Burung Bangau Desa Ketingan

24
burung bangau desa ketingan Ratusan burung kuntul alias bangau liar yang menghuni Desa Ketingan, Tirtoadi, Mlati Sleman merupakan daya tarik utama dan menjadikan desa ini sebagai desa wisata sejak tahun 2005 lalu. Tidak hanya menjadi habitat burung kuntul saja, kawasan ini juga terdapat ratusan burung blekok sehingga pengunjung bisa mengamati burung liar tersebut dari dekat. Ketua Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Sleman sekaligus Ketua Desa Wisata Kentingan, Haryono mengatakan, Desa Ketingan memang mempunyai keasrian dan keaslian alam yang relatif terjaga sehingga burung-burung kuntul ataupun hewan-hewan lain lebih betah berada di sini. Jalan-jalan dan pemukiman penduduk yang tenang, pepohonan, serta kecintaan masyarakat Ketingan terhadap indahnya harmoni alam membuat burung kuntul nyaman untuk singgah. "Tiap akhir September burung ini bermigrasi tetapi pada bulan November burung-burung tersebut datang lagi dan akan membuat sarang di pohon melinjo, pohon sawo, pohon mahoni dan bambu yang ada di desa kami," ujarnya beberapa waktu lalu saat ditemui dalam acara Press Tour yang diadakan Dinas Pariwisata Propinsi DIY.

Transcript of Burung Bangau Desa Ketingan

Page 1: Burung Bangau Desa Ketingan

burung bangau desa ketingan

Ratusan burung kuntul alias bangau liar yang menghuni Desa Ketingan, Tirtoadi, Mlati Sleman merupakan daya tarik utama dan menjadikan desa ini sebagai desa wisata sejak tahun 2005 lalu. Tidak hanya menjadi habitat burung kuntul saja, kawasan ini juga terdapat ratusan burung blekok sehingga pengunjung bisa mengamati burung liar tersebut dari dekat.

Ketua Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Sleman sekaligus Ketua Desa Wisata Kentingan, Haryono mengatakan, Desa Ketingan memang mempunyai keasrian dan keaslian alam yang relatif terjaga sehingga burung-burung kuntul ataupun hewan-hewan lain lebih betah berada di sini. Jalan-jalan dan pemukiman penduduk yang tenang, pepohonan, serta kecintaan masyarakat Ketingan terhadap indahnya harmoni alam membuat burung kuntul nyaman untuk singgah.

"Tiap akhir September burung ini bermigrasi tetapi pada bulan November burung-burung tersebut datang lagi dan akan membuat sarang di pohon melinjo, pohon sawo, pohon mahoni dan bambu yang ada di desa kami," ujarnya beberapa waktu lalu saat ditemui dalam acara Press Tour yang diadakan Dinas Pariwisata Propinsi DIY.

Haryono menjelaskan, untuk melihat burung kuntul dari dekat, wisatawan dapat memilih gardu pandang yang tersebar di beberapa titik di desa ini. Selain burung kuntul, Ketingan juga dikenal sebagai persinggahan burung blekok.

Burung kuntul dan blekok tersebut semula sempat diusir oleh warga, namun karena jumlahnya semakin banyak warga kemudian sadar bahwa desanya yang masih alami disukai oleh burung-burung kuntul. Konon burung kuntul mulai berdatangan setelah sebuah gapura desa di resmikan oleh Sri Sultan HB X. Setelah itu, banyak burung kuntul yang datang ke Ketingan dan membuat sarang di ruas kanan jalan yang ada.

Page 2: Burung Bangau Desa Ketingan

"Awalnya masyarakat tidak peduli dengan keberadaan burung-burung ini, namun pada akhirnya setelah terjadi peristiwa ledakan mercon yang mengakibatkan burung-burung tersebut banyak yang mati pada akhirnya timbul kesadaran warga setempat untuk melindungi burung liar ini dan habitatnya agar tidak punah.Selain itu warga juga membuat papan larangan berburu burung ini dan dilarang keras membunyikan mercon untuk melindungi keberdaan burung Kuntul," paparnya.

Lebih lanjut Haryono mengatakan, dengan adanya wisata untuk menyaksikan burung Kuntul ini, pihak pengurus desa setempat kemudian mengembangkan desa Kentingan menjadi Desa Wisata dimana tamu-tamu dapat menginap 1-3 hari dengan pakaet wisata lain yang ditawarkan mulai dari pertanian, pendidikan dan upacara daur hidup, rumawahan, gejog lesung yang umurnya sudah ratusan tahun dan lain-lain.

"Kami memiliki warga yang berjumalh 698 orang dengan 269 kepala keluarga dan luas 17,5 hektar dan setiap pekarangan rumah warga ada pohon melinjo selain dapat diolah menjadi home industri, pohon tersebut dapat menjadi sarang burung kuntul," imbuhnya.

Dengan adanya 48 homestay yang dapat menampung maksimal 250 tamu selama 3 hari dan objek wisata ratusan burung kuntul dan blekok liar ini tidak mengherankan di desa ini banyak terdapat papan peringatan dilarang berburu binatang dan himbauan menjaga kelestarian lingkungan alam. Desa ini juga sangat populer terutama di kalangan pemerhati lingkungan dan kalangan dunia fotografi. (Fir)

Page 3: Burung Bangau Desa Ketingan

Desa Wisata Ketingan merupakan habitat dari ribuan burung Kuntul dan Blekok yang saat in sudah sangat langka ditemui di Pulau Jawa.

Profil Dusun Wisata KetinganKetingan adalah salah satu desa wisata yang dimiliki Kabupaten Sleman. Dusun ini di desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta. Bersama dengan dua puluh-an desa wisata lainnya, dusun Ketingan telah menjadi salah satu alternatif objek wisata pedesaan di lereng selatan Gunung Merapi. Daya tarik yang membedakan dengan desa wisata lainnya adalah keberadaan burung kuntul dan blekok. Wilayah Ketingan telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak 1997. Burung-burung tersebut datang dikala musim penghujan saat mereka memasuki musim kawin.

Interaksi antara warga dan burung merupakan bukti adanya kepedulian yang dimiliki warga Ketingan. Komitmen dan kepedulian menjaga lingkungan dan habitat inilah yang mengantarkan dusun ini menjadi salah satu dusun konservasi di Yogyakarta. Burung ini mulai tinggal dengan nyaman di beberapa jenis pohon seperti pohon johar, pohon mlinjo, pohon adem-adem ati, pohon bambu, pohon nangka dan pohon flamboyan.

Di samping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa budaya pedesaan. Pengunjung dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan ataupun kandang ternak. Dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, gejog lesung, pek bung, dan lainnya. Ataupun, belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang diolah dengan sederhana.

Tersedia pula beberapa rumah penduduk yang siap menerima tamu untuk menginap. Para tamu dapat tinggal bersama dan mengenal keramahan, kehangatan warga desa. Suasana malam di dusun Ketingan memungkinkan kita mendengar suara jangkrik, dan melihat kunang-kunang yang rasanya tidak lagi dapat ditemukan di perkotaan. Lokasi Desa Wisata Ketingan terletak di Desa Tirtiadi, Mlati Sleman, 10 km dari Kota Yogyakarta.

Page 4: Burung Bangau Desa Ketingan

Dusun Wisata Ketingan / Wisata Kuntul

Ketingan adalah salah satu desa wisata yang dimiliki Kabupaten Sleman. Dusun ini di desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta. Bersama dengan dua puluh-an desa wisata lainnya, dusun Ketingan telah menjadi salah satu alternatif objek wisata pedesaan di lereng selatan Gunung Merapi. Daya tarik yang membedakan dengan desa wisata lainnya adalah keberadaan burung kuntul dan blekok. Wilayah Ketingan telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak 1997. Burung-burung tersebut datang dikala musim penghujan saat mereka memasuki musim kawin.

Interaksi antara warga dan ribuan burung burung bangau merupakan bukti adanya kepedulian yang dimiliki warga Ketingan. Komitmen dan kepedulian menjaga lingkungan dan habitat inilah yang mengantarkan dusun ini menjadi salah satu dusun konservasi di Yogyakarta. Burung ini mulai tinggal dengan nyaman di beberapa jenis pohon seperti pohon johar, pohon mlinjo, pohon adem-adem ati, pohon bambu, pohon nangka dan pohon flamboyan.

Pengelola Desa Wisata Ketingan, Haryono, mengatakan bahwa pada awalnya memang masyarakat sempat resah ketika ribuan burung kuntul dan blekok bermigrasi, kemudian tinggal di desa kami karena dikhawatirkan akan merusak tananam dan buah melinjo yang menjadi sumber penghidupan kami. Akan tetapi, kekhawatiran tersebut tidak terbukti, karena ternyata satwa tersebut tidak merusak tanaman melinjo, tetapi justru mendatangkan keuntungan serta menambah penghasilan para warga setelah desa setempat dijadikan objek wisata.

Haryono menuturkan, bahkan saat ini warga masyarakat selalu melindungi burung-burung itu, termasuk jika ada anak burung yang jatuh dari sarang pasti akan dirawat atau dikembalikan ke

Page 5: Burung Bangau Desa Ketingan

sarangnya agar bisa hidup. Para warga juga bahkan tidak segan-segan untuk mengusir pemburu burung yang datang ke Dusun Ketingan agar satwa tersebut tidak terusik dan tetap tinggal di wilayah itu. Kepedulian para warga terhadap burung kuntul dan blekok di Ketingan merupakan komitmen dalam untuk menjaga satwa tersebut sekaligus kelestarian lingkungan yang menjadi habitatnya, sehingga mengantarkan dusun ini menjadi salah satu dusun konservasi di DIY.Burung-burung tersebut mulai tinggal dengan nyaman di beberapa pohon seperti johar, pohon mlinjo, pohon adem-adem ati, pohon bambu, pohon nangka serta pohon flamboyan. Ia mengatakan para wisatawan yang mengunjungi Desa Wisata Ketingan dapat secara aktif terlibat dalam kegiatan para warga seperti menggarap sawah, tegalan maupun beternak.

Di samping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa

budaya pedesaan. Pen gunjung atau wisatawan dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan ataupun kandang ternak. Dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, “gejog lesung “(kesenian yang memanfaatkan alat penumbuk padi), pek bung, dan lainnya. Ataupun, belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang diolah dengan sederhana.

Tersedia pula beberapa rumah penduduk yang siap menerima tamu untuk menginap. Para tamu dapat tinggal bersama dan mengenal keramahan, kehangatan warga desa. Suasana malam di dusun Ketingan memungkinkan kita mendengar suara jangkrik, dan melihat kunang-kunang yang rasanya tidak lagi dapat ditemukan di perkotaan. Dengan suasana keramah tamahan masyarakat Desa yang masih asri.

Bukan Hanya itu saja, Desa Wisata Ketingan juga mengadakan ritual khusus Merti Bumi dengan berpakaian khusus dan mengelilingi desa tersebut. Dalam kegiatan tersebut, juga ikut diusung berbagai hasil bumi yang disusun menjadi “gunungan” (bentuknya seperti gunung). Kemudian pada malam harinya akan digelar kesenian wayang kulit sampai pagi (semalam suntuk) sebagai ungkapan rasa syukur kami atas berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Atraksi1. Pengamatan burung (bird watching)2. Kegiatan pertanian.3. Mengikuti kegiatan seni tradisional.4. Membuat dan mencicipi makanan dan minuman khas.

Page 6: Burung Bangau Desa Ketingan

Fasilitas1. Pemandu lokal2. Menara pengamatan burung.3. Tersedia tempat menginap ala pedesaan (30 rumah, kapasitas 70 orang. Biaya Rp 50.000,00/org/hari)4. Makanan dan Minuman Khas Dusun Ketingan5. Tersedia kendaraan antar jemput (bila dibutuhkan)

Page 7: Burung Bangau Desa Ketingan

Desa Wisata   Fauna   Ketingan

Posted June 27, 2010 by Ketingan Village in DWF Ketingan. Tagged: Blekok, Desa Wisata, Desa Wisata Fauna, ketingan, Kuntul, Sleman, Wisata. Leave a Comment

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kaya akan potensi kepariwisataan yang dapat dikembangkan sebagai modal utama bagi pembangunan. Pemerintah Daerah terus berusaha untuk membangun dan mengembangkan kepariwisataan Yogyakarta, terutama sekali untuk memperluas lapangan kerja, mendapatkan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan rakyat, pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Maka potensi keindahan alam dan potensi lainnya dikembangkan untuk menunjang dan melengkapi pengembangan potensi wisata tersebut. Untuk membangun kepariwisataan ini, Pemerintah Daerah menanganinya melalui beberapa usaha, antara lain: peningkatan penyuluhan kepada masyarakat, pelatihan bahasa Inggris, memperbaiki fasilitas, mutu pelayanan, pengembangan obyek-obyek wisata dan mempromosikannya. Salah satu potensi pariwisata yang sedang giat dikembangkan adalah desa wisata.Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3)Komponen Utama Desa WisataTerdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata, yakni :1.Akomodasi : akomodasi ini terdiri dari home stay (penginapan) yang terdiri dari beberapa tempat tinggal para penduduk desa dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.2.Atraksi : atraksi ini berupa seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : bertani, membuat kerajinan khas, dan mengikuti ritual-ritual setempat.Desa Wisata Fauna KetinganKetingan adalah salah satu desa wisata yang dimiliki Kabupaten Sleman. Dusun ini berada di desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta. Bersama dengan dua puluh-an desa wisata lainnya, dusun Ketingan telah menjadi salah satu alternatif objek wisata pedesaan di lereng selatan Gunung Merapi. Daya tarik yang membedakan Dusun Ketingan dengan desa wisata lainnya adalah keberadaan burung kuntul dan blekok. Wilayah Ketingan telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak tahun 1997. Burung-burung tersebut datang di kala musim penghujan, saat mereka memasuki musim kawin.Interaksi antara warga dan burung merupakan bukti adanya kepedulian terhadap alam yang dimiliki warga Ketingan. Komitmen dan kepedulian warga dalam menjaga lingkungan dan habitat inilah yang mengantarkan dusun ini menjadi salah satu dusun konservasi di Yogyakarta. Burung ini tinggal dengan nyaman di beberapa jenis pohon, seperti: pohon johar, pohon mlinjo, pohon adem-adem ati, pohon bambu, pohon nangka dan pohon flamboyan.Disamping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa budaya pedesaan. Sehingga pengunjung dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan atau pun kandang ternak. Pengunjung dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, gejog lesung, pek bung, dan lainnya. Atau pun, belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang

Page 8: Burung Bangau Desa Ketingan

diolah dengan sederhana.Tersedia pula beberapa rumah penduduk yang siap menerima tamu untuk menginap. Para tamu dapat tinggal bersama dan mengenal keramahan, kehangatan warga desa Ketingan. Suasana malam di dusun Ketingan memungkinkan kita mendengar suara jangkrik, dan melihat kunang-kunang yang rasanya tidak lagi dapat ditemukan di perkotaan.Atraksi1. Pengamatan burung (bird watching)2. Kegiatan pertanian3. Mengikuti kegiatan seni tradisional4. Membuat dan mencicipi makanan dan minuman khasFasilitas1. Pemandu lokal2. Menara pengamatan burung.3. Tersedia tempat menginap ala pedesaan (30 rumah, kapasitas 70 orang. Biaya Rp 50.000,00/org/hari)4. Makanan dan minuman khas Dusun Ketingan5. Tersedia kendaraan antar jemput (bila dibutuhkan)Dalam pelaksanaan pelayanan Desa Wisata Fauna Ketingan ini dibutuhkan pemandu atau pelaku wisata yang mampu berbahasa Inggris karena Desa Wisata Fauna ini sering menerima kunjungan wisatawan asing. Peranan komunikasi dalam bahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam hal ini guna mengembangkan Desa Wisata Fauna Ketingan. Akan tetapi dalam kenyataannya, sejauh ini hanya ada segelintir warga saja yang benar-benar mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Untuk itu pelatihan bahasa Inggris sangat dibutuhkan oleh para pelaku wisata Ketingan karena kemampuan berbahasa Inggris mereka masih perlu ditingkatkan.Dalam menyusun materi pelatihan Bahasa Inggris untuk pemandu (tour guide) dibutuhkan materi Bahasa Inggris yang cocok untuk kebutuhan mereka. Pedoman pembuatan materi ini harus berkiblat pada pedoman ESP (English for Specific Purposes) atau Bahasa Inggris untuk bidang khusus, yaitu Bahasa Inggris untuk bidang kepariwisataan. Pengembang materi (material developer) menganalisis subjek yang akan diajar, mengapa, di mana, apa, bagaimana, dan kapan. Setelah itu, pengembang materi menganalisis fungsi bahasa (language function) apa saja yang mereka butuhkan. Dalam hal ini pemandu Desa Wisata Fauna Ketingan membutuhkan materi kosakata (vocabulary) yang berhubungan dengan dunia wisata, burung kuntul, dan kegiatan masyarakat desa, cara mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai burung kuntul dan Desa Wisata Fauna Ketingan. Setelah menganalisis apa yang mereka butuhkan, pengembang materi menentukan metode pelatihan Bahasa Inggris seperti apa yang sesuai bagi pelaku wisata Desa Wisata Fauna Ketingan. Selanjutnya pengembang materi menyusun silabus atau acuan pelatihan Bahasa Inggris.

(dikutip dengan perubahan dari Wikipedia)

Page 9: Burung Bangau Desa Ketingan

Desa Ketingan Sleman, Surga Burung BangauSabtu, 14 Agustus 2010 10:45:00

SLEMAN (KRjogja.com) - Ratusan burung kuntul alias bangau liar yang menghuni Desa

Ketingan, Tirtoadi, Mlati Sleman merupakan daya tarik utama dan menjadikan desa ini sebagai desa wisata sejak tahun 2005 lalu. Tidak hanya menjadi habitat burung kuntul saja, kawasan ini juga terdapat ratusan burung blekok sehingga pengunjung bisa mengamati burung liar tersebut dari dekat.

Ketua Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Sleman sekaligus Ketua Desa Wisata Kentingan, Haryono mengatakan, Desa Ketingan memang mempunyai keasrian dan keaslian alam yang relatif terjaga sehingga burung-burung kuntul ataupun hewan-hewan lain lebih betah berada di sini. Jalan-jalan dan pemukiman penduduk yang tenang, pepohonan, serta kecintaan masyarakat Ketingan terhadap indahnya harmoni alam membuat burung kuntul nyaman untuk singgah.

"Tiap akhir September burung ini bermigrasi tetapi pada bulan November burung-burung tersebut datang lagi dan akan membuat sarang di pohon melinjo, pohon sawo, pohon mahoni dan bambu yang ada di desa kami," ujarnya beberapa waktu lalu saat ditemui dalam acara Press Tour yang diadakan Dinas Pariwisata Propinsi DIY.

Haryono menjelaskan, untuk melihat burung kuntul dari dekat, wisatawan dapat memilih gardu pandang yang tersebar di beberapa titik di desa ini. Selain burung kuntul, Ketingan juga dikenal sebagai persinggahan burung blekok.

Burung kuntul dan blekok tersebut semula sempat diusir oleh warga, namun karena jumlahnya semakin banyak warga kemudian sadar bahwa desanya yang masih alami disukai oleh burung-burung kuntul. Konon burung kuntul mulai berdatangan setelah sebuah gapura desa di resmikan oleh Sri Sultan HB X. Setelah itu, banyak burung kuntul yang datang ke Ketingan dan membuat sarang di ruas kanan jalan yang ada.

"Awalnya masyarakat tidak peduli dengan keberadaan burung-burung ini, namun pada akhirnya setelah terjadi peristiwa ledakan mercon yang mengakibatkan burung-burung tersebut banyak yang mati pada akhirnya timbul kesadaran warga setempat untuk melindungi burung liar ini dan habitatnya agar tidak punah.Selain itu warga juga membuat papan larangan berburu burung ini dan dilarang keras membunyikan mercon untuk melindungi keberdaan burung Kuntul," paparnya.

Lebih lanjut Haryono mengatakan, dengan adanya wisata untuk menyaksikan burung Kuntul ini, pihak pengurus desa setempat kemudian mengembangkan desa Kentingan menjadi Desa Wisata dimana tamu-tamu dapat menginap 1-3 hari dengan pakaet wisata lain yang ditawarkan mulai dari pertanian, pendidikan dan upacara daur hidup, rumawahan, gejog lesung yang umurnya sudah ratusan tahun dan lain-lain.

"Kami memiliki warga yang berjumalh 698 orang dengan 269 kepala keluarga dan luas 17,5 hektar dan setiap pekarangan rumah warga ada pohon melinjo selain dapat diolah menjadi home industri, pohon tersebut dapat menjadi sarang burung kuntul," imbuhnya.

Dengan adanya 48 homestay yang dapat menampung maksimal 250 tamu selama 3 hari dan objek wisata ratusan burung kuntul dan blekok liar ini tidak mengherankan di desa ini banyak terdapat papan peringatan dilarang berburu binatang dan himbauan menjaga kelestarian lingkungan alam. Desa ini juga sangat populer terutama di kalangan pemerhati lingkungan dan kalangan dunia fotografi. (Fir)

Ratusan burung kuntul liar yang berada di pohon bambu Desa Wisata Ketingan Tirtoadi Sleman Yogyakarta. (Foto : Fira

Nurfiani)

Page 10: Burung Bangau Desa Ketingan

Burung Pun Punya Tradisi Berkumpul di Malam Jumat Kliwon

REP | 04 September 2010 | 13:53 263 3

2 dari 2 Kompasianer menilai Menarik

Sleman – Keberadaan Dusun Ketingan di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman memang sangat penting mengingat desa ini memiliki habitat burung kuntul dan burung blekok yang populasinya luar biasa banyaknya. Dusun Ketingan ini telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak 1997 dan ribuan burung ini selalu datang dikala musim penghujan saat mereka memasuki musim kawin.

Namun pernakah Anda menyaksikan perilaku burung kuntul atau blekok dalam sehari-hari? Kehidupan burung kuntul ini memang cukup unik karena setiap pagi kumpulan burung kuntul ataupun blekok ini selalu pergi bersama-sama,terbang untuk mencari makan. Tempat mencari makannya pun sangat jauh bahkan jaraknya bisa puluhan kilometer dari rumahnya di Dusun Ketingan, seperti di Imogiri maupun Kulonprogo. Sementara kegiatan migrasi yang dilakukan Burung Kuntul ini biasanya terjadi pada akhir Agustus atau pertengahan September dan kembali pulang pada pertengahan bulan November, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat sarang.

Suasana ramai burung di Dusun Ketingan ini juga terjadi pada bulan Januari – April dimana jumlah burung semakin banyak apalagi ribuan burung ini mengeluarkan suara yang saling bersahutan sehingga suasana berisik di atas kampung ini akan sangat terasa. Mereka bersarang di pohon-pohon tinggi seperti pohon johar, mlinjo, adem ati, bambu, nangka dan flamboyan.

Menurut sesepuh desa Ketingan, burung Kuntul dan Blekok itu datang ke desanya hanya selang beberapa hari setelah Sri Sultan meresmikan salah satu jalan di dusun itu. Karena kebetulan inilah, penduduk desa yang masih percaya akan tuah dan berkah dari rajanya percaya bahwa burung-burung ini merupakan lambang keberuntungan. Keyakinan inilah yang membuat penduduk Ketingan sepakat untuk melindungi keberadaan kuntul dan blekok di desa mereka. Salah satu contoh upaya nyata adalah pelarangan perburuan kedua jenis bangau yang selanjutnya diterapkan pada semua jenis burung di seluruh wilayah dusun.

Ada yang menarik di dusun Ketingan ini. Ribuan Burung Kuntul dan Blekok ini selalu menggelar “acara” di setiap malam Jumat Kliwon saat bulan purnama. Entah apa yang dilakukan di malam jumat kliwon bulan purnama itu namun yang jelas, ribuan burung kuntul dan blekok ini seperti menggelar ritual setiap kali malam jumat kliwon bulan purnama. Masyarakat dusun tersebut pun mengaku heran melihat ribuan burung kuntul ini berkumpul di setiap malam jumat

Page 11: Burung Bangau Desa Ketingan

kliwon bulan purnama. Meski tidak ada mitos apa-apa namun masyarakat dusun tersebut percaya apa yang dilakukan burung kuntul memiliki arti sendiri bagi kehidupannya.

Kepala Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Sleman, Haryono menjelaskan diatas kampung tiap malam jumat kliwon terang bulan, mulai dari petang hari hingga malam terlihat kelap kelip putih burung kuntul yang sedang mengepakkan sayapnya. Dan ini terjadi sejak 1997 hingga sekarang.

“Orang-orang pun heran mengapa setiap kali malam jumat kliwon terang bulan,ribuan burung ini berkumpul di atas kampung ini. Kalau mitos, sampai saat ini kami belum mendengarnya namun kebiasaan ini dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang positif demi mendukung habitat koloni burung kuntul dan blekok ini,” katanya.

Haryono menambahkan habitat burung kuntul ini akan rusak jika mendengar suara ledakan seperti petasan ataupun mercon, makanya di dusun Ketingan ini dilarang membunyikan petasan. Dusun Ketingan ini pernah ditinggalkan ribuan Burung Kuntul ini ketika anak-anak memainkan petasan yang diberikan warga Australia yang berkunjung di dusun ini yang mengakibatkan burung-burung pergi. Habitat Burung Kuntul ini juga pernah rusak karena adanya bencana gempa bumi yang terjadi di DIY Jateng Mei 2006 lalu. Sementara kehidupan burung kuntul pun terus berlangsung, dan burung yang mati pun akan terlihat bangkainya yang jatuh dari pohon.

“Biasanya burung yang mati adalah burung yang masih anak-anak, kemungkinan ini terjadi akibat seleksi alam supaya tidak terjadi over populasi,” imbuhnya.

Di samping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa budaya pedesaan. Pengunjung dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan ataupun kandang ternak. Selain itu pengunjung dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, gejog lesung, pek bung, atau belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang diolah dengan sederhana.**( Eko Wahyu )

Desa Wisata Fauna Ketingan

 

             Ketingan adalah salah satu desa wisata yang dimiliki Kabupaten Sleman. Dusun ini berada di desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman, DI Yogyakarta. Bersama dengan dua puluh-an desa wisata lainnya, dusun Ketingan telah menjadi salah satu alternatif objek wisata pedesaan di lereng selatan Gunung Merapi. Daya tarik yang membedakan Dusun Ketingan dengan desa wisata lainnya adalah keberadaan burung kuntul dan blekok. Wilayah Ketingan telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak tahun 1997. Burung-burung tersebut datang di kala musim penghujan, saat mereka memasuki musim kawin.

Interaksi antara warga dan burung merupakan bukti adanya kepedulian terhadap alam yang dimiliki warga Ketingan. Komitmen dan kepedulian warga dalam menjaga lingkungan dan habitat inilah yang mengantarkan dusun ini

Page 12: Burung Bangau Desa Ketingan

menjadi salah satu dusun konservasi di Yogyakarta. Burung ini tinggal dengan nyaman di beberapa jenis pohon, seperti: pohon johar, pohon mlinjo, pohon adem-adem ati, pohon bambu, pohon nangka dan pohon flamboyan.

Disamping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa budaya pedesaan. Sehingga pengunjung dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan atau pun kandang ternak. Pengunjung dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, gejog lesung, pek bung, dan lainnya. Atau pun, belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang diolah dengan sederhana.

Tersedia pula beberapa rumah penduduk yang siap menerima tamu untuk menginap. Para tamu dapat tinggal bersama dan mengenal keramahan, kehangatan warga desa Ketingan. Suasana malam di dusun Ketingan memungkinkan kita mendengar suara jangkrik, dan melihat kunang-kunang yang rasanya tidak lagi dapat ditemukan di perkotaan

Atraksi :    1. Pengamatan burung (bird watching)

                  2. Kegiatan pertanian

                  3. Mengikuti kegiatan seni tradisional

                  4. Membuat dan mencicipi makanan dan minuman khas

Fasilitas : 1. Pemandu lokal

                  2. Menara pengamatan burung.

                  3. Tersedia tempat menginap ala pedesaan (30 rumah, kapasitas 70 orang. Biaya

                   Rp. 50.000,00/org/ hari)

                  4. Makanan dan minuman khas Dusun Ketingan

                  5. Tersedia kendaraan antar jemput (bila dibutuhkan)

             Dalam pelaksanaan pelayanan Desa Wisata Fauna Ketingan ini dibutuhkan pemandu atau pelaku wisata yang mampu berbahasa Inggris karena Desa Wisata Fauna ini sering menerima kunjungan wisatawan asing. Peranan komunikasi dalam bahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam hal ini guna mengembangkan Desa Wisata Fauna Ketingan. Akan tetapi dalam kenyataannya, sejauh ini hanya ada segelintir warga saja yang benar-benar mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Untuk itu pelatihan bahasa

Page 13: Burung Bangau Desa Ketingan

Inggris sangat dibutuhkan oleh para pelaku wisata Ketingan karena kemampuan berbahasa Inggris mereka masih perlu ditingkatkan.

Dalam menyusun materi pelatihan Bahasa Inggris untuk pemandu (tour guide) dibutuhkan materi Bahasa Inggris yang cocok untuk kebutuhan mereka. Pedoman pembuatan materi ini harus berkiblat pada pedoman ESP (English for Specifis Purposes) atau Bahasa Inggris untuk bidang khusus, yaitu Bahasa Inggris untuk bidang kepariwisataan. Pengembang materi (material developer) menganalisis subjek yang akan diajar, mengapa, di mana, apa, bagaimana, dan kapan. Setelah itu, pengembang materi menganalisis fungsi bahasa (language function) apa saja yang mereka butuhkan. Dalam hal ini pemandu Desa Wisata Fauna Ketingan membutuhkan materi kosakata (vocabulary) yang berhubungan dengan dunia wisata, burung kuntul, dan kegiatan masyarakat desa, cara mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai burung kuntul dan Desa Wisata Fauna Ketingan. Setelah menganalisis apa yang mereka butuhkan, pengembang materi menentukan metode pelatihan Bahasa Inggris seperti apa yang sesuai bagi pelaku wisata Desa Wisata Fauna Ketingan. Selanjutnya pengembang materi menyusun silabus atau acuan pelatihan Bahasa Inggris.

(dikutip dengan perubahan dari Wikipedia)Phone Kantor     : (0274 ) 586263

Fax                    : (0274 ) 586263

HP                     : 08157 8800014

E-mail               : [email protected]

                            [email protected]

Page 14: Burung Bangau Desa Ketingan

Keindahan Kepakan Sayap Blekok dan Kuntul

Desa Ketingan terletak di Mlati, Sleman. Di tempat ini pengunjung bisa menyaksikan ribuan burung Blekok (Ardeola speciosa) dan Kuntul (Bubulcus ibis) silih berganti terbang mengitari atas rumah-rumah penduduk.

Di pagi hari, sebagian dari burung-burung itu secara bergerombol membentuk barisan terbang kea rah barat dan selatan menjauhi Dusun Ketingan untuk mencari makan. Dan lainnya tetap tinggal di pepohonan yang rimbun untuk menjaga anak-anak mereka yang baru saja lahir.

Di antara burung-burung itu, beberapa turun ke tanah berebut cacing atau makanan lain dengan ayam-ayam piaraan warga. Sesekali pula burung itu mengambil ranting pohon yang jatuh di tanah lalu membawanya ke atas untuk dibikin sarang. Mereka seolah tidak peduli dengan aktivitas wrga yang pagi itu mulai bekerja pula.

Page 15: Burung Bangau Desa Ketingan

Atas dukungan penuh Pemkab Sleman serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi DIY dicanangkanlah Dusun Ketingan sebagai desa wisata. Di dusun itu, burung kuntul dan blekok dilindungi dari tindakan yang dapat menurunkan jumlah populasi, dan saat ini diperkirakan jumlahnya mencapai 40.000 ekor.

Semenjak menjadi desa wisata, dusun Ketingan tak pernah sepi dari wisatawan, terutama jika musim liburan. Mereka yang datang kebanyakan siswa-siswa sekolah dari Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya.

Tak jarang pula turis asing menginap di situ. Tapi biasanya mereka datang sekitar Desember karena mereka mengamati burung-burung itu dimasa musim kawin.

Setiap tamu jika berwisata di Dusun Ketingan hanya ditarik Rp 50.000/hari. Biaya itu sudah termasuk tidur dan makan. Dipagi hari para tamu bisa melihat burung-burung Kuntul dan Blekok terbang meninggalkan Dusun Ketingan disamping menonton burung-burng yang lainnya turun ke tanah berebut makan dengan ayam piaraan penduduk.

Sore hari, dengan berjalan kearah timur sekitar 200 meter, dipinggir hamparan sawah yang luas, para wisatawan bisa melihat burung-burung kuntul dan blekok datang secara bergelombang setelah seharian mencari makan.

Desa Wisata Ketingan Wednesday, 13 May 2009 06:14 sansan

Desa Wisata Ketingan merupakan habitat dari ribuan burung Kuntul dan Blekok yang saat in sudah sangat langka ditemui di Pulau Jawa. Lokasi Desa Wisata Ketingan terletak di Desa Tirtiadi, Mlati Sleman, 10 km dari Kota Yogyakarta. Disamping memiliki nuansa kehidupan pedesaan yang masih kental dengan adat Jawa, juga memiliki potensi Idustri kerajinan rumah tangga berupa Industri emping Mlinjo, Industri Kerajinan Bambu dan Jamu Tradisional Jawa, sehingga sangat cocok sebagai Obyek Wisata Pendidikan.

Burung Kuntul

Page 16: Burung Bangau Desa Ketingan

Desa Ketingan JogyakartaJogyakarta, 27 April 2011

Agus Suhendi

Sultan Hamengkubwono pada tahun 1997 mengunjungi Desa Ketingan Jogyakarta, sejak saat itu terjadi keanehan. Burung Kuntul berbulu putih mulai bedatangan satu demi satu. Bebarapa waktu kemudian Sultan  keembali mungunjugi desa tersebut dan kembali kawanan burung kuntul berdatangan dengan jumlah yang lebih banyak.

Hal yang mengherankan lainnya setelah kunjungan Sultan, selain kawanan burung berdatangan semakin banyak ke Desa Ketingan ini, kawanan burung kuntul ini hanya mau bersarang di Desa Ketingan  saja, mereka membawa ranting kayu dari daerah lain dan membuat sarang di pohon-pohon di Desa Ketingan.

Sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 penduduk memburu burung kuntul ini untuk diambil dagingnya.  Akan tetapi penduduk desa  mulai menjaga kelestarian burung kuntul ini setelah mengetahui bahwa burung kuntul di desa mereka menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Wisatawan semakin banyak berdatangan, penduduk mulai mendapat bimbingan dari  instansi pemerintah khususnya Dinas Pariwwisata.

Page 17: Burung Bangau Desa Ketingan

Pada tanggal 29 September 2002 diadakan seminar nasional berkenaan dengan burung kuntul yang  bersarang di Desa Ketingan, tak lama berselang desa ini dijadikan daerah konservasi .  Pada bulan Januari 2011, Balai Konservasi Alam, memperkirakan jumlah burung kuntul yang bersarang di Desa Ketingan kira-kira sebanyak 7500 ekor. Kini Desa Ketingan selain sebagai daerah konservasi alam untuk burung kuntul juga menjadi daerah tujuan wisata desa.

http://indopedia.gunadarma.ac.id/pdf/5797.pdf Pasted from <file:///C:\Users\Anton%20Subakti\Desktop\karya%20ilmiah\burung%20bangau%20desa%20ketingan.docx>

http://www.info-wisatakita.co.cc/2009/08/dusun-wisata-ketingan-wisata-kuntul.html Sumber : http://desawisata.com/, http://www.workpad.com/ Pasted from <http://www.info-wisatakita.co.cc/2009/08/dusun-wisata-ketingan-wisata-kuntul.html>

http://ketingan.wordpress.com/2010/06/27/desa-wisata-fauna-ketingan/ http://www.krjogja.com/news/detail/45822/Desa.Ketingan.Sleman..Surga.Burung.Bangau.html http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/09/04/burung-pun-punya-tradisi-berkumpul-di-malam-jumat-kliwon/ http://supartini.web.ugm.ac.id/index_files/Page399.htm http://pakansi-id.blogspot.com/2008/06/keindahan-kepakan-sayap-blekok-dan.html http://carakahana.blogspot.com/2011/04/burung-kuntul-desa-ketingan-jogyakarta.html

Page 18: Burung Bangau Desa Ketingan