Case APP

30
CASE APPENDICITIS ACUTA

description

app

Transcript of Case APP

  • CASEAPPENDICITIS ACUTA

  • IDENTITAS UMUMNama: Naya Putri SuntanaUmur: 7 tahunPekerjaan: PelajarAgama: IslamAlamat: Komp. GBA III P8 No. 39, Cipagalo, Ciganitri, Bandung.Tanggal masuk: 27 Januari 2012Tanggal periksa: 30 Januari 2012

  • ANAMNESISKeluhan utama: Nyeri perut kanan bawah

    RPS: Pasien masuk ke RS Sartika Asih melalui poli anak dengan keluhan nyeri perut bagian ulu hati secara tiba-tiba sejak pagi hari SMRS. Keluhan disusul adanya muntah lebih dari 10 kali, berisi cairan, sisa makanan dan lendir. Keluhan disertai adanya demam cukup tinggi dan mencret sebanyak 1 x. Feses cair, warna kuning, lendir -, darah -. Pasien menjadi tidak mau makan. Orang tua pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat batuk pilek sebelum keluhan timbul.

  • 2 hari setelah dirawat demam sempat turun dan keluhan muntah mulai hilang namun nyeri perut dirasakan berpindah ke perut kanan bawah hingga ke dekat pinggang disertai demam dan muntah-muntah kembali.Nyeri dirasakan pasien terus menerus sehingga membuat posisi pasien lebih nyaman bila posisi miring dengan kaki ditekuk.BAK: lancar, BAB: jarang, 2-3 hari sekali.

  • RPD : Sejak tahun 2008, pasien sudah sering dirawat di RS karena keluhan serupa yaitu muntah-muntah dan nyeri perut.Riwayat Alergi : -Usaha berobat : Pasien sudah diberi obat domperidon dan paracetamol oleh orang tua namun keluhan tidak membaik.

  • PEMERIKSAAN FISIKKesan sakit : SedangKesadaran : Compos MentisTTV:N : 104 x/menitR : 28 x/menitS : 37,1 0CBB: 19,5 Kg

    Kulit: turgor kembali cepat Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+ Mata cekung -/-Leher : KGB tidak teraba membesar, trakhea letak sentral

  • Thorax : B/P simetris, retraksi -Pulmo: VBS ki=ka, wheezing -/-, ronkhi -/-Cor : BJM reguler, murmur -Abdomen : Datar, soepel, bising usus +, defence muscular Nyeri tekan titik McBurney (+)Nyeri lepas (+)Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2

  • DIAGNOSIS BANDINGAppendicitis AcutaGastroenteritis Acuta

  • PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium Darah (27 Januari 2012)Hb : 12,0 gr/dlL : 12.600 /mm3Tc : 312.000 gr/dlNa: 143 mEq/LK: 4,5 mEq/L

  • Widal:Salmonella typhi O-Paratyphi A-O1/40Paratyphi B-O1/80Paratyphi C-O-Salmonella typhi H-Paratyphi A-H1/40Paratyphi B-H1/40

    USG:Kesan: gambaran app, tak tampak adanya infiltrate atau abses peri appendiks

  • Diagnosis Kerja : Appendicitis acuta

  • RESUMEPasien anak perempuan usia 7 tahun masuk ke RS Sartika Asih melalui poli anak dengan keluhan nyeri perut bagian ulu hati secara tiba-tiba sejak pagi hari SMRS.Keluhan disertai muntah lebih dari 10 kali yang berisi cairan, sisa makanan dan lendir, adanya demam yang cukup tinggi dan mencret sebanyak 1 x. Feses cair, warna kuning, lendir -, darah -.Pasien jadi tidak mau makan. Orang tua pasien mengatakan pasien tidak ada batuk pilek sebelum keluhan timbul.

  • 2 hari setelah dirawat demam sempat turun dan keluhan muntah mulai hilang namun nyeri perut dirasakan berpindah ke perut kanan bawah hingga ke dekat pinggang disertai demam dan muntah-muntah kembali. Nyeri dirasakan pasien terus menerus sehingga membuat posisi pasien lebih nyaman bila posisi miring dengan kaki ditekuk. BAB jarang, 2-3 hari sekali. Sejak tahun 2008, pasien sudah sering dirawat di RS karena muntah-muntah dan nyeri perut. Pasien sudah diberi obat domperidon dan paracetamol oleh orang tua namun keluhan tidak membaik.

  • Dari hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan bahwa pasien dengan kesan sakit sedang dengan kesadaran compos mentis, dan pada pemeriksaan fisik didapakan tanda-tanda vital nadi 104x/menit, palpasi abdomen nyeri tekan titik McBurney (+) serta nyeri lepas (+). Pada pemeriksaan penunjang didapat kan hasil laboratorium darah, leukosit 12.600 /mm3, widal titer paratyphi A-O 1/40, paratyphi B-O 1/80, paratyphi A-H 1/40, paratyphi B-H 1/40. Pemeriksaan USG tanggal 30 januari didapatkan kesan gambaran app, tak tampak adanya infiltrate atau abses peri appendiks.

  • PENATALAKSANAANRencana appendectomyMedikamentosa pre op:Infus RL 1500/24 jamAntiemetik, Ondansetron 3 x 2 mgAntipiretik, Paracetamol syr 3 x 2cthAntibiotik profilaxis: Ceftriaxone 1g

  • Laporan operasi pada tanggal 30 Januari 2012Diagnosis pre-operasi : Appendicitis acutaDiagnosis post-operasi: Appendicitis acutaTindakan operasi : Open AppendectomyTemuan Operasi: Appendix retrocaecal, oedem, panjang 7-8 cm, diameter 0,8 cm.

    Medikamentosa Post Op:Analgetik: Tramadol 40 mg IVAntibiotik: Cefadroxil 2 x 2cthAntipiretik: Paracetamol syr 3 x 2cth

  • PROGNOSISQuo ad vitam: Ad bonamQuo ad functionam: Ad bonamQuo ad sanationam: Ad bonam

  • PEMBAHASANPasien anak perempuan usia 7 tahun dengan diagnosis appendicitis acuta. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang.

    Anamnesis didapatkan adanya nyeri yang khas pada appendicitis, yaitu nyeri yang berpindah dari daerah ulu hati (seringnya di daerah periumbilical) ke nyeri perut kanan bawah. Adanya keluhan febris, vomit, diare dan anorexia juga turut membantu penegakkan diagnosis. Meski memang pada pasien didapat riwayat keluhan serupa sebelumnya sejak tahun 2008 yang berulang.

  • Etiologi tersering dari adanya appendicitis pada anak dapat berupa fecolith atau juga obstruksi lumen akibat pembesaran folikel limfoid karena adanya riwayat infeksi sebelumnya. Tidak adanya riwayat ISPA dan adanya kebiasaan buang air besar yang tidak teratur dan jarang meski pasien masih suka makan sayur cukup relevan dengan kaitan pencarian etiologi pada kasus ini.

  • Pada pemeriksaan fisik, adanya nyeri tekan pada titik McBurney dan nyeri lepas memberikan arahan kepada diagnosis appendicitis, meski pada saat pemeriksaan pasien tidak kooperatif dengan terus menangis sehingga tidak dapat diperiksa tanda-tanda lainnya berupa psoas sign, obturator sign, dll. Defence muscular yang negatif pada palpasi abdomen memberikan gambaran belum terjadinya komplikasi lebih jauh berupa peritonitis.

  • Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis melalui pemeriksaan darah dan USG. Leukositosis yang didapatkan pada pasien ini menguatkan adanya suatu appendicitis, meski leukositosis sendiri tidaklah spesifik untuk appendicitis. Leukosit berjumlah 12.600 yang pada hal ini masih berada dibawah titik 18.000, karena pada umumnya leukositosis lebih dari 18.000 jarang mengarah pada appendicitis akut non komplikata.

  • Hasil lab yang ditunjang dengan adanya USG semakin menguatkan diagnosis appendicitis. Pada USG abdomen kanan bawah tampak bayangan tubuler hipoekhoik yang melebar dengan ukuran 2,0-0,5 cm, tak tampak appendicolith, infiltrat maupun adanya abses dan juga tidak ada kelainan pada kandung kemih memberikan kesan gambaran appendicitis. Pemeriksaan yang juga diusulkan mengacu adanya keluhan muntah-muntah serta diare, adalah elektrolit berupa kalium dan natrium. Meski pada pasien, kadar kalium dan natrium masih dalam batas normal.

  • Terapi utama yang harus dilakukan pada kasus ini adalah melalui tindakan operasi yaitu appendectomy, dengan tujuan agar keluhan tidak menjadi lebih berat (dapat berupa komplikasi seperti perforasi dan peritonitis) yang akan dapat membahayakan nyawa pasien.

  • Operasi dilakukan pada tanggal 30 Januari 2012 pukul 09.00 wib dengan jenis operasi open appendectomy dengan sayatan Rocky-Davis.Saat operasi berlangsung, didapatkan adanya oedem pada appendix dengan panjang 7-8 cm, diameter 0,8 cm. Hasil temuan selama operasi menegakkan diagnosis post operasi appendicitis acuta yang sesuai dengan diagnosis pre operasi, meski memang seharusnya diagnosis akhir dari kasus ini ditentukan melalui hasil pemeriksaan patologi anatomi.

  • Pilihan terapi medikatosa pre operasi mengacu pada simptom yang ada. Pemberian antiemetik guna menekan keluhan muntah-muntah, antiemetik yang diberikan adalah ondansetron dengan dosis 3 x 2 mg. Antipiretik diberikan untuk menurunkan panas badan pada pasien, yaitu dengan pemberian paracetamol syrup dengan dosis 3 x 2cth.

  • selama perawatan pasien diberikan infus RL sebagai pengganti cairan yang hilang melalui muntahan. RL diberikan 1500cc/24 jam sekaligus sebagai infus jaga. Pemberian antibiotik profilaksis menjelang operasi perlu dilakukan, antibiotik yang dapat diberikan seperti ceftriaxone dengan dosis 1gr iv yang harus didahului skin test. Dosis yang diberikan mengacu pada berat badan pasien, yaitu 19,5 kg.

  • Terapi medikamentosa post operasi berupa pemberian analgetik melalui IV line, yaitu pemberian tramadol 40 mg setiap 6 jam. Pemberian antibiotik tetap diteruskan untuk mencegah terjadinya infeksi, pilihan antibiotik yang dapat diberikan yaitu cefadroxil, preparat antibiotik spektrum luas dengan dosis 2 x 2cth.

  • Satu hari post appendectomy, pasien mengeluh demam cukup tinggi. Dicurigai demam disebabkan adanya phlebitis karena pemasangan IV line. Aff infus adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk kemudian diobservasi apakah demam masih berlanjut. Demam diturunkan dengan pemberian antipiretik yaitu paracetamol 3 x 2cth.

  • Prognosis pada kasus ini dapat disimpulkan adalah ad bonam pada quo ad vitam, functionam dan sanationam. Hal ini berdasarkan kondisi umum pasien yang stabil baik itu sebelum dan setelah operasi serta hasil jahitan yang bagus setelah 2 hari post appendectomy.