Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional Di Kabupaten Pamekasan

25
Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional Di Kabupaten Pamekasan Oleh Fitria Rika Wahyuni 08020134031 Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya Pembimbing: Dra. Eko Wahyuni Rahayu, M.Hum Abstrak Pamekasan merupakan salah satu Kabupaten di Madura selain Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 178 Desa dan 11 Kelurahan. Kebudayaan dan Kesenian tradisional di Pamekasan secara perlahan mengalami pergeseran eksistensi, disebabkan oleh ketidak pedulian masyarakat Pamekasan terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satu contoh kesenian tradisional yang masih eksis di Pamekasan ialah Can-Macanan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran tentang sosial budaya masyarakat Kabupaten Pamekasan terhadap Can-Macanan sebagai seni pertunjukan tradisional di kabupaten Pamekasan?, Bagaimana eksistensi Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional di Kabupaten Pamekasan ?. Can-Macanan memiliki banyak fungsi dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk kesenian atau acara tertentu. Can-Macanan memiliki sifat kolaboratif ini biasanya ditampilkan pada acara- acara bersifat kegiatan sosial masyarakat terutama dalam komunitas perguruan pencak silat yang berada di Kabupaten Pamekasan 1 . Pada masa kini, keberadaan seni pertunjukan Can- Macanan masih sangat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Selain hadir dalam kegiatan latihan pencak silat, Can-Macanan juga disajikan dalam kegiatan hajatan sosial masyarakat, seperti dalam ritual arak-arakan pengantin, khitanan, festival seni, dan memperingati hari-hari besar nasional maupun keagamaan. Jadi Can- 1 Wawancara dengan ibu Kurriyah sebagai pendekar dalam pamur pencak silat pada tanggal 31 Maret 2013 di Pamekasan.

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : FITRIA RIKA WAHYUNI

Transcript of Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional Di Kabupaten Pamekasan

Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional Di Kabupaten Pamekasan

Oleh Fitria Rika Wahyuni08020134031 Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya

Pembimbing: Dra. Eko Wahyuni Rahayu, M.Hum

AbstrakPamekasan merupakan salah satu Kabupaten di Madura selain Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 178 Desa dan 11 Kelurahan. Kebudayaan dan Kesenian tradisional di Pamekasan secara perlahan mengalami pergeseran eksistensi, disebabkan oleh ketidak pedulian masyarakat Pamekasan terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satu contoh kesenian tradisional yang masih eksis di Pamekasan ialah Can-Macanan.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran tentang sosial budaya masyarakat Kabupaten Pamekasan terhadap Can-Macanan sebagai seni pertunjukan tradisional di kabupaten Pamekasan?, Bagaimana eksistensi Can-Macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional di Kabupaten Pamekasan ?.Can-Macanan memiliki banyak fungsi dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk kesenian atau acara tertentu. Can-Macanan memiliki sifat kolaboratif ini biasanya ditampilkan pada acara-acara bersifat kegiatan sosial masyarakat terutama dalam komunitas perguruan pencak silat yang berada di Kabupaten Pamekasan[footnoteRef:2]. Pada masa kini, keberadaan seni pertunjukan Can-Macanan masih sangat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Selain hadir dalam kegiatan latihan pencak silat, Can-Macanan juga disajikan dalam kegiatan hajatan sosial masyarakat, seperti dalam ritual arak-arakan pengantin, khitanan, festival seni, dan memperingati hari-hari besar nasional maupun keagamaan. Jadi Can-Macanan merupakan salah satu seni pertunjukan yang sangat diminati banyak orang di Kabupaten Pamekasan. [2: Wawancara dengan ibu Kurriyah sebagai pendekar dalam pamur pencak silat pada tanggal 31 Maret 2013 di Pamekasan.]

PendahuluanSeni pertunjukan Can-Macanan tokoh utamanya adalah manusia yang menggunakan topeng serta busana binatang menyerupai macan. Seni Pertunjukan Can-Macanan ini dimainkan oleh dua orang, yakni satu orang memerankan bagian kepala dengan posisi tubuh berdiri dan satu orang lagi bagian tubuh sampai ekor dengan posisi tubuh membungkuk. Bentuk tersebut memberi kesan unik disajikan dalam pertunjukan. Di samping itu, Can-Macanan sebagai seni pertunjukan memiliki daya tarik bagi penonton, karena menampilkan adegan-adegan yang bersifat akrobatik. Keunikan dari seni pertunjukan Can-Macanan ini dapat dilihat dari bentuk dan gerakannya, yaitu gerakan yang melenggak-lenggok serta bentuk visualnya menyerupai binatang macan. Can-Macanan ini dapat menampilkan kemahiran dan keterampilan melakukan gerakan-gerakan lompatan, bergulingan ataupun gerakan akrobatik sesuai dengan iringan musiknya.Salah satu tekhnik memainkan Can-Macanan ialah dengan membuka mulut dan menutupnya sekeras mungkin hingga menghasilkan suara hentakan berbunyi plak.Bunyi tersebut merupakan salah satu ciri khas pertunjukan Can-Macanan, dengan cara inilah Can-Macanan lebih menarik perhatian penonton. Eksistensi Can-Macanan tidak lepas dari kepedulian masyarakat kabupaten Pamekasan yang melestarikannya secara turun-temurun, sehingga mampu menjadi seni pertunjukan yang banyak diminati setiap kalangan. Can-Macanan menjadi salah satu estetika seni pertunjukan yang menghibur, juga mampu berkolaborasi dengan seni pertunjukan lainnya. Kehadiran Can-macanan di tengah-tengah masyarakat Pamekasan menjadi sarana yang menghibur di berbagai kalangan. Can-macanan mempunyai daya tarik tersendiri yang luar biasa, bahkan mampu menjadi sebuah hiburan yang dinanti oleh masyarakat di Pamekasan. Kehadiran Can-macanan tidak terlepas dari sejarah pewarisan turun-temurun yang masih dilestarikan oleh para generasinya. Seni pertunjukan Can-macanan ini memang terkesan sederhana, namun menyimpan sejuta keunikan dan ciri khas yang sangat menghibur dalam setiap gerak dan musik yang mengiringi pertunjukan tersebut.Seni pertunjukan ini begitu disukai oleh banyak kalangan khususnya masyarakat Pamekasan. Terbukti dengan hadirnya pertunjukan Can-macanan diberbagai acara atau seni pertunjukan lain. Pertunjukan Can-macanan ini mampu mempertahankan eksistensinya di Kabupaten Pamekasan bahkan di luar Pulau Madura. Eksistensi seni pertunjukan tradisional Can-macanan ini salah satu bentuk pertunjukan fleksibel, yaitu bisa dikolaborasikan dengan seni pertunjukan lain, sebagai berikut:

A. Seni Pertunjukan Can-macanan dalam Sarana Bersih DesaRitual selamatan desa adalah kebiasaan atau budaya sosial yang dilakukan setahun sekali di Kabupaten Pamekasan, biasanya selamatan ini dilaksanakan secara bersama masyarakat desa, dengan tujuan untuk menghormat, mengenang dan memelihara desanya. Selain itu, acara ini bertujuan untuk mengharap keselamatan seluruh warga desa dengan melaksanakan Ruwatan atau bersih desa. Tradisi selamatan desa ini, hampir ada diseluruh Nusantara, terutama desa-desa yang ada di Jawa yang latar belakang masyarakatnya berprofesi petani dan nelayan.Selain sebagai ungkapan rasa syukur, selamatan desa juga mempunyai makna sebagai pembersih diri secara lahir dan batin. Adapun tempat untuk melaksanakan bersih desa ini mengikuti kebiasaan setempat seperti upacara puncak ditempatkan dibalai desa, pesta desa dipusatkan dilapangan desa setempat, sedekahan massal dilaksanakan di desa leluhur, sesaji dan doa dilakukan dimakam. Penyelenggaraan ritual selamatan bersih desa di Kabupaten Pamekasan biasanya dilakukan di Desa Mondung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Menurut Tosan selaku ketua memaparkan bahwa selamatan bersih desa sudah dilakukan sekitar 20 tahun lamanya. Tosan sudah 6 periode (tahun) menjadi ketua penyelenggara selamatan bersih desa. Selamatan desa dilakukan setiap satu kali dalam setahun yaitu pada bulan RajabhariSenin, yang bertujuan untuk melakukan bersih desa. Makna secara spiritual yaitu masyarakat membersihkan diri dari kejahatan, dosa, dan segala sesuatuanya yang menyebabkan kesengsaraan pada desa tersebut. Adapun yang dibersihkan diri dari desa tersebut adalah sesuatu yang tidak kasat mata dan gangguan kerusuhan yang disebabkan oleh ulah manusia ataupun kekuatan magis lainnya, yaitu berupa perusakan lingkungan alam maupun pencurian dan kejahatan. Ritual selamatan bersih desa ini dimulai pada jam satu siang sampai dengan dua belas malam. Pada jam satu siang diadakan arak-arakan dari rumah Kepala Desa sampai ke pertigaan jalan. Pertigaan jalan ini yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat karena sering terjadi kecelakaan dan memakan banyak korban. Upacara Bersih Desa ini diadakan di pertigaan jalan. Alur kegiatan bersih desa ini terdapat arak-arakan yang menyajikan seni pertunjukan Can-macanan berjalan mengelilingi desa. Selain arak-arakan Can-macanan, ritual bersih desa ini juga terdapat tabbhuen, tande, sinden (saronen), sapi kerap dan oreng keket. Sesaji yang dibawanya seperti sate, bubur, kue pasar, dan buah pinang. Di pertigaan yang dianggap sakral ini diadakan upacara. Setelah selesai melakukan upacara di pertigaan semua diarak ke tempat balai desa setempat.Setelah sampai di balai desa, diadakan tahlilan yang dipimpin oleh kiai setempat. Pesta bersih desa ini diadakan dilapangan setempat, yang dimulai pada jam tujuh malam sampai dengan duabelas malam. Dalam pesta bersih desa ini dimeriahkan dengan pertunjukan musik etnik yang ada di Kabupaten Pamekasan yaitu musik Daul, Can-macanan juga tampil dalam pesta ini. Ada juga kalenangan (kerawitan), dan biasanya dilanjutkan dengan pertunjukan Ludruk. Sajian ini diyakini mampu memberi semangat baru bagi penduduk desa, sehingga tidak lagi khawatir terhadap gangguan yang dihadapi nantinya baik dari ulah manusia sendiri ataupun dari hal yang tidak kasat mata. Dalam kegiatan bersih desa ini Can-macanan berperan sebagai penghibur, walaupun hanya sebagai penghibur Can-macanan selalu ada di setiap kegiatan bersih desa yang dilaksanakan setahun sekali.

B. Seni pertunjukan Can-macanan dalam Kegiatan Seni Pencak SilatKesenian pencak silat gol-gol diikuti oleh para kaum pria tua maupun muda dengan jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, anggota pencak silat saat ini telah banyak diikuti oleh kalangan remaja pria maupun wanita. Menurut ibu Kurriyah yang merupakan pendekar atau pelatih pencak silat pamur Sinar Harapan usianya sekarang 55 tahun menyatakan bahwa sejak tahun 2007 tiga tahun setelah grup pencak silatnya dibentuk arisan, grupnya telah berkolaborasi dengan Can-macanan. Fungsinya sebagai hiburan saja, sebab jika tidak ada Can-macanan, pertunjukan pencak silat akan kurang meriah bahkan sedikit penontonnya. Oleh karena itu, Can-macanan ini ditampilkan di akhir dengan maksud menarik perhatian penonton sehingga penonton tidak meninggalkan pertunjukan pencak silat yang sedang berlangsung dan masih menunggu pertunjukan Can-macanannya. Namun tidak semua pertunjukan pencak silat terdapat Can-macanan, tergantung kebutuhan pertunjukan pencak silat itu sendiri atau tergantung pada keinginan tuan rumah saat menanggap pencak silat.Sebelum atraksi pencak silat ini dimulai, pertama kali disajikan permainan musik instrumen. Pertunjukan pencak silat diawali dengan acara pembukaan berupa kata sambutan yang disampaikan oleh ketua/ wakil grup, dilanjutkan dengan penampilan pencak kembangan dan penampilan dapoan. Seni pertunjukan Can-macanan berada pada puncak atau akhir dari sebuah pertunjukan pencak silat ini. Sebab pertunjukan ini merupakan inti acara dan termasuk pertunjukan yang ditunggu-tunggu oleh penonton. Alur munculnya Can-macanan dalam pencak silat ini diiringi dengan musik Sronen sramaan, kemudian Can-macanan ini menyapa penonton dengan menakut-nakuti penonton seperti macan yang mau memangsa musuhnya. Selanjutnya mencari mangsa yang sebelumnya sudah dipersiapkan (diperankan oleh anak kecil berusia kira-kira 8-9 tahun), anak tersebut berpura-pura menjadi penonton. Akhirnya anak kecil yang jadi mangsa itu dimakan oleh Can-macanan (dimasukkan ke dalam mulut Can-macanan). Setelah itu, muncullah pendekar yang ingin menaklukkan Can-macanan ini, pertikaian antara pendekar dengan Can-macananini menjadi tontonan yang menegangkan. Pendekar mengeluarkan jurus-jurusnya untuk menaklukkan Can-macanan, dan akhirnya Can-macanan yang tadinya sangat liar dan buas sekali dapat ditaklukkan oleh pendekar tadi. Suasana dalam pertunjukan Can-macanan ini sangat menegangkan karena gerak yang dilakukan oleh Can-macanan ini sangatlah aktraktif.

C. Seni pertunjukan Can-macanan dalam Pertunjukan Musik DaulMusik Ul-Daul awalnya lebih banyak tampil di jalan (kirap), masih jarang tampil di tempat tertentu seperti panggung. Biasanya musik Ul-Daul ini di gunakan atau di tampilkan bila ada acara seperti lomba, acara festival sampai acara khitanan atau acara pengantenan. Perkembangan dan fungsi dari musik tradisi Ul-Daul saat ini sebagai pengiring tari-tarian khas madura maupun tari modern dan seni pertunjukan lainnya.Menurut Abdul Hannan Tahir selaku pemimpin grup musik etnik Ul-Daul Semut Ireng yang berusia 49 tahun, telah mengkolaborasikan Can-macanan dengan grup musiknya.Tujuannya Sebagai hiburan saja sehingga menarik perhatian penonton. Can-macanan selalu mengikuti irama musik Daul, gerakan yang ditampilkan oleh Can-macanan adalah gerak spontan yang atraktif. Pertama kali berkolaborasi dengan Can-macanan pada acara pawai karnaval (dirgahayu RI) dan acara Semalam di Madura.Can-macanan sangat dekat sekali dengan kehidupan sosial masyarakat di Pamekasan, sebab Can-macanan tidak monoton dan salah satu pertunjukan sangat populer. Gerak ditampilkan oleh Can-macanan bisa menghibur penonton yang sedang menontonnya sehingga bisa dikolaborasikan dengan seni pertunjukan lain. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dijabarkan lagi bentuk pertunjukan Can-macanan di Kabupaten Pamekasan serta fungsinya dalam berbagai bentuk kesenian yang lain.Can-macanan adalah solusi yang sangat cocok dalam dinamika perkembangan musik Daul sebab menurut pandangan masyarakat, grup Ul-Daul yang menampilkan Can-macanan pasti leih diminati oleh masyarakat. Pertunjukan Can-macanan sifatnya atraktif dengan iringan musik yang dinamis. Gerak yang sajikan pun terkesan rancak. Suasana dalam pertunjukan ini sangat meriah dan mampu menghibur penontonnya. Fungsi pertunjukan Can-macanan dalam musik etnik Ul-Daul ini masih terkesan sebagai pertunjukan yang sifatnya hiburan, namun tidak terlalu pokok atau tidak wajib ada dalam setiap pertunjukan Ul-Daul.

D. Seni pertunjukan Can-macanan dalam Kesenian HadrahMenurut Abdul Halim yang berusia 54 tahun, beliau adalah ketua Hadrah Az-zafiyah. Sejak 3 tahun yang lalu (2010) Hadrah AZ-ZAFIYAH ini berkolaborasi dengan Can-macanan. Fungsinya sebagai hiburan saja, sebab jika tidak ada Can-macanan anak-anak kurang berminat dalam mengikuti Hadrah ini. Can-macanan tidak terprogram dalam semua kegiatan Hadrah, tergantung pada tuan rumahnya masing-masing (orang yang menanggap Hadrah). Namun tidak semua penampilan seni Hadrah terdapat pertunjukan Can-macanan, tergantung tuan rumah yang menanggap Hadrah.Dalam hal ini, Can-macanan tidak ditampilkan dalam pertunjukan Hadrah pada saat acara sakral atau sejenisnya mengingat pertunjukan Hadrah bersifat religi.

E. Can-macanan Dalam Rag-Araghan (Pawai)Rak-araghan (arak-arakan/pawai) merupakan istilah yang biasa digunakan untuk memberi nama suatu peristiwa kesenian yang terkait dengan suatu pesta perayaan. Rak-araghan selalu mengandung aspek berjalan, pawai, yang bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mengusung benda-benda atau tokoh yang dihormati. Demikian halnya pertunjukan Can-macanandalam bentuk rak-araghan adalah pertunjukan di jalan dengan berjalan atau pawai. Pertunjukan Can-macanan dalam bentuk rak-araghan atau pawai dapat bersifat sakral dan profan.[footnoteRef:3] Pertunjukan yang bersifat sakral terdapat dalam peristiwa ritual bersih desa, yaitu di Dusun Mondung, Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Setiap setahun sekali pada bulan rajab di Dusun Mondung, Desa Bunder, Kecamatan Pademawu selalu menyelenggarakan ritual bersih desa. Pada kegiatan tersebut selalu menghadirkan pertunjukan Can-macanan yang diarak keliling dusun. Masyarakat Dusun Mondung meyakini, bila dalam penyelenggaraan ritual bersih desa tidak menghadirkan seni pertunjukan Can-macanan dalam bentuk pawai maka mereka meyakini kegiatan ritual itu tidak sah atau juga tidak lengkap.[footnoteRef:4] Sebagaimana diungkapkan oleh Hermin Kusmayati yang dikutipnya dari buku NewPerspective in Cultural Anthropology (1998) bahwa [3: Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III(, hal. 981. pengertian kata sakral adalah suci; keramat (bersifat sakral/disucikan), Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 3(per-py) (Jakarta: PT: Cipta Adi Pustaka, 1990), 405.profan, istilah yang mengacu pada suatu keadaan yang bersifat biasa (tidak berhubungan dengan kuil), dan sesuatu yang dianggap profane biasanya tidak dilindungi oleh aturan-aturan tetentu seperti yang berlaku atas sesuatu yang dianggap sakral. ] [4: Wawancara dengan ketua panitia bersih desa juga wawancara bapak Sukardi masyarakat dusun Mondungpada tanggal 20 Maret 2013.]

keberadaan seni pertunjukan di antara para pendukungnya dapat diamati dengan meminjam kacamata yang dipergunakan untuk mencermati religi, yaitu berfungsi sebagai penjelas, pengesah, penguat, dan alat integrasi bagi masyarakat. Bahwasannya seni pertunjukan sebagai penjelas mempunyai tujuan agar penyelenggaraan suatu kegiatan diharapkan akan menjadi semakin jelas melalui simbol-simbol yang dihantarkan oleh seni pertunjukan. Seni pertunjukan diharuskan ada atau hadir karena merupakan salah satu alat atau cara untuk menjadikan suatu kegiatan itu lebih jelas maksudnya. Pengesah merupakan suatu keharusan, keharusan disini membawa pengertian bahwa seni pertunjukan itu harus benar-benar dilaksanakan bersama dan menyatu. Apabila seni pertunjukan itu tidak dilaksanakan, maka pelaksanaan suatu kegiatan yang diselenggarakan dianggap tidak sah. Dengan demikian, keberadaannya dipandang sebagai pengesah suatu kegiatan. Seni pertunjukan sebagai penguat memiliki sifat yang lunak kehadirannya. Seni pertunjukan memang diharapkan hadir dalam suatu kegiatan akan tetapi jika tidak dapat diselenggarakan karena alasan tertentu, maka kegiatan itu tetap berlangsung dan tetap dipandang sah. Alat integrasi bagi masyarakat yang berarti seni pertunjukan di sini sebagai sebuah tontonan di dalam suatu rangkaian kegiatan. Keberadaanya di dalam suatu kegiatan itu menjadi sajian yang dinikmati bersama sebagai hiburan, tanpa dikaitkan dengan suatu kegiatan. Biasanya disajikan setelah kegiatan selesai, akan tetapi kadang-kadang juga dipertunjukkan malam hari menjelang kegiatan tersebut diselenggarakan. Dalam kedudukan demikian seni pertunjukan menjadi sarana integrasi masyarakat yang hadir didalam suatu kegiatan. Apapun kedudukan seni pertunjukan itu di dalam suatu kegiatan, ia merupakan ungkapan perasaan dan pikiran para pendukungnya. Setelah memiliki sosok sebagai seni pertunjukan, ia tidak lagi dipermasalahkan apakah perwujudannya merupakan ungkapan penonton, pelaku, atau penyelenggaraanya. Semuanya menyatu di dalam satu kepentingan, yaitu suatu kegiatan yang harus diselenggarakan demi tujuan tertentu.[footnoteRef:5] [5: Hermin Kusmayati,Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia,(Bandung: sastrataya,1998) hal. 75]

Begitu pula dengan keberadaan seni pertunjukan Can-macanan dalam kegiatan bersih desa yang kehadirannya merupakan pelengkap. Jika tidak ada Can-macanan dalam kegiatan bersih desa, kegiatan ini tetap berjalan dan juga tetap sah.Pertunjukan yang memiliki sifat profan sebagai contoh yaitu kesenian dalam bentuk pawai, seperti pawai kemerdekaan diadakan setiap setahun sekali pada bulan Agustus, pawai besar agama yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan Maulud (peringatan lahirnya Nabi Muhammad S.A.W). Masyarakat bersenang-senang dan beramai-ramai memperingati Maulud Nabi ini di Dusun Kwanyar dan Dusun Mungging, Desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Seni pertunjukan Can-macanan diarak mengelilingi jalan atau rute yang telah ditentukan dengan diiringi musik terbhang (rebana) dan kadang juga diiringi musik Daul. Meskipun tokoh Can-macanan ini identik dengan binatang buas serta menakutkan namun dalam kegiatan perayaan Maulid Nabi ini, gerakan dari Can-macanan gemulai dan juga lucu sehingga bisa menghibur penonton. Pawai budaya yang dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan Oktober.Tidak hanya di Kabupaten Pamekasan saja Can-macanan ini dipentaskan, pertunjukan Can-macanan ini juga dipentaskan dan diundang di luar Kabupaten Pamekasan untuk memperingati hari jadi kota. Salah satu contoh pernah diundang atau dipentaskan di kota Malang pada tahun 2005 untuk memperingati hari jadi Kota Malang.Dalam banyak tradisi, perayaan individual atau keluarga seperti khitanan danpernikahan, biasa disertai rak-araghan. Demikian pula untuk perayaan upacara-upacara komunal, seperti bersih desa, sedekah bumi, pesta petik laut, peringatan hari kemerdekaan, hari jadi kota, dan lain lain. Rak-araghan bisa dikatakan merupakan acara yang paling meriah dari suatu rangkaian upacara, karena melibatkan partisipasi paling banyak orang, paling ramai, dan paling lebar jangkauan arealnya, karena bergerak jalan atau berjalan mengelilingi suatu area. Demikian halnya pertunjukan rak-araghan Can-macanan, tidak sekedar beramai-ramai, atau bersenang-senang, melainkan memiliki maksud dan tujuan yang kompleks.Arak-arakan seni pertunjukan Can-macanan yang memiliki sifat kolaborasi yang dapat disajikan dengan kesenian yang lain diantaranya yaitu:Daftar Tabel 1Struktur pendukung pertunjukan Can-macanan dalam bentuk Arag-araghanNo Nama EventStruktur BentukMusik PengiringTokoh Pendukung

1.Pawai HUT dan Budaya1. Tokoh Can-macanan2. Musik pengiring. Jika ada penari Can-macanan ini berada di depan para penari. Pawai HUT dan budaya ini biasanya ditampilkan pada siang hari sampai sore.

Musik pengiringnya menggunakan Saronen gamelan, akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini musik pengiringnya terkadang menggunakan musik Daul. Akan tetapi, Bukan berarti musik gamelan ini tidak digunakan lagi, musik gamelan tetap digunakan sesuai dengan kebutuhan. Sapi-sapian, kuda-kudaan dan kera.

2.Bersih Desa1. Orang yang meme-gang sesaji2. Tandhe Binek3. Sinden4. Can-macanan5. Sapi kerrap6. Tatabbuen7. Sapi sonok8. Oreng keketPertunjukan Can-macanan dalam acara ritual selamatan bersih desa ini dimulai pada jam satu siang sampai dengan dua belas malam. Pada jam satu siang diadakan arak-arakan dari rumah Kepala Desa sampai ke pertigaan jalan. Pertigaan jalan yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat karena sering terjadi kecelakaan dan memakan banyak korban. . Upacara Bersih Desa ini diadakan dipertigaan jalan. Musik pengiring yang digunakan sama halnya seperti yang ada di pawai yaitu gamelan Saronen.dalam ritual bersih desa ini juga terda-pat tabbuen, tandhe, sinden, kuda, sapi Sonok, sapi kerrap dan oreng keket

3.Maulid Nabi1. Tokoh Can-macanan 2. Kera3. Tokoh orang tua mempelai pria4. Tokoh pengan-tin pria di atas kereta hias5. Musik pengiringAcara Maulid Nabi biasanya diadakan serentak oleh masyarakat antar Dusun di desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Dulu, seni pertunjukan Can-macanan digunakan sebagai media hiburan yang memiliki alur cerita menarik. Can-macanan di kirap dari Dusun Kwanyar ke Dusun Mungging. Dusun tersebut adalah nama Dusun yang berada di desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Secara kronologi, Can-macanan pada saat itu mengarak pengantin dari Dusun Kwanyar ke DusunMungging, pemeran pengantin diperankan oleh dua orang laki-laki yang berusia kurang lebih 8 tahun, laki-laki yang satu menjadi tokoh pengantin wanita, laki-lakii yang satu lagi menjadi pengantin laki-laki. Pengantin laki-laki ini diarak dengan menggunakan kereta yang dihias seindah mungkin Arak-arakan ini biasanya dilaksanakan pada malam hari dimulai jam 19:00 diarak dari Dusun Kwanyar kemudian sesampainya di Dusun Mungging tokoh pemeran tan-mantanan dipertemukan diatas panggung yang telah disediakan sebagai pelaminan. Pertemuan tan-mantanan ini sangatlah lucu, selain tan-mantanan ada juga tokoh yang berperan sebagai orang tua dari tan-mantanannya tersebut. Pemeran orang tua dari tan-mantanan ini diperankan 4 orang laki-laki dewasa, dua orang berperan sebagai orang tua perempuan dan yang dua lagi berperan menjadi orang tua laki-laki. Adegan tan-mantanan ini tidak jauh berbeda dengan pernikahan yang sebenarnya. Hanya saja di tan-mantanan ini beradegan lucu karena pemeran tokoh ini laki-laki semua. Selesai arak-arakan dan dipertemukan tan-mantanan Can-macanan beristirahat, kemudian diadakan acara-acara inti Maulid Nabi dan setelah itu hiburan, sampai jam 00:00 malam. Musik yang digunakan dalam kegiatan Maulid Nabi ada dua jenis musik. Dahulu sebelum adanya musik Daul, kegiatan Maulid Nabi menggunakan musik yang digunakan Hadrah yaitu terbhang kratangan, terbang jidur dan terbhang tak-tok. Akan tetapi dengan berjalan waktu dan perkembangan jaman agar lebih meriah lagi dan lebih menarik perhatian penonton digunakanlah musik Daul. Musik Hadrah sekarang pun juga digunakan pada awal pemberangkat-an arak-arakan dan kemudian disaat pertemuan tan-mantanan juga saat acara inti disajikan musik Hadrah dan tariannya.

Kera, mantan laki-laki, orang tua dari tan-mantanan laki-laki.

F. Can-macanan Sebagai Seni Pertunjukan Tradisional di Arena/Panggung TerbukaBentuk pertunjukan di arena terbuka atau di panggung terbuka, maksudnya pertunjukan di tempat yang tidak berjalan atau bukan pawai. Arena untuk pertunjukan Can-macanan tidak perlu menggunakan tata artistik yang rumit karena dengan berada di arena terbuka ini pertunjukan Can-macanan bisa berinteraksi dengan penonton. Arena pertunjukan dapat juga diberi panggung. Berbagai variasi dapat digunakan untuk memproduksi pertunjukan di tempat terbuka. Arena pentas dapat dibuat di beranda rumah, teras sebuah gedung dengan penonton berada di halaman, atau bisa diadakan disebuah tempat yang dimana penonton berada di sekeliling tempat tersebut. Adapun pertunjukan Can-macanan bisa berkolaborasi dengan genre kesenian lain terutama genre kesenian yang pertunjukannya menggunakan arena terbuka.Daftar Tabel 2Struktur pendukung pertunjukan Can-macanan dalam bentuk Arena TerbukaNo Nama EventStruktur PertunjukanMusik PengiringTokoh Pendamping

1.Hadrah1. Pembukaan Sambutan ketua Hadrah Ceramah kiai setempat Tahlil2. Pertunjuk-an Hadrah pertama Penabuh Hadrah Penari Hadrah3. Pertunjukan Can-macanan dan kera pertama4. Pertunjukan Hadrah kedua Penabuh Hadrah Penari Hadrah5. Pertunjukan Can-macanan dan kera kedua6. Penutup Pembacaan Doa Ramah tamahPementasan Hadrah ini biasanya dipentaskan pada malam hari pada pukul 21.00 wib dan berakhir pada pukul 24.00 WIB atau lebih. Ada juga yang ditampilkan pada siang hari sesuai kebutuhan. Penampilan Hadrah dapat dilakukan secara permanen disuatu tempat dengan ukuran luas kurang lebih 6x5 meter. Seni pertunjukan Can-macanan dalam Hadrah tidak jauh berbeda dengan Can-macanan yang ada di dalam musik Ul-Daul, bedanya ada pada penempatan penampilan-nya. Can-macanan dalam hal ini tidak disajikan dari awal sampai berakhirnya Hadrah, namun tampilnya sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Hadrah, terkadang bersamaan dengan para roddad atau bisa jadi disajikan tunggal. Can-macanan pada Hadrah ini tidak akan mengurangi makna Hadrah/Shala-wat yang sedang dilantunkan, melainkan menambah kemeriahan di dalamnya.Musik pengiring yang diguna-kan yaitu musik Hadrah yang terdiri dari terbhang kratangan, terbang jidur dan terbhang tak-tok.Kera

2.Pencak Silat1. Pembukaan Pembukaan oleh ketua Panitia Sambut-an tuan rumah2. Kegiatan pencak silat (latihan pencak silat)3. Pertunjuk-an Can-macanan4. Penutup (pembacaan doa dan ramah tamah).Pencak silat umumnya dilaksanakan dimalam hari, dimulai sekitar pukul 20.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB. Pertunjukan ini terkadang dilaksanakan pada siang hari sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan pencak silat ini dilakukan secara bergiliran dimasing-masing rumah anggota kambrat (arisan), dan juga dilakukan secara khusus seperti acara hajatan atau kegiatan hiburan lainnya. Pertunjukan pencak silat gol-gol berupa arena terbuka di halaman, di lapangan ataupun di panggung terbuka dengan ukuran luas kurang lebih 6 x 8 meter. Can-macanan dalam pertunjukan pencak silat, dipentaskan diakhir atau disebut juga puncak acara. Sebelum Can-macanan ke luar ada tokoh badut yang menghibur penonton, setelah itu keluarlah Can-macanan dan tokoh kera. Sosok Can-macanan dalam cerita ini sebagai binatang yang buas dan kera menjadi musuh dalam cerita ini. Setelah lama berkelahi dengan kera datanglah seorang pendekar penakluk atau penjinak Can-macanan ini. Selanjutnya Can-macanan menjadi jinak. Setelah Can-macanan jinak selesai sudah ceritanya.

Musik pengiringnya yaitu musik gamelan Sronen. Musik gamelan Sronen ini dalam pencak silat disebut dengan gol-gol.Kera, badut, pen-dekar penjinak Can-macan-an.

KesimpulanKehadiran Can-macanan di tengah-tengah masyarakat Pamekasan menjadi sarana yang menghibur di berbagai kalangan. Can-macanan mempunyai daya tarik tersendiri yang luar biasa, bahkan mampu menjadi sebuah hiburan yang dinanti oleh masyarakat di Pamekasan. Kehadiran Can-macanan tidak terlepas dari sejarah pewarisan turun-temurun yang masih dilestarikan oleh para generasinya. Seni pertunjukan Can-macanan ini memang terkesan sederhana, namun menyimpan sejuta keunikan dan ciri khas yang sangat menghibur dalam setiap gerak dan musik yang mengiringi pertunjukan tersebut.Seni pertunjukan ini begitu disukai oleh banyak kalangan khususnya masyarakat Pamekasan. Terbukti dengan hadirnya pertunjukan Can-macanan diberbagai acara atau seni pertunjukan lain. Pertunjukan Can-macanan ini mampu mempertahankan eksistensinya di Kabupaten Pamekasan bahkan di luar Pulau Madura. Eksistensi seni pertunjukan tradisional Can-macanan ini salah satu bentuk pertunjukan fleksibel, yaitu bisa dikolaborasikan dengan seni pertunjukan lain.DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Djoko Damono, Sapardi. 2009. Kebudayaan (populer) (di sekitar) Kita. Jakarta: Editum.Kuntowijoyo. 1997. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Buana.Kusmayati, Hermin.1998. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: SastratayaSedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarata: Sinar Harapan Soedarso. 1990. Tinjauan Seni, Yogyakarta : Saku Dawarsana Yogyakarta.Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.Tim Penyusun. 2010. Ensiklopedi Pamekasan: Alam, Masyarakat, dan Budaya Pamekasan: Pemerintah Kabupaten Pamekasan Bekerjasama Dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 3 Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.