Cara Mudah Membuat Digester Biogas
-
Upload
daniel-siregar -
Category
Documents
-
view
498 -
download
11
Transcript of Cara Mudah Membuat Digester Biogas
Cara Mudah Membuat Digester BiogasOleh : KAMASE CARE
PENDAHULUAN
Sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan
pada sektor pertanian dan peternakan untuk menggerakkan roda perekonomian. Tanpa disadari, produk-
produk pertanian dan peternakan tersebut menghasilkan hasil sampingan yang belum banyak
mendapatkan perhatian, bahkan dianggap sebagai sampah yang tidak dimanfaatkan. Pada umumnya,
limbah tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Padahal, dari limbah pertanian dan peternakan
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, yaitu dari biomassa. Sumber-sumber
energi biomassa berasal dari bahan organik. Apabila biomassa tersebut dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi, maka energi tersebut disebut dengan bioenergi. Salah satu bentuk bioenergi
adalah biogas.
Salah satu upaya pemanfaatan limbah peternakan adalah dengan memanfaatkannya untuk
menghasilkan bahan bakar dengan menggunakan teknologi biogas. Teknologi biogas memberikan
peluang bagi masyarakat pedesaan yang memiliki usaha peternakan, baik individual maupun kelompok,
untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari secara mandiri.
Teknologi biogas bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak
di berbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark. Teknologi biogas sederhana yang
dikembangkan di Indonesia berfokus pada aplikasi skala kecil/menengah yang dapat dimanfaatkan
masyarakat pertanian yang memiliki ternak sapi 2 – 20 ekor.
Penerapan teknologi biogas pada daerah yang memiliki peternakan dapat memberikan keuntungan
ekonomis apabila dilakukan perancangan yang tepat dari segi teknis dan operasionalnya. Perancangan
teknis meliputi: desain biodigester, desain penyaluran gas dan desain tangki penampung.
Perancangan operasional meliputi kemampuan operator untuk memastikan perawatan fasilitas biogas
berjalan rutin dan terpenuhinya suplai bahan baku biogas setiap harinya.
Potensi biogas di Indonesia cukup melimpah, mengingat peternakan merupakan salah satu kegiatan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat pertanian. Hampir semua petani memiliki ternak antara lain sapi,
kambing, dan ayam. Bahkan ada yang secara khusus mengembangkan sektor peternakan. Di antara
jenis ternak tersebut, sapi merupakan penghasil kotoran yang paling besar.
Dalam rangka menjawab tuntutan tersebut, maka kami mencoba untuk menyusun tulisan sederhana ini.
Tulisan ini merupakan buku sederhana yang semoga dapat menjadi pedoman dan petunjuk dalam
merancang dan membangun biodigester, terutama untuk skala rumah tangga dan komunitas (peternak
dan petani serta masyarakat). Semoga tulisan kecil yang kami ketengahkan ke hadapan anda semua
dapat bermanfaat dalam pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk kemandirian energi.
TENTANG BIOGAS DAN BIODIGESTER
Apakah biogas itu? Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas
lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia,
tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester. Jadi, Untuk menghasilkan biogas,
dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut biodigester. Proses penguraian material organik terjadi
secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4 – 5 sesudah biodigester terisi penuh,
dan mencapai puncak pada hari ke 20 – 25. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar
terdiri dari 50 – 70% metana (CH4), 30 – 40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil.
Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:
1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae
2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio
3. Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,Methanosacaria, dan Methanococcus
Bakteri methanogen secara alami dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: air bersih, endapan air
laut, sapi, kambing, lumpur (sludge) kotoran anaerob ataupun TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Selama beberapa tahun, masyarakat pedesaan di seluruh dunia telah menggunakan biodigester untuk
mengubah limbah pertanian dan peternakan yang mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada
umumnya, biodigester dimanfaatkan pada skala rumah tangga. Namun tidak menutup kemungkinan
untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar (komunitas). Biodigester mudah untuk dibuat dan
diperasikan. Beberapa keuntungan yang dimiliki oleh biodigester bagi rumah tangga dan komunitas
antara lain:
Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau
komunitas
Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan
Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke
lingkungan (aliran air/sungai)
Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran
bahan bakar minyak/kayu bakar
Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka
panjang
BAGAIMANA MEMBUAT BIODIGESTER YANG OPTIMAL
Membuat biodigester gampang-gampang susah. Gampang, karena konstruksi biodigester yang sangat
sederhana. Susah, karena tidak semua konstruksi biodigester menghasilkan biogas yang diinginkan.
Kunci dalam pembuatan biodigester adalah pada perencanaan yang matang.
Dalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
Lingkungan abiotis – Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung
dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi
metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob.
Temperatur - Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
1. Psicrophilic (suhu 4 – 20 C) -biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin
2. Mesophilic (suhu 20 – 40 C)
3. Thermophilic (suhu 40 – 60 C) – hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas
Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester(digester tanpa pemanasan) untuk
kondisi temperatur tanah 20 – 30 C.
Derajat keasaman (pH) – Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (pH antara
6,6 – 7,0) dan pH tidak boleh di bawah 6,2. Karena itu, kunci utama dalam kesuksesan operasional
biodigester adalah dengan menjaga agar temperatur konstan (tetap) dan input material sesuai.
Rasio C/N bahan isian – Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Karena itu, untuk
mendapatkan produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang mengandung karbon (C)
seperti jerami, atau N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 25 – 30. Berikut tabel
yang menunjukkan kadar N dan rasio C/N dari beberapa jenis bahan organik.
Kebutuhan Nutrisi - Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam.
Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil proses produksi
metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4),
magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam jumlah yang sedikit juga diperlukan. Tabel berikut adalah
kebutuhan nutrisi bakteri fermentasi.
Kadar Bahan Kering – Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila
kapasitasnya tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai titik
optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/L.
Pengadukan – Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan
ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-
benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur methanogen dengan substrat.
Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam biodigester.
Zat Racun (Toxic) – Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain air
sabun, detergen, creolin. Barikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh bakteri
dalam biodigester (Sddimension FAO dalam Ginting, 2006)
Pengaruh starter – Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
1. Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan septic tank,
sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik
2. Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif
3. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan
JENIS BIODIGESTER
Pemilihan jenis biodigester disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiayaan/ finansial. Dari
segi konstruksi, biodigester dibedakan menjadi:
Fixed dome – Biodigester ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan
dalam reactor (biodigester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke
pengumpul gas di luar reaktor.
Floating dome – Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk
menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi tanda telah
dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu
kesatuan dengan reaktor tersebut.
Dari segi aliran bahan baku reaktor biogas, biodigester dibedakan menjadi:
Bak (batch) – Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal
hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui
potensi gas dari limbah organik.
Mengalir (continuous) – Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu
tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu retensi hidrolik (hydraulic retention
time/HRT).
Sementara dari segi tata letak penempatan biodigester, dibedakan menjadi:
Seluruh biodigester di permukaan tanah – Biasanya berasal dari tong-tong bekas minyak tanah atau
aspal. Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan sebuah
rumah tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan material yang rendah untuk menahan
korosi dari biogas yang dihasilkan.
Sebagian tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Biasanya biodigester ini terbuat dari campuran
semen, pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangki
dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika
ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu rendah (dingin), dingin yang diterima oleh plat baja
merambat ke dalam bahan isian, sehingga menghambat proses produksi.
Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Model ini merupakan model yang paling popular
di Indonesia, dimana seluruh instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang
permanen, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung perkembangan bakteri methanogen.
KOMPONEN BIODIGESTER
Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis biodigester yang digunakan.
Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:
1. Saluran masuk Slurry (kotoran segar) - Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran
kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan
potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran
masuk.
2. Saluran keluar residu – Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi
oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang
keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Slurry yang
keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
3. Katup pengaman tekanan (control valve) – Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan
gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam
saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam
biodigester akan turun.
4. Sistem pengaduk – Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis,
sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan
pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas
biodigester karena kondisi substrat yang seragam.
5. Saluran gas – Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk
pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat.
6. Tangki penyimpan gas – Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit
reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi
dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta
dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.
PROSEDUR PERANCANGAN BIODIGESTER
Urutan perancangan fasilitas biodigester dimulai dengan perhitungan volume biodigester, penentuan
model biodigester, perancangan tangki penyimpan dan diakhiri dengan penentuan lokasi.
A. Perhitungan volume biodigester
Perhitungan ini menggunakan data-data:
- Jumlah kotoran sapi per hari yang tersedia. Untuk mendapatkan jumlah kotoran sapi perhari, digunakan
persamaan:
dimana n adalah jumlah sapi (ekor), 28 kg/hari adalah jumlah kotoran yang dihasilkan oleh 1 (satu) ekor
sapi dalam sehari.
- Komposisi kotoran padat dari kotoran sapi. Komposisi kotoran sapi terdiri dari 80% kandungan cair dan
20% kandungan padat. Dengan demikian, untuk menentukan berat kering kotoran sapi adalah:
- Perbandingan komposisi kotoran padat dan air. Bahan kering yang telah diperoleh tadi harus
ditambahkan air sebelum masuk biodigester agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimum. Perbandingan komposisi antara bahan kering dengan air adalah 1:4. Dengan demikian, jumlah
air yang ditambahkan adalah:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan massa total larutan kotoran padat (mt)
- Waktu penyimpanan (HRT) kotoran sapi dalam biodigester. Waktu penyimpanan tergantung pada
temperatur lingkungan dan temperatur biodigester. Dengan kondisi tropis seperti Indonesia, asumsi
waktu penyimpanan adalah 30 hari
Dari data-data perhitungan di atas, maka diperoleh volume larutan kotoran yang dihasilkan adalah
sebesar:
dengan ρt = massa jenis air (1000 kg/m3).
Setelah volume larutan kotoran diketahui, maka volume biodigester dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan:
dengan tr = waktu penyimpanan (30 hari).
B. Penentuan Model Biodigester
Penentuan model biodigester didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Jenis tanah yang akan dipakai
2. Kebutuhan
3. Biaya
C. Perancangan fasilitas biodigester
D. Penentuan lokasi fasilitas biodigester
CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA BIODIGESTER
CONTOH MANAJEMEN OPERASIONAL BIODIGESTER
Analisis Energi
Volume digester yang akan dibangun adalah 2 m3, sehingga volume biogas yang dihasilkan per harinya
adalah 7,92 m3 (Note – ganti nilainya sesuai keadaan di lapangan. Nilai ini untuk menghitung minyak
tanah yang tergantikan (dalam liter)). Dari jumlah biogas yang dihasilkan dapat diketahui jumlah minyak
tanah yang dapat terganti oleh biogas setiap harinya berdasarkan pada kesetaraan nilai kalori biogas
dengan minyak tanah. Tabel diatas adalah tabel Nilai Kalori Beberapa Bahan Bakar (Suyati, 2006)
Dari tabel tersebut maka jumlah minyak tanah yang terganti tiap hari adalah sebagai berikut :
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui break event point atau lama waktu pengembalian biaya
investasi awal yang telah dikeluarkan untuk membangun instalasi biogas.
- Pemasukan per tahun
Total produksi biogas per tahun = 365 hari x 4,3 liter x 70%
= 1.098,65 liter minyak tanah
Diasumsikan harga biogas sama dengan harga minyak tanah per liternya yaitu Rp 2.500. Total
pemasukan per tahun = 1.098,65 liter x Rp 2.500/liter = Rp 2.746.625
- Pengeluaran per tahun
Tabel diatas adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk pengoperasian satu unit biogas per
tahun.
- Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal
Investasi awal = Rp 4.569.000
Keuntungan per tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900 = Rp 1.089.725
Maka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi awal adalah = Rp 5.894.000 / Rp
1.089.725 = 5,4 tahun
PENUTUP
Ditengah semakin melangitnya harga minyak mentah serta bahan bakar minyak, biogas dapat menjadi
alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk keperluan sehari-hari. Biogas merupakan salah satu
energi yang dapat diperbaharui (renewable energy), dengan ketersediaan yang melimpah dan sangat
dekat dengan manusia serta mudah pemanfaatannya. Semoga, tulisan singkat ini dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya dalam rangka kemandirian energi rakyat serta menjamin ketersediaan energi
dengan murah.
Tulisan singkat ini tidak lepas dari segala macam keterbatasan dan kekurangan. Karena itu, kami mohon
kritik, saran, dan masukan kepada kami agar buku ini lebih sempurna dan bermanfaat. Kritik, saran,
maupun masukan dapat dialamatkan kepada kami melalui email: kamase.care[AT]gmail.com
BIOGASBiogas merupakan Energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan. Energi biogas memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Teknologi biogasBiogas adalah suatu gas methan yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau Methanobacterium disebut juga bakteri anaerobik
dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas.
Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.MEMBUAT INSTALASI BIOGAS SEDERHANA
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah modelcontinuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Alat pembangkit biogasAda dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung.Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan
ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.