Cara Bercocok
description
Transcript of Cara Bercocok
C A R A B E R C O C O K T A N A M
Tanaman lidah buaya berbatang pendek dan tersembunyi dalam tanah. Pada
bagian batang inilah muncul anakan yang bergerombol mengelilingi tanaman induk. Anakan
ini dapat digunakan sebagai bibit dengan cara memisahkan induknya. Anakan yang layak
dijadikan bibit berukuran kira-kira sebesar ibu jari, dengan panjang antara 10 cm – 20 cm.
Tiap batang induk dapat menghasilkan 5 – 8 batang yang berada di sekeliling tanaman.
Untuk penanaman dalam jumlah banyak, perlu dilakukan penyiapan kebun bibit yang
khusus menghasilkan bibit.
Tanaman induk penghasil bibit ini dipelihara secara khusus pada bedengan atau
pot-pot agar menghasilkan anakan lebih banyak. Apabila sudah muncul anakan sebesar ibu
jari dapat segera dipotong untuk dipindahkan pada tempat khusus, berupa bedengan
pesemaian maupun polybag. Pendederan (pembibitan) ini dilakukan sampai akar tanaman
kuat untuk dipindahkan ke lapangan. Lama pendederan bisa mencapai 3 – 4 minggu.
Untuk mendapatkan bibit yang seragam, subur, dan sehat maka anakan harus
dipelihara secara khusus, mulai dari penyiraman secara teratur, penyediaan tanah pesemian
yang subur, pemupukan secara periodik, serta pengendalian hama dan penyakit secara
tepat, agar bibit tidak menjadi penular hama dan penyakit. Tanah pendederan dapat
dicampur dengan pupuk kandang atau kompos agar lebih subur dan gembur. Bedengan
yang bertanah gembur akan memudahkan pencabutan bibit.
Batang lidah buaya juga dapat disetek untuk perbanyakan. Namun karena
berbatang pendek, sulit menjadikannya dalam jumlah banyak. Peremajaan tanaman
dilakukan dengan memangkas batang lidah buaya, rata dengan tanah, untuk merangsang
pertumbuhan anakan baru yang akan muncul disekitar batang. Selanjutnya, anakan
dijadikan tanaman baru atau dipindahkan.
Sebelum ditanam, anakan ini ditanam dalam polybag kecil agar akarnya tumbuh
banyak dan siap dipindahkan ke lapangan. Setiap polybag cukup di tanami 1 batang anakan
sebesar ibu jari. Caranya, padatkan tanah di sekitar polybag agar akar atau bakal akar dapat
langsung mengenai tanah.
Tanah untuk pembibitan harus gembur. Oleh karena itu, tanah dapat dicampur
dengan pupuk kandang atau pupuk kompos yang bebas cendawa.
JARAK TANAM
Tanaman lidah buaya tidak mempunyai tajuk yang rimbun, sehingga
penanamannya dapat menggunakan jarak tanam yang rapat. Jarak tanam yang sering
digunakan adalah jarak tanam baris tunggal, yang memudahkan pemeliharaan dan
pemanenan.
Jarak tanam yang digunakan secara secara baris tunggal adalah 50 cm x 75 cm, 50
cm x 100 cm. Untuk bedengan lebar dapat digunakan jarak tanam 60 cm x 50 cm, atau
seperti gambar berikut. Pengukuran jarak tanam yang baik akan memudahkan
pemeliharaan selanjutnya, karena tanaman lidah buaya ini akan dipelihara dalam waktu
yang lama.
PENANAMAN
Penanaman lidah buaya sebaiknya menggunakan bibit yang telah dideder agar
tingkat kematiannya rendah. Di samping itu, pemeliharaan tanaman dalam skala kecil (pada
tempat pendederan) jauh lebih mudah dibanding pemeliharaan tanaman yang sudah
ditanam di lapang. Oleh karena itu, ditempat pendederan tanaman dipelihara secara lebih
intensif guna mendapatkan tanaman yang sehat, subur, dam terseleksi, sehingga tanaman
seragam.
Tanaman lidah buaya dapat ditanam pada setiap musim, tetapi penanaman yang
baik dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Pada musim hujan
kendalanya adalah tanaman lebih mudah terserang jamur, sedangkan pada musim kering
tanaman terancam mati karena kekeringan. Saat penanaman sebaiknya dipilih pada pagi
atau sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik untuk mengurangi kelayuan.
Bibit tanaman dilepas dari polybag dengan sangat hati-hati agar tidak terlalu
banyak akar yang putus atau tanah tempat pendederan rontok. Penanaman dilakukan
dengan membuat lubang pada bedengan kira-kira sedalam mata cangkul. Selanjutnya, bibit
ditanamkan ke dalam lubang dan tanah di sekitar perakaran dipadatkan agar tanah dederan
menyatu dengan tanah bedengan. Beri perlindungan secara individual pada setiap tanaman
yang baru ditanam dengan gedebok pisang atau daun-daun an agar tanaman muda
terhindar dari kelayuan. Di samping itu, apabila tidak ada hujan, tanaman baru harus
disiram sampai tanaman kuat. Pada waktu itu tanaman dapat dipupuk dengan dosis rendah,
untuk tiap hektar diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCI.
PEMELIHARAAN
Penyulaman
Sesudah penanaman, yang perlu untuk diperhatikan adalah menjaga kelembapan
agar tanaman tidak kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyiraman secara
kontinu, baik pagi maupun sore hari bila tidak hujan. Penyiraman ini dilakukan sampai akar
tanaman tumbuh, sehingga mampu memenuhi kebutuhan airnya.
Selama dalam pemeliharaan ini apabila ada tanaman yang mati atau
pertumbuhannya tidak baik harus segera diganti dengan tanaman baru. Agar tanaman baru
tersebut dapat mengejar pertumbuhan tanaman lainnya maka penyulaman harus dilakukan
1 – 3 minggu setelah tanam. Bibit yang digunakan untuk menyulam berasal dari bibit
pendederan yang sengaja ditinggalkan untuk penyuluman.
Pemupukan
Sebenarnya belum ada rekomendasi yang tepat untuk pemupukan tanaman lidah
buaya. Namun dalam pertumbuhannya diperlukan unsur-unsur nitrogen dan kalium untuk
pembentukan zat hijau daun, pertumbuhan vegetatif tanaman, dan pembentukan jaringan
tanaman. Adapun pemupukan fosfat, diharapkan dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar. Menurut pengalaman petani, dosis pemupukan dapat mengikuti
petunjuk berikut.
Untuk memperbaiki struktur tanah, selain diberikan pupuk buatan juga perlu
diberikan pupuk organik, seperti kompos dan pupuk kandang berupa kotoran sapi, kambing,
dan ternak unggas. Menurut pengalaman para petani, ternyata pupuk kotoran sapi lebih
baik, karena banyak mengandung unsur hara, terutama nitrogen dan unsur mikro lainnya.
Di samping itu, kotoran sapi yang telah matang tidak merangsang pertumbuhan jamur.
Sementara itu, pupuk kotoran unggas sering mengundang penyakit yang bersal jamur.
Pembumbunan
Pada umur 3 bulan tanaman sudah mulai tumbuh subur. Agar tanaman sudah
mulai menjalar ke sekitar bedengan. Untuk mendekatkan makanan, menggemburkan tanah,
dan memperkokoh berdirinya tanaman, tanaman perlu dibumbun dengan cara menaikkan
tanah di sekitarnya dan dipadatkan ke sekitar batang tanaman.
Pembumbunan biasanya juga diiringi dengan kegiatan pengendalian gulma dan
pemupukan susulan. Pada waktu pembumbunan ini sekaligus juga dilaksanakan
penyobekan tanaman yang sudah menghasilkan anakan. Tanaman yang memiliki terlalu
banyak anak pertumbuhannya akan terhambat. Di samping itu, penyobekan juga berguna
untuk memperoleh anakan yang akan digunakan sebagai bibit.
Penyobekan
Pada umur 5 – 6 bulan tanaman sudah mulai mengeluarkan anakan dari batang
yang terpendam dalam tanah. Anakan ini perlu disobek atau dipisahkan untuk dijadikan
bibit. Selain itu, bila dibiarkan anakan ini akan banyak tumbuh di sekitar induknya sehingga
menjadi beban bagi induknya. Pertumbuhan induk menjadi terhambat, dan tanaman kerdil.
Bila akan dijadikan bibit, saat inilah kita mulai memisahkan anakan untuk kemudian
dideder. Penyobekan atau pemisahaan anakan dari anakan induk ini dilakukan dengan hati-
hati menggunakan pisau yang tajam.
Pengendalian Gulma
Tanaman lidah buaya tidak memiliki daun yang rimbun sehingga tanah di sekitar
pertanaman terbuka. Hal ini mengundang banyak yang tumbuh secara liar, apalagi tanaman
akan dipelihara terus sampai beberapa tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
gulma secara kontinu, yaitu pada saat gulma nasih kecil pengendaliannya mudah dan
biayanya lebih murah. Pengendaliaan gulma dapat dilakukan dengan dilakukan dengan cara
mencabut secara manual dengan tangan, menggunakan alat cangkul atau koret, mendangir
sambil membumbun, atau menggunakan bahan kimia herbisida.
Beberapa jenis gulma yang merugikan adalah alang-alang (Imperata cylindrica) ,
rumput gerinting (Cynodon dactylon), rumput teki (Cyperus rotundus), krokot (Portuaca
spp.), kangkung (Ipomorea sp.), dan lain-lain. Di daerah yang mempunyai curah hujan
tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun pertumbuhan gulmanya relatif tinggi. Selain itu,
penggunaan pupuk kandang, terutama penggunaan pupuk kandang, terutama kotoran sapi,
juga sering menjadi pembawa bibit rumput. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandang
harus menggunakan pupuk yang sudah masak betul (sudah lapuk) sehingga bibit gulma
yang ada sudah mati.
Selain menjadi saingan dalam perolehan makanan dan sinar matahari bagi tanaman
utama, gulma juga sering menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit.
PANEN
Tanaman lidah buaya dimanfaatkan getah lendirnya atau gel daun yang telah
mengental. Oleh karena itu, pemungutan hasil dilakukan setelah produksi gelnya tinggi. Hal
ini ditandai dengan ukuran pelepah daun yang besar, ketebalan pelepah daun sudah
maksimal, dan daun berwarna hijau tetapi tidak tua. Bila daun telah tua kandungan gelnya
berkurang.
Panen pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 – 10 bulan, dan
ketebalan daun kira-kira 40 cm – 50 cm, dengan berat 300 g – 600 g. Hal ini tergantung
kepada kesuburan tanaman dan media penanamnya. Apabila ditanam dalam pot, berat
daun ± hanya 1 ons – 2 ons per batang. Panen dapat dilakukan secara berkala 1 – 2 minggu
sekali dengan cara memotong pangkal daun yang dimulai dari pelepah daun bagian bawah,
karena daun bagian bawah ini bila dibiarkan terlalu lama akan meyentuh tanah sehingga
membusuk.
Tiap pelepah dapat mencapai 300 g – 600 g berat basah, sedangkan populasi
tanaman per ha dapat mencapai 40.000 – 60.000 tanaman. Dengan demikian, 1 ha tanah
dapat menghasilkan 12 ton – 36 ton berat basah. Di Pontianak harga lidah buaya yang
masih bekulit Rp 300,00 per kg dan biasanya dijual dalam bentuk cendol lidah buaya untuk
konsumsi. Lidah buaya yang sudah dikupas dan berupa gel siap dikonsumsi dijual dengan
harga Rp 1.200,000 per kg