Case Jia Laporan Kasus

20
Case Report Seccions PITYRIASIS VERSICOLOR Oleh: Fajriah Rosandali 1010313085 Preseptor: Dr. Sri Lestari, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN 1

description

ok

Transcript of Case Jia Laporan Kasus

Page 1: Case Jia Laporan Kasus

Case Report Seccions

PITYRIASIS VERSICOLOR

Oleh:

Fajriah Rosandali 1010313085

Preseptor:

Dr. Sri Lestari, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

1

Page 2: Case Jia Laporan Kasus

PENDAHULUAN

A. Definisi

Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh

Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya makula di kulit,

skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa

peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak,

paha, dan lipatan paha. (Madani A, 2000)

Penyakit ini terutama terdapat pada orang dewasa muda, dan disebabkan oleh ragi

Malassezia, yang merupakan komensal kulit normal pada folikel pilosebaseus. Ini merupakan

kelainan yang biasa didapatkan di daerah beriklim sedang, bahkan lebih sering lagi terdapat di

daerah beriklim tropis. Alasan mengapa multipikasi ragi tersebut sampai terjadi dan dapat

menimbulkan lesi kulit pada orang-orang tertentu belum diketahui. (Graham-Brown, 2005)

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologi dan

imunoflorensi indirek ternyata identik dengan Pityrosporum orbiculare. (Madani A, 2000).

Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan

lembab. (Radiono, 2001)

C. Epidemiologi

Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis

karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua umur terutama remaja,

terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di

Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita pada usia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09%

pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40-50%

dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini, sedangkan di negara subtropis yaitu Eropa

tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur. (Partogi, 2008)

2

Page 3: Case Jia Laporan Kasus

Pityriasis versicolor dapat terjadi di seluruh dunia, tetapi penyakit ini lebih sering

menyerang daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Di Mexico 50% penduduknya menderita

penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi pada pria dan wanita, dimana pria lebih sering terserang

dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 2. (Amelia, 2011)

D. Cara Penularan

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi Malassezia furfur pada

tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun dilaporkan pula adanya penularan dari

individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara

hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi tertentu Malassezia furfur akan

berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengaruhi

keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor

individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit, misalnya

kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau

adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau malnutrisi. (Radiono, 2001)

E. Patogenesis

Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia

karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. (Partogi, 2008)

1. Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat, (Budimulja, 2001). Hal

ini merupakan penyebab sehingga Pityriasis versicolor banyak di jumpai di daerah tropis dan

pada musim panas di daerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian

atau kosmetik dimana akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikroflora dan pH.

(Partogi, 2008)

2. Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing,

terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu bisa juga

karena Diabetes Melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit – penyakit

berat lainnya yang dapat mempermudah timbulnya Pityriasis versicolor. (Partogi, 2008)

3

Page 4: Case Jia Laporan Kasus

Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke

dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang

langsung menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh

Pityrosporum dari asam lemak dalam serum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase.

(Partogi, 2008)

F. Diagnosa Banding

Diagnosa banding Pityriasis versicolor adalah :

a. Dermatitis seboroik,

b. Sifilis stadium II,

c. Pityriasis rosea,

d. Psoriasis vulgaris

e. Vitiligo,

f. Morbus Hansen tipe Tuberkoloid,

g. Eritrasma,

h. Pityriasis Alba

i. Hipopigmentasi pascainflamasi. (Madani A, 2000).

G. Gambaran Klinis

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.

Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur,

batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood.

Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik

sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. (Budimulja,

2002)

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.

Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur

terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. (Budimulja, 2002). Penderita pada

umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau

4

Page 5: Case Jia Laporan Kasus

kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat,

(Radiono, 2001).

Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus. Sering didapatkan lesi bentuk

folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas membentuk plakat. Kadang-kadang

dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan numular, folikular dengan plakat ataupun

folikular, atau numular dan plakat. (Madani A, 2000)

Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan skuama halus di

permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini biasanya bersifat

asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik. Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa

bercak-bercak hipopigmentasi. Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan produksi

asam azelaik oleh ragi, yang menghambat tironase dan dengan demikian mengganggu produksi

melanin. Inilah sebabnya mengapa lesi berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak diketahui.

Variasi warna yang tergantung pada warna kulit aslinya merupakan sebab mengapa penyakit

tersebut dinamakan ‘Versicolor’. (Graham-Brown, 2005)

H. Diagnosis

Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Malassezia fulfur

diagnosa Pityriasis versicolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.

Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat berdinding tebal

dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah

dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau biru laktafenol.

Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat ball and

spaghetti”. (Radiono, 2001).

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang

mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok

dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng lempeng steril pula.

Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta

Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di

bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki

5

Page 6: Case Jia Laporan Kasus

indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak - jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau

seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung. Pada Pityriasis versicolor hifa tampak

pendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora yang

berkelompok. (Trelia, 2003)

2. Pemeriksaan dengan Wood’s Lamp

Pemeriksaan dengan Sinar Wood dapat memberikan perubahan warna pada

seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi

akan memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange. (Trelia, 2003)

I. Pengobatan

Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun sistemik.

Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun

pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk

mencegah rekurensi:

1. Pengobatan Topikal

Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang

dapat digunakan ialah :

a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan

pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi

b. Salisil spiritus 10%

c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam

bentuk topikal

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2

minggu. (Partogi, 2008)

6

Page 7: Case Jia Laporan Kasus

2. Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika

pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :

a. Ketoconazole Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari

b. Fluconazole Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu

c. Itraconazole Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu. (Madani A, 2000)

4. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

c. Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00 (Murtiastutik, 2009)

Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan harus diulangi.

Daerah hipopigmentasi perlu waktu yang lama untuk repigmentasi, dan kedaan yang

bertahan lama ini janganlah dianggap sebagai suatu kegagalan pengobatan. (Graham-Brown,

2005)

J. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan pemakaian 50%

propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan. Pada daerah endemik dapat

disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg

sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu. (Radiono, 2001)

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan,

misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan seterusnya. Warna kulit akan pulih kembali

bila tidak terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik

dapat dipakai dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan

warna kulit tersebut. (Madani A, 2000)

7

Page 8: Case Jia Laporan Kasus

K. Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan (Radiono, 2001) bila pengobataan dilakukan

menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi

negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif. (Partogi, 2008)

8

Page 9: Case Jia Laporan Kasus

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki, usia 22 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 4 Agustus 2015 dengan :

Keluhan utama : Bercak-bercak putih kadang-kadang disertai rasa gatal di punggung sejak ± 3

bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Awalnya muncul satu bercak putih didaerah punggung kira-kira seluas uang logam, yang

semakin lama semakin meluas hampir di seluruh punggung.

Bercak-bercak putih tersebut kadang-kadang disertai rasa gatal terutama saat pasien

berkeringat.

Sehari-hari pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan pasien sering berkeringat

dikarenakan cuaca yang panas

Bercak-bercak putih di punggung tidak mati rasa ataupun berkurang rasa.

Pasien mandi dan berganti pakaian dua kali sehari, kadang-kadang saat berkeringat

pasien tidak langsung mengganti pakaiannya sampai pakaiannya kering dengan

sendirinya.

Pasien dua kali sehari dan menyukai makan-makanan yang pedas dan berminyak.

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan berupa bercak-bercak putih

disebagian tubuhnya.

Riwayat penurunan nafsu makan dan berat badan yang drastis dalam bulan-bulan

belakangan ini tidak ada.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan (berupa pil) atau jamu-jamuan penambah nafsu

makan dalam bulan-bulan belakangan ini tidak ada.

Riwayat menderita penyakit sistemik (diabetes mellitus, kanker) sebelumnya tidak ada.

Riwayat muncul bercak-bercak merah yang mendahului bercak-bercak putih di punggung

sebelumnya tidak ada.

Riwayat bercak-bercak merah pada lipat lengan dan lipat lutut yang menahun dan terasa

gatal dengan kulit cenderung kering disangkal.

9

Page 10: Case Jia Laporan Kasus

Riwayat atopi pada pasien (asma, mata sering merah dan berair, bersin-bersin pagi >7x,

alergi makanan dan obat-obatan, alergi serbuk bunga, kaligata, dan biring susu)

disangkal.

Riwayat muncul bercak-bercak putih pada ketiak, lipat paha, sekitar mulut, hidung, mata,

jari-jari, lutut dan siku sebelumnya tidak ada.

Riwayat kontak dengan anggota keluarga ataupun tetangga dengan keluhan bercak –

bercak putih yang mati rasa ataupun kurang rasa di sebagian tubuhnya tidak ada.

Riwayat kontak dengan anggota keluarga ataupun tetangga yang mendapatkan obat-

obatan jangka panjang tidak ada.

Riwayat pengobatan pada bercak-bercak putih yang kadang-kadang disertai rasa gatal di

punggung sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah menderita keluhan berupa bercak-bercak putih yang kadang-kadang

disertai gatal disebagian tubuh sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan bercak-bercak merah pada lipat lengan

dan lipat lutut yang menahun dan terasa gatal dengan kulit cenderung kering.

Riwayat atopi pada keluarga disangkal.

Pemeriksaan fisik :

Kesadaran : Composmentis

Nadi : 90x/ menit

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Nafas : 20x/ menit

Suhu : afebris

BB : 60 kg

TB : 165 cm

BMI : BB/TB2 = 22,03 (normal)

KGB regional : KGB supraclavicularis dan axilaris tidak ada pembesaran

Mata : konjungtivaanemis-/-, skleraikterik -/-

10

Page 11: Case Jia Laporan Kasus

Kepala : normosefali

THT : tidak ditemukan kelainan

Mulut dan gigi : tidak ditemukan kelainan

Leher : tidak ditemukan kelainan

Paru : dalam batas normal

Jantung : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : perfusi akral baik

Status Dermatologikus :

11

Page 12: Case Jia Laporan Kasus

• Lokasi `: Punggung

• Distribusi : Regional

• Bentuk : Tidak khas

• Susunan : konfluen

• Batas : tidak tegas

• Ukuran : lentikular-plakat

• Effloresensi : Makula hipopigmentasi dengan skuama halus

Status Venereologikus : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Laboratorium :

12

Page 13: Case Jia Laporan Kasus

Pemeriksaan KOH 10% terlihat gambaran spaghetti dan meatballs.

Pemeriksaan Anjuran :

Pemeriksaan Wood’s Lamp didapatkan floresensi kuning keemasan.

Resume :

Anamnesis

- Bercak-bercak putih kadang-kadang disertai rasa gatal di punggung sejak ± 1 bulan yang

lalu.

- Bercak-bercak putih tersebut kadang-kadang disertai rasa gatal terutama saat pasien

berkeringat.

- Sehari-hari pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan pasien sering berkeringat

dikarenakan cuaca yang panas.

- Pasien mandi dan berganti pakaian dua kali sehari, kadang-kadang saat berkeringat

pasien tidak langsung mengganti pakaiannya sampai pakaiannya kering dengan

sendirinya.

Pemeriksaan fisik

13

Page 14: Case Jia Laporan Kasus

- Pemeriksaan fisik umum pada pasien tidak terdapat kelainan.

- Pada status dermatologi didapatkan makula hipopigmentasi dengan skuama halus

diatasnya pada punggung dengan distribusi regional.

- Pemeriksaan lampu Wood didapatkan floresensi kuning keemasan.

Diagnosis kerja :

- Pitiriasis versikolor

Diagnosis banding :

- Pitiriasis alba

- Hipopigmentasi pasca inflamasi

- Morbus Hansen

- Vitiligo

Rencana penatalaksanaan pada pasien ini :

Terapi Umum:

- Menerangkan kepada pasien tentang penyakit, rencana terapi, dan perjalanan

penyakitnya.

- Menjaga hygiene diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

- Meningkat konsumsi makanan bergizi yang mengandung protein.

- Memakai obat secara teratur dan rutin kontrol ke dokter.

Terapi khusus :

Terapi sistemik

- Ketokonazol 1x200 mg/hari, tablet, selama 7 hari

- Loratadin 1x10 mg (jika gatal)

Terapi topikal

- Ketokonazol krim 2% 2xsehari

Prognosis

14

Page 15: Case Jia Laporan Kasus

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad cosmeticum : bonam

Resep :

Dr. Fajriah Rosandali

RSUP DR. M. Djamil Padang

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Padang, 4 Agustus 2015

R/ Tab Ketokonazol 200 mg No. VII

S1dd tab 1 R/ Tab Loratadin 10 mg No. VII

S1dd tab 1 R/ Krim Ketokonazol 2 %

Suc applic loc dol dipakai pada kulit 2x sehari setelah mandi

Pro: Tn. M

Usia : 22 tahun

Kesimpulan

- Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronis yang disebabkan oleh M.

Furfur.

- Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis berupa makula hipopigmentasi

dengan skuama halus diatasnya, flouresensi kuning keemasan dengan lampu Wood dan

terlihat gambaran spaghetti dan meatballs pada pemeriksaan KOH.

- Penatalaksaan meliputi terapi topikal dan sistemik.

15