Cara Membaca Peta
description
Transcript of Cara Membaca Peta
Cara Membaca Peta
CARA MEMBACA PETA
1. sifat-sifat garis kontur
1. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang
lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
2. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
3. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis
kontur tersebut berubah-ubah.
4. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam
mempunyai garis kontur yang rapat.
5. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
6. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.
7. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V”
yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
8. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
9. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua
garis yang berurutan.
2. Ketinggian Tempat
Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval
kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada
perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. Tetapi perkiraan ini biasanya tidak
selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala
1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000
dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali
suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap
dituliskan. Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur
tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan
seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map
Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m.
Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya. Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi
Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur
tebal. Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian
suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya diketahui (tercantum).
b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat
diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik
terpisah oleh lembah).
c. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah
kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan
bilangan bulat).
d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada
diatas titikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada
dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus
merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap
kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250,
1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.
3. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita juga dapat mengetahui tingginya suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut juga titik triangulasi.
Titik triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang
menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan
oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam
pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
a. Primer : P. 14
3120
b. Sekunder : S. 75
1750
c. Tertier : T. 16
975
d. Quartier : Q. 20
350
e. Antara : TP. 23
670
Dibilang diatas tanda strip menyatakan nomor registrasi dari kadaster, dan bilangan di
bawah strip adalah tinggi mutlak dari permukaan laut.
4. Mengenal Tanda Medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat di legenda peta topografi, kita bisa
menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan, dan mudah
dikenali di peta, yang akan kita sebut dengan: “tanda medan”. Beberapa tanda medan
yang dapat kita “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus
anda cari di lokasi. Beberapa tanda medan yang dapat diperhatikan:
1. Puncak gunung atau bukit, punggung gunung, lembah antara dua puncak, dan
bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.
2. Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing
sungai.
3. Belokan-belokan jalan, jembatan (perpotongan antara sungai dengan jalan), ujung
desa, persimpanga-persimpangan jalan.
4. Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas,
begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau
kecil, delta, dsb.
5. Pada daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar menentukan tonjolan permukaan
bumi atau bukit-bukit yang dapat dimanfaatkan sebagai tanda medan. Pergunakanlah
belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.
6. Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing. delta. dsb,
dapat dijadikan sebagai tanda.
Pengertian tanda medan ini mutlak perlu dikuasai, sebab akan berguna sekali, dan akan
digunakan pada uraian selanjutnya mengenai penggunaan “teknik peta dan kompas”.
CARA MEMPEROLEH PETA TOPOGRAFI
Sampai saat ini ada dua instansi yang dapat mengeluarkan peta topografi untuk masyarakat
umum, yaitu:
1. Directorat Geologi, Jl. Diponogoro No. 57 Bandung.
Seri peta yang dikeluarkan:
1.1 Peta buatan Dinas Topografi Belanda, hasil pemetaan sekitar tahun 1920-an
1.2 Peta Topografi buatan US Army Map Service, hasil pemetaan tahun 1960-an
2. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal) di Cibinong, Jawa
Barat. Bakosurtanal menerbitkan peta Topografi seri tersendiri yang dibuat tahun 1970-an
dan merupakan berwarna.
Teknik Membaca Peta Kontur
Pengertian Kontur
Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang
mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum
tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan
interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2
(dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya
interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval
kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala
grafis.
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu
(biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima
(tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan
garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu
pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka
(ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan
diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah
atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta
dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada
gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta
berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.
Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang
sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang
terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai.
Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka
kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada,
tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika
kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal,
karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada
pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan
simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol
tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng
disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika
sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan
memberikan pandangan yang panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat
maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi
(bergelombang).
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-
patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan
yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya
penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang
dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).
Berbagai kenampakan kontur
Bagan 1
Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B
Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit
dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun
ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau
perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan
membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan.
Membuat Potongan Profil
Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada
peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik
tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis.
Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah
adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai
pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur
memotong garis. Berilah label angka tinggi.
Pemotongan Garis Kontur
Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar
dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala
yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang
dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda
pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai
dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu
garis kurva yang halus, memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan
antara kontur-kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas
milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran.
Potongan yang menunjukkan intervisibilitas
Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit
vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut
sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan panjangnya
(meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai 2/16.
Kemiringan lereng atau slope
Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya
adalah mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:
2/16 x 100% = 1,25%
Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak
horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam
unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval
kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang
berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua
kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di
mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti
prosedur di atas.
Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap
beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada
kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.
Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu
jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak
antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah
pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur
dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek
dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal
dari 1/6.
Sumber : http://www.senyawa.com