Case morbili
-
Upload
charles-julian-boru -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Case morbili
LAPORAN KASUS INTERNSHIP
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. K Jenis kelamin : perempuan
Tempat, tanggal lahir : Singaraja, 12
Februari 2010Umur : 5 tahun 1 bulan
Suku Bangsa : Indonesia Agama : Hindu
Pendidikan : Belum sekolah Alamat : desa Ambengan
Hubungan dengan orangtua : Anak
kandungMasuk RS : 1 Februari 2015
Keluar RS : 4 Februari 2015
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Tn. P Ibu : Ny. S
Usia : 26 tahun Usia : 24 tahun
Suku Bangsa : Bali Suku Bangsa : Bali
Alamat : Desa Ambengan Alamat : Desa Ambengan
Pekerjaan : Pegawai Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : Tidak disebutkan Penghasilan : -
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung/ angkat/ tiri/ asuh
STATUS KLINIS
Tanggal masuk : 1 Februari 2015
ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis ( ibu pasien) pada tanggal. 1 Februari 2015Keluhan utama : Demam sejak 4 hari SMRSKeluhan tambahan : Batuk, pilek, mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS yang suhunya naik
turun setiap hari. Disertai dengan batuk dan pilek dan ibu os juga mengatakan kalau di dalam mulut os terdapat sariawan. Sebelumnya os sudah di bawa berobat ke bidan, namun tidak ada perubahan. Os diberi obat penurun panas dan antibiotik.
1
Tadi pagi os mencret > 2x dengan konsistensi cair, darah (-), dan lendir (+). Ibu os juga mengatakan kalau mata os belekan, dan timbul bintik – bintik merah di kepala os kemudian ke seluruh badan. Os juga muntah 1x.
Ibu os mengatakan kalau tetangga os ada yang terkena campak. Os belum di imunisasi campak.
Riwayat Penyakit Dahulu :Batuk dan pilek, demam
Riwayat Penyakit Keluarga :Asma, TBC dan DM disangkal
Riwayat Kehamilan:Anak ♀, lahir melalui persalinan normal, ditolong oleh bidan, cukup bulan, BB =
3250 gram, PB = 48 cm, sianosis (-), kuning (-). Antenatal care dilakukan secara teratur di dokter dan tidak ada penyakit berat yang diderita selama masa kehamilan.
Riwayat Imunisasi :BCG : 1x (usia 1 bulan )Hepatitis B : 3x ( usia 1, 2 dan 6 bulan )Polio : 3x ( usia, 4 dan 6 bulan )DPT : 3x ( usia 2, 4 dan 6 bulan )Campak : -
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :Umur tengkurap : 4 bulan.Umur duduk : 6 bulanUmur merangkak : 7 bulanUmur bersuara : 8 bulanSekarang os berusia 9 bulan.Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur
Riwayat makanan :Dari lahir hingga sekarang ( usia 9 bulan ) hanya mengkonsumsi ASI.
Kesan : kualitas dan kuanititas makanan kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal BB = 15 kgKeadaan umum : tampak sakit sedangTanda vital : Nadi = 110x/m
RR = 30 x/m Suhu = 37,5 ºC
Kepala : Normochepal, UUB belum menutup ( datar ), rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut dan patah, eritema (+).Mata : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, sekret +/+Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (+) encer
2
Mulut : Bentuk normal, bibir hiperemis (+), kering (+), koplik spot (-)Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang.Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kaku kuduk (-).Paru :
Inspeksi : Simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas, retraksi (-)Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama kuatPerkusi : Sonor pada kedua lapang paruAuskultasi : SN vesikuler, Ronki -/-, wheezing -/-, stridor -/-
Jantung :Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordisPalpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga 4 garis midclavicula kiriAuskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :Inspeksi : Membulat, tidak tampak gambaran usus dan vena, eritema (+)Palpasi : Supel.
Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-). Lien tidak teraba.
Perkusi : TimpaniAuskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia Eksterna : Perempuan, tidak tampak tanda radangAnus : (+)Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), udema (-), eritema (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 1 Februari 2015Lab/. Darah rutin : Hb = 10,1 gr%
L = 6.100/mm³ T = 300.000/mm³ Ht = 34 %
RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan dengan BB = 15 kg dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS, disertai dengan batuk, pilek, mencret >2x, mata belekan, dan muntah 1x. Timbul bercak – bercak merah di kepala dan seluruh tubuh. Tetangga os ada yang menderita campak dan os belum di imunisasi campak.Dari pemeriksaan fisik didapatkan :Kesadaran umum : tampak sakit sedang, menetek (+), gerakan aktif, menangis keras.Tanda vital : Nadi = 110x/m
RR = 30x/m Suhu = 37,5ºC
Kepala : Bentuk normal, UUB belum menutup, eritema (+)Mata : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, sekret (+)Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (+) encer.
3
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), hiperemis (+), kering (+).Leher : Tidak ada pembesaran KGBAbdomen : Membulat, tidak tampak gambaran usus dan vena, eritema (+)Ekstremitas : Akral hangat, sisnosis (-), udema (-), eritema (+)Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :Lab/. Darah rutin : Hb = 10,1 gr%
L = 6.100/mm³ T = 300.000/mm³ Ht = 34 %
DIAGNOSA KERJA
Morbili
DIAGNOSA BANDING
Eksantema Subitum
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 500 cc ( 20 tts/menit) Diet TKTP Vitamin A 200.000 IU dosis tunggal Paracetamol syrup 3 x cth 2 Terapi komplikasi :
o Antibiotik : Ampicillin 3 x 250 mg iv Kloramfenikol 3 x 200 mg iv
KOMPLIKASI
Bronkopneumoniae
PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonamAd Functionam : dubia ad bonamAd Sanationam : dubia ad bonam
MORBILI
4
I. Pendahuluan
Morbili/campak/rubeola adalah penyakit akut yang menular, disebabkan oleh
infeksi virus morbili yang pada umumnya menyerang anak.
Morbili memiliki gejala klinis yang khas yaitu terdiri dari tiga stadium yang
masing – masing mempunyai ciri khusus:
(1) Stadium masa tunas diperkirakan berlangsung selama10-12 hari
(2) Stadium prodromal yang menunjukkan gejala pilek dan batuk yang
meningkat dengan ditemukan exanthem pada mukosa pipi (bercak koplik),
faring dan mukosa konjungtiva meradang.
Stadium akhir dengan keluarnya ruam dimulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas. 1
II. Epidemiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5
dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap
sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak
tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri
bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik.
Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada
kepercayaan bahwa penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit
sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru,
perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat
menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya
5
musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya
memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.2
III. Etiologi
Virus morbili berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawet beku, minimal 4
minggu disimpan dalam temperatur 350 C, dan beberapa hari pada suhu 00C. Virus tidak
dapat aktif pada pH rendah.3
a. Bentuk Virus
Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat
lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA),
merupakan struktur helix nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering
menunjukkan tonjolan pendek, suatu protein yang berada diselubung luar muncul
sebagai hemaglutinin.
b. Ketahanan Virus
Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi,
apabila berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur
kamar ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 370c waktu
paruh umurnya 2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia
bertahan dalam keadaan dingun. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -
700c selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60c
dapat hidup selama 5 bulan apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya
dapat hidup 2 minggu bila tanpa media
protein.
Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar
ultraviolet. Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk
6
mikroorganisme yang bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20%
eter selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada
0,01% betapropiaceton dalam setiap konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan
sifat infektisitasnya dalam2 jam, walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas
penuh. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak
kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.3
IV. Patogenesis
Penularannya sangat efektif,
dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada
seseorang. Penularan morbili yang terjadi
secara droplet melalui udara, terjadi 1-2
hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4
hari setelah timbul ruam. Di tempat awal
infeksi, penggandaan virus sangat minimal
dan jarang dapat di temukan virusnya.
Virus masuk ke dalam limfatik lokal,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening
lokal. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan disitu mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi
menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Warthin, sedangkan limfosit-T
meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.4,5
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap,tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan meyebar kepermukaan epitel orofaring, saluran
nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan
beberapa sel polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler-kapiler.4
Pada hari ke-9-10 fokus infeksi yang berada di saluran nafas dan konjungtiva,
satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak
7
masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem
saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem
saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak
sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.4
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun,
sebagai respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,
kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak
menyebar jauh ke pembuluh darah. Vasikel tampak mikroskopis di epidermis tetapi virus
tidak berhasil timbul di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan
histologikmenunjukkan bahwa antigen morbili dan gambaran histologik pada kulit
diduga suatu reaksi Artus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media, dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan
herpes virus pneumoniadapat terjadipada kasus morbili, selain itu morbili dapat
menyebabkan gizi kurang.4,6
V. Manifestasi klinis dan Diagnosis
Diagnosis morbili biasanya dapat
dibuat atas dasar kelompok gejala klinis
yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan
mata meradang disertai batuk dan demam
tinggi dalam beberapa hari dan diikuti
ruam yang memiliki ciri khas, yaitu
diawali dari belakang telinga untuk
kemudian menyebar ke muka, dada,
8
tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya
mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang
merupakan tanda patognomonis morbili yaitu bercak koplik, meskipun demikian
menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang
ruamnya dapat berdarah dan mengelupas atau pasien sudah meninggal ruam belum
timbul. Kasus yang mengidap gizi kurang dapat menderita diare yang berkelanjutan.5
Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa diagnosis morbili dapat ditegakkan secara
klinis, sedangkan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pada pemeriksaan sitologik
ditemukan sel raksasa pada mukosa hidung dan pipi dan pada pemeriksaan serologik
didapatkan IgM spesifik. campak dapat bermanifestasi tidak khas disebut campak
atipikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-
obatan, eksantema subitum dan infeksi stafilokokus.4
VI. Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil
Diare dapat diikuti dehidrasi
Otitis media
Laringotrakeobronkitis (croup)
Bronkopneumonia
Ensefalitis akut
Reaktifasi tuberkulosis
Malnutrisi pasca serangan campak
Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan
syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan
intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul
beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset
lambat.4
9
VII. Pencegahan
1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan
memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh.4
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang
terkena penyakit campak, yaitu :
Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka
waktu 4-5 tahun.
3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin
untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-
kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah
komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah
selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada
stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang
dapat mengurangi keterpajanan pasien dengan risiko tinggi lainnya.4
10
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan
bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.4
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak
yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis
yang reversibel.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak
Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara
cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. www.cdc org
2. www.who.org
3. Tem, Graham. Illustrated Textbook of Pediatrics 3rd edition. Elsevier. 2009
4. Kliegman, Behrman. Nelson Textbook of Pediatrics19th edition. Philadelphia: Elsevier.
2011
5. www.peditricshealth.com/ measles
6. Miall, Lawrence. Pediatrics at a Glance. Berlin: Blackwell Science. 2003: 84
12