CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf ·...

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMANFAATAN BATU KUNING (DOLOMITE LIMESTONE) SEBAGAI BAHAN SUBBASE COURSE JALAN DITINJAU DARI BESARNYA NILAI kv PADA PENGUJIAN STANDARD PROCTOR DAN CBR DALAM KONDISI UNSOAKED (Utilization of Dolomite Limestone as Subbase Course Road Materials Based on The Value of k v on Standard Proctor and CBR Testing at Unsoaked Condition) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : HERI SUDARMADI I 1106007 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf ·...

Page 1: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMANFAATAN BATU KUNING (DOLOMITE LIMESTONE) SEBAGAI

BAHAN SUBBASE COURSE JALAN DITINJAU DARI BESARNYA

NILAI kv PADA PENGUJIAN STANDARD PROCTOR DAN

CBR DALAM KONDISI UNSOAKED

(Utilization of Dolomite Limestone as Subbase Course Road Materials Based on

The Value of kv on Standard Proctor and CBR Testing at Unsoaked Condition)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

HERI SUDARMADI

I 1106007

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMANFAATAN BATU KUNING (DOLOMITE LIMESTONE) SEBAGAI

BAHAN SUBBASE COURSE JALAN DITINJAU DARI BESARNYA

NILAI kv PADA PENGUJIAN STANDARD PROCTOR DAN

CBR DALAM KONDISI UNSOAKED

(Utilization of Dolomite Limestone as Subbase Course Road Materials Based on

The Value of kv on Standard Proctor and CBR Testing at Unsoaked Condition)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

HERI SUDARMADI

I 1106007

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan

hari esok adalah harapan ”

Kupersembahakan untuk :

Bapak, Ibu, adik dan kakak-kakak ku tercinta

Page 4: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

HERI SUDARMADI, 2011. Pemanfaatan Batu Kuning (Dolomite Limestone) sebagai Bahan Subbase Course Jalan Ditinjau dari Besarnya Nilai kv pada Pengujian Standard Proctor dan CBR dalam Kondisi Unsoaked. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Batu Kuning (Dolomite Limestone) yang diambil di desa Soko kecamatan Miri kabupaten Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan jalan khususnya lapis pondasi bawah (subase course). Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik material batu kuning, menentukan variasi rancangan material subbase course berupa batu kuning dengan penambahan agregat pilihan berupa kerikil dan pasir, serta menganalisis besar prosentase nilai CBR unsoaked dan nilai kv dengan menggunakan material batu kuning serta menambahkan agregat pilihan berupa pasir dan kerikil sebagai bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji 96 buah yang terdiri dari batu kuning, batu kuning + pasir, batu kuning + kerikil dan batu kuning + pasir + kerikil. Sampel terdiri dari 4 variasi campuran, 5 variasi penambahan air sebesar 0ml, 50ml, 100ml, 150ml, 200ml pada tiap benda uji untuk pengujian standard Proctor dilakukan sesuai dengan British standard, kemudian diambil nilai yang maksimum dari tiap sampel variasi pencampuran untuk dilakukan pengujian CBR unsoaked berdasarkan prosedur-prosedur laboratorium sesuai dengan British standard. Untuk menentukan nilai modulus reaksi tanah dasar (kv) dilakukan pendekatan antara hubungan nilai CBR unsoaked dan nilai modulus reaksi tanah dasar (kv). Pengujian material batu kuning pada sampel A3, perbandingan variasi campuran = 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) dengan berat isi kering 1,506 gr/cm3 didapatkan nilai CBR unsoaked sebesar 37,76% menghasilkan nilai kv 108031,56 kN/m3. Variasi penambahan pasir pada sampel B3, perbandingan variasi campuran = 1(batu kuning) : 3(pasir) dengan berat isi kering 2,063 gr/cm3 didapatkan nilai CBR unsoaked sebesar 98,99 % menghasilkan nilai kv 230155,12 kN/m3. Variasi penambahan kerikil pada sampel C4, perbandingan variasi campuran = 3(batu kuning) : 1(kerikil) dengan berat isi kering 1,621 gr/cm3 didapatkan nilai CBR unsoaked sebesar 41,06% menghasilkan nilai kv 116389,24 kN/m3. Variasi penambahan kerikil dan pasir pada sampel D1, perbandingan variasi campuran = 1(batu kuning) : 1(kerikil ½’) : 1(pasir) dengan berat isi kering 1,937 gr/cm3 didapatkan nilai CBR unsoaked sebesar 60,86 % menghasilkan nilai kv

157298,35 kN/m3.

Kata kunci : berat isi kering, CBR unsoaked, dan nilai kv

Page 5: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

HERI SUDARMADI, 2011. Utilization of Dolomite Limestone as Subbase Course Road Materials Based on The Value of kv on Standard Proctor and CBR Testing at Unsoaked Condition. Script of Civil Engineering Department of Engineering Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

Dolomite limestone are taken in the village of Soko Miri district of Sragen regency is the first step of of utilization of dolomite limestone as subbase course road materials. This research aims to analyze the material characteristics of dolomite limestone, determining the variations of design subbase course material in the form of dolomite limestone with addition sand and gravel, and analyzing large percentage of CBR unsoaked and the value kv by using dolomite limestone materials as well as the option of adding aggregate sand and gravel as research material.

This research uses an experimental method with a total of 96 test specimens consisting of dolomite limestone, dolomite limestone + sand, dolomite limestone + gravel , dolomite limestone gravel + sand. The sample consisted of four variations of the mixture, 5 variations of 0ml addition of water, 50ml, 100ml, 150ml, 200ml in each test specimen for the standard Proctor test conducted in accordance with British standards, then taken the maximum value of each sample to be tested the variation of mixing CBR unsoaked based on laboratory procedures in accordance with British standards. To determine the value of modulus of subgrade reaction (kv) do approach between relationship unsoaked CBR value and the value modulus of subgrade reaction (kv).

Dolomite limestone material testing on the sample A3, the mixture ratio variation = 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) with a dry density of 1,506 gr/cm3 values obtained of CBR unsoaked 37,76% resulted the value of kv 108031,56 kN/m3. Variations in the addition of sand on the sample B3, the mixture ratio variation = 1(dolomite limestone) : 3(sand) with a dry density 2,063 gr/cm3 values obtained of CBR unsoaked 98,99 % resulted the value of kv 230155,12 kN/m3. Variation addtioned of gravel at sample C4, the mixture ratio variation = 3(dolomite limestone) : 1(gravel) with a dry density 1,621 gr/cm3 values obtained of CBR unsoaked 41,06% resulted the value of kv

116389,24 kN/m3. Variation addtioned of gravel and sand at sample D1, the mixture ratio variation = 1(dolomite limestone) : 1(gravel ½’) : 1(sand) with a dry density 1,937 gr/cm3 values obtained of CBR unsoaked 60,86 % resulted the value of kv 157298,35 kN/m3.

Keyword : dry density, CBR unsoaked, and the value of kv

Page 6: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pemanfaatan Batu kuning (Dolomite Limestone) sebagai Bahan Subbase

Course Jalan Ditinjau dari Besarnya Nilai kv pada Pengujian Standard

Proctor dan CBR Unsoaked”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik bimbingan maupun kerjasama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Pimpinan Pogram S1 Non Reguler Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bambang Setiawan, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ir. Ary Setyawan, M.Sc, Ph.D selaku Dosen Pembimbing II.

5. Setiono ST, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Staf pengelola/laboran Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Saudara Fahri, Ristanto, Taru yang telah membantu selama penelitian.

8. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil 2006.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan

kritik akan sangat membantu demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 7: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh

masyarakat Indonesia untuk melakukan mobilitas keseharian sehingga volume

kendaraan yang melewati suatu ruas jalan mempengaruhi kapasitas dan kemampuan

dukungnya. Sering kita dijumpai kondisi jala-jalan dalam keadaan rusak. Kerusakan

struktur lapisan perkerasan jalan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. salah satu

contoh yaitu lapis pondasi bawah (subbase course), penyebab dari kerusakan pada

lapisan ini yaitu kondisi tanah dasar yang kurang stabil, material konstruksi

perkerasan yang tidak baik dan proses pemadatan lapisan perkerasan yang kurang

baik.

Kondisi jalan di daerah Miri kabupaten Sragen merupakan daerah yang sering terjadi

kerusakan pada struktur lapis perkerasan jalan. Dengan demikian demi penghematan

biaya yang dikeluarkan dan efiesiensi waktu terhadap pelaksanaan perbaikan jalan,

penggunaan material lokal akan memberikan alternatif yang baik untuk bahan

perkerasan jalan. Di daerah kecamatan Miri terdapat hamparan luas batu kuning

(dolomite limestone) yang terdapat di perbukitan desa Soko.

Perubahan cuaca atau iklim menyebabkan terjadinya fluktuasi kadar air pada tanah

dasar. Pada musim hujan kadar air menjadi lebih besar dibanding musim kemarau.

Kekuatan atau kekakuan tanah dasar dipengaruhi oleh perubahan kadar air dan

diperhitungkan dengan mengevaluasi parameter kekuatan tanah dasar, misalnya

dengan CBR (California Bearing Ratio), Hardiyatmo (2007).

Page 8: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Ada beberapa metode untuk menentukan daya dukung tanah seperti CBR (California

Bearing Ratio), k (modulus of subgrade reaction), Mr (resilient modulus), DCP

(Dynamic Penetrometer) dan HCP (Hand Cone Penetrometer). Di Indonesia daya

dukung tanah dasar untuk kebutuhan perencanaan tebal perkerasan jalan ditentukan

dengan mempergunakan pemeriksaan CBR (Sukirman, 1999). Vertical Modulus of

subgrade reaction (kv), didefinisikan sebagai nilai banding antara unit tegangan reaksi

tanah terhadap penurunan yang terjadi. kv digunakan dalam perhitungan pondasi

elastik, yaitu pondasi yang dianggap berperilaku elastik pada saat menerima

pembebanan

Latar belakang masalah di atas menjadi dasar dalam penelitian ini dengan

memanfaatkan material lokal berupa batu kuning, sebagai bahan pembuatan struktur

lapisan perkerasan jalan yang ditinjau dari lapisan subbase course. Kondisi tidak

terendam (unsoaked) adalah pemodelan dari musim kering. Penelitian ini merupakan

langkah awal dalam mengatasi kerusakan jalan dan diharapkan dalam penelitian ini

dapat memprediksi nilai CBR unsoaked dan nilai kv di daerah lain yang ditinjau pada

lapisan subbase course.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar belakang di atas, adalah :

1. Bagaimana karakteristik material batu kuning?

2. Bagaimana komposisi variasi material yang digunakan (batu kuning, pasir dan

kerikil) untuk memenuhi standar sebagai bahan lapisan subbase course?

3. Berapakah besar nilai CBR unsoaked yang dihasilkan dari variasi komposisi

material diatas?

4. Berapakah besar nilai kv yang didapat dari hasil nilai CBR unsoaked yang

dihasilkan?

Page 9: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

1.3. Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan dengan uji laboratorium sesuai Brithish standard

2. Material batu kuning merupakan material lokal dari daerah desa Soko kecamatan

Miri kabupaten Sragen.

3. Jenis material adalah material batu kuning untuk lapisan subbase course.

4. Variasi pencampuran yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : material batu

kuning saja (kelompok A), batu kuning + pasir (kelompok B), batu kuning +

kerikil (kelompok C), batu kuning + kerikil dan pasir (kelompok D).

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis karakteristik material batu kuning, pasir dan kerikil.

2. Menentukan variasi rancangan material subbase course berupa batu kuning

dengan penambahan pasir dan kerikil.

3. Menganalisis seberapa besar prosentase CBR unsoaked dan nilai kv pada variasi

rancangan di atas.

1.5. Manfaat

1.5.1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, maka dapat diketahui hubungan antara pengujian

pemadatan standard Proctor test, dengan CBR unsoaked dan nilai kv pada struktur

lapisan subbase course untuk perkerasan jalan.

Page 10: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1.5.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi petunjuk di lapangan untuk :

1. Mengetahui karakteristik material batu kuning.

2. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk

mengetahui variasi campuran material.

3. Sebagai salah satu alternatif penggunaan batu kuning sebagai bahan yang

digunakan untuk lapisan perkerasan jalan khususnya untuk lapisan subbase

course.

Page 11: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Perencanaan perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan yang

memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka panjang, yang

umumnya memperhitungkan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan ulang,

perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan dan sifat penting

lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di bawahnya

serta menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan lapis pondasi

bawah, (Oglesby dan Hicks, 1982 dalam Basuki dan Aprianto (2001)).

Material struktur lapis perkerasan, seperti lapis pondasi (base course), lapis pondasi-

bawah (subbase course), dan lapis permukaan harus terdiri dari campuran material

granuler. Struktur pembentuk perkerasan yang stabil secara mekanis, umumnya

terdiri dari campuran agregat kasar (kerikil, batu pecah, slag dan sebagainya), agregat

halus (abu batu, pasir dan sebagainya), lanau, lempung, yang dicampur dengan

proporsi tertentu dan dipadatkan dengan baik, (Hardiyatmo, 2010).

Potensi batu kapur (Limestone) yang diambil dari Bukit Sebun Ipil desa Kutampi

Kaler kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung sebagai agregat perkerasan

jalan. dengan hasil penelitian agregat batu kapur Nusa Penida cukup baik untuk bahan

campuran perkerasan jalan, baik untuk lapisan pondasi bawah, pondasi atas dan lapis

campuran perkerasan jalan. Dilihat dari sifat fisik agregat yaitu berat jenis 2,6 gr/cm,

abrasi 27,3 %, soundness 5,9%, dan kelekatan terhadap aspal > 90% masih dalam

batas rentang baku mutu standar Bina Marga (Negara dan Putra, 2010).

Page 12: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Vertikal Modulus of subgrade reaction (kv), didefinisikan sebagai nilai banding antara

unit tegangan reaksi tanah terhadap penurunan yang terjadi. Vertikal Modulus of

subgrade reaction (kv), digunakan dalam perhitungan pondasi elastik, yaitu pondasi

yang dianggap berperilaku elastik pada saat menerima pembebanan (Daud,

dkk.,2009).

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Struktur Lapis Perkerasan

Struktur perkerasan lentur, umumnya terdiri atas: lapis pondasi bawah (subbase

course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).

Sedangkan susunan lapis perkerasan adalah seperti diperlihatkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Susunan lapis perkerasan jalan (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002)

2.2.2 Lapis Pondasi Bawah ( Subbase Course )

Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak

antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari material

berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan

tanah yang distabilisasi.

Page 13: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar beban

roda.

b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan

diatasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya konstruksi).

c. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.

d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.

Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung

tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat pelaksanaan konstruksi)

atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari

pengaruh cuaca.

Bermacam-macam jenis tanah setempat (CBR > 20%, PI < 6%) yang relatif lebih

baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-

campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland, dalam beberapa hal

sangat dianjurkan agar diperoleh bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi

perkerasan.

2.2.3 Material Struktur Lapis Perkerasan

Dolomite adalah carbonate mineral yang terdiri dari calcium magnesium carbonate

CaMg(CO3)2. Pada umumnya terdapat pada batuan sedimen yang disebut dolostone.

Dolomite mempunyai karakteristik fisik, yaitu berwarna kuning, merah muda, putih,

coklat, merah dan berkristal. Dolomite lebih keras dan padat bila disbandingkan batu

kapur, dan lebih tahan terhadap asam.

Page 14: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

(a) (b)

Gambar 2.2 Dolomite

Material struktur lapis perkerasan, seperti lapis pondasi (base course), lapis pondasi-

bawah (subbase course), dan lapis permukaan harus terdiri dari campuran material

granuler. Struktur pembentuk perkerasan yang stabil secara mekanis, umumnya

terdiri dari campuran agregat kasar (kerikil, batu pecah, slag dan sebagainya), agregat

halus (abu batu, pasir dan sebagainya), lanau, lempung, yang dicampur dengan

proporsi tertentu dan dipadatkan dengan baik, (Hardiyatmo, 2010).

Distribusi ukuran butiran untuk perkerasan jalan yang paling banyak dipakai (secara

umum) untuk pekerjaan perkerasan jalan adalah Department of the Army and The Air

Force, 1994. Berikut ini adalah distribiusi ukuran butiran untuk perkerasan jalan yang

disajikan pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Distribiusi ukuran butiran untuk perkerasan jalan (Department of the Army

and The Air Force, 1994)

Persen lolos saringan (%) Ukuran saringan Lapis pemukaan Lapis pondasi - bawah

(Lapis pondasi) 26,5 mm 100 100 19,0 mm 85 - 100 70 - 100 9,5 mm 65 - 100 50 - 80

4,75 mm (no.4) 55 - 85 32 - 65 2,36 mm (no.8) 1) 20 - 60 25 - 50 0,425 mm (no.40) 25 - 45 15 - 30

0,075 mm (no.200) 2) 10 - 25 5 - 15

Page 15: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2.2.4 Pengujian Pemadatan Standar (Standard Proctor Test)

Pemadatan tanah merupakan suatu proses mekanis dimana udara dalam pori tanah

dikeluarkan. Adapun proses tersebut dilakukan pada tanah yang digunakan sebagai bahan

timbunan. Dengan maksud :

a) Mempertinggi kekuatan tanah.

b) Memperkecil pengaruh air pada tanah.

c) Memperkecil compressibility dan daya rembes airnya.

d) Kepadatan tanah itu mulai dari berat isi kering tanah ( dry density ) dan tergantung

pada kadar air tanahnya ( water content ). Pada derajat kepadatan tinggi berarti :

§ Berat isi maksimum.

§ Kadar air tanahnya )(w optimum.

§ Angka porinya ( e ) minimum.

Standart Proctor ini adalah suatu percobaan tanah disamping percobaan yang lain yaitu

modified compaction test untuk memeriksa kadar air tanah dan sifat yang lain.

Gambar 2.3 Kurva hasil pemadatan pada berbagai jenis tanah (ASTM D-698)

Page 16: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pada tanah pasir gd cenderung berkurang saat kadar air )(w bertambah. Pengurangan

gd ini adalah akibat dari pengaruh hilangnya tekanan kapiler saat kadar air bertambah.

Pada kadar air rendah, tekanan kapiler dalam tanah yang berada di dalam rongga pori

menghalangi kecenderungan partikel untuk bergerak, sehingga butiran cenderung

merapat (padat), (Hardiyatmo, 2006).

Proses pemadatan material batuan dapat digunakan prosedur dalam tabel 2.2 diambil

dari buku manual of soil laboratory testing, Head (1980).

Tabel 2.2 Prosedur pemadatan ( Head, 1980 )

Type of test (and BS 1377 : 1975 Test No.)

Container Rammer No. Blows

mass drop of per (kg) (mm) layers layer

"Ordinary" Compaction

Old "Proctor"

2.5 305 3 25

BS mould 2.5 300 3 27 CBR mould 2.5 300 3 62

"Heavy" Compaction

Old "Proctor"

4.5 457 5 25

BS mould 4.5 450 5 27 CBR mould 4.5 450 5 62

Vibrating hammer CBR mould 32 to 41

(vibration) 3 (1 min)

Dietert 2 inch

diameter 8.14 50.8 2

ends 10 each

end

2.2.5 California Bearing Ratio (CBR)

CBR didefinisikan sebagai perbandingan dari gaya yang dibutuhkan untuk penetrasi

sebuah piston dengan luas permukaan 1935 mm2 ( 3 in2 ) ke dalam tanah yang

ditempatkan di sebuah tempat khusus dengan kelajuan rata – rata 1 mm/ mnt ( 0.05

in/ mnt ), dari kebutuhan yang sama untuk penetrasi contoh standar batu pecah yang

dipadatkan. Perbandingan yang digunakan adalah penetrasi ke – 2.5 dan 5.0 mm ( 0.1

dan 0.2 in ) dan yang digunakan adalah harga tertinggi.

Page 17: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

%100´=GayandarSta

TerukurGayaCBR .........................................(2.1)

Beban permukaan piston berbentuk semi-lingkaran terbuat dari logam, biasanya

diletakkan di atas permukaan contoh tanah sebelum diuji. Piston memiliki berat 2 kg

setara dengan ketebalan konstruksi beban luar setebal 70 mm, dalam satuan Inggris

memiliki berat 5 lb setara dengan ketebalan 3 in.

Pengujian CBR menggunakan prinsip penetrasi geser dengan kelajuan tetap dimana

standar plunger didorong masuk ke dalam tanah dengan kelajuan tetap dan gaya yang

dibutuhkan untuk mempertahankan kelajuan diukur tiap interval tertentu. Hubungan

beban – penetrasi digambarkan sebagai grafik, mulai dari beban diterapkan menjadi

penetrasi standar beban tidak dibaca dan ditunjukkan sebagai perbandingan dari

beban standar.

Standar gaya dihasilkan dari kisaran penetrasi mulai dari 2 hingga 12 mm. Gaya yang

ditunjukkan adalah tipe berat, berdasarkan penetrasi 2.5 dan 5 mm, digunakan dalam

perhitungan standar nilai CBR. Pernyataan ini sama dengan kriteria asli untuk tekanan

kontak di bawah plunger dengan luas permukaan 3 in2, adalah 1000 lb/in2 di penetrasi

0.1 dan 1500 lb/in2 di penetrasi 0.2, dapat ditunjukkan pada Tabel 2.1 Hubungan

standar gaya – penetrasi untuk uji CBR (Head, 1980).

Tabel 2.3 Hubungan standar gaya – penetrasi untuk uji CBR (Head, 1980)

Tekanan( in ) ( mm ) ( kN ) ( lbf ) ( lb/in2 )

2 11.50.1 2.5 13.24 3000 1000

4 17.60.2 5 19.96 4500 1500

6 22.28 26.310 30.312 33.5

Penetrasi Gaya

Standar Gaya

Page 18: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Gaya standar ini didasarkan pada uji contoh pemadatan batu pecah, yang

didefinisikan sebagai nilai CBR 100%. Berdasarkan beberapa grafik pengujian CBR,

dari 20 hingga 200% nilai CBR, dapat diperlihatkan pada Gambar 2.2 grafik beberapa

nilai CBR.

Gambar 2.4 Grafik beberapa nilai CBR ( Head, 1980 ) Nilai CBR mungkin terjadi melebihi 100%, hal ini terjadi pada pemadatan slag

(limbah peleburan logam) pecah dan tanah yang telah distabilkan. Pada intinya nilai

CBR adalah rata – rata dari pengumpulan data grafik beban – penetrasi sebagai

kuantitas numerik tunggal (harga tunggal).

Nilai CBR yang diberikan oleh tanah tergantung dari kepadatan kering dan kadar

airnya. Sesuai dengan derajat kepadatan, nilai CBR akan turun dengan bertambahnya

kadar air dan penurunan ini bisa lebih cepat jika berada di atas kadar air optimum.

Davis (1949) dalam Head (1980) menyebutkan rata – rata penurunan semakin tajam

untuk tanah berbutir kasar. Pada Gambar 2.12 hubungan nilai CBR dengan kadar air

dan grafik pemadatan dapat digambarkan pada skala logaritmik.

Page 19: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar 2.5 Hubungan nilai CBR dengan kadar air dan grafik pemadatan (Head, 1980)

Terdapat dua puncak pada kurva C terjadi pada kepadatan kering optimum tanah

lempung, terutama untuk usaha pemadatan tingkat rendah. Hubungan yang sama

dapat dibuat untuk derajat pemadatan yang lain.

Nilai CBR umumnya diaplikasikan pada desain runway atau taxiway lapangan

terbang dan jalan raya. Grafik desain standar digunakan para insinyur untuk

menentukan ketebalan konstruksi berdasarkan nilai CBR tergantung dari antisipasi

kondisi lalu-lintas kendaraan atau pesawat terbang sesuai dengan beban sumbu dan

frekuensi lalu-lintas.

Praktisi Amerika memperkenalkan benda uji CBR dengan cara perendaman. Upaya

ini sebagai tindakan pencegahan untuk mengijinkan penambahan kadar air ke dalam

tanah selama terjadi banjir atau kenaikan muka air tanah. Perendaman cenderung

menghasilkan distribusi kadar air yang tidak rata pada contoh tanah. Geser pada sisi

dalam mould menghasilkan pengembangan yang tidak seragam dan 10 mm bagian

atas atau lebih tanah cenderung melunak daripada yang terjadi di lapangan.

Page 20: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Tabel 2.4 Tebal Sub-base course berdasarkan mutu tanah dasar (Departemen Pekerjaan Umum, 2002)

Jenis sub grade Definisi Tebal sub base minimum

Lemah Sub grade dengan CBR ≤ 2 % 150 mm

Normal Sub grade dengan 2 % ≤ CBR ≤ 15 % 80 mm

Stabil CBR ≥ 15 % 0 mm

Tabel 2.5 Prosedur standar untuk pemadatan material (Kutzner, 1997)

Material Simbol

kelompok

Tebal lapisan sebelum dipadatkan

(cm)

Lempung plastisitas tinggi CH 15 – 20

Lanau plastis MH 20 – 25

Lempung plastisitas rendah CL 20 - 30

Lanau plastisitas rendah ML 20 - 30

Pasir berlempung SC 20 - 30

Pasir berlanau SM 20 - 30

Pasir dan Sirtu, Gradasi buruk SP 30 – 50

Pasir dan Sirtu, Gradasi baik SW 40 – 60

Kerikil berlempung GC 20 – 30

Kerikil berlanau GM 30 – 40

Kerikil, gradasi buruk GP 40 – 50

Kerikil, gradasi baik GW 50 – 60

Urugan batu - 60 - 150

Catatan :

*Berat rata-rata pemadat 100 – 150 kN. Pemadat terberat yang tersedia sebaiknya

digunakan. Kecepatan rata-rata operasi 5 km/jam.

Page 21: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2.2.6 Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv)

Modulus of subgrade reaction (kv), didefinisikan sebagai nilai banding antara unit

tegangan reaksi tanah terhadap penurunan yang terjadi. Modulus of subgrade reaction

(kv), digunakan dalam perhitungan pondasi elastik, yaitu pondasi yang dianggap

berperilaku elastik pada saat menerima pembebanan (Daud, dkk.,2009).

Rumus dasar perhitungan nilai koefisien tanah subgrade (kv) untuk pelat kaku

(Hardiyatmo dkk., 2000) adalah :

dp

kv = ……………………………………………………………….………..(2.2)

dengan, kv = nilai modulus reaksi subgrade tanah (kN/m2.m-1) p = tekanan (kN/m2) δ = lendutan pelat (m)

Untuk pelat yang fleksibel diusulkan dengan menggunakan persamaan (Hardiyatmo

dkk., 2000) adalah:

a

Cv

AQ

kd

= ....................................................................................................... (2.3)

dengan, Q = beban titik (kN) Ac = luas bidang tekan (m2) δa = nilai defleksi rerata pelat (m)

Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar (k) dapat menggunakan hubungan nilai

CBR dengan k seperti yang ditunjukkan pada grafik nomogram yang diambil dari

literatur Highway Engineering (Teknik Jalan Raya), Oglesby dan Hicks, Stanford

University & Oregon State University, 1996 dalam Firdaus (2009).

Page 22: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Gambar 2.6 Hubungan antara k dan CBR (Oglesby dan Hicks, 1996 dalam Firdaus 2010)

Page 23: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Pengambilan Sampel Material

3.1.1. Pengambilan Material Batu Kuning

Material Batu kuning yang digunakan dalam pengujian diambil dari desa Soko

kecamatan Miri kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Gambar 3.1 Wilayah Desa Soko Kecamatan Miri Kabupaten Sragen

3.1.2. Pengambilan Material Pasir

Material pasir yang digunakan dalam pengujian merupakan pasir dari kecamatan

Muntilan kabupaten Magelang Jawa Tengah.

Desa Soko

Page 24: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3.1.3. Pengambilan Material Kerikil

Material kerikil yang digunakan dalam pengujian merupakan kerikil dari

kecamatan Mojogedang kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

3.2. Pengujian Laboratorium

3.2.1. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan dalam pengujian contoh material penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bahan yang digunakan antara lain :

· Material batu kuning

· Kerikil

· Pasir

2. Alat yang digunakan antara lain :

· Mesin Los Angeles

· Sieve Analysis Apparatus

· Casagrande Test Apparatus

· Standard Proctor Test

· CBR Apparatus

· Dongkrak

· Jangka sorong

· Cangkul dan karung

3.2.2. Pengujian Klasifikasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui jenis material dan sifat – sifat fisiknya.

Pengujian yang dilakukan meliputi :

1. Spesific gravity (ASTM C-128) untuk mengetahui karakteristik agregat.

Page 25: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2. Gradasi agregat (ASTM C-33), untuk mengetahui distribusi ukuran butiran

tanah.

3. Pengujian abrasi dengan mesin Los Angeles (ASTM C-131) untuk

mengetahui nilai keausan dari agregat kasar.

4. Atterberg limit (ASTM D 4318–95a), untuk mengetahui batas-batas

konsistensi tanah (batas cair,batas plastis dan indeks plastisitas).

3.2.3. Pengujian Pemadatan

Pengujian pemadatan yang dilakukan menggunakan standard Proctor (ASTM D

698-91). Pemadatan adalah proses merapatkan antar partikel tanah satu sama lain

oleh usaha mekanik. Pemadatan diharapkan dapat mengurangi seluruh rongga

udara pada tanah.

3.2.3.1. Persiapan Benda Uji

Mengambil material kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur ±

110° C selama 24 jam. Material yang terdiri dari bongkahan besar dihancurkan

secara manual yaitu menumbuk dengan palu, sedangkan tanah yang berukuran

kecil langsung diayak dengan ayakan No. 4 (4.75 mm). Setiap mould uji

membutuhkan sekitar 2500 gr material, dalam satu variasi membutuhkan 12.500

gr untuk empat mould uji seluruhnya membutuhkan 50.000 gr dari keempat

variasi. Sehingga didapatkan grafik hubungan kadar air dengan kepadatan kering

maksimum dari tiap-tiap variasi.

Setiap 2500 gr material ditambahkan dengan air. Penambahan air dimulai dari

kondisi terburuk dengan kadar air yang besar, berangsur – angsur diturunkan

jumlahnya hingga material yang terakhir. Hal ini mencerminkan kepadatan kering

lebih besar dari kepadatan kering maksimum kemudian turun pada kepadatan

kering kurang dari maksimum. Kemudian contoh tanah dimasukkan ke dalam

plastik, diikat dan disimpan dalam ruangan sejuk, terhindar dari sinar matahari

langsung selama ± 24 jam, proses ini disebut proses pemeraman.

Page 26: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3.2.3.2. Alat dan Bahan

1. Mould logam berbentuk silinder, dengan dimensi 101.5 mm diameter dan

115.5 mm tinggi. Volume sillinder adalah 1000 cm3.

2. Alat penumbuk manual. Diameter penumbuk 50 mm dan berat penumbuk

2.5 kg dan tinggi jatuh 300 mm.

3. Silinder ukur 1000 ml.

4. Plastik tipis.

5. Dongkrak, untuk mengeluarkan material padat dari mould.

6. Alat – alat kecil: pisau tipis, besi perata tipis 300 mm panjang, sekop.

7. Oven pengering, 105 – 110° C, dan alat – alat lain untuk menentukan kadar

air ( cawan ).

3.2.3.3. Cara Kerja

1. Menyiapkan alat – alat. Mould, tutup mould dan plat dasar harus dalam

keadaan kering dan bersih. Diameter mould adalah 4 in, berat penumbuk

dan tinggi jatuh diperiksa agar sesuai dengan standar yaitu 2.5 kg dan 300

mm dengan diameter 50 mm. Bagian dalam mould perlu diberi pelumas

untuk membantu mengeluarkan tanah dari dalam.

2. Memadatkan material. Contoh material yang telah melalui proses

pemeraman selama ± 24 jam kemudian dipadatkan. Proses pemadatan

menggunakan penumbuk manual. Memasukkan tiap 2500 gr material ke

dalam mould dibagi dalam 3 lapis dan setiap lapisnya dipadatkan dengan

penumbuk sebanyak 25 kali pukulan.

Page 27: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

( a )

( b )

Gambar 3.2 Pengujian kepadatan: ( a ) Mould 4 in, ( b ) Alat penumbuk

Jika jumlah material yang dimasukkan benar, maka permukaan material

setelah ditumbuk berada di sepertiga tinggi mould, sekitar 75 mm di

bawah bagian atas mould, atau 12.5 mm di bawah bagian atas tutup mould.

Memasukkan material untuk lapis yang kedua hingga setinggi mould lalu

Page 28: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

ditumbuk 25 kali. Mengulangi untuk lapis ketiga hingga permukaan

material setelah ditumbuk sekitar 6 mm diatas mould, seperti terlihat pada

Gambar 3.3 contoh material dalam mould setelah dipadatkan.

Gambar 3.3 Contoh material dalam mould setelah dipadatkan

(dalam Pratama, 2009)

3. Memotong material. Memindahkan tutup mould secara perlahan – lahan.

Memotong kelebihan material dan menyamakan tinggi material dengan

tinggi mould, mengecek dengan besi perata.

4. Menimbang material. Memindahkan plat dasar secara perlahan – lahan dan

memotong material pada bagian bawah mould untuk meratakan

permukaannya jika perlu. Kemudian menimbang material dan mould.

5. Mengeluarkan material. Memasang mould pada extruder dan

mendongkrak keluar material dalam mould.

6. Mengukur kadar air. Mengambil tiga material yang dianggap mewakili

dari tiap lapisan ke dalam cawan, kemudian menimbang berat material dan

cawan. Memasukkan tiga cawan berisi material ke dalam oven dengan

temperatur ± 110°C selama ± 24 jam, rata – rata dari tiga pengukuran

disebut kadar air.

7. Mengulang langkah 1 – 6 untuk 2500 gr material dengan penambahan air

yang berbeda.

Page 29: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3.2.4. Pengujian Pemadatan CBR ( California Bearing Ratio )

3.2.4.1. Persiapan Benda Uji

Dari pengujian pemadatan standar tadi diambil maxdg dan optw)( yang paling baik

kemudian digunakan pengujian pemadatan CBR. Mencari penambahan air dari

grafik kepadatan kering dan kadar air sesuai dengan interval yang diambil tiap 0

ml, 50 ml, 150 ml atau 200 ml .Kemudian sampel material tiap 5000 gr.

Penambahan air didapat dari uji pemadatan yang menyatakan kepadatan kering

maksimum pada kadar air optimumnya.. Kemudian contoh tanah dimasukkan ke

dalam plastik, diikat dan disimpan dalam ruangan sejuk, terhindar dari sinar

matahari langsung selama ± 24 jam, proses ini disebut proses pemeraman.

3.2.4.2. Alat dan Bahan

1. Mould logam silinder, dengan dimensi 152 mm diameter dan 127 mm

tinggi. Mould ini dipasangkan dengan pegangan plat dasar dan tutup yang

bisa dilepas.

2. Piringan pembentuk, dengan dimensi 150.8 mm diameter dan 61.4 mm

tebal. Sebelum melakukan pemadatan, memasukkan piringan pembentuk

kedalam mould, sehingga tinggi mould menjadi 116.4 mm sama seperti

mould Proctor.

3. Alat penumbuk manual. Diameter penumbuk 50 mm dan berat penumbuk

2.5 kg dan tinggi jatuh 300 mm.

4. Silinder ukur 1000 ml.

5. Plastik tipis.

6. Dongkrak, untuk mengeluarkan material padat dari mould.

7. Alat – alat kecil: pisau tipis, besi perata tipis 300 mm panjang, sekop.

Page 30: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

8. Oven pengering, 105 – 110° C, dan alat – alat lain untuk menentukan kadar

air ( cawan ).

3.2.4.3. Cara Kerja

1. Menyiapkan alat –alat. Mould CBR yang digunakan berdiameter 152 mm

dan tinggi 127 mm. Mengecek berat penumbuk 2.5 kg dan tinggi jatuh 300

mm.

2. Memadatkan material. Contoh material yang telah melalui proses

pemeraman selama ± 24 jam kemudian dipadatkan. Memasukkan contoh

material 5000 gr ke dalam mould dibagi dalam 3 lapis dan setiap lapisnya

dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 62 kali pukulan.

( a ) ( b )

Gambar 3.4 Proses pemadatan: ( a ) Mould 152 mm, ( b ) Alat penumbuk

3. Memotong sampel material. Memotong kelebihan material dan

menyamakan tinggi material dengan tinggi mould, mengecek dengan besi

perata, seperti terlihat pada Gambar 3.4 contoh material dalam mould

setelah dipadatkan.

Page 31: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4. Menimbang sampel material. Memindahkan plat dasar secara perlahan –

lahan dan memotong material pada bagian bawah mould untuk meratakan

permukaannya jika perlu. Kemudian menimbang sampel material dan

mould.

3.2.5. Pengujian Penetrasi CBR ( California Bearing Ratio )

Pengujian CBR yang dilakukan yaitu CBR Unsoaked (tidak terendam)

menggunakan ASTM D – 1883. Uji CBR melakukan dorongan plunger ke dalam

tanah pada kondisi penetrasi tetap dan mengukur gaya yang dibutuhkan untuk

mempertahankan laju penetrasi. Pengujian CBR dilakukan dengan membuat

contoh material yang mendekati kondisi di lapangan. Jika kepadatan dan kadar air

di lapangan diketahui, contoh tanah dapat dipersiapkan untuk memenuhi kondisi

tersebut.

3.2.5.1. Alat dan Bahan

1. Portal beban ( mesin uji tekan ), memberikan gaya tekan yang dapat

dikendalikan sesuai standar penetrasi dilakukan menggunakan tangan.

2. Proving ring ( lingkaran kalibrasi beban ). Proving ring digunakan untuk

mengukur beban. Terdiri dari lingkaran elastik yang diketahui diameternya

dengan alat pengukur yang diletakkan di tengah lingkaran.

3. Plunger logam silinder. Dengan panjang 250 mm, luas penampang 1935

mm2 ( 3 in2 ) dan diameter 49.64 mm.

4. Dial gauge. Dengan kisaran 25 mm, pembacaan tiap 0.01 mm, untuk

mengukur penetrasi plunger ke dalam contoh tanah.

5. Beban permukaan semi-lingkaran 2 buah. Diameter luar 145 – 150 mm,

diameter dalam 52 – 54 mm dan berat 2 kg.

6. Pengatur waktu ( stopwatch ).

Page 32: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3.2.5.1. Cara Kerja

1. Mendudukkan mould, plat dasar dan sampel material pada tengah dudukan

plat mesin uji, dengan dudukan plat berada di paling bawah. Memasang

beban permukaan. Memastikan proving ring terpasang baik pada portal

beban dan plunger terpasang pada baik pada proving ring.

Menggerakkan tuas mesin uji sehingga dudukan plat bergerak ke atas,

sampai ujung plunger hampir menyentuh bagian atas contoh tanah.

Memasang penetration dial gauge pada plunger dan menghubungkannya

dengan tutup mould. Memastikan penetration dial gauge sudah terpasang

dengan baik dan memiliki gerak bebas sekitar 10 mm.

2. Memasang plunger. Plunger harus diletakkan diatas sampel material

dibawah dudukan beban. Menggerakkan tuas mesin uji sehingga dudukan

plat bergerak ke atas perlahan – lahan hingga proving ring menunjukkan

pembacaan. Mengatur dial gauge pada posisi nol. Mengatur penetration

dial gauge pada posisi nol, seperti terlihat pada Gambar 3.5

3. Menjalankan uji. Menggerakkan tuas mesin uji secara perlahan – lahan

dengan kecepatan penetrasi tetap, catat bacaan dial gauge pada proving

ring setiap interval penetrasi 50 x 0.01 mm dalam interval waktu 30 detik,

hingga bacaan penetrasi 500 x 0.01 mm dan waktu 5 menit. Selanjutnya

catat bacaan dial gauge pada proving ring setiap interval penetrasi 100 x

0.01 mm dalam interval waktu 60 detik, hingga bacaan penetrasi 700 x

0.01 mm dan waktu 7 menit. Kemudian catat bacaan dial gauge pada

proving ring penetrasi 900 x 0.01 mm tepat 9 menit. Mencatat bacaan

terakhir saat bacaan dial gauge pada proving ring penetrasi 1000 x 0.01

mm tepat 10 menit.

4. Memindahkan sampel material dari mesin uji. Menurunkan dudukan plat

dengan memutar tuas mesin uji ke arah berlawanan. Menurunkan beban

permukaan, kemudian menurunkan mould dari dudukan plat.

Page 33: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5. Mengeluarkan sampel material dari mould. Menggunakan dongkrak dan

extruder contoh material dikeluarkan dari mouldnya.

Gambar 3.5 Proses penetrasi CBR

3.2.6. Perhitungan Nilai kv

Hasil uji CBR juga dapat digunakan untuk mengestimasi nilai kv. Berikut ini akan

dipelajari prosedur penentuan modulus reaksi tanah dasar yang dilakukan dengan

cara melakukan pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar (kv) dengan

menggunakan hubungan nilai CBR dengan kv, yang diambil dari literatur Highway

Engineering (Teknik Jalan Raya), Oglesby dan Hicks, Stanford University &

Oregon State University, 1996. Berikut merupakan cara perhitungan menentukan

nilai kv yang dilakukan dengan cara pendekatan, yaitu dari nilai CBR yang telah

dihasilkan, dapat dipergunakan untuk menentukan nilai CBR sesuai dengan jarak

pada nomogram Oglesby dan Hicks menurut perhitungan jarak plot, sehingga

akan diperoleh nilai jarak CBR. Kemudian dari nilai jarak CBR tersebut ditarik ke

atas, untuk didapatkan nilai modulus reaksi tanah dasar atau nilai kv. Menyarankan

agar dalam penentuan nilai kv satuan dikonversikan dalam bentuk psi/in yaitu

dalam kN/m3.

Page 34: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3.3. Output/ Keluaran Penelitian

Data – data yang telah didapatkan dari pengujian kemudian akan dianalisis untuk

mendapatkan nilai keausan, indeks plastisitas, gradasi agregat,( maksdg dan optw ),

CBR (California Bearing Ratio) unsoaked dan Modulus of subgrade reaction (kv).

Penentuan nilai CBR dan kv diambil dari hasil variasi campuran material yang

diuji. Selanjutnya dibuat korelasi (hubungan) antara variasi campuran dengan nilai

CBR dan kv. Korelasi yang dilakukan merupakan usaha untuk memberikan

gambaran kepada penulis dan pembaca agar lebih jelas dalam melihat pemanfatan

material batu kuning untuk pembuatan stuktur lapisan perkerasan jalan yang

ditinjau dari lapisan subbase course.

Page 35: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3.4. Alur Penelitian

M u la i

P em ilih a n L o k a siP en g a m b ila n S a m p e l

P en g u jia n A b r a s i, A terb erg L im it, d a nG ra d a si A g reg a t

P en a m b a h a n A g reg a tP ilih a n B e ru p a

P a sir d a n K er ik il

P er s ia p a n C o n to h S a m p e l U jiC B R U n so a k ed

T ah ap I

T ah ap II

T ah ap III

T ah ap IV

S istem K la s if ik a s iB a tu K u n in g

B a tu K u n in g

P en g u jia n S ta n d a rd P ro c to r T es td i p e ro leh g d m ak s d a n w o p t

P en g u jia n C B R U n so a k ed

Y es

N oP er co b a a n H a sil U ji

N ila i C B RU n so a k ed

N ila ik v

K esim p u la n d a n S a r a n

S e le sa i

A n a lis is d a n P e m b a h a sa n

Gambar 3.7 Alur Penelitian

Page 36: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Material

4.1.1. Hasil Pengujian Batu Kuning

Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap batu kuning dalam penelitian ini

meliputi abrasi, berat jenis, gradasi agregat kasar dan nilai batas konsistensi

agregat kasar. Setelah dilakukan pengujian didapat hasil pengujian yang disajikan

dalam Tabel 4.1. Untuk perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap

terdapat pada Lampiran A.

Tabel 4.1 Hasil pengujian batu kuning

Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan

Abrasi 44 % Maks 50 % Memenuhi

Bulk Spesific Gravity 2,521 Min 2,5 Memenuhi

Bulk Spesific Gravity SSD 2,589 2,5 – 2,7 Memenuhi

Absorbtion 2,67 % Maks 3% Memenuhi

Hasil pengujian agregat kasar berdasarkan Department of the Army and The Air

Force (1994) dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan hasil pengujian dapat dilihat

selengkapnya dalam Lampiran A.

Page 37: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 4.2. Analisis data gradasi batu kuning

No Diameter Ayakan (mm)

Berat Tertinggal Berat Lolos

Kumulatif (%)

Department of the Army and The Air Force

(1994)

Berat (gram) %

Kumulatif (%)

1 26,50 0 0 0 100 100 2 19,00 328,5 21,91 21,91 78,09 70-100 3 9,50 361,5 24,11 46,02 53,98 50-80 4 4,75 292,2 19,49 65,51 34,49 32-65 5 2,36 127,7 8,52 74,03 25,97 25-50 6 0,425 150,3 10,02 84,05 15,95 15-30 7 0,075 154,2 10,28 94,33 5,67 5-15 8 Pan 85,1 5,67 100 0 -

Jumlah 1492.7 100 485,85

Modulus Kehalusan (MK) = 100

100-å tertinggalkomilatifberat

= 100

10085,485 -

= 3,86

Agregat yang hilang = 1500

%100)7,14921500( x-

= 0,486 %

Dari Tabel 4.2 gradasi agregat kasar di atas dapat digambarkan grafik gradasi

beserta batas gradasi yang disyaratkan oleh Department of the Army and The Air

Force (1994) sebagai berikut :

Page 38: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar 4.1 Grafik daerah susunan butir batu kuning

Dari Gambar 4.1. dapat dilihat batu kuning yang diuji berada pada batas

maksimum dan minimum, sehingga agregat yang digunakan memenuhi syarat dan

layak digunakan dalam pembuatan benda uji.

Gambar 4.2 Penentuan kadar air

Page 39: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dari grafik diperoleh harga LL (batas cair) = 21,22 %. Dengan cara menarik garis

vertical yang tegak lurus sumbu X pada 25 ketukan, kemudian memotong garis

linear, dari titik perpotongan tersebut ditarik garis horizontal yang memotong

sumbu Y untuk mendapatkan harga LL (batas cair).

Tabel 4.3 Hasil pengujian batas cair, batas plastis dan indeks plastisitas

Batas Cair = 21,22 %

Batas Plastis = 17,38 %

Indeks Plastisitas = 3,84 %

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa batu kuning pada hasil batas cair (LL), batas

plastis (PL) dan indeks plastisitas (IP) memenuhi syarat sesuai dengan standar

ASTM D 1241. Pada standar ASTM D 1241 nilai batas cair (LL) tidak lebih dari

25% dan indeks plastisitas (PI) tidak lebih dari 6.

4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir)

Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus (pasir) dalam

penelitian ini meliputi pengujian gradasi agregat halus. Setelah dilakukan

pengujian didapat hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.4 Untuk

perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran A.

Tabel 4.4 Hasil pengujian agregat halus (pasir)

Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan

Bulk Spesific Gravity 2,425 Min 2,4 Memenuhi

Bulk Spesific Gravity SSD 2,5 2,5 – 2,7 Memenuhi

Absorbtion 3 % Maks 3% Memenuhi

Page 40: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Untuk hasil pengujian agregat halus (pasir) serta persyaratan batas dari ASTM

C33-97 dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Analisis data gradasi agregat halus (pasir)

No Diameter Ayakan

Berat Tertahan Berat Lolos

Kumulatif

ASTM C 33-84 Berat

(gram) % Kumulatif

(%)

1 9.5 0 0 0 100 100 2 4.75 50 1.807 1.68067 98.319 95-100 3 2.36 350 11.765 13.4454 86.554 85-100 4 2,00 485 16.303 29.7479 70.2521 50-85 5 0.85 320 10.756 40.5042 59.4958 25-60 6 0.3 1105 37.143 77.6471 22.3529 10-30 7 0.15 450 15.126 92.7731 7.22689 2-10 8 0 215 7.2269 100 0 0

Total 2975 100 348.236 - -

Modulus kehalusan ditentukan dengan rumus :

Modulus Kehalusan (MK) = 100

100-å tertinggalkomilatifberat

= 100

100236,348 -

= 2,48

Agregat yang hilang = 3000

%100)2975300( x-

= 0,833 %

Dari Tabel 4.5 gradasi agregat halus (pasir) di atas dapat digambarkan grafik

gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan oleh ASTM C33-97 sebagai berikut:

Page 41: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Gambar 4.3 Grafik daerah susunan butir agregat halus (pasir)

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat gradasi agregat halus (pasir) yang diuji berada pada

batas maksimum dan minimum, sehingga agregat halus yang digunakan

memenuhi syarat dan layak digunakan dalam pembuatan benda uji.

4.1.3. Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil)

Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat kasar (kerikil) dalam

penelitian ini meliputi pengujian gradasi agregat kasar. Setelah dilakukan

pengujian didapat hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.6 Untuk

perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran A.

Tabel 4.6 Hasil pengujian agregat kasar (kerikil)

Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan

Bulk Spesific Gravity 2,65 Min 2,5 Memenuhi

Bulk Spesific Gravity SSD 2,69 2,5 – 2,7 Memenuhi

Absrobtion 1,80 % Maks 3% Memenuhi

Page 42: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Untuk hasil pengujian agregat kasar (kerikil) serta persyaratan batas dari ASTM

C33-97 dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Analisis data gradasi agregat kasar (kerikil)

No Diameter Ayakan

Berat tertinggal Berat Lolos

Kumulatif (%)

ASTM C33-84 Berat

(gram) % Kumulatif

(%)

1 25,00 0 0 0 100 100 2 19,00 145.9 9.79 9.79 90.21 90-100 3 12,50 546 36.64 46.43 53.57 - 4 9,50 255.2 17.12 80.58 36.45 25-55 5 4,75 509 34.15 97.7 2.3 0-10 6 2,36 34.3 2.3 100 0 0-5 7 2,00 0 0 100 0 - 8 0,85 0 0 100 0 - 9 0,3 0 0 100 0 - 10 0,15 0 0 100 0 - 11 Pan 0 0 100 0 -

Jumlah 1490.4 100 834.53

Modulus kehalusan ditentukan dengan rumus :

Modulus Kehalusan (MK) = 100

100-å tertinggalkomilatifberat

= 100

10029.784 -

= 7.345

Agregat yang hilang = 1500

%100)4.14901500( x-

= 0,64 %

Dari Tabel 4.7 gradasi agregat kasar (kerikil) di atas dapat digambarkan grafik

gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan oleh ASTM C33-97 sebagai berikut:

Page 43: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gambar 4.4 Grafik daerah susunan butir agregat kasar (kerikil)

Dari Gambar 4.4 dapat dilihat gradasi agregat kasar (kerikil) yang diuji berada

pada batas maksimum dan minimum, sehingga agregat kasar yang digunakan

memenuhi syarat dan layak digunakan dalam pembuatan benda uji.

Page 44: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4.2. Variasi Rancangan Penelitian

Berikut variasi rancangan penelitian batu kuning, batu kuning dengan

penambahan pasir, batu kuning dengan penambahan kerikil, dan batu kuning

dengan penambahan kerikil dan pasir.

Tabel 4.8 Variasi penelitian batu kuning

Keterangan:

Variasi batu kuning merupakan benda uji berupa batu kuning yang digradasi

sesuai dengan ukuran saringan pada Tabel 4.8, dari gradasi tersebut dibedakan

antara agregat kasar dan agregat halus yang digunakan untuk mix design :

· A1 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus dengan perbandingan = 1(kasar) : 1(halus) untuk agregat kasar dan

agregat halus yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap

ukuran agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 50%(3/4”,3/8”,4) :

50%(halus).

· A2 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus dengan perbandingan = 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) : 1(halus) untuk agregat

pada ukuran saringan no. ¾”,3/8”,4 dan agregat halus yang dicampur

berdasarkan volume cawan untuk setiap agregat dengan prosentase sebesar

25%(3/4”) : 25%(3/8”) : 25%(4) : 25%(halus).

· A3 adalah sampel benda uji mix design agregat kasar dengan perbandingan

= 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) untuk agregat kasar pada ukuran saringan no.

3/4" 3/8" 4 8 40 200PerbandinganProsentase Perbandingan 1 1 1Prosentase 25 (%) 25 (%) 25 (%)Perbandingan 1 1 1Prosentase 33,33 (%) 33,33 (%) 33,33 (%)PerbandinganProsentase

1 150% 50%

BATU KUNING

25 (%) 75 (%)

A1

Sampel

A2

A3

A4

1

1 3

VariasiAGREGAT KASAR AGREGAT HALUS

25 (%)

Page 45: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

¾”,3/8”,4 yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase sebesar 33,33%(3/4”) : 33,33%(3/8”) : 33,33%(4).

· A4 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus dengan perbandingan = 1(kasar) : 3(halus) untuk agregat kasar dan

agregat halus yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap

ukuran agregat dengan prosentase sebesar 25%(kasar) : 75%(halus).

Tabel 4.9 Variasi penelitian batu kuning + pasir

Keterangan:

Variasi batu kuning + pasir merupakan benda uji berupa batu kuning + pasir yang

digradasi sesuai dengan ukuran saringan pada Tabel 4.9, dari gradasi tersebut

dibedakan antara agregat kasar dan agregat halus pada batu kuning dan pasir yang

digunakan pada ukuran saringan no. 10 (2mm) untuk digunakan sebagai mix

design :

· B1 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan pasir no.10 (2mm) dengan perbandingan =

1(batu kuning) : 1(pasir) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning dan

pasir yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 50%(batu kuning) : 50%(pasir).

· B2 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan pasir no.10 (2mm) dengan perbandingan = 3(batu

kuning) : 1(pasir) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning dan pasir

3/4" 3/8" 4 8 40 200 10Perbandingan 1Prosentase 50 (%)Perbandingan 1Prosentase 25 (%)Perbandingan 3Prosentase 75 (%)Perbandingan 1Prosentase 25 (%)

BATU KUNING

1

3

1

AGREGAT KASAR AGREGAT HALUSPASIR

VariasiSampel

BATU KUNING + PASIR

B1

B2

B3

B475 (%)

25 (%)

75 (%)

50 (%)

3

Page 46: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran agregat

dengan prosentase keseluruhan sebesar 75%(batu kuning) : 25%(pasir).

· B3 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan pasir no.10 (2mm) dengan perbandingan = 1(batu

kuning) : 3(pasir) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning dan pasir

yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran agregat

dengan prosentase keseluruhan sebesar 25%(batu kuning) : 75%(pasir).

· B4 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan pasir no.10 (2mm) dengan perbandingan = 1(3/4”) :

1(3/8”) : 1(4) : 1(pasir) untuk agregat batu kuning pada ukuran saringan no.

¾”,3/8”,4 dan pasir yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk

setiap ukuran agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 25%(3/4”) :

25%(3/8”) : 25%1(4) : 25%(pasir).

Tabel 4.10 Variasi penelitian batu kuning + kerikil

Keterangan:

Variasi batu kuning + kerikil merupakan benda uji berupa batu kuning + kerikil

yang digradasi sesuai dengan ukuran saringan pada Tabel 4.10, dari gradasi

tersebut dibedakan antara agregat kasar dan agregat halus pada batu kuning dan

kerikil yang digunakan pada ukuran saringan no.1/2”,3/8”,4 untuk digunakan

sebagai campuran mix design :

3/4" 3/8" 4 8 40 200 1/2" 3/8" 4Perbandingan 1Prosentase 50 (%)Perbandingan 1Prosentase 50 (%)Perbandingan 1 1 1Prosentase 25 (%) 25 (%) 25 (%)PerbandinganProsentase

BATU KUNING

1

1

1

Variasi

375 (%)

25 (%)

50 (%)

50 (%)

BATU KUNING + KERIKIL

AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS

1

SampelKERIKIL

C1

C2

C3

C425 (%)

Page 47: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

· C1 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan kerikil no.1/2” dengan perbandingan = 1(batu kuning)

: 1(kerikil 1/2”) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning dan kerikil

no.½” yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 50%(batu kuning) : 50%(kerikil

½”).

· C2 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan kerikil no. 4 dengan perbandingan = 1(batu kuning) :

1(kerikil 4) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning dan kerikil no.4

(4,75mm) yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 50%(batu kuning) : 50%(kerikil 4).

· C3 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus serta penambahan kerikil no.1/2”,3/8”,4 dengan perbandingan =

1(batu kuning) : 1(kerikil1/2”) : 1(kerikil3/8”) : 1(kerikil 4) untuk keseluruhan ukuran

agregat batu kuning dan kerikil no. ½”,3/8”,4 yang dicampur berdasarkan

volume cawan untuk setiap ukuran agregat dengan prosentase keseluruhan

sebesar 25%(batu kuning) : 25%(kerikil ½”) : 25%(kerikil 3/8”) : 25%(kerikil 4)

· C4 adalah sampel benda uji campuran mix design antara agregat kasar dan

agregat halus serta penambahan kerikil no.1/2”,3/8”,4 dengan

perbandingan = 3(batu kuning) : 1(kerikil) untuk keseluruhan ukuran agregat

batu kuning dan keseluruhan ukuran kerikil yang dicampur berdasarkan

volume cawan untuk setiap ukuran agregat dengan prosentase keseluruhan

sebesar 75%(batu kuning) : 25%(kerikil).

Page 48: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4.11 Variasi penelitian batu kuning + kerikil dan pasir

Keterangan:

Variasi batu kuning + kerikil + pasir merupakan benda uji berupa batu kuning +

kerikil + pasir yang digradasi sesuai dengan ukuran saringan pada Tabel 4.11, dari

gradasi tersebut dibedakan antara agregat kasar dan agregat halus pada batu

kuning serta agregat pilihan berupa pasir dengan ukuran saringan no.10 (2mm)

dan kerikil yang digunakan pada ukuran saringan no.1/2”,3/8”,4 untuk digunakan

sebagai campuran mix design

· D1 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus pada batu kuning serta penambahan pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.1/2” dengan perbandingan = 1(batu kuning) : 1(kerikil 1/2”) : 1(pasir) untuk

keseluruhan ukuran agregat batu kuning, pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.½” yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 33,33%(batu kuning) :

33,33%(kerikil ½”) : 33,33%(pasir).

· D2 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus pada batu kuning serta penambahan pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.4 dengan perbandingan = 1(batu kuning) : 1(kerikil 4) : 1(pasir) untuk

keseluruhan ukuran agregat batu kuning, pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.4 yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 33,33%(batu kuning) :

33,33%(kerikil 4) : 33,33%(pasir).

3/4" 3/8" 4 8 40 200 1/2" 3/8" 4 10Perbandingan 1 1Prosentase 33,33 (%) 33,33 (%)Perbandingan 1 1Prosentase 33,33 (%) 33,33 (%)Perbandingan 1 1Prosentase 33,33 (%) 33,33 (%)Perbandingan 1 1 1 1Prosentase 20 (%) 20 (%) 20 (%) 20 (%)

Variasi

1

1

33,33 (%)

AGREGAT KASAR

1

1

BATU KUNING + KERIKIL + PASIR

Sampel

D1

AGREGAT HALUSKERIKIL PASIRBATU KUNING

33,33 (%)

33,33 (%)

D2

D3

D420 (%)

Page 49: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

· D3 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus pada batu kuning serta penambahan pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.3/8” dengan perbandingan = 1(batu kuning) : 1(kerikil 3/8”) : 1(pasir) untuk

keseluruhan ukuran agregat batu kuning, pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.3/8” yang dicampur berdasarkan volume cawan untuk setiap ukuran

agregat dengan prosentase keseluruhan sebesar 33,33%(batu kuning) :

33,33%(kerikil 3/8”) : 33,33%(pasir).

· D4 adalah sampel benda uji mix design antara agregat kasar dan agregat

halus pada batu kuning serta penambahan pasir no.10 (2mm) dan kerikil

no.1/2”,3/8”,4 dengan perbandingan = 1(batu kuning) : 1(kerikil 1/2”) : 1(kerikil 3/8”) :

1(kerikil 4) : 1(pasir) untuk keseluruhan ukuran agregat batu kuning, pasir

no.10 (2mm) dan kerikil no.1/2”,3/8”,4 yang dicampur berdasarkan

volume cawan untuk setiap ukuran agregat dengan prosentase keseluruhan

sebesar 20%(batu kuning) : 20%(kerikil ½”) : 20%(kerikil 3/8”) : 20%(kerikil 4) :

20%(pasir).

Dari Tabel 4.8 ,Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 merupakan suatu rancangan

perbandingan untuk pencampuran (mix design) dalam pembuatan sampel

penelitian ini, dimana dalam penelitian ini menggunakan batu kuning yang

digradasi sesuai dengan standar Department of the Army and The Air Force

(1994). Serta menambahkan agregat pilihan seperti pasir yang lolos saringan no.

10 (2 mm) dan kerikil yang tertahan pada saringan no. ½”,3/8” dan 4 mm, pada

agregat pilihan tersebut digradasi sesuai standar ASTM C-128.

4.2.1. Pengujian Pemadatan

Dari pengujian yang telah dilakukan didapat kadar air optimum (wopt) dan berat isi

maksimum (γd max), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5.

Hasil pengujian standard Proctor sebagai berikut :

Page 50: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 4.12 Hasil pengujian standard Proctor batu kuning

Nomor

sampel

Variasi

penelitian

Penambahan Air w gd

(ml) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4) (5)

A1 1(kasar) : 1(halus)

0 1,378 1,829

50 2,914 1,820

100 4,809 1,791

150 7,494 1,820

200 11,027 1,712

Nilai maksimum 1,378 1,829

A2 1(3/4”) : 1(3/8”) :

1(4) : 1(halus)

0 1,378 1,753

50 3,495 1,722

100 5,885 1,636

150 7,909 1,746

200 10,565 1,642

Nilai maksimum 1,378 1,753

A3 1(3/4”) : 1(3/8”) :

1(4)

0 0,447 1,497

50 2,366 1,454

100 4,916 1,424

150 5,684 1,506

200 7,339 1,430

Nilai maksimum 5,684 1,506

A4 1(kasar) : 3(halus)

0 1,371 1,869

50 3,539 1,831

100 5,934 1,842

150 8,561 1,871

200 11,139 1,842

Nilai maksimum 8,561 1,871

Page 51: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 4.13 Hasil pengujian standard Proctor batu kuning + pasir

Nomor

sampel Variasi penelitian

Penambahan Air w gd

(ml) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4) (5)

B1 1(batu kuning) : 1(pasir)

0 0,15 1,970

50 2,010 1,873

100 4,399 1,869

150 5,426 1,830

200 7,760 1,902

Nilai maksimum 0,15 1,970

B2 3(batu kuning) : 1(pasir)

0 0,773 1,937

50 2,389 1,836

100 4,631 1,785

150 7,151 1,869

200 9,526 1,823

Nilai maksimum 0,773 1,937

B3 1(batu kuning) : 3(pasir)

0 0,548 2,063

50 2,313 1,980

100 3,576 1,960

150 5,341 1,885

200 7,821 1,899

Nilai maksimum 0,548 2,063

B4 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) :

1(pasir)

0 0,401 1,990

50 2,819 1,909

100 3,556 1,852

150 6,527 1,889

200 7,471 1,844

Nilai maksimum 0,401 1,990

Page 52: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 4.14 Hasil pengujian standard Proctor batu kuning + kerikil

Nomor

sampel Variasi penelitian

Penambahan Air w gd

(ml) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4) (5)

C1 1(batu kuning) : 1(kerikil ½’)

0 1,170 1,636

50 6,279 1,726

100 6,884 1,809

150 9,121 1,657

200 9,513 1,826

Nilai maksimum 9,513 1,826

C2 1(batu kuning) : 1(kerikil 4)

0 1,280 1,718

50 3,906 1,799

100 5,134 1,706

150 7,987 1,727

200 8,419 1,786

Nilai maksimum 3,906 1,799

C3 1(batu kuning) : 1(kerikil1/2”) :

1(kerikil3/8”) : 1(kerikil 4)

0 1,270 1,625

50 2,445 1,598

100 4,650 1,572

150 6,158 1,586

200 7,342 1,528

Nilai maksimum 1,270 1,625

C4 3(batu kuning) : 1(kerikil)

0 0,979 1,606

50 3,094 1,531

100 4,052 1,613

150 5,164 1,616

200 7,094 1,621

Nilai maksimum 7,094 1,621

Page 53: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.15 Hasil pengujian standard Proctor batu kuning + kerikil dan pasir

Nomor

sampel Variasi penelitian

Penambahan

Air w gd

(ml) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4) (5)

D1 1(batu kuning) : 1(kerikil ½’) : 1(pasir)

0 0,683 1,892

50 2,182 1,937

100 4,438 1,805

150 5,846 1,771

200 8,705 1,874

Nilai maksimum 2,182 1,937

D2 1(batu kuning) : 1(kerikil 4) : 1(pasir)

0 0,923 1,906

50 2,804 1,959

100 4,129 1,902

150 5,855 1,906

200 8,181 1,937

Nilai maksimum 2,804 1,959

D3 1(batu kuning) : 1(kerikil 3/8’) : 1(pasir)

0 0,723 2,032

50 3,362 1,962

100 4,267 1,936

150 5,843 1,911

200 7,725 2,002

Nilai maksimum 0,723 2,032

D4 1(batu kuning) : 1(kerikil 1/2”) : 1(kerikil

3/8”) : 1(kerikil 4) : 1(pasir)

0 0,806 1,935

50 3,550 1,967

100 3,970 1,955

150 7,610 1,892

200 8,784 1,969

Nilai maksimum 8,784 1,969

Page 54: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Dari Tabel 4.12, Tabel 4.13, Tabel 4.14 dan Tabel 4.15, selanjutnya diplotkan

kedalam gambar untuk mendapatkan hubungan kadar air dan berat isi kering

Gambar 4.5 Hubungan kadar air dan berat isi kering material batu kuning

Gambar 4.6 Hubungan kadar air dan berat isi kering material batu kuning + pasir

Page 55: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Gambar 4.7 Hubungan kadar air dan berat isi kering material batu kuning + kerikil

Gambar 4.8 Hubungan kadar air dan berat isi kering material batu kuning + pasir

dan kerikil

Dari Gambar 4.5, Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 diatas dapat diambil

nilai maksimum dari kadar air optimum dan berat isi kering maksimum pada tiap

jenis sampel, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.16 dibawah ini :

Page 56: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.16 Hasil nilai maksimum wopt dan gd max

No.

Sampel Jenis Sampel

Penambahan

Air wopt gd max

(ml) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4) (5)

A4 Batu Kuning 150 ml 8,561 1,871

B3 Batu Kuning + Pasir 0 ml 0,548 2,063

C1 Batu Kuning + Kerikil 200 ml 9,513 1,826

D3 Batu Kuning + Kerikil + Pasir 0 ml 0,723 2,032

Berdasarkan pengujian standard Proctor menghasilkan kadar air optimum dan

berat isi kering maksimum, Kemudian dari gambar 4.6, 4.7, 4.8, dan 4.9 tersebut

dapat diketahui nilai maksimum dari kadar air optimum dan berat isi kering

maksimum sesuai pada Tabel 4.16 yaitu pada jenis sampel batu kuning (A4)

dengan penambahan 150 ml didapatkan nilai wopt = 8,561 % dan gd max = 1,871

gr/cm3 , jenis sampel batu kuning + pasir (B3) dengan penambahan 0 ml

didapatkan nilai wopt = 0,548 % dan gd max = 2,063 gr/cm3, jenis sampel batu

kuning + kerikil (C1) dengan penambahan 200 ml didapatkan nilai wopt = 9,513 %

dan gd max = 1,826 gr/cm3 sedangkan pada jenis sampel batu kuning + kerikil dan

pasir (D3) dengan penambahan 0 ml didapatkan nilai wopt = 0,723 % dan gd max =

2,032 gr/cm3. Dari Tabel 4.16 mengenai nilai maksimum wopt dan gd max pada

jenis sampel campuran antara material lokal (batu kuning) + pasir (B3) dengan

penambahan air 0 ml mempunyai nilai kepadatan tertinggi, dengan nilai wopt =

0,548 % dan gd max = 2,063 gr/cm3.

4.2.2. Pengujian CBR Unsoaked

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai CBR masing –

masing variasi campuran material yang diambil dari nilai gd maks dari pengujian

standard Proctor.

Page 57: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4.2.2.1. Pengujian CBR Unsoaked Untuk Jenis Sampel Batu Kuning Berikut hasil perhitungan jenis sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning.

Tabel 4.17 Hasil perhitungan sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning

Nomor

Sampel Variasi penelitian

Penambahan

Air

(ml)

CBR Unsoaked

CBR 0.1” (%)

CBR 0.2” (%)

(1) (2) (3) (4) (5) A1 1(kasar) : 1(halus) 0 15.48 26.03

A2 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) : 1(halus) 0 26.53 29.33

A3 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) 150 29.85 37.76

A4 1(kasar) : 3(halus) 150 5.53 16.50

Dari Tabel 4.17 kolom (1), kolom (4) dan kolom (5) dapat diplotkan ke dalam

Gambar 4.9 sebagai hubungan antara sampel dan CBR unsoaked

Gambar 4.9 Nilai CBR unsoaked sampel material batu kuning

Page 58: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Menurut Hadiyatmo, (2010) dalam mengevaluasi uji CBR, nilai CBR pada

penetrasi 0,1” biasanya digunakan dalam perancangan. Hal ini, karena nilai CBR

Pada penetrasi tersebut, umumnya lebih besar dari pada CBR pada penetrasi 0,2”,

sehingga CBR umumnya berkurang bila penetrasi bertambah. Jika nilai CBR pada

penetrasi 0,2” lebih besar, maka pengujian diulang. Namun, bila pada penetrasi

0,2” tersebut tetap diperoleh nilai CBR lebih besar, maka nilai pada penetrasi 0,2”

yang dipakai dalam perancangan.

Gambar 4.9 memperlihatkan nilai CBR unsoaked dari tiap sampel untuk material

lokal batu kuning, nilai CBR yang dipakai adalah nilai CBR tertinggi pada

penetrasi 0.2”. Benda uji pada sampel A1 memiliki nilai CBR unsoaked 26,03%,

pada sampel A2 memiliki nilai CBR unsoaked 29,33%, pada A3 memiliki nilai

CBR unsoaked 37,76% sedangkan pada A4 memiliki nilai CBR unsoaked 15,60%.

Sampel A3 memiliki nilai CBR unsoaked tertinggi sedangkan pada sampel A4

memiliki nilai CBR unsoaked terendah.

Gambar 4.9 memperlihatkan kecenderungan nilai CBR unsoaked turun pada

penggunaan material lokal batu kuning dengan gradasi halus. Dapat dilihat nilai

CBR unsoaked dari nilai tertinggi sampai yang terendah yaitu A3, A2, A1

kemudian A4. Variasi A3 penggunaan batu kuning bergradasi halus dengan

prosentase 0% didapatkan nilai CBR unsoaked 37,76%. Variasi A2 penggunan

batu kuning bergradasi halus dengan prosentase 25% didapatkan nilai CBR

unsoaked 29,33%, Variasi A1 penggunaan batu kuning bergradasi halus dengan

prosentase 50% didapatkan nilai CBR unsoaked 26,03%. Variasi A4 penggunaan

batu kuning bergradasi halus dengan prosentase 75% didapatkan nilai CBR

unsoaked 16,50%.

Pembuatan benda uji ini menggunakan material lokal (batu kuning) yang terdiri

dari 4 sampel. Dimana pada sampel A3 memiliki nilai CBR unsoaked tertinggi

dibandingkan dengan sampel yang lain. Berikut Tabel 4.18 data pengujian batu

kuning pada sampel A3.

Page 59: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 4.18 Data pengujian material batu kuning pada sampel A3

Nomor Sampel Variasi Penelitian

Atterberg Limit

LL PL IP

(%) (%) (%)

A3

1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) 21,22 17,38 3,84

gd maks wopt CBR Unsoaked

(gr/cm3) (%) (%)

1,506 5,684 37,76

Tabel 4.19 Hasil pengujian standard Proctor dan CBR unsoaked material batu kuning

Nomor

Sampel

CBR Unsoaked wopt gd maks

( % ) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4)

A1 26.03 11.027 1.829

A2 29.33 10.565 1.753

A3 37.76 7.339 1.506

A4 16.50 11.139 1.871

Dari tabel 4.19 kolom (2), (3), (4) kemudian diplotkan dalam Gambar 4.10

sebagai hubungan antara nilai CBR unsoaked dengan nilai berat isi kering.

Gambar 4.10 Hubungan berat isi kering dan CBR unsoaked sampel material batu kuning

Page 60: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 4.10 Hasil pengujian pemadatan pada variasi material batu kuning

menunjukkan kecenderungan penurunan nilai CBR unsoaked seiring dengan

naiknya nilai berat isi kering. Variasi A3 mempunyai gd maks = 1,506 (gr/cm3)

menghasilkan nilai CBR unsoaked 37,76%, Variasi A2 mempunyai gd maks =

1,753 (gr/cm3) menghasilkan nilai CBR unsoaked 29,33%, Variasi A3 mempunyai

gd maks = 1,829 (gr/cm3) menghasilkan nilai CBR unsoaked 26,03%, Variasi A2

mempunyai gd maks = 1,871 (gr/cm3) menghasilkan nilai CBR unsoaked 16,50%.

Variasi B1 adalah campuran material batu kuning dengan gradasi kasar. Pada

umumnya batu kuning dengan gradasi kasar mempunyai daya dukung yang cukup

baik bila dipadatkan pada berat isi kering maksiumum, sehingga variasi pada A3

memberikan nilai CBR unsoaked yang paling tinggi.

4.2.2.2. Pengujian CBR Unsoaked Untuk Jenis Sampel Batu Kuning + Pasir Berikut hasil perhitungan jenis sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + pasir.

Tabel 4.20 Hasil perhitungan sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + pasir

Nomor

Sampel Variasi penelitian

Penambahan

Air

(ml)

CBR Unsoaked

CBR 0.1” (%)

CBR 0.2” (%)

(1) (2) (3) (4) (5) B1 1(batu kuning) : 1(pasir) 0 78.48 83.59

B2 3(batu kuning) : 1(pasir) 0 49.74 53.53

B3 1(batu kuning) : 3(pasir) 0 63.56 98.99

B4 1(3/4”) : 1(3/8”) : 1(4) : 1(pasir) 0 16.58 59.76

Dari Tabel 4.20 kolom (1), kolom (4) dan kolom (5) dapat diplotkan ke dalam

Gambar 4.11 sebagai hubungan antara sampel dan CBR unsoaked.

Page 61: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 4.11 Nilai CBR unsoaked sampel batu kunimg + pasir

Gambar 4.11 memperlihatkan nilai CBR unsoaked dari tiap sampel untuk material

lokal batu kuning, nilai CBR yang dipakai adalah nilai CBR tertinggi pada

penetrasi 0.2”. Benda uji pada sampel B1 memiliki nilai CBR unsoaked 83,59%,

pada sampel B2 memiliki nilai CBR unsoaked 53,53%, pada B3 memiliki nilai

CBR unsoaked 98,99% sedangkan pada B4 memiliki nilai CBR unsoaked 59,76%.

Sampel B3 memiliki nilai CBR unsoaked tertinggi sedangkan pada sampel B2

memiliki nilai CBR unsoaked terendah.

Gambar 4.11 memperlihatkan kecenderungan nilai CBR unsoaked naik dengan

adanya penambahan pasir. Dapat dilihat nilai CBR unsoaked dari nilai terendah

sampai yang tertinggi yaitu B2, B4, B1 kemudian B3. Variasi B2 penggunaan

pasir dengan prosentase 25% didapatkan nilai CBR unsoaked 53,53%, Variasi B4

penggunaan pasir dengan prosentase 25% didapatkan nilai CBR unsoaked

59,76%, Variasi B1 penggunaan pasir dengan prosentase 50% didapatkan nilai

CBR unsoaked 83,59%, Variasi B3 penggunaan pasir dengan prosentase 25%

didapatkan nilai CBR unsoaked 98,99%.

Page 62: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pembuatan benda uji ini menggunakan material lokal (batu kuning) + pasir yang

terdiri dari 4 sampel. Dimana pada sampel B3 memiliki nilai CBR unsoaked

tertinggi dibandingkan dengan sampel yang lain. Berikut Tabel 4.21 data

pengujian batu kuning + pasir pada sampel B3.

Tabel 4.21 Data pengujian material batu kuning + pasir pada sampel B3

Nomor Sampel

Variasi Penelitian Atterberg Limit

LL PL IP

(%) (%) (%)

B3

1(batu kuning) : 3(pasir) 21,22 17,38 3,84

gd maks wopt CBR Unsoaked

(gr/cm3) (%) (%)

2,063 0,548 88,89

Tabel 4.22 Hasil pengujian standard Proctor dan CBR unsoaked sampel material batu kuning + pasir

Nomor

Sampel

CBR Unsoaked wopt gd maks

( % ) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4)

B1 83.59 7.760 1.970

B2 53.53 9.526 1.937

B3 98.99 7.821 2.063

B4 59.76 7.471 1.990

Dari tabel 4.22 kolom (2), (3), (4) kemudian diplotkan dalam Gambar 4.12

sebagai hubungan antara nilai CBR unsoaked dengan nilai berat isi kering.

Page 63: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 4.12 Hubungan berat isi kering dan CBR unsoaked sampel material batu kuning + pasir

Gambar 4.12 Hasil pengujian pemadatan pada variasi material batu kuning

menunjukkan kecenderungan penurunan nilai CBR unsoaked seiring dengan

penurunan nilai berat isi kering. Namun terjadi penyimpangan pada variasi B1

yaitu menurunya nilai kepadatan kering terjadi peningkatan nilai CBR unsoaked.

Variasi B1 adalah campuran material batu kuning dengan penambahan pasir

sebanyak 50%. Pada umumnya pasir mempunyai daya dukung yang cukup baik

bila dipadatkan pada berat isi kering maksiumum, sehingga variasi pada B1

memberikan nilai CBR unsoaked yang lebih tinggi dibandingkan pada B4.

Page 64: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4.2.2.3. Pengujian CBR Unsoaked Untuk Jenis Sampel Batu Kuning + Kerikil

Berikut hasil perhitungan jenis sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + kerikil.

Tabel 4.23 Hasil perhitungan sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + kerikil

Nomor

Sampel Variasi Penelitian

Penambahan

Air

(ml)

CBR Unsoaked

CBR 0.1” (%)

CBR 0.2” (%)

(1) (2) (3) (4) (5) C1 1(batu kuning) : 1(kerikil ½’) 200 34.82 39.59

C2 1(batu kuning) : 1(kerikil 4) 50 23.21 38.18

C3 1(batu kuning) : 1(kerikil1/2”) :

1(kerikil3/8”) : 1(kerikil 4)

0 14.37 22.00

C4 3(batu kuning) : 1(kerikil) 200 23.21 41.06

Dari Tabel 4.23 kolom (1), kolom (4) dan kolom (5) dapat diplotkan ke dalam

Gambar 4.13 sebagai hubungan antara sampel dan CBR unsoaked

Gambar 4.13 Nilai CBR unsoaked sampel material batu kunimg + kerikil

Page 65: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 4.13 memperlihatkan nilai CBR unsoaked dari tiap sampel untuk material

lokal batu kuning, nilai CBR yang dipakai adalah nilai CBR tertinggi pada

penetrasi 0.2”. Benda uji pada sampel C1 memiliki nilai CBR unsoaked 39,59%,

pada sampel C2 memiliki nilai CBR unsoaked 38,13%, pada C3 memiliki nilai

CBR unsoaked 22,00% sedangkan pada C4 memiliki nilai CBR unsoaked 41,06%.

Sampel C4 memiliki nilai CBR unsoaked tertinggi sedangkan pada sampel C3

memiliki nilai CBR unsoaked terendah.

Gambar 4.13 memperlihatkan kecenderungan nilai CBR unsoaked naik dengan

adanya penambahan kerikil. Dapat dilihat nilai CBR unsoaked dari variasi C2

penggunaan kerikil(½’) dengan prosentase 50% didapatkan nilai CBR unsoaked

38,13%, variasi C1 penggunaan kerikil(4) dengan prosentase 50% didapatkan nilai

CBR unsoaked 39,59%, variasi C4 penggunaan kerikil(1/2”, 3/8”, 4) dengan

prosentase 25% didapatkan nilai CBR unsoaked 41,06%, Namun terjadi

penyimpangan pada variasi C3 yaitu penggunaan kerikil 25%(½”) : 25%(3/8”) :

25%(4) didapatkan nilai CBR 22,00%.

Pembuatan benda uji ini menggunakan material lokal (batu kuning) + kerikil yang

terdiri dari 4 sampel. Dimana pada sampel C4 memiliki nilai CBR unsoaked

tertinggi dibandingkan dengan sampel yang lain. Berikut Tabel 4.24 data

pengujian batu kuning + kerikil pada sampel C4.

Tabel 4.24 Data pengujian material batu kuning + kerikil pada sampel C4

Nomor Sampel Variasi Penelitian

Atterberg Limit

LL PL IP

(%) (%) (%)

C4

3(batu kuning) : 1(kerikil) 21,22 17,38 3,84

gd maks wopt CBR Unsoaked

(gr/cm3) (%) (%)

1,621 7,094 41,06

Page 66: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.25 Hasil pengujian standard Proctor dan CBR unsoaked sampel material batu kuning + kerikil

Nomor

Sampel

CBR Unsoaked wopt gd maks

( % ) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4)

C1 39.59 9.513 1.826

C2 38.13 8.419 1.799

C3 22.00 7.342 1.625

C4 41.06 7.094 1.621

Dari tabel 4.25 kolom (2), (3), (4) kemudian diplotkan dalam Gambar 4.14

sebagai hubungan antara nilai CBR unsoaked dengan nilai berat isi kering.

Gambar 4.14 Hubungan berat isi kering dan CBR unsoaked sampel material batu kuning + kerikil

Gambar 4.14 Hasil pengujian pemadatan pada variasi material batu kuning +

kerikil menunjukkan kecenderungan penurunan nilai CBR unsoaked seiring

dengan penurunan nilai berat isi kering. Namun terjadi penyimpangan pada variasi

C4 yaitu menurunya nilai berat isi kering terjadi peningkatan nilai CBR unsoaked.

Variasi C4 adalah campuran material batu kuning dengan penambahan kerikil

sebanyak 33,33%. Pada umumnya kerikil mempunyai daya dukung yang kurang

baik bila dipadatkan pada berat isi kering maksiumum, terbukti pada variasi C1,

Page 67: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

C2, dan C3 dengan penambahan kerikil yang lebih banyak dibandingkan C4 nilai

CBR unsoaked yang dihasilkan semakin kecil.

4.2.2.4. Pengujian CBR Unsoaked Untuk Jenis Sampel Batu Kuning + Kerikil dan Pasir

Berikut hasil perhitungan jenis sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + kerikil dan pasir.

Tabel 4.26 Hasil perhitungan sampel dan pengujian CBR unsoaked untuk jenis

sampel batu kuning + kerikil dan pasir

Nomor

Sampel Variasi Penelitian

Penambahan

Air

(ml)

CBR Unsoaked

CBR 0.1” (%)

CBR 0.2” (%)

(1) (2) (3) (4) (5) D1 1(batu kuning) : 1(kerikil ½’) : 1(pasir) 50 37.58 60.86

D2 1(batu kuning) : 1(kerikil 4) : 1(pasir) 50 32.06 45.46

D3 1(batu kuning) : 1(kerikil 3/8’) : 1(pasir) 0 38.69 50.96

D4 1(batu kuning) : 1(kerikil 1/2”) :

1(kerikil 3/8”) : 1(kerikil 4) : 1(pasir) 200 13.26 29.33

Dari Tabel 4.26 kolom (1), kolom (4) dan kolom (5) dapat diplotkan ke dalam

Gambar 4.15 sebagai hubungan antara sampel dan CBR unsoaked

Gambar 4.15 Nilai CBR unsoaked sampel material batu kuning + kerikil dan pasir

Page 68: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 4.15 memperlihatkan nilai CBR unsoaked dari tiap sampel untuk material

lokal batu kuning, nilai CBR yang dipakai adalah nilai CBR tertinggi pada

penetrasi 0.2”. Benda uji pada sampel D1 memiliki nilai CBR unsoaked 60,86%,

pada sampel D2 memiliki nilai CBR unsoaked 45,46%, pada D3 memiliki nilai

CBR unsoaked 50,96% sedangkan pada D4 memiliki nilai CBR unsoaked 29,33%.

Sampel D1 memiliki nilai CBR unsoaked tertinggi sedangkan pada sampel D4

memiliki nilai CBR unsoaked terendah.

Gambar 4.15 memperlihatkan kecenderungan nilai CBR unsoaked naik dengan

adanya penambahan kerikil dan pasir dibandingkan dengan hanya penambahan

kerikil. Tetapi jika dibandingkan dengan hanya penambahan pasir, nilai CBR

unsoaked material batu kuning dengan penambahan kerikil dan pasir mengalami

kecenderungan turun.

Pembuatan benda uji ini menggunakan material lokal (batu kuning) + kerikil dan

pasir yang terdiri dari 4 sampel. Dimana pada sampel D1 memiliki nilai CBR

unsoaked tertinggi dibandingkan dengan sampel yang lain. Berikut Tabel 4.27

data pengujian batu kuning + kerikil dan pasir pada sampel B3.

Tabel 4.27 Data pengujian material batu kuning + kerikil dan pasir pada sampel D1

Nomor Sampel

Variasi Penelitian Atterberg Limit

LL PL IP

(%) (%) (%)

D1

1(batu kuning) : 1(kerikil ½’) : 1(pasir) 21,22 17,38 3,84

gd maks wopt CBR Unsoaked

(gr/cm3) (%) (%)

1,937 2,182 60,86

Page 69: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.28 Hasil pengujian standard Proctor dan CBR unsoaked sampel material batu kuning + kerikil dan pasir

Nomor

Sampel

CBR unsoaked wopt gd maks

( % ) (%) ( gr/cm3 )

(1) (2) (3) (4)

D1 60.86 8.705 1.937

D2 45.46 8.181 1.959

D3 50.96 7.725 2.032

D4 29.33 8.784 1.969

Dari tabel 4.28 kolom (2), (3), (4) kemudian diplotkan dalam Gambar 4.16

sebagai hubungan antara nilai CBR unsoaked dengan nilai berat isi kering.

Gambar 4.16 Hubungan berat isi kering dan CBR unsoaked sampel material batu

kuning + kerikil dan pasir

Gambar 4.16 Hasil pengujian pemadatan pada variasi material batu kuning

menunjukkan kecenderungan penurunan nilai CBR unsoaked seiring dengan

penurunan nilai berat isi kering. Namun terjadi penyimpangan pada variasi D1

dan D2 yaitu menurunya nilai berat isi kering terjadi peningkatan nilai CBR

unsoaked. Variasi D1 dan D2 adalah campuran material batu kuning dengan

Page 70: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

penambahan kerikil sebanyak 33,33% dan pasir sebanyak 33,33%. Pada

umumnya pasir mempunyai daya dukung yang cukup baik bila dipadatkan pada

berat isi kering maksiumum dibandingkan dengan kerikil. Hal ini terbukti pada

variasi dengan penambahan pasir nilai CBR unsoaked lebih tinggi dibandingkan

dengan variasi dengan penambahan kerikil. Kemudian pada variasi penambahan

kerikil dan pasir nilai CBR unsoaked mengalami penurunan dibandingkan dengan

variasi penambahan pasir.

Page 71: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

4.2.3. Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv)

Penentuan nilai modulus reaksi tanah dasar (k) menggunakan nomogram

hubungan nilai CBR dengan k diambil dari literatur Highway Engineering

(Teknik Jalan Raya), Oglesby dan Hicks, Stanford University & Oregon State

University, 1996 dalam Suryawan (2009).

Berikut merupakan perhitungan menentukan nilai kv yang dilakukan dengan cara

pendekatan hubungan antara kv dan nilai CBR unsoaked berdasarkan pada grafik

nomogram. Perhitungan dilakukan sesuai dengan tabel dibawah ini:

Tabel 4.29 Perhitungan jarak nilai CBR unsoaked

Sampel Nilai CBR

Nilai CBR

Interval Jarak Plot (Nilai CBR

Antara)

Jarak Plot/ Nilai CBR – A(awal)

Jarak Plot

Antara CBR Interval

A1 26.03 25

5 3.5326 0.70652 1.03 0.73 30

Gambar 4.17 Penentuan Nilai kv dari Nilai CBR Unsoaked

Tabel 4.30 Hasil perhitungan modulus reaksi tanah dasar (kv)

Nilai kv

Antara

Interval kv

Jarak Plot Nilai kv Antara

Jarak Plot Nilai kv dari

A(awal)

Jarak/ Interval

Hasil jarak dari A(awal)

Nilai kv (psi/in)

Nilai kv (kN/m3)

250 50 6.9403 5.8955 0.1388 42.47 292.47 79386.99

300

Nilai CBR unsoaked 26,03% dikonversikan dalam kv menjadi 79386,99 (kN/m3)

Page 72: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4.2.3.1. Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv) Untuk Jenis Sampel

Batu Kuning

Tabel 4.31 Rekapitulasi nilai kv dari CBR unsoaked sampel material batu kuning

Nomor CBR Unsoaked kv kv

Sampel (%) (psi/in) (kN/m3)

(1) (2) (3) (4)

A1 26.03 292.47 79386.99

A2 29.33 314.86 85462.71

A3 37.76 398.00 108031.56

A4 16.50 232.45 63094.13

Tabel 4.31 merupakan perhitungan modulus reaksi tanah dasar (kv) batu kuning

berdasarkan nilai CBR unsoaked. Kemudian kolom (2) dan (4) dapat diplotkan ke

dalam Gambar 4.18 sebagai hubungan antara modulus reaksi tanah dasar (kv) dan

CBR unsoaked.

Gambar 4.18 Hubungan nilai kv dan CBR unsoaked pada sampel batu kuning

Page 73: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Gambar 4.18 memperlihatkan hubungan antara nilai kv dan CBR unsoaked untuk

material lokal batu kuning, variasi A1 memiliki nilai kv sebesar 79386,99 kN/m3,

variasi A2 memiliki nilai kv sebesar 85462,71 kN/m3, variasi A3 memiliki nilai kv

sebesar 108031,56 kN/m3 kemudian Variasi A4 memiliki nilai kv sebesar

63094,13 kN/m3. Variasi A3 memiliki nilai kv tertinggi sedangkan variasi A4

memiliki nilai kv terendah.

4.2.3.2. Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv) Untuk Jenis Sampel

Batu Kuning + Pasir

Tabel 4.32 Rekapitulasi nilai kv dari CBR unsoaked sampel material batu kuning + pasir

Nomor CBR Unsoaked kv kv

Sampel (%) (psi/in) (kN/m3)

(1) (2) (3) (4)

B1 83.59 763.81 207322.99

B2 53.53 526.67 142955.84

B3 98.99 847.92 230155.12

B4 59.76 573.45 155653.17

Tabel 4.32 merupakan perhitungan modulus reaksi tanah dasar (kv) batu kuning

dengan penambahan pasir berdasarkan nilai CBR unsoaked. Kemudian kolom (2)

dan (4) dapat diplotkan ke dalam Gambar 4.19 sebagai hubungan antara modulus

reaksi tanah dasar (kv) dan CBR unsoaked.

Page 74: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Gambar 4.19 Hubungan nilai kv dan CBR unsoaked pada sampel batu kuning + pasir

Gambar 4.19 memperlihatkan hubungan antara nilai kv dan CBR unsoaked untuk

material lokal batu kuning dengan penambahan pasir, variasi B1 memiliki nilai kv

sebesar 207322,99 kN/m3, variasi B2 memiliki nilai kv sebesar 142955,84 kN/m3,

variasi B3 memiliki nilai kv sebesar 230155,12 kN/m3 kemudian Variasi A4

memiliki nilai kv sebesar 155653,17 kN/m3. Variasi B3 memiliki nilai kv tertinggi

sedangkan variasi B2 memiliki nilai kv terendah.

4.2.3.3. Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv) Untuk Jenis Sampel

Batu Kuning + Kerikil

Tabel 4.33 Rekapitulasi nilai kv dari CBR unsoaked sampel material batu kuning + kerikil

Nomor CBR Unsoaked kv kv

Sampel (%) (psi/in) (kN/m3)

(1) (2) (3) (4)

C1 39.59 416.30 112996.94

C2 38.13 401.69 109033.18

C3 22.00 264.80 71876.54

C4 41.06 428.79 116389.24

Page 75: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 4.33 merupakan perhitungan modulus reaksi tanah dasar (kv) batu kuning

dengan penambahan kerikil berdasarkan nilai CBR unsoaked. Kemudian kolom

(2) dan (4) dapat diplotkan ke dalam Gambar 4.20 sebagai hubungan antara

modulus reaksi tanah dasar (kv) dan CBR unsoaked.

Gambar 4.20 Hubungan nilai kv dan CBR unsoaked pada sampel batu kuning + kerikil

Gambar 4.20 memperlihatkan hubungan antara nilai kv dan CBR unsoaked untuk

material lokal batu kuning dengan penambahan pasir, variasi C1 memiliki nilai kv

sebesar 112996,94 kN/m3, variasi C2 memiliki nilai kv sebesar 109033,18 kN/m3,

variasi C3 memiliki nilai kv sebesar 71876,54 kN/m3 kemudian Variasi C4

memiliki nilai kv sebesar 116389,24 kN/m3. Variasi C4 memiliki nilai kv tertinggi

sedangkan variasi C3 memiliki nilai kv terendah.

Page 76: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

4.2.3.4. Koefisien Reaksi Subgrade Arah Vertikal (kv) Untuk Jenis Sampel

Batu Kuning + Kerikil dan Pasir

Tabel 4.34 Rekapitulasi nilai kv dari CBR unsoaked sampel material batu kuning

+ kerikil dan pasir

Nomor CBR Unsoaked kv kv

Sampel (%) (psi/in) (kN/m3)

(1) (2) (3) (4)

D1 60.86 579.51 157298.35

D2 45.46 463.86 125908.52

D3 50.96 507.38 137720.64

D4 29.33 314.86 85462.71

Tabel 4.34 merupakan perhitungan modulus reaksi tanah dasar (kv) batu kuning

dengan penambahan kerikil berdasarkan nilai CBR unsoaked. Kemudian kolom

(2) dan (4) dapat diplotkan ke dalam Gambar 4.21 sebagai hubungan antara

modulus reaksi tanah dasar (kv) dan CBR unsoaked.

Gambar 4.21 Hubungan nilai kv dan CBR unsoaked pada sampel batu kuning + kerikil dan pasir

Page 77: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gambar 4.21 memperlihatkan hubungan antara nilai kv dan CBR unsoaked untuk

material lokal batu kuning dengan penambahan pasir, variasi D1 memiliki nilai kv

sebesar 157298,35 kN/m3, variasi D2 memiliki nilai kv sebesar 125908,52 kN/m3,

variasi D3 memiliki nilai kv sebesar 137720,64 kN/m3 kemudian Variasi C4

memiliki nilai kv sebesar 85462.71 kN/m3. Variasi D1 memiliki nilai kv tertinggi

sedangkan variasi D4 memiliki nilai kv terendah.

Page 78: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4.3. Hasil Pengujian Pada Variasi Rancangan Penelitian Berdasarkan

Ketentuan Syarat Pada Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Berdasarkan perencanaan perkerasan lentur sesuai dengan (pt T-01-2002–B) nilai

CBR yang disyaratkan untuk lapisan pondasi bawah (subbase course) adalah nilai

CBR ≥ 20% dan PI ≤ 6%. Dari pengujian Atteberg Limit pada penelitian ini untuk

material berupa batu kuning sebagai bahan penelitian didapatkan nilai indeks

plastisitas (PI) sebesar 3,84%, sehingga pengujian Atteberg Limit pada material

batu kuning telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Sedangkan untuk nilai

CBR yang disyaratkan pada penelitian ini dilakukan pengujian penetrasi CBR

unsoaked untuk dihasilkan nilai CBR unsoaked pada tiap variasi rancangan

penelitian. Pada Tabel 4.35 merupakan hasil nilai CBR unsoaked untuk semua

sampel variasi rancangan penelitian.

Tabel 4.35 Nilai CBR unsoaked variasi rancangan penelitian

Nomor

Sampel

Nilai

CBR Unsoaked

(%)

(1) (2)

A1 26.03 A2 29.33 A3 37.76 A4 16.50 B1 83.59 B2 53.53 B3 98.99 B4 59.76 C1 39.59 C2 38.13 C3 22.00 C4 41.06 D1 60.86 D2 45.46 D3 50.96 D4 29.33

Page 79: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.35 kolom (1) dan (2) dapat diplotkan ke dalam Gambar 4.22 sebagai

hubungan hasil nilai CBR unsoaked berdasarkan syarat (pt T-01-2002–B).

Gambar 4.22 Hasil nilai CBR unsoaked berdasarkan ketentuan syarat

(pt T-01-2002–B) pada subbase course

Dari Gambar 4.22 memperlihatkan hasil nilai CBR unsoaked berdasarkan

ketentuan syarat (pt T-01-2002–B) dengan ketentuan syarat nilai CBR ≥ 20%,

pada gambar diatas. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa nilai CBR unsoaked pada

tiap sampel variasi rancangan penelitian telah memenuhi syarat ketentuan dari (pt

T-01-2002–B) pada lapis pondasi bawah (subbase course) yaitu pada setiap

sampel uji didapatkan hasil nilai CBR unsoaked diatas 20%, kecuali pada sampel

A4 dengan hasil nilai CBR unsoaked diatas 16,5%. sehingga pada sampel

penelitian ini telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan sebagai bahan

pembuatan lapis pondasi bawah (subbase course) kecuali sampel A4.

Syarat nilai CBR ≥ 20%

Page 80: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4.4. Hasil Korelasi Antara Nilai CBR Unsoaked Maksimum Variasi

Campuran dengan Prosentase Batu Kuning

Tabel 4.36 Nilai CBR unsoaked maksimum variasi campuran dan prosentase batu kuning

Nomor

Sampel

Batu Kuning

(%)

CBR Unsoaked

(%)

(1) (2) (3)

A3 100 37.76

B3 25 98.99

C4 75 41.06

D1 33.33 60.86

Tabel 4.36 kolom (2) dan (3) dapat diplotkan ke dalam Gambar 4.23 sebagai hasil

korelasi antara nilai CBR unsoaked maksimum variasi campuran dengan

prosentase batu kuning.

Gambar 4.23 Hasil korelasi antara nilai CBR unsoaked maksimum variasi

campuran dengan prosentase batu kuning

Gambar 4.23 memperlihatkan kecenderungan nilai CBR unsoaked naik bila

material batu kuning dialakukan penambahan kerikil . Akan tetapi nilai CBR

unsoaked akan semakin tinggi bila material batu kuning dilakukan dengan

penambahan pasir.

Page 81: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

4.5. Perbandingan Hasil Korelasi Antara Nilai CBR Unsoaked dan CBR

Soaked Maksimum Variasi Campuran dengan Prosentase Batu Kuning

Tabel 4.37 Nilai CBR unsoaked dan CBR soaked maksimum variasi campuran dan prosentase batu kuning

No Nomor

Sampel

Batu Kuning

(%)

CBR Unsoaked

(%)

Nomor

Sampel

Batu Kuning

(%)

CBR Soaked

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

2

3

4

A3 100 37.76 A2

B2

C1

D2

100

75

50

33.33

46.19

41.06

45.09

46.93

B3 25 98.99

C4 75 41.06

D1 33.33 60.86

Tabel 4.37 kolom (2), (3), (4), (5), (6) dan (7) dapat diplotkan ke dalam Gambar

4.24 sebagai perbandingan hasil korelasi antara nilai CBR unsoaked dan CBR

soaked maksimum variasi campuran dengan prosentase batu kuning.

Gambar 4.24 Perbandingan hasil korelasi antara nilai CBR unsoaked dan CBR

soaked maksimum variasi campuran dengan prosentase batu kuning

Page 82: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Gambar 4.24 apabila material batu kuning dilakukan penambahan pasir pada

kondisi tidak terendam (unsoaked) memperlihatkan kecenderungan nilai CBR

naik, tetapi pada kondisi terendam (soaked) nilai CBR menjadi turun. Apabila

material batu kuning dilakukan penambahan kerikil pada kondisi unsoaked nilai

CBR naik sedangakan pada kondisi soaked nilai CBR cenderung sama dengan

material batu kuning tanpa dilakukan penambahan material.

Page 83: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Batu kuning mempunyai karakteristik nilai Bulk Spesific Gravity 2,521, Bulk

Spesific Gravity SSD 2,589, absortsion 2,67%, abrasi 44%, indeks plastisitas

3,84%. Pasir mempunyai karakteristik Bulk Spesific Gravity 2,425, Bulk

Spesific Gravity SSD 2,5, absorbtion 3%. Kerikil mempunyai karakteristik

Bulk Spesific Gravity 2,65, Bulk Spesific Gravity SSD 2,69, absortsion 1,8%.

Dari masing-masing material memenuhi syarat sebagai agregat subbase

course.

2. Hasil dari perancangan variasi penelitian diambil nilai kepadatan kering

maksimum dari pengujian pemadatan standard Proctor untuk pengujian

selanjutnya yaitu pengujian CBR unsoaked. Batu kuning A1=1,829 gr/cm3,

A2= 1,753 gr/cm3, A3=1,506 gr/cm3, A4=1,871 gr/cm3. Batu kuning + pasir

B1=1,970 gr/cm3, B2=1,937 gr/cm3, B3=2,063 gr/cm3, B4=1,990 gr/cm3.

Batu kuning + kerikil C1=1,826 gr/cm3, C2=1,799 gr/cm3, C3=1,625 gr/cm3,

C4=1,621 gr/cm3. Batu kuning + kerikil dan pasir D1=1,937 gr/cm3,

D2=1,959 gr/cm3, D3=2,032 gr/cm3, D4=1,969 gr/cm3.

3. Nilai CBR unsoaked tertinggi variasi material batu kuning pada variasi A3

sebesar 37,76% menghasilkan nilai kv 108031,56 kN/m3. Nilai CBR unsoaked

tertinggi variasi material batu kuning + pasir pada variasi B3 sebesar 98,99%

menghasilkan nilai kv 230155,12 kN/m3. Nilai CBR unsoaked tertinggi variasi

material batu kuning + kerikil pada variasi C4 sebesar 41,06% menghasilkan

nilai kv 116389,24 kN/m3. Nilai CBR unsoaked tertinggi variasi material batu

kuning + kerikil dan pasir pada variasi D1 sebesar 60,86% menghasilkan nilai

kv 157298,35 kN/m3.

Page 84: CBR DALAM KONDISI UNSOAKED - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/6095/1/210271611201101191.pdf · Sragen merupakan langkah awal dari pemanfaatan batu kuning sebagai bahan perkerasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

4. Nilai CBR unsoaked naik bila material batu kuning dialakukan penambahan

kerikil. Akan tetapi nilai CBR unsoaked akan semakin tinggi bila material

batu kuning dilakukan dengan penambahan pasir.

5. Apabila material batu kuning dilakukan penambahan pasir pada kondisi tidak

terendam (unsoaked) nilai CBR naik, tetapi pada kondisi terendam (soaked)

nilai CBR menjadi turun. Apabila material batu kuning dilakukan

penambahan kerikil pada kondisi unsoaked nilai CBR naik sedangakan pada

kondisi soaked nilai CBR cenderung sama dengan material batu kuning tanpa

dilakukan penambahan material.

5.2. Saran

1. Memperbanyak variasi campuran (material batu kuning, pasir, kerikil).

2. Melakukan uji mineral untuk mengetahui jenis mineral pada contoh material

batu kuning.

3. Pencampuran dengan bahan yang dapat menaikkan berat isi kering dan

menstabilkannya seperti lempung atau semen dapat menaikkan nilai CBR

unsoaked.

4. Melakukan uji mengenai tebal lapisan perkerasan subbase course agar

diperoleh kekuatan lapisan perkerasan subbase course yang lebih optimum.

5. Melakukan uji mengenai lapisan perkerasan jalan base course dan subgrade

agar diperoleh kekuatan struktur lapisan perkerasan jalan yang lebih akurat.