cerama taarruf

3
Pendahuluan Islam mengajarkan untuk memperbaiki pada 2 hubungan yang bisa menjadi penentu bagi kesuksesan kita didunia maupun diakhiran, mungkin kita sering mendengar tentang hablumminallah wahambumminannas (hubungan kepada allah dan hubungan kepada manusia) sebagai mahluk sosial kita saling membutuhkan itu sebabnya kita dituntut untuk memiliki hubungan baik dengan sesama. Pada hari ini saya akan menyampaikan ceramah saya yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Didalam pergaulan kita sering mendegar istilah ta’aruf. Kata ta’aruf terambil dari kata a’rafu yang berarti mengenal. kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal. Didalam al-Quran allah berfirman : Q. S. Hujurat ayat: 13 ٌ م يِ حَ ّ رٌ ابَ ّ و َ تً ا وبُ عُ شْ مُ ك َ نْ لَ عَ جَ ى وَ & ثْ نُ * اَ وٍ ر َ كَ ن/ ذِ ّ م مُ ك َ نْ قَ لَ خ ا َ ّ بِ 5 اُ اس َ ّ ن ل ا ا َ هُ ّ يَ * ا بٌ ر يِ = بَ خٌ م يِ لَ عَ َ ّ اَ ّ / نِ 5 اْ مُ كَ قْ تَ * اِ َ ّ اَ د نَ عْ مُ كَ مَ رْ كَ * اَ ّ / نِ 5 اْ واُ فَ رَ عَ تِ لَ لِ * P اَ بَ قَ وTerjemahan: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengentahui, Mahateliti. Ta’aruf yang akan dibahas di sini adalah proses saling mengenal antara dua orang lawan jenis yang ingin menikah. Jika di antara mereka berdua ada kecocokan maka bisa berlanjut ke jenjang pernikahan namun jika tidak maka proses pun berhenti dan tidak berlanjut. Islam tidak melarang ta’aruf, dalam sebuah hadits disebutkan, “Dari Anas bin Malik bahwa Al-Mughirah bin Syu’bah ingin menikah seorang wanita, maka Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – berkata kepadanya, “Pergi lalu lihatlah dia,

Transcript of cerama taarruf

PendahuluanIslam mengajarkan untuk memperbaiki pada 2 hubungan yang bisa menjadi penentu bagi kesuksesan kita didunia maupun diakhiran, mungkin kita sering mendengar tentang hablumminallah wahambumminannas (hubungan kepada allah dan hubungan kepada manusia) sebagai mahluk sosial kita saling membutuhkan itu sebabnya kita dituntut untuk memiliki hubungan baik dengan sesama.Pada hari ini saya akan menyampaikan ceramah saya yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Didalam pergaulan kita sering mendegar istilah taaruf.

Katataarufterambil dari kata arafu yang berarti mengenal. kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.

Didalam al-Quran allah berfirman :Q. S. Hujurat ayat: 13 Terjemahan:Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengentahui, Mahateliti.

Taaruf yang akan dibahas di sini adalah proses saling mengenal antara dua orang lawan jenis yang ingin menikah. Jika di antara mereka berdua ada kecocokan maka bisa berlanjut ke jenjang pernikahan namun jika tidak maka proses pun berhenti dan tidak berlanjut.Islam tidak melarang taaruf, dalam sebuah hadits disebutkan, Dari Anas bin Malik bahwa Al-Mughirah bin Syubah ingin menikah seorang wanita, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya, Pergi lalu lihatlah dia, sesungguhnya hal itu menimbulkan kasih sayang dan kedekatan antara kalian berdua. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no 1938 dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah)Rambu-rambu taarufTaaruf bukanlah pernikahan yang menghalalkan apa yang dihalalkan bagi pasangan suami istri. Taaruf hanyalah proses pra pernikahan, maka selama akad nikah belum diikrarkan, maka mereka berdua adalah dua orang yang bukan mahram harus menjaga ada-adab islam.Namun, belakangan ini, taaruf mengalami penyempitan makna, karena telah diselewengkan kepada makna pacaran yang jelas-jelas diingkari oleh islam. Islam tidak mensyariatkan pacaran untuk menempuh ke jenjang pernikahan. Namun islam mensyariatkan taaruf sesuai batasan-batasan syariat. Taaruf yang benar adalah dengan langkah sebagai berikut:1. Pihak lelaki mencari keterangan tentang biografi, karakter, sifat, atau hal lain pada wanita yang ingin ia pinang melalui seseorang yang mengenal baik tentangnya demi maslahat pernikahan. Bisa dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang, seperti istri teman atau yang lainnya. Demikian pula dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berkeinginan meminang dapat menempuh cara yang sama.Dalam menempuh langkah pertama ini, perlu memerhatikan beberapa perkara antara lain: Tidak berkhulwat (berdua-duaan) dalam mencari informasi secara langsung dari wanita terkait dan sebaliknya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menegaskan, Dan janganlah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali jika sang wanita bersama mahramnya (Riwayat al-Bukhari no. 3006 dan Muslim 1341)Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam kembali menjelaskan hikmah dari larangan ini dalam sabdanya, Tidaklah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali setan adalah orang ketiga di antara mereka berdua. (Riwayat Ahmad 1/18, Ibnu Hibban (lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436))Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan seseorang ke kubangan perzinaan apalagi perbuatan zina itu sendiri dengan berbagai macam bentuknya. : Telah ditulis bagi tiap anak Adam bagiannya dari zina, dia pasti akan melakukan, yaitu kedua mata berzina dengan memandang, kedua telinga berzina dengan mendengar, lisan berzina dengan berbicara, tangan berzina dengan memegang, kaki berzina dengan melangkah, sementara hati berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkannya atau mendustakannya. (Riwayat al-Bukhari, lihat Shahih Targhib wa Tarhib II/398) Tidak ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita bukan mahram)2. Setelah menemukan kecocokan dan sebelum khitbah, bagi lelaki disunahkan melihat wanita yang ingin ia nikahi. Hal ini karena bermodalkan informasi saja terkadang tidak cukup, karena kondisi seseorang atau kecantikan seseorang itu relatif. Bisa saja cantik menurut kacamata seseorang, namun tidak cantik menurutnya. Sehingga Syekh Utsaimin rahimahullah menegaskan, Sesungguhnya penglihatan orang lain tidak mewakili penglihatan sendiri secara langsung. Bisa jadi seorang wanita cantik menurut seseorang namun tidak cantik menurut orang yang lain. (Syarhul Mumti XII/20)Saat seorang lelaki ingin wanita yang akan ia khitbah, maka ia harus memperhatikan rambu-rambu nazhar yang telah dijelaskan oleh Syekh Utsamin rahimahullah dalam Syarhul Mumti XII/22 sebagai berikut :1. Tidak berkhalwat (berdua-duaan) dengan sang wanita tatkala memandangnya.Untuk menjauhi khalwat ketika nazhar, maka ia bisa melihat wanita yang ingin ia pinang ditemani wali si wanita atau jika tidak mampu maka ia bisa bersembunyi dan melihat wanita tersebut di tempat di mana ia sering melalui tempat tersebut.2. Hendaknya memandangnya dengan tanpa syahwat, karena nazhar (memandang) wanita ajnabiyah karena syahwat diharamkan. Selain itu, tujuan dari melihat calon istri adalah untuk mengetahui kondisinya bukan untuk menikmatinya.3. Hendaknya ia memiliki prasangka kuat bahwa sang wanita akan menerima lamarannya.4. Hendaknya ia memandang kepada apa yang biasanya nampak dari tubuh sang wanita, seperti muka, telapak tangan, leher, dan kaki.5. Hendaknya ia benar-benar bertekad untuk melamar sang wanita. Yaitu hendaknya pandangannya terhadap sang wanita itu merupakan hasil dari keseriusannya untuk maju menemui wali wanita tersebut untuk melamar putri mereka. Adapun jika ia hanya ingin berputar-putar melihat-lihat para wanita satu per satu, maka hal ini tidak diperbolehkan.6. Hendaknya sang wanita yang dinazharnya tidak bertabarruj, memakai wangi-wangian, memakai celak, atau yang sarana-sarana kecantikan yang lainnya.

Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori yaituHablum Minallah(hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) danHablum Minannas(hubungan manusia dengan manusia). Allah menghendaki kedua hubungan tersebut seimbang walaupun hablumminannaslebih banyak di tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih mementingkan urusan kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karenahablumminannaslebih komplek dan lebih komprehensif.