Candi Borobudur

9
1. Candi Borobudur Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur , Magelang , Jawa Tengah , Indonesia . Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang , 86 km di sebelah barat Surakarta , dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta . Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra . Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha . [1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. [2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga

description

JBJB

Transcript of Candi Borobudur

1. Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86km di sebelah barat Surakarta, dan 40km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kmadhtu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[3] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftarSitus Warisan Dunia2. Prasasti Ciaruteun

PenemuanPrasasti Ciaruteun pertama kali dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Weten-schappen (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1863. Lokasi ditemukannya Prasasti Ciaruteun ini merupakan suatu bukit yang diapitoleh tiga sungai: Sungai Cisadane, Sungai Cianten, dan Sungai Ciaruteun.PrasastiCiaruteun sekarang berada di desa Ciaruteun Hilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Tersimpan dibawah sebuah naungan yang dibuat oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1981. Rupanya akibat banjir besar pada tahun 1893 batu prasasti ini ikut terhanyut beberapameter ke hilir dan celakanya bagian yang bertulisan posisinya berada di bawah. Tahun 1903 prasasti ini berhasil dipindahkan lagi ke tempatnya semula. Lalu pada tahun 1981 agar tidak terulang lagi terseret banjir Prasati Ciaruten ditempatkan di lokasinya sekarang.PrasastiCiaruteun berupa batu gelondong besar berukuran variasi panjang lebar tinggi sekitar 150 cm. Beratnya mencapai 8 ton. Batu Prasasti Ciaruteun bergores aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari empat baris; bunyinya:vikkrantasyavanipatehshrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam

3. Prasasti BatuTulis

PrasastiBatutulisterletak di Jalan Batutulis,Kelurahan Batutulis,Kecamatan Bogor Selatan,Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kotaPajajarandan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1]BatuPrasastidan benda-benda lain peninggalanKerajaan Sundaterdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalambahasadanaksara Sunda Kuno.ISI PRASASTI-Wangna pun ini sakakala,prebu ratu purane pun,-diwastu diya wingaran prebu guru dewata prana -di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata-pun ya nu nyusuk na pakwan- diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala niskala waktu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang -ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng) yg talaga rena mahawija, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi

4. Candi Cangkuang

CandiCangkuangadalah sebuahcandiHinduyang terdapat diKampung Pulo, wilayah Cangkuang, KecamatanLeles,Garut,Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan diTatar Sundaserta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.CandiCangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengahdanau Cangkuangpada koordinat 10654'36,79" Bujur Timur dan 706'09" Lintang Selatan. Di Wikimapia[1]. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.Lokasidanau Cangkuang ini topografinya terdapat pada satu lembah yang subur kira-kira 600-an m l.b.l. yang dikelilingi pegunungan:Gunung Haruman(1.218 m l.b.l.) di sebelah timur - utara, Pasir Kadaleman (681 m l.b.l.) di timur selatan, Pasir Gadung (1.841 m l.b.l.) di sebelah selatan,Gunung Guntur(2.849 m l.b.l.) di sebelah barat-selatan, Gunung Malang (1.329 m l.b.l.) di sebelah barat, Gunung Mandalawangi di sebelah barat-utara, serta Gunung Kaledong (1.249 m l.b.l.) di sebelah utara.

5. Arca Rorojongrang

Menurutlegenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Tapi sebenarnya, Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebagai strategi menolak pinangan tersebut, Roro Jonggrang mengeluarkan syarat agar dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso pun menyanggupinya.Sebelummelaksanakan pekerjaannya, dia bersemedi untuk mendapat kekuatan dan bantuan dari para jin. Menjelang petang, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan, dan menjelang matahari terbit, pembangunan itu hampir selesai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegah kerja tersebut. Roro Jonggrang kemudian memanggil semua putri desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan hari menjelang fajar. Jin-jin yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya. Setelah dihitung, ternyata pekerjaan yang tersisa hanyalah sebuah arca saja yang tinggal 1 yang belum di selesaikannyaBandungBondowoso pun mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Dengan perasaan marah dan kecewa, ia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi Roro Jonggrang tetap bersikukuh minta digenapi menjadi 1000 candi. Hal ini menimbulkan kemarahan Bandung Bondowoso. "Kurang satu, tambahnya engkau sendiri". Setelah Bandung Bondowoso mengeluarkan kata-kata itu, Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang belum terselesaikan. Dan arca ini bisa kita lihat di bilik sebelah utara candi utama.

6. Rumah Joglo

Jogloadalah rumah adat masyarakat Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu:1.Pendapa 2.Pringgitan3.Dalem4. Sentong 5.Gandok tengen 6. Gandok kiwo Bagianpendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya.Seperti acara pagelaran wayang kulit,tari,gamelan dan yang lain.Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai BagianDalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi.tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru,soko pengerek,tumpang sari.BagianPringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem.Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok.Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu.Jenis Joglo1.Joglo Limasan Lawakan2.Joglo Sinom3.Joglo Jompongan 4.Joglo Pangrawit5.Joglo Mangkurat 6.Joglo Hageng 7.Joglo Tinandhu7. Rumah Gadang

RumahGadang Kampai Nan Panjangadalah bangunan bersejarah yang terletak diNagari Belimbing(sekitar 13 km dariBatusangkar),Kecamatan Rambatan,Kabupaten Tanah Datar,Sumatera Barat. Rumah gadang ini didirikan oleh Datuk Penghulu Basa dari Suku Kampai Nan Panjang lebih kurang 300 tahun yang lalu. Sebagian besar bangunan ini belum mengalami pembaruan baik dari segi struktur maupun bahan bangunan.RumahGadang Kampai Nan Panjang merupakan rumah tempat tinggal yang memiliki arsitektur bergaya khasMinangdengan atap yang bergonjong empat dan terbuat dari ijuk. Keseluruhan bangunan bagian luar terdiri dari kayu berwarna hitam. Hanya terdapat satu pintu masuk ke bagian dalam rumah dan tangganya tepat berada di tengah-tengah. Bangunan ini terdiri dari tujuh bilik (kamar), yang masing-masing berukuran 1,5 x 3 meter persegi. Biasanyarumah gadangmemiliki ruangan dalam jumlah yang ganjil, bisa 5, 7 ,9 dan seterusnya, tetapi pada umumnya jumlah ruang yang ada adalah sambilan ruang. Bentuknyapersegi empatdan atapnya terbuat dari ijuk. Ruangan bagian tengah rumah gadang ini merupakan ruangan terbuka tanpa sekiat dan bilik. Pintu utamanya hanya satu dan terletak di bagian tengah. Dinding bagian luar dan dalam polos tidak adaukiran. Ruangan dalam bagian belakang merupakan bilik-bilik yang berfungsi sebagai kamar tidur. Pintu bilik berukuran oval dengan diameter sangat kecil (30 cm) sehingga untuk masuk ke dalam bilik harus membungkuk.Sepertirumah gadang pada umumnya, rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku. Rumah ini tidak berplafon sehingga langsung terlihat tulang-tulang yang menyusun rangka atapnya, hanya di bagian ujung sebelah kiri yang ada bagian seperti loteng tempat penyimpanan. Lantainya rata dan tidak ada anjung di bagian ujung, dilapisi bilah bambu yang bersusun-susun. Sepanjang rumah bagian belakang yang menuju kamar terdapat bagian lantai yang lebih tinggi satu anak tangga membujur serta membentuk huruf "U" ke ujung kiri dan kanan.