Case Report Plasenta Previa-fin

16
LAPORAN KASUS A. Anamnesis Nama : Ny.A. W Umur : 29 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Sentol 2/1 Sewurejo, Mojogedang Suami : Tn. R Agama : Islam Suku : Jawa Masuk RS : 19 Maret 2011 (jam 12.30). B. Keluhan Utama Perdarahan warna merah segar dari jalan lahir. C. Riwayat Penyakit Sekarang 18 Maret 2011 (jam 19.30) Pasien mengeluh keluar flek-flek berwarna merah segar dari jalan lahir. Perdarahan keluar secara tiba-tiba saat pasien sedang beristirahat dirumah dan tidak disertai rasa nyeri perut. Keluar darah ± ½ sendok makan. 19 Maret 2011 (jam 05.30) Pasien mulai merasakan perutnya mules, terasa kenceng-kenceng namun tidak teratur dan jarang. 1

Transcript of Case Report Plasenta Previa-fin

Page 1: Case Report Plasenta Previa-fin

LAPORAN KASUS

A. Anamnesis

Nama : Ny.A. W

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sentol 2/1 Sewurejo, Mojogedang

Suami : Tn. R

Agama : Islam

Suku : Jawa

Masuk RS : 19 Maret 2011 (jam 12.30).

B. Keluhan Utama

Perdarahan warna merah segar dari jalan lahir.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

18 Maret 2011 (jam 19.30)

Pasien mengeluh keluar flek-flek berwarna merah segar dari jalan lahir.

Perdarahan keluar secara tiba-tiba saat pasien sedang beristirahat dirumah dan

tidak disertai rasa nyeri perut. Keluar darah ± ½ sendok makan.

19 Maret 2011

(jam 05.30)

Pasien mulai merasakan perutnya mules, terasa kenceng-kenceng namun tidak

teratur dan jarang. Perdarahan merah segar dari jalan lahir semakin banyak ± 2

sendok makan.

(jam 7.30)

Pasien datang ke bidan, oleh bidan dilakukan pemeriksaan dalam (VT) dan

didapatkan pembukaan 1 jari pada jalan lahir ditambah dengan perdarahan

warna merah segar yang tambah banyak, terasa “sur-sur”, kenceng-kenceng

(+).

(jam 10.30)

1

Page 2: Case Report Plasenta Previa-fin

Pasien datang ke RB (Ruang Bersalin) dengan keluhan keluar darah warna merah

segar yang semakin banyak ± ½ gelas belimbing, perdarahan terasa “sur-sur”

dalam keadaan pasien berbaring maupun duduk. Kenceng-kenceng dirasakan

semakin sering.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat abortus disangkal

Riwayat kuretase disangkal

Riwayat perdarahan/flek2 selama kehamilan ini sebelumnya disangkal

Riwayat operasi sesar disangkal

E. Riwayat Obstetri :

G2P1A0

Anak I : laki-laki, 2200 gram, 8,5 tahun (lahir spontan)

Anak II : sekarang (usia kehamilan : 40 minggu + 4 hari)

Haid :

- HPMT : 9 Juni 2010

- HPL : 16 Maret 2011

- Umur kehamilan : 40 minggu + 4 hari

- Menarche umur 13 tahun

- Lamanya haid 7 hari

- Siklus 28 hari

- Haid terakhir 9 Juni 2010

- Lama menikah dengan suami sekarang : 10 tahun

F. Pemeriksaan Fisik

1. Status generalis :

KU : Cukup Kesadaran : composmentis

Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg R : 20 X/menit

N : 86 X/menit S : 36,80C

TB : 151 cm BB: 57 kg

Mata : conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

2

Page 3: Case Report Plasenta Previa-fin

Hidung : discharge (-), septum deviasi (-)

Gigi : caries dentis pada gigi bawah molar 1 dan 2 dextra

Tenggorok : tidak hiperemis, tidak ada pembesaran tonsil

Leher : pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelj,tiroid (-)

Buah dada & puting susu : tampak simetris, hiperpigmentasi areola dan puting (+)

Jantung : Suara I-II intensitas reguler, bising jantung (+) minimal

Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+),Rhonkhi (-/-),Wheezing (-/-)

Abdomen : tampak dinding abdomen lebih tinggi dari dinding dada

peristalitik (+)

hati/limpa tidak teraba pmbesaran

Supel (+), nyeri tekan (-)

2. Status lokalis (obstetri) :

Palpasi Leopold : I TFU : 3 jari dibawah Proc. Xyphoideus (32 cm), teraba bulat

lunak (bokong)

II punggung kanan (puka)

III letak kepala

IV kepala tidak masuk panggul (mengolak)

Denyut jantung janin : (+) 11-12-11 denyut teratur/menit

His : (+) ringan jarang

Taksiran berat janin : 3100 gram (rumus Johnson)

Vaginal Toucher : uretra dan vulva tenang, introitus vagina (dinding lateral, anterior,

dorsal) tidak rapuh dan tidak teraba massa tumor, cerviks forniks anterior dan

posterior tenang, konsistensi tebal lunak, OUE pembukaan 1 cm, mengarah ke bawah,

bagian bawah anak kepala masih tingg, jaringan plasenta tidak teraba, Kulit ketuban

(+), sarung tangan lendir darah (+).

G. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah :

Hb : 12,0 gr/dl GDS : 93 mg/100ml

Eritrosit : 4.070.000 Ureum : 11 mg/100ml

Hct : 34,2 Creatinin : 0,68 mg/100ml

MCV : 89,3 HbsAg : (-) negatif

MCH : 31,3

3

Page 4: Case Report Plasenta Previa-fin

MCHC : 35,1

AL : 9200

AT : 120.000

Lymfosit : 20,4

Monosit : 2,0

Granulosit : 77,6

CT : 04’00”

BT : 02’30”

Pemeriksaan USG

Tidak dlakukan

H. Diagnosa

Perdarahan antepartum et causa plasenta previa letak rendah dibelakang pada

sekundigravid hamil postdate in partu kala I fase laten.

I. Planning

Lapor Sp.OG (14.00) :

- Tindakan operatif : Sectio Sesaria Transperitoneal Profunda Emergency (SCTPE)

setelah maghrib

- Persiapan operasi cito.

J. Observasi

15.00 : DJJ (+) 155 dpm, his (+) ringan jarang

18.00 : DJJ (+) 148 dpm, his (+) ringan jarang,

- pasang DC

- vaginal hygienis

- skerent

- persiapan OP (+)

18.30 : pasien dikirim ke ruang operasi SCTPE dilaksanakan.

20.00 : pasien datang dari OK dengan post OP SCTP dalam lindungan infus

TUTOFUSIN, urine 300 cc belum dibuang, flatus 2 kali rawat Kenanga.

KU : sedang, Composmentis

TD : 120/70 RR : 20 x/menit

4

Page 5: Case Report Plasenta Previa-fin

N : 76 x/menit S : 36,0 0C

Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat, Uterus Consistency (UC) : keras

Lab ulang : Hb = 10,2 gr/dl AT = 97000 ui

AL = 13400 ui

Diagnosa : Post operasi SCTPE a/i perdarahan antepartum pada plasenta

previa letak rendah bagian posterior.

Terapi : Infus Tutofusin 30 tpm sambung RL 20 tpm

Inj. Pyccin 1 gr/12 jam

Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam

Inj. Toramin 1 amp/12 jam

Inj. Alinamin F 1 amp/24 jam

Status bayi : bayi lahir jenis kelamin laki-laki, Apgar score 6-7, BB = 3200 gr,

PB = 49 cm, LK = 32 cm, LD = 33 cm.

K. Follow Up

Hari/tanggal

keluhan Vital Sign Palpasi Abdomen

Lochia Diagnosa Terapi

Minggu, 20/3/11

Pusing (+), nyeri luka (+), mual (-), BAK (+), BAB(-), flatus (+), ASI (-).

KU cukup, CMTD = 110/70N = 80x/menitRR = 20x/menitS = 36,60C

TFU 2 jari dibawah pusat, UC : kerasNT : (+)

Rubrum Post OP SCTPE a/i APH pada plasenta previa letak rendah bagian posterior (hari I)

-Infus RL-inj. Pycin/12j-inj.ketorolac/12j-inj.ranitidin/12j-latihan miring

Senin, 21/3/11

Keluhan (-), BAK (+), BAB (-), ASI (-), nyeri luka ber<<, perdarahannifas (+) merah kecokelatan.

KU cukup, CMTD = 100/70N = 76x/menitRR = 22x/menitS = 37,20C

TFU 2 jari dibawah pusat, UC : kerasNT : (+)

Rubrum Post OP SCTPE a/i APH pada plasenta previa letak rendah bagian posterior (hari II)

-Infus RL-inj. Pycin/12j-inj.ketorolac/12j-inj.ranitidin/12j-latihan duduk

Selasa. 22/3/11

Perdarahan nifas (+) ber<<, nyeri jahitan (+), keluhan (-), ASI (+) sedikit

KU cukup, CMTD = 100/70N = 84x/menitRR = 20x/menitS = 36,60CHb post OP : 12,0 g/dlAL = 9200

TFU 2 jari dibawah pusat, UC : kerasNT : (+)

sanguilenta

Post OP SCTPE a/i APH pada plasenta previa letak rendah bagian posterior (hari III)

-Consikla-Alora-aff infus-aff DC-latihan jalan

Rabu, 23/3/11

Perdarahan nifas (+) ber<< nyeri jahitan

KU cukup, CMTD = 100/70N = 84x/menit

TFU 2 jari dibawah pusat, UC : keras

sanguilenta

Post OP SCTPE a/i APH pada plasenta previa

-Consikla-Alora-medikasi luka

5

Page 6: Case Report Plasenta Previa-fin

ber<<, ASI (+), BAK (+), BAB (-).

RR = 20x/menitS = 36,60C

NT : (+) ber<<. letak rendah bagian posterior (hari IV)

-Boleh pulang.

PEMBAHASAN

Seorang wanita usia 29 tahun, G2P1A0, hamil 40 minggu + 4 hari datang dengan

keluhan keluar flek-flek dari jalan lahir, dimana flek-flek tersebut berulang (recurrent)

berwarna merah segar. Perdarahan awal (initial bleeding) hanya sedikit namun semakin lama

jumlah perdarahan semakin banyak. Pada awal terjadinya flek-flek, wanita ini tidak

mengeluh adanya rasa sakit pada perut (painless) dan tidak sedang melakukan pekerjaan

berat (causeless). Adanya anamnesis perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester III

yang berulang, tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab yang jelas (mendadak/saat istirahat)

merupakan tanda utama dan pertama kecurigaan pada plasenta previa. Karena pasien ini

telah memasuki masa postterm dan sudah mulai merasakan kenceng-kenceng sejak ± 7 jam

sebelum masuk RS maka pasien ini dapat dilakukan pemeriksaan dalam dengan cara yang

lembut dan dengan resiko timbul perdarahan lebih banyak sehingga harus siap dengan sarana

operasi dan dokter siap melakukan sectio sesaria jika kehamilan harus segera di terminasi.

Hasil pemeriksaan dalam adalah teraba uretra dan vulva tenang, introitus vagina (dinding

lateral, anterior, dorsal) tidak rapuh dan tidak teraba massa tumor, cerviks forniks anterior

dan posterior tenang, konsistensi tebal lunak, OUE pembukaan 1 cm, mengarah ke bawah,

bagian bawah anak kepala masih tinggi, jaringan plasenta tidak teraba, kulit ketuban (+),

sarung tangan lendir darah (+).

Berdasarkan data-data diatas, pasien dapat dipastikan terdiagnosa sebagai plasenta

previa. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada pasien ini,

terjadinya perdarahan pada waktu telah memasuki masa persalinan (kenceng-kenceng dan

OUE pembukaan 1 cm), dan jumlah perdarahan sedikit demi sedikit namun semakin banyak

serta tidak ada riwayat perdarahan segar dari jalan lahir pada waktu sebelumnya sehingga hal

ini sesuai dengan pola perdarahan pada plasenta previa letak rendah dibelakang. Sedangkan

pada plasenta previa jenis lainnya (totalis, parsialis, marginalis) akan mengalami perdarahan

pada waktu yang lebih dini dibandingkan dengan plasenta letak rendah yang hanya akan

perdarahan saat memasuki masa persalinan (in partu).

6

Page 7: Case Report Plasenta Previa-fin

Plasenta letak rendah adalah plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah

uterus dimana pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan

sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir, sehingga perdarahan baru akan

timbul jika sudah memasuki masa persalinan. Plasenta letak rendah terdiri dari 2 jenis yaitu

plasenta letak rendah di belakang (posterior) dan plasenta letak rendah didepan (anterior).

Plasenta letak rendah didepan akan mengalami perdarahan yang lebih banyak dibandingkan

plasenta letak rendah dibelakang.

Untuk mendiagnosis pasti letak abnormal dari plasenta adalah dengan pemeriksaan

USG, sedangkan untuk mendiagnosa plasenta previa letak rendah bagian belakang atau

didepan adalah saat pemeriksaan dalam (VT) yang dilakukan dapat dilakukan saat di meja

operasi.

Faktor resiko plasenta previa pada pasien ini belum diketahui dengan pasti karena

pada pasien ini dalam usia produktif, tidak multigravida, tidak ada riwayat abortus dengan

kuretase, riwayat sesar, maupun kebiasaan merokok, oleh karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan penunjang yang lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kelainan dari letak

plasenta pada pasien ini.

Patofisiologi pada pasien ini antara lain perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri

serta dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, dimana perdarahan pertama

biasanya tidak banyak, sehingga tidak berakibat fatal untuk sementara. Perdarahan berikutnya

hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan

pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen

bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari

dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. Sumber

perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus.

Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus

untuk berkontraksi menghentikan perdarahan. Makin rendah letak plasenta makin dini

perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih

dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.

Setelah diagnosis plasenta previa letak rendah bagian posterior telah dapat dipastikan,

maka langkah selanjutnya adalah memberikan penanganan yang tepat agar keadaan pasien

tidak memburuk dan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan (perdarahan

massif, lahir prematur, plasenta akreta). Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan

pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang

7

Page 8: Case Report Plasenta Previa-fin

maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa salah satunya dengan

Seksio sesarea. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan

ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini

tetap dilakukan. Tujuan seksio sesarea :

- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan

menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak

vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah

robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan

karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri

- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan

pervaginam

Pemilihan tehnik operasi pada seksio sesar sangat penting. Seksio sesaria dengan

menembus plasenta pada Segmen Bawah Rahim (SBR) depan akan menyebabkan janin

banyak kehilangan darah. Bila plasenta berada di SBR belakang, SC jenis transperitoneal

profunda dapat dilakukan tanpa kesulitan. Bila perlu dapat dilakukan insisi uterus secara

vertikal (SC klasik). Histerektomi perlu dilakukan bila terdapat plasenta inkreta. Pada pasien

ini dapat dilakukan SCTP dengan lancar tanpa perdarahan yang berlebihan sehingga dapat

menunjang diagnosa plasenta previa letak rendah bagian posterior. Operasi SCTP

berlangsung 45 menit tanpa adanya komplikasi. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki, Apgar

score 6-7, BB = 3200 gr, PB = 49 cm, LK = 32 cm, LD = 33 cm, kemudian dilanjutkan

dengan lahirnya plasenta.

Post operasi SCTPE pasien di observasi tanda-tanda vital dan kondisi konsistesi

uterusnya (UC). Kemudian pemberian terapi cairan untuk memenuhi kehilangan cairan dan

elektrolit tubuh disertai medikamentosa antibiotik untuk mencegah infeksi post op, analgetik

untuk mengurangi nyeri luka bekas operasi.

8

Page 9: Case Report Plasenta Previa-fin

Pedoman penatalaksanaan plasenta previa :

9

Page 10: Case Report Plasenta Previa-fin

Case Report

SEORANG WANITA, 29 TAHUN, G2P1A0 DENGAN

PLASENTA PREVIA LETAK RENDAH DI BELAKANG

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan

Oleh :

SEPTINNA KURNIA DEWI, S. KED

J 500 050 037

Pembimbing :

DR. JAYA MASA SP.OG (K) MFM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

10

Page 11: Case Report Plasenta Previa-fin

Lembar Pengesahan

Case Report

SEORANG WANITA, 29 TAHUN, G2P1A0 DENGAN

PLASENTA PREVIA LETAK RENDAH DI BELAKANG

Diajukan Oleh :

Septinna Kurnia Dewi, S.Ked

J 500 050 037

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari …….., …. 27 April 2011

Pembimbing :

DR. Jaya Masa SP.OG (K) MFM (.................................)

Dipresentasikan di hadapan :

DR. Jaya Masa SP.OG (K) MFM (..................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Yuni Prasetyo Kurniati, M. Kes (.................................)

11