Cara Belajar
description
Transcript of Cara Belajar
Cara Belajar, Motivasi Belajar, Strategi Belajar, Gaya Belajar, dan Sumber
Belajar Selama di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Cara belajar
Sebelum memulai untuk belajar saya selalu mengawali dengan berdoa karena
saya sadar semua takdir hidup kita hanyalah Allah swt. yang maha mengetahui.
Sekuat apa pun berusaha untuk merubah hidup kita, tetapi tetap Allah swt. yang
menentukan segalanya.
Selama belajar saya terkadang mencatat apa yang saya baca. Dalam hal ini
saya tidak mencatat semua apa yang saya baca, tapi hanyalah meringkas bahan
bacaan yang saya anggap penting untuk dipelajari kembali nantinya. Dengan begitu
materi yang saya pelajari akan cepat masuk kedalam otak dan akan sulit untuk
dilupakan.
Setiap kali saya belajar, misalnya di sekolah belajar kimia sekitar 2 jam
pelajaran, maka setiba di rumah pasti saya sudah lupa lagi. Lupa dalam hal ini tidak
lupa semuanya, tapi inti ataupun pokok- pokok dari apa yang saya pelajari
sebelumnya di sekolah akan terlupakan sebagian. Olehnya itu biar saya tidak lupa
saya selalu mengulang kembali di rumah pelajaran yang ada di sekolah. Jadi, pas
ulangan harian atau ulangan semester belajarnya tidak perlu memakai sistem belajar
semalam, tapi sudah dicicil sebelum-sebelumnya. Kemudian kalau pelajarannya
memerlukan hitungan tidak mungkin hanya mengandalkan yang namanya menghafal.
Jadi saya juga banyak mengerjakan dengan soal-soal latihan. Nanti ketika tiba
saatnya ulangan, maka saya tidak kaget lagi karena saya sudah terbiasa mengerjakan
soal tersebut meskipun tidak sama persis dengan soal yang dihadapi ketika ulangan
itu berlangsung.
Saya adalah tipe orang yang menyukai ketenangan untuk belajar, tapi kalau
untuk pelajaran yang memerlukan perhitungan saya selalu belajar bersama dengan
teman yang saya anggap sebagai orang yang lebih tahu dari pada saya tentang
pelajaran yang dimaksud. Terkhusus untuk pelajaran yang memerlukan penghafalan
dan pemahaman saya lebih memilih untuk belajar sendiri di tempat yang tenang.
Tempat tenang yang saya maksud adalah kamar saya sendiri. Saya menganggapnya
demikian karena tempat tinggal saya ketika itu (rumah kos) sebagian besar dihuni
oleh para pelajar sama seperti saya. Jadi malamnya itu suasanya cukup tenang untuk
belajar dan yang mempunyai tempat itu juga mengerti bahwa untuk belajar itu harus
memerlukan ketenangan. Jadi, itu juga sangat membantu bukan hanya saya tapi
teman-teman yang lain.
Ketika di SMA ada beberapa pelajaran-pelajaran yang tidak saya kurang
mengerti ataupun tidak saya mengerti sama sekali. Oleh karen itu saya selalu
membiasakan diri untuk bertanya kepada orang-orang yang saya anggap lebih
mengerti, entah itu guru ataupun teman sekolah. Sering juga saya bertanya kepada
adik-adik kelas saat itu. Saya bertanya kepada mereka karena mereka sedang
mempelajarinya. Jadi, sangat mudah bagi saya memperoleh informasi. Dari itu saya
banyak mendapat penjelasan-penjelasan yang lebih mudah untuk dimengerti.
Waktu SMA jujur saya adalah orang yang suka menunda pekerjaan. Misalnya
saya sering menunda untuk melakukan ibadah, menunda tugas rumah, bahkan makan
pun saya sering lupa karena kebiasaan menunda tersebut. Walaupun terbiasa
menunda pekerjaan, tapi yang namanya tugas dari sekolah pasti bisa terselesaikan.
Hanya saja ketika itu akibat dari kebiasaan buruk tersebut penyakit lambung saya
sering kambuh sehingga sering sakit. Pernah saya sakit sampai apa yang saya makan
pasti dimuntahkan kembali. Dari peristiwa itu sampai sekarang saya sudah tidak
berani lagi untuk menunda waktu makan.
Dari cara belajar saya selama sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) hal
yang paling penting dalam belajar adalah selalu berkonsentrasi. Konsentrasi sangat
dibutuhkan karena dengan berkosentrasi saya bisa memfokuskan terhadap apa yang
saya pelajari. Percuma saja apabila cara belajar saya baik tetapi konsentrasi misalnya
dengan pikiran yang berjalan-jalan, maka tentu materi yang saya pelajari tidak masuk
ke otak.
Motivasi Belajar
Ketika saya duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) salah satu yang menjadi
motivasi bagi diri untuk selalu belajar adalah cita-cita. Cita-cita saya untuk ”menjadi
seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan saya untuk selalu
belajar dengan tekun belajar. Karena saya berpikir bahwa sebagai siswa ketika itu
saya harus tekun belajar agar cita-cita itu tercapai. Cita- cita itu akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik saya. Sebab jika cita-cita itu tercapai,
kelak akan mewujudkan aktualisasi diri saya.
Kemampuan belajar menjadi motivasi saya selanjutnya. Dimana saya
melihat bahwa kemampuan belajar saya tidak jauh berbeda dengan orang-orang di
atas saya. Sehingga hal itu menjadi dorongan bagi saya untuk terus berusaha dan
terus belajar untuk melampaui mereka. Walaupun pada akhirnya saya tidak bisa
melampaui mereka paling tidak hampir sedikt lagi akan menyamai mereka.
Selain hal di atas yang menjadi motivasi belajar saya selama di SMA. Ada
satu hal lagi yang menjadi motivasi bagi diri saya, yaitu kondisi lingkungan. Baik itu
kondisi lingkungan kelas dan keluarga. Kondisi lingkungan kelas menumbuhkan
motivasi saya karena terlihat bahwa terjadi persaingan antar siswa satu sama lain.
Sehingga siapa pun tidak terkecuali saya termotivasi untuk selalu belajar. Hal yang
paling memotivasi saya dalam belajar adalah keluarga terutama orang tua. Karena
beliau-beliau lah yang selalu membuat saya bersemangat untuk belajar dan saya
selalu mimikirkan mereka ketika saya belajar. Apabila prestasi saya kurang dari
harapan mereka, selalu saya diberikan nasihat-nasihat. Dari nasihat-nasihat
merekalah membuat motivasi belajar saya semakin besar.
Strategi Belajar
Awal menjadi siswa di SMA strategi belajar yang saya lakukan adalah
banyak bergaul dengan kakak-kakak kelas. Saya banyak belajar dari mereka tentang
pelajaran sekolah. Dari situ saya banyak mengambil bahan-bahan pelajaran ataupun
contoh tugas-tugas yang belum tentu ada sama teman-teman setingkat saya.
Sehingga saya merasa selangkah lebih maju dari pada teman saya yang lain. Melalui
bahan ataupun contoh tugas yang saya peroleh, dapat membuat pengetahuan saya ke
depannya menjadi lebih berkembang. Setelah cukup lama menjadi siswa, saya
banyak konsultasi dengan guru mata pelajaran yang saya kurang mengerti. Banyak
hal yang saya dapat antara lain penjelasan-penjelasan yang tidak diterangkan di kelas
dan saya merasa lebih akrab dengan guru.
Mengulang-ngulangi pelajaran adalah strategi saya dalam belajar selanjutnya.
Karena dengan mengulangi apa yang saya pelajari dapat membuat pelajaran bertahan
lebih lama di memori otak saya. Selain itu saya juga sering bertanya kepada guru
tentang materi yang akan dibawakan selanjutnya. Hal ini memberikan kesempatan
kepada saya untuk mempelajari materi sampai guru mengajarkannya. Sehingga saya
sudah siap untuk materi itu.
Menciptakan minat terhadap pelajaran juga merupakan strategi belajar saya
ketika di SMA dulu. Hal ini saya lakukan agar pada saat menerima pelajaran atau
sedang belajar akan dengan mudah pelajaran itu masuk. Karena saya telah
beranggapan positif terhadap pelajaran. Dengan minat itu pula akan menciptakan
emosi yang positif terhadap pikiran saya.
Gaya Belajar
Tidak jauh berbeda selama saya di SD ataupun di SMP, saya adalah orang
yng lebih suka gaya belajar melihat serta mendengar. Apabila guru sedang
menerangkan tentang pelajaran di depan kelas , diawal-awal pasti saya akan
memperhatikan dengan seksama apa yang diterangkan oleh guru sambil sesekali
menuliskan ke dalam buku catatan beberapa hal yang penting untuk bahan pelajaran
saya nantinya. Namun, apabila guru telah lama menerangkan pelajaran maka saat itu
juga perhatian kepada guru hanya sekedar mendengarkan saja apa yang guru
sampaikan. Jika apa yang guru sampaikan ada di dalam buku maka saya akan
membaca saja selama di kelas sambil mendengarkan penyampaian materi oleh guru.
Karena saya lebih senang dengan gaya belajar tersebut, maka teori dalam
pelajaran akan lebih gampang masuk dan gampang untuk tersimpan di dalam memori
otak. Walaupun kelihatannya cukup rumit, tapi saya merasa dengan gaya belajar
seperti ini saya mendapakat nilai yang cukup lumayan.
Sumber Belajar
Waktu sekolah di SMA, saya banyak mendapatkan sumber-sumber untuk
belajar. Yang pertama adalah bahan ajar yang diberikan oleh guru baik secara lisan
maupun tulisan. Karena dari hal itu saya banyak mengambil pelajaran baik yang
sifatya akademik maupun yang bersifat non-akademik.
Selanjutnya yang kedua adalah melalui cerita rakyat. Saya menjadikannya
sebagai sumber belajar saya karena melalui cerita rakyat saya banyak belajar tentang
nilai-nilai moral atau kemanusiaan di dalamnya. Kemudian film juga menjadi bahan
pembelajaran bagi saya karena sama halnya dengan cerita rakyat yang banyak
mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai seorang siswa, yang menjadi sumber untuk belajar selanjutnya adalah
buku. Tentu buku sangat penting bagi saya sebagai sumber pembelajaran. Di dalam
buku banyak sekali informasi yang membantu saya dalam proses belajar mengajar.
Buku yang menjadi sumber belajar dapat dengan mudah saya dapatkan. Selain
dengan membeli di toko buku saya juga meminjam kepada teman ataupun
meminjamnya di perpustakaan sekolah.
Seiring dengan perkembangannya jaman, maka sumber belajar saya
pun ikut terpengaruh. Salah satunya saya menjadikan internet sebagai sumber
belajar. Dengan internet saya banyak mendapatkan banyak informasi yang
dapat membantu saya dalam belajar. Tidak hanya di Indonesia, tapi saya juga
dapat mengakses informasi yang ada di luar negeri yang cukup
menunjang prestasi saya dalam hal belajar.
Cara Belajar, Motivasi Belajar, Strategi Belajar, Gaya Belajar, dan Sumber
Belajar Setelah Matrikulasi 2014
Cara Belajar
Bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok
ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas,
waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya. Tentukan
sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain
mendikte kamu apa yang penting.
Kerjakan dulu mana yang penting. Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang
telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan
perhatianmu dari tujuanmu.
Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win"
lagi). "Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan
"competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar
bersama dan banyak memberikan masukkan /ide baru dalam mengerjakan tugas,
anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu
terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu. Ketika kamu ingin
membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya
mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk
mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut.
Cari solusi yang lebih baik. Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan
pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya.
Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok
belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan. Dengan cara ini, belajar
akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang.
Materi diadaptasi dari:
Landsberger, Joe. Effective Habits for Effective Study
Melihat dari cara belajar yang tertulis di atas, maka akan menjadi bahan bagi
saya agar bisa merubah cara belajar saya selama ini yang kurang begitu efektif.
Dengan begitu prestasi-prestasi saya kedepannya akan lebih baik lagi.
Motivasi Belajar
Dalam membicarakan soal jenis-jenis motivasi, hanya akan dibahas dari dua
sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi saya selaku
mahasiswa (motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri saya
(motivasi ektrinsik).
1. Motivasi Intrinsik
Gage dan Berline (dalam Elida Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa
mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik aktifitasnya lebih baik dalam belajar dari
pada mahasiswa yang termotivasi secara ektrinsik. mahasiswa yang memiliki
motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar.
mahasiswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan
masalah pelajaran dengan benar, atau dapat mengerjakan tugas perkuliahan secara
baik. Belajar di kelas, kelompok. Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas menjadi
tantangan dan tanpa paksaan ia mau melakukannya.
Oleh karena saya termotivasi dari dalam diri saya sendiri maka akan muncul
tujuan saya yang sebenarnya. Tujuan yang saya inginkan dalam belajar, tanpa adanya
pengaruh dari luar seperti dari dosen, orang tua, maupun lingkungan masyarakat.
2. Motivasi Ektrinsik
Motivasi belajar dikatakan ektrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan
belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 151).
Mahasiswa belajar karena hendak mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,
kehormatan, pujian, disegani, dan sebagainya.
Motivasi ektrinsik bukan berarti motivasi yang saya tidak diperlukan dan tidak
baik dalam pendidikan. Motivasi ektrinsik diperlukan agar saya sebagai mahasiswa
mau belajar. Saya berpikir bahwa di dalam kelas banyak sekali mahasiswa yang
dorongan belajarnya memerlukan motivasi ektrinsik. Mereka memerlukan perhatian
dan pengarahan yang khusus dari dosen tidak terkecuali saya. Namun, untuk hal ini
tentunya motivasi ektrinsik tidak lagi menjadi prioritas saya sebagai mahasiswa. Saya
harus membangkitkan semangat belajar dari dalam diri sendiri untuk mencapai
kesuksesan di perguruan tinggi.
Strategi Belajar
Menurut hasil penelitian Biggs (1991), strategi belajar dapat dikelompokkan
ke dalam 3 protopie (bentuk dasar), yakni:
Strategi surface (permukaan atau bersifat lahiriah)
Strategi deep (mendalam)
Strategi achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Mahasiswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar
karena dorongan dari luar, (ekstresik) takut tidak lulus karena takut malu. Untuk itu
gaya belajarnya santai asal hafal dan tidak mementingkan pengalaman yang
mendalam.
Sebaliknya mahasiswa yang menggunakan Deep biasanya mempelajari
materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsic). Gaya
belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta
memikirkan cara mengaplikasikannya.
Sementara itu, mahasiswa yang menggunakan pendekatan achieving pada
umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-
enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan
dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih
serius daripada yang menggunakan pendekatan lainnya.
Sebagai seorang mahasiswa, maka strategi belajar yang cocok untuk
diterapkan adalah strategi Deep dan strategi Hachieving. Kedua strategi ini sangat
baik untuk saya terapkan pada masa perkuliahan nanti. Akan lebih bagus lagi jika
kedua strategi belajar ini dikombinasikan satu sama lain. Strategi belajar ini
membuat saya akan lebih mudah memahami apa yang diterangkan oleh para
pendidik. Strategi-strategi ini sangat ekektif dan efisien digunakan, karena akan
mendorong saya untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan strategi
belajar Surface sangat tidak cocok untuk digunakan. karena sebagai seorang
mahasiswa kedokteran tidak cukup jika hanya mempelajari sesuatu hal tanpa
memperdalamnya. Apa lagi mata kuliah yang akan dihadapi nantinya sangat
berhubungan erat antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain.
Gaya Belajar
Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar
berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi
(perceptual modality).
1. Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar
mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang
khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya
atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga
memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki
kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara,
keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
2. Auditori (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran
untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini
benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini
adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki
kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang
tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan
memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi
tanpa harus membaca penjelasannya.
Berdasarkan penjelasan dari ketiga gaya belajar di atas , maka saya memilih
untuk mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Saya berfikir bahwa jika saya
tetap mengikuti gaya belajar saya sewaktu masih menjadi siswa di SMA, maka saya
tidak akan memiliki kemajuan yang berarti. Oleh karena itu saya harus merubah itu.
Seorang mahasiswa kedokteran dituntut harus lebih aktif mengembangkan gaya
belajarnya. Karena materi perkuliahan yang cukup padat, maka gaya belajar yang
tepat akan menentukan keberhasilan saya ke depannya. Saya berharap dengan gaya
belajar yang baru ini, pemahaman tentang belajar saya akan lebih baik lagi dari yang
sebelumnya.
Sumber Belajar
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran dimana fakultas menerapkan metode
pembelajaran PBL (Problem Based Learning), sumber pembelajaran bagi mahasiswa
menjadi sangat penting. Sumber pembelajaran bagi mahasiswa yaitu literatur.
Ketersediaan fasilitas pustaka berupa buku, artikel, jurnal, yang semuanya digunakan
sebagai sumber belajar. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Davis dan
Harden bahwa salah satu karakteristik PBL (Problem Based Learning) adalah
mahasiswa diberi akses jangkauan sumber belajar dan dipandu dalam mencari
sumber yang tepat untuk belajar secara mandiri. Harsono juga menyebutkan bahwa
salah satu yang diperlukan dalam pelaksanaan PBL adalah ketersediaan literatur
sebagai referensi. Referensi dapat berupa buku, jurnal, artikel dan lain-lain.
Sumber belajar selanjutnya adalah internet. Harsono menyebutkan bahwa
internet merupakan salah satu jenis referensi yang dapat digunakan dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Internet menjadi sangat bermanfaat
karena mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi tak terbatas dari internet.
Internet dapat di akses diberbagai tempat dan informasi yang didapatkan bersifat up
to date. Internet bermanfaat sebagai sumber belajar mahasiswa dalam pelaksanaan
pembelajaran PBL (Problem Basead Learning).
Selain itu yang turut andil sebagai sumber belajar bagi mahasiswa adalah
dosen .Dosen memiliki peran dalam terlaksananya sistem PBL (Problem Based
Learning). Peran dosen dalam PBL tidak lagi hanya sebagai seorang pengajar namun
juga berperan sebagai fasilitator atau tutor dalam diskusi tutorial. Tutor berfungsi
sebagai fasilitator dalam pembelajaran PBL. Terdapat beberapa fungsi utama tutor
yaitu menjaga agar proses belajar tetap berjalan, memancing mahasiswa belajar
secara mendalam, memastikan semua mahasiswa terlibat dalam proses belajar,
memantau kemajuan belajar dari tiap-tiap anggota kelompok, dan memberi tahu hal
yang mampu mendorong mahasiswa dalam menggali kasusnya. Tutor juga berfungsi
untuk menstimulasi elaborasi, menstimulasi integrasi pengetahuan mahasiswa,
menstimulasi interaksi antar mahasiswa dengan
menanyakan beberapa pertanyaan, klarifikasi, atau aplikasi pengetahuan.
Namun demikian, perlu digaris bawahi bahwa tutor tidak diperkenankan memberi
tahu secara langsung ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena pada
prinsipnya fungsi tutor adalah sebagai fasilitator proses belajar sehingga
tercipta proses belajar yang aktif dan dinamis.
Oleh karena itu saya sebagai mahasiswa harus bersikap aktif untuk
mendapatkan informasi atau bahan pembelajaran dari semua sumber belajar tersebut.
Hal itu sangat wajib saya lakukukan karena akan sangat mempengaruhi dari nilai
atupun pengetahuan saya ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Verdika, S. dkk, April 2009,“Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FK
UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan
kontekstual dalam PBL”. Vol.4, No.1. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi
Kesehatan Indonesia.