Case Kejang Demam & Dca

27
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. M W Umur : 1 tahun 5 bulan Jenis kelamin : laki-laki Alamat : Jl. P Jayakarta Agama : Islam Tanggal masuk RS : 17 Agustus 2006 Tanggal keluar RS : 23 Agustus 2006 IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ny. M Umur : 22 tahun Umur : 21 tahun Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : 1.000.000 Penghasilan : - II. ANAMNESIS Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 17 Agustus 2006 Keluhan utama : Kejang sejak 3 jam SMRS Keluhan tambahan : Demam, mencret, muntah batuk

Transcript of Case Kejang Demam & Dca

Page 1: Case Kejang Demam & Dca

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. M W

Umur : 1 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Jl. P Jayakarta

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 17 Agustus 2006

Tanggal keluar RS : 23 Agustus 2006

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ny. M

Umur : 22 tahun Umur : 21 tahun

Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : 1.000.000 Penghasilan : -

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 17 Agustus 2006

Keluhan utama : Kejang sejak 3 jam SMRS

Keluhan tambahan : Demam, mencret, muntah batuk

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 7 hari SMRS, pasien batuk- batuk dan tidak berdahak. Sejak 5 hari SMRS,

pasien demam, terus menerus tidak pernah turun ( tidak diukur dengan termometer), tidak

tidak terlalu tinggi, demam didahului dengan sumeng-sumeng, tidak ada mimisan, tidak

berdarah saat sikat gigi, tidak ada bintik kemerahan di kulit.

Sejak 1 hari SMRS pasien buang air besar cair sebanyak 3 kali dengan cairan

lebih banyak daripada ampas. Tiap kali buang air besar, jumlahnya kira-kira ½ gelas

aqua, warna kekuningan, tidak ada lendir, tidak ada darah dan tidak bau amis. Pasien

juga muntah-muntah sebanyak 3 kali, ¼ gelas aqua, muntah berisi makanan. Pada saat

Page 2: Case Kejang Demam & Dca

menangis pasien masih menangis kuat dan masih mengeluarkan air mata. Buang air kecil

masih banyak. Berat badan tidak menurun. Tidak ada sesak napas.

Sejak 3 jam SMRS, pasien kejang sebanyak 4 kali dalam satu hari dengan

lamanya kejang 10-15 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada

seluruh anggota badan. Kejang tidak dimulai pada salah satu sisi tangan ataupun kaki.

Saat kejang pasien mendelik keatas dan badan kelojotan. Pasien tidak pernah kejang

sebelumnya. Sesampai di unit gawat darurat pasien kejang lagi, lalu diberi obat dari

dubur dan kejang berhenti, kejang tidak lebih dari 5 menit.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Campak pada usia 1 tahun.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga atau lingkungan sekitar yang mengalami sakit seperti ini

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

a. Antenatal care : Teratur f. Masa gestasi : Cukup bulan

b. Tempat kelahiran : Rumah bersalin g. Berat badan lahir : 3100 gram

c. Ditolong oleh : Dokter h. Panjang badan lahir: 47 cm

d. Cara persalinan : Spontan i. Sianosis : Tidak ada

e. Penyakit kehamilan : Tidak ada j. Ikterus : Tidak ada

Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan

CORAK REPRODUKSI

Pasien anak pertama dalam keluarga

DATA PERUMAHAN

Kepemilikan rumah : Rumah milik sendiri

Keadaan rumah : Satu rumah ditinggali 3 orang. Luas bangunan 8 cm x 10 cm,

dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang

tamu. Cahaya matahari dapat masuk ruangan. Ventilasi terdiri 2

Page 3: Case Kejang Demam & Dca

jendela disetiap ruangan. Rumah mempunyai 1 buah pintu

masuk.

RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi Waktu Pemberian

Bulan Tahun

0 1 2 3 4 6 9 15 18 5 6 12

BCG I

DPT I II III

Polio (OPV) I II II IV

Hepatitis B I II III

Campak I

Kesan : Imunisasi dasar lengkap , namun booster tidak dilakukan dan imunisasi

tambahan (non-PPI) belum dilakukan.

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : 5 bulan

Psikomotor

- Tengkurap: 3 bulan - Berjalan : 9 bulan

- Duduk : 6 bulan - Berlari : 10 bulan

- Merangkak: 7 bulan - Berbicara : 15 bulan

- Berdiri : 8 bulan - Membaca dan menulis : belum

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.

RIWAYAT MAKANAN

a. Usia 0 - 4 bulan : ASI ad libitum

b. Usia 4 - 6 bulan : ASI ad libitum dan bubur susu 1 x, mangkuk kecil, buah 2x

( pepaya/ pisang )

c. Usia 6 - 10 bulan :ASI ad libitum ditambah bubur susu 1x mangkuk kecil, nasi tim

1x mangkuk kecil, buah (pisang/apel/pepaya) 2x

f. Usia 10 - 12 bulan : ASI ad libitum ditambah PASI (SGM) 2 x 200 cc,

Page 4: Case Kejang Demam & Dca

nasi tim 3 x, buah 2x

g.Usia 1 tahun sampai sekarang : pasien minum PASI ( SGM ) 4-5 x 200cc ditambah

menu keluarga : nasi 3x @ 1 piring kecil + sayur

(bayam/katuk/labu) + lauk (1 potong ikan/daging/telur/

ayam/tempe) porsi makan dihabiskan. Buah pepaya/pisang/apel

1x

Kesan : Kualitas cukup kuantitas : cukup

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 17 Agustus 2006

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis , Kontak aktif (+)

Tanda vital : - Tekanan darah : 80/60 mmHg

- Nadi : 114 x / menit

- Suhu : 38,40C

- Pernapasan : 36 x / menit

Data Antropometri

Berat badan : 10 Kg

Panjang badan : 80 cm

Lingkar kepala : 46 cm

Lingkar lengan atas : 15 cm

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan berat badan

terletak di persentil 10 dan 25.

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan panjang badan

terletak di persentil 25 dan 50.

Kesan : status Gizi cukup

Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam

distribusi merata, tidak mudah dicabut. Ubun-ubun

besar sudah menutup

Page 5: Case Kejang Demam & Dca

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan

bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak

anemis, sclera kanan dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih,

kedua pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.

Telinga : Bentuk normal, CAE lapang, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada.

Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada,

lidah kotor dengan tepi hiperemis, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring

tidak hiperemis,

gigi geligi tidak ada karies V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

Leher : Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea

di tengah.

Thorax

Paru-paru

- Inspeksi : bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis.

- Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Jantung

- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid

clavicula sinistra.

- Perkusi : Tidak di lakukan

- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral,

- Palpasi : Supel, hepar teraba 1/3-1/3, tepi tajam, konsistensi kenyal,

permukaan rata, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-), lien

tidak teraba.

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Page 6: Case Kejang Demam & Dca

- Auskultasi : Bising usus (+)

Genitalia eksterna : Laki-laki, tidak ada tanda radang, fimosis(-), hernia (-).

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema

Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae

Pemeriksaan neurologist : kaku kuduk (-), kerniq (-), laseque (-), refleks fisiologis :

normo refleksi, refleks patologis: -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium tanggal 17 Agustus 2006 :

Hematologi

- Hemoglobin : 11 g / dl (11-15 g / dl)

- Hematokrit : 32 Vol % (37-47 Vol %)

- Eritrosit : 4,2juta / μl (4,8-6,2 juta / μl)

- Leukosit : 9500 / μl (5-10 x 10 3 / μl)

- Trombosit : 324.000 / μl (150-350 x 103 / μl)

- Kalium : 4,13

- Natrium : 132

- Klorida : 105

RESUME

Pasien anak laki-laki umur 1 tahun 5 bulan, berat badan 10 Kg datang dengan

keluhan kejang sejak 3 jam SMRS, kejang sebanyak 4 kali dalam satu hari, lamanya

kejang 10 sampai 15 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Pasien mengalami

kejang di unit gawat darurat selama 5 menit dan diberi obat melalui dubur dan kejang

berhenti. Kejang seluruh badan, tidak pada salah satu sisi saja. Kejang didahului oleh

demam yang terjadi 5 hari SMRS, demam menetap sepanjang waktu, demam tidak begitu

tinggi (tidak diukur dengan termometer), demam didahului dengan sumeng-sumeng.

Sejak 1 hari SMRS pasien buang air besar dengan konsistensi cair, sebanyak 3

kali/hari,sebanyak ½ gelas aqua dengan cairan lebih banyak daripada ampas. Pasien juga

muntah-muntah berisi makanan sebanyak ¼ gelas aqua.

Pemeriksaan fisik :

Page 7: Case Kejang Demam & Dca

Tanda vital : - Tekanan darah : 80/60 mmHg

- Nadi : 114 x / menit

- Suhu : 38,40C

- Pernapasan : 36 x / menit

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan bola mata

dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera kanan dan kiri

tidak ikterik.

Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae(-)

Pemeriksaan neurologist : kaku kuduk (-), kerniq (-), laseque (-).

Pemeriksaan laboratorium

Hematologi ( 17/8/06)

- Hemoglobin : 11 g / dl (11-15 g / dl)

- Hematokrit : 32 Vol % (37-47 Vol %)

- Eritrosit : 4,2juta / μl (4,8-6,2 juta / μl)

- Leukosit : 9500 / μl (5-10 x 10 3 / μl)

- Trombosit : 324.000 / μl (150-350 x 103 / μl)

- Kalium : 4,13

- Natrium : 132

- Klorida : 105

DIAGNOSIS KERJA

Kejang demam

Diare cair akut

DIAGNOSA BANDING

Tidak ada

PEMERIKSAAN ANJURAN

Darah lengkap ( MCV, MCH, MCHC ) , elektrolit, glukosa darah.

Page 8: Case Kejang Demam & Dca

Urinalisa lengkap.

Feses lengkap.

PENATALAKSANAAN

1. IVFD KAEN 3A

Maintenance : 10 x 100 = 1000 cc

Koreksi suhu : 1,4 x 12% x 1000 = 168 cc → 1700 cc/ 24 jam

2. Untuk kejangnya dapat diberikan diazepam rektal 5 mg.

3. Antipiretrik : paracetamol 100 mg/kali pemberian.

4. Diazepam oral 3 mg tiap 8 jam.

5. Untuk rumatan berikan asam valproat 150 mg/hari.

6. Ganti susu sgm dengan LLM atau FL.

7. Diet lunak rendah serat, kebutuhan kalori : 1000 Kkal dan protein 20 gram

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam: dubia ad bonam

Ad sanationam : bonam

FOLLOW UP

18/8/2006

S : demam masih ada, kejang tidak ada lagi, BAB 10x mencret, muntah 1 x.

O: Tanda- tanda vital : Tensi : 90/50 mmhg suhu : 39,2 ºC

Nadi : 125x/menit napas : 33x/menit

Hasil laboratorium   :

Urinalisa : warna : kuning Kejernihan : jernih

Berat jenis : 1,005 PH :6

Protein : - Reduksi : -

Page 9: Case Kejang Demam & Dca

Bilirubin : - Nitrit : -

Urobilinogen : -

Sedimen urin   :

Leukosit : 2 Eritrosit : 0

Epitel : + Bakteri : -

Kristal : -

Silinder :

Granuler : 0 Hyalin : 0

Trichomonas : - Jamur : -

Feses : Makroskopis

Warna : kekuningan konsistensi : cair

Pus : - Lendir : +

Darah : -

Mikroskopis

Eritrosit : 0 leukosit : 0

E.coli : - E. histolytica : -

Telur cacing ascaris : - Ankylostoma : -

A : kejang demam dan diare cair akut.

19/8/06

S : demam +, BAB cair 4x, kejang –, muntah -.

O: Tensi : 100/60 mmhg nadi : 112 x/menit

Napas : 26x/menit suhu : 37,2ºC

A : kejang demam dan diare cair akut.

20/8/06

S : demam +, BAB cair 2x, kejang –,muntah 1x.

O: Tensi : 100/70 mmhg nadi : 120x/menit

Napas : 28x/menit suhu : 36,4ºC

A : kejang demam dan diare cair akut.

Page 10: Case Kejang Demam & Dca

21/8/06

S : demam +, BAB cair 3x, kejang –, muntah -

O: Tensi : 90/60 mmhg nadi : 118x/menit

Napas : 26x/menit suhu : 36,8ºC

A : kejang demam dan diare cair akut.

22/8/06

S : panas +, BAB 2x, lunak, kejang –

O: Tensi : 90/60 mmhg nadi : 112x/menit

Napas : 26x/menit suhu : 37,6ºC

Hasil laboratorium

- Hemoglobin : 11,8 g / dl

- Hematokrit : 35 Vol %

- Eritrosit : 4,5juta / μl

- Leukosit : 8600 / μl

- Trombosit : 355.000 / μl

- LED : 30 mm/jam

- Hitung jenis :1/6/0/0/64/0

A: kejang demam

23/8/06

S : panas -, BAB 1x, padat, kejang –,muntah -

O: Tensi : 100/60 mmhg nadi : 118x/menit

Napas : 27x/menit suhu : 37ºC

A : kejang demam→ boleh pulang

Page 11: Case Kejang Demam & Dca

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh

( suhu rektal di atas 38º C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya

terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang

tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang

disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang

demam. Bila anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari lima tahun mengalami kejang

didahului demam,pikirkan kemungkinan lainnya misalnya infeksi SSP, epilepsi, yang

kebetulan terjadi bersama demam.1

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam terjadi pada 2%-4 % dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun.

80 % adalah kejang demam sederhana sedangkan 20 % kasus adalah kejang demam

kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24

jam. Kejang pertama terbanyak diantara 17-23 bulan. Anak laki-laki lebih sering

mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada

umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang

demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan menurun menjadi 30 %. Setelah

kejang demam pertama, 2%-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali

risikonya di bandingkan populasi umum.

PATOFISIOLOGI

Sumber utama dari otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan

dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal sel neuron

muidah dilewati oleh kalium tetapi tidak mudah dilewati natrium akibatnya terdapat

perbedaan potensial diluar sel dan didalam sel. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran ini diperlukan energi dan bentuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada

permukaan sel. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan

Page 12: Case Kejang Demam & Dca

metabolisme basal 10 %-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada

kenaikan suhu tubuh tertentu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun

ion natrirm melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini begitu besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun

ke membran sel melalui perantaraan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Lamanya

kejang sangat bervariasi, kejang yang lebih lama dari 15 menit biasanya terjadi apnea,

hipoksemia ,hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,

hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin

meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot selanjutnya mengakibatkan

metabolisme otak meningkat,kajaidian ini merupakan proses terjadinya kerusakan neuron

otak selama berlangsungnya kejang lama.2

Serangan kejang dapat juga terjadi karena adanya suatu awitan hipertermia yang

timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.3

KLASIFIKASI

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

Kejang demam sederhana adalah kejang dengan salah satu ciri berikut :

o Lamanya kejang < 15 menit , dan umumnya akan berhenti sendiri.

o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,tanpa gerakan fokal.

o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri sebagai berikut :

o Kejang lama >15 menit,

o Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.

o Kejang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang

berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang

parsial.

Page 13: Case Kejang Demam & Dca

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan

kejang anak sadar.

Faktor risiko berulanya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan.

3. Temperatur yang rendah saat kejang.

4. Cepatnya kejang setelah demam.

DIAGNOSIS BANDING

Apabila terjadi kejang, harus dipikirkan apakah penyebabnya dari dalam atau dari

luar susunan saraf pusat. Kelainan dalam otak biasanya karena infeksi misalnya

meningitis, ensefalitis, abses otak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai

demam. Pemeriksaan laboratorium yan dapat dikerjakan misalnya darah perifer,

elektrolit dan gula darah.

2. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukann untuk menegakan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis

adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena

manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan.

2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.

3. Bayi > 18 bulan tidak rutin.

Bila yakin meningitis secara klinis,tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Page 14: Case Kejang Demam & Dca

3. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksikan berulangnya

kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang

demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat

dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam

kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

4. Pencitraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)

atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan

hanya atas indikasi seperti :

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2. Paresis nervus VI

3. Papiledema.

PROGNOSIS

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang

sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis

pada sebagian kecil kasus dan biasanya terjadi pada kejang lama atau kejang berulang.

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

1. Saat kejang

Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang adalah

diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-

lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis

maksimal 20 mg. Diazepam dalam bentuk rektal dapat diberikan dirumah saat

kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg

untuk anak dengan dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat

badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah

usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Kejang yang belum

Page 15: Case Kejang Demam & Dca

berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama

dalam interval waktu 5 menit.

Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan

dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg/kg.

Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal

10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg / menit atau kurang dari 50 mg/menit.

Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari,

yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka

pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian

obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor risikonya.

2. Saat Demam

Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan antikonvulsan.

Antipiretik sangat dianjurkan,walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaanya dapat

mengurangi risiko terjadnya kejang demam. Dapat diberikan asetaminofen berkisar

10-15 mg/kg/kali diberikan ³ kali sehari den tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen

5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5

mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin

pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

3. Pengobatan Rumatan

Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai

berikut :

1. kejang lama > 15 menit.

2. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya

hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. kejang fokal.

4. pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:

o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

o Kejang demam ≥ 4 kali per tahun.

Page 16: Case Kejang Demam & Dca

Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valproat dengan dosis 15-40

mg/kgBB/hari 2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu

dihentikan bertahap selam 1-2 bulan.

VAKSINASI

Sejauh ini tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah

demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9

kasus per 100.00 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per

100.000. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam,

terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan

acetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

Page 17: Case Kejang Demam & Dca

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

KEJANG 1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau Berat Badan < 10 kg : 5 mg Berat Badan > 10 kg : 10 mg2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

KEJANGDiazepam rektal

(5 menit)

Di Rumah Sakit

KEJANGDiazepam IVKecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB.Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit (Pastikan ventilasi adekuat)

KEJANGTransfer ke ICU

Keterangan :1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan berdasarkan

kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan

NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

Page 18: Case Kejang Demam & Dca

PEMBAHASAN KHUSUS

Pada pasien ini di diagnosis kejang demam karena :

1. kejang di dahului riwayat demam.

2. kejang terjadi pada anak usia 1 tahun.

3. anak ini belum pernah mengalami kejang tanpa demam.

4. pada pemeriksaan fisik didpatkan suhu > 37,2 ºC

Pada pasien ini di diagnosa kejang demam kompleks karena :

1. kejang lama > 15 menit.

2. kejang berulang (sebanyak 4 kali ) dalam 24 jam.

Kejang demam ini tidak di diagnosa diffrential karena :

1. meningitis → karena pada pemeriksaan neurologis tidak tampak tanda rangsang

meningeal.

2. ensefalitis → tidak terdapat gejala penurunan kesadaran, pada pemeriksaan

neurologis, tidak ada paresis.

3. abses otak → tidak ada keluhan nyaeri kepala yang sangat sebelumnya.

Pada pasien ini di diagnosa diare cair akut karena :

1. terjadi secara akut, < 14 hari.

2. tinja lunak tanpa darah.

Pada pasien ini tidak dilakukan lumbal pungsi, karena pada pemeriksaan neurologis tidak

ditemukan adanya rangsangan meningeal.

Page 19: Case Kejang Demam & Dca

Daftar pustaka