Case Angel
-
Upload
angeline-fanardy -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
description
Transcript of Case Angel
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
STATUS PASIENDokter Muda
Nama Dokter muda Angeline Fanardy Tanda tanganNIM 406138119Tanggal 17 September 2015Rumah Sakit BhayangkaraGelombang Periode 31 Agustus – 3 Oktober 2015
Nama Pasien Ny. MUmur 41 tahun
Alamat Semarang
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Brigadir II
Agama Islam
Pendidikan SLTA
Status Pernikahan Sudah Menikah
No. RM 12-09-087448
Diagnosis Uveitis Anterior dan Keratitis OD
ANAMNESIS
Keluhan Utama Pandangan kabur pada kedua mata
Keluhan Tambahan
Keluar kotoran pada kedua mata, kedua mata gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RS. Bhayangkara dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata saat membaca. Pasien juga merasa pandangan jauh terasa kabur terutama pada mata kiri saat pasien kelelahan namun membaik setelah beristirahat. Keluhan mulai dirasakan sejak 2 minggu lalu. Pasien sebelumnya sudah memakai kacamata baca namun kacamata bacanya hilang 2 minggu yang lalu.Sejak usia berusia 45 tahunpasien mulai memakai kacamata dan merupakan kacamata baca. Kacamata baca pertama berukuran spheris +1,00 untuk mata kanan dan kiri. Pasien sempat mengganti kacamata baca menjadispheris +1,75 pada kanan dan kiri. Kacamata baca terakhir berukuran spheris +2,75 pada mata kanan danspheris +3,00 pada mata kiri. Pasien hanya menggunakan kacamata untuk membaca. Pasien merasa dapat membaca dengan lebih jelas jika menggunakan kacamata baca. Pasien merasa terganggu dengan keluhan tersebut.
Sejak 3 bulan yang lalu pasien merasa gatal di kedua matanya terutama pada mata kiri.Sekitar 2 minggu terakhir gatal dimata semakin sering terutama saat malam hari dan keluar kotoran pada kedua mata. Kotoran keluar dari kedua mata namun lebih banyak pada mata kiri. Pasien mengaku kotoran yang keluar dari matanya tidak terlalu banyak namun lebih banyak dari biasanya. Kotoran terasa lengket namun pasien tidak memperhatikan warna kotorannya. Pasien mengaku tidak pernah mengobati keluhan karena tidak merasa terganggu dengan keluhan tersebut.
Pasien pernah memeriksakan matanya ke dokter dan diduga menderita glaukoma. Namun pasien tidak merasa ada keluhan sehingga pasien tidak memeriksakan lebih lanjut.Pasien mengaku tidak harus menoleh untuk melihat sekelilingnya.Pasien menyangkal pandangan ganda, mata merah, nyeri, mata berair, silau, benjolan, mual dan muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
RiwayatpenyakitHipertensi sejak lama dan sudah beberapa bulan berhenti minum obat.
Riwayat pernah mengkonsumsi aspirin dan cedocard dalam jangka waktu yang tidak lama.
Riwayat kolesterol tinggi beberapa tahun terakhir (Kolestrol total = 246 mg/dL)
Riwayatkecelakaan 4,5 tahun yang lalu. Mengalami fraktur kompresi pada vertebrae thoracal 11 atau vertebrae lumbaldan dipasang pen. Pasien dirawat di rumah sakit selama 2 minggu dan diberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit.
Trauma matadan kepala (-) Riwayat penyakit pada mata (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Diabetes Melitus,Katarak dan penyakit mata lain disangkal
Ayah dan ibu memakai kacamata untuk membaca
Kebiasaan / Lingkungan
Pasienmemilikikebiasaanmakanmakanan yang asin, berminyak dan bersantan.
Pasien tidak berolahragasecara teratur Pasien mengaku tidak merokok Pasien selalu memakai kacamata saat membaca Pasien tidak pernah menggunakan kacamata anti UV atau
pelindung mata saat beraktivitas di luar rumah.
Anamnesis Sistem
1. Cerebrospinal Dalambatas normal
2. Cor TD = 140/80 mmHg
3. Respirasi / Pulmo
Dalambatas normal
4. Abdomen Dalambatas normal
5. UrogenitalKandung kemih suka terasa penuh, nyeri dan tidak tuntas saat buang air kecil sejak 4,5 tahun yang lalu
6. Extremitas / Musculoskeletal
Sering merasa pegal pada kedua kaki terutama setelah beraktivitas
Kesimpulan Anamnesis
- ODS pandangan kabur saat membaca.- ODS pandangan jauh terasa kabur terutama pada OS saat pasien kelelahan- Dapat membaca dengan lebih jelas jika menggunakan kacamata baca.- Pandangan jauh membaik dengan beristirahat- ODS gatal terutama OS dan lebih parah pada malam hari- ODS keluar kotoran terutama OS
PEMERIKSAAN SUBYEKTIFPemeriksaan OD OS Penilaian
Dikerjakan TidakVisus Jauh 1/300 0,7 F 1 √Refraksi √Koreksi √Visus Dekat √Proyeksi sinar √Persepsi Warna (Merah, Hijau) √
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Pemeriksaan OD OS PenilaianDikerjakan Tidak
1. Posisi mataOrtoforia Ortoforia √
2. Gerakan bola mata √
3. Lapang pandang Tidak ada penyempitan
Tidak ada penyempitan
√
4. Kelopak mata(Superior et Inferior)
S I S I
Benjolan - - - - √ Edema - - - - √ Hiperemis - - - - √ Ptosis - - - - √ Lagophthalmos - - - - √ Ectropion - - - - √
Entropion - - - - √5. Bulu mata
Trikiasis - - √ Madarosis - - √ Krusta - - √
6. Aparatus Lakrimalis
Sakus lakrimal Hiperemis - - √ Edem - - √ Fistel - - √
Punctum lakrimal Eversi - - √ Discharge - - √
7. KonjungtivaK. Bulbi
Warna Transparan Transparan √ Vaskularisasi - - √ Nodul - - √ Edema - - √
K. Tarsal superior Hiperemis - - √ Folikel - - √ Papillae - - √ Korpus alineum - - √
K. Tarsal inferior
Hiperemis - - √
Folikel - - √
Papillae - - √
Korpus alineum - - √
8. Sklera
Warna Putih Putih √
Inflamasi - - √
9. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih √
Ukuran 10-12 mm 10-12 mm √
Permukaan Rata Rata √
Limbus Jernih Jernih √
Infiltrat - - √
Defek - - √
Edema - - √
10. Camera oculi anterior Kedalaman Sedikit dangkal Cukup √
Hifema - - √
Hipopion - - √
11. Iris
Warna Cokelat Cokelat √
Sinekia - - √
Iridodenesis - - √
Neovaskularisasi - - √
12. Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm √
Bentuk Bulat Bulat √
Tepi Rata Rata √
Simetris Simetris Simetris √
Reflekks direk + + √
Refleks indirek + + √
13. Lensa
Kejernihan Keruh di Subkapsular
Posterior
Jernih √
Luksasio - - √
Afakia - - √
IOL - - √
14. Reflek fundus (+) Keruh (+) Terang √15. Shadow test + - √16. Korpus vitreum √
17. Tekanan intra okuler dengan palpasi
N N √
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
VOD= 0,5 pH 0,9 Plano 0,5NCADD +3,00
Camera Oculi Anterior : kedalamannya sedikit dangkalLensa : terdapat kekeruhan di subkapsular PosteriorRefleks Fundus :(+) keruhShadow Test +
VOS = 0,5 pH 0,7 S +1,00 0,9 NBCADD +3,00
Resume Total:
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien perempuan berusia 61 tahun dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata saat membaca dan pandangan jauh kabur terutama pada mata kiri yang timbul saat kelelahan dan membaik dengan beristirahat. Pasien dapat membaca dengan lebih jelas jika menggunakan kacamata baca.Gatal di kedua mata terutama pada mata kiri dan lebih parah pada malam hari. Keluar kotoran pada kedua mata terutama pada mata kiri.
Pada pemeriksaan didapatkan :
VOD = 0,5 pH 0,9 Plano 0,5 NCVOS = 0,5 pH 0,7 S +1,00 0,9 NBCODS ADD +3,00Camera Oculi Anterior OD : kedalamannya sedikit dangkalLensa OD : terdapat kekeruhan di Subkapsular PosteriorRefleks Fundus OD : (+) keruhShadow Test OD +
Diagnosis kerja:
ODS Presbiopia + OS Hipermetropia
Diagnosis Tambahan:
ODS Dry Eye OD Katarak Subkapsular Posterior
Terapi:
Non Farmakologi : Non operatif : koreksi dengan kacamata OD OS
Sph Cylinder Prisma Sph Cylinder PrismaD D as Gr Ba
sD D as gr Bas
U. Jauh Plano +1,00
U. Dekat Add +3,00 Jarak Pupil = 62 mm / 60 mm
Prognosis:
Ad visam :Dubia ad bonam Ad vitam :Dubia ad bonam Ad sanationam :Dubia ad bonam Ad fungtionam :Dubia ad bonam Ad kosmetikam :Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Uveitis Anterior
2. Keratitis
Presbiopia merupakan gangguan akomodasi yang terjadi pada orang dengan
usialebih dari 40 tahun.1,2Presbiopi merupakan proses yang fisiologis.2Akomodasi
merupakan kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot
siliaris.1,3Pada mata normal, lensa tidak akan melakukan akomodasi saat melihat jauh
danakan melakukan akomodasi saat melihat dekat agar titik fokus jatuh tepat di retina
(Gambar 1).1,3Gangguan akomodasi membuat lensa tidak mampu untuk berakomodasi
secara normal sehingga titik fokus jatuh dibelakang retina (Gambar 2).1-4
Gambar 1 Akomodasi3
Gambar 2 Gangguan Akomodasi5
Ada dua mekanisme yang dapat menyebabkan kelainan ini.1 Pertama karena
kelemahan otot-otot akomodasi.1 Kedua karena berkurangnya elastisitas lensa mata
atau sklerosis lensa.1 Berkurangnya elastisitas lensa mata dapat membuat lensa mata
menjadi tidak kenyal lagi.1
Gangguan akomodasi ini dapat menimbulkan beberapa keluhan berupa mata
lelah, berair dan terasa pedas setelah membaca.1Seseorang dengan presbiopia tidak
mampu untuk membaca huruf kecil yang berdekatan pada usia 44-45
tahun.2Ketidakmampuan ini akan semakin bertambah parah sampai usia 55 tahun
kemudian akan menjadi stabil dan menetap.2Ketidakmampuan untuk membaca
dengan jarak normal akan semakin parah pada pagi hari, di tempat gelap dan ketika
sedang kelelahan.2
Keluhan yang dirasakan dapat diatasi dengan pemberian kacamata berlensa
dengan spheris positif dan berbentuk cembung.1,3Lensa tersebut akan membuat titik
fokusjatuh tepat diretinasaat melihat dekat (Gambar 3).1,3Pemberian kacamata tersebut
dapat memperbaiki kemampuanmembaca dengan jarak normal.1Jarak normal untuk
membaca berjarak sekitar 33cm.1
Gambar 3 Koreksi Presbiopia3
Kacamata baca akan membuat penderita merasa lebih jelas untuk membaca
atau melihat benda dengan jarak dekat.2 Kekurangannya adalah jika digunakan untuk
melihat jauhakan menjadi kabur.2Hal tersebut dapat terjadi karena seluruh permukaan
lensa digunakan untuk koreksi dekat.2Kacamata separuh dapat digunakan untuk
mengatasi gangguan tersebut.2 Kacamata separuh merupakan kacamata dengan bagian
bagian atas terbuka dan tidak dikoreksi.2
Untuk penderita yang mempunyai kelainan refraksi lain dapat menggunakan
kacamata bifokus atau trifokus.2Benjamin Franklin menggabungkan lensa untuk jarak
jauh dengan lensa untuk jarak dekat sehingga menjadi kacamata bifokus.4Kacamata
bifokus kemudian dimodifikasi menjadi kacamata trifokus.4Kekurangan dari
kacamata jenis ini adalah penderita harus membiasakan membaca dan melihat jauh
dengan kacamata ini.4 Saat penderita ingin membaca mereka harus melirik ke bawah
tanpa menggerekan kepala.4Biasanya diperlukan waktu 2-3 minggu untuk beradaptasi
dengan kacamata jenis ini.4 Lensa kontak bifocal, kacamata multifokal dan lensa
kontak multifokal juga umumnya memberikan hasil yang tidak memuaskan.4
Kekuatan dioptri yang ditambahkan pada kacamata baca akan membuat mata
tidak berakomodasi saat membaca dengan jarak 33cm.1 Kekuatan dioptri yanng
ditambahkan berbeda sesuai dengan usia penderita, seperti:
1. S +1,00 D untuk usia 40 tahun
2. S +1,50 D untuk usia 45 tahun
3. S +2,00 D untuk usia 50 tahun
4. S +2,50 D untuk usia 55 tahun
5. S +3,00 D untuk usia 60 tahun atau lebih.1
Tetapi batasan penambahan kekuatan dioptri diatas dapat disesuaikan dengan
keperluan dan kenyamanan pasien.1
Operasi lasik untuk terapi presbiopia memiliki keberhasilan yang beragam.4
Operasi lasik dapat dilakukan dengan atau tanpa lensa hidrogel atau pinhole.4Operasi
lasik juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.4Komplikasi yang dapat timbul
dari terapi ini adalah distorsi visual karena ectasia kornea, anisometropia, pandangan
berkabut, silau, terlihat halodi sekitar cahaya, penurunan visus jauh baik yang sudah
dikoreksi ataupun belum dan penurunan sensitivitas kontras.4
3. Hipermetropia
Hipermetropia merupakan suatu keadaan terganggunya kekuatan pembiasan
pada mata.1,2Gangguan tersebut mengakibatkan titik fokus bayangan jatuh dibelakang
retina (Gambar 4).1-3Hipermetropiadapat disebabkan oleh:
1. Hipermetropia aksial : diameter anterior-posterior bola mata yang
pendek (Gambar 4). Berkurangnya diameter anterior-posterior ini dapat
disebabkan oleh kelainan kongenital.1,2,3
2. Hipermetropia refraktif : menurunnya indeks refraksi (Gambar 4).
Penurunan indeks refraksi biasa terjadi pada pasien afakia.1,2,3
3. Pendataran pada kelengkungan kornea (hipermetropia kurvatur).1
Gambar 4Hipermetropia3
Terdapat tiga jenis hipermetropia, yaitu hipermetropia
kongenital,hipermetropia didapat dan hipermetropia simplek.1 Pada hipermetropia
kongenitalbiasanya didapatkan hipermetropia aksial.1,2 Hipermetropia simplek
merupakankelanjutan dari hipermetropia anak yang tidak membaik.1 Biasanya
hipermetropiakurang dari lima dioptri.1Hipermetropia didapat biasanya terjadi pada
pasien kataraksetelah melakukan ekstraksi lensa.1
Berdasarkan besarnya dioptri, hipermetropia dibagi menjadi hipermetropia
ringan, hipermetropia sedang dan hipermetropia tinggi.1Hipermetropia ringan yaitu
hipermetropia rentang dioptri antara spheris +0,25 sampai +3,00
dioptri.1Hipermetropia sedang yaitu hipermetropia dengan rentang dioptri antara
spheris +3,25 sampai +6,00 dioptri.1Hipermetropia tinggi yaitu hipermetropia dengan
dioptri lebih dari spheris +6,25 dioptri.1
Hipermetropia dapat berbentuk hipermetropia laten, hipermetropia manifes
dan hipermetropia total.1Hipermetropia laten merupakan hipermetropia yang dapat
diatasi dengan melakukan akomodasi.1,2 Seseorang dengan hipermetropia saat melihat
jauh akan membentuk bayangan dibelakang retina namun pada pasien dengan usia
muda dapat difokuskan di retina jika dilakukan akomodasi (Gambar 1).1,2 Saat melihat
dekat bayangan yang difokuskan juga dapat jatuh di retina dengan melakukan
akomodasi lebih besar (Gambar 1).1,2 Pada usia muda, hipermetropia sampai tiga
dioptri masih dapat ditoleransi.2
Usaha akomodasi tersebut dapat menyebabkan kelelahan mata.1,2 Kemampuan
akomodasi ini dapat menyebabkan kondisi yang asimptomatik.1,2 Kemampuan
tersebut dapat berkurang sejalan dengan pertambahan usia karena adanya
presbiopia.1,2Presbiopia pada hipermetropia juga dapat menjadi hipermetropia
fakultatif dan menjadi hipermetropia absolut.1Hal tersebut membuat seseorang dengan
hipermetropia yang tadinya asimptomatik menjadi simptomatik walaupun tidak ada
peningkatan hipermetropia sehingga memerlukan kacamata.2
Hipermetropia Manifes merupakan hipermetropia yang tidak dapat diatasi oleh
akomodasi untuk memperoleh penglihatan normal dan dapat dikoreksi dengan
kacamata berlensa positif maksimal.1,2 Biasanya pada hipermetropia yang
tinggi.2Hipermetropia manifes dibagi menjadi hipermetropia manifes fakultatif dan
hipermetropia manifes absolut.1Hipermetropia manifes fakultatif merupakan
hipermetropia yang dapat diatasi oleh akomodasi maupun oleh kacamata berlensa
positif untuk memperoleh penglihatan normal.1Pemberian kacamata berlensa positif
dapat memberikan penglihatan normal dan membuat otot beristirahat.1Hipermetropia
manifes absolut merupakanhipermetropia yang tidak dapat diatasi oleh akomodasi
untuk memperoleh penglihatan normal dan dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa
positif.1 Hipermetropia total merupakan penggabungan hipermetropia manifes dengan
hipermetropia laten yang dapat diperiksa dioptrinya setelah diberika sikloplegik.1
Keluhan yang dapat timbul pada seseorang dengan hipermetropia adalah
pandangan kabur saat melihat jauh dan dekat.1,2Keluhan juga dapat berupa
sakitkepala, silau, kadang terasa juling dan penglihatan ganda.1Astenopia akomodatif
juga dapat ditemui pada orang dengan hipermetopia.1Astenopia akomodatif
merupakan rasa kelelahan dan sakit pada mata karena mata dipaksa untuk melakukan
akomodasi terus-menerus agar mendapatkan penglihatan normal.1
Hipermetropia dapat mengakibatkan timbulnya esotrofia.1,2Esotrofia
merupakan keadaan kedudukan bola mata yang tidak normal karena mengarah ke
nasal.1,2Esotrofia dapat terjadi karena bola mata ikut melakukan konvergensi terus-
menerus.1,2 Konvergensi yang dilakukan bola mata sebagai efek dari mata yang terus-
menerus berakomodasi.1,2Kelainan ini dapat disembuhkan dengan mengkoreksi
hipermetropia.1,2Hipermetropia juga dapat mengakibatkan glaukoma sekunder yang
terjadi akibat hipertrofi otot siliaris karena berakomodasi terus-menerus.1Hipertrofi
otot siliaris akan memppersempit sudut COA sehingga dapat timbul glaukoma.1
Hipermetropia dapat mengakibatkan timbulnya ambliopia.1,2Hal ini terjadi jika
hipermetropia pada kedua mata berbeda dioptri.1Perbedaan dioptri tersebut akan
membuat penglihatan difokuskan pada mata dengan melakukan akomodasi pada mata
hipermetropia yang lebih ringan.1 Usaha tersebut dilakukan untuk mendapatkan
penglihatan normal.1 Mata dengan hipermetropia yang lebih berat tidak akan
melakukan akomodasi sehingga akan mengalami supresi dan sering menggulir ke arah
temporal.1
Pemeriksaan untuk membedakan seseorang dengan hipermetropia merupakan
hipermetropia laten atau hipermetropia manifes adalah dengan melakukan
pemeriksaan refraksi dengan obat sikloplegik.2 Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
pada pasien usia muda dengan kelelahan mata saat membaca dan pada pasien
esotrofia.2
Terapi yang dapat diberikan pada pasien hipermetropia adalah dengan
menggunakan kacamata berlensa positif untuk melihat dekat dan jauh.1,2Koreksi
dilakukan dengan hipermetropia manifes dimana mata diberikan lensa positif
maksimal tanpa pemberian sikloplegik untuk mendapatkan penglihatan
normal.1Pemberian lensa positif maksimal pada hipermetropia sebaiknya
dilakukan.1Hal ini dilakukan untuk membuat otot akomodasi beristirahat.1
Terapi lain yang dapat dilakukan untuk mengobati hipermetropia adalah
dengan LASEK, Laser thermal keratoplasty, Conductive keratoplasty (CK) dan
LASIK.6LASEK dan Laser thermal keratoplastydapat mengoreksi hipermetopia
ringan.6Conductive keratoplasty (CK) dapat mengoreksi hipermetopia ringan sampai
sedang dan hipermetropia dengan astigmatisma.6LASIK dapat mengoreksi
hipermetopia dengan lebih dari+4,00 dioptri.6
PEMBAHASAN
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien perempuan berusia 61 tahun dengan
keluhan pandangan kabur pada kedua mata saat membaca. Pasien juga merasa
pandangan terasa kabur terutama pada mata kiri saat pasien kelelahan namun
membaik setelah beristirahat. Keluhan mulai dirasakan sejak 2 minggu lalu. Sejak
usia berusia 45 tahun pasien mulai memakai kacamata dan merupakan kacamata baca.
Keluhan membaik jika menggunakan kacamata saat membaca. Pasien merasa
terganggu dengan keluhan tersebut. Sejak 3 bulan yang lalu pasien merasa gatal di
kedua matanya terutama pada mata kiri. Saat malam hari mata terasa lebih gatal.
Sekitar 2 minggu terakhir gatal dimata bertambah sering dan keluar kotoran pada
kedua mata. Kotoran keluar dari kedua mata namun lebih banyak pada mata kiri.
Kotoran yang keluar dari matanya tidak terlalu banyak namun lebih banyak dari
biasanya dan terasa lengket. Namun pasien mengaku tidak merasa terganggu dengan
keluhan tersebut sehingga tidak pernah berobat. Pasien pernah diduga menderita
glaukoma, tidak harus menoleh untuk melihat sekelilingnya, menyangkal pandangan
ganda, mata merah, nyeri, mata berair, silau, benjolan, mual dan muntah. Pasien
menderitahipertensi, kolesterol tinggi, riwayat mengkonsumsi aspirin dan cedocard
dan mengalami kecelakaan 4,5 tahun yang lalusehingga vertebrae dipasang
pen.Riwayat traumamatadan kepala, diabetes melitus, katarak dan penyakit mata lain
disangkal. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata anti UV atau pelindung mata
saat beraktivitas di luar rumah.
Pada pemeriksaan didapatkan :
VOD = 0,5 pH 0,9 Plano 0,5 NC
VOS = 0,5 pH 0,7 S +1,00 0,9 NBC
ODS ADD +3,00
Camera Oculi Anterior OD : kedalamannya sedikit dangkal
Lensa OD : terdapat kekeruhan berbentuk bulat pada daerah lateral
Refleks Fundus OD : agak keruh
Shadow Test OD +
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pasien didiagnosis
dengan diagnosis utama ODS prebiopia dengan OS Hipermetropia. Diagnosis utama
diambil dari keluhan utama pasien yang mengganggu pasien.
Diagnosa presbiopia ditegakkan berdasarkan keluhan pasien berupa
penglihatan yang kabur saat membaca yang merupakan keluhan yang sering muncul
pada orang dengan presbiopia. Keluhan ini pun didukung dengan usia pasien yang
sudah 61 tahun dimana presbiopia merupakan gangguan akomodasi yang secara
fisiologis dapat terjadi pada orang dengan usia diatass 40 tahun. Selain usia, riwayat
pasien yang telah memakai kacamata baca sejak usia 45 tahun juga mendukung
diagnosa presbiopia. Keluhan pun menghilang jika pasien menggunakan kacamata
baca. Saat dilakukan pemeriksaan visus, penglihatan dekat pasien pun membaik
setelah diberikan Sp +3,00 yang merupakan koreksi maksimal pada orang berusia
lebih dari 60 tahun dengan presbiopia.
Diagnosa Hipermetropia ditegakkan berdasarkan keluhan pasien berupa
penglihatan jauh yang terasa kabur pada kedua mata terutama pada mata kiri. Keluhan
tersebut timbul saat pasien kelelahan dan membaik setelah beristirahat. Dari
pemeriksaan visus jug didapatkan hasil visus dasar mata kanan dan kiri 0,5. Keluhan
didukung dengan menghilangnya keluhan pada mata kiri dengan pemberian koreksi
lensa spheris +1,00. Mata kanan tidak dikoreksi karena pasien merasa lebih nyaman
jika tidak dikoreksi.
Terapi yang diberikan kepada pasien ini adalah dengan pemberian kacamata
baik untuk presbiopia ataupun hipermetropianya. Pemberian kacamata dilakukan
dengan lensa spheris positif. Pada pasien pemberian kacamata untuk presbiopia sudah
dapat menghilangkan keluhan dan membuat pasien merasa lebih nyaman saat
membaca. Pemberian kacamata pada hipermetropia pasien juga sudah dapat
menghilangkan gejala pasien, dimana mata kiri pasien merasa dapat melihat dengan
jelas jika menggunakan lensa spheris +0,75 dan +1,00. Lensa spheris +1,00 dipilih
untuk mengkoreksi mata kiri agar otot akomodasi pasien dapat beristirahat. Mata
kanan pasien tidak dilakukan koreksi karena pasien merasa lebih nyaman jika tidak
mengenakan lensa spheris + ataupun -. Hal tersebut tidak mengganggu karena pasien
masih dapat mencapai visus koreksi 1,0 dengan penglihatan binokular.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari anamnesa pasien, pemeriksaan visus, koreksi refraksi
subjektif, pemeriksaan fisik mata, pemeriksaan funduskopi, shadow test, pemeriksaan
TIO palpasi bimanual yang dilakukan pada 3 juli 2015 serta dasar teori yang saya
peroleh dari tinjauan pustaka didapatkan kesimpulan bahwa pasien mengalami ODS
presbiopia dan OS hipermetropia. Didapatkan juga diagnosis tambahan berupa ODS
mata kering dan OD katarak senilis imatur. Pasien saat ini hanya diterapi dengan
pemberian kacamata untuk mengkoreksi visus jauh dan dekatnya. Pasien memerlukan
follow up terkait dengan hipertensi tidak terkontrol dan kolestrol tinggi yang diderita
pasien serta ditemukannya katarak senilis imatur di mata kanan pada pemeriksaan
fisik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada kedua mata pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
2. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi XVII. Jakarta: EGC; 2015.3. Sherwood L. Fundamentals of Human Physiology. Edisi IV. USA: Brooks/Cole;
2012.
4. Schachar M. Presbiopia. 2014 [Diperbaharui 2014September23; Diakses 2015 Juli5]. Diunduhdari :http://emedicine.medscape.com/article/1219573-overview
5. Handiani H. Alat Optik. 2010 [Diterbitkan 2010Januari26; Diakses 2015 Juli5]. Diunduhdari :http://hafida-science.blogspot.com/2010/01/alat-optik.html
6. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology. Edisi II. Elsevier Limited; 2009.