Cara Melafal Nama Buddha Dan Terlahir Di Tanah Suci Buddha2

download Cara Melafal Nama Buddha Dan Terlahir Di Tanah Suci Buddha2

of 52

Transcript of Cara Melafal Nama Buddha Dan Terlahir Di Tanah Suci Buddha2

CARA MELAFAL NAMA BUDDHA DAN TERLAHIR DI TANAH-MURNI BUDDHAPenceramah: Master Chin Kung Tempat dan waktu: Los Angeles, 4 April 1997 Diterjemahkan oleh: Chingik, 27 Juni 2005 di Jakarta Hari pertama Yang terhormat Ketua Chen, saudara tetua, para guru, rekan praktisi : Hari ini sungguh merupakan kesempatan yang istimewa dan langka dapat berkumpul bersama di QiaoJiaoZhongXin (Pusat pendidikan warga China perantauan) di Los Angeles ini, untuk berbincang-bincang mengenai ajaran Buddha. Saya tidak menyangka bahwa hari ini begitu banyak rekan praktisi yang hadir. Ada beberapa orang yang merupakan pendatang baru, ini menandakan bahwa ajaran Buddha cukup marak di tempat ini. Orang yang mempelajari ajaran Buddha semakin bertambah dari tahun ke tahun, ini merupakan pertanda yang sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat. Topik yang akan kita bicarakan hari ini adalah Bagaimana cara melafal nama Buddha dan terlahir di tanah-murni Buddha. Topik ini memiliki cakupan yang sangat luas. Para praktisi senior pun telah memiliki pemahaman yang sangat baik. (Sedangkan) bagi para pendatang baru, kita harus memperkenalkan secara singkat tentang Buddha Dharma. Agama Buddha, oleh beberapa kalangan telah melihatnya sebagai sebuah agama. Hal ini tidak dapat kita pungkiri. Agama Buddha jelas jelas adalah sebuah agama. Tetapi sebagai seorang praktisi ajaran Buddha, kita harus memahami bahwa agama Buddha sesungguhnya bukanlah agama, namun sekarang dia telah berubah menjadi sebuah agama. Ini yang harus dilihat secara jelas, harus dipahami. Apa sesungguhnya agama Buddha itu? Jika kita tidak sanggup mengenalnya dengan jelas, maka tidak perlu lagi membicarakan tentang cara berlatihnya, dan tentu lebih tidak perlu membicarakan lagi tentang hasilnya. Pada masa kehidupan sang Buddha, Beliau juga dengan segenap usaha pergi kemana-mana untuk memberikan ceramah dan bimbingan di sepanjang wilayah India. Oleh sebab itu, yang dilakukan Beliau adalah mengajar. Beliau bukanlah sedang menyebarkan agama. Yang Beliau lakukan adalah suatu kegiatan pendidikan, yakni mendidik semua makhluk hidup untuk menghancurkan kesesatan menuju kesadaran/pencerahan, dengan demikian maka para makhluk hidup baru dapat terbebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan. Inilah yang dipersembahkan oleh sang Buddha di sepanjang hidupnya kepada masyarakat, kepada semua makhluk hidup. Inilah yang tidak boleh tidak dipahami oleh kita. Bimbingan yang dilakukan sang Buddha di India sama seperti cara yang dilakukan oleh Confucius di China. Confucius di sepanjang hidupnya juga berprofesi dalam bidang pendidikan. Tidak ada profesi yang dapat melebihi bidang pendidikan dari segi waktu dan manfaatnya baik bagi kehidupan duniawi maupun yang di atas duniawi. Karena bidang pendidikan ini tidak semata mata seperti yang kita katakan luas dan langgeng. Sesungguhnya keluasan-nya mencakup seisi alam semesta. Kelangsungannya sungguh tak terbatas, tidak sanggup kita bayangkan. Seperti yang disebutkan dalam kitab suci yakni tak terbayangkan. Ini adalah suatu kenyataan. Luas dan langgeng yang dikatakan dalam kehidupan duniawi, sesungguhnya memiliki batasan. Mengapa? Bumi memiliki proses Kejadian, Kediaman, Kerusakan, Kekosongan. Sepanjang apa pun -1-

masa keberlangsungan Bumi, juga tidak sanggup melampaui Matahari, dan pada masa mendatang dia akan mati juga. Galaksi pun akan mengalami kehancuran pada masa mendatang. Oleh sebab itu, istilah Langgeng memiliki keterbatasan. Hanya ajaran (pendidikan) dari sang Buddha-lah maka istilah Langgeng ini tidak terbatas, karena dia melampaui ruang dharmadhatu [1].. Apa sesungguhnya yang diajarkan sang Buddha kepada semua makhluk hidup? Dalam hal ini, kita tidak boleh tidak mengetahuinya. Istilah yang disebutkan dalam kitab suci yakni Anuttara Samyaksambodhi, jika diterjemahkan dapat berarti Pencerahan Sempurna. Itulah yang diajarkan Buddha kepada kita. Istilah ini tidak diterjemahkan langsung dari bahasa sanskerta, karena termasuk dalam kategori Rasa hormat untuk tidak diterjemahkan. Istilah ini bukanlah tidak boleh diterjemahkan, tapi atas dasar rasa hormat yang diberikan kepadanya. (Anuttara Samyaksambodhi) ini merupakan tujuan yang diajarkan sang Buddha kepada semua makhluk yang berada dalam 9 alam dharmadhatu[2]. Istilah (Anuttara Samyaksambodhi) ini memiliki 3 tingkatan makna, yakni Pencerahan yang benar, Pencerahan yang benar dan setara, Pencerahan Sempurna. Sang Buddha memberitahu kepada kita bahwa semua makhluk hidup memiliki hakikat Pencerahan sempurna. Seperti yang disebutkan dalam kitab Avatamsaka sutra, dan kitab Sutra Maha Kesadaran Sempurna bahwa semua makhluk hidup pada dasarnya mencapai ke-Buddha-an, mencapai ke-buddha-an berarti mencapai Pencerahan sempurna. (Tapi) mengapa kita bisa berubah menjadi seperti sekarang, berubah menjadi sesat dan bingung, menjadi tidak mengerti atas setiap hal, dan inilah yang membuat kita mengalami berbagai penderitaan. Apa yang sesungguhnya terjadi? Dalam semua kitab suci itulah sang Buddha menyingkapkan realitas sejati kepada kita, membuat kita sadar. Umumnya mengatakan menyadarkan/mencerahkan, maha sadar. Setelah sadar, maka anda akan dapat meninggalkan semua penderitaan. Penderitaan disebabkan oleh kesesatan dan kebingungan. Saya rasa para hadirin yang datang untuk mendengar ceramah hari ini, baik yang senior maupun yang baru belajar, sedikit banyak pasti memiliki keyakinan pada agama Buddha. Tidak memiliki keyakinan, anda tidak akan duduk di sini selama satu setengah jam. Meskipun tidak begitu mengerti tentang 6 alam kehidupan, 10 dharmadhatu yang terdapat dalam ajaran Buddha, saya rasa anda sekalian telah tahu sedikit pengertiannya. Dari manakah asal 6 alam kehidupan itu? Dari manakah asal 10 (alam) dharmadhatu itu? Konon di luar 10 dharmadhatu masih terdapat satu dharmadhatu sejati [3]. Seperti apa satu dharmadhatu sejati itu? Kita tidak boleh tidak jelas dengan realitas sejati itu. Sang Buddha memberitahu kepada kita, sumber dari kondisi ini adalah karena sifat sejati kita telah terbelenggu. Sifat sejati itu adalah pencerahan sempurna. Sifat pencerahan kita telah terbelenggu, maka timbullah khayalan, diskriminasi, kemelekatan. Itulah sebab bahwa yang pada dasarnya merupakan satu dharmadhatu sejati telah berubah menjadi 10 dharmadhatu dan 6 alam tumimbal lahir. Keberadaan kita di 6 alam tumimbal lahir telah mengalami penderitaan yang sangat berat, di mana 6 alam tumimbal lahir itu hanya terdapat penderitaan, tidak ada kebahagiaan. Jika sekarang ini anda merasa kondisi hidup anda cukup baik, masih merasa bahagia dan leluasa, itu tidaklah benar, anda telah salah dalam cara berpikir dan memandang. Sang Buddha telah mengungkapkan realitas sejati (wujud yang sesungguhnya) kepada kita. Rasa bahagia yang anda alami sekarang ini , hanyalah karena penderitaan anda untuk sementara tidak muncul saja. Ibarat orang yang menderita penyakit, sebelum penyakitnya kambuh, rasanya baik-baik saja. Saat penyakit itu datang maka masalah pun timbul, itu yang sangat parah. Lalu penyakit apa saja itu? Sungguh terlalu banyak, jumlahnya tak terbatas, tak terungkapkan. Dalam kitab suci disebut 84.000 kilesa (noda batin). Anda semua telah sering mengucapkan 4 ikrar agung boddhisatva bagian -2-

mengenai (jumlah) noda batin yang tak terhingga, itulah penyakitnya. Kita tidak boleh tidak mengakuinya. Tidak boleh tidak menyadari betapa parahnya penyakit ini. Di manakah letak perbedaan antara kita dengan para Buddha dan bodhisattva? Para Buddha dan bodhisattva tidak memiliki penyakit, (sedangkan) kita adalah orang yang berpenyakit. Jika anda tidak menyantap nasi saja, maka anda akan merasa lapar, jadi lapar adalah penyakit. Dengan kata lain, makanan ini adalah untuk mengobati penyakit. Jika telah kenyang, maka akan merasa senang, dan jika waktu makan selanjutnya tiba dan tidak kita makan, maka penyakit pun kambuh lagi. 3 hari tidak makan maka nyawa pun akan terenggut. Jadi apakah anda masih bisa disebut orang yang sehat? Apakah anda masih bisa mengatakan anda (hidup) leluasa, bahagia? Kenyataan terpampang di depan mata, kita malah tidak menyadarinya, jadi Sang Buddha mengatakan kita sedang sesat dan kebingungan, tidaklah berlebihan, yang dikatakanNya adalah realitas/ kenyataan. Dari manakah datangnya 6 alam kehidupan itu? Dari kemelekatan. Baik ajaran duniawi maupun ajaran Buddha, asalkan anda memiliki kemelekatan, maka kemelekatan ini akan bermanifestasi menjadi 6 alam kehidupan, dan anda tidak akan dapat terbebas dari 6 alam tumimbal lahir ini. Para sesepuh sering berkata, Hidup mati adalah perkara besar. Berapa orang yang dapat mewaspadai tentang hidup mati adalah perkara besar ? Jika telah mewaspadai hidup mati adalah perkara besar, maka dalam ajaran Buddha dikatakan dia telah sadar. Jika telah sadar maka dia akan tertolong. Orang yang tidak sadar maka tidak ada jalan keluar. (Meskipun) telah bertemu dengan ajaran Buddha, dia juga tidak ingin berlatih dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya dalam ajaran Buddha terdapat manfaat yang sangat unggul dan terdapat pencapaian yang sempurna, namun manfaat-manfaat ini tidak akan diperolehnya. Hanya orang yang benar benar telah sadarlah baru dapat memperolehnya. Oleh sebab itu, paling sedikit kita harus menyadari hidup mati adalah perkara besar. Tumimbal lahir sungguh mengerikan, itu bukanlah hal baik. Orang yang berada dalam arus tumimbal lahir, waktu yang dihabiskan paling lama adalah berada di 3 alam rendah, sedangkan di 3 alam bahagia waktu yang dihabiskan terasa lebih singkat. Itulah yang sering dikatakan sang Buddha dalam kitab suci. Marilah kita renungkan secara mendalam, itu adalah kenyataan. Buddha bukan hanya tidak berkata bohong, apa yang dikatakan sang Buddha sama sekali tidak berlebihan. Bagaimana mengatasi masalah ini? Terlalu banyak yang telah dijelaskan dalam kitab suci. Yang dijelaskan kitab suci semua adalah tentang hal ini, dan dijelaskan pula cara-cara mengatasinya kepada kita. Semua Buddha dan bodhisattva juga adalah makhluk yang berhasil mencapai pencerahan melalui pelatihan diri sejak sebagai manusia biasa. Mereka lalu memberikan pengalaman selama berlatihnya kepada kita untuk dijadikan bahan acuan, membantu kita untuk belajar. Oleh sebab itu ajaran Buddha adalah sebuah sistem pendidikan. Kita menyebut sang Buddha Sakyamuni sebagai guru utama, Beliau adalah guru utama kita, yakni sebagai pendiri dari bidang pendidikan ini. Sebagai siswa sang Buddha, kita memberi persembahan kepada Nya baik dalam bentuk ukiran, cor, ataupun lukisan. Maksud dari tujuan ini adalah sebagai tanda hormat yang besar pada sang guru dan ajaranNya. Jadi bukanlah memperlakukannya sebagai dewa. Jika memperlakukan para Buddha dan bodhisattva sebagai dewa, maka dia berubah menjadi agama. Kita ingin bersandar pada perlindungan para dewa, ini adalah sebuah pemikiran yang tidak masuk akal/pikiran khayal. Apakah para dewa dapat melindungi mu? Pepatah China mengatakan, Bodhisatva (yang terbuat dari) tanah liat saat menyeberangi sungai, dia sendiri pun tak tertolong[4]. Begitulah para dewa, dia pun tidak dapat melindungi diri sendiri, bagaimana dia dapat melindungi mu? Jadi jika anda ingin bergantung pada perlindungan dewa, ini adalah cara berpikir yang beranganangan, itu adalah salah. Dengan mengatakan Buddha dan Bodhisatva memberi -3-

kontribusi kepada kita, atau kita sering mengatakan memberi pemberkatan kepada kita, atau katakanlah memberi perlindungan kepada kita, sesungguhnya apakah maksudnya itu? Tujuannya adalah untuk menjelaskan kepada kita tentang realitas sejati dari kehidupan dan alam semesta ini. Memberitahu kepada kita cara menjalani hidup ini. Oleh sebab itu dia adalah sebuah sistem pengajaran. Pengajaran berarti memberi kekuatan, bimbingan berarti memberi perlindungan. Dia bukan hanya memberi penjelasan tentang teori teorinya saja, bahkan cara caranya pun telah dipaparkan dengan sangat lengkap. Semuanya itu ada di kehidupan sehari hari kita dan tidak perlu mengubah gaya hidup kita (untuk menjalankannya). Gaya hidup kita sebagai bangsa China lebih kurang adalah sama. Tetapi dibandingkan dengan bangsa lain maka perbedaannya tentu menjadi sangat besar. Gaya hidup yang berbeda bukanlah masalah. Kondisi dunia kerja yang berbeda juga bukan masalah. Dalam kondisi gaya hidup dan dunia kerja anda yang sekarang-lah sang Buddha memberikan jalan dalam bentuk berbagai prinsip-prinsip dan teori. Jika mengacu pada cara cara ini untuk berlatih, maka kehidupan anda akan sangat bahagia. Pekerjaan anda akan terasa sangat sempurna, sangat berhasil. Jadi ini adalah manfaat langsung yang anda dapatkan sekarang. Manfaat yang lebih besar lagi adalah bahwa dia membantu anda memutuskan kilesa (noda-noda batin), atau disebut juga menghancurkan kemelekatan. Dia membantu anda untuk meninggalkan semua diskriminasi dan pikiran khayal, agar kebijaksanaan dan sifat pencerahan yang terdapat di dalam sifat sejati anda dapat muncul kembali. Jika kebijaksanaan telah muncul, maka melakukan pekerjaan apapun pasti akan terasa sempurna dan berhasil. Jadi sistem pendidikan dari sang Buddha adalah sistem pendidikan kebijaksanaan. Coba kalian perhatikan, pada saat kehidupan sang Buddha, kalian juga akan dapat menemukan apa fokus jurusan dari bimbingan yang diajarkanNya. Setelah kemangkatan sang Buddha , para siswa mengumpulkan ajarannya dalam bentuk kitab suci. Sesungguhnya jika kita menggunakan istilah bahasa sekarang, kitab suci itu adalah buku pelajaran. Kitab suci tersebut terbagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut Tripitaka, yakni Sutra, Vinaya dan Abhidharma. Fokus penekanan yang dipaparkan dalam Tripitaka terletak pada 3 ajaran, yakni Sila (disiplin), Samadhi (Konsentrasi), dan Prajna (Kebijaksanaan). Kalian mesti memahami dengan jelas bahwa Disiplin, Konsentrasi dan Kebijaksanaan itu tidak hubungannya dengan agama. Yang dibutuhkan dalam agama adalah nuansa keagamaan yang sangat menekankan aspek penghormatan dan persembahan pada tuhan/dewa dan harus tunduk sepenuhnya kepadaNya, itulah yang dinamakan umat agama. Dalam agama Buddha tidaklah demikian. Coba perhatikan yang tertulis dalam kitab suci Buddha, pada saat sang Buddha membabarkan dharma, para pendengar maupun para siswa mengajukan pertanyaan untuk berdebat dengan Beliau. Berapapun jumlah pertanyaannya, yang jelas boleh berdebat dengan sang Guru. Namun bagi umat agama, mereka hanya bisa tunduk pada Tuhan yang tiada bandingannya. Mereka tidak boleh berdebat, juga tidak boleh meragukannya. Dalam Buddhisme, kita boleh bertanya habis-habisan, dan ini sama seperti sistem politik di jaman sekarang, jadi Buddhisme bersifat demokratis, bebas dan terbuka. Sedangkan tuhan/dewa adalah bersifat otokrat, diktator. Jadi kita harus mengetahui dengan jelas bahwa sistem ajaran Buddha adalah sistem perguruan, bukan sistem penyembahan. Disebut juga sistem pendidikan, bukan keagamaan. Dalam ajaran Buddha, kedudukan antara semua makhluk hidup dan para Buddha adalah setara. Tidak ada dualisme antara makhluk hidup dan Buddha. Kita memiliki kesetaraan dengan Buddha, lalu di mana letak perbedaan kedudukan kita dengan para guru dharma? Sama juga, yakni setara. Jelas tidak ada perbedaan kedudukan tinggi maupun rendah. Sebagai seorang guru dharma yang sudah cukup berumur dan lebih banyak pengalamannya dalam berlatih ajaran Buddha dibandingkan -4-

dengan kita, maka sebagai pelajar junior kita dapat meminta bimbingan kepada beliau. Sikap demikian juga termasuk sebagai sikap rasa hormat pada guru dan ajarannya. Sikap rasa hormat kita yang demikian juga sama terhadap semua orang. Dalam 10 ikrar bodhisattva Samantha-bhadra [5], ikrar pertamanya mengajarkan kepada kita, Memberi hormat kepada para Buddha. istilah Para Buddha di sini berarti mencakup semua makhluk hidup. Para Buddha disini meliputi 3 masa Buddha, yakni Buddha dari masa lalu, Buddha dari masa sekarang dan Buddha dari masa mendatang. Siapakah Buddha dari masa mendatang itu? Semua makhluk hidup itu-lah Buddha dari masa mendatang. Oleh sebab itu Beliau selalu memberi hormat kepada para Buddha dari 3 masa secara merata. Mengapa demikian ? karena sikap hormat secara merata merupakan hakikat dari kebajikan anda. Sikap hormat secara merata (non-diskriminasi) itu adalah Pencerahan yang benar dan setara. Sedangkan sekarang anda merasa tidak senang dengan setiap orang, dengan mengatakan saya memandang rendah orang ini, dia tidak sebaik saya, untuk apa saya harus memberi hormat? Timbulnya pikiran demikian merupakan kesesatan dan keterbalikan pikiran anda, dengan demikian nodanoda batin anda pun muncul permukaan dan sifat sejati anda pun menjadi terbelenggu. Jika bagi para Buddha dan bodhisattva yang melihat makhluk makhluk ini bahkan makhluk rendah seperti binatang sekalipun, maka sikap Mereka adalah penghormatan secara merata (non-diskriminasi). Itu-lah perbedaan Mereka dengan kita. Mengapa? Mereka tidak tersesat, kita-lah yang sesat. Karena sesat maka timbullah kesombongan. Dalam Pencerahan tidak terdapat kesombongan. Jadi kesombongan itu adalah noda batin, noda batin besar. Berbicara tentang noda batin, maka noda batin kesombongan adalah urutan selanjutnya dari noda batin paling utama keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Masyarakat di jaman sekarang ini, bila memiliki sedikit pencapaian saja maka merasa layak bersikap bangga. Coba kalian pikir-pikir, itu sudah sepantasnya timbul noda-noda batin, sepantasnya sesat dan bingung. Di sini-lah letak kesalahannya. Semakin banyak masyarakat di masa sekarang ini telah tersesat, dan berapa orang yang menyadarinya? Tidak ada hal lain yang kita belajar dari Buddhisme, inilah yang ingin kita pelajari, inilah yang kita butuhkan, khususnya kepada para pemula, jangan sampai mengalami kesalahan, karena jika sekali salah di awalnya maka akan terus salah sampai akhir, itu akan sangat disayangkan. Jadi sekali mengawali pembelajaran Buddha dharma, maka harus mengerti dengan jelas bahwa Buddha tidak memiliki diskriminasi. Dalam istilah bahasa sehari hari, para Buddha dan bodhisattva sebenarnya hanya disebut sebagai orang yang telah mengerti, orang yang sadar. Apakah kita ingin menjadi orang yang mengerti atau ingin menjadi orang yang sadar? Jika mau maka anda pasti akan mau mempelajari ajaran Buddha. Ada 2 tingkatan maksud dalam mempelajari Buddhisme. Pertama adalah belajar untuk menjadi mengerti, menjadi sadar. Inilah maksud dari ajaran Buddha. Jadi arti kata Buddha adalah yang telah sadar. Maksud kedua adalah bahwa kita harus belajar seperti sang Buddha Sakyamuni, harus belajar seperti sang Buddha Amitabha. Harus belajar sama seperti semua Buddha. Mereka adalah orang yang telah mengerti dan telah sadar, jadi mereka adalah sebuah sikap tauladan untuk kita. Jika terdapat dua tingkatan maksud dalam mempelajari Buddhisme ini, maka anda baru benar-benar dapat belajar dengan berhasil, benar-benar dapat menirunya dan benar benar ada pencapaian. Bagi seorang pemula, ini-lah yang harus kita ketahui dengan jelas, harus dipahami. Selanjutnya kita bicarakan tentang kondisi 6 alam kehidupan ini. 6 alam kehidupan merupakan jelmaan dari noda-noda batin. Noda-noda batin berasal dari kemelekatan. Jika ada kemelekatan, maka akan ada 6 alam tumimbal lahir. Ada

-5-

kemelekatan maka dipastikan tidak akan dapat terbebas dari 6 alam tumimbal lahir. Hal ini harus kalian pahami. Sesungguhnya kita mulai belajar Buddhisme bukan pada saat 2 tahun, 3 tahun atau belasan tahun yang lalu. Jika anda berpikir demikian maka anda telah salah. Tidak mungkin sesederhana itu. Para praktisi ajaran Buddha semuanya mengakui bahwa semua makhluk hidup memiliki 3 masa kehidupan. Kita memiliki kehidupan yang lalu, memiliki kehidupan yang akan datang. Masa lalu tidak memiliki awalnya, masa mendatang tidak memiliki akhir. Hari ini kita dapat membangkitkan tekad untuk belajar Buddhisme, itu karena pada banyak kehidupan yang lalu memiliki jumlah akar kebajikan yang tak terhitung. Sang Buddha telah banyak membicarakannya dalam kitab suci Mahayana. Kabarnya para praktisi di sini telah sering melantunkan kitab Maha Sukhavati-vyuha Sutra. Di dalam kitab ini telah membicarakannya dengan sangat jelas. Dalam kitab tersebut telah dengan jelas memberitahu kepada kita, seperti tentang Pangeran Ajatasatru bersama 500 orang pengikutnya. Mereka adalah sebuah kelompok kecil yang sering menghadiri wejangan dharma dari sang Buddha. Saat mereka mendengar wejangan pengenalan alam Sukhavati oleh sang Buddha, mereka merasa sangat bergembira, pikiran merekapun tergugah dan mendambakan pada masa mendatang dapat mencapai ke-buddha-an sama seperti kondisi Buddha Amitabha. Sang Buddha memiliki kekuatan membaca pikiran orang, saat timbul pikiran dalam diri anda maka Dia akan mengetahuinya. Sang Buddha lalu memberitahu kepada para hadirin, bahwa ke 500 orang ini pada kehidupan lalunya telah pernah memberi persembahan kepada 40 milyar Buddha. Tidak perlu membicarakan lainnya, katakanlah 3 asankhyeya kalpa adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Buddha.[6] Bagaimana dengan 40 milyar Buddha? Ini sungguh sebuah angka luar biasa. Dengan demikian anda akan sadar bahwa sesungguhnya jumlah akar kebajikan yang pernah ditanam oleh seorang praktisi Buddha sungguh tak terbayangkan. Saya rasa sebagian besar hadirin yang berada di sini memiliki akar kebajikan yang melebihi pangeran Ajatasatru. Mengapa? Mereka (kelompok Ajatasatru) memberi persembahan kepada 40 milyar Buddha. Namun akar kebajikan dan berkah yang demikian setelah mendengar tentang alam Sukhavati, hanya terpikir keinginan untuk mencapai kebuddhaan seperti Buddha Amitabha. Namun mereka masih belum membangkitkan tekad melafal nama Buddha untuk terlahir di Tanah-murni. Sedangkan kita telah mendengarnya hari ini, ternyata mau membangkitkan tekad melafal nama Buddha untuk terlahir di tanah-murni, maka sesungguhnya akar kebajikan dan berkah anda sekalian sangat jauh melebihi mereka. Jangan meremehkan diri sendiri dengan anggapan noda batin diri kita sangat berat, rintangan karma dan kebiasaan laten yang sangat dalam, kemudian selalu merasa diri sendiri tidak memiliki akar kebajikan dan berkah. Maka anda telah salah dalam hal ini. Sesungguhnya bila anda benar benar membangkitkan tekad untuk terlahir di tanahmurni, maka (ini pertanda) akar kebajikan dan berkah yang dimiliki anda tak terbayangkan. Pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini saya telah satu kali berceramah tentang kitab Sutra Intan. Juga menghabiskan waktu selama 4 bulan. Kitab ini khususnya oleh penganut agama Buddha di China paling sering dilantunkan. Banyak orang yang belum pernah melantunkan kitab Amitahba Sutra, namun mengenai kitab Sutra Intan, sangat jarang orang yang tidak mengetahuinya. Orang yang melantunkan kitab Sutra Intan sangat banyak. Dalam kitab Sutra Intan, sang Buddha juga pernah berkata bahwa bila anda mendengar kitab ini dan dapat meyakininya, tidak meragukannya dan dapat menerimanya, maka orang ini memiliki akar kebajikan dan berkah yang tak terbayangkan. Orang ini pasti bukan hanya telah pernah menanam kebajikan kepada satu Buddha, dua Buddha, tiga Buddha, empat Buddha, lima Buddha saja, tapi telah pernah menanam kebajikan kepada Buddha yang jumlahnya tak terhitung. Jika anda -6-

meneliti perkataan ini dengan kisah tentang pangeran Ajatasatru yang terdapat dalam kitab Maha Sukhavati-vyuha Sutra, maka ditemukan bahwa sang Buddha tidak-lah berbohong. Kita harus memastikan diri bahwa akar kebajikan dan berkah yang kita miliki sekarang ini adalah hasil penanaman dari jumlah kalpa tak terhitung di masa lalu hingga sampai pada hari ini. Ini sungguh tak terbayangkan. Namun apa yang kurang dari kita hari ini? Kita memiliki akar kebajikan, ini menandakan sebab telah ada. Yang kurang adalah faktor(hubungan sebab akibat) . Jika sebab dan faktor telah terpenuhi, maka di kehidupan ini anda pasti akan dapat menjadi Buddha, yang bukan hanya telah melampaui 6 alam kehidupan, bahkan melampaui 10 dharmadhatu. Ini adalah kenyataan. Dalam tiga hari ini, kita akan membahas permasalahan ini. Kita sesungguhnya benar benar memiliki kesempatan untuk mencapai kebuddhaan pada kehidupan ini, mencapai pencerahan sempurna dalam kehidupan ini. Jika anda memiliki tekad ini, maka anda harus mengikuti apa yang telah diajarkan oleh sang Buddha. Apa yang sang Buddha ajarkan kepada kita, maka kita harus melaksanakannya dengan sungguh sungguh. Apa yang dilarang oleh sang Buddha, maka kita harus tidak melakukannya. Dari hal ini kita bangun kepercayaan diri kita. Kepercayaan diri harus seperti yang disebutkan dalam kitab Sutra Intan, Kepercayaan diri yang tidak menentang. Dengan demikian maka dalam kehidupan ini akan memiliki kesanggupan untuk berhasil. Ini bersandar pada nasihat dari sang Buddha, bersandar pada prinsip dan cara yang telah diwejangkan oleh sang Buddha, maka ini baru berarti mendapatkan pemberkatan dan perlindungan dari sang Buddha. Jadi melalui kitab suci-lah sang Buddha melindungi kita, yakni menggunakan prinsip ajaran dan cara-cara yang terdapat dalam kitab suci untuk membantu kita. Sama sekali tidak ada hal yang berbau mistik[7] di dalam ini. Inilah yang harus kita ketahui dengan jelas. Kita-pun telah mengetahui tentang 6 alam kehidupan, 10 dharmadhatu. 6 alam kehidupan adalah kemelekatan, 10 dharmadhatu itu (timbul dari) membeda-bedakan (diskriminasi). Dengan mengetahui hal demikian, maka kita pun tidak melekat lagi pada semuanya, noda-noda batin pun tidak ada lagi. Semuanya tidak lagi diskriminatif, dan rintangan pengetahuan[8]-pun telah dihancurkan. Maka akan dapat melampaui 10 dharmadhatu. Lalu akan menuju kemanakah? - Pada kondisi demikian maka sang Buddha terpaksa baru menggunakan sebuah istilah, yakni YiZhenFaJie (Satu Dharmadhatu sejati)- maka anda akan memasuki Satu dharmadhatu sejati. Dalam satu dharmadhatu sejati juga masih terdapat banyak tingkatannya. Seperti dalam kitab Avatamsaka Sutra, ke 41 bodhisatva agung yang telah mencapai dharmakaya(tubuh dharma) pun disebut Satu dharmadhatu sejati. Dalam ajaran sempurna[9], dari jalan bodhisattva tingkat kediaman pertama hingga tingkat pencerahan setara, semuanya memililiki 41 tingkatan[10], dan dari manakah datangnya ke 41 tingkatan itu? Dari pikiran khayal. Ketahuilah bahwa pikiran khayal juga disebut dengan kegelapan batin (avidya). Oleh sebab itu, dengan menghancurkan satu nilai avidya (kegelapan batin) maka akan meraih satu nilai dharmakaya. Jika 41 satu nilai kegelapan batin telah total dihancurkan maka dharmakaya pun muncul dengan sempurna. Maka ini disebut dengan Buddha yang maha sempurna. Dengan menghancurkan satu nilai avidya dan meraih satu tingkat dharmakaya berarti mencapai bodhisattva tingkat kediaman pertama berdasarkan konteks ajaran sempurna. Bodhisatva ini dalam tradisi Tientai menyebutnya sebagai FenZhengJiFo (tingkat Buddha yang dicapai sebagian) [11]. Terdapat 41 tingkat dalam tingkat FenZheng ini. Pada tingkat ke 42 berarti telah mencapai kesempurnaan (menjadi Buddha yang sesungguhnya). Jadi ke 41 tingkat tersebut dapat disebut dengan Buddha FenZheng , itu adalah benar-benar Buddha, bukan palsu. Dengan demikian terlihat jelas bahwa pikiran khayal itu paling sulit dihancurkan. -7-

Dalam kitab Avatamsaka Sutra bab tentang Kemunculan, sang Buddha bersabda, Semua makhluk hidup memiliki tanda kebijaksanaan Tathagata, namun karena adanya pikiran khayal dan kemelekatan sehingga tidak dapat mencapainya . Sabda ini telah mengungkapkan sumber penyakit kita., yang juga telah mencakup kondisi tentang 6 alam kehidupan, 10 dharmadhatu, satu dharmadhatu sejati. Pada saat sekarang ini setiap tindak-tanduk pikiran kita pun terperosot dalam pikiran khayal, diskriminatif, dan kemelekatan. Tidak mengetahui cara untuk meninggalkannya. Dan bagaimana ini? Anda berpikir dengan cara apapun tetap tidak dapat meninggalkannya. Anda masih akan tetap terperosot dalam ruang lingkupnya, bahkan terus demikian dalam berbagai kehidupan dan semakin mendalam. Mengapa? Karena pikiran khayal, diskriminatif, dan kemelekatan yang terkumpul dari berbagai masa kehidupan, semakin lama semakin banyak, semakin terkumpul maka penyakitnya semakin parah, ini merupakan masalah besar, masalah yang sangat serius. Jika tidak diatasi, sesungguhnya sangat berbahaya. Jadi kita harus mengetahui keseriusan masalah ini. Jika kita tidak mengatasi masalah kita yang hidup di alam tumimbal lahir ini pada kehidupan ini juga, kemudian pada kehidupan selanjutnya akan bertumimbal lahir lagi, maka kemungkinan untuk terlahir di 3 alam buruk akan lebih besar, dan kesempatan terlahir di 3 alam baik akan lebih kecil. Ini adalah kenyataan. Jadi Sang Buddha mengatakan hal ini dalam kitab suci bukan untuk menakuti kita. Coba kita renungkan secara mendalam, dari pagi hingga malam, jenis pikiran apakah yang paling banyak timbul di dalam diri kita, pikiran baik atau pikiran buruk?. Dari pagi hingga malam saya selalu melafal Amitabha Buddha, sebanyak 10 ribu kali dalam satu hari, 20 ribu kali, oh pikiran baik saya lebih banyak, kan (karena) melafal nama Buddha. Anda sendiri menganggap pikiran baik anda lebih banyak, tapi coba anda renungkan lagi baik-baik, anda melafal nama Buddha untuk diri sendiri atau untuk makhluk hidup lain? Jika untuk diri sendiri, itu berarti pikiran buruk, demi diri sendiri berarti menambah kemelekatan pada sang ego/aku. Kitab Sutra Intan mengatakan, Jika bodhisattva melekat pada konsep aku, orang, makhluk hidup, kehidupan, maka itu bukan-lah bodhisattva. Jika anda melafal nama Buddha 10 ribu kali sehari adalah untuk diri sendiri, berarti menambah kemelekatan pada sang ego/aku, maka masih belum dapat terbebas dari 6 alam tumimbal lahir, masih tidak dapat terlahir di tanah-murni. Perlu anda ketahui bahwa melantunkan nama Buddha sebanyak 10 ribu kali, para sesepuh masa lalu menyebutnya Melantun sampai tenggorokan pecah pun sia-sia saja. Memang tidak sedikit nama Buddha yang telah dilafalkan, melafalnya memang sangat banyak, tapi yang ada di dalam pikiran anda itu adalah demi kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Pikiran anda ini bukan bodhicitta (batin pencerahan). Coba anda perhatikan kitab Maha Sukhavati-vyuha Sutra, di mana salah satu syarat dapat terlahir di 3 jenjang tanah-murni --yang terdiri dari jenjang tertinggi hingga terbawah [12]-- tanpa terkecuali adalah Membangkitkan bodhicitta, merenungkan secara khusus pada satu tujuan . Anda memiliki perenungan pada satu tujuan tapi tidak membangkitkan bodhicitta, maka anda masih belum dapat terlahir (di tanah-murni). Jadi harus membangkitkan bodhicitta. Apakah bodhicitta (batin pencerahan) itu? Tidak mementing diri sendiri itu-lah bodhicitta. Jadi kita harus memahami konsep ini, mengetahui realitas sejati (kenyataan sesungguhnya) dari hal ini, yakni bahwa pikiran yang ditimbulkan dalam melafal nama Buddha adalah demi semua makhluk hidup, demi agama Buddha bukan demi diri sendiri, maka kita baru dapat menemukan jalan keluar. Apa maksud dari kalimat demi agama Buddha, demi semua makhluk hidup, kalian harus memahaminya dengan jelas,. Sepertinya anda telah mengerti tetapi sebenarnya masih belum. Apa maksud dari demi agama Buddha? Apakah berarti demi pusat kegiatan agama-nya? demi viharanya-kah? demi para Buddha dan bodhisattva-kah? maka anda telah salah. Kemudian istilah demi semua -8-

makhluk hidup, kita menolong semua makhluk hidup apakah dengan cara mengeluarkan uang dan tenaga? Semuanya telah salah. Semua ini bukan-lah maksud sebenarnya dari sang Buddha. Dengan kata lain, bukan maksud dari pencerahan. (Jika demikian) anda masih dalam kungkungan kesesatan dan kebingungan. Jika mengatakan demi Buddha dharma, maka pertama-tama anda harus mengerti dulu apakah Buddha itu, apakah dharma itu?. dharma berarti segala sesuatu yang mencakup hal duniawi maupun yang diatas duniawi. Dharma yang diajarkan dalam ajaran Buddha terbagi menjadi sangat banyak, seperti 5 nafsu keinginan, 12 ayatana, 18 dhatu, dalam kitab Suranggama Sutra mengatakan tentang 7 mahabhuta, semua ini merupakan cara pembagiannya. Mari kita bicara dari konteks yang paling sederhana dan sangat mudah dimengerti oleh anda sekalian, yakni Orang, Permasalahan, dan Objek/benda. Ini mudah dipahami, pembagiannya mudah. Kita membagi semua dharma menjadi 3 bagian ini., maka dia (terlihat jelas) berada di depan mata kita yakni semua orang, semua permasalahan, semua objek/bentuk, inilah maksud dari kata dharma. Apakah arti kata Buddha itu? Buddha berarti sadar. Jika anda dapat sadar dan tidak dikelabui oleh semua orang, permasalahan dan bentuk, maka ini disebut Buddha dharma. Jadi yang dimaksud demi Buddha dharma adalah demi yang ini. Jika saya dapat cerah dan tidak terbelenggu, benar dan tidak tersesatkan, suci dan tidak ternodai oleh semua orang, oleh semua permasalahan, dan oleh semua bentuk, maka ini baru disebut demi Buddha dharma , inilah maksudnya. Jika anda menggunakan perasaan/emosi untuk menghadapi segala sesuatu maka anda telah memiliki pandangan terbalik/bingung, maka itu bukan lagi demi Buddha dharma, melainkan berkutat dengan hal kelabu, sesat dan noda. Hal demikian adalah jalan duniawi, jalan 6 alam tumimbal lahir, jadi jangan sampai memiliki pemahaman yang salah. Berkutat dalam hal demi Buddha dharma malah menjadi jalan 6 alam tumimbal, bukankah ini menjadi terbalik? Mana bisa demikian. Oleh sebab itu harus memiliki pengertian yang benar terhadap makna kata Buddha, tidak boleh salah mengerti terhadap maknanya. Juga tidak boleh asal asalan, harus jelas dan mengerti. Kemudian demi makhluk hidup, bagaimana demi semua makhluk hidup itu? Yakni harus menjadikan diri sendiri sebagai tauladan bagi semua makhluk hidup, seperti para Buddha dan bodhisattva. Jadi para Buddha dan bodhisattva merupakan tauladan dari makhluk hidup yang berada di 9 dharmadhatu itu. Juga dapat dikatakan bahwa kita harus menjadi sebuah sikap contoh yang baik, harus memiliki sikap cerah (sadar), benar, dan suci untuk memperlihatkan kepada orang, maka ini baru disebut demi semua makhluk hidup. Bagaimana cara menjalankan cerah, benar dan suci itu? Yakni dalam kehidupan sehari hari kita, saat mengenakan pakaian harus sadar, benar dan suci, saat menyantap makanan harus sadar, benar dan suci, saat bekerja harus sadar, benar dan suci, memberi contoh kepada semua makhluk hidup maka ini disebut demi semua makhluk hidup. Jika tidak percaya, coba anda baca kitab Sutra Intan. Pada bagian awal Sutra tersebut sang Buddha Sakyamuni mempertunjukkan pola hidup mengenakan pakaian, mengambil mangkok sedekah, masuk ke kota Sravati untuk ber-pindapatra(menerima dana makanan). Setiap hari (sang Buddha) melakukan hal demikian, ini memberikan contoh yang baik sebagai seorang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga. Beliau muncul dengan identitas sebagai seorang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga, sebagai seorang yang mengajar, berceramah, dan membimbing semua makhluk hidup. Oleh sebab itu Beliau memberikan contoh yang baik dalam pola hidup dan lingkungan kerja-nya. Kita telah berbicara sangat detil dalam ceramah tentang kitab Sutra Intan. Dengan menggunakan cara ini-lah sang Buddha membimbing semua makhluk hidup, yakni mempertunjukkan kepada semua orang. Oleh sebab itu dalam kitab tersebut mengajar kepada para praktisi generasi belakangan seperti kita ini dengan mengatakan -9-

Terimalah sebagai pegangan, lantunkan, dan berikan ceramah kepada orang. Perkataan ini dalam kitab Sutra Intan telah diulang dan terus diulang sebanyak belasan kali, dengan kata lain, perkataan ini memang sangat penting sekali. Terima disini berarti dapat menerima semua falsafah ajaran yang dikatakan dalam kitab suci, dan dapat menerima nasihat-nasihat sang Buddha. Pegangan berarti menerimanya sebagai pegangan dan kita harus mempraktekkannya berdasarkan ajarannya, harus menjadikannya sebagai jalan hidup kita, menjadikannya sebagai konsep kita, maka kitapun menjadi sama seperti Buddha.Memberi (pertunjukkan) ceramah kepada orang , di sini berarti memberi pertunjukkan yang diperuntukkan demi semua makhluk hidup, kita mewujudkannya, menjadikan diri sebagai contoh. Mengenai bagaimana cara melakukannya, maka ini adalah cara bersifat dinamis, bukan bersifat kaku. Melihat penyakit apa yang diderita makhluk hidup, maka kita memberikan obat sesuai dengan penyakitnya. Jadi kita mempertunjukkan ini kepada mereka. Kondisi masyarakat sekarang ini di manapun kami sering mengunjungi ke berbagai daerah di mana kondisi yang kami saksikan adalah keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkembang dengan sangat cepat, ini sungguh sangat berbahaya. Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin disebut sebagai 3 racun. Racun apakah itu? Yakni racun penyakit. Sekarang ini kalian mendengar kata penyakit kanker saja sudah sangat takut. Penyakit kanker itu bukan-lah apa apa. Itu cuma penyakit kecil saja. Keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, itu-lah baru disebut penyakit besar. Dia bukan saja akan merenggut nyawa anda, bahkan masih akan membuat anda jatuh ke alam neraka. Jadi betapa berat penyakit ini, dan penyakit ini terus berkembang dari hari ke hari. Setiap hari berkutat dengan penyakit ini, coba anda katakan, betapa berbahayanya. Di dalam diri ini terdapat keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, sedangkan di luar terdapat godaan para setan,iblis mara . Dengan kondisi seperti ini apakah anda masih dapat menjalankan hidup dengan baik? Apakah yang dimaksud dengan setan iblis mara itu? 5 nafsu keinginan dan 6 objek itu-lah yang disebut setan iblis mara. Harta, sex, popularitas, makanan dan tidur (5 nafsu keinginan) ini menggoda anda dari luar, sedangkan dari dalam diri terdapat keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, maka bagaimana anda tidak dapat terjatuh ke 3 alam buruk? Berapa banyak orang yang dapat menyadari tentang betapa ngerinya masalah ini? Berapa banyak orang yang mengetahui betapa serius permasalahan ini? Para Buddha dan bodhisattva-lah yang mengetahuinya. Dengan mempelajari Buddha dharma secara perlahan-lahan kita tersadarkan kembali, maka kita harus memberi pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita semua makhluk hidup. Para makhluk hidup mengidap keserakahan, maka kita pertunjukkan sikap tidak serakah kepadanya. Dia merasa keserakahannya terhadap harta itu bermanfaat, maka kita pertunjukkan kepadanya bahwa kita tidak memiliki keserakahan juga bermanfaat. Dan manfaat yang kita alami terasa lebih bahagia dan lebih leluasa dibandingkan dengan dia. Biarkan dia melihatnya sendiri, setelah melihatnya beberapa lama, biarkan dia merenungkannya sendiri, menyadarinya sendiri. Inilah yang disebut pertunjukkan, memberi pertunjukkan kepadanya untuk dilihat. Jika dia telah mengerti, dan telah sadar, dia pun akan datang untuk bertanya, maka kita baru memberikan penjelasan lebih detil kepadanya. Oleh sebab itu, pertama tama adalah memberi pertunjukkan terlebih dahulu, kemudian baru memberikan penjelasan/bimbingan. Saat sang Buddha Sakyamuni memasuki kota Sravasti, mengenakan pakaian, mengambil mangkok sedekah dan ber-pindapatra (menerima dana makanan), ini merupakan pertunjukkan. Kemudian Subhuti melihat kejadian ini, beliaupun memuji, langka, langka, dan setelah itu baru bertanya kepada Sang Buddha, dan percakapan - 10 -

inilah kemudian tercatat menjadi sebuah kitab Vajracheddika Prajna Paramita Sutra (Sutra Intan). Coba anda perhatikan, pertama-tama adalah memberi pertunjukkan, setelah orang melihatnya, menyadari dari di sini, maka baru diberikan penjelasan/wejangan kepadanya. Hal inilah yang harus kita pelajari dalam mempelajari ajaran Buddha. Dalam kehidupan sehari-hari, anda harus belajar untuk menjauhi keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengenakan pakaian, menyantap makanan, bekerja, bergaul, melayani orang dan berhadapan dengan masalah, kita tunjukkan sikap tidak memiliki keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Kita berikan contoh kepada orang lain, inilah yang disebut belajar Buddha dharma. Mungkin ada rekan praktisi akan berkata, jika saya mengikuti cara ini, maka saya tidak bisa lagi mencari uang dan saya tidak bisa menjalankan hidup lagi. Rasa takutnya pun muncul dan masalahnya pun menumpuk. Sebenarnya pertanyaannya ini muncul karena memiliki pandangan yang salah. Tidak ada satupun pertanyaannya yang benar. Jika anda beranggapan bahwa setiap hari berkutat dengan keserakahan, kebencian dan kegelapan batin akan dapat membuat anda meraup banyak uang setiap hari, dan jika anda benar benar memiliki kemampuan ini, maka bukan hanya sang Buddha Sakyamuni saja bahkan semua Buddha pun akan bersujud kepada anda sebagai guru. Betapa hebatnya anda. Mengapa mereka akan bersujud pada anda sebagai guru? Karena anda sanggup menumbangkan hukum sebab akibat, sedangkan Buddha pun tidak sanggup menumbangkan hukum sebab akibat. Pepatah mengatakan Setiap makanan dan minuman (yang kita santap) sudah ada ketentuannya dari masa lalu , maka bagaimana anda dapat memaksakan diri untuk meraih keuntungan yang lebih banyak? Mana ada teori seperti itu? Jadi ketahuilah, cara apa pun yang anda gunakan, harta yang anda dapatkan semua ini merupakan hak milik anda yang sudah ada dalam ketentuan hidup anda. Jika tidak ada dalam ketentuan hidup anda, maka anda ingin meraup lebih banyak lagi juga tidak akan berhasil. Jika anda telah mengerti kenyataan ini, maka anda baru akan tahu bahwa segala cara yang anda gunakan itu menjadi sia sia. Malahan telah menambah karma baru, dan sama sekali tidak dapat menambalnya kembali atas kenyataan yang terjadi. Mengenai hal ini, kalian akan mengetahuinya jika membaca buku kitab Empat Ajaran LiaoFan. Dalam kitab ini telah memaparkan prinsip dan fakta dengan sangat jelas, bahwa sesungguhnya memang benar bahwa setiap makanan dan minuman (yang kita santap) sudah ada ketentuannya dari masa lalu. Jika sesuatu ada dalam ketentuan hidup anda maka secara alami dia akan ada. Profesi apapun yang anda jalankan, maka jalankanlah sesuai dengan ketentuannya. Profesi anda ini merupakan suatu faktor, harta milik anda merupakan ketentuan yang sudah ada dalam hidup anda, dan itu merupakan suatu sebab. Dengan adanya sebab dan factor maka akibat pun akan muncul. Namun tidak bisa mengatakan bahwa sesuatu ada dalam ketentuan hidup saya maka saya tidak perlu bekerja, saya duduk diam saja tidak mau bergerak, dan uang pun akan jatuh ke hadapan saya. Tidak ada hal demikian. Jika demikian maka anda juga telah salah. Sesuatu yang telah ada dalam ketentuan hidup anda itu merupakan penyebab, Penyebab harus lah bertemu dengan faktor. Oleh sebab itu dalam ajaran Buddha mengatakan tentang teori kausalitas (hubungan sebab akibat), dan dalam teori kausalitas, faktor adalah hal yang cukup penting. Memiliki harta yang berlimpah, penyebabnya adalah berdana dalam bentuk materi. Karena anda senang berdana dalam bentuk materi pada kehidupan lalu, maka di kehidupan sekarang ini anda mendapatkan harta yang berlimpah. Semakin banyak anda berdana maka semakin banyak pula anda mendapatkannya. Jika anda berdana sedikit, maka yang anda dapatkan juga sedikit. Inilah yang disebut ada dalam ketentuan hidup - 11 -

anda, yang merupakan hasil dari usaha sendiri, bukanlah pemberian dari orang lain. Jika tidak ada dalam ketentuan hidup kita, dengan berkata aduh..jika Buddha melindungi saya, saya pun akan menjadi kaya, pandangan ini juga salah. Buddha dan bodhisattva tidak dapat melindungi anda. Yang dilakukan Buddha dan bodhisattva adalah memberitahu kepada anda tentang sebab dan akibat. Buddha dan bodhisattva mengajari anda untuk berdana, maka anda akan dapat mendapatkan kekayaan, anda menanam sebab maka dibelakangnya pasti ada hasil akibatnya. Kemudian memberi dana dalam bentuk dharma, maka buah akibatnya adalah memperoleh kecerdasan dan kebijaksanaan. Memberi dana ketentraman (rasa aman), mkaa buah akibatnya adalah memperoleh kesehatan yang baik dan usia panjang. Manusia duniawi ini memiliki keserakahan terhadap kekayaan, kecerdasan, kesehatan dan usia panjang, namun dia tidak memupuk sebabnya dan malahan menghalalkan segala cara agar dapat memperoleh semua itu. Dia tidak mengetahui bahwa apa yang diperoleh itu semua merupakan hasil pemupukan yang telah dilakukannya pada kehidupan lalu, namun pada kehidupan ini secara tidak pantas telah menciptakan begitu banyak karma buruk. Setelah buah akibatnya (yang dipupuk pada masa lalu) telah habis dinikmati, maka giliran buah karma buruk lagi yang akan muncul. Dengan munculnya buah karma buruk ini, maka akan terperosot ke dalam 3 alam buruk. Inilah yang merupakan prinsip yang sesungguhnya, merupakan kenyataan yang sesungguhnya, jadi kita tidak boleh tidak mengetahuinya, jangan sampai tidak jelas, dan jangan sampai memiliki pandangan sesat. Seandainya saya berdana materi dalam jumlah yang sangat sedikit pada kehidupan lalu, sehingga pada kehidupan sekarang ini kehidupan materi saya agak mengalami sedikit hambatan , apakah ada cara untuk mengatasinya? Ada. Dan bagaimana caranya? Yakni berdanalah dalam bentuk materi sesering mungkin. Oleh sebab itu dalam kitab kecil Empat Ajaran LiaoFan ini pada saat saya baru belajar Buddha dharma, Upasaka tua ZhuJingZhou memberikan buku ini kepada saya - setelah membacanya saya merasa sangat bergembira, namun saya mulai memahami maknanya ini dan mengetahui kebesaran maknanya adalah pada tahun 1977, di mana saat itu pertama kali saya memberi ceramah di Hongkong, saya menetap di Perpustakaan Agama Buddha China - yang didirikan oleh bhiksu tua TanXu - , saat itu saya menetap di sana dalam waktu yang cukup lama sekitar 4 bulan dan memberi ceramah tentang kitab Suranggama Sutra. Saya sangat memperhatikan buku yang dikoleksi perpustakaan, khususnya terhadap buku-buku dari penerbit HongHuaShi. Pendiri Penerbit HongHua adalah (alm.)bhiksu YinGuang. Saya baru mengetahui bahwa semua hasil dana yang diberikan para umat kepada bhiksu YinGuang digunakan untuk berdana dharma sepanjang hidupnya. Tidak ada hal lain yang dilakukan beliau selain melakukan kegiatan penyebaran Buddha dharma. Di sini memberitahu kepada kita tentang betapa pentingnya penyebaran Buddha dharma itu. Hanya dengan membantu orang untuk menjadi sadar-lah baru dapat mengatasi masalah masyarakat. Dalam kegiatan Wejangan Dharma pada Puja-bhakti doa keselamatan bangsa agar terhindar dari bencana di kota ShangHai, -kita tahu bahwa pada saat itu terjadi bencana di wilayah utara (China) sang bhiksu tua YinGuang turut memberi bantuan bencana di mana mana. Orang tua ini mengeluarkan dana dari percetakan kitab suci sebanyak 3.000 yuan untuk memberi bantuan bencana, di sini kita baru tahu bahwa sang bhiksu tua YinGuang sepanjang hidupnya memberi perhatian besar pada berdana dharma. Dalam berdana dharma tentu terdapat dana berupa materi di dalamnya. Anda mencetak kitab suci tentu memerlukan materi uang, dan kitab suci yang anda cetak adalah dharma, lalu kitab-kitab ini setelah dibaca oleh orang-orang maka mereka menjadi sadar, maka mereka pun telah menjadi tenang. Oleh sebab itu dalam satu cara

- 12 -

berdana ini telah mencakup dana materi, dharma dan ketenangan. Ini memang cara yang brillian. Oleh sebab itu setelah kembali dari Hongkong, saya pun mendirikan sebuah lembaga yang disebut Lembaga Dharmadana HuaZhang yang saya belajar dari sang bhiksu tua. Setelah memperhatikan lebih seksama tentang buku-buku yang diterbitkannya seperti Empat Ajaran LiaoFan, TaiShangGanYingPianHuiBian (Kompilasi atas kitab nasihat Dewa LaoTzu), Nasihat dewa WenChang- bagian dari kitab karya ZhouAnShi, buku-buku seperti ini dicetak dalam jumlah yang lebih banyak, dan saya melihat di lembaran hak ciptanya tertulis cetakan ke 30, ke- 40, bahkan setiap kali cetakannya minimal berjumlah 30.000 eksemplar dan paling banyak mencapai 100.000 eksemplar. Ini sungguh mengejutkan saya, dan saya pun tidak habis pikir. Padahal kitab Sutra Buddha tidak dicetak sebanyak itu, dan jumlah cetakan per edisinya juga tidak banyak, paling banyak juga tidak lebih dari 5, 6, atau 10 kali sudah merupakan yang terbanyak. Jumlah eksemplarnya juga paling paling 1.000, 2.000, 3.000. Yang melebihi 3.000 eksemplar juga sangat sedikit. Jadi saya pun bertanya-tanya dalam hati apa sebab beliau mencetaknya begitu banyak. Saya pun menghitung secara ringkas, ketiga jenis buku tersebut pada saat itu telah dicetak lebih dari 3 juta eksemplar, saat itu adalah masa-masa antara tahun 1920 dan 30-an di mana teknologi percetakan juga belum begitu maju, dengan menggunakan percetakan manual saja dapat mencetak dalam jumlah yang begitu besar sungguh mengejutkan sekali. Kemudian setelah dipikir pikir dengan seksama, kita baru dapat memahami maksud dari sang guru tua, bahwa pada jaman sekarang ini hanya melalui penggalakkan ajaran hukum karmalah baru dapat menyelamatkan orang di dunia ini. Buddha dharma meskipun sangat bagus, tetapi sudah tidak sempat lagi. Kitab-kitab Confucius meskipun sangat bagus, itu lebih lambat lagi. 3 jenis kitab ini sangatlah penting sebagai cara penyelamatan darurat. Karena kitab-kitab tersebut memiliki teori-teori yang cukup lengkap, memiliki cara-cara yang cukup detil, dan apa yang diutarakan merupakan fakta. Jika membaca ke 3 buku ini secara seksama, maka akan dapat menahan diri atas timbulnya pikiran (negatif), tahu untuk bersikap waspada, dan tahu bagaimana menjalankan sesuatu. Oleh sebab itu ke 3 jenis buku ini adalah satu satunya mustika dharma untuk menolong masyarakat sekarang ini. Saya juga dengan sekuat tenaga menyebar luaskan buku-buku ini di Taiwan. Belakangan ini ada seorang polisi bermarga Wang, beliau sangat baik, di mana beliau adalah seorang polisi dengan jabatan tinggi, ternyata juga sangat antusias terhadap kitab Empat Ajaran LiaoFan dan dengan sekuat tenaga menjalankannya. Dalam waktu dekat ini beliau mendirikan LiaoFan Foundation, dan meminta saya untuk menjadi direkturnya. Saya berkata, tidak bisa, usia saya sudah tua dan tidak sanggup mengerjakan hal-hal ini lagi, tapi saya membantumu saja. Jadi buku ini harus dibaca. Sesungguhnya 3 jenis buku ini harus dibaca, setelah itu baru benar-benar dapat mengerti bagaimana datangnya nasib kehidupan kita ini. Semua ini merupakan hasil perbuatan sendiri, ini benar-benar disebut apa yang diperbuat sendiri akan menuainya sendiri, jadi tidak boleh menyalahi orang lain. Kondisi sekarang ini kurang baik, maka kita dapat merubahnya. Kisah tentang tuan LiaoFan merupakan sebuah contoh terbaik.Usia beliau tidaklah panjang, buah dari berkahnya juga tidak begitu besar. Setelah mendapatkan bimbingan dari bhiksu YunGu, beliau baru mengerti mengenai prinsip ini, mengerti realitas sejati/ kenyataan yang sesungguhnya, kemudian beliaupun mengikis kejahatan dan mempraktekkan kebajikan dengan sungguh-sungguh, mempraktekkan dana paramita dengan tekun. Dengan demikian nasib kehidupannya yang selanjutnya pun menjadi berubah. Usianya yang hanya mencapai 50-an tahun berubah menjadi 70 tahun lebih. Semuanya telah dirubahnya. - 13 -

Oleh sebab itu saya sangat meyakini hal ini tanpa ragu. Dahulu banyak peramal yang mengatakan bahwa usia saya hanya mencapai 45 tahun. Pada saat usia saya mencapai 45 tahun itu saya benar saja mengalami sakit selama satu bulan lebih. Dalam hati saya berpikir usia saya telah mencapai batasnya, berobat ke dokter juga percuma, dokter hanya dapat menyembuhkan penyakit namun tidak dapat menyembuhkan nyawa. Usia telah mencapai batasnya maka melafal saja nama Buddha, menunggu Buddha datang menjemput untuk terlahir (di alam Sukhavati). Setelah melafal selama satu bulan lebih, (ternyata malah) sembuh, maka hingga kini saya telah mencapai usia 71 tahun dan saya pun tidak pernah bermohon untuk mendapatkan usia panjang. Saya sesungguhnya tidak memiliki buah keberkahan. Pada kehidupan lalu saya mungkin seperti yang dikatakan dalam kitab suci, Memupuk kebijaksanaan namun tidak memupuk kebajikan, saya adalah jenis orang ini. Memiliki sedikit kebijaksanaan, dan saat bersentuhan dengan Buddha dharma, maka saya langsung dapat mengerti maksudnya sekali mendengar. Tetapi dari segi kehidupan materi, sangat menderita. Beberapa tahun belakangan ini tampaknya sudah memiliki sedikit buah berkah. Ini merupakan hasil dari perbuatan berdana. Saya berdana dengan segenap tenaga dan saya tidak berani memiliki simpanan sedikit apapun. Semuanya saya danakan keluar. Semakin berdana maka semakin banyak menerima, semakin banyak penerimaan maka semakin banyak lagi berdana. Jangan sampai ada simpanan, sekali ada simpanan maka rusaklah sudah. Oleh sebab itu mengapa uang disebut sebagai TongHuo (alat pembayaran) (ket: kata Tong disini secara harfiah berarti mengalir, menembus. JingKong kemudian mengambil satu kata Tong untuk memberi penjelasan). Tong berarti harus dapat mengalir, jadi anda jangan menyumbatnya hingga mati. Jika anda menyimpannya dalam bank atau bentuk properti, maka akan jadi rusak. Itu berarti menjadi air yang mati, tidak mengalir lagi. Jadi harus membuatnya mengalir, harus berdana dengan sungguh-sungguh. Coba anda lihat, para Buddha dan bodhisattva memberikan contoh yang baik kepada kita, mereka sama sekali tidak memililik simpanan. Materi didanakan, dharma didanakan, kentraman didanakan. Apa yang dimaksud dengan berdana ketentraman?. Dengan batin yang tulus, suci dan setara (seimbang) memberi perhatian kepada semua makhluk hidup, menyayangi semua makhluk hidup, membantu semua makhluk hidup, inilah yang disebut berdana ketentraman. Jika anda benar-benar menjalankannya, melaksanakannya dengan tekun dan sungguh-sungguh, maka nasib kehidupan anda yang selanjutnya akan berubah semuanya. Jika anda pergi meramal sekali lagi, itu sudah tidak efek lagi. Di sini kita mempunyai seorang tukang ramal yang ramalannya cukup bagus bernama upasaka WenYangChun. Kabarnya belakangan ini beliau jatuh sakit, sepertinya di Taiwan, bukan di sini. Jika beliau berada di sini, saat saya memberi ceramah di sini, beliau pasti akan datang. Beliau juga adalah orang yang menekuni ajaran Buddha, orang yang mengerti kebenaran, bukan jenis orang yang suka menipu. Sebagian tukang ramal di jalanan lebih banyak sebagai tukang bohong, dan mereka yang mengatakan kejujuran hanya sedikit saja. Jadi sebagai praktisi ajaran Buddha, apakah kita masih perlu pergi meramal nasib? Tidak perlu. Kita telah memahami dengan sangat jelas tentang nasib kita, tidak perlu lagi bertanya pada orang, bahkan kita sendiri mengerti bagaimana untuk merubah nasib kita, dan saat inilah baru disebut brillian. Bukan hanya merubah nasib sekarang, bahkan merubah diri sendiri dari orang awam menjadi orang suci. Dengan meningkatkan diri dari manusia awam menjadi tingkatan para Buddha dan bodhisattva, maka anda baru benar-benar disebut sebagai siswa Buddha, baru benar-benar mencapai target yang ingin diajarkan oleh Buddha, sesuai dengan kehendak Buddha. Apakah dapat terlaksana? Setiap orang pun dapat, ini tergantung apakah anda memiliki niat atau - 14 -

tidak saja. Jika kalian semua benar-benar memiliki niat, maka pelajaran pertama tentu adalah harus mengerti dengan benar tentang ajaran Buddha, harus mendengar ajaran yang benar, harus mendekati guru yang berkompeten. Guru yang berkompeten bukan karena memiliki nama besar. Memiliki nama yang besar tidak ada gunanya, memiliki ketenaran tidak ada gunanya. Yang berkompeten berarti yang mengerti, mengerti realitas sejati tentang kehidupan ini dan seisinya, yang benar-benar dapat menembus makna doktrin Buddha dharma. Guru demikian-lah yang perlu anda dekati dan turuti bimbingannya. Setiap kedatangan saya ke Los Angeles, saya selalu menasihati semua orang bahwa bhiksu tua YinHai dari vihara FaYin merupakan seorang kalyanamitra (guru dharma yang berkompeten), ini bukan kata bohong. Pada awalnya beliau juga tidak memiliki buah berkah. Selama bertahun-tahun coba anda perhatikan, dahulu dia hanya tinggal di sebuah cetiya kecil, seperti sebuah klenteng dewa bumi saja (sangat kecil). Para umatnya juga cuma 20-an orang saja. Lihatlah sekarang buah keberkahannya telah membesar. Dari mana datangnya? Yakni dari Ber-dana. Beliau sama seperti maha guru YinGuang, melakukan perbuatan yang memenuhi 3 jenis dana, semakin banyak berdana semakin banyak (yang diterima). Saya melihat buah berkahnya semakin besar, maka hari ini saya pun memberi dorongan kepadanya untuk semakin giat berlatih dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Pada masa mendatang dia akan menjadi sesepuh mazhab Sukhavati yang pertama di Amerika. Semoga rekan-rekan praktisi benar-benar menerima bimbingan Buddha. Langkah pertama untuk belajar Buddha dharma adalah mendekati kalyanamitra. Mendapatkan bimbingan dari kalyanamitra lebih penting dari hal apapun. Pada masa sekarang ini, sesungguhnya, pusat kegiatan agama (vihara) itu tidak perlu terlalu besar tempatnya. Membangun pusat kegiatan agama yang besar tidaklah ada artinya. Biaya pengeluarannya terlalu besar dan harus mendapatkan sokongan dari para umat. Kita tahu bahwa beban hidup di Amerika sangatlah berat. Oleh sebab itu tidak sepatutnya mengharuskan semua orang mengeluarkan uang dan tenaga secara paksa. Tempat pusat kegiatan agama yang kecil lebih mudah dilindungi. Hari ini saya memberi usul kepada sang bhiksu tua YinHai bahwa harus mendirikan sebuah studio rekaman yang berkapasitas standar. Dalam studio rekaman ini kita memberi ceramah, kemudian direkam menjadi sebuah kaset rekaman, lalu dapat disiarkan melalui satelit yang menyebar ke seluruh pelosok rumah di dunia ini. Jadi tidak perlu membiarkan semua orang dengan susah payah datang ke pusat kegiatan agama. Di rumah saja sudah dapat belajar. Dengan menyalakan televisi maka sudah dapat belajar. Oleh sebab itu, sekarang haruslah memanfaatkan teknologi tinggi. Sedangkan pusat kegiatan agama itu semakin kecil semakin baik tempatnya, karena mudah dilindungi dan sederhana. Tidak perlu lagi merepotkan para umat. Dengan memanfaatkan teknologi tinggi, kita menyebarkan manfaat yang sesungguhnya ke lingkungan keluarga setiap orang. Jika ada sesuatu hal yang dipertanyakan sekalipun, tidaklah perlu datang ke lokasi. Dengan mengangkat telepon, menulis surat atau faksimili-- dan sekarang ini jaringan internet pun sangat praktis-- maka akan dapat saling berkomunikasi. Untuk apa lagi menggunakan tempat yang begitu besar? Jadi biaya pengeluaran anda menjadi lebih kecil, menghemat tenaga, mengurangi masalah, dan pikiranpun menjadi tenang dan leluasa. Dengan demikian baru dapat membantu semua orang di seluruh dunia. Ini merupakan langkah pertama kami untuk belajar Buddha dharma. Coba anda perhatikan kitab Sutra ANanWenShiFoJiXiongJing (Pertanyaan Ananda Tentang kebaikan dan keburukan dari menjalani ajaran Buddha. Dalam kitab ini hal pertama yang dikatakan sang Buddha adalah harus mendekati guru yang - 15 -

berkompeten, menerima bimbingan dari guru yang berkompeten. Dua perkataan ini merupakan kunci utama. Jika memiliki keraguan keraguan adalah rintangan maka harus diatasi, atasilah keraguan untuk menumbuhkan keyakinan. Jika tidak memiliki keraguan, itu merupakan suatu berkah. Ada jenis orang yang tidak pernah bertanya ikhwal apapun, dan saat kita mengajarinya untuk melafal nama Buddha, maka dia akan melafal nama Buddha dengan tulus. Setelah melafalnya beberapa tahun, orang ini pun (sanggup) mangkat (terlahir di Tanah-murni) dengan sikap posisi berdiri. Padahal kitab Sutra apapun tidak dipahaminya, namun tidak ada sesuatupun yang membuatnya ragu. Ini karena buah berkahnya yang besar. Dia dapat meyakininya. Jenis orang ini sangat jarang dan sangat sulit menemukannya. Lain dengan kaum intelektual, sebagian kaum intelektual memiliki banyak pikiran khayal dan rasa curiga/ keraguan. Lalu jika keraguan ini tidak diatasi dan pikiran khayal ini tidak dikikis, maka akan merintangi keyakinannya. Jika keyakinan terintangi, maka hal selanjutnya tidak perlu dibicarakan lagi, karena semuanya telah terhalang. Oleh sebab itu, pada masa kehidupan Sang Buddha, Beliau berceramah, memberi wejangan dharma selama 49 tahun. Mengapa demikian? Untuk membantu semua orang mengikis keraguan dan menumbuhkan keyakinan. Jika semua orang memiliki ketulusan, di mana dengan mengajarinya melafal nama Buddha maka langsung melafal nama Buddha, seandainya demikian maka untuk apa lagi sang Buddha memberi wejangan dharma selama 49 tahun itu? Untuk apa melakukan hal yang begitu melelahkan? Semua ini hanya karena semua orang belum memiliki keyakinan. Pada jaman sekarang ini, orang-orang memiliki pikiran khayal, diskriminatif dan kemelekatan yang lebih parah dibandingkan dengan orang di masa lalu. Jadi memberi pengajaran, penelitian dan pengkajian terhadap ajaran kitab suci adalah hal yang lebih penting dari pada ikhwal apapun. Namun jumlah orang yang sanggup memberikan wejangan tidaklah banyak. Mengapa tidak banyak? Karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin belum dilepaskan. Ini merupakan rintangan besar bagi para pemberi wejangan dharma. Jika batinnya tidak bersih, maka bagaimana dapat memberi wejangan dharma dengan benar? Kebencian, keserakahan, kegelapan batin dan kesombongan haruslah dikikis hingga bersih. Buddha dharma itu mengalir keluar dari batin suci, seandainya batin kita tidak bersih maka tidak akan ada interaksi dengan Buddha. Jadi jumlah orang yang membangkitkan niat untuk memberikan wejangan dharma baik para rekan bhiksu maupun perumah tangga tidaklah sedikit. Mereka sering datang ke tempat saya untuk bertanya apa persyaratannya. Yakni harus menghancurkan keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, harus membangkitkan pikiran welas asih, benar-benar demi ajaran Buddha, demi makhluk hidup. Kalimat Demi ajaran Buddha, demi makhluk hidup ini, harus diingat apa yang sudah saya jelaskan tadi. Demi ajaran Buddha adalah untuk membebaskan diri sendiri. Untuk pencerahan, kebenaran dan kesucian pada diri sendiri. Demi makhluk hidup adalah menjadikan diri sebagai contoh yang baik atas pencerahan, kebenaran dan kesucian kepada orang lain, ini yang disebut membimbing orang lain, jadi pelaksanaan pada diri sendiri dan membimbing orang lain. Jika anda memiliki tekad demikian untuk memberi wejangan dharma, pasti akan mendapatkan pemberkatan dari sang Triratna. Jika tingkat ketrampilan anda sedikit rendah, kemampuan berbicara kurang cekatan, itu tidak apa apa. Sekali diberkati para Buddha dan bodhisatva, maka anda akan menjadi cerdas, menjadi cakap. Ini adalah benar, bukan palsu. Suatu peristiwa keajaiban adalah tak terbayangkan.

- 16 -

Hari kedua Para guru dharma, para rekan praktisi: Pada hari kemarin kita telah memberikan pengenalan secara singkat tentang ajaran Buddha. Ini diperlukan demi proses pembelajaran kita, karena hanya dengan mengenal secara benar dan mengerti, maka baru dapat mengetahui bagaimana cara berlatih. Pada umumnya kita mengatakan bahwa terdapat banyak cara untuk berlatih. Kita semua sering mendengar kata 84.000 pintu dharma (metode ajaran). Sesungguhnya memang terdapat jumlah demikian, ini bukanlah asal bicara. Dalam kamus Buddha dharma dapat terlihat bahwa memang benar terdapat kata 84.000 pintu dharma. Namun sesungguhnya pintu dharma (metode ajaran) bukan hanya sebanyak itu. Oleh sebab itu di dalam 4 ikrar Bodhisatva terdapat kalimat Bertekad mempelajari metode ajaran yang jumlahnya tak terhitung. Tak terhitung ini juga adalah hal yang nyata. Mengapa terdapat begitu banyak metode ajaran? Ini karena semua makhluk hidup memiliki akar sifat yang berbeda. Kita tahu bahwa target yang dituju sang Buddha dalam membimbing makhluk hidup tidak hanya terbatas pada satu lokasi. Dalam kitab suci sering mengatakan istilah alam dharmadhatu (penjuru alam semesta)dan semua makhluk hidup. Istilah yang begitu maha luas ini sungguh tidak sanggup kita bayangkan. Semua ini merupakan target yang akan dibimbing oleh sang Buddha. Para praktisi pemula yang mendengar perkataan ini, tidak akan terhindarkan untuk bertanya-tanya bahwa dengan menggunakan cara apakah sang Buddha memberi bimbingan di ruang lingkup yang begitu luas itu? Apalagi para makhluk hidup yang berada di dalam ini mencakup dari para bodhisatva, pratyeka Buddha, Sravaka, hingga makhluk hidup di 6 alam Samsara yang sering disebut sebagai 9 dharmadhatu ini semua merupakan sasaran yang akan dibimbing oleh sang Buddha. Pada detik sekarang ini, kita terlahir di alam manusia, di mana bumi yang kita tinggali ini tidaklah begitu besar ukurannya, dan penduduk bumi yang berjumlah milyaran orang ini, semuanya memiliki sifat yang berbeda. Jika sang Buddha hanya menggunakan satu cara untuk mengajar begitu banyak orang, itu merupakan hal yang sangat sulit, dan belum tentu setiap makhluk hidup dapat menerimanya. Oleh sebab itu wejangan dharma dari sang Buddha sangat memerlukan keselarasan kondisi dan keselarasan prinsip. Keselarasan kondisi adalah suatu keadaan yang sesuai dengan kebutuhan setiap makhluk hidup yang begitu kompleks dan majemuk . Dengan cara demikian maka akan terdapat ketertarikan yang besar dari mereka. Kemudian yang dimaksud dengan Keselarasan Prinsip adalah Sang Buddha mengajar dan memberi bimbingan dengan menggunakan cara apapun, pasti akan selaras dengan realitas sejati dari alam semesta beserta makhluk hidupnya. Dia tidak akan berkata bohong. Realitas sejati dari kehidupan alam semesta adalah seperti yang terkutip dalam kitab Prajnaparamita Sutra, Wujud sejati dari segala sesuatu, atau juga disebut Tathata atau juga disebut hakikat sejati. Istilah yang disebutkan dalam kitab suci sangat banyak, tapi semua ini memiliki satu prinsip yang sama. Sang Buddha telah menggunakan banyak istilah untuk prinsip ini. Maksud yang ingin disampaikan sang Buddha adalah untuk memberitahu kepada kita agar jangan melekat pada istilah. Istilah adalah sebagai alat, bukan tujuan dalam pelatihan kita. Kita boleh menggunakan alat, tapi jangan sampai melekat padanya. Jika melekat maka dia akan menyumbat pintu pencerahan kita, dengan kata lain, anda tidak lagi dapat mencapai pencerahan. Kebutuhan dari Buddha dharma adalah untuk membantu semua makhluk hidup menghancurkan kesesatan untuk menuju kesadaran, setelah itu baru dapat terbebas dari penderitaan.

- 17 -

Metode ajaran itu sangat banyak jumlahnya. Sejak agama Buddha menyebar sampai ke China, hingga pada masa dinasti Sui dan Tang merupakan masa kejayaan agama Buddha. Berbagai mazhab baik Mahayana maupun Hinayana pun didirikan pada masa-masa itu. Kemudian para sesepuh mengklasifikasikan berbagai doktrin ajaran Buddha, di mana tujuannya adalah demi kepraktisan kita untuk belajar. Karena setiap orang dari kita memiliki ketertarikan yang berbeda dan akar sifat yang berbeda, atau dapat dikatakan kebiasaan (pola tingkah laku) yang berbeda. Sedangkan berlatih ajaran Buddha dipastikan memiliki pertalian dengan kehidupan lalu. Tidak hanya ajaran Buddha saja yang demikian, ajaran umum lainnya juga tidak terkecuali. Sekian banyak jenis kebiasaan (pola tingkah laku) itu bukanlah dipupuk dari satu kehidupan ini saja, namun ada pertaliannya dengan kehidupan lalu. Oleh karena itu pula pendidikan/bimbingan pada masa hidup yang sekarang sangatlah penting. Bagi orang yang akar sifatnya baik, tentu tidak tidak akan menjadi masalah. Asalkan menerima pendidikan yang baik, maka dia akan berhasil menjadi makhluk suci. Sedangkan bagi orang yang memiliki akar sifat yang buruk, maka kebiasaan sifatnya itu jika dapat bertemu dengan pendidikan yang baik, juga akan dapat mengikis keburukannya dan berlatih kebajikan kemudian juga dapat berhasil menjadi manusia sejati. Oleh sebab itu, pendidikan itu sangatlah penting sekali. Pada jaman dahulu di China, sistem pendidikan yang paling awal terbentuk adalah pada masa dinasti Han. Di masa kekuasaan kaisar HanWuDi, telah meletakkan dasar sistem pendidikan di China dan sistem ini terus berlanjut hingga akhir dinasti Qing (awal abad 20 M), di mana selama itu asas pendidikan kita hampir sama sekali tidak pernah berubah. Tujuan pendidikannya adalah mengajari anda untuk menjadi orang. Inilah yang menjadi sasarannya. Dalam pendidikan tersebut anda diajari untuk mengerti tentang hubungan antara manusia dengan manusia. Inilah yang kita sebut sebagai hubungan etika. Hubungan etika adalah hubungan antara ayah dan anak, suami dan istri, kakak dan adik, teman dan teman, atasan dan bawahan. Atasan dan bawahan ini adalah seperti hubungan antara pemimpin dan bawahan pada masyarakat jaman sekarang ini. Jika anda telah mengenal dengan jelas tentang ini, maka baru mengerti bagaimana cara menjadi orang dan baru dapat memelihara tata tertib, keamanan, kemajuan dan kejayaan kehidupan masyarakat. Selain itu juga mengajarkan kepada anda tentang hubungan antara manusia dan alam. Dapat dikatakan juga hubungan antara manusia dan makhluk halus atau makhluk dewa. Sesunggguhnya makhluk halus dan makhluk dewa itu memang ada, itu bukanlah fiktif. Praktisi Buddha telah meyakini tentang hal ini tanpa ragu. Hubungan antara manusia dan makhluk dewa, hubungan antara manusia dan makhluk halus, hubungan antara manusia dan semua alam natural. Inilah yang diajarkan dalam sistem pendidikan di China pada jaman klasik. Kemudian Sains dan teknologi juga diajarkan, tetapi tidak memberi perhatian yang besar. Jika anda bertanya mengapa tidak memberi perhatian yang besar pada teknologi? Alasannya adalah meskipun teknologi memberi kita berbagai kemudahan dalam kehidupan ini, tetapi anda harus tahu bahwa efek samping dan kerugiannya sungguh tidak berani dibayangkan. Para tetua suci di China pada jaman dulu telah melakukan pertimbangan terhadap hal ini, maka dalam sistem pendidikannya, mereka lebih menitik beratkan pada ajaran humanisme dan jarang membicarakan teknologi. Sebenarnya teknologi-teknologi dasar itu telah ada di China pada masa yang sangat awal. Namun karena mengharapkan agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan aman dan langgeng maka mereka tidak mengembangkan benda-benda ini. Ini merupakan sikap welas asih. Setelah dipikir-pikir secara seksama, hal ini ada benarnya juga. Sedangkan pada masa sekarang ini, bangsa Barat menitik beratkan pada pendidikan teknologi. Ini telah membawa rasa was-was dan tidak tentram pada semua

- 18 -

orang di dunia ini dan entah kapan Bumi ini akan dihancurkan oleh Sains ini. Coba saudara pikirkan, beban ini selalu membayang-bayangi di sisi kita, jadi sebenarnya di manakah manfaatnya itu? Berbicara pada tingkatan dangkal/sempit, tujuan ajaran Buddha adalah untuk membantu kita mendapatkan kebahagiaan pada kehidupan ini, kehidupan yang sempurna. Ini merupakan tujuan yang dangkal. Tapi anda sekalian harus mengetahui bahwa tujuan seperti ini masih merupakan sebuah masalah yang sangat serius. Karena seandainya dalam kehidupan ini tidak dapat terbebas dari 6 alam tumimbal lahir, maka pencapaian apapun, mari kuberitahu kepada anda, sama saja dengan nol. Kenyataan ini haruslah kita sadari dan waspadai. Jika telah menyadari dan mewaspadai masalah ini, maka orang ini dalam ajaran Buddha disebut telah sadar dan telah tahu bahwa masalah hidup mati adalah persoalan besar. Roda samsara itu adalah mengerikan. Lalu bagaimana kita dapat mengatasi masalah ini di kehidupan sekarang ini, dan bagaimanakah caranya? Oleh sebab itu prinsip ajaran yang terdapat di dalam kitab Suci Mahayana merupakan cara untuk mengatasi masalah ini. Jadi metode ajaran dan cara-cara itu memang banyak sekali. Apakah metode-metode ajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya? jawabnya adalah tidak ada. Sang Buddha telah mengatakannya dengan jelas, Metode ajaran itu setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun rendah. Berbicara dari segi prinsip dan cara, tidaklah berbeda. Tetapi kita sebagai makhluk hidup yang memiliki akar sifat yang berbeda, maka di dalam pintu kesetaraan kemudian menjelma menjadi ajaran-ajaran yang berbeda satu sama lain. Seperti 5 jenis sebab akibat yang terdapat dalam kitab Avatamsaka Sutra, di mana salah satu jenisnya yang disebut Sebab akibat kesetaraan melahirkan Sebab akibat pembedaan. Jadi kita harus memperhatikan hal ini, harus mengerti bahwa sebab akibat pembedaan itu muncul dari akar sifat kita. Ada sebagian metode ajaran yang saat kita mempelajarinya terasa sangat sulit, sebabnya adalah karena kita belum pernah mempelajarinya di kehidupan lalu, maka pada kehidupan sekarang saat bersentuhan dengan ajaran ini akan terasa sedikit asing. Jika pada berbagai kehidupan lalu pernah berlatih pada metode ajaran ini, maka pada kehidupan sekarang ini sekali bersentuhan dengannya maka akan terasa mudah dan akrab. Jadi ketahuilah bahwa sebab akibat pembedaan itu memiliki pertalian yang erat dengan kebiasaan yang dilakukan pada kehidupan lalu. Bagaimana kita mengetahui bahwa metode ajaran apa yang pernah kita pelajari pada kehidupan lalu? Mengenai hal ini, cara yang paling praktis adalah cobalah untuk mempraktekkannya, menyelidikinya atau mencobanya. Lalu perhatikan apakah ada hasilnya. Jika ada hasilnya, berarti dia cocok dengan akar sifat anda. Jika tidak ada hasilnya berarti tidak cocok. Jika ini tidak cocok, maka kita mencoba metode ajaran lain lagi. Dahulu, pada masa kehidupan sang Buddha, ini adalah masalah yang mudah. Karena sang Buddha memiliki kebijaksanaan sempurna dan kemampuan yang sempurna. Semua makhluk yang bertemu dengan sang Buddha, maka sang Buddha mengetahui kondisi kehidupan lalu dari sang makhluk hidup, bahkan mengetahui kondisi kehidupan lalu yang tak terhitung jumlah kalpanya dari sang makhluk. Dengan demikian Beliaupun dapat memberi wejangan dharma yang sangat sesuai dengan kondisi anda. Ibarat dokter menyembuhkan penyakit, dia tahu akar sebab penyakit anda, tahu bagaimana datangnya penyakit anda. Buddha memberi wejangan dharma kepada anda berarti memberi pengobatan kepada anda. Pengobatannya benar-benar sesuai dengan penyakitnya hingga dapat menyembuhkan, ini sungguh sangat manjur. Kita telah melihat dalam kitab suci, bahwa sekian banyak siswa yang mendengar wejangan dharma dari sang Bhagava, sebelum

- 19 -

wejangan Sutra itu selesai-- baru membicarakannya sebagian-- maka sudah ada pendengar yang meraih pencerahan. Ini mencerminkan bahwa wejangan dharma dari sang Buddha sesuai dengan kondisi. Setelah kemangkatan sang Buddha, pada periode Dharma sejati, masih ada bodhisattva dan arahat yang menjelma di dunia ini. Mereka juga memiliki kebijaksanaan yang tinggi dan juga sanggup membaca kondisi. Sedangkan jaman sekarang ini merupakan masa periode akhir dharma, maka para makhluk suci yang menjelma di dunia seperti itu pun sudah sangat sedikit. Manusia awam seperti kita ini memiliki rintangan karma yang sangat berat. Dari mana kita mengetahui hal ini? Dari pikiran khayal, diskriminatif dan kemelekatan anda. Ini adalah benar, bukan bohong. Pikiran khayal kita, diskriminatif dan kemelekatan kita, entah lebih berat berapa kali lipat dibandingkan dengan orang di masa dulu. Ditambah lagi dengan buruknya kondisi lingkungan hidup kita dan buruknya faktor eksternal. Benda eksternal yang berperanan paling buruk adalah televisi. Siapakah di antara kalian yang tidak menonton televisi? Jika setiap hari anda menonton televisi, maka batin bersih anda telah dicemari oleh televisi. Kemudian anda membaca koran dan majalah, maka ini sudah gawat! Setiap hari terbiasa dengan benda-benda ini, maka bagaimana anda dapat berhasil dalam berlatih ajaran Buddha? Jadi kalian haruslah mengenali di manakah keberadaan setan iblis itu. Televisi, radio, majalah, surat kabar itu adalah setan iblis. Jika anda sangat menyukai benda-benda ini, setiap hari mendekatinya, maka bagaimana anda dapat terlepas dari cengkraman mara (iblis)? Jadi jika kalian ingin belajar Buddha dharma, ingin terbebas dari 6 alam kehidupan dan terlepas dari roda Samsara, jika benar-benar memiliki tekad maka harus menjauhi benda-benda seperti ini. Paling baik adalah jangan ada televisi di rumah, paling baik jangan berlangganan surat kabar. Sudah bertahun-tahun saya tidak lagi menonton televisi, juga tidak membaca koran. Jika orang bertanya kepada saya, (saya jawab) dunia ini aman-aman saja setiap hari, tidak ada kejadian apa apa kok. Coba anda lihat betapa leluasanya (tenang). Sedangkan masalah kalian kacau balau. Saya sendiri tidak bermasalah. Coba lihat kita sama-sama tinggal di satu bumi, satu masyarakat. Saya tidak memiliki masalah, dunia ini aman tentram saja, sedangkan kalian setiap hari banyak masalah, seperti ada kekacauan. Jadi dimensinya sudah berbeda sama sekali. Di sini bukan berarti bahwa tidak menonton televisi itu tidak akan memiliki kecerdasan lagi, atau tidak menonton televisi tidak akan dapat menghadapi masyarakat ini lagi. Saya sendiri tetap dapat menghadapinya, jika kalian banyak yang mengajukan pertanyaan kepada saya, saya pun dapat menjawabnya. Ini terlihat jelas bahwa dengan tidak melihat benda-benda ini, tetap tidak akan memberi efek apapun pada saya. Jadi jangan sampai tidak mengerti hal ini, jika anda telah mengenalinya dengan jelas, maka kita baru dapat melepaskan penghalang-penghalang ini. Terdapat banyak metode ajaran dalam Buddha dharma, dan para sesepuh masa lalu mengklasifikasikan ajaran-ajaran tersebut demi kepraktisan untuk kita pelajari, ini merupakan sikap yang muncul dari rasa welas asih mereka.Dalam berbagai aliran tersebut kemudian kita memilih metode ajaran yang sesuai dengan minat pelatihan kita. Jangan menganggap ada metode ajaran tertentu yang lebih tinggi atau ada metode ajaran tertentu yang lebih rendah, tidak ada hal hal seperti itu. Itu merupakan pikiran diskriminatif yang timbul dari pikiran khayal anda. Semua jenis metode ajaran itu secara garis besar terbagi atas dari 3 pelatihan, yakni Sila(Disiplin), Samadhi(Konsentrasi) dan Prajna(Kebijaksanaan). Jadi tidak ada metode ajaran yang terlepas dari 3 pintu pelatihan ini. Ketiga pintu pelatihan ini sesungguhnya merupakan aspek dari kebenaran, pencerahan dan kesucian, dan inilah yang merupakan Triratna. Oleh sebab itu bagi rekan praktisi yang baru masuk ke dalam pintu Buddha dharma, maka harus menerima Trisarana (Tiga perlindungan), di

- 20 -

mana hal ini merupakan penerimaan prinsip dasar pelatihan Buddha dharma. Jadi metode ajaran apapun yang dipelajari itu tidak akan terlepas dari prinsip dasar ini, dan yang dimaksud dengan prinsip dasar ini adalah Triratna (3 mustika), yakni Buddha, Dharma dan Sangha. Buddha adalah Pencerahan, Dharma adalah Kebenaran dan Sangha adalah Kesucian. Dia tidak akan terlepas dari prinsip ini. Jika semuanya berlindung pada tempat (prinsip) ini, maka semua metode ajaran baru disebut setara. Jika tidak demikian, maka saat anda mengatakan semua metode ajaran itu setara, bagaimana kesetaraannya? Lagi pula kata Pencerahan,Kebenaran, dan Kesucian ini memiliki prinsip satu adalah tiga, tiga adalah satu (trinitas). Coba anda pikirkan, orang yang telah cerah, maka bagaimana mungkin pengetahuan pandangannya bisa tidak benar? dan batinnya tentu juga suci. Jadi dengan mencapai satu aspek (Cerah), maka 2 aspek lainnya juga akan tercapai pada saat yang sama. Orang yang memiliki cara berpikir dan pandangan yang benar, maka tentu adalah orang yang cerah dan suci. Orang yang memiliki batin yang suci, maka secara alami akan ter-cerah-kan, dan juga secara alami akan memiliki pengetahuan dan pandangan benar. Oleh sebab itu dia memiliki prinsip Tiga dalam satu, satu dalam tiga. Kemudian mengenai Triratna, jika anda memasuki ke dalam pintu ajaran manapun, maka anda akan menemukan Triratna ini secara sempurna. Itulah sebabnya semua metode ajaran itu disebut memiliki kesetaraan. Jika kita berbicara tentang fakta, pada masa lalu di China, agama Buddha terbagi menjadi 10 mazhab. 2 mazhab di antaranya adalah aliran Hinayana, dan 8 mazhab lainnya merupakan aliran Mahayana. Pada masa dinasti Tang, aliran Hinayana pernah berkembang dalam masa yang singkat. Hingga pada masa akhir dinasti Tang, aliran Hinayana pun mengalami kemerosotan dan lenyap. Pada awal mempelajari Buddha dharma, kami pernah juga bertanya-tanya mengenai hal ini, bahwa apa sebab aliran Hinayana tidak dapat berjaya di China? Akhirnya kami menemukan jawabannya. Yakni karena para praktisi ajaran Buddha di China sebagian besar dari mereka sebelumnya telah pernah mempelajari kitab-kitab Confusianisme, dan Taoisme. Dengan memiliki fondasi ini, mereka baru memasuki pintu ajaran Buddha. Sedangkan dari segi prinsip-prinsip, ajaran, cara-cara dan tingkatan yang dibicarakan dalam kitab Confusianisme dan Taoisme, sesungguhnya tidak lebih rendah dari ajaran Hinayana. Dengan demikian maka kitab-kitab confusianisme dan taoisme ini pun dapat menggantikan posisi kitab Hinayana. Itulah sebabnya kemudian aliran Hinayana sangat sulit berkembang di China. Jadi dengan bersandar pada fondasi Confusianisme dan Taoisme, maka umat Buddha China dapat langsung masuk ke ajaran Mahayana. Lalu orang yang masuk dan berlatih dengan cara demikian hingga mencapai keberhasilan sungguh sangat banyak sekali jumlahnya. Coba kita perhatikan para patriak dan praktisi besar dari 8 mazhab besar ini, mereka semuanya masuk ke dalam pintu Buddha dharma melalui cara demikian. Tetapi (jika ingin mengikuti cara masa lalu) di jaman sekarang ini menjadi sulit. Pada jaman sekarang ini kita tidak mendalami ajaran Hinayana, kemudian 4 buku dan 5 kitab (kitab Confusianisme) pun juga tidak kita baca lagi. Lalu sekali mulai belajar langsung masuk ke ajaran Mahayana, maka kesulitan pun bermunculan. Jaman sekarang ini perkembangan teknologi begitu pesat, berbagai keperluan hidup terbentang luas, namun mengapa keberhasilan kita untuk berlatih tidak dapat menyamai orang jaman dulu? Karena orang jaman dulu memiliki fondasi. Hari ini kita belajar Buddha dharma tidak memiliki fondasi. Ibarat mendirikan sebuah bangunan, mereka memiliki fondasi maka dapat membangun setingkat demi setingkat hingga terlihat sangat megah. Sedangkan hari ini kita tidak memasang fondasi, sehingga hanya dapat membuat sebuah gubuk kecil, sebuah tenda kecil saja. Jika membangun gedung, maka akan roboh

- 21 -

dan tidak dapat berhasil. Ini menjelaskan bahwa mengapa belajar Mahayana di masa sekarang ini tidak dapat berhasil. Karena anda tidak memiliki fondasinya. Lalu harus belajar dengan cara bagaimana? Jika anda tidak menanam benih dari ajaran Hinayana, maka anda harus membuat fondasi melalui ajaran kitab 4 buku dan 5 kitab. Ini adalah prinsip yang sudah pasti. Meskipun kini usia kita telah tua, masa-masa usia sekolah telah berlalu, namun kita tetap harus menggunakan kitab-kitab ini untuk memupuknya kembali, maka kita baru memiliki kemungkinan untuk berhasil. Singkatnya, jika anda bukan orang berbakat, jika anda adalah orang dengan akar sifat rendah maka pasti harus bergerak secara perlahan-lahan sesuai jalurnya dari tingkat dangkal terdahulu baru kemudian tingkat dalam. Sama seperti sekolah, dari tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi. Jadi anda tidak dapat melompatinya. (kecuali orang yang berbakat) namun jumlah orang berbakat sangat sedikit, dari jutaan orang juga akan sulit menemukan 1 atau 2 orang. Jadi jika anda tidak bersekolah (belajar secara bertahap), bagaimana bisa? Ini mengindikasikan bahwa pada jaman sekarang ini buku-buku ajaran Buddha sangat mudah didapatkan. Boleh dikatakan hampir setiap orang pun dapat memperoleh satu set Tripitaka untuk dipajang di rumah. Bagi orang jaman dahulu, bermimpi pun tidak berani, mereka memperoleh satu kitab suci saja sungguh sangat sulit, lalu bagaimana mungkin dapat memperoleh keseluruhan kitab? Sedangkan kondisi sekarang ini adalah berkat kemajuan teknologi, di mana teknologi percetakan mengalami kemajuan, dan harganya yang relative murah hingga dapat dengan mudah mendapatkannya. Sekarang ini memang mudah mendapatkan kitab suci, namun dari segi pencapaian, kita tidak sebanding dengan orang masa lalu. Jadi harus direnungkan secara mendalam bahwa di manakah letak penyebabnya? Jika anda menemukan penyebabnya lalu mengatasi penyebabnya maka anda baru dapat maju. Oleh sebab itu, kita harus memilih sebuah metode ajaran. Kita ambil saja sebuah contoh yang sangat jelas dari berbagai mazhab di China. Mazhab Chan, atau Mazhab filosofis , mereka merupakan mazhab yang masuk (berlatih) melalui pintu Cerah. Pintu ajaran ini mengedepankan metode pencerahan langsung dan menemukan sifat sejati. Jadi di dalam aspek Pencerahan, Kebenaran dan Kesucian, mazhab ini masuk melalui pintu Pencerahan. Inilah yang dikedepankan oleh mazhab ini. Sedangkan targetnya, di mana Patriak 6 telah mengatakannya dengan sangat jelas dalam kitab Sutra Altar, bahwa fokus orang yang dibimbing dalam metode ajaran ini adalah tertuju pada jenis orang yang memiliki akar sifat (talenta) tingkat paling tinggi. Jika bukan jenis orang demikian, maka berlatih Chan sampai seumur hidup pun tidak akan mencapai pencerahan, dan orang yang tidak termasuk dalam jenis ini sungguh sudah terlalu banyak. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri apakah kita adalah jenis orang ini (jenis akar sifat tingkat paling tinggi)? Memang benar bahwa Chan itu sangat bagus. Bukan tidak bagus. Bagus sekali. Cuma saja noda batin dan kebiasaan (buruk) kita sudah terlalu berat. Menggunakan kekuatan meditasi pun tidak dapat menaklukkan noda batin kita. Dengan kata lain, jangankan meraih pencerahan besar, bahkan kemampuan masuk dalam Samadhi pun tidak sanggup anda capai. Pelatihan meditasi itu dimulai dari mencapai tahap konsentrasi terlebih dahulu. Kitab Suranggama Sutra mengatakannya dengan sangat baik, Keheningan menembus cahaya Keheningan adalah hasil dari kemampuan konsentrasi. Jika Kemampuan konsentrasi mencapai pada tahap tertentu, maka kebijaksanaan pun mucul, maka ajaran duniawi maupun yang di atas duniawi pun dapat ditembus (dipahami). Ada rekan praktisi yang datang untuk memberitahu kepada saya bahwa beliau sangat menggandrungi ajaran Buddha. Ajaran Buddha memang bagus, lalu semua

- 22 -

metode ajaran pun mau dipelajarinya. Berapa lama anda ingin mempelajari satu set kitab Tripitaka itu hingga dapat selesai? Dalam berbagai catatan kisah para sesepuh telah kita lihat bahwa Yang Arya Nagarjuna mempelajari kitab suci yang diwarisi sang Buddha Sakyamuni. Dalam keseluruhan kitab Tripitaka ini, beliau hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk memahaminya semua. Coba anda pikirkan, anda menggunakan waktu 3 tahun, 30 tahun, bahkan 300 tahun pun--tentu anda tidak dapat hidup hingga usia 300 tahun--sejujurnya, 300 tahun pun juga tidak dapat memahaminya. Di manakah letak sebabnya? Anda harus tahu bahwa siapa sebenarnya Nagarjuna itu. Beliau adalah Bodhisatva tingkat Bhumi Pertama di mana noda batin telah dihancurkannya, kebijaksanaannya telah timbul. Seperti yang dikatakan oleh mazhab Chan, telah menemukan sifat sejati, mencapai kesadaran tinggi . Jadi beliau membaca kitab Tripitaka ini hanya 3 bulan telah berhasil menembusnya, telah lulus. Sedangkan sekarang ini noda batin, kebiasaan (buruk), dan pikiran khayal kita berlapis-lapis jumlahnya. Benda-benda ini telah menghambat sifat sejati kita, menghambat kebijaksanaan yang dimiliki sifat sejati kita. Tidak perlu mengatakan Tripitaka ini, bahkan satu kitab sutra saja kita tidak sanggup menembusnya. Ini adalah hal yang sesungguhnya. Jadi harus mulai dari manakah berlatih Buddha dharma itu? Dalam 4 ikrar agung bodhisattva, sang Buddha telah memberitahu kita tentang tahap berlatih. Pertama harus membangkitkan tekad. Harus membangkitkan tekad agung. Yakni anda harus membangkitkan Tekad untuk membebaskan semua makhluk hidup yang jumlahnya tak terbatas. Tidaklah berguna jika hanya mengucapkannya setiap hari. Jadi harus membangkitkannya dari lubuk hati terdalam, saya ingin membantu semua makhluk hidup untuk terlepas dari penderitaan. Dengan tekad demikian, anda baru mau berlatih dengan tekun. Mengapa? Karena dengan tekad demikian maka semangat dan ketekunan anda bukan lagi demi diri sendiri. Jika demi diri sendiri, boleh saja malas sedikit, lebih cepat berhasil atau lebih lambat satu hari , tidak masalah bagi kita. Jika demi semua makhluk hidup, maka kita merasa harus berani dan tekun dengan pertimbangan bahwa jika saya satu hari lebih cepat berhasil maka para makhluk hidup akan satu hari lebih cepat terlepas dari penderitaan. Jadi betapa besar rasa tanggung jawab anda. Oleh sebab itu dikatakan bahwa Tekad agung merupakan langkah pertama. Jadi bila tidak membangkitkan tekad agung bagaimana bisa berhasil? Setelah membangkitkan tekad agung, kemudian dari manakah kita mempraktekkannya? Yakni dari menghancurkan noda batin. Bertekad menghancurkan noda batin yang tak terbatas. Jadi tahap pertama dalam berlatih Buddha dharma adalah membangkitkan tekad. Apakah saudara sekalian memiliki pikiran agung seperti ini?. Kemarin ada seseorang datang bertanya kepada saya bahwa seorang Bhiksu pada saat menerima Sila, di atas kepalanya ditindik dengan dupa. Orang ini tidak mengerti, dia menyebutnya parut Sila, dia mengatakan ,saat kalian (bhiksu) menerima Sila, ada yang menerima 3 buah Sila, ada yang menerima 9 buah Sila. Perkataan ini tentu merupakan kata-kata dari orang yang tidak mengerti. Apakah maksudnya itu? Ini tidak ada hubungannya dengan Penerimaan Sila. Ini disebut RanXiang (Menyalakan dupa). Para perumah tangga ada yang menindikkan dupa di atas telapak tangan. Para bhiksu/ni menindiknya di atas kepala. Apakah maksud dari perbuatan ini? Ini merupakan salah satu bentuk tekad dari 4 tekad agung, yaitu Tekad untuk membebaskan semua makhluk hidup yang jumlahnya tak terbatas. Artinya adalah bahwa saya membangkitkan tekad ini, maka saya dapat mengorbankan diri sendiri demi orang lain, membakar diri sendiri demi menerangi orang lain. Jadi demikianlah makna dari praktek seperti ini. Jadi bila melihat saya menindikkan dupa,

- 23 -

itu mengartikan bahwa saya telah membangkitkan tekad itu. Saya boleh mengorbankan nyawa demi semua makhluk hidup tanpa pamrih. Tekad demikianlah yang dibangkitkan. Pada jaman sekarang, fenomena menindikkan dupa berkembang sangat luas, tapi apakah ada pikiran membangkitkan tekad agung? Mengapa dia menindikkannya? Anggapan mereka bahwa menindikkan dupa untuk memberi persembahan kepada Buddha, maka Buddha akan bergembira. Saya rasa tidak, Buddha pasti lebih senang terhadap orang yang tubuhnya sehat sempurna. Jika melihat di atas kepala orang ditindik begitu banyak parut, aduh..saya melihatnya saja merasa tidak senang. Telapak tangan yang normal malah ditindik begitu banyak parut, betapa tidak sedap dipandang. Jadi bagaimana Buddha bisa be