampanan dan gagahnya sang ular jadi-jadian tersebut, Si boru Natumandi akhirnya menerima pinangan tersebut, setelah pinangannya diterima, sang ular kemudian mengajak Si Boru Natumandi untuk pergi menuju ke arah sungai Aek Situmandi dan melewati tempat pemandian sehari-hari Si boru Natumandi di Sungai Aek Hariapan. Dari tempat itu, mereka meninggalkan pesan kepada orangtua Si Boru Natumandi dengan cara menabur sekam padi dari tempat bertenun hingga ke Liang Si boru Natumandi sekarang. Pesan sekaligus tanda itu artinya agar Bapak/Ibu dan semua keluarga mengetahui kalau dia telah pergi dan akan menikah dengan seorang pria, dimana sekam padi tersebut bermakna sampai dimana sekam ini berakhir, disitulah Si Boru Natumandi berada.

Sore harinya, saat kedua orangtuanya pulang dari perladangan, mereka mulai curiga melihat putri semata wayang mereka tidak ada ditempatnya bertenun dan juga tidak ada dirumah, akhirnya kedua orangtuanya memutuskan untuk memberitahukan warga sekitar untuk melakukan pencarian.Melihat sekam padi yang bertaburan bak sebuah garis pertanda dan tak kunjung ditemukannya Si boru Natumandi hingga keesokan harinya, akhirnya taburan sekam di tepi sungai Aek Situmandi dan berujung disebuah liang/gua yang hanya berjarak sekitar

Page 7: cerita rakyat.docx

500 meter dari kampung halaman Si boru Natumandi diyakini kalau Si boru Natumandi menikah dengan seekor ular.

Namun versi cerita lainnya, ternyata Si boru Natumandi tidak menikah dengan siluman ular yang bermarga Simangunsong, akan tetapi siluman ular tersebut malah meninggalkan si boru Natumandi begitu saja disebuah hamparan tak berpenduduk.

Setelah ditinggalkan begitu saja, Si boru Natumandi terus menerus menangis karena telah tertipu siluman ular tersebut, namun ketika itu seorang pengembala datang dan menghampirinya, penggembala tersebut juga terpikat melihat keindahan tubuh dan kecantikannya, lalu sipengembala mengajaknya agar mau menikah dengannya. Konon dalam versi ini, si pengembala tersebut dikatakan bermarga Sinaga.

Si pengembala kemudian membawa Si boru Natumandi ke Pulau Samosir untuk dinikahi. Berselang beberapa generasi keturunan si boru Natumandi dan si pengembala bermarga Sinaga tersebut di Samosir, keturunannya dikatakan pernah berusaha mencari asal usul si boru Natumandi (Untuk mencari Tulang/pamannya). Usaha pun dimulai dengan menyeberangi Danau Toba dengan sebuah perahu kayu menuju Kota Tarutung dengan membawa sejumlah makanan khas adat batak. Namun sesampainya di Sipoholon (Kota Sebelum Tarutung saat ini) ada keturunan Hutabarat Pohan bermukin disana, yakni dari keturunan Raja Nabolon Donda Raja.

Saat rombongan bertanya tentang Si boru Natumandi, keturunan Raja Nabolon Donda Raja yang tinggal di Sipoholon langsung mengakui kalau merekalah keturunan si boru Natumandi, dan saat itu makanan yang dibawa keturunan si boru Natumandi langsung mereka terima hingga akhirnya acara syukuran pun dilakukan. Padahal keturunan Si boru Natumandi sebenarnya adalah anak kedua dari si Hutabarat Pohan yakni si Raja Nagodang yang sampai saat ini masih ada tinggal di Dusun Banjar Nauli.

Setelah acara syukuran dilakukan, rombongan keturunan Si Boru Natumandi pun berangkat kembali ke Samosir untuk memberitahukan kabar tersebut kepada keluarga. Namun saat menyeberangi Danau Toba perahu yang mereka tumpangi tenggelam hingga semua yang ada dalam perahu meninggal dunia.

Versi selanjutnya, Si boru Natumandi dikatakan menikah dengan resmi, hal ini menurut L Hutabarat, karena sejak dia masih kecil pernah melihat sebuah guci yang terbuat dari kayu tempat mas kawin si boru Natumandi di rumah saudaranya boru Simatupang. Saat itu, boru Simatupang mengatakan kepada L Hutabarat bahwa guci tersebut adalah tempat mas kawin si boru Natumandi.

Guci tersebut konon memiliki sejarah tersendiri, dimana isi guci tersebut hanya dipenuhi kunyit yang suatu saat akan berubah menjadi kepingan/batangan emas, hal ini diberikan dan dipastikan keluarga suami Si boru Natumandi yang memiliki kesaktian, dan selanjutnya kepada kedua orangtuanya diminta untuk tidak membuka guci tersebut sebelum tujuh hari tujuh malam. Akan tetapi, orangtua Si boru Natumandi melanggar permintaan tersebut.

Setelah kedua orangtuanya membuka guci itu, ternyata kunyit tersebut sudah mulai berubah mejadi batangan emas murni. Nasib sial pun dialami kedua orangtua Si boru Natumandi kala itu. Tatkala usia orangtua Si boru Natumandi beranjak ujur, akhirnya mereka menimbun emas tersebut di Dolok Siparini (Masih di Desa Hutabarat) karena takut akan menjadi bahan rebutan bagi adik-adiknya dan keluarganya (Dari pihak laki-

Page 8: cerita rakyat.docx

laki) suatu saat nanti, sebab banyak diantara keluarganya yang mengetahui tentang kisah guci ini.

Saat ini, lokasi Gua Liang Si Boru Natumandi dijadikan sebagai salah satu objek wisata oleh Pemkab Taput. Banyak orang berkunjung ke tempat ini untuk meminta rejeki atau hal-hal lain. Hal terbukti dimana di lokasi liang Si Boru Natumandi terdapat tumpukan-tumpukan sesajen yakni berupa puntungan-puntungan rokok yang tersusun teratur dan beberapa kelopak daun sirih. Sayangnya, penataan objek wisata ini masih kurang mendapat perhatian dari pihak Pemkab Tapanuli Utara. Sebab di sekitar lokasi ini, masih belum ada penataan objek wisata yang baik, dan masih banyaknya sampah di areal gua ini.