Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah...

40
1 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG EDISI KHUSUS 72 TAHUN INDONESIA MERDEKA

Transcript of Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah...

Page 1: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

1Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

CeranaBULE TIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

E D I S I K H U S U S 7 2 T A H U N I N D O N E S I A M E R D E K A

Page 2: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

2 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Page 3: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

3Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

PENGANTAR REDAKSI

DITERBITKAN OLEH :DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAKOTA TANJUNGPINANGJl. Gatot Subroto, KM. 5 BawahTANJUNGPINANG - KEPULAUAN RIAU

Cerana

PENGARAHKEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAKOTA TANJUNGPINANG PENANGGUNGJAWAB

PELAKSANA HARIAN/PEMIMPIN REDAKSI

REDAKTUR PELAKSANA

SEKRETARIS REDAKSI

TIM REDAKSI

FOTOGRAFER

LAYOUT

SEKRETARIS DINAS KOMINFO

KABID PENGELOLAAN INFORMASI DAN SALURAN KOMUNIKASI PUBLIK

KASI KEMITRAAN KOMUNIKASI DAN PENGELOLAAN MEDIA

SOEWISTYANA LUKITO AMBARSARI

TEGUH SUSANTO, IVAN ‘abenk, ZULKARNAIN, RAJA DEDIAN, YULI, MARDIANA, CHAIRANI

RAZIB ‘bingal, IRWAN ’Iwink

d’Rush

[email protected]

https ://kominfo.tanjungpinangkota.go.id

Diskominfo Tanjungpinang

@kominfoTPI

Dilihat dari jumlah penduduk, Tanjungpinang dikategorikan sebagai kota sedang dengan jumlah penduduk sekitar 258.000 jiwa yang tersebar di 4 kecamatan dan 18 kelurahan. Namun secuil kota di Selatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai ibukota Provinsi Kepri, namun sejak sebelum masa kemerdekaan Tanjungpinang juga menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau Lingga. Kemudian pada masa awal kemerdekaan sempat menjadi ibukota Provinsi Riau, dan kini kembali menjadi pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

Cerita mengenai kegemilangan Tanjungpinang pada masa awal kemerdekaan, ketika Tanjungpinang pernah menjadi pusat pendidikan di Kepulauan Riau, sempat digelari dengan surga dollar, dan sepenggal kisah mengenai berkibarnya Merah Putih untuk kali pertama menjadi sajian khusus di Majalah Cerana Edisi III.

Dengan segala keterbatasan yang ada mencakup sumber daya alam dan sumber-sumber pembiayaan daerah, pembangunan Kota Tanjungpinang tetap berdenyut kencang menuju kegemilangan. Optimalisasi pembangunan yang menuntut ketepatan perencanaan untuk menghasilkan program dan kegiatan yang efektif serta efisien, membuahkan prestasi Anugerah Pangripta Nusantara. Sebuah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada daerah yang memiliki perencanaan pembangunan terbaik di Indonesia. Tentu tidak mudah untuk menggapai prestasi itu tanpa dukungan seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat Tanjungpinang. (redaksi)

SURGA DOLLAR

D I AWA L

Page 4: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

4 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

DAFTAR ISI

PANDANGANBAGIMU NEGERI JIWA RAGA KAMI

6

LAPORAN UTAMACERITA DIBALIK TUGU PROKLAMASI TANJUNGPINANG

8

LAPORAN UTAMARIWAYAT PUSAT PEMERINTAHANTANJUNGPINANG

10

LAPORAN UTAMASURGA DOLLAR DAN EKONOMITANJUNGPINANG PASCA KONRONTASI

12

LAPORAN UTAMATANJUNGPINANG SEMPAT MENJADI PUSAT PENDIDIKAN

14

LAPORAN UTAMAPERJUANGAN MENEGAKKANKEDAULATAN INDONESIA DI TANJUNGPINANG

16

KESEHATAN300 ANGGOTA KELOMPOK RELAWAN DONOR DARAH

17

EKONOMIPENGUATAN EKONOMI DAERAH MELALUI EKONOMI KREATIF

18

PEMBANGUNAN300 ANGGOTA KELOMPOK RELAWAN DONOR DARAH

19

PEMBANGUNANANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA BUKTI KESERIUSAN PEMKO TANJUNGPINANG

22

PARIWISATAPROMOSIKAN WISATA DAERAH

24

LIPUTAN KHUSUSSAMPAH LAUT, URUSAN SIAPA ?

26

LIPUTAN KHUSUSPEMBATASAN KEWENANGAN

PENGELOLAAN LAUT

28

LIPUTAN KHUSUSSEPEKAN DINAS PERKIM

FOKUS BERSIHKAN SAMPAH LAUT

30

Page 5: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

5Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Page 6: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

6 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Tujuh belas Agustus menjadi hari dan tanggal istimewa bagi segenap jiwa di segenap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal dan bulan yang sama 72 tahun lalu, Bung

Karno dan Bung Hatta mewakili bangsa dan rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebuah pernyataan sikap dan pernyataan politik yang mengakhiri perjuangan panjang penuh pengorbanan para pendahulu bangsa. Kita semua tentu menyadari sangat tidak mudah bagi Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan itu. Karena merdeka tidak hanya sekadar sebuah pernyataan, tapi juga memiliki implikasi lainnya.

Setelah pernyataan merdeka, negara Indonesia tidak lantas terbentuk begitu saja. Karena untuk menjadi sebuah negara, penulis terkenang mata pelajaran Penididikan Moral Pancasila (PMP) sewaktu duduk di bangku SMP 30 tahun lalu, Indonesia masih harus memiliki rakyat, wilayah, pemerintahan, dan pengakuan dari negara lain. Bagaimana dalam tempo sesingkat-singkatnya para pendiri bangsa mampu mendirikan sebuah negara, kita yang masih bisa membaca tulisan ini sangat patut dan wajib menjinakkan segala bentuk kesombongan. Generasi yang masih mampu berdiri, sangat patut dan wajib mengangkat tangan memberi hormat kepada Sang Merah Putih!

Tanggal tujuh belas bulan Agustus 72 tahun lalu, sekaligus menjadi awal perjalanan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dan kini menjadi negara besar. Setidaknya, menurut penulis, dengan artian besar dalam jumlah penduduk dan luas wilayah. Perjalanan bangsa di awal-awal kemerdekaan juga masih menemukan banyak hambatan dan rintangan.

BAGIMU NEGERIJIWA RAGA KAMI

Pembangunan untuk mensejahterakan rakyat tidak langsung berjalan mulus, karena para pendiri bangsa masih harus memberantas upaya-upaya pemberontakan dan pengkhianatan terhadap NKRI. Mirip dengan cerita film serial mengenai kekaisaran Cina yang sangat penulis gemari, banyak intrik politik dan kepentingan kelompok yang berusaha menjadi kekuatan utama hingga menyebabkan perpecahan sampai hancurnya suatu kerajaan.

Kuatnya nasionalisme, persaudaraan, persatuan, dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia hingga detik ini masih mampu menjaga keutuhan NKRI. Kebhinekaan yang ada, ditambah dengan fakta bahwa wilayah dan penduduk Indonesia tersebar pada ribuan pulau, di era ketika kini hedonisme menjadi racun hati, lagu kebangsaan Indonesia Raya masih dinyanyikan dari Aceh sampai ke Papua. Meski pertelingkahan para elit negeri sempat menumbuhkembangkan kecurigaan antara kelompok dalam masyarakat, memakmurkan kalimat saling hujat, sampai pada mengaduk-aduk emosi, namun tidak sampai merusak semangat kebersamaan, persatuan, dan kesatuan rakyat Indonesia. Pancasila masih menjadi dasar negara Indonesia.

Kemudian di awal Agustus lalu, penulis mendengar kisah seorang pegawai kelurahan di lingkungan pemerintah Kota Tanjungpinang berkeliling untuk mensosialisasikan Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara Nomor B-545/M.Sesneg/Set/TU.00.04/06/2017 tanggal 15 Juni 2017 tentang Partisipasi Menyemarakkan Bulan Kemerdekaan. Untuk kali pertama sepanjang keterbatasan pengetahuan penulis, pemerintah menginstruksikan pemasangan bendera Merah Putih selama satui bulan penuh mulai tanggal 1 sampai dengan

Oleh : Teguh Susanto

PANDANGAN

Page 7: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

7Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

31 Agustus. Ketika sampai pada sebuah rumah toko di kawasan bisnis di Bintan Center, pegawai tersebut menemui pemilik dan menghimbau agar dapat menaikkan bendera Merah Putih di halaman rukonya.

Jawaban yang diberikan pemilik ruko itu sungguh menyayat hati. Kata-kata tak pantas keluar, intinya tidak bersedia dan tidak akan menaikkan bendera. Yang sangat menyakitkan hati pegawai itu, dan juga penulis, adalah seorang paruh baya yang nota bene hidup lebih berkecukupan itu justru bertanya “apa yang sudah diberikan negara untuk saya, hingga saya harus memasang bendera? Kalimat-kalimat selanjutnya sampai membuat pegawai wanita itu harus kembali ke kantor, bingung entah sedih, kesal, atau marah, sampai akhirnya memilih melaporkan kejadian tersebut kepada Pak Lurah. Sikap yang diperlihatkan pria paruh baya itu ketika diminta menaikkan bendera Merah Putih, bagi penulis telah cukup menjadi dasar untuk berani mengatakan bobroknya mental dalam memaknai kemerdekaan. Ini bukan kisah sinetron atau telenovela, tapi kisah nyata dan terjadi dekat sepenggalah penulis bermastautin.

Apa yang telah diberikan negara? Para pahlawan pendahulu bangsa dulu berjuang mengorbankan tenaga, pikiran, harta, hingga nyawa hanya agar kita saat ini dapat menikmati rasa aman dan kebebasan. Sama sekali tidak terpikir atau bahkan sempat terlintas untuk bertanya apakah nantinya yang akan diberikan negara untuk mereka. Hanya ada tekad agar kita saat ini bisa bebas mengeluarkan pendapat, bebas memilih pekerjaan, bebas memilih tempat tinggal, bebas memilih sekolah, bebas memilih pasangan hidup, sampai pada bebas memilih mengisap rokok merek apa saja. Sebelum merdeka, jangan berharap kita bebas mengeluarkan pendapat karena bisa dianggap memberontak. Sekolah, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mencari istri pun mungkin dibatasi.

Apakah pantas ada pertanyaan apa yang telah diberikan negara ketika hanya diminta menaikkan bendera bangsanya sendiri? Tegaknya badan dan lantangnya suara ketika menyanyikan Indonesia Raya pun bahkan sama sekali tidak sebanding, dengan berapa banyak manfaat yang telah kita terima dari negara. Apatah lagi menghormati karya para pejuang kemerdekaan dan pendiri bangsa dengan cara paling mudah bin murah, hanya dengan menaikkan bendera. Negara ini diperoleh dari hasil perjuangan panjang penuh tangis penderitaan dan darah, bukan negara dari hasil pemberian atau kongsi-kongsi penjajah.

Dalam perkembangannya dewasa ini, didukung oleh teknologi informasi yang begitu maju ketika android dan internet tak lagi menjadi barang mewah, media sosial menjadi tempat curahan atau limpahan keluh kesah. Siapa saja dengan mudah meng-up load segala macam bentuk perasaan. Termasuk gambar atau foto paradoks yang ingin mengkontradiksikan makna kemerdekaan bagi netizen. Sah sah saja karena memang hal itu mungkin ditujukan untuk menggambarkan fakta tentang kondisi bangsa. Pemerintah sendiri juga tidak harusnya menutup mata,

malah justrunya menjadikan fakta di lapangan sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan. Karena merdeka itu juga tidak bisa dengan mudah diartikan sebagai kata untuk menghapus segala macam hambatan.

Penulis berpandangan merdeka itu tidak harus berarti tidak ada lagi jembatan ambruk, tidak akan ada lagi anak bersekolah jalan kaki, tidak akan ada lagi jalan berlubang, tidak akan ada lagi anak jalanan, tidak akan ada lagi pengiriman tenaga kerja keluar negeri, tidak akan ada lagi pembantu rumah tangga, atau bahkan tidak ada lagi kesulitan hidup. Meski tujuan negara merdeka itu sendiri adalah untuk meningkatkan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Negara pasti berniat untuk mencapai tujuan tersebut, karena hal itu telah diamanahkan dalam UUD 1945. Namun tentunya hal itu harus melalui proses panjang, terlebih kondisi geografis dan kemajemukan di tanah air begitu yang begitu komplek menjadi tantangan tersendiri. Tapi jujur saja penulis tidak mampu menggambarkan secara konkrit, komprehensif, dan lebih spesifik tentang hal ini.

Merdeka dari kacamata penulis cukup sederhana saja. Merdeka adalah kita bebas berpikir, bertindak, dan berkarya dengan cara, budaya, keinginan, serta kemampuan yang kita miliki. Contoh terdekat mengenai makna merdeka bagi penulis adalah penulis bebas berpikir, berpendapat, dan membuat tulisan ini sendiri. Sesuatu yang mungkin tidak akan didapat seandainya kita belum merdeka.

Empat baris lirik lagu Bagimu Negeri karya Kusbini, bagi penulis sudah cukup membuat merindingkan bulu roma. Lebih bisa merasakan syukur hidup di alam merdeka. Sekaligus merasa kerdil, malu, dan tak tahu cara memberikan yang terbaik untuk negeri meski hidup dibiayai oleh negara. Sementara banyak saudara sebangsa yang hidup dengan upayanya sendiri, telah berkarya untuk Indonesia. Ketika menyaksikan Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Taufik Hidayat, atau pasangan Owi-Butet mampu membuat Merah Putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di Olimpiade, perasaan kerdil itu semakin menjadi-jadi.

Memberikan yang terbaik kepada negara dengan posisi, status, pekerjaan, atau kemampuan yang kita miliki, menurut penulis adalah cara terbaik untuk menghargai jerit dan jerih para pendahulu bangsa. Karena terlanjur memilih menjadi abdi negara dan pelayan masyarakat, tentunya penulis harus menjalankan tugas fungsi yang telah ditetapkan secara maksimal, melayani, dan bekerja dengan jujur. Para pemilik status atau pekerjaan lainnya tentu juga memiliki cara tersendiri untuk memperlihatkan rasa terima kasih kepada para pendahulu bangsa, dan memberikan bakti untuk negeri. Dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai dasar berpikir, penulis rasa merupakan cara sederhana untuk berbakti kepada bangsa ini. Atau dengan cara lebih murah bin mudah lagi yaitu menaikkan bendera di halaman rumah, dan tidak bertanya tentang apa yang negara berikan kepada kita. (teguh susanto)

PANDANGAN

Page 8: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

8 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

Meski Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun Kepulauan Riau (dulu Riau) baru bergabung dalam NKRI pada tahun 1949. Sebelumnya keterlambatan bergabungnya Riau ke dalam pemerintah Republik Indonesia dikabarkan disebabkan oleh keterlambatan informasi mengenai kemerdekaan Indonesia. Namun salah seorang tokoh masyarakat Kepulauan Riau dan mantan Ketua Dewan Penasehat Veteran Kepulauan Riau almarhum H. Imam Sudrajat pernah menceritakan kepada penulis, sebagaimana juga pernah dimuat di LKBN Antara pada tanggal 14 Agustus 2015, keterlambatan itu disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat masyarakat Tanjungpinang saat itu.

Sebagian kelompok masyarakat berkeinginan agar Tanjungpinang menjadi bagian dari Singapura yang saat itu masih menjadi wilayah kolonial Inggris.

Namun didasarkan pada faktor sejarah nusantara, kelompok lain justru ingin Tanjungpinang menjadi bagian dari Indonesia.

Di tengah tarik ulur keinginan tersebut, pada tahun 1949 Mochtar Husein beserta rekan-rekannya memberanikan diri untuk menyatakan keinginan masyarakat Kepulauan Riau untuk bergabung ke dalam wilayah Indonesia. Keinginan tersebut disambut positif, dan mendapat dukungan penuh Presiden RI Soekarno.

Page 9: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

9Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

Setelah mendapat jawaban positif dari Bung Karno, pada tanggal 29 Desember 1949 Mochtar Husein dan rekan-rekan mengibarkan bendera Merah Putih di halaman sebuah rumah yang lokasinya berada di depan Gedung Daerah. Kini rumah tersebut sudah tidak ada, namun lokasinya persis berada di

pintu keluar pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, di sekitar Tugu Proklamasi saat ini. Cerita mengenai bendera

Merah Putih yang dikibarkan oleh Mochtar Husein saat itu, juga hampir mirip dengan sejarah Bendera Pusaka Merah Putih yang dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati. Merah Putih pertama yang berkibar di Tanjungpinang dijahit oleh ibu mertua H. Imam Sudrajat, Rahma binti Rahmat dan seorang warga tepi laut yang bernama Uni Daiya.

Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 tidak serta merta membuat seluruh wilayah nusantara menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Papua, contohnya baru bergabung ke dalam NKRI melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969. Kepulauan Riau yang memiliki kesempatan bergabung dalam wilayah kolonial Inggris bersama Singapura, justru memilih menjadi bagian dari Republik Indonesia. (d’guh)

C E R I T A D I B A L I K

TANJUNGPINANG

Page 10: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

10 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

Tanjungpinang sebuah kota kecil yang sarat dengan sejarah sebagai suatu daerah pusat pemerintahan. Pada masa Kesultanan Johor Riau Lingga, Tanjungpinang tepatnya Pulau Penyengat

menjadi pusat pemerintahannya. Pada tahun 1958 ketika Provinsi Sumatera Tengah dimekarkan menjadi 3 provinsi, Riau, Jambi, dan Sumatera Barat, Kota Tanjungpinang ditetapkan sebagai daerah ibukota Provinsi Riau (sebelum akhirnya dipindahkan ke Pekanbaru). Sejarah Kota Tanjungpinang sebagai pusat pemerintahan kembali terjadi ketika Kota Tanjungpinang ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2002.

Kongres Rakyat Riau pada tahun 1956 menghasilkan beberapa keputusan yang salah satunya adalah tuntutan pemekaran Provinsi Riau dari Provinsi Sumatera Tengah. Wilayah yang masuk dalam tuntutan pembentukan Provinsi Riau saat itu adalah Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Inderagiri, dan Kabupaten Kepulauan Riau. Melalui Undang-Undang

R I W A Y A TP USAT P EM ER INTAHAN TANJUNGPINANG

Nomor 61 Tahun 1958 Provinsi Riau terbentuk dan Tanjungpinang ditetapkan sebagai ibukotanya. S.M Amin dilantik sebagai Gubernur Riau pertama pada tanggal 5 Maret 1958 di Tanjungpinang.

Namun penetapan Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Riau hanya bersifat sementara. Ketika situasi pertahanan dan keamanan di Riau daratan yang berkecamuk akibat pemberontakan PRRI telah terkendali, pemerintah mulai memikirkan penetapan daerah ibukota Provinsi Riau yang defenitif. Dibentuklah Panitia Penyelidik Penetapan Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Riau. Setelah mendengar pendapat tokoh-tokoh masyarakat di seluruh wilayah Riau, Penguasa Perang Riau Daratan, dan Penguasa Perang Riau Kepulauan, Kota Pekanbaru diusulkan sebagai daerah ibukota Provinsi Riau. Yang kemudian ditetapkan secara defenitif melalui Surat Keputusan Mendagri Nomor Des.52/1/44.25 tanggal 20 Januari 1959. Ibukota Provinsi Riau pindah dari Tanjungpinang ke Pekanbaru, dan setahun kemudian S.M Amin digantikan oleh Letkol Kaharuddin Nasution.

Pelantikan Mr. S.M. Amin Sebagai Gubernur/Kepala Daerah Provinsi Riau oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen Mr. Sumarman, di Tanjungpinang, 5 Maret 1958 Sumber : ANRI

Page 11: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

11Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Kantor Gubernur di Tanjungpinang pertama setelah terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau

U T A M ALAPORAN

Awalnya, pemindahan ibukota Provinsi Riau ke Pekanbaru tidak menimbulkan dampak signifikan. Karena ekonomi di Tanjungpinang ketika itu bisa dikatakan jauh lebih baik dari daerah lain di Indonesia. Berlakunya mata uang dolar Singapura sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk gaji pegawai negeri sipil dan militer, justru menjadikan Tanjungpinang semakin makmur. Namun setelah pecah konfrontasi dengan Malaysia yang diikuti oleh pemberlakuan mata uang rupiah Kepulauan Riau, perekonomian Tanjungpinang terhenti bahkan sempat menimbulkan kepanikan karena kelangkaan bahan kebutuhan pokok.

Seiring dengan perjalanan roda pemerintahan di zaman orde baru, pembangunan Provinsi Riau terkonsentrasi di Pekanbaru. Kepulauan Riau yang tak lagi dapat merasakan wangi zaman dolar semakin tertinggal. Sumber daya alam di Kepulauan Riau dieksploitasi dan hasilnya justru dipergunakan untuk terus meningkatkan kualitas pembangunan di pusat pemerintahan Riau di Pekanbaru.

Setelah era orde baru berakhir, sekitar masyarakat Kepulauan Riau bersama-sama melakukan gerakan politik. Selain dipicu oleh ketidakpuasan akibat tidak meratanya pembangunan wilayah, rentang jarak yang jauh karena dipengaruhi letak geografis dengan Riau daratan, faktor sosial budaya, dan faktor politik pada tahun 1999

masyarakat Kepulauan Riau menggelar musyawarah besar di Tanjungpinang. Musyawarah besar tersebut menghasilkan tiga tuntutan yang pada intinya adalah pembentukan Provinsi Kepulauan Riau melalui pemekaran dari Provinsi Riau.

Tentu saja proses pemekaran provinsi Kepulauan Riau tidak semudah dan secepat mengedipkan mata. Pertentangan politik dan kepentingan mewarnai perjalanan tuntutan pembentukan provinsi Kepulauan Riau. Namun perjuangan rakyat Kepulauan Riau memisahkan diri dari Riau membuah hasil manis, dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Undang-undang tersebut sekaligus menetapkan Kota Tanjungpinang sebagai daerah ibukota Provinsi Kepulauan Riau.

Tanjungpinang identik dengan pusat pemerintahan di tiga periode pemerintahan. Periode pemerintahan masa kesultanan, periode pemerintahan masa awal kemerdekaan, dan periode saat ini. (d’guh)

Page 12: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

12 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

Meski Indonesia telah merdeka tahun 1945 dan Merah Putih telah berkibar pada tahun 1949 di Tanjungpinang, kedaulatan Indonesia belum sepenuhnya

menguasai sendi-sendi kehidupan masyarakat Tanjungpinang dan Kepulauan Riau ketika itu. Dipengaruhi oleh letaknya yang justru jauh lebih dekat ke dua negara tetangga Malaysia dan Singapura, sekitar tahun 60an dolar Singapura justru seolah menjadi mata uang resmi di Tanjungpinang. Masyarakat Tanjungpinang saat itu menyebut kondisi tersebut dengan zaman dollar. Tanjungpinang ketika itu bahkan disebut sebagai “surga dollar”.

Kehidupan ekonomi masyarakat Tanjungpinang ketika itu jauh di atas rata-rata ekonomi masyarakat daerah lain. Menurut cerita orang-orang tua, banyak pegawai negeri daerah lain yang minta dipindahkan dinas ke Tanjungpinang. Bayangkan, ketika itu sekitar tahun 1957 sampai tahun 1963 gaji terendah seorang pegawai negeri di Tanjungpinang sebesar 150 dollar Singapura

SURGA DOLLAR DAN EKO N O M I TA N JUN G PIN A NG

PASCA KON F RON TASIatau setara Rp. 450, dengan perbandingan gaji pegawai negeri di daerah lain hanya puluhan rupiah saja. Dengan gaji sebesar itu, biaya kebutuhan makan satu keluarga untuk satu hari hanya sekitar 5 sen. Biaya hidup ketika itu lebih murah, karena pasokan barang dari Singapura atau Malaysia lebih cepat sampai ke Tanjungpinang dibandingkan pasokan barang dari Pekanbaru atau Jawa. Seluruh kebutuhan pokok masyarakat Tanjungpinang ketika itu adalah produk impor, branded. Jam Rolex asli bahkan bukan ukuran kesejahteraan orang Tanjungpinang saat itu, karena siapapun bisa saja memiliki Rolex asli.

Tanjungpinang yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai daerah dollar (dollargebied), menjadi daerah tujuan kedatangan penduduk dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari pegawai negeri sampai buruh pelabuhan, berkeinginan pindah dan bekerja di Tanjungpinang untuk mendapatkan peluang kesejahteraan yang lebih baik. Banyak cerita yang mengatakan bahwa buruh pelabuhan di Tanjungpinang ketika itu bisa membeli kaos merek swan setiap hari. Ketika baju kotor dan basah oleh keringat, kaos tersebut

Pangkalan bis dan taksi di Tanungpinang21 April 1953

Page 13: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

13Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

langsung dibuang begitu saja dan tak perlu dicuci lagi. Sebab upah mereka lebih dari cukup untuk sekadar membeli kaos merek swan.

Masa kejayaan dan keemasan surga dollar Singapura berakhir ketika pecah konfrontasi dengan Malaysia. Singapura ketika itu masih bergabung dengan Federasi Malaysia. Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan tegas, dan sejak 15 Oktober 1963 seluruh mata uang Singapura dan Malaysia yang beredar di Tanjungpinang ditarik dari peredaran. Istilahnya saat itu dedollarisasi, dimana mata uang Singapura dan Malaysia diganti dengan Rupiah Kepulauan Riau (KR.Rp) dengan nilai tukar 1 : 1. Kurs KR.Rp dengan rupiah saat itu adalah 3 KR.RP setara dengan 1000 rupiah. Uang Rupiah Kepulauan Riau sengaja dibuat sebagai mata uang dan alat pembayaran yang sah selama masa transisi untuk menggantikan fungsi dollar Singapura dengan rupiah.

Pasca konfrontasi, perekonomian di Kota Tanjungpinang mengalami kesuraman. Hubungan perdagangan dengan Singapura dan Malaysia terputus. Hal ini menyebabkan pasokan barang kebutuhan pokok harus didatangkan dari Pekanbaru atau Jawa, dengan jarak dan waktu tempuh jauh lebih lama hingga menyebabkan harga-harga barang melejit tinggi. Hubungan perdagangan yang tercipta sejak ratusan tahun dengan negeri serumpun Melayu terputus begitu saja, hingga perekonomian Tanjungpinang seketika jatuh ke titik terparah. Terlebih letak geografis Tanjungpinang jauh dari rentang kendali perekonomian di Pekanbaru dan Jakarta. Sejak masa konfrontasi itu, berakhirlah era keemasan dollar di Tanjungpinang.

Keterpurukan ekonomi dan terancamnya pemenuhan kebutuhan masyarakat Tanjungpinang pasca konfrontasi menjadi isu nasional. Gubernur Riau ketika itu Kaharudin Nasution membentuk tim untuk secara khusus menangani permasalah ekonomi yang terjadi di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Tim tersebut bertugas menyusun dan menyampaikan usulan program pengendalian kebutuhan pokok masyarakat Tanjungpinang, Kepulauan Riau, kepada pemerintah pusat. Usulan yang disampaikan antara lain : mengharapkan tindakan pemerintah pusat untuk mengatasi kesulitan ekonomi yaitu tentang pengiriman bantuan bahan kebutuhan pokok untuk daerah Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Hasilnya, untuk menanggulangi masalah perekonomian di Kepulauan Riau, di tingkat pusat pemerintah membentuk Komando Tertinggi Urusan Ekonomi (KOTOE), dan Gubernur Riau ditunjuk sebagai pembantu KOTOE.

Pemerintah Daerah Tingkat II Kepulauan Riau pada masa itu sampai harus membuat kebijakan penggunaan kupon untuk pembelian bahan kebutuhan pokok. Kebijakan ini dibuat untuk membuat pemerataan menghindari terjadinya monopoli penguasaan bahan kebutuhan pokok, dan menciptakan pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Tanjungpinang. Pergantian dollar Singapura ke KR.Rp menjadi awal kemerosotan perekonomian Tanjungpinang.

Pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1966 Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak dan Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik melaksanakan perundingan di Bangkok. Pada tanggal 11 Agustus 1966 pemerintah kedua negara menandatangani persetujuan normalisasi hubungan bilateral, dan sejak 31 Agustus 1967 Indonesia dan Malaysia kembali membuka hubungan diplomatik yang sempat terhenti.

Tanjungpinang sempat mengalami pasang surut perekonomian. Zaman keemasan sebelum konfrontasi dengan Malaysia melahirkan sebutan surga dollar kepada Tanjungpinang, namun ketika konfrontasi perekonomiannya jatuh ke titik terendah sampai pemerintah harus membagikan kupon pembelian sembako. Tidak hanya itu, masa konfrontasi juga menimbulkan maraknya perdagangan ilegal di Tanjungpinang atau istilahnya saat itu semoukil. Awalnya perdagangan ilegal ini dilakukan oleh para nelayan hanya untuk membeli kebutuhan pokok. Namun kemudian berkembang lebih luas tidak hanya sebatas kebutuhan pokok. Setelah hubungan kedua negara pulih, perekonomian Tanjungpinang membaik meski tak lagi segemilang masa keemasan surga dolar. (d’guh)

Page 14: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

14 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

U T A M ALAPORAN

TANJ UN G P I N ANG SEM PAT M ENJADIP USAT PEND ID IKAN

Meski mungkin kini telah tersaingi oleh Batam, Tanjungpinang tetap memegang peranan penting di sektor ekonomi dan pendidikan. Hal ini tak lepas dari status dan sejarah panjang Tanjungpinang sebagai pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Di tahun tahun awal kemerdekaan Indonesia, Kota Tanjungpinang menjadi magnet karena faktor dolar Singapura yang menjadi mata uang transaksi perdagangan dan bahkan untuk membayar gaji pegawai negeri. Faktor tersebut turut memberi pengaruh terhadap perkembangan pendidikan di Tanjungpinang.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Tanjungpinang telah berkembang menjadi pusat pendidikan di Riau dan Kepulauan Riau. Sejarawan Kepri Aswandi Syahri dalam artikelnya “Dari Cornets de Grootfonds Hingga Riouw Studiefonds (Sekolah dan Pendidikan Modern di Kepulauan Riau 1857 – 1939) yang pernah dimuat di Batam Pos edisi 10 Januari 2016, mengatakan, bahwa pendidikan di Kepulauan Riau sudah mulai jauh sebelum Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara lahir. Dalam artikelnya itu Aswandi menyebutkan, dua resident Riouw yang berjasa dalam pembangunan yayasan pendidikan adalah Cornet de Groot yang mendirikan Cornet de Grootfonds, dan Doeve yang mendirikan Doeve Stichting.

Sebuah laporan jurnalistik berjudul Asrama Doeve Stiching yang dimuat dalam majalah Waktoe edisi No. 9. Tahun III, Sabtu 26 Maret 1949 terbitan Medan yang ditulis oleh Kemalawati, melaporkan perjalanan dunia pendidikan di Tanjungpinang di tahun-tahun awal kemerdekaan. Dalam laporan tersebut dimuat sebuah foto yang dikenal orang sebagai Asrama Pelajar yang dibangun oleh Riouw Studie Fonds (RSF) yang dibangun tahun 1939. Dikatakan dalam laporan itu bahwa sejak sebelum perang dunia ke 2 di Tanjungpinang telah ada asrama untuk para pelajar yang datang dari kepulauan di sekitar Tanjungpinang dan daerah lainnya. Setelah perang dunia ke 2, Kemalawati dalam laporannya mengatakan bangunan asrama pelajar itu diperbesar. Mengenai lokasi bangunan asrama pelajar Riouw Studies Fonds itu persisnya kini berada di Kantor Camat Tanjungpinang Barat.

Asrama pelajar di Tanjungpinang itu merupakan pusat pelajar yang ada di Kepulauan Riau. Laporan jurnalistik itu juga menyebutkan bahwa asrama pelajar di Tanjungpinang juga pernah dikunjungi oleh utusan-utusan dari Kalimantan Barat. Meski tidak menjelaskan kenapa utusan dari Kalimantan Barat mengunjungi asrama pelajar, diperkirakan bahwa utusan tersebut merupakan pelajar yang berasal dari Kalimantan Barat.

Page 15: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

15Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Wakil Presiden Mohammad Hatta mengunjungi Asrama PelajarTanjungpinang, 20 April 1953

SUMBER : ANRI

Sejarah masa lalu memperlihatkan bahwa Tanjungpinang pernah menjadi pusat pendidikan di Kepulauan Riau. Hal itu merupakan faktor yang dijadikan salah satu pertimbangan Pemerintah Kota Tanjungpinang, untuk kembali menjadikan Tanjungpinang sebagai kota pendidikan. Selain tentu saja pertimbangan bahwa Kota Tanjungpinang kini juga menjadi pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

Di wilayah Kepulauan Riau, setidaknya dunia pendidikan di Tanjungpinang mulai bangkit. Didukung dengan adanya 6 perguruang tinggi, perguruan tinggi negeri UMRAH, Stisipol Raja Haji, STIE Pembangunan, Stikes Hang Tuah, STAI Miftahul Ulum, dan Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia (STTI), Tanjungpinang diyakini akan menjadi tujuan kedatangan pelajar atau mahasiswa di Kepulauan Riau. Tentunya pembangunan dunia pendidikan di Tanjungpinang tidak hanya bisa mengandalkan pemerintah secara sepihak. Dengan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, bukan tidak mungkin Kota Tanjungpinang akan kembali menjadi pusat pendidikan di Kepulauan Riau.

Kemajuan dunia pendidikan di Tanjungpinang tempo dulu juga dapat diketahui dari jejak sejarah yang masih tersisa. Bangunan museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah kini, dulunya merupakan bangunan sekolah dasar Belanda HIS (Holland Inlands School) untuk kelompok masyarakat dari keturunan bangsawan dan golongan ekonomi kelas atas di Tanjungpinang, yang didirikan pada tahun 1918. Pada masa kemerdekaan, bangunan HIS dijadikan SD 01 dan kini menjadi bangunan museum. Selain SD 01 yang secara khusus ditujukan bagi anak keturunan bangsawan dan ekonomi menengah ke atas, di Tanjungpinang ketika itu juga terdapat sekolah setingkat SD lain yang pada tahun 1948 namanya berubah menjadi Lagere School. (d’guh)

TUGU PENSILmerupakan simbol bahwa masyarakat Kepulauan Riau,

khususnya Tanjungpinang, secara resmi telah bebas buta huruf.Tugu ini dirancang arsitek putera daerah, Ir. Nizar Nasir. Peletakan

batu pertamanya dilakukan pertengahan 1962 oleh MenteriPendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Prijono. Peresmiannya

dilakukan Bupati Kepulauan Riau Haji Adnan Kasim.

U T A M ALAPORAN

Page 16: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

16 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Dari tulisan seorang sejarawan Kepri Aswandi Syahri berjudul Gelora Api Proklamasi di Tanjungpinang (1945-1948) sebagaimana dimuat di halaman perada koran Tanjungpinang Pos yang terbit pada tanggal 13 Agustus 2017, diketahui bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 tidak serta merta membuat Merah Putih dengan mudah berkibar di Tanjungpinang. Berita kemerdekaan Indonesia sendiri baru sampai ke Tanjungpinang pada tanggal 29 September 1945, melalui siaran radio dan surat kabar yang justru terbit di Singapura. Sejak saat itu, masyarakat Tanjungpinang melakukan berbagai daya upaya untuk mempertahankan proklamasi dan mengibarkan Sang Merah Putih.

Ternyata banyak kisah yang mengiringi berkibarnya Merah Putih di Tanjungpinang. Menurut keterangan mantan Ketua Dewan Penasehat Veteran Kepulauan Riau almarhum H. Imam Sudrajat, Merah Putih baru berkibar di Tanjungpinang pada tanggal 29 Desember 1949 di lokasi yang kini dijadikan taman Tugu Proklamasi Tanjungpinang. Membaca penuturan almarhum saja sudah cukup untuk menggambarkan sulitnya mengibarkan bendera Indonesia di Tanjungpinang. Namun membaca sejarah yang ditulis kembali oleh Aswandi Syahri, semakin membuka mata bahwa para pendahulu orang Tanjungpinang kembali harus berjuang untuk mengibarkan Merah Putih meski Indonesia telah merdeka.

Merunut ke belakang, seperti yang dituliskan Aswandi Syahri, respon fisik dan politik terhadap berita kemerdekaan Indonesia muncul pada bulan November 1945. Hal itu diawali setelah dr. Iljas Datuk Batuah dan perwakilan Indonesia di Singapura dibawah pimpinan Hutabarat membuka kantor cabang organisasi Gerakan Merah Putih di Tanjungpinang. Organisasi ini sendiri memiliki tugas utama untuk menyebarkan agitasi anti Belanda, propaganda mendukung Proklamasi 17 Agustus 1945, dan membela Merah Putih sebagai simbol proklamasi. Munculnya gerakan ini menimbulkan semangat di kalangan pemuda Tanjungpinang ketika itu.

Pada bulan Mei 1946, semangat proklamasi 17 Agustus 1945 di Tanjungpinang mencapai puncaknya. Para pemuda di Tanjungpinang di – bully Belanda sebagai Republik Yogya, ketika ibukota Indonesia sempat dipindahkan sementara ke Yogyakarta karena Jakarta kembali diduduki Belanda. Namun hal itu tidak mengendurkan semangat pemuda di Tanjungpinang untuk mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Untuk memfasilitasi semangat tersebut, dr. Iljas Datuk Batuah dan Raden Soebarma mendirikan Badan

P E R JUANGAN M ENEGAKKANKEDAU LATAN IND ONESIA

D I TANJU NGPINANGKedaulatan Indonesia Riouw (BKIR). Sedangkan dari kelompok pemuda mendirikan organisasi sayap yang dinamakan Angkatan Moeda Indonesia Riouw (AMIR). Organisasi ini mengumpulkan segala macam informasi untuk disampaikan kepada pimpinan Kantor Perwakilan Republik Indonesia yang baru dibuka di Singapura, Mr. Oetoyo Ramelan.

AMIR yang kebanyakan terdiri dari pemuda usia 30-an, adalah salah satu organisasi pro kemerdekaan Indonesia yang bereaksi keras terhadap peristiwa gugurnya Sunaryo di penjara benteng KNIL Tanjungpinang. Pada tahun 1947, AMIR pernah berkirim surat ke Residen Riau yang isinya meminta agar dapat menggunakan bendera Merah Putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya setiap tanggal 17 Agustus. Namun keinginan ini ditolak, dan otoritas Belanda yang saat itu masih berada di Tanjungpinang mengambil keputusan untuk membubarkan BKIR dan AMIR. Pembubaran ini diikuti dengan pemindahan pimpinan BKIR keluar Tanjungpinang, yakni dr. Iljas Datuk Batuiah ke Taluk Kuantan dan Raden Soebarma ke Bandung.

Peristiwa itu tersebut tidak lantas menyurutkan semangat anak-anak muda yang tergabung dalam AMIR. Dalam sebuah rapat rahasia, anak-anak muda yang pernah tergabung dalam AMIR sampai mengambil kesepakatan untuk melakukan pemberontakan bersenjata terhadap otoritas Belanda di Tanjungpinang. Namun keputusan hasil rapat rahasia itu bocor ke tangan otoritas Belanda, hingga pada tanggal 5 Juni 1958 polisi Belanda melakukan penggeledahan terhadap rumah-rumah pimpinan dan anggota AMIR. Akibatnya pengurus AMIR, Muhammad Amin Ali dan Chairoel Ali Rasahan ditangkap dan ditahan. Penangkapan dan penahanan itu dilakukan karena berdasarkan hasil penggeledahan polisi Belanda di kediaman mereka, ditemukan arsip-arsip mengenai pergerakan AMIR. Selang dua hari kemudian, pengurus AMIR lainnya Hasjim Ali yang merupakan saudara kandung Muhammad Amin Ali. Akhirnya 14 pengurus dan 12 anggota AMIR ikut ditangkap polisi Belanda.

Atas tuduhan melakukan perlawanan terhadap otoritas Belanda di Tanjungpinang, Muhammad Amin Ali dan kawan kawan ditahan di penjara Tanjungpinang. Mereka baru dibebaskan pada bulan Juli 1949, setelah kasusnya dideponering Jaksa Residen Riouw atas jaminan Muchtar Husin selaku Ketua Dewan Riau. Meski telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, masyarakat di Tanjungpinang masih harus melakukan perjuangan melawan otoritas Belanda dan menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Kepulauan Riau. (d’guh)

U T A M ALAPORAN

Page 17: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

17Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

K E S E H A T A N

Ketersediaan stok darah menjadi masalah tersendiri di Kota Tanjungpinang. Sebab permintaan darah pasien sangat tinggi, sementara stok darah yang tersedia di Palang Merah Indonesia kerap tidak mencukupi. Untuk menyiasati hal tersebut, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang membentuk kelompok sukarelawan pendonor darah di tiap kelurahan.

Saat ini sudah ada 8 kelurahan yang sudah memiliki sukarelawan pendonor darah. Bila sewaktu-waktu di butuhkan mereka siap menyunbangkan darahnya kepada pasien. “Namun kelompok ini, kita fokuskan untuk ibu hamil yang membutuhkan darah. Tapi tidak menutup kemungkingkinan juga untuk pasien-pasien lain,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang, Rustam.

Delapan kelurahan yang telah memiliki kelompok sukarelawan pendonor darah adalah :

1. Kelurahan Batu IX2. Kelurahan Melayu Kota Piring3. Kelurahan Kampung Bulang4. Kelurahan Kampung Bugis5. Kelurahan Tanjung Unggat6. Kelurahan Dompak7. Kelurahan Bukit Cermin, dan 8. Kelurahan Pinang Kencana

Jumlah anggota kelompok relawan pendonor darah yang tergabung dalam delapan kelompok tersebut mencapai 300 orang. Menurut Rustam, jumlah tersebut

akan bertambah karena beberapa kelurahan lainnya juga akan membentuk kelompok serupa. “Upaya ini kita lakukan untuk mengantisipasi kemungkinan kematian ibu. Kerena tahun lalu angka kematian ibu sudah nol,” katanya.

Selain memfasilitasi pembentukan kelompok relawan pendonor darah, dinas kesehatan juga telah menjalin kerjasama dengan penyediaan mobil ambulance dengan masyarakat. Melalui kerjasama tersebut, saat ini telah terdapat 20 unit kendaraan pribadi masyarakat yang siap dipergunakan sebagai kendaraan angkut yang berfungsi sebagai ambulance. Meski tidak menutup kemungkinan untuk dipergunakan bagi penanganan medis lainnya, ambulance itu lebih diprioritaskan untuk pelayanan persalinan ibu hamil. “Untuk Kelurahan Penyengat kita sudah buat pompong menjadi ambulance warga. Kerjasama pembentukan ambulance warga tersebut bukan karena kurangnya ambulance yang ada saat ini. Namun lebih kepada upaya untuk mempermudah ibu hamil mendapatkan transportasi untuk melahirkan,” tambah Rustam. (d’guh)

.

3 00 ANGGOTAKELOMPOK R E L AWA N D ONOR DA RAH

Page 18: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

18 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH mengatakan bahwa penguatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan cara memberikan nilai tambah pada sebuah produk. Untuk menghasilkan nilai tambah pada sebuah produk, diperlukan kreativitas pelaku ekonomi. Ekonomi kreatif, menurut walikota, adalah peluang usaha yang selalu terbuka dan memiliki potensi untuk berkembang serta bersaing dengan produk lainnya. Hal itu dikatakan walikota dalam dialog bersama insan kreatif dalam acara Fasilitasi Kemitraan Insan Kreatif Kota Tanjungpinang di hotel Merlin, Rabu 5 Juli 2017.

“Untuk bersaing secara ekonomi, diperlukan sentuhan-sentuhan kreatif yang juga memerlukan insan kreatif. Dengan begitu produk kreatif bisa dikembangkan lebih baik. Perlu inovasi-inovasi dari pelaku usaha. Contohnya, kulit ikan pari ternyata bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis,” ungkap walikota.

Selain mengolah atau menghasilkan produk bernilai tambah, walikota juga mengingatkan bahwa suatu produk kreatif sekalipun tetap memerlukan pemasaran yang kreatif. Pelaku usaha dituntut untuk menguasai teknologi informasi yang berkembang pesat. Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi informasi, merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh para pelaku usaha ekonomi kreatif untuk mengekspansi produknya.

Insan kreatif, menurut walikota sangat berperan dalam mengembangkan potensi ekonomi Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang sendiri juga dinilai memiliki sumber-sumber daya yang jika dimanfaatkan secara kreatif akan

PEN G UATAN EKONOM I DAERAHM ELALUI E KONOMI KREATIF

mampu bersaing, dan pada sendirinya akan membangun perekonomian daerah. Terlebih Tanjungpinang merupakan daerah transit, serta daerah penyangga bagi daerah lain di sekitarnya.

“Banyak potensi di Tanjungpinang yang dapat dimanfaatkan sebagai produk bernilai ekonomi. Saya sangat mengharapkan kegiatan ini mampu melahirkan ide-ide luar biasa untuk mengembangkan produk kreatif. Kita harus menjawab tantangan ekonomi yang semakin terbuka dengan ide dan cara kreatif,” harap walikota.

Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Insan Kreatif Kota Tanjungpinang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, dan diikuti oleh 100 pelaku usaha ekonomi kreatif. Kegiatan itu sendiri ditujukan untuk membuka jaringan kerjasama pelaku ekonomi kreatif, dan akses untuk menembus pasar. Permasalahan klasik mengenai modal pengembangan usaha, menjadi salah satu hambatan yang ingin dicarikan solusi melalui kegiatan tersebut.

Melalui dialog antara pelaku usaha ekonomi kreatif bersama Direktur Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif RI dan manajer bukalapak.com, pelaku usaha ekonomi kreatif di Tanjungpinang diberi pemahaman serta kiat-kiat menembus pasar. Dan seperti yang disampaikan oleh walikota, menurut manajer bukalapak.com setiap produk yang ingin berdaya saing harus memiliki keunggulan, dan karakter. Untuk memenuhi spesifikasi tersebut diperlukan sentuhan kreativitas pada suatu produk. (d’guh)

EKONOMI

Page 19: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

19Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Sepuluh peserta dari Kota Tanjungpinang berhasil lulus seleksi administrasi Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kepri. Empat dari sepuluh peserta lomba

inovasi TTG dari Tanjungpinang yang dinyatakan lulus seleksi awal itu berasal dari Poltekes Tanjungpinang, tiga dari umum, dua peserta berasal dari SMK Negeri 3 Tanjungpinang, dan satu peserta berasal dari UMRAH.

Secara keseluruhan, lomba inovasi TTG tingkat Provinsi Kepri Tahun 2017 diikuti oleh 30 peserta, dan sepertiganya berasal dari Kota Tanjungpinang. Menurut Kepala Seksi Usaha Ekonomi Masyarakat dan Teknologi Tepat Guna Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tanjungpinang, Weldi, pada tahun 2016 lalu peserta lomba inovasi TTG dari Kota Tanjungpinang yang mengikuti lomba tingkat provinsi hanya 5 peserta.

“Alhamdulillah, tahun ini Kota Tanjungpinang berhasil mengirimkan peserta lomba TTG terbanyak

SEPERTIGA PESERTA LOMBA TTG PROV I NSI KE PRI DARI TA NJ U NGPI NA NG

untuk tingkat Provinsi Kepri. Tahun-tahun sebelumnya, paling banyak hanya 5 peserta,” terang Weldi. Selanjutnya, sepuluh peserta lomba inovasi TTG dari Kota Tanjungpinang ini akan mengikuti lomba inovasi TTG tingkat Provinsi Kepri yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 sampai dengan 19 Mei 2017 di Kepri Mall, Batam.

Seluruh peserta asal Tanjungpinang yang mengikuti lomba inovasi TTG tingkat Provinsi Kepri ini merupakan hasil seleksi lomba inovasi TTG yang sebelumnya dilaksanakan Pemerintah Kota Tanjungpinang. Dari sepuluh perangkat inovasi teknologi tepat guna yang berhak mengikuti lomba di tingkat provinsi, empat perangkat TTG merupakan peralatan teknologi yang berkaitan dengan kelautan. Seperti Ketosan Cangkang Gonggong Pengawet Alami Ikan yang dibuat oleh mahasiswa Poltekes, Septictank Apung dengan media biofilter untuk masyarakat pesisir (Poltekes), Perangkat Pengering dan Pengasapan Ikan Otomatis (UMRAH), dan Mesin Pengayak Bilis (SMK Negeri 3). (d’guh)

PEMBANGUNANANPEMBANGUNANAN

Page 20: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

20 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

GALERIMERDEKA

Page 21: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

21Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

LERIMERDEKA

Page 22: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

22 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

PEMBANGUNANAN

ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARABUKTI

KE SERIUSAN PEMKO TANJUNGPINANG

Tanjungpinang, Kota Den ga n Pe renca na a n Te rba ik I I I N a sio nal

Pemerintah Kota Tanjungpinang kembali meraih prestasi di tingkat nasional. Setelah melalui seleksi ketat terhadap 99 kota di Indonesia, Kota Tanjungpinang berhasil memboyong

Anugerah Pangripta Nusantara (APN) Tahun 2017, sebagai Kota dengan Perencanaan Terbaik III di tanah air. Kota Tanjungpinang sekaligus menjadi satu-satunya kota dari luar pulau Jawa yang

meraih penghargaan ini. Peringkat pertama diraih oleh Kota Batu, Jawa Timur, dan peringkat kedua diraih Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Page 23: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

23Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

PEMBANGUNANAN

Anugerah Pangripta Nusantara merupakan penghargaan yang diberikan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Kementeria PPN/Bappenas) kepada daerah yang berprestasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Tujuan anugerah ini adalah dalam upaya mendorong dan memotivasi daerah provinsi, kabupaten/kota untuk menyiapkan dokumen rencana pembangunan secara lebih baik, konsisten, komprehensif, terukur, dan dapat dilaksanakan. APN juga ditujukan untuk menciptakan insentif bagi pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan yang baik dan bermutu.

Penghargaan APN langsung diserahkan oleh Menteri PPN/Bappenas Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro kepada Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu 26 April 2017. Keberhasilan Kota Tanjungpinang menerima penghargaan APN memperlihatkan bahwa Pemerintah Kota Tanjungpinang sangat serius dalam menyusun perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan yang sistematis serta terukur dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, dan tingkat kota menjadi salah satu kredit poin penting yang mengindikasikan tingginya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH mengatakan, meski Pemerintah Kota Tanjungpinang mungkin belum mampu menata pembangunan secara menyeluruh, namun upaya pemerintah kota telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Keberhasilan Kota Tanjungpinang menerima penghargaan APN sendiri, sebut walikota tidak terlepas dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), serta penyusunan Rencana Kerja (Renja) APBD yang seirama.

“Penghargaan APN ini bukanlah menjadi tujuan utama kita dalam menyusun dan melaksanakan pembangunan di daerah. Namun hal ini memperlihatkan keseriusan seluruh elemen pemerintah dan masyarakat Tanjungpinang untuk bersama membangun daerah. Selanjutnya kita harus mampu menjalin sinergi pembangunan yang lebih baik antara pemerintah pusat dan daerah,” ungkap walikota.

Penghargaan APN sendiri bukan sekedar proses seremonial bagi-bagi piala atau selembar sertifikat. Banyak tahapan penilaian kinerja yang harus dilalui Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk bisa meraih peringkat ketiga terbaik nasional dalam urusan penyusunan perencanaan pembangunan. Sebelum melangkah untuk seleksi di tingkat nasional, Kota Tanjungpinang harus lebih dulu “menyisihkan” 6 kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan Riau. Penilaian tahap I dan tahap II yang dilaksanakan tim penilai tingkat

provinsi terhadap RKPD dan verifikasi melalui interview, menjadikan Kota Tanjungpinang sebagai yang terbaik di tingkat Provinsi Kepulauan Riau.

Tahapan penilaian selanjutnya lebih berat, karena penilaian tahap III dan tahap IV langsung dilaksanakan oleh tim dari kementerian. Kepala Bapelitbang Kota Tanjungpinang Drs. Surjadi, MT harus menyampaikan presentasi mengenai keterkaitan antara RKPD dengan RPJMD dan RKP tahun 2017. Evaluasi terhadap konsistensi perencanaan pembangunan, dan dengan telah tersusunnya perencanaan pembangunan Kota Tanjungpinang yang aspiratif, akomodatif, aktual, serta sesuai dengan kaidah penyusunan perencanaan pembangunan, seluruh tahapan penilaian dapat dilalui dengan mulus. Hingga Kota Tanjungpinang, sebuah kota yang luas wilayahnya hanya sekitar 0,10 persen dari total luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau ini, justru berhasil menyematkan kebanggaan bagi Provinsi Kepulauan Riau.

“Setiap daerah pasti memiliki isu, karakteristik serta kapasitas yang berbeda dalam penyusunan dokumen rencana pembangunan. Maka, salah satu langkah untuk meningkatkan mutu rencana pembangunan adalah dengan memberikan penghargaan kepada kepala daerah yang telah berhasil menyusun dokumen rencana pembangunan yang handal melalui proses partisipatif,” tegas Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Imron Bulkin, secara terpisah. (d’guh/chairani)

Page 24: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

24 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Melihat perkembangan kondisi dan potensi kepariwisataan di daerah, Pemerintah Kota Tanjungpinang menargetkan 500 ribu kunjungan wisatawan ke Kota Tanjungpinang

pada tahun 2017. Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH mengatakan bahwa untuk mencapai target atau meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah tidak bisa dengan mengandalkan dana APBD Kota Tanjungpinang semata. Diperlukan dukungan pendanaan dari pemerintah provinsi, pemerintah pusat, serta partisipasi seluruh stakeholder kepariwisataan dan masyarakat.

Terkait upaya mencari dukungan dari stakeholder kepariwisataan tersebut, Pemerintah Kota Tanjungpinang menggandeng travel agent dan media massa dalam kegiatan Tanjungpinang Travel Agent and Media Fam Trip 2017 di Kota Tanjungpinang. Kegiatan yang diikuti oleh 32 agen perjalanan wisata, blogger, dan media massa dari dalam dan luar negeri itu dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 15 sampai dengan 17 Mei 2017.

P A R I W I S A T A

TANJUNGPINANG TRAVEL AGENT DAN MEDIA FAM TRIP

PRO MOSIKA N WISATA DAERAHAgenda kegiatan travel agent and media fam trip

itu adalah mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kota Tanjungpinang. Seperti vihara Patung Seribu, objek wisaata di Pulau Penyengat, Gedung Gonggong, hotel dan penginapan, serta objek wisata lain di Tanjungpinang.

Di Pulau Penyengat rombongan mengunjungi objek-objek wisata religi dan wisata sejarah kebesaran Kesultanan Melayu yang masih tersisa di Penyengat. Yang paling berkesan bagi peserta fam trip adalah ketika mereka diajak untuk menikmati Makan Berhidang. Rombongan disuguhi aneka menu masakan khas Melayu, penyajiannya pun dilaksanakan menurut adat Melayu. Makanan dihidangkan di atas bentangan panjang tikar dan kain putih, dan rombongan makan duduk bersila di lantai. Suasana yang sangat jarang ditemui anggota rombongan fam trip di daerah lain.

Rombongan travel agent dan media fam trip itu disambut langsung oleh Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah di Hotel Comfort, Mingggu malam 15 Mei 2017. Menurut walikota, selama ini sektor pariwisata di Tanjungpinang masih mengandalkan wisata peninggalan

Page 25: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

25Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

sejarah Kesultanan Melayu. Wisata ini termasuk dalam kelompok atau jenis wisata minat khusus. Tidak semua wisatawan tertarik dengan objek wisata peninggalan sejarah, hingga pemerintah kota Tanjungpinang merasa perlu terus mengembangkan destinasi-destinasi pariwisata baru.

“Untuk menggali potensi wisata, banyak yang bisa kita kembangkan. Bukan hanya objek wisata alam saja, tetapi juga objek wisata buatan. Kita sudah mulai dengan membangun gedung gonggong, penyelenggaraan seni dan budaya. Festival Pulau Penyengat dan dragon boat race, kedua festival ini sudah masuk dalam kalender wisata Kementerian Pariwisata,” tutur walikota.

Walikota menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan kegiatan Tanjungpinang Travel Agent and Media Fam Trip 2017, yang diharapkan mampu mendukung promosi kepariwisataan daerah di tingkat nasional dan internasional. Kegiatan ini diikuti 32 peserta yang terdiri dari awak media massa, travel agent, dan blogger, yang berasal dari Jakarta, Medan, Pekanbaru, Batam, Malaysia, dan Singapura.

Mengikuti trend penurunan kunjungan wisatawan yang terjadi di banyak daerah lainnya, kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Tanjungpinang sejak tahun 2010 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2010, kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanjungpinang mencapai 100.889 orang. Tahun 2013 turun menjadi sebanyak 99,139 orang, tahun 2014 sebanyak 98.098 wisman, tahun 2015 turun lagi menjadi 90.390 orang, dan 2016 sedikit mengalami kenaikan menjadi 92.984 pengunjung. Hingga Maret tahun, kunjungan wisatawan ke Tanjungpinang baru mencapai angka 22.201 orang.

Selain mempertahankan keunggulan wisata sejarah Kesultanan Melayu di Pulau Penyengat, peninggalan sejarah kolonial Belanda, dan wisata religi, pemerintah kota Tanjungpinang tengah giat membangun objek-objek wisata buatan, serta mengembangkan destinasi wisata baru di Pulau Dompak dan Pulau Basing. Pulau Basing sendiri saat ini mulai digarap sebagai destinasi wisata oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Dompak. Upaya pemerintah kota Tanjungpinang untuk membangun pariwisata berbasis masyarakat, mulai memperlihatkan hasil. Masyarakat Dompak dan sekitarnya secara swadaya mengemas Pulau Basing menjadi daerah tujuan wisata alternatif di Tanjungpinang.

“Kita berupaya menggerakkan semua potensi wisata yang ada di Tanjungpinang demi mencapai target kunjungan wisatawan asing maupun nusantara. Untuk atraksi wisata dragon boat race dan festival Pulau Penyengat, setiap tahunnya kita undang peserta dari luar daerah dan luar negeri seperti Singapore, Malaysia, dan Brunai Darussalam. Hal-hal seperti inilah yang kita lakukan untuk mencapai target kunjungan wisatawan,” sebut walikota kepada para peserta Tanjungpinang Travel Agent and Media Fam Trip 2017. (d’guh)

P A R I W I S A T A

Page 26: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

26 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

LIPUTAN KHUSUS

SAMPAH LAUTURU SAN SIAPA ?

Page 27: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

27Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

LIPUTAN KHUSUS

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan sumber daya laut menjadi milik pemerintah provinsi. Tidak ada lagi

batas 0 – 4 mil laut menjadi kewenangan kabupaten/kota, tapi telah berganti dengan 0 – 12 mil laut seutuhnya menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Kewenangan pemerintah provinsi tersebut meliputi :

a. Eksplorasi, ekspolitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi

b. Pengaturan administratifc. Pengaturan tata ruangd. Ikut serta dalam memelihara keamanan di laut,

dane. Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan

negara.Persoalan urusan konservasi laut di Kota

Tanjungpinang sempat dan masih menimbulkan sedikit permasalahan. Dalam Rakor Pariwisata bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya yang dilaksanakan pada tanggal 3 April 2017 lalu, Gubernur Kepri Nurdin Basirun mengkritisi soal banyaknya sampah di kawasan Pelantar 2 Tanjungpinang yang dinilai tidak mendukung estetika kepariwisataan. Tak ingin dianggap tidak mendukung kepariwisataan daerah dan nasional, Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah langsung menggerakkan pasukan kebersihan Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk secara khusus membersihkan sampah laut di kawasan Pelantar 2 dan sekitarnya.

Dalam satu pekan saja, pasukan kebersihan di bawah koordinasi Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang mengangkut 24 kubik sampah laut dari perairan Pelantar 2 dan sekitarnya. Kegiatan pembersihan sampah laut dilanjutkan ke kawasan pesisir lainnya di Kota Tanjungpinang sampai menjelang masuknya bulan puasa Ramadhan 1438 Hijriah. Puluhan kubik sampah yang didominasi sampah plastik dan sampah rumah tangga dari kawasan Pelantar 2 dan sekitarnya itu, telah berpindah tempat dari pantai ke tempat pembuangan akhir. Namun kegiatan tersebut masih belum cukup, karena belum didukung oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah ke laut. Setiap hari masih saja bermunculan sampah-sampah rumah tangga di kawasan pesisir Tanjungpinang.

Jauh sebelum kritisi soal sampah laut tersebut mengemuka, walikota bahkan telah menugaskan seluruh

jajaran ASN di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk secara terjadwal membersihkan sampah laut di Pelantar 2 dan sekitarnya. Setiap OPD diberi jadwal khusus untuk melaksanakan gotong royong pembersihan sampah laut. Dan kini untuk memberikan hasil yang lebih optimal, pembersihan sampah laut di kawasan pesisir secara rutin dilaksanakan oleh Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang.

Pengalihan kewenangan pengelolaan 0 – 12 mil laut kepada pemerintah provinsi itu berjejas pada kerumitan urusan konservasi ekosistem laut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan, pengawetan, pelestarian.

Mengacu pada ketentuan undang-undang, urusan soal pengelolaan laut mulai dari 0 sampai dengan 12 mil laut tentunya mutlak menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Seperti yang juga diamanatkan dalam undang-undang pemerintahan yang terbaru, pengelolaan laut tersebut termasuk di dalamnya mengenai urusan konservasi. Terkait dengan konservasi, tentunya juga tidak dapat terlepas dari bentuk kegiatan yang berkenaan dengan pelestarian ekosistem laut agar tidak tercemar oleh sampah dan polutan lainnya.

Pemerintah Kota Tanjungpinang setakat ini belum menyampaikan secara terbuka siapa yang sebenarnya memiliki kewenangan soal pembersihan sampah laut, yang tentu saja berkaitan dan menjadi bagian dari pengertian kata konservasi laut. Beberapa waktu lalu media massa lokal di Kepulauan Riau sempat dihangatkan dengan berita siapa yang sesungguhnya berwenang mengurusi sampah laut. Namun sampai saat ini belum ada respon dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mengenai hal itu.

Masyarakat tentu tidak ingin dipusingkan dengan persoalan siapa yang sesungguhnya berwenangan melaksanakan konservasi laut. Karena apakah itu pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota, tentu saja semuanya masuk dalam kategori pemerintah. “Sesuai dengan instruksi walikota, kita tetap fokus untuk membersihkan sampah laut yang ada di wilayah perairan Kota Tanjungpinang. Karena yang akan menerima dampak langsung dari sampah laut adalah masyarakat Kota Tanjungpinang,” ungkap Kepala Bidang Kebersihan Dinas Perkim Kota Tanjungpinang, Wambok Malilu. (d’guh)

Page 28: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

28 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Tim dari Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sisitem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I yang diketuai oleh Dr.

Hadi Supratikta sempat menyusun suatu kajian hukum tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah dalam pengelolaan laut. Suatu catatan dari Tim, yang dapat kami sampaikan dalam Majalah Cerana ini antara lain :

Khusus berkaitan dengan kewenangan pengelolaan wilayah laut, UU No. 23 Tahun 2014 berbasis Provinsi :

1) Kabupaten/Kota tidak lagi memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut.

2) Kabupaten/Kota mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar dan/atau didasar laut sesuai dengan peraturan perundangundangan.

3) Kabupaten/Kota tidak lagi mempunyai kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut meliputi:

a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut;

b. pengaturan administrasi; c. pengaturan tata ruang; d. penegakan hukum terhadap peraturan

yang dikeluarkan oleh daerah atau yang melimpahkan kewenangannya oleh pemerintah;

PEMBATASAN KE WE NANGANPENGELOL A A N L AUT

e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan

Negara.4) Kabupaten/Kota tidak mempunyai kewenangan

untuk mengelola sumber daya di wilayah laut dan Provinsi mempunyai kewenangan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk Provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan Provinsi untuk Kabupaten Kota.

Dengan demikian Pemerintah Daerah Provinsi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemanfaatan semua potensi yang ada demi mengisi pembangunan nasional pada umumnya dan khususnya pembangunan daerah ke arah kesejahteraan rakyat terhadap berbagai potensi sumber daya kelautan yang dimilikinya. Terutama bagi masyarakat (adat) yang mendiami wilayah pesisir.

Perhatian Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Provinsi terhadap wilayah pesisir yang rentan mengalami kerusakan akibat aktivitas orang dalam memanfaatkan sumber daya atau akibat bencana alam pada satu sisi dan pada sisi yang lain yaitu akumulasi dari berbagai kegiatan eksploitasi yang bersifat parsial/sektoral di wilayah pesisir serta dampak kegiatan lain di hulu wilayah pesisir yang didukung oleh peraturan perundang-undangan yang ada sering menimbulkan kerusakan sumber daya pesisir.

LIPUTAN KHUSUS

Page 29: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

29Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Peraturan perundang-undangan sebelumnya (UU 32 tahun 2004) lebih berorientasi pada eksploitasi sumber daya pesisir level Kabupaten/Kota tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya. Sementara itu kesadaran nilai strategis dari pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, terpadu dan berbasis masyarakat relatif kurang. Selain itu UU 32 tahun 2004 kurang dihargainya hak masyarakat adat/lokal dalam pengelolaan sumber daya pesisir, serta terbatasnya ruang untuk partisipasi masyarakat teritama masyarakat (adat) pesisir dalam pengelolaan sumber daya kelautan. Tetapi pada UU No. 23 Tahun 2014 sudah mengakomodir walau berbasis Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai eksekutornya.

Dengan telah diundangkanya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenanganan pengelolaan laut diserahkan kepada pemerintah provinsi. Kewenangan tersebut juga diiringi dengan prinsip otonomi Sumber Daya Alam berada di level pemerintah provinsi secara nyata. Dengan pengertian prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan di provinsi dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang secara nyata ada dan berpotensi untuk berkembang sesuai dengan karakateristik daerah. Yang pada dasarnya adalah ditujukan untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang merupakan tujuan utama pembangunan nasional.

Penetapan kewenangan pengelolaan laut kepada pemerintah provinsi, sebagaimana diamanatkan

UU Nomor 23 Tahun 2014, menyebabkan terjadinya perubahan kewenangan pengelolaan laut oleh provinsi yang semula 4 – 12 mil kini menjadi 0 – 12 mil. Pengelolaan perairan yang dilakukan sebelumnya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota diambil alih oleh Pemerintah Provinsi, salah satunya kewenangan zonasi laut yang dahulu 4-12 mil, kini menjadi 0-12 mil. Sebelumnya zonazi laut 0-4 mil menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Konservasi Ekosistem PantaiKewenangan pengelolaan laut oleh pemerintah

provinsi itu tidak hanya diikuti oleh kewenangan pengaturan administrasi, dan pengaturan tata ruang semata. Tapi sekaligus mencakup urusan konservasi. Terkait dengan kewenangan konservasi oleh pemerintah provinsi inilah yang banyak dinanti oleh pemerintah kabupaten/kota, termasuk Kota Tanjungpinang sebagai daerah ibukota Provinsi Kepulauan Riau.

Ekosistem pantai di sebagian wilayah pesisir di Kota Tanjungpinang, terutama di kawasan pemukiman padat penduduk dan pusat pasar rakyat di sekitaran Pelantar 2 telah menjadi sorotan karena tercemar oleh sampah. Pemerintah Provinsi Kepri sendiri bahkan telah mengkritisi langsung permasalahan itu secara terbuka dalam rapat kordinasi kepariwisataan di Tanjungpinang, yang dihadiri dan didengar langsung oleh Menteri Pariwisata R.I. Arief Yahya.

Namun rencana kerja terkait konservasi ekosistem pantai di Tanjungpinang masih setakat terdengar nanti akan dilaksanakan oleh OPD terkait di provinsi. Sampah dan kebiasaan masyarakat untuk menjadikan laut sebagai tempat pembuangan akhir tentunya tak dapat menunggu atau memahami kata “nanti”. Kawasan pesisir di sekitar Pelantar 2 yang terlanjur menjadi TPA terus menampung sampah.

Pemerintah Kota Tanjungpinang juga tidak ingin menunggu, kapan pihak yang sesungguhnya berwenang melaksanakan konservasi laut untuk membersihkan sampah di Pelantar 2 dan sekitarnya. Untuk menjaga ekosistem pantai, kebersihan, dan kesehatan masyarakat di kawasan pesisir, tim kebersihan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang harus bertungkus lumus dengan sampah laut. Puluhan kubik sampah telah dipindahkan dari “TPA” Pelantar 2 ke TPA sesungguhnya di Ganet, KM. 11.

Intensitas kegiatan tim kebersihan Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk melaksanakan konservasi ekosistem pantai makin meningkat sejak Maret hingga akhir Mei 2017. Sebelum sampah nakal hanyut dan menambah volume sampah di Pelantar 2, Dinas Perkim bahkan telah menyiapkan 4 kapal yang secara khusus bertugas menjaring sampah di laut. Sejauh ini Pemerintah Kota Tanjungpinang memang serius melaksanakan konservasi laut, sebab sampah laut tidak mau menunggu aksi pihak yang sebenarnya berwenang melaksanakan konservasi laut. (d’guh)

LIPUTAN KHUSUS

Page 30: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

30 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

SEPEKAN D IN AS PERKIMFOKUS BERSIH KAN SAMPAH LAUT

LIPUTAN KHUSUS

Page 31: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

31Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Permasalahan sampah di wilayah perairan sekitar Pasar Baru Tanjungpinang, di Pelantar 2 dan sekitarnya, menjadi titik konsentrasi gerakan bersih lingkungan yang

dilaksanakan oleh Dinas Perumahan Rakyat, Pemukiman, Pertamanan, dan Kebersihan Kota Tanjungpinang. Dimulai sejak 3 April 2017 hingga akhir pekan minggu pertama April 2017, puluhan anggota kebersihan Dinas Perkim bertungkus lumus dengan sampah laut.

Kotornya perairan di sekitar Pasar Baru lebih disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan laut. Jauh sebelum gerakan bersih lingkungan yang kini dimotori oleh Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah telah lebih dulu menyusun program gotong royong bersih lingkungan perairan pasar dan sekitar yang melibatkan lintas OPD.

‘’Sebelumnya lintas OPD telah punya jadwal gotong royong untuk membersihkan sampah laut di kawasan pasar. Namun selang beberapa waktu saja, sampah yang terutama berasal dari pasar kembali memenuhi perairan sekitarnya. Kesadaran dan partisipasi masyarakat sepertinya masih kurang, dan ini menjadi tanggung jawab kita bersama,’’ ungkap Kabid Kebersihan Dinas Perkim, Wambok Malilu.

Berdasarkan gerakan bersih lingkungan di perairan Pelantar 2 dan sekitar sejak Senin lalu, Dinas Perkim telah mengumpulkan 24 kubik sampah laut. Namun sampah yang berada di perairan sekitar pasar itu juga belum sepenuhnya bersih, karena banyak faktor yang menyebabkannya. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Tanjungpinang mengimbau kepada seluruh pedagang dan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir untuk tidak membuang sampah ke laut. Karena seberapa intens pun kegiatan bersih lingkungan yang dilaksanakan oleh dinas terkait, tidak akan mencapai hasil optimal jika masyarakat masih saja membuang sampah ke laut.

Selain wilayah perairan sekitar Pelantar 2, Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Perkim juga melaksanakan kegiatan serupa di perairan sekitar Laman Boenda. Kegiatan bersih lingkungan dan sampah di wilayah perairan Tanjungpinang ini, direncanakan dilaksanakan secara berkelanjutan ke wilayah-wilayah lainnya.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang M. Yatim mengatakan, saat ini Pemko Tanjungpinang telah memiliki 4 kapal dan 8

petugas yang secara khusus bertugas membersihkan sampah di perairan Tanjungpinang. Mengingat bahwa volume sampah di kawasan Pelantar 2 semakin meningkat, saat ini sebagian besar petugas kebersihan Tanjungpinang difokuskan untuk bekerja membersihkan sampah di wilayah tersebut.

Untuk lebih mengefektifkan upaya menciptakan lingkungan yang bersih, khususnya wilayah perairan, diperlukan peran serta seluruh elemen masyarakat. Sebab seberapa banyak petugas, dan seberapa sering dibersihkan, sampah di wilayah perairan tidak akan pernah berkurang jika masyarakat kembali membuang sampah ke laut. ‘’Kita sangat mengharapkan peran serta masyarakat, RT, RW, sampai lurah untuk ikut melaksanakan pengawasan dan membudayakan perilaku tidak membuang sampah ke laut kepada masyarakat,’’ tambah Yatim.

Sepekan menjelang puasa Ramadhan 1438 Hijriah, Dinas Perkim kembali melaksanakan kegiatan pembersihan sampah laut di kawasan pesisir Pelantar 2 dan sekitarnya. Dan selama sepekan kegiatan tersebut dilaksanakan, sampah laut yang berhasil dikumpulkan dari kawasan tersebut masih saja mencapai puluhan kubik. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan laut masih sangat kurang.

Sementara pasukan kebersihan Pemerintah Kota Tanjungpinang tentunya harus mengabaikan perdebatan panjang soal siapa yang berwenang membersihkan sampah laut. Meski berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan laut mulai dari 0 – 12 mil laut menjadi kewenangan provinsi, Pemerintah Kota Tanjungpinang tentu tidak ingin membiarkan perairan Tanjungpinang terus tercemar. (d’guh)

LIPUTAN KHUSUS

Page 32: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

32 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Banyaknya pasangan yang umumnya berasal dari kelompok umur lanjut, tinggal serumah namun belum memiliki akta resmi pernikahan dari kantor kementerian agama, masih menjadi

salah satu permasalahan yang ada di Kota Tanjungpinang. Meski telah melakukan pernikahan secara adat atau pernikahan siri, anak dari pasangan nikah siri atau pernikahan secara adat akan kesulitan untuk melanjutkan pendidikan dan pengurusan dokumen catatan sipil lainnya.

Alasan yang lazim diungkapkan oleh pasangan nikah siri atau nikah adat adalah bahwa di daerah asalnya susah untuk mengurus pernikahan resmi ke kantor kementerian agama karena letaknya yang jauh, atau alasan lain adalah ketidakmampuan secara ekonomi. Sebagai daerah urban, Kota Tanjungpinang menjadi daerah tujuan kedatangan penduduk dari berbagai daerah dan hal ini menjadi salah satu permasalahan yang ada di Tanjungpinang.

Untuk terus mengurangi permasalahan tersebut, memberi jaminan kelanjutan pendidikan dan akta catatan sipil anak dari pasangan nikah siri atau pernikahan adat, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tanjungpinang memfasilitasi kegiatan nikah massal. Dibuka resmi oleh Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH serta didampingi oleh Hj. Yuniarni Pustokoweni, kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Bintan Plaza, Tanjungpinang, Jumat 28 April 2017.

“Program ini akan kita laksanakan setiap tahun, sebagai upaya perlindungan masyarakat dan untuk membantu pasangan dari kelompok ekonomi lemah yang

14 PASANG P ENGANTIN IKUT NIKAH MASSALbelum memiliki surat atau buku nikah agar pernikahannya diakui oleh negara. Juga agar anak-anak dari pasangan ini tercatat secara hukum, memudahkan melanjutkan pendidikan kelak kemudian hari,” ungkap walikota.

Wajah-wajah sumringah meliputi 14 pasang suami istri yang mengikuti kegiatan nikah massal. Bak acara pernikahan menurut adat Melayu, dengan dipimpin oleh walikota, rombongan peserta nikah massal yang juga disertai anak dan keluarganya diarak menuju ke lokasi pengucapan hijab kabul di Hotel Bintan Plaza. Ada yang tersenyum bahagia, ada juga yang sedikit malu-malu karena diarak seperti pengantin baru.

Sebelumnya 25 pasangan mendaftar untuk diikutkan dalam kegiatan nikah massal yang dilaksanakan Pemerintah Kota Tanjungpinang secara gratis, tanpa biaya. Namun dari 25 pasangan suami istri tersebut harus memenuhi persyaratan administrasi, dan lulus verifikasi. Umumnya calon peserta yang gagal mengikuti kegiatan nikah massal itu adalah pasangan duda atau janda, yang tidak mampu memperlihatkan surat cerai mati atau cerai hidup pasangan sebelumnya. Pemerintah sendiri tentunya tidak ingin terjebak dalam urusan menikahkan pasangan yang sebenarnya masih memiliki pasangan sah.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tanjungpinang Ahmad Yani mengatakan, pendataan pasangan serumah tanpa buku nikah resmi itu dilaksanakan oleh kelurahan mulai Februari sampai 10 Maret 2017. Kegiatan itu sendiri telah menjadi kegiatan rutin pemerintah kota, yang ditujukan untuk memberikan jaminan hukum terhadap pasangan suami istri serta perlindungan terhadap anak-anaknya di kemudian hari. (d’guh)

K E R E N A H

Page 33: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

33Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB bersama Puskesmas Sungai Jang melaksanakan kegiatan program pengobatan gratis kepada masyarakat Kota Tanjungpinang. Kegiatan dimulai dengan melaksanakan senam sehat bersama, kemudian memberikan penyuluhan kesehatan penyakit hipertensi dan dilanjutkan dengan layanan pengobatan dan pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam urat, serta iva test yang dipusatkan di lapangan serba guna Jalan Salam Tanjungpinang, Rabu 17 Mei 2017.

Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat Tanjungpinang. Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH mengimbau masyarakat untuk lebih intens melaksanakan pemeriksaan kesehatannya secara dini dengan memanfaatkan kegiatan yang difasilitasi dinas kesehatan. Dengan terdeteksinya penyakit lebih dini, diharapkan upaya pencegahan bisa lebih optimal.

“Bapak/ibu harus memanfaatkan program pengobatan gratis ini dengan sebaik-baiknya. Kegiatan ini merupakan upaya pemerintah untuk membantu

masyarakat. Pencegahan jauh lebih baik, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan kolesterol dan gula darah, sebab penyebab stroke itu dari tingginya kadar gula darah dan kolesterol, begitu pula dengan serangan jantung. Penyakit itu bersumber dari darah kita, untuk itu, manfaatkanlah moment ini,” jelas walikota.

Selain mengajak masyarakat untuk rajin memeriksakan kesehatannya, walikota juga menghimbau masyarakat untuk menggiatkan olahraga dan menjalankan pola hidup sehat. Olahraga, tambah walikota, tidak mesti harus menggunakan peralatan atau perlengkapan tertentu. Cukup dengan membiasakan berjalan atau lari pagi setiap hari.

“Kartu BPJS Kesehatan yang kita miliki juga dapat dimanfaatkan untuk memeriksa kesehatan. Jadi dengan demikian biaya pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dapat dilaksanakan dengan biaya yang relatif lebih murah. Masyarakat yang sehat adalah modal pelaksanaan pembangunan daerah, dan hal ini merupakan salah satu prioritas pembangunan daerah,” ungkap walikota. (chairani)

K E R E N A H

PERIKSA KESEH ATAN SE CARA D INIWalikota L is Darmansyah :

Page 34: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

34 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

K E R E N A H

Masyarakat tumpah ruah pada pelaksanaan kegiatan PKK Kelurahan Sungai Jang yang dilaksanakan pada hari Kamis, 18/5/2017 bertempat di Kantor Lurah Sungai Jang.

Berbagai acara dilaksanakan pada pelaksanaan PKK Kelurahan Sungai Jang. Dimulai dari pukul 09.00 Wib diawali dengan pertandingan Balita sehat yang di ikuti kurang lebih 20 Balita yang dikategorikan menjadi 2, yaitu kategori usia 06 bulan – 24 bulan dan 25 bulan sampai 59 bulan.

Lucu, terhibur dan menyenangkan kalau kita berbicara tentang Balita, sangat menggemaskan, ujar salah satu peserta yang hadir. Untuk Lomba balita sehat ini, PKK Kelurahan sungai jang bekerjasama dengan Puskesmas Sungai Jang dan para Kader Posyandu.

Tepat pukul 14.00 Wib dilanjutkan dengan pertandingan memasak Ikan yang di ikuti oleh pengurus Posyandu. Masing – masing Posyandu berlomba –lomba menyajikan beraneka macam lauk – pauk berbahan dasar ikan. Ketelatenan dan keindahan merupakan salah satu penilaian para juri selain Rasa yang paling utama, ujar salah satu Juri Lomba masak ini, Irwan, S.Sos yang juga selaku Sekretaris Kelurahan (Seklur) Sungai Jang.

HOOSSEEYYY...!SEMARAK PKK SU NGAI JANG

Page 35: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

35Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

“Sulit menentukan pemenangnya, karena penyajiannya, baik Rasa maupun bentuk yang memikat merupakan salah satu unsure penilaian, ujarnya. Setelah kita melakukan penilaian, kita menetapkan, bahwa pemenangnya adalah utusan Posyandu Tunas Salam, dari jalan salam sebagai juara pertama pada kompetisi kali ini, ujar Irwan Yacob.

Setiap pemenang akan diberikan hadiah berupa Uang Pembinaan dan Piagam. Hal ini agar menjadi motivasi kepada para kader Posyandu agar berlomba – lomba menjadi yang terbaik untuk Tahun depan.

Pada pukul 16.00 Wib, adalah acara puncak dari pelaksanaan Pertandingan PKK Kelurahan Sungai Jang ini. Turut hadir pada kesempatan hari ini adalah Ketua Tim PKK Kota Tanjungpinang, Ibu Hj. Yuniarni Pustoko Weni, SH, Camat Bukit Bestari, Ketua PKK Kecamatan Bukit Bestari, RT/RW, Tokoh Agama dan Masyarakat serta warga Kelurahan Sungai Jang.

Senam lansia merupakan salah satu moment yang sangat berkesan bagi undangan yang hadir. Baik Muda maupun Tua tumpah ruah dan larut dalam senam lansia ini, kami sangat menikmati kebersamaan ini, ujar Lurah Sungai Jang, Suci Prihatini, S.IP. Terlihat begitu bersemangat dan sesekali terdengar teriakan khasnya “Hosseyyyyy” ditengah keramaian dalam senam ini , Sangat luar biasa,

Pada sambutan Ketua PKK Kelurahan sungai jang, Ibu Novi Wahyuni, S.pd selaku ketua panitia penyelenggara mengatakan bahwa kegiatan ini adalah Agenda Tahunan yang diselenggarakan oleh Kelurahan Sungai Jang dan menjadikan momen ini untuk mempererat tali silaturahmi.

Pada sambutan Lurah Sungai Jang, Suci Prihatini, S.IP terdengar berulang kali teriakan khas Lurah ini dalam membakar semangat para peserta, “Hosseeyyyy…. Hooseeeyyyy…. Hooseeeyyyyy” dan disaut oleh para peserta dengan kalimat Hooseeyyyy. Sangat – sangat semarak, Gelak tawa yang hadir membuat suasana semakin riuh, tak ketinggalan Ketua Tim PKK Kota Tanjungpinang, Ibu Weni yang terlihat sangat terhibur. Sampai ibu Ketua umum PKK Kota Tanjungpinang menggelarnya sebagai Ibu Lurah Hooseeyyyy, kelakarnya.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Para pendukung, RT/RW, PKK Kelurahan, Lansia, Staf Kelurahan yang telah mensukseskan acara ini. Tahun depan akan kita gelar kembali lebih semarak lagi.

Ibu Weni Lis Darmansyah selaku Ketua Tim PKK Kota Tanjungpinang menyerahkan Piagam Penghargaan Kepada Lansia Aktif Kelurahan Sungai Jang dan dilanjutkan pembagian hadiah bagi para pemenang untuk Lomba Balita Sehat dan Lomba Masak Ikan. Tidak ketinggalan, puluhan door prise dibagikan pada acara tersebut membuat acara semakin semarak.

Diakhir acara, Ibu Weni Lis Darmansyah menghibur para Ibu – Ibu lansia dan Masyarakat dengan mendendangkan lagu yang disambut joget bersama seluruh elemen masyarakat Sungai Jang.(IRS)

K E R E N A H

Page 36: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

36 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

I N F OP U B L I K

E – government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi, menjalin komunikasi, dan pelayanan kepada stake holder pemerintah. E – government dapat

diklasifikasikan penggunaanya ke dalam 3 bentuk, yaitu : • G2C (Government to citizen), yaitu hubungan

antara pemerintah kepada masyarakat.• G2B (Government to bussines), yaitu hubungan

antara pemerintah kepada pelaku usaha.• G2G (Government to Government), yaitu

hubungan antara sesama instansi pemerintahan.Konsep e-government mengacu pada

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh pemerintahan, misalnya dengan menggunakan jaringan internet. E-government dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan penduduk, pemerintah dengan pelaku usaha atau bisnis, dan kegiatan lainnya.

KE LOLA NASKAH DINASDE NGAN siM AYA

Selain manfaat dalam bidang pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi juga bermanfaat dalam bidang pemerintahan antara lain seperti berikut:

• Meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat, kerena informasi dapat lebih mudah untuk diperoleh.

• Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah dengan adanya transparansi kegiatan pemerintah.

• Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, yaitu masyarakat dapat dilayani kapan-pun dan dimana-pun, tanpa memandang jam buka kantor, dan bahkan tanpa perlu datang ke kantor pemerintahan.

• Tersedianya informasi yang mudah diakses oleh masyarakat melalui internet, sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan dengan benar.

• Hilangnya birokrasi yang selama ini seolah-oleh menjadi penghalang bagi masyarakat dalam berhubungan dengan pemerintah, sehingga pelaksanaan pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien.Kementerian Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia melalui Direktorat e-Government telah mengembangkan Aplikasi Perkantoran yang diberi nama Sistem Aplikasi Perkantoran Maya atau akronimnya siMAYA yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dengan cuma-cuma. Aplikasi ini dikembangkan berdasarkan Tata Naskah Dinas Elekronik yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) No. 6 Tahun 2011 mengenai Tata Naskah Dinas Elektronis di Lingkungan Instansi Pemerintah kemudian Surat Edaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN-RB) Nomor 5 Tahun 2013 tentang Penggunaan Aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik pada Instansi Pemerintah.

siMAYA merupakan aplikasi perkantoran / e-office / tata naskah dinas yang fungsi utamanya adalah mengelola surat masuk dan keluar dari tiap Instansi

Page 37: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

37Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

yang telah menggunakan aplikasi siMAYA. Aplikasi ini tidak memerlukan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi tersendiri, namun hanya memerlukan perangkat Komputer dan jaringan internet yang baik. Sehingga Daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Tanjungpinang tidak perlu dipusingkan dengan segala macam infrastruktur dan perawatan sistem beserta perangkatnya, karena sudah di kelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Adapun fitur yang terdapat pada aplikasi siMaya antara lain adalah sebagai berikut:

a. Surat Keluar, pada fitur surat keluar pengguna bisa menggunakan Surat Konvensional (surat kertas) yang dilakukan proses scan menjadi file digital, kemudian diinput kedalam aplikasi, dan juga bisa membuat surat secara digital atau langsung pada aplikasi.

b. Surat Masuk, pada fitur ini, surat masuk akan langsung masuk ke pimpinan OPD/Instansi untuk kemudian ditindaklanjuti atau didisposisi sebagaimana mestinya.

c. Disposisi, fitur disposisi digunakan oleh pimpinan baik Kepala OPD maupun kepala Bidang serta Kepala Sub bidang atau sub bagian untuk diteruskan kepada bawahan agar tindaklanjuti.

d. PNSBook, fitur ini adalah media sosial khusus pengguna siMaya sehingga seluruh user dapat saling berintegrasi antara satu dan lainnya seluruh Indonesia yang telah menggunakan aplikasi siMaya.

e. Masih banyak fitur-fitur lain yang masih dikembangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.Diharapkan dengan adanya aplikasi siMaya

maka metode Tata Naskah Dinas Konvensional yaitu penggunaan kertas dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga anggaran Alat Tulis Kantor (ATK) dapat lebih efesien. Serta yang paling penting birokrasi pemerintahan akan semakin cepat.

15 Mei 2017 yang lalu Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kominikasi dan Informatika Kota Tanjungpinang telah mengikuti Bimbingan Teknis aplikasi siMAYA yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan telah mendapatkan Aplikasi tersebut dan cara penggunaannya, sehingga dalam waktu dekat akan segera diimplementasikan di Pemerintah Kota Tanjungpinang atau Dinas Komunikasi dan Informatika dulu sebagai Pilot Project.

Namun siMAYA serta aplikasi elektronik lainnya tidak akan dapat diimplementasikan jika tidak ada komitmen bersama seluruh Pegawai Pemerintah Kota Tanjungpinang, dan kesiapan mental, dikarenakan dengan menggunakan Teknologi Informasi maka akan mengubah budaya yang sudah mengakar sejak dari dulu, budaya yang dahulu wajib dan harus menggunakan kertas ke budaya yang serba elektronik seperti saat ini. (Q186)

I N F OP U B L I K

Page 38: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

38 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Mesin kompresor kedap suara atau yang dinamakan dengan Kompresor Silent TNJ oleh dua orang anak muda asal Kota Tanjungpinang Ari Saputro dan Gatot Satrio, terpilih sebagai peralatan teknologi tepat guna terbaik pada lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, di Kepri Mall Batam pada tanggal 17 sampai dengan 19 Mei 2017. Tidak hanya membawa pulang hadiah sebesar Rp 13 juta sebagai juara pertama, kompresor Silent TNJ karya dua pemuda ini sekaligus akan mewakili Provinsi Kepri pada lomba inovasi TTG tingkat nasional tahun ini.

Ide pembuatan Kompresor Silent TNJ berangkat dari keseharian Hari dan Gatot yang berprofesi sebagai tukang cat. Seperti kompresor pada umumnya, mesin kompresor yang mereka pergunakan untuk mengecat juga mengeluarkan bunyi atau suara yang bising. Beranjak dari pemikiran untuk mengurangi bunyi bising, kedua anak muda itu mencoba menerapkan teknologi untuk mengurangi kebisingan suara kompresor.

KOMPR ES OR SI LE NT TNJJUARA PERTAMA TTG PROVINSI KEPRI

Dengan mempergunakan barang bekas, kompresor kulkas, mereka merakit mesin kompresor minim bunyi yang justru dapat dipergunakan untuk mengecat, menambal ban, service jok, atau bahkan mesin untuk dokter gigi. Tahun 2016 lalu, sebenarnya mereka juga mengikuti lomba inovasi TTG di tingkat Kota Tanjungpinang. Namun ketika itu mesin yang mereka buat belum bisa menghasilkan suara minim seperti yang diharapkan, hingga keduanya kembali melakukan beberapa eksperimen dan inovasi untuk menyempurnakan karyanya.

Untuk lebih menyempurnakan produk inovatif dan kreatifnya, Hari dan Gatot akan menyempurnakan karyanya agar benar-benar dapat dipergunakan di dunia kedokteran yang tentunya harus dinyatakan steril dan higienis. Jika karyanya benar-benar dapat diterima pasar, keduanya pun bermimpi untuk memproduksi Kompresor Silent TNJ dalam skala lebih besar. (d’guh)

Page 39: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

39Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka

Page 40: Cerana BULETIN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANGSelatan pulau Bintan ini memiliki riwayat sejarah sebagai daerah pusat pemerintahan di Kepulauan Riau. Tidak hanya statusnya kini sebagai

40 Cerana Edisi Khusus 72 Tahun Indonesia Merdeka