BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN...

157
BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA (KSPI) DALAM MENUNTUT PENCABUTAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Wahyu Putra Hardiyanto 1111112000039 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN...

Page 1: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

BURUH DAN KEKUATAN POLITIK

PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA

INDONESIA (KSPI) DALAM MENUNTUT PENCABUTAN

PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN 2015

TENTANG PENGUPAHAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Wahyu Putra Hardiyanto

1111112000039

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

BURUH DAN KEKUATAN POLITIK: PERJUANGAN KONFEDERASI

SERIKAT PEKERJA INDONESIA (KSPI) DALAM MENUNTUT

PENCABUTAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN 2015

TENTANG PENGUPAHAN

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Januari 2018

Wahyu Putra Hardiyanto

Page 3: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Wahyu Putra Hardiyanto

NIM : 1111112000039

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

BURUH DAN KEKUATAN POLITIK: PERJUANGAN KONFEDERASI

SERIKAT PEKERJA INDONESIA (KSPI) DALAM MENUNTUT

PENCABUTAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN 2015

TENTANG PENGUPAHAN

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 04 Januari 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin Hasan M.Si Ana Sabhana Azmy, M.I.P.

NIP: 19701013 200501 1 003 NIDN: 2010018601

Page 4: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

BURUH DAN KEKUATAN POLITIK: PERJUANGAN KONFEDERASI

SERIKAT PEKERJA INDONESIA (KSPI) DALAM MENUNTUT

PENCABUTAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN 2015

TENTANG PENGUPAHAN

oleh

Wahyu Putra Hardiyanto

1111112000039

Telah di uji dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Januari

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekertaris

Dr. Iding RosyidinHasan M.Si Suryani M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19770424 200710 2 003

Penguji I, Penguji II,

Dra. Haniah Hanafie, M. Si. Adi Prayitno, M.I.P.

NIP:196105242000032002 NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 15 Januari 2018

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin Hasan M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003

Page 5: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis perjuangan KSPI dalam menuntut Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Permasalahan

penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) maupun Upah Minimum

Provinsi (UMP) selalu menjadi ritual tahunan di Indonesia. Dari waktu ke waktu,

masalah penetapan upah minimum selalu menjadi pokok masalah tuntutan buruh. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, Pemerintah Indonesia lewat Kementerian

Ketenagakerjaan mengeluarkan kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Namun, diterbitkannya PP No.78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan nyatanya malah mengundang reaksi negatif dari kalangan

buruh atau serikat buruh. Kalangan buruh atau serikat buruh menganggap

kebijakan tersebut merugikan buruh dikarenakan tidak diikutsertakannya buruh

dalam perundingan penetapan upah minimum.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui analisa serta

pemahaman mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

strategi kelompok kepentingan dari G. Calvin Mackenzie dan Gabriel A. Almond

untuk melihat saluran-saluran yang dipakai oleh kelompok kepentingan.

Kelompok kepentingan berperan mempengaruhi setiap kebijakan yang dianggap

merugikan agar sesuai dengan kepentingan kelompoknya. Sehingga, untuk

menelaah upaya kelompok kepentingan dalam mempengaruhi sebuah kebijakan, akan

dianalisa strategi apa saja yang digunakan KSPI sebagai kelompok kepentingan

dalam menuntut Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.

Sedangkan, untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat strategi yang dimiliki

oleh KSPI tersebut, merujuk pada pandangan dari David Easton mengenai sistem

politik. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana proses kelompok

kepentingan mengartikulasikan kepentingan dalam mempengaruhi kebijakan

publik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi KSPI dalam menuntut

Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan belum berjalan

optimal dan efektif sehingga belum berimpilkasi pada dicabutnya PP No. 78 Tahun

2015 Pentang Pengupahan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan yang

dialami KSPI dalam usahanya mempengaruhi kebijakan pemerintah tersebut.

Hambatan-hambatan tersebut terdiri dari dua faktor, yaitu pertama, hambatan internal

berupa isu yang perjuangan yang tidak fokus, serikat buruh terfragmentasi, rendahnya

kualitas pendidikan buruh, tidak adanya perwakilan KSPI di parlemen dan tidak

adanya dukungan dari partai politik. Sedangkan hambatan eksternal berupa

ketidakberpihakan pemerintah dan adanya kepentingan pengusaha dibalik kebijakan

PP No. 78 Tahun 2015.

Kata kunci: Kelompok kepentingan, Serikat Buruh, Peraturan Pemerintah.

Page 6: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, dan

hidayat-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW. Penulis merasa bahagia dan bersyukur karena dapat

menyelesaikan salah satu persyaratan dalam memperolehgelar sarjana Program

Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian yang berjudul Buruh dan Kekuatan Politik: Analisa Terhadap

Perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Dalam Menuntut

Pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan, dapat terselesaikan tentunya melibatkan semua pihak lain yang telah

membantu dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.Si.,selaku Ketua Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Suryani, M.Si.,selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ana Sabhana Azmy, M.I.P., selaku dosen pembimbing yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Serta penulis mengucapkan banyak terima kasih atas saran,

nasehat, dan semangat yang di berikan dalam menyempurnakan skripsi

ini.

Page 7: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

vii

5. Selaku Penguji I dan Penguji II pada saat sidang skripsi berlangsung,

yang bersedia memberikan saran dan nasihat dalam menyempurnakan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Politik yang tidak

bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala dedikasinya yang

telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

7. Muhamad Rusdi Selaku Sekertaris Jendral KSPI beserta staffnya,

Juprianus Manurung, SH selaku Kasi Standarisasi Pengupahan Direktorat

Pengupahan, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja RI beserta

staffnya, P. Agung Pambudhi selaku Direktur Eksekutif, Dewan

Pengusaha Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) beserta

staffnya, Dede Yusuf M. E sebagai Ketua Komisi IX DPR RI periode

2014-2019 beserta staffnya dan Timboel Siregar selaku Pengamat

Perburuhan yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis.

8. Seluruh keluarga, yaitu Ibu Haryati dan Bapak Sunardi yang selalu

mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Mereka

berdua yang menjadi alasan penulis untuk menyelesaikan kewajiban ini

dan karena kerja keras beliau berdua penulis bisa sampai pada saat ini.

Untuk kedua adik, yaitu, Bayu Sakti Hardiyansyah dan Israwan Bagus

Hariyadi yang selalu menghibur penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Politik 2011,

yaitu: Muhammad Fauzi, Iskandar, Handi, Derio, Fadhli, Dami, Hendra,

Afdal, Sony, Wisnu, Abi, Aco, Bayu, Irfan, Reza, Nurcholis, Roy, Hijri,

Faisal, Amar, Zamiral, Nasrul, Sulton, Icksan, Sutisna, Nukman, Heni,

Atina, Sitta, Neneng, Mareta, dan lain-lain yang penulis tidak bisa

sebutkan. Terima kasih atas keseruannya selama 5 tahun ini.

10. Keluarga Besar H. Matamin, terutama Ijal, Astrid, Audy, Kak Sela,

Labib, Mas Abas, Esya, Faisal, Kak Gadis, Om adan, Tante Reva, Kak

Selmy, Dita, Akim, Felis dan lain-lain yang selalu tertawa bareng,

Page 8: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

viii

mendukung, memberikan solusi, semangat dan menjadi motivasi penulis

agar segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman semasa kerja di Pizza Hut yaitu Hendy Giant, Eka, Lulu,

Arman, Engkos dan sahabat semasa SMA yaitu Ali Imron yang telah

menghibur dan mendukung penulis dikala putus asa.

12. Teman-teman KKN ANGSA 2014, yaitu Muhammad Fauzi, Handi

Raitiardi, Muhammad Iskandar, Aprilia Sari, Mujib, Anam, Lutfi, Reno,

Mona, Asmah, Mila, Rizka, Nisa dan Rahma yang telah memberikan

kesan menarik dan arti sebuah tanggung jawab.

13. Ayu Sri Rahayu calon guru yang dengan sabar telah menemani,

memberikan semangat dan menghibur penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini serta selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikannya

agar tidak tertunda.

Karena tanpa mereka, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan membalas segala

kebaikan mereka yang tanpa sadar telah banyak membantu dalam penyusunan

skripsi ini. Dan tentunya, penulis bukanlah orang yang sempurna sehingga mohon

maaf atas segala kekurangan dalam penelitian ini. Tentunya penulis sangat

terbuka atas kritik dan masukan yang membangun dalam menyempurnakan

penelitian ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 04 Januari 2018

Wahyu Putra Hardiyanto

Page 9: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................... 14

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 14

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 15

E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 15

F. Metode Penelitian............................................................... 18

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 21

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Kelompok Kepentingan ............................................ 22

1. Definisi Kelompok Kepentingan ................................ 22

2. Jenis-Jenis Kelompok Kepentingan ........................... 26

a) Kelompok Anomi ................................................ 26

b) Kelompok Nonasosiasional ................................. 27

c) Kelompok Institusional ....................................... 27

d) Kelompok Asosiasional....................................... 27

3. Strategi Kelompok Kepentingan ................................ 28

a) Lobi ..................................................................... 29

b) Dukungan Kampanye .......................................... 29

c) Publisitas ............................................................. 30

d) Proses Pengadilan ................................................ 31

4. Saluran-Saluran Kelompok Kepentingan ................... 32

a) Demonstrasi dan Kekerasan ................................ 32

b) Hubungan Pribadi ................................................ 33

Page 10: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

x

c) Perwakilan Langsung .......................................... 33

d) Formal dan Institusi Lainnya............................... 34

1) Media Massa ................................................ 34

2) Partai Politik ................................................. 34

3) Badan Legislatif, Kabinet dan Birokrasi ...... 35

B. Teori Sistem Politik ........................................................... 35

1. Definisi Sistem Politik ............................................... 35

2. Skema Kerja Sistem Politik Menurut

David Easton .............................................................. 37

BAB III GAMBARAN PROFIL ORGANISASI KSPI

A. Sejarah Singkat Organisasi Buruh di Indonesia ................. 40

1. Periode Kolonial Belanda dan Jepang Sampai

Orde Lama .................................................................... 40

2. Periode Orde Baru ........................................................ 41

3. Periode Reformasi ........................................................ 42

B. Profil Konfederasi Serikat Pekerja Indonesai (KSPI) ........ 44

1. Sejarah KSPI ................................................................ 48

2. Struktur Organisasi KSPI ............................................. 49

3. Visi, Misi dan Program Perjuangan KSPI .................... 50

BAB IV PERJUANGAN KSPI DALAM MENUNTUT PENCABUTAN

PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 78 TAHUN

2015 TENTANG PENGUPAHAN

A. Strategi KSPI Dalam Menuntut Pencabutan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan ....................................................................... 55

1. Lobi KSPI Kepada Pejabat Publik Selaku

Pembuat Kebijakan Perburuhan ................................... 56

2. Publisitas KSPI Melalui Aksi Demonstrasi

Dan Mogok Kerja ......................................................... 63

3. Tuntutan KSPI Melalui Proses Pengadilan Dengan

Mengajukan Judicial Review kepada Mahkamah

Agung ........................................................................... 73

B. Hambatan KSPI Dalam Menuntut Pencabutan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan ......................................................... 77

1. Hambatan Internal ........................................................ 79

a) Isu Perjuangan Tidak Fokus .................................. 79

b) Tidak Adanya Perwakilan Buruh KSPI Baik di

Lembaga Legislatif Maupun Eksekutif ................. 84

2. Hambatan Eksternal ..................................................... 90

a) Ketidakberpihakan Pemerintah Kepada Buruh ..... 91

Page 11: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xi

b) Adanya Kepentingan Pengusaha Dibalik Kebijakan PP

No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan ............. 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 100

B. Saran ................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104

Page 12: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1. Upah Minimum Regional Negara-Negara ASEAN................ 8

Tabel I.A.2. Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2016 ........................ 10

Tabel I.A.3. Jumlah Sikap Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh Terhadap

PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan......................... 12

Tabel III.C.1. Pengurus Dewan Eksekutif Nasional KSPI Periode 2012-

2017 ........................................................................................ 49

Tabel IV.B.1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Indonesia 2016-2017 ....... 82

Page 13: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.B.1. Skema Kerja Sistem Politik Menurut David Easton ........... 37

Gambar III.C.1. Struktur Organisasi KSPI ................................................... 48

Gambar III.C.2. Struktur Pengurus Dewan Eksekutif Nasional KSPI .......... 48

Gambar IV.A.1. KSPI Melobi Komisi IX DPR RI ....................................... 58

Gambar IV.A.2. Tahapan Proses Agenda Setting ......................................... 65

Gambar IV.A.3. Strategi Publisitas KSPI Melalui Social Media

Facebook ............................................................................ 69

Gambar IV.A.4. Demonstrasi KSPI Menutut Pencabutan PP No. 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan ..................................... 71

Page 14: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Konfederasi Serikat Pekerja

Indonesia (KSPI) ...................................................................... xv

Lampiran 2: Surat Hasil Wawancara/Penelitaan Dari Kementrian Ketenaga-

kerjaan RI Direktorat Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja ............................................................................ xvi

Lampiran 3: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Dari Kepengurusan Nasional

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ............................... xvii

Lampiran 4: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Dari Pengamat Perburuhan:

Timboel Siregar……………………………………………….. xviii

Lampiran 5: Transkip Wawancara Dengan Muhamad Rusdi Selaku Sekerta-

ris Jendral (Sekjen) Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

(KSPI) ....................................................................................... xix

Lampiran 6: Transkip Wawancara Dengan Juprianus Manurung, S.H.

Selaku Kasi Standarisasi Pengupahan Direktorat Pengupahan,

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga

Kerja RI………………………………………………………. xxvii

Lampiran 7: Transkip Wawancara Dengan P. Agung Pambudhi Selaku Direk-

tur Eksekutif Dewan Pengusaha Nasional, Asosiasi Pengusaha

Indonesia (APINDO)………………………………………….. xxix

Lampiran 8: Transkip Wawancara Dengan Timboel Siregar Selaku Pengamat

Perburuhan…………………………………………………... xxxiii

Lampiran 9: Transkip Wawancara Dengan Dede Yusuf Macan Effendi

Selaku Ketua Komisi IX DPR RI Periode 2014-2019 ............ xl

Lampiran 10: Dokumentasi Bersama Narasumber ........................................ xliv

Page 15: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia kekuatan politik pekerja/buruh

merupakan sesuatu yang patut diperhitungkan. Bahkan pada periode pra-

proklamasi, gerakan buruh merupakan gerakan teroganisir pertama di Indonesia

yang menempatkan aksi penggulingan kekuasaan kolonial Hindia-Belanda

sebagai salah satu tujuan perjuangannya.1

Istilah pekerja dan buruh sendiri sebenarnya mempunyai makna yang

berbeda. Pengertian pekerja sendiri lebih kepada proses dan bersifat mandiri. Bisa

saja pekerja itu bekerja untuk dirinya dan menggaji dirinya sendiri pula. Contoh

pekerja ini antara lain petani, nelayan, dokter yang dalam prosesnya pekerja

memperoleh nilai tambah dari proses penciptaan nilai tambah yang mereka buat

sendiri.2 Sedangkan menurut ILO, buruh merupakan seseorang yang bekerja pada

orang lain/badan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan atas upayanya

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Dengan kata lain semua

orang yang tidak mempunyai alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi

maka bisa disebut sebagai buruh. Konsep ini juga sejalan dengan pemikiran Marx

tentang borjuis dan proletar dimana pada hakekatnya di dunia ini hanya ada dua

kelas yaitu borjuis dan proletar. Borjuis adalah pemilik alat produksi dan proletar

1 Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia (Jakarta: TURC, 2007), h. 30.

2 Payaman J. Simajuntak, Undang-Undang Yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh (Jakarta: Work In Freedom, 2002), h. 8.

Page 16: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

2

adalah orang yang tidak memiliki alat produksi. Tidak ada kelas menengah karena

sebenarnya kelas menengah adalah pecahan dari kelas proletar.3

Pada dasarnya, para pekerja di perusahaan pada mulanya memang

digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pekerja operasional

atau lebih menggunakan kekuatan fisik dalam bekerja disebut pekerja kasar.

Mereka pada umumnya bekerja dengan mesin-mesin sehingga pakaiannya cepat

kotor. Supaya tidak cepat kotor, pakaian pekerja kasar tersebut biasanya diberi

warna biru dan kemudian dinamakan blue-collar workers atau pekerja kerah biru.

Di negara Barat mereka juga disebut labourers dan di Indonesia sering disebut

buruh. Seperti pekerja pabrik, konveksi, cleaning service, satpam dan sebagainya.

Kelompok kedua adalah pekerja yang mengerjakan pekerjaan halus dan lebih

menggunakan kemampuan intelektualnya untuk bekerja. Mereka biasanya

memakai baju kerah putih atau white collar karena sifat pekerjaannya pakaian

putih tersebut tidak cepat kotor. Seperti pengusaha, karyawan perkantoran, guru

honorer, tenaga penyuluh dan tenaga kesehatan. Mereka biasanya tidak bisa

disebut buruh akan tetapi pada umumnya tidak keberatan jika disebut pekerja.4

Penulis menggunakan istilah buruh atau blue collar dengan melihat

kondisi riil yaitu sifat pekerjaannya yang bergantung pada orang lain atau pemilik

perusahaan, lebih mengutamakan penggunaan kekuatan fisik dalam bekerjanya

dan umumnya bekerja dengan mesin-mesin sehingga pakaiannya cepat kotor.

Meskipun dalam penelitian ini, KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia)

3 Grendi Hendrastomo, “Menakar Kesejahteraan Buruh : Memperjuangkan Kesejahteraan

Buruh diantara Kepentingan Negara dan Korporasi,” Jurnal Informasi Vol. 16 No.2 (2010), h. 4. 4 Simajuntak, Undang-Undang Yang Baru, h. 9.

Page 17: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

3

yang menjadi bahan penelitian terdiri dari berbagai afiliasi federasi. Salah satu

afiliasi tersebut terdapat white collar yaitu PB PGRI (Pengurus Besar Perguruan

Guru Republik Indonesia).

Dalam sejarah perjalanannya, buruh selalu mewarnai kehidupan politik

Indonesia. Pada awal periode pra-proklamasi, gerakan buruh merupakan gerakan

teroganisir pertama di Indonesia yang menempatkan aksi penggulingan kekuasaan

kolonial Hindia-Belanda sebagai salah satu tujuan perjuangannya.5 Sedangkan,

pada periode pasca proklamasi Republik Indonesia yaitu masa awal kemerdekaan,

gerakan buruh juga aktif dalam politik guna memperkuat kemerdekaan

Indonesia.6 Adapun, kemenangan gerakan buruh dalam perpolitikan Indonesia

sebagai salah satu kekuatan politik yang patut diperhitungkan ketika gerakan

buruh berafiliasi dengan partai politik yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI

merupakan partai ke empat pemenang pemilu yang bersaing dengan partai besar

lainnya seperti Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), PNI (Partai

Nasional Indonesia) dan Partai NU (Nahdatul Ulama) pada pemilu pertama tahun

1955.7 PKI sendiri mendapatkan 32 kursi di parlemen sehingga dapat dikatakan

PKI merupakan salah satu kendaraan politik kaum buruh yang paling sukses saat

itu. Namun, masa keemasan buruh sebagai salah satu kekuatan politik di

Indonesia harus berakhir pada 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan

peristiwa G30SPKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia).

5 Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia, h. 30.

6 Rekson Silaban, Reposisi Gerakan Buruh: Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia Pasca

Reformasi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 143. 7 Haniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 39-40.

Page 18: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

4

Barulah setelah reformasi yang dipicu oleh krisis moneter dan turunnya

presiden Soeharto dari pucuk kekuasaan, perubahan terhadap organisasi buruh

mulai terjadi dan pertumbuhan serikat buruh semakin pesat. Indikasi atas

perubahan tersebut adalah dengan diratifikasinya Konvensi ILO (International

Labour Organization) tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk

Berorganisasi melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) RI No. 83 Tahun 1998

oleh pemerintah yang menjadikan kebebasan berserikat bagi buruh.8

Dalam sejarah singkat buruh di Indonesia yang telah dipaparkan di atas,

sesungguhnya ada dua hal penting yang menyertai kehidupan buruh di Indonesia.

Pertama, buruh dalam perkembanganya selalu mengorganisasikan dirinya melalui

serikat buruh. Hal ini dikarenakan buruh seringkali dihadapkan dengan

permasalahan yang rumit diselesaikan karena melibatkan kelompok lain yaitu

penguasaha. Secara logis buruh memiliki kedudukan yang sangat lemah, baik

ditinjau dari segi ekonomi maupun kedudukan dan pengaruhnya terhadap

pengusaha. Oleh karena itu, buruh tidak mungkin bisa memperjuangkan hak-

haknya ataupun tujuannya secara perorangan tanpa mengorganisasikan dirinya

dalam suatu wadah yang dapat membantu mereka untuk mencapai tujuannya.9

Dengan dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini

diikuti juga dengan adanya kesadaran bahwa nasib mereka dan kepentingan yang

ingin dicapai sama akan menjadikan buruh sebagai kekuatan politik patut

diperhitungkan.

8 Simajuntak, Undang-Undang Yang Baru, h. 8.

9 Zaeni Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2009), h. 17.

Page 19: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

5

Adapun pengertian serikat buruh menurut pasal 1 ayat 17 UU No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu:

“Serikat pekerja/buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan

untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang

bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna

memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan

pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya.” 10

Kalau diperhatikan perumusan di atas, maka jelas bahwa serikat buruh

merupakan wadah aspirasi yang mewakili buruh dalam memperjuangkan hak dan

kepentingannya dari permasalahan-permasalahannya yang ada di Indonesia.

Kedua, dalam perkembangannya buruh selalu dihadapkan oleh permasalahan

yang berbeda-beda disetiap periodenya. Bahkan pasca reformasi buruh masih

dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan buruh lainnya. Adapun masalah

utama perburuhan pasca reformasi yaitu masalah pengangguran, meningkatnya

jumlah pekerja informal, masalah pendidikan buruh, masalah upah buruh, masalah

sistem pengawasan tenaga kerja, praktek outsourcing dan buruh kontrak serta

masalah jaminan sosial tenaga kerja.11

Salah satu permasalahan buruh yang baru terjadi pada 23 Oktober 2015

adalah bahwa pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja menerapkan

regulasi baru dalam penetapan upah minimum dengan menerbitkan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Dalam PP tersebut,

penetapan upah minimum dihitung dengan menggunakan formula perhitungan

upah minimum yaitu “(UMn) Upah Minimum yang ditetapkan = (UMt) Upah

10

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 17. 11

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 47-49.

Page 20: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

6

Minimum tahun berjalan + {(UMt) Upah Minimum tahun berjalan x (Inflasit + %

Δ PDBt)}.” Dalam hal ini, inflasit adalah inflasi yang dihitung dari periode

September tahun lalu sampai dengan September tahun berjalan. Sementara PDB

adalah pertumbuhan produk domestik bruto (pertumbuhan ekonomi) yang

dihitung dari PDB kuartal III dan IV tahun sebelumnya dan kuartal I dan II

periode tahun berjalan (tahun berikutnya). Data inflasi dan pertumbuhan ekonomi

itu didasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS).12

Pemerintah melalui Menteri Ketenagakerjaan beranggapan bahwa PP

No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan dinilai akan menjadi solusi dari

perselisihan penentuan upah minimum yang terjadi setiap tahun. Peraturan baru

ini memberikan kepastian kepada pemilik modal untuk berinvestasi karena aturan

tersebut akan memperluas lapangan kerja dengan semakin banyaknya investasi

masuk.13

Adapun yang dimaksud dengan upah menurut pasal 1 ayat 30 Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebagai berikut:

“Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk

tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan

dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.”14

12

Sabrina Asril, “Bagaimana Penetapan Upah Minimum dalam PP pengupahan yang

Baru?,” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://nasional.kompas.com/read/2015/

11/03/13182601/Bagaimana.Penetapan.Upah.Minimum.dalam.PP.Pengupahan.yang.Baru.?page=a

ll 13

Indra Akuntono, “Menaker Tegaskan PP Pengupahan Tak akan Direvisi,” artikel diakses

pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/11/25/ 074700326/

Menaker.Tegaskan.PP.Pengupahan.Tak.Akan.Direvisi

14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 30.

Page 21: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

7

Upah merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu hubungan kerja,

karena dalam melaksanakan suatu pekerjaan ada beberapa makna yang dapat

diperoleh buruh. Makna ini dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

1. Ditinjau dari segi individu, merupakan gerak daripada badan dan

pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah

dan rohaniah.

2. Ditinjau dari segi sosial adalah melakukan pekerjaan untuk

menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyrakat.

Berkaitan dengan makna yang pertama maka upah merupakan tujuan

utama mengapa buruh melakukan pekerjaan diperusahaan. Jika upah bukan

merupakan tujuan utama, bisa jadi hubungan itu bukanlah kerja.15

Dengan

diterbitkannya PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, tentu saja mengundang

reaksi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Kalangan pengusaha melalui Ketua

Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan

pengusaha mendukung penetapan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Mereka menilai peraturan pemerintah tersebut memberikan kepastian pengupahan

terhadap buruh. Sedangkan dilain pihak sebagian besar buruh menolak PP No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan dikarenakan merasa dirugikan dengan adanya

peraturan tersebut.

Hal ini dikarenakan pertama, tidak diikutsertakannya buruh dalam

perundingan penetapan upah minimum. Dalam pasal 43 ayat 7 PP No. 78 tahun

2015 tentang Pengupahan disebutkan upah minimum ditetapkan dengan

menggunakan inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional yang angkanya

dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sehingga dianggap meniadakan

15

Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial, 13-14.

Page 22: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

8

peran dan hak dari serikat buruh untuk berunding dalam penetapan upah

minimum. Padahal, apabila mengacu pada pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan bahwa penetapan upah minimum itu di tetapkan oleh

Gubernur setelah mendapat rekomendasi usulan dari Dewan Pengupahan Daerah

atau Walikota/Bupati dan berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan dan

Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah. Kedua, dengan adanya formula

tersebut juga dapat menciptakan praktek upah murah yang selama ini terus

berlangsung.16

Sebagai contoh UMP (Upah Minimum Provinsi) Banten tahun

2015 sekitar Rp. 1.600.000 namun diterapkannya PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan dengan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)

menyebutkan kenaikan upah minimum rata-rata pada tahun 2016 menjadi sebesar

Rp 1.784.000 atau naik 11,5 persen.17

Padahal apabila melihat kenaikan UMP

(Upah Minimum Provinsi) Banten dari tahun 2014 ke tahun 2015 kenaikan upah

berkisar sebesar 21% dari RP. 1.325.000 menjadi Rp. 1.600.000.18

Oleh karena

itu, dengan adanya PP tersebut, buruh merasa dirugikan karena kenaikan upah

tidak lagi naik secara signifikan.

Selama ini, permasalahan penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK) maupun Upah Minimum Provinsi (UMP) selalu menjadi ritual tahunan di

Indonesia. Dari waktu ke waktu, masalah penetapan upah minimum tersebut

16

Budi Santoso, “Benarkah PP Penguapahan Perbaiki Nasib Buruh,” artikel diakses pada

tanggal 6 Maret 2016 dari http://www.antaranews.com/berita/526104/benarkah-pp-pengupahan-

perbaiki-nasib-buruh 17

BPS, “Inilah Peringkat UMP 2018 Seluruh Indonesia, DIY Terendah,” artikel diakses

pada tanggal 09 September 2017 dari http://www.biaya.net/2015/11/inilah-daftar-upah-minimum-

provinsi-ump.html 18

WageIndicator Foundation, “Minimum Wages in Indonesia with effect from 01-01-2014

to 31-12-2014,” artikel diakses pada tanggal 16 Januari 2018 dari https://wageindicator.org/main

/salary/minimum-wage/indonesia/archive/0

Page 23: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

9

memang menjadi pokok masalah tuntutan buruh. Hal ini dikarenakan, para buruh

berusaha mendapatkan hak atas kelayakan hidup sebagai manusia, yaitu upah

yang secara normatif layak bagi diri dan keluarganya. Hal ini bertolakbelakang

dengan kondisi Indonesia yang selama ini menganut upah murah.

Tabel I.A.1.

Upah Minimum Regional Negara-Negara ASEAN

Nama Negara

(Mata Uang)

Gaji Bulanan

Nilai Tukar per

1 Dollars

Amerika (US$)

Dalam Mata

Uang Negara

Dalam Mata Uang

Dollars Amerika

(US$)

Filipina (Peso) 8.850 - 14.430 187 - 312 47,18

Thailand (Baht) 9.000 257 34.93

Indonesia (Rupiah) 1.100.000 -

3.100.000

83 - 236 13.106

Malaysia (Ringgit) 800 – 900 199 - 231 4,061

Vietnam (Dong) 2.400.000 -

3.500.000

106 - 155 22.527

Kamboja

(Cambodian real

560.000 140 4.000

Laos (Kip) 900.000 109 8.228

Myanmar (Kyat) 108.000 89 1.204

Sumber: (Diolah Secara Pribadi) dari National Wage and Productivity

Commission (NWPC)19

Mengutip data di atas, dari National Wage and Productivity Commission

(NWPC) pada tanggal 29 Juli 2016 yang berdomisili di Filipina, upah buruh di

Indonesia sebesar 83-236 Dollar AS atau sebesar Rp.1.100.000-3.100.000 (kurs

Rp.13.106). Dalam data tersebut, Indonesia berada pada peringkat ketiga dalam

upah minimum tertingginya yaitu sebesar 236 Dollar AS terhadap negara-negara

19

National Wage and Productivity Commission (NWPC), “Comparative Wages in Selected

Countries” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://www.nwpc.dole.gov.ph/pages/

statistics/stat_comparative.html

Page 24: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

10

di ASEAN. Meskipun Indonesia berada diperingkat ketiga dalam upah minimun

tertingginya namun data yang dikutip dan telah diperbaharui 10 Juli 2016 melalui

WageIndicator Foundation mengungkapkan hanya provinsi DKI Jakarta dan

beberapa daerah kota seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Karawang dan

Surabaya yang angkanya dapat dan hampir menyentuh upah tertinggi sebesar 236

Dollar AS.20

Adapun tabel Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2016 yaitu

sebagai berikut:

Tabel I.A.2.

Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2016

No. Provinsi Upah Minimum Provinsi (UMP)

1 Aceh RP. 2.118.500

2 Sumatera Utara RP. 1.811.875

3 Sumatera Barat RP. 1.800.725

4 Sumatera Selatan RP. 2.206.000

5 Riau RP. 2.095.000

6 Kep. Riau RP. 2.178.710

7 Jambi RP. 1.906.650

8 Bangka Belitung RP. 2.341.500

9 Bengkulu RP. 1.605.000

10 Lampung RP. 1.763.000

11 Banten RP. 1.784.000

12 DKI Jakarta RP. 3.100.000

13 Jawa Barat RP. 2.250.000

14 Jawa Tengah RP. 1.265.000

15 Jawa Timur RP. 1.283.000

16 Yogyakarta RP. 1.237.700

17 Bali RP. 1.807.600

18 NTT RP. 1.425.000

19 NTB RP. 1.482.950

20 Kalimantan Barat RP. 1.739.400

20

WageIndicator Foundation, “Minimum Wages in Indonesia with effect from 01-01-2016

to 31-12-2016,” artikel diakses pada tanggal 8 Maret 2016 dari http://www.wageindicator.org

/main/salary/minimum-wage/indonesia

Page 25: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

11

21 Kalimantan Timur RP. 2.161.253

22 Kalimantan Selatan RP. 2.085.050

23 Kalimantan Utara RP. 2.175.340

24 Kalimantan Tengah RP. 2.057.528

25 Maluku RP. 1.775.000

26 Maluku Utara RP. 1.681.266

27 Gorontalo RP. 1.875.000

28 Sulawesi Selatan RP. 2.250.000

29 Sulawesi Utara RP. 2.400.000

30 Sulawesi Tengah RP. 1.670.000

31 Sulawesi Tenggara RP. 1.850.000

32 Sulawesi Barat RP. 1.864.000

33 Papua RP. 2.435.000

34 Papua Barat RP. 2.237.000

Sumber: (Diolah Secara Pribadi) dari National Wage and Productivity

Commission (NWPC)21

Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa dari 34 provinsi di

Indonesia hanya DKI Jakarta yang menyentuh upah tertinggi sebesar 236 Dollar

AS atau 3,1 juta rupiah. Dengan kata lain, provinsi dan daerah-daerah lain di

Indonesia upah minimumnya masih dibawah angka tersebut. Pada kondisi inilah

peran serikat buruh sebagai kelompok kepentingan dibutuhkan untuk mengontrol

setiap kebijakan yang dapat merugikan buruh dan mempengaruhi kebijakan

tersebut agar sesuai dengan kepentingan buruh serta berperan sebagai wadah

untuk menampung aspirasi buruh.

Saat ini, serikat buruh di Indonesia yang tercatat dalam data

Kemenakertrans menurut Ditjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga

Kerja pada tahun 2015 yaitu 6 Konfederasi Serikat Buruh (SB), 92 Federasi

21

National Wage and Productivity Commission (NWPC), “Comparative Wages in Selected

Countries” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari https://wageindicator.org/main

/salary/minimum-wage/indonesia/archive/2

Page 26: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

12

Serikat Buruh (SB), 11.852 SB Tingkat Perusahaan dan 170 Serikat Buruh (SB)

BUMN. Dan total jumlah anggota Serikat Buruh (SB) seluruhnya mencapai

3.414.455 orang.22

Adapun, beberapa konfederasi yang merupakan wadah terbesar

serta menaungi kelompok serikat buruh telah menyatakan sikapnya terhadap

diterbitkannya PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, sebagai berikut:

Tabel I.A.3.

Sikap Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh Terhadap PP No. 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan

No. Nama Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh Sikap

1.

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(KSPSI) Yoris Raweyai

Mendukung

2.

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(KSPSI) Andi Gani

Menolak

3. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Menolak

4.

Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

(KSBSI)

Menolak

5. Konfederasi Kongers Aliansi Serikat Buruh Indonesia

(K.KASBI)

Menolak

6. Komite Persiapan Konfederasi Perjuangan

Buruh Indonesia (KP-KPBI)

Menolak

7. Konfederasi Serikat Nasional (KSN) Menolak

Sumber: (Diolah Secara Pribadi)23

Seperti yang telah dijelaskan tabel di atas, meskipun sebagian banyak

serikat buruh yang menolak kebijakan tersebut namun adapula serikat buruh yang

22

Fadjri, dkk., “Pola Verifikasi Serikat Pekerja/Buruh Dalam Kerangka Kebebasan

Berserikat,” artikel diakses pada tanggal 8 Maret 2016 dari http://kemnaker.go.id/penelitian-info-

naker/puslitbang/pola-verifikasi-serikat-pekerjaburuh-dalam-kerangka-kebebasan-berserikat

23 Eky Jagurawalta dan Ibas, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://

www.bantenpos.co/arsip/2015/11/200-advokat-siap-backup-aksi-mogok-nasional-5-juta-buruh dan

http://redaksikota.com/2015/11/27/benarkah-ada-manuver-ketua-serikat-buruh-orang-asing-

provokasi-anak-bangsa/

Page 27: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

13

mendukung. Adapun dari beberapa serikat buruh yang menolak, peneliti memilih

KSPI sebagai bahan kajian penelitian. Alasan peneliti memilih organisasi buruh

KSPI dikarenakan KSPI merupakan organisasi buruh yang konsisten dalam

memperjuangkan kenaikan upah minimum dan gencar menolak adanya PP No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Kenyataan itu dapat dilihat dengan upaya-upaya yang dilakukan KSPI

dalam menolak PP tersebut. Pertama, terpilihnya ketua KSPI Said Iqbal sebagai

Presidium Komite Aksi Upah Gerakan Buruh Indonesia (KAU-GBI) yang

menolak PP tersebut. GBI sendiri, merupakan gabungan dari konfederasi-

konfederasi serikat buruh seperti KSPSI-AGN, KSBSI, KSPI, KP KPBI, KASBI

dan KSN.24

Kedua, KSPI merupakan konfederasi yang mendapat dukungan dari

Serikat Buruh Internasional (International Trade Union Confederation (ITUC))

dalam penolakan PP tersebut.25

Terakhir, KSPI dalam hal ini adalah konfederasi

yang konsisten menolak PP tersebut dengan tindakan nyata yaitu melakukan

pertemuan dengan Perwakilan Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Ansory Siregar dan

memberi masukan terkait pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan.26

24

Jagurawalta, “200 Advokat Siap Backup Aksi Mogok Nasional 5 Juta Buruh.”

25 Subekti, “Tolak PP Pengupahan Buruh Cari Dukungan Internasional,” artikel diakses

pada tanggal 6 Maret 2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/090742287/tolak-pp-

pengupahan-buruh-cari-dukungan-internasional

26 Kabar Parlemen, “KSPI Minta DPR Cabut PP Nomor 78 tentang Pengupahan,” artikel

diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://kabarparlemen.com/index.php/2016/04/13/kspi-

minta-dpr-cabutan-pp-nomor-78-tentang-pengupahan/

Page 28: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

14

Melihat fenomena di atas, maka peneliti mengangkat permasalahan

tersebut untuk dijadikan skripsi dengan tema “Buruh dan Kekuatan Politik:

Perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dalam Menuntut

Pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan.”

B. Pertanyaan Penelitian

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, agar penelitian ini lebih

terfokus dan terarah, peneliti telah merumuskan masalahnya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi KSPI sebagai kelompok kepentingan dalam menuntut

pencabutan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan?

2. Apa hambatan yang dimiliki oleh KSPI dalam upaya pencabutan Peraturan

Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban secara ilmiah

terhadap masalah yang diuraikan diatas, yakni :

1. Mengetahui peranan dan strategi KSPI sebagai kelompok kepentingan

dalam menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015

tentang Pengupahan.

2. Mengetahui hambatan apa saja yang dimiliki oleh KSPI dalam upaya

pencabutan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan.

Page 29: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

15

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, ada dua macam tujuan yang dapat diperoleh bagi

berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. adapun manfaat itu

adalah:

1. Manfaat Akademik

Penulisan ini dapat dijadikan referensi serta informasi yang berguna untuk

pengembangan studi bagi kalangan Akademisi maupun pihak lain dalam

kajian tentang perjuangan kelompok buruh dalam memperjuangkan hak

dan kepentingannya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat diharapkan memberikan pelajaran bagi

masyarakat terutama buruh dalam hal mempengaruhi suatu kebijakan

dengan tujuan memperjuangkan hak dan kepentingannya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa literatur yang peneliti

gunakan sebagai acuan dan tinjauan pustaka, dalam melakukan penelitian tentang

“Buruh dan Kekuatan Politik,” di antaranya:

Pertama, skripsi yang berjudul “Buruh dan Politik : Perjuangan KSPSI

dan K.KASBI dalam Menuntut Penghapusan Sistem Outsourching dan Kenaikan

UMP DKI Jakarta 2013," oleh Umar Algifari mahasiswa jurusan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif

Page 30: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

16

Hidayatullah Jakarta.27

Dalam skripsi ini membahas mengenai perbedaan strategi

gerakan KSPSI dan K.KASBI dalam menyikapi tuntutan pengahapusan sistem

outsourching dan menuntut kenaikan UMP DKI Jakarta 2013. Serta bagaimana

pengaruh dari dikeluarkannya kebijakan tentang sistem outsourching dan

kenaikan UMP DKI Jakarta 2013. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini

adalah dimana kedua gerakan tersebut memiliki strategi yang berbeda dalam

menyikapi tuntutan penghapusan sistem outsourching dan menuntut kenaikan

UMP DKI Jakarta 2013. KSPSI menggunakan strategi diskusi, seminar dan

diplomasi terhadap pemerintah dan pengusaha sedangkan K.KASBI sendiri

menggunakan strategi menggagas konsep yang kemudian diberikan kepada

pemerintah dan aksi demonstrasi. Meskipun kedua gerakan tersebut memiliki

strategi yang berbeda namun tujuan mereka sama yaitu menuntut penghapusan

sistem outsourching dan menuntut kenaikan UMP DKI Jakarta 2013.

Kedua, skripsi yang berjudul “Peranan Serikat Buruh dalam

Memperjuangkan Hak Upah dan Politik : Serikat Buruh Medan Independen” oleh

Ganda Syahputra S. mahasiswa jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.28

Dalam skripsi ini membahas

tentang serikat buruh Medan (SBMI) dalam memperjuangkan hak-hak buruh

terutama masalah kenaikan UMP di medan. Skripsi ini juga membahas bagaimana

pentingnya gerakan buruh dalam politik, terutama pentingnya gerakan buruh

27

Umar Algifari, Buruh dan Politik : Perjuangan KSPSI dan K.KASBI dalam Menuntut

Penghapusan Sistem Outsourching dan Kenaikan UMP DKI Jakarta 2013 (Jakarta: Skripsi Fisip

UIN Syarif Hidayatullah, 2013). 28

Ganda Syahputra S., Peranan Serikat Buruh dalam Memperjuangkan Hak Upah dan

Politik : Serikat Buruh Medan Independen (Medan: Skripsi Fisip Universitas Sumatera Utara,

2009).

Page 31: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

17

dalam mengawal proses kebijakan pemerintah yang bersangkutan dengan masalah

buruh. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa SBMI belum berhasil dalam

memasukan agenda perubahan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan di

Sumatera Utara terutama dalam penetapan upah yang layak.

Ketiga, Jurnal Politik Muda, Volume 4, Nomor 2, diterbitkan Apri-Juli

2015, halaman 150-157, yang berjudul “Strategi Konfederasi Serikat Buruh

Sejahtera Indonesia dalam Menuntut Kenaikan Upah Minimum Kota Surabaya

Tahun 2014-2015” oleh Ari Dwiantoro mahasiswa jurusan Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga.29

Dalam jurnal ini

membahas tentang strategi perjuangan serikat buruh yaitu Konfederasi Serikat

Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) dalam mempengaruhi kebijakan pengupahan

kota Surabaya tahun 2015. Selain itu, hambatan apa saja yang diterima oleh

Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) selama proses

penuntutan kenaikan Upah Minimum Kota Surabaya Tahun 2015. Kesimpulan

dari jurnal ini adalah ada dua strategi yang digunakan oleh serikat pekerja dan

buruh kota Surabaya. Pertama, menggunakan strategi perjuangan jalanan meliputi

aksi turun jalan, demonstrasi dan mogok kerja. Kedua, strategi melalui dewan

pengupahan meliputi negoisasi, musyawarah dan menetapkan survei KHL

(Kebutuhan Hidup Layak) yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam

penetapan upah minimum baru.

29

Ari Dwiantoro, “Strategi Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dalam Menuntut

Kenaikan Upah Minimum Kota Surabaya Tahun 2014-2015,” Jurnal Politik Muda Vol. 4 No.2

(Apri-Juli 2015), h. 150-157.

Page 32: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

18

Sedangkan hambatan yang terjadi ialah pertama, konflik kepentingan yang

terjadi antara dua unsur inti yaitu pengusaha dan buruh yang tidak dapat dihindari.

Sehingga, berujung dengan keluarnya APINDO dari Dewan Pengupahan Kota dan

Provinsi yang membuat posisi pemerintah menjadi sulit karena syarat penentuan

upah salah satunya adalah keikutsertaan unsur pengusaha yang selama ini diwakili

oleh APINDO. Kedua, hambatan dari buruh itu sendiri yaitu pemahaman

mengenai pentingnya buruh untuk bergabung dengan serikat buruh saat ini sangat

kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan bergabungnya anggota baru karena

sebelumnya mengalami masalah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi atau gabungan, analisis

data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.30

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan

fakta-fakta yang berkaitan dengan tema lalu menganalisanya dengan tujuan

30

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 15.

Page 33: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

19

untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.31

Dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif, maka penulis dapat menggambarkan hal-hal

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, serta mengkaji dan menelaah

lebih jauh mengenai perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

(KSPI) dalam menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah

sebagai berikut:

a. Studi literatur dan dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan

data sekunder dengan menganalisis dokumen publik untuk

mendapatkan gambaran yang terkait mengenai masalah-masalah

penelitian yang bersangkutan melalui literatur buku, notulen, rekaman,

surat kabar, jurnal, undang-undang laporan penelitian internet dan lain-

lain yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti.32

b. Teknik wawancara, teknik pengumpulan data melalui wawancara

dilakukan dengan cara mengumpulkan atau memperoleh data primer

dan informasi melalui percakapan yang berbentuk tanya jawab atau

tatap muka dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak-

pihak yang berkompeten. Dalam menentukan informan, penulis

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan

31

Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metedologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam

Penelitian (Yogyakarta: ANDI, 2010), h. 21. 32

John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Diantara Lima

Pendekatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 222-223.

Page 34: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

20

sampel yang dipilih dengan cermat, agar dalam sampel itu terdapat

wakil-wakil yang dapat mewakili dan mengetahui penelitian.

3. Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk

deskriptif, yakni berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku

manusia yang diamati. Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah

pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan

interpretasi tentang arti data tersebut. Dalam penelitian kualitatif, proses

analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada

orang lain.33

Oleh karena itu, teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat gambaran

terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan

penafsiran atau interpretasi terhadap data-data yang diperoleh penulis. Penulis

berpedoman pada buku terbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Panduan Penyusunan Skripsi yang

diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

33

Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, h. 222-223.

Page 35: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

21

G. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum, peneliti akan menyajikan sistematika penulisan

dalam lima bab. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilakukan secara sistematis

sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh

pembaca penelitian ini. Adapun pembahasan dan penulisan penelitian secara garis

besar yaitu:

Bab I: membahas pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang berisi susunan dari

lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab.

Bab II: membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari teori

kelompok kepentingan dan teori sistem politik.

Bab III: membahas mengenai sejarah singkat organisasi buruh di

Indonesia, sejarah KSPI, struktur organisasi KSPI serta visi, misi dan program

perjuangan KSPI.

Bab IV: membahas mengenai analisis strategi dan hambatan KSPI dalam

menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Bab V: merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari bab-bab

sebelumnya dan saran.

Page 36: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

22

BAB II

KERANGKA TEORI

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu

menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan

dari segi mana peneliti mengamati masalah-masalah yang akan diteliti. Perlu

diketahui bahwa teori adalah suatu rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi

dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep.34

Sedangkan menurut F. N. Karlinge,

teori adalah suatu konsep atau konstruksi yang berhubungan satu sama lain, suatu

set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari

fenomena.35

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa konsep teori

untuk mendukung permasalahan yang akan di teliti. Konsep teori tersebut yaitu

kelompok kepentingan dari Gabriel A. Almond dan G. Calvin Mackenzie serta

sistem politik dari David Easton.

A. Teori Kelompok Kepentingan

1. Definisi Kelompok Kepentingan

Setiap sistem politik mempunyai cara-cara tertentu di dalam merumuskan

dan menanggapi tuntutan-tuntutan ataupun kepentingan-kepentingan yang datang

dari masyarakatnya. Individu atau sekelompok individu di dalam masyarakat

34

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendy, Metode Penelitian Sosial Survei (Jakarta :

Rajawali Pers, 1999), h. 11. 35

Joko Sobagyo, Metode Penelitian DalamTeori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

h. 20.

Page 37: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

23

untuk menyalurkan kepentingan-kepentingannya kepada badan-badan politik atau

pemerintah, antara lain melalui kelompok-kelompok yang mereka bentuk

bersama. Di dalam setiap masyarakat, sekelompok individu untuk menyalurkan

atau mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya mungkin sekali melalui

struktur dan cara yang berbeda dengan cara yang ditempuh oleh sekelompok

individu yang lainnya. Salah satu struktur yang menyalurkan atau

mengartikulasikan kepentingan-kepentingan sekelompok individu tadi adalah

kelompok kepentingan atau sering pula dikenal dengan sebutan interest group

atau kelompok kepentingan.

Awal mula munculnya kelompok-kelompok kepentingan pertama kali

pada abad ke-19. Kelompok kepentingan biasanya cenderung memfokuskan diri

pada satu masalah tertentu saja. Keanggotaannya terdiri atas golongan-golongan

terpinggirkan, seperti kaum buruh di Eropa dan golongan Afrika-Amerika di

Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah memperbaiki nasib dan meningkatkan

kualitas hidup (quality of life).36

Adapun berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa sarjana dan

ahli politik tentang kelompok kepentingan, yaitu:

a. Eugene J. Kolb dalam bukunya yang berjudul “A Framework for

Political Analysis” yang dimaksud dengan kelompok kepentingan

adalah sekumpulan individu yang terorganisir secara formal maupun

informal dan bekerjasama untuk melindungi atau mempromosikan

suatu tujuan yang sama.37

b. Menurut Ramlan Subakti, kelompok kepentingan (interest group)

adalah sekumpulan orang yang memiliki persamaan sifat, sikap,

36

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Peratama,

2008), h. 383-384. 37

Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengatar (Yogyakarta: Liberty, 1982), h. 73

Page 38: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

24

kepercayaan, tujuan dan sepakat menyatukan dirinya dalam sebuah

perkumpulan atau organisasi guna melindungi dirinya serta mencapai

tujuannya. Kelompok ini memfokuskan perhatiannya pada upaya-

upaya untuk mengartikulasi kepentingannya kepada pemerintah

sehingga harapannya pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang

menampung aspirasi dan kepentingan kelompok bersangkutan. Maka

dapat disimpulkan bahwa kelompok kepentingan lebih berorientasi

pada perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah.38

c. Menurut, Andrew Heywood kelompok kepentingan adalah asosiasi

terorganisir yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan atau

tindakan pemerintah. Kelompok kepentingan mempunyai 3

karakteristik yaitu pertama, bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan

pemerintah dari luar lingkup pemerintahan yaitu dari masyarakat.

Kedua, bergerak dalam bidang isu yang terfokus, misalnya isu senjata

api, isu lingkungan hidup dan lain-lain. Ketiga, berusaha merangkul

masyarakat dari bermacam latar belakang seperti pengusaha, buruh,

kelompok agama, suku dan lain-lain. 39

d. Menurut, Gabriel A. Almond kelompok kepentingan adalah setiap

organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah

tanpa, pada waktu yang sama, berkehendak memperoleh jabatan

publik, yaitu jabatan politik maupun pemerintahan. Kelompok-

kelompok kepentingan yang dibentuk ini bertujuan untuk memperkuat

dan mengefektifkan tuntutan-tuntutan mereka dengan mengartikulasi-

kan kepentingan mereka melalui anggota dewan, parlemen, atau

pejabat pemerintahan.40

Namun, dari berbagai macam definisi para sarjana dan ahli politik yang

telah dikemukakan diatas, penulis lebih memfokuskan definisi yang diungkapkan

oleh Gabriel A. Almond. Hal ini dikarenakan dalam konteks politik Indonesia

seringkali individu-individu yang mewakili suatu organisasi kelompok

kepentingan juga merupakan bagian dari partai politik. Seperti yang diungkapkan

oleh Gabriel A. Almond faktanya keanggotaan kelompok kepentingan dan

keanggotaan partai politik sering tumpang tindih dan lebih lagi kelompok

38

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia,

2007), h. 109. 39

Andrew Heywood, Politics (3rd ed.) (New York: Palgrave Macmillan, 2007), h. 296. 40

Mohtar Mas‟oed dan Colin Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press), h. 65.

Page 39: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

25

kepentingan sering terlibat dalam penseleksian calon-calon partai dan selalu

berusaha agar anggotanya-anggotanya terwakili dalam komisi-komisi pemerintah.

Kadang-kadang pula, kelompok kepentingan itu bahkan berkembang menjadi

partai politik misalnya Partai Buruh di Inggris berasal dari gerakan serikat

buruh.41

Contohnya, dalam konteks Indonesia seperti ketua Konfederasi Serikat

Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) yaitu Yorrys Raweyai yang juga merupakan

kader partai Golongan Karya (GOLKAR) serta menjabat sebagai anggota Komisi

I DPR RI yang membidangi urusan Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi dan

juga ketua KSPI sendiri yaitu Said Iqbal yang pernah menjadi Calon Legislatif

(Caleg) dari Partai Keadilam Sejahtera (PKS) tahun 2009 Daerah pemilihan

Kepulauan Riau. Bahkan langkah yang diambil oleh ketua serikat buruh tersebut

juga di ikuti oleh anggota-anggota bawahannya yang lainnya yaitu enam puluh

lima anggota KSPI menjadi caleg pada pemilihan legislatif 2014.42

Serta yang

terbaru adalah wacana pendirian partai politik yaitu partai buruh oleh serikat

buruh.43

Kadang-kadang istilah “pressure group” atau kelompok penekan sering

dipergunakan untuk menyebut kelompok kepentingan. Hal ini terjadi dikarenakan

41

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 66. 42

Ady, “KSPI Restui Puluhan Kadernya Jadi Caleg,” artikel diakses pada tanggal 6 Maret

2016 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53422ba15232c/kspi-restui-puluhan-

kadernya-jadi-caleg

43 Angga Indrawan, “KSPI Gagas Pendirian Partai Politik Buruh,” artikel diakses pada

tanggal 6 Maret 2016 dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/04/29/

o6dam6365-kspi-gagas-pendirian-partai-politik-buruh

Page 40: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

26

kelompok kepentingan muncul untuk menekan pemerintah. Namun, ada

perbedaan diantara kelompok kepentingan dan kelompok penekan. Perbedaan

kelompok penekan dengan kelompok kepentingan terletak pada cara dan sasaran,

yakni kelompok kepentingan lebih berorientasi kepada proses kebijakan umum

yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan kelompok penekan secara sengaja

mengkelompokan diri secara khusus dan setelah tujuannya tercapai maka

kelompok penekan ini akan membubarkan diri. Kelompok penekan ini secara

khusus juga berusaha mempengaruhi dan menekan para pejabat publik atau

pemerintah baik secara halus ataupun paksaan agar menyutujui tuntutan mereka.44

Dalam hal ini KSPI dapat dikategorikan sebagai kelompok kepentingan karena

kepentinganlah yang menjadi dasar bagi terbentuknya organisasi ini. KSPI sendiri

secara khusus dibentuk oleh para buruh sebagai wadah untuk menampung aspirasi

dalam mengontrol setiap kebijakan yang dapat merugikan buruh. Seperti yang

telah diungkapkan sebelumnya bahwa peran serikat buruh yaitu melindungi hak

dan kepentingan para buruh.

2. Jenis-Jenis Kelompok Kepentingan

Menurut Gabriel Almond dan Bingham G. Powell kelompok kepentingan

dibagi menjadi empat jenis, yakni:

a. Kelompok Anomi

Kelompok ini tidak mempunyai organisasi yang legal, tetapi

individu-individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustasi dan

ketidakpuasan yang sama. Dilihat dari keanggotaannya dan pola

44

Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 140.

Page 41: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

27

gerakannya, kelompok jenis ini bersifat spontan dan cenderung tidak

terorganisir karena lebih bersifat pada tindakan segera dan tiba-tiba seperti

demonstrasi dan pemogokan yang tidak terkontrol hingga berakhir pada

kekerasan.

b. Kelompok Nonasosiasional

Kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa solidaritas

pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis dan

pekerjaan. Biasanya kelompok ini tidak aktif secara politik dan tidak

punya organisasi yang ketat, walaupun demikian kelompok ini mempunyai

ikatan yang kuat daripada kelompok anomi.

c. Kelompok Institusional

Kelompok ini bersifat formal yang memiliki struktur, visi, misi,

tugas, fungsi serta artikulasi kepentingan. Kelompok ini berada atau

bekerja sama secara erat dengan pemerintahan seperti birokrasi dan

kelompok militer. Contohnya di Indonesia: Darma Wanita, KORPRI,

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

d. Kelompok Asosiasional

Kelompok ini dibentuk dengan tujuan yang jelas dan

pengorganisasian lembaga yang baik. Hal ini menjadikan mereka lebih

efektif dalam memperjuangkan aspirasinya. Contohnya: serikat buruh,

kamar dagang, asosiasi etnis dan agama.45

45

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 67.

Page 42: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

28

Dalam hal ini, KSPI dapat dikategorikan sebagai kelompok asosiasional

yang dalam hal ini meliputi serikat buruh ataupun kamar dagang. Layaknya

kelompok asosiasional, KSPI mempunyai tujuan yang jelas. KSPI juga

mempunyai pelembagaan dan pengorganisasian yang baik dengan dipimpin oleh

Presiden Organisasi dan Sekertaris Jenderal (Sekjen) yang berfungsi memimpin

serta mengawasi setiap pelaksanaan kegiatan organisasi.

3. Strategi Kelompok Kepentingan

Dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkannya kelompok

kepentingan harus mampu mencapai dan mempengaruhi pembuat keputusan.

Adapun cara yang dipergunakan oleh kelompok kepentingan untuk mencapai dan

mempengaruhi para pembuat keputusan tidaklah sama satu dengan yang lainnya.

Kelompok kepentingan yang satu mungkin mempergunakan cara yang berbeda

dengan cara yang digunakan oleh kelompok kepentingan yang lainnya. Perbedaan

cara ini sudah merupakan satu kewajaran, karena tujuan-tujuan yang akan dicapai

oleh tiap-tiap kelompok kepentingan berbeda satu dengan yang lainnya. Andre

Heywood menyebutkan bahwa kelompok kepentingan memiliki beberapa strategi

yang dibagi dalam dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode

langsung dilakukan dengan cara melobi pemerintah, birokrasi dan lembaga

legislatif. Sedangkan secara tidak langsung dengan cara melalui media massa,

kampanye opini public dan demonstrasi.46

Sementara itu, G. Calvin Mackenzie

juga menyebutkan bahwa kelompok kepentingan menggunakan berbagai strategi

dan teknik untuk memengaruhi kebijakan public serta menjelaskan maksud dari

46

Andrew Heywood, Politics (3rd ed.), h. 305-306.

Page 43: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

29

strategi yang digunakan kelompok kepentingan.47

Adapun strategi tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Lobi

Melobi merupakan cara konvensional yang menggambarkan

kontak langsung antara perwakilan kelompok kepentingan dengan pejabat

publik. Target para pelobi tidak hanya terdiri dari para legislator, namun

juga meliputi staf legislatif, pejabat poltik dan birokrat di cabang eksekutif

dan kepala eksekutif beserta para stafnya. Tujuan utama para pelobi adalah

untuk meyakinkan para pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang

sesuai dengan kepentingan kelompok yang mereka wakili. Dalam hal ini,

lobi merupakan suatu usaha yang dilakukan pihak luar untuk memberikan

pengaruh didalam kongres atau instansi pemerintahan dengan

menyediakan informasi dan isu serta dukungan dan bahkan dapat memberi

ancaman.

b. Dukungan Kampanye

Kelompok kepentingan dengan sumber daya yang cukup sering

mengambil bagian aktif dalam kampanye politik. Alasannya yaitu jika

seorang pejabat terpilih percaya bahwa kelompok kepentingan membantu

dia mencapai jabatan publik menjadikan dia sangat mungkin untuk

menjadi ramah untuk kelompok kepentingan yang mendukungnya.

Dengan kata lain, cara ini memungkinkan adanya timbal balik atas

dukungan diberikan kelompok kepentingan terhadap pejabat tersebut

47

G. Calvin Mackenzie, American Government: Politics and Public Policy (New York:

Random House, 1986), h. 98-107.

Page 44: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

30

sehingga kelompok kepentingan akan memiliki akses ke pejabat itu dan

dengan demikian kelompok kepentingan memiliki kesempatan untuk

mempresentasikan pandangannya.48

c. Publisitas

Sementara tujuan utama publisitas adalah untuk menunjukkan

terdapatnya permasalahan sosial atau ekonomi yang signifikan yang

membutuhkan perhatian dan solusi dari pemerintah. Sebuah permasalahan

yang diakui sebagai suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya

merupakan langkah yang penting dalam proses memengaruhi kebijakan

publik. Para ahli politik menyebutnya sebagai fungsi agenda setting.

Tantangan pertama yang utama bagi berbagai kelompok kepentingan

adalah untuk mendapatkan perhatian atau dukungan dalam agenda publik

dan dipertimbangkan secara aktif oleh para pejabat publik sehingga

tindakan kebijakan bisa diambil.

Oleh karena itu, dalam melakukan publisitas biasanya kelompok

kepentingan melakukan suatu demonstrasi dan mogok kerja yang nantinya

akan dipublikasi melalui saluran media massa seperti koran, televisi, radio

dan lain-lain. Sebuah demonstrasi biasanya memiliki dua sasaran. Target

utama adalah pejabat publik yang berwenang untuk menangani masalah

dan terinspirasi karena adanya demonstrasi. Target kedua adalah

masyarakat umum, dengan harapan mendapatkan dukungan rakyat untuk

48

Mackenzie, American Government, h. 98-107.

Page 45: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

31

sponsor dari demonstrasi dan akan diterjemahkan ke dalam peningkatan

tekanan pada pejabat publik untuk menanggapi suatu masalah.49

d. Proses pengadilan

Pada kenyataannya, pengadilan baru-baru ini mengambil sejumlah

fungsi pembuatan kebijakan sebelumnya yang dilakukan oleh legislator

dan administrator. Pengadilan dengan tindakan tuntutan hukum adalah

teknik yang paling sering digunakan oleh kelompok-kelompok

kepentingan untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan. Dalam hal ini,

kelompok kepentingan mengajukan gugatan untuk menantang kepatutan

atau konstitusional hukum dan keputusan administratif. Mereka menuntut

pejabat atau instansi pemerintah, untuk menunjukkan tindakan

administrator atau pelaksanaan prosedur yang tidak benar dan melanggar

perlindungan hukum atau konstitusi.

Ada dua alasan utama kelompok kepentingan menggunakan

pengadilan sebagai strateginya. Pertama, ia akan beralih ke litigasi jika

telah mencoba strategi lain dan mereka telah gagal. Karena litigasi mahal

dan sering memakan waktu, kelompok kepentingan sering beralih ke itu

hanya sebagai upaya terakhir. Alasan kedua adalah pengadilan telah lama

menjadi strategi utama dan penting bagi kaum minoritas atau kelompok-

kelompok kepentingan kecil yang kurang memiliki pengaruh politik.50

49

Mackenzie, American Government, h. 98-107. 50

Mackenzie, American Government, h. 98-107.

Page 46: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

32

4. Saluran-saluran Kelompok Kepentingan

Andrew Heywood menyebutkan beberapa saluran-saluran yang digunakan

oleh kelompok kepentingan dalam usaha mempengaruhi suatu kebijakan yaitu

birokrasi, majelis, pengadilan, media massa, partai politik dan badan-badan

internasional.51

Sementara itu, Gabriel A. Almond juga mengemukakan serta

menjelaskan tentang saluran-saluran yang dipergunakan oleh kelompok

kepentingan dalam menyalurkan tuntutan-tuntutan mereka, yaitu 52

a. Demonstrasi dan kekerasan

Demonstrasi dan tindakan kekerasan adalah merupakan salah satu

saluran yang dipergunakan oleh kelompok kepentingan untuk menyatakan

kepentingan-kepentingan ataupun tuntutan-tuntutannya. Demonstrasi dan

tindakan kekerasan (yang didalamnya termasuk huru-hara, kerusuhan,

konfrontasi, dan lain-lainnya) merupakan saluran yang sering

dipergunakan oleh kelomok kepentingan anomi. Tetapi tidak tertutup

kemungkinan bagi kelompok-kelompok kepentingan yang lainnya untuk

mempergunakan saluran ini. Biasanya kelompok-kelompok kepentingan

yang lainnya (bukan kelompok kepentingan anomik) juga mempergunakan

saluran ini dikarenakan saluran-saluran yang lainnya (saluran yang

sifatnya konvensional, seperti perwakilan langsung) sudah tertutup untuk

dapat mencapai dan mempengaruhi para pembuat keputusan.

51

Andrew Heywood, Politics (3rd ed.), h. 304. 52

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58.

Page 47: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

33

b. Hubungan pribadi

Hubungan pribadi juga merupakan saluran yang dipergunakan oleh

kelompok kepentingan untuk mencapai dan mempengaruhi para pembuat

keputusan. Hubungan pribadi ini biasanya dapat melalui hubungan

keluarga, hubungan kekerabatan atau hubungan-hubungan yang sifatnya

kedaerahan. Pada umumnya saluran hubungan pribadi dipergunakan oleh

kelompok-kelompok kepentingan non assosiasional, akan tetapi tidak

tertutup kemungkinan bagi kelompok-kelompok yang lainnya

mempergunakan saluran tersebut.53

e. Perwakilan Langsung

Perwakilan langsung dalam badan legislatif atau birokrasi sangat

memungkinkan kelompok-kelompok kepentingan mengkomunikasikan

kepentingan-kepentingannya secara langsung dan terus menerus. Anggota-

anggota kelompok kepentingan yang mewakili kelompoknya dalam

komisi-komisi parlemen dapat secara terus-menerus mengkomunikasikan

kepentingan-kepentingan kelompoknya.

Saluran yang berwujud perwakilan langsung ini dapat

berlangsung atau berjalan apabila kelompok kepentingan yang

bersangkutan mempunyai anggota-anggota yang duduk dalam badan

legislatif maupun badan eksekutif. Dalam prakteknya, anggota-anggota

kelompok kepentingan sering mempunyai hubungan yang erat dengan

para pembuat keputusan atau kebijaksanaan sehingga kelompok

53

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58.

Page 48: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

34

kepentingan dapat terlibat didalam proses pembuatan keputusan atau

kebijaksanaan.54

f. Formal dan Institusi lainnya

Keberadaan saluran ini biasanya ada didalam sebuah sistem politik

modern. Bentuk saluran ini dapat melalui tiga jalur yaitu:

1) Media Massa

Media massa termasuk didalamnya adalah televisi, radio,

surat kabar, dan majalah adalah merupakan salah satu saluran

untuk mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan ataupun

tuntutan-tuntutan dari kelompok kepentingan. Pada tiap-tiap

masyarakat atau negara, peranan media massa untuk

mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan ataupun tuntutan-

tuntutan dari kelompok kepentingan berbeda-beda.

2) Partai Politik

Partai politik juga merupakan saluran yang dapat

dipergunakan oleh kelompok-kelompok kepentingan untuk

mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan atau tuntutan-

tuntutannya. Hal yang seperti ini sudah merupakan sesuatu yang

wajar karena salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana

untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan.55

54

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58.

55

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58.

Page 49: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

35

3) Badan Legislatif, Kabinet dan Birokrasi

Kelompok-kelompok kepentingan juga dapat menyalurkan

kepentingan-kepentingan atau tuntutan-tuntutannya melalui

saluran-saluran yang berwujud badan legislatif, kabinet dan

birokrasi. Saluran-saluran tersebut ternyata memegang peranan

yang cukup penting. Misalnya saja, hubungan dengan birokrasi,

diberbagai tingkatan maupun diberbagai departemen mempunyai

arti yang sangat penting apabila wewenang pembuatan keputusan

dilimpahkan atau didelegasikan kepada cabang-cabang birokrasi

itu.56

B. Teori Sistem Politik

1. Definisi Sistem politik

Dewasa ini dalam mempelajari sistem politik ada dua perwujudan

pendekatan sistem, yakni teori analisis sistem yang di kembangkan oleh David

Easton dan teori perbandingan sistem politik antara struktural dan fungsional yang

dikembangkan oleh Gabriel Almond. Baik David Easton dan Gabriel Almond

mempunyai cara tersendiri dalam menjelaskan tentang sistem politik. David

Easton memberikan difinisi sistem politik adalah bagian dari sistem sosial yaitu:57

56

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58. 57

Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan

Empirik (Bogor: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 20.

Page 50: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

36

a. Sistem politik menetapkan nilai-nilai (berbentuk keputusan-keputusan

atau kebijakan-kebijakan)

b. Nilai-nilai tersebut dalam penetapannya bersifat paksaan dan

kewenangan.

c. Penetapan yang bersifat paksaan tersebut berhasil kemudian mengikat

masyarakat keseluruhan.

Sedangkan Gabriel Almond mendefinisikan sistem politik sebagai sistem

interaksi yang ditemui dalam masyarakat merdeka tertentu, yang menjalankan

fungsi-fungsi intergrasi dan adaptasi. Fungsi integrasi disini adalah fungsi yang

dijalankan dengan tujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan dalam

masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan fungsi adaptasi adalah fungsi

penyesuaian terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat domestik atau

lingkungan masyarakat internasional. Dengan kata lain, yang dimaksud sistem

politik adalah menunjuk kepada seluruh lingkup aktivitas politik yaitu membahas

proses, hubungan dan interaksi antara unit-unit atau lembaga dalam kegiatan atau

usaha melaksanakan fungsi-fungsinya untuk menghasilkan keputusan-keputusan

kebijaksanaan (policy decision) berupa nilai-nilai yang mengikat masyarakat

keseluruhan.

Page 51: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

37

2. Skema Kerja Sistem Politik Menurut David Easton

Berikut adalah skema kerja sistem politik menurut David Easton sebagai

berikut:

Gambar II.1. Skema Kerja Sistem Politik Menurut David Easton

Sumber: (Mochtar Mas‟oed dan Colin MacAndrews. 2008: 5) 58

Adapun pengertian dari istilah-istilah yang ada pada skema kerja sistem

politik menurut David Easton, yaitu:59

a. Masukan (input) merupakan masukan dari masyarakat yang berupa

tuntutan dan dukungan. Tuntutan secara sederhana adalah sebagai

perangkat kepentingan yang belum dialokasikan secara merata oleh

sistem politik kepada masyarakat yang ada dalam cakupan sistem

politik. Sedangkan dukungan merupakan upaya atau tindakan dari

masyarakat untuk (positif) melestarikan atau (negatif) menolak kinerja

sebuah sistem politik. Dukungan dapat diberikan oleh berbagai pihak,

baik secara perseorangan atau kelompok guna menunjang tuntutan-

tuntutan yang telah dibuat tadi agar dapat diproses lebih lanjut.

b. Sistem politik merupakan proses, hubungan dan interaksi antara unit-

unit atau lembaga-lembaga dalam kegiatan atau usaha melaksanakan

fungsi-fungsinya untuk menghasilkan output (keputusan atau

58

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 5. 59

Maksudi, Sistem Politik Indonesia, h. 26-28.

Page 52: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

38

kebijakan) dari suatu input (tuntutan dan dukungan dari aspirasi rakyat

atau dari luar sistem itu sendiri) agar dapat dicapainya tujuan tersebut.

Dalam proses tersebut, sistem politik melibatkan supra struktur politik

seperti legislatif, yudikatif, eksekutif dan infra struktur politik yang

seperti partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, alat

komunikasi politik (media), tokoh politik dan lain-lain.

c. Keluaran (input) merupakan hasil dari proses konversi yang berupa

keputusan dan tindakan. Keputusan sendiri adalah pemilihan satu atau

beberapa pilihan tindakan yang di pilih sebagai tindak lanjut proses

dari masukan (input). Sedangkan tindakan merupakan implementasi

konkret pemerintah atas keputusan yang dibuat dan biasanya keluaran

(output) ini berupa sebuah kebijakan publik.

d. Umpan balik (feedback) merupakan dampak yang diterima masyarakat

terhadap suatu keluaran (output) atau kebijakan publik. Dalam

kebijakan tersebut bisa berdampak positif maupun negatif akan

menjadi umpan balik atau dikembalikan yang akan dimanfaatkan oleh

perumus kebijakan publik tersebut sebagai masukan-masukan (input)

baru yang nantinya akan diproses kedalam sistem politik kembali agar

sesuai tujuannya dan begitu seterusnya.

e. Lingkungan (environtment) merupakan suatu keadaan sosial, politik,

ekonomi, kebudayaan, keamanan, geografi yang ada dan diterapkan di

suatu negara. Setiap negara memiliki keadaan-keadaan yang berbeda-

beda dan hal ini dapat mempengaruhi seluruh sub-sub atau nilai-nilai

sistem politik yang ada dinegara tersebut. Dalam hal ini, lingkungan

(environtment) biasanya melibatkan masyarakat atau rakyat disuatu

negara.

Sedangkan, proses politik dalam sistem politik menurut pendekatan yang

dikembangkan oleh Easton dan Almond dapat dijelaskan sebagai berikut :

”Proses politik berawal dari masukan input yang berupa kepentingan

yang diartikulasikan oleh kelompok kepentingan, diagregasikan,

dipadukan oleh partai politik sehingga menjadi suatu kebijakan yang

bersifat umum, selanjutnya dimasukkan dalam proses pembuatan

kebijakan yang dilakukan oleh legislatif dan eksekutif. Dalam tahap ini

input itu diubah menjadi output berupa kebijaksanaan karena tahap ini

disebut dengan konversi. Kebijaksanaan ini dilaksanakan oleh birokrasi,

kesungguhan pelaksanaan ini dijamin dan diawasi oleh fungsi

penghakiman yang dijalankan oleh fungsi badan peradilan. Demikian

proses tersebut berjalan, dari input berupa tuntutan kepentingan diubah

menjadi output, yang selanjutnya melalui umpan balik masuk kembali ke

dalam sistem politik dan memulai proses baru lagi menjadi input dan

seterusnya.”60

60

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. xiv.

Page 53: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

39

Dalam hal ini KSPI yang merupakan serikat buruh dapat dikatakan sebagai

unit-unit dalam sitem politik tersebut. Hal ini dikarenakan serikat buruh adalah

sebuah organisasi atau kelompok kepentingan yang tujuannya memperjuangkan

hak dan kepentingan buruh. Melalui masukan-masukan buruh berupa tuntutan dan

dukungan, serikat buruh melakukan fungsinya sebagai kelompok kepentingan

yaitu mengartikulasikan kepentingan buruh untuk mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan publik sesuai dengan kepentingannnya.

Page 54: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

40

BAB III

GAMBARAN PROFIL ORGANISASI KSPI

A. Sejarah Singkat Gerakan Buruh di Indonesia

1. Periode Kolonial Belanda dan Jepang Sampai Orde Lama

Awal kemunculan gerakan buruh di Indonesia sangat dipengaruhi oleh

ideologi sosialisme dan marxisme. Paham dan pengaruh kedua ideologi tersebut

tumbuh subur ditanah eropa salah satunya Belanda yang kemudian paham-paham

tersebut dibawa oleh pekerja Belanda yang datang ke Indonesia.61

Pada tahun

1894 muncul serikat pekerja di Indonesia seperti NIOG (Nederland Indies

Onderw Genoots) yaitu perserikatan dari guru-guru bangsa Belanda.62

Kemudian,

tahun 1908 berdiri organisasi buruh seperti, VSTP (Vereeniging van Spoor-en

Tremwege Personel in naderland indie) dipimpin Semaoen dan para pimpinannya

yang beraliran Sosialis Komunis yang bertujuan membela hak-hak dan kemajuan

kaum buruh kereta api. Pada periode ini pula, gerakan buruh dianggap gerakan

teroganisir pertama di Indonesia yang menempatkan aksi penggulingan kekuasaan

kolonial Hindia-Belanda sebagai salah satu tujuan perjuangannya.63

Oleh karena itu, ketika memasuki masa pendudukan Jepang tahun (1941-

1945), praktis tidak ada satupun kekuatan politik termasuk gerakan buruh yang

dapat bertahan. Pada masa ini, semua gerakan buruh dibubarkan karena dianggap

sebagai gerakan politik rakyat dan semua buruh dialihkan ke proyek paksa atau

61

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia (Jakarta: TURC, 2007) h. 5. 62

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia, h. 3. 63

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia, h. 30.

Page 55: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

41

kerja paksa. Itu dilakukan untuk mendukung pengadaan pangan dan logistik

tentara Jepang.64

Selanjutnya pada pasca proklamasi kemerdekaan, masa awal kemerdekaan

gerakan buruh juga aktif dalam politik guna memperkuat kemerdekaan Indonesia.

Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, sejumlah

perwakilan buruh di Jakarta guna merumuskan platform bersama dalam cara

bagaimana gerakan buruh bisa ikut memperkuat republik yang baru berdiri

tersebut. Pertemuan itu memunculkan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Kemudian

berdiri juga ditahun yang sama yaitu SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh

Indonesia) menggantikan GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia). 65

2. Periode Orde Baru

Periode ini dimulai pada 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan

peristiwa (G30SPKI). Saat itu, PKI melakukan penculikan dan pembunuhan

terhadap para Jendral Militer. Penghancuran PKI menyusul peristiwa G30SPKI

telah mengakibatkan lenyapnya tradisi politik gerakan serikat buruh dan warisan

ini terus menghambat organisasi buruh di Indonesia.66

Hal ini dikarenakan

keterkaitan gerakan buruh atau serikat buruh terhadap PKI menjadikan rezim orde

baru menganggap buruh bagian dari PKI. Soeharto menata gerakan buruh pada

64

Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia (Jakarta:

TURC, 2008), h. 28-30. 65

Rekson Silaban, Reposisi Gerakan Buruh: Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia Pasca

Reformasi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 143. 66

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 144.

Page 56: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

42

tiga fase yang menjadikan posisi dan kekuatan tawar buruh menjadi lemah bahkan

dalam banyak hal menjadi tak berdaya, diantaranya:67

Fase pertama, (1966-1970) fase pelarangan terhadap segala bentuk

pengorganisasian serikat buruh, dikarenakan semua serikat buruh adalah produk

dari kepemimpinan Soekarno yang berafiliasi kepada gerakan politik kiri. Fase

kedua, (1970-1990) fase mengambil alih semua kekuatan serikat buruh di bawah

kendali militer. Pengendalian militer bahkan sampai masuk ke dalam tempat

kerja, mengintervensi pemilihan ketua serikat buruh, membatasi partisipasi dari

buruh, mengendalikan tuntutan upah buruh. Fase ketiga, (1990-1998) fase di

mana sebuah kebijakan ekonomi pasar menjadi topeng dari pemerintah untuk

melanjuti proyek kooptasi dan eksploitasi atas sebuah kekuatan politik buruh

melalui HIP (Hubungan Industrial Pancasila).

3. Periode Reformasi

Terakhir periode pasca reformasi, masa ini dimulai ketika jatuhnya rezim

Orde Baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto atau dikenal dengan istilah era

reformasi. Reformasi yang dialami kaum buruh adalah ketika pemerintah

meratifikasi Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan

Perlindungan Hak untuk Berorganisasi dengan Keputusan Presiden RI No. 83

Tahun 1998. Hal ini juga sekaligus mengakhiri era serikat buruh tunggal yang

dikuasai oleh SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia).68

Selanjutnya, diperkuat

67

Launa, “Buruh dan Politik: Tantangan dan Peluang Gerakan Buruh Indonesia

Pacareformasi,” Jurnal Sosial Demokrasi Vol. 10 (Januari Maret 2011), h. 7 68

Payaman J. Simajuntak, Undang-Undang Yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh (Jakarta: Work In Freedom, 2002), h. 8.

Page 57: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

43

dengan dikeluarkannya Undang-Undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh No 21

Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh pada era Abdurrahman Wahid tahun 2000 era

serikat buruh tunggal yang dapat dikontrol negara diberhentikan.69

a. Bahwasannya kemerdekaan berserikat, berkumpul, dalam

mengeluarkan pikiran secara lisan atau tulisan, mendapatkan pekerjaan

dan penghidupan layak bagi manusia, dan mempunyai kedudukan

yang sejajar (sama) dalam hukum adalah merupakan hak dari setiap

warga negara.

b. Bahwasannya dalam rangka mewujudkan kemerdekaan dalam

berserikat, pekerja/buruh berhak mendirikan atau membentuk dan juga

mengembangkan sebuah serikat pekerja/serikat buruh yang bebas,

mandiri, bertanggung jawab, terbuka, dan demokratis.

c. Bahwasannya serikat pekerja/serikat buruh merupakan sebuah sarana

untuk melindungi, membela, dan memperjuangkan dari kepentingan

juga kesejateraan pekerja/buruh beserta keluarganya, serta

mewujudkan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha

dan pemerintah sehingga dapat menghasilkan suasana yang harmonis,

dinamis dan adil.

d. Bahwasannya berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah

dijelaskan pada huruf a, b, c, maka perlu ditetapkan undang-undang

tentang serikat pekerja/serikat buruh. (Undang-Undang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh No 21 Tahun 2000).

Dalam Undang-Undang ini bermaksud mengatur pembentukan,

keanggotaan, pemberitahuan, pendaftaran, hak dan kewajiban, keuangan dan

kekayaan, serta pembubaran dan juga hal-hal lain yang memang menyangkut

persoalan perserikatan buruh. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut maka

serikat buruh dapat didirikan secara bebas, mandiri, bertanggung jawab, terbuka,

dan demokratis sehingga buruh dapat berkumpul, menentukan sikap dan

menyatukan kepentingannya.

69

Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh.

Page 58: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

44

B. Profil Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI)

1. Sejarah KSPI

Sejarah pembentukan KSPI tidak dapat dilepaskan dari dinamika yang

terjadi dalam tubuh SPSI pasca 1998. Pertama, seperti yang telah diketahui

sebelum reformasi, rezim Orde Baru mengambil alih semua kekuatan serikat

buruh dan mematikan watak gerakan politik buruh dengan menerapkan organisasi

tunggal kepada organisasi buruh. Hal ini menjadikan buruh hanya memiliki satu

organisasi tunggal yaitu FBSI yang kemudian berganti nama menjadi SPSI.70

Kedua, SPSI dianggap sebagai organisasi buruh milik pemerintah dikarenakan

berada dibawah kendali pemerintah. Kendali tersebut berupa mengintervensi

pemilihan ketua serikat buruh, membatasi partisipasi dari buruh, mengendalikan

tuntutan upah buruh.71

Hal ini dapat terlihat ketika para pengurus SPSI mulai mempertanyakan

kejelasan bentuk dari organisasi mereka yang berbentuk Federation dengan

kedaulatan tertinggi di tangan anggota. Sementara dalam Anggaran Dasar SPSI

menyatakan hal yang berbeda bahwa kekuasaan tertinggi ada pada Komisariat

DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Harian.72

Sebelumnya, format SPSI bukanlah

berbentuk Federation namun format Unitaris (kesatuan) yang dipergunakan oleh

rezim Orde Baru untuk mengekang kebebasan berserikat kepada organisasi

70

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 144. 71

Launa, “Buruh dan Politik, h. 7 72

KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/sejarah-kspi

Page 59: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

45

buruh.73

Dalam format Unitaris (kesatuan) ini, buruh tidak diberi kebebasan yaitu

hak suara dalam pemilihan kepengurusan SPSI itu sendiri.74

Hal lain yang terjadi pada tahun 1998 Indonesia sedang mengalami krisis

ekonomi yang menyebabkan terjadinya inflasi hingga 68%. Inflasi yang tinggi

memicu perdebatan di Dewan Pengupahan mengenai kenaikan upah yang layak.

Salah satu anggota Dewan Pengupahan, Sjaiful DP yang saat itu masih di SPSI

mengusulkan kenaikan upah 30% sampai 35% untuk mempertahankan daya beli

buruh. DPP (Dewan Pimpinan Pusat) yang awalnya menyatakan mendukung

tuntutan ini ternyata kemudian mengikuti kemauan pemerintah untuk tidak

menaikkan upah buruh, sehingga menimbulkan kekecewaan pada anggota dan

pengurus yang duduk di Lembaga Tripartit Nasional.75

Namun, perubahan mulai terjadi sejak diterbitkannya Kepmenaker No. 5

Tahun 1998 tentang pendaftaran serikat pekerja dan diteruskan oleh Presiden

Habibie yang meratifikasi Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan

Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Hal ini kemudian

mendorong terbentuknya SPSI Reformasi. Pembentukan SPSI Reformasi ini

didukung oleh ICFTU yang sebelumnya mencurigai bahwa SPSI adalah

organisasi buruh milik pemerintah.76

Pada saat yang sama, di luar SPSI mulai

73

Kspsi, “Sejarah KSPSI”, KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 30 Mei 2016

dari http://kspsi.com/tentang-kspsi-3/ 74

Egi Sudjana, Bayarlah Upah Sebelum Keringat Mengering (Jakarta: Persaudaraan

Pekerja Muslim Indonesia, 2009), h. 9. 75

KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/sejarah-kspi 76

M.S. Hidayat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2012), h.

135.

Page 60: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

46

bermunculan serikat buruh lainnya sehingga makin menimbulkan kekhawatiran

mengenai perpecahan dalam gerakan buruh di kalangan pengurus SPSI.

Mulai tahun 2000, 2001 dan 2002 ada upaya membentuk payung besar

yang menyatukan seluruh serikat buruh kembali tapi pada saat yang sama tidak

menghalangi kebebasan untuk membentuk serikat buruh. Akhirnya, dihasilkan

kesepakatan untuk membentuk tim panitia yang bertugas merumuskan pokok-

pokok pikiran mengenai „wadah‟ yang hendak dibangun. Duduk di dalam tim itu

adalah Djoko Daulat (FSP Pariwisata), J. Simamora (FSP Transportasi), Sofiati

Mukadi (Kahutindo), Saeful Tavip (ASPEK), Sjafri (BUMN). Namun, hingga tiga

bulan sejak pembentukannya tim ini tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Kemudian dibentuk tim baru yang disebut Komite Serikat Pekerja Indonesia

(KSPI) yang dipimpin oleh Sjaeful DP (FSP KEP). Tim ini, selain berhasil

merumuskan pokok-pokok pikiran untuk menyatukan serikat buruh juga

menyiapkan pertemuan untuk membentuk KSPI dalam Konvensi.77

Pada 1 Februari 2003, diadakan kongres pertama pembentukan KSPI di

Wisma Kinasih Bogor dan disepakati terbentuknya Kongres Serikat Pekerja

Indonesia. Presiden pertama KSPI adalah Rustam Aksan dan Sekertaris Jendral

yaitu Rindorindo. Kongres pertama itu dihadiri oleh 11 serikat buruh yaitu FSP

Farkes Reformasi, FSP Kahutindo, FSP Pariwisata Reformasi, ASPEK Indonesia,

FSP KEP, FSPMI, FSP PPMI, FSP ISI, PB PGRI, FSP BUMN dan SPN.

Pada kongres kedua yang diadakan 31 Januari sampai 2 Februari 2007 di

Malang. Terjadi ketidaksepahaman mengenai pemimpin organisasi yang berujung

77

KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/sejarah-kspi

Page 61: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

47

dengan non aktifnya empat afiliasi KSPI yaitu ASPEK Indonesia, FSP ISI, FSP

Kahutindo dan SPN. Saat itu yang terpilih menjadi Presiden KSPI adalah Thamrin

Mosii (FSPMI) dan Sekertaris Jendral Rusli (PGRI). Kemudian, pada periode ini

yaitu 23 November 2007 KSPI merubah namanya menjadi Konfederasi Serikat

Pekerja Indonesia.

Terakhir, kongres ketiga yang diadakan 29 Januari sampai 1 Februari 2012

di Hotel Grand Jaya Raya, Cisarua Bogor. Saat itu, Said Iqbal (Presiden DPP

FSPMI) terpilih sebagai Presiden KSPI untuk periode 2012-2017 dan Muhammad

Rusdi (dari Aspek Indonesia) sebagai Sekretaris Jenderal periode 2012-2017.

Pada periode ini KSPI di diukung oleh delapan afiliasi serikat buruh seperti FSP

Farkes Reformasi, FSP Pariwisata Reformasi, ASPEK Indonesia, FSP KEP,

FSPMI, FSP PPMI, FSP ISI, PB PGRI dan SPN. 78

Adapun jumlah anggota yang

dimiliki KSPI menurut data terakhir di tahun 2017 sebesar 1,8 juta anggota

aktif.79

Adapun struktur organisasi dan struktur pengurus dari KSPI yaitu sebagai

berikut:

78

KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/sejarah-kspi 79

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 62: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

48

2. Struktur Organisasi

Gambar III.C.1.

Struktur Organisasi KSPI

Sumber: AD/ART Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Periode 2012-2017

Gambar III.C.2.

Struktur Pengurus Dewan Eksekutif Nasional KSPI

Sumber: AD/ART Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Periode 2012-2017

Ketua Umum/ Presiden

Wakil Presiden

Sekertaris Jendral

Bendahara

Anggota

Majelis Nasional Dewan Eksekutif

Nasional

Perwakilan Daerah Komite Pekerja

Muda

Komite Perempuan

Page 63: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

49

Tabel III .C.1.

Pengurus Dewan Eksekutif Nasional KSPI Periode 2012-2017

NAMA PENGURUS JABATAN

Ir. H. Said Iqbal, ME Presiden

Dra. Harfini Suhardi Wakil Presiden Bidang Penelitian dan Pengembangan

H. Ali Akbar Wakil Presiden Bidang Pendidikan

Wawan Erfianto Wakil Presiden Bidang Hubungan Industrial

Didi Suprijadi Wakil Presiden Bidang Politik dan Organisasi

Tuti Suwartini Wakil Presiden Bidang Pemberdayaan Perempuan

Sofyan Abdul Latif Wakil Presiden Bidang Pengupahan

Prihanani Wakil Presiden Bidang Internasional

Iwan Kusmawan Wakil Presiden Bidang Jaminan Sosial

Widadi WS Wakil Presiden Bidang Hukum dan Advokasi

Muhamad Rusdi Sekretaris Jenderal

Dr. H. Muhir Subagia Wakil Sekretaris Jenderal

Edi Iriawadi Wakil Sekretaris Jenderal

Bambang Surjono Bendahara

Sumber: AD/ART Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Periode 2012-2017

Adapun daftar serikat-serikat buruh anggota afiliasi KSPI adalah:

ASPEK (Asosiasi Serikat Pekerja) Indonesia

Ketua umum : Mirah Sumirat, SE

Sekertaris Umum : Sabda Peranawa Jati

PB PGRI (Pengurus Besar Perguruan Guru Republik Indonesia)

Ketua umum : Dr. Unifah Rosyidi, MPd

Sekertaris Umum : M. Qudrat Nugraha, Ph. D

FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia)

Ketua umum : Ir. H. Said Iqbal, ME

Sekertaris Umum : Riden Hatam Azis

Page 64: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

50

SPN (Serikat Pekerja Nasional)

Ketua umum : Iwan Kusmawan, SH

Sekertaris Umum : Ramidi

FSP ISI (Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia)

Ketua umum : Wijayadi

Sekertaris Umum : Moh. Yamin

FSP FARKES-Ref (Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan)

Ketua umum : Djufnie Ashary

Sekertaris Umum : Idris Idham, SE

FSP PAR-Ref (Federasi Serikat Pekerja Pariwisata-Reformasi)

Ketua umum : Sofyan Abdul Latif

Sekertaris Umum : Endang Winarsih

FSP KEP (Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan,

Minyak, Gas Bumi dan Umum)

Ketua umum : Sjaiful DP.

Sekertaris Umum : Bambang Surdjono, SE, SH.

Sumber: AD/ART Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Periode 2012-2017

3. Visi, Misi dan Program Perjuangan KSPI

Visi dan misi KSPI tertuang pada Pasal 7 Anggaran Dasar KSPI, adalah:80

a. Terhimpunnya federasi-federasi serikat pekerja dan terciptanya

kesetiakawanan serta tali persahabatan diantara sesama serikat pekerja,

baik secara nasional maupun secara internasional.

80

KSPI, “Visi dan Misi”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/visi-misi

Page 65: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

51

b. Terciptanya KSPI dan afiliasi yang sehat, kuat, demokratis,

independen, professional dan bertanggungjawab.

c. Terciptanya penegakan hukum dan perlindungan HAM di dalam

seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

khususnya di bidang ketenagakerjaan.

d. Terciptanya keadilan sosial dan kesejahteraan bagi buruh khususnya

serta rakyat Indonesia pada umumnya dengan mengaktualisasikan

perintah konstitusi yaitu khususnya Pasal 27, Pasal 28 D ayat (1) dan

ayat (2), Pasal 28 H ayat (3) dan Pasal 33 ayat (1) Amandemen

Keempat UUD 1945.

e. Terciptanya kehidupan dan penghidupan dan demokratis dan

berkeadilan dalam hubungan industrial dengan membela serta

melindungi hak dan kepentingan afiliasi.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya KSPI mempunyai berbagai

program kerja atau disebut dengan program aksi diantaranya:81

a. Organisasi.

Program aksinya adalah meningkatkan keanggotaan baru dan

verifikasi secara berkala, meningkatkan kualitas kartu keanggotaan untuk

perlindungan anggota secara legal, meningkatkan kerjasama antar

konfederasi, membentuk dan memperkuat perwakilan KSPI di tiap

provinsi, membentuk dan memperkuat komite perempuan serta

merencanakan, melaksanakan dan menegakkan aturan KSPI.

b. Treasure dan Keuangan.

Untuk meningkatkan rencana kerja KSPI, setiap afiliasi harus

membayar iuran setiap bulan. Selain itu, treasure dan vice treasure juga

harus meningkatkan keuangan KSPI dari sumber-sumber lain dengan

aktivitas ekonomi seperti koperasi, memonitor, mengevaluasi dan

81

KSPI, “Visi dan Misi”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/visi-misi

Page 66: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

52

memperbarui program kerjasama dengan donor serta membuat laporan

keuangan untuk audit internal dan eksternal.

c. Pendidikan, Pelatihan dan Kaderisasi.

Meliputi membuat silabus pelatihan, pendidikan dan sistem

regenerasi; membuat database, daftar kader dan afiliasi untuk

meningkatkan kompetensi, membangun dan meningkatkan pelatihan dan

pendidikan hukum, politik, ekonomi dan Informasi Teknologi.

d. Hubungan Industrial.

Program aksinya meliputi meningkatkan implementasi hubungan

industrial untuk meningkatkan kesejahteraan anggota KSPI dan

keluarganya serta seluruh warga negara Indonesia, mengimplementasikan

dialog sosial yang produktif dan inovatif, membentuk tim bantuan hukum

dan konsultasi dengan memberdayakan anggota dan kader.

e. Upah, Jaminan Sosial dan Kesejahteraan.

Program aksinya meliputi studi dan analisis sistem pengupahan

nasional dan juga menciptakan konsep dan reformasi upah,

memberdayakan anggota dan afiliasi KSPI dalam dewan pengupahan

nasional dan daerah, memperjuangkan standard upah untuk mencapai upah

layak, mengorganisir buruh sektor informal termasuk buruh migrant dan

pekerja domestik, menganalisis dan melakukan studi mengenai kebijakan

ekonomi global.

f. Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan.

Page 67: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

53

Program aksinya meliputi mendorong berdirinya komite

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan, meningkatkan law

enforcement dari Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan,

menempatkan dan memberdayakan anggota KSPI dalam Dewan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Nasional (DK3N), menciptakan

program pendidikan mengenai Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

Lingkungan dan mensosialisasikan aturan-aturan mengenai Kesehatan,

Keselamatan Kerja dan Lingkungan dengan kampanye nasional.

g. Penelitian dan pengembangan.

Program aksinya meliputi mengimplementasikan kerjasama

dengan universitas untuk training tentang riset dan pengembangan bagi

anggota KSPI, mengimplementasikan hasil riset berdasarkan kebutuhan

KSPI dan mempublikasikan hasil penelitian kepada seluruh anggota KSPI.

h. Publikasi dan Hubungan Kemasyarakatan.

Program aksinya meliputi sosialisasi keputusan-keputusan kongres

KSPI, mempromosikan kegiatan-kegiatan KSPI melalui media cetak dan

media elektronik di tingkat lokal, nasional dan internasional serta

membuat newsletter KSPI dan membuat website KSPI.

i. Internasional.

Program aksinya meliputi meningkatkan kerjasama yang sudah ada

dan membangun kerjasama baru dengan Global Union Federation (GUF)

dan konfederasi lain, mengirimkan kader potensial untuk mengikuti

Page 68: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

54

pelatihan-pelatihan ditingkat internasional dan berkontribusi secara aktif

dalam lembaga-lembaga internasional.

Page 69: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

55

BAB IV

PERJUANGAN KSPI DALAM MENUNTUT

PENCABUTAN PP NOMOR 78 TAHUN 2015

TENTANG PENGUPAHAN

Pada bab ini, penulis akan menganalisa strategi KSPI sebagai kelompok

kepentingan dalam menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 tahun

2015 tentang Pengupahan yang merujuk pada teori strategi kelompok kepentingan

dari G. Calvin Mackenzie dan Gabriel A. Almond untuk melihat saluran-saluran

yang dipakai oleh kelompok kepentingan. Selain itu, dalam bab ini penulis juga

akan menganalisa hambatan-hambatan yang dimiliki oleh KSPI dalam upaya

pencabutan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan

sehingga mengakibatkan strategi KSPI belum berimpilkasi pada pencabutan

Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Untuk mengetahui

hambatan-hambatan yang dimiliki oleh KSPI tersebut, penulis akan merujuk pada

pandangan dari David Easton mengenai sistem politik. Hal ini dimaksudkan untuk

meilhat bagaimana proses kelompok kepentingan mengartikulasikan kepentingan

dalam mempengaruhi kebijakan publik.

A. Strategi KSPI Dalam Menuntut Pencabutan PP Nomor 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan

Menurut G. Calvin Mackenzie bahwa dalam usahanya mencapai tujuan

yang telah ditetapkannya, kelompok kepentingan harus mampu mencapai dan

mempengaruhi pembuat keputusan. Adapun cara yang dipergunakan oleh

kelompok kepentingan untuk mencapai dan mempengaruhi para pembuat

keputusan tidaklah sama satu dengan yang lainnya. Namun, menurutnya ada

Page 70: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

56

empat strategi yang sering digunakan kelompok kepentingan yaitu lobi, dukungan

kampanye, publisitas dan proses pengadilan.82

Sementara itu, kelompok

kepentingan juga diharuskan memiliki saluran-saluran dalam menyalurkan

tuntutan-tuntutan mereka. Hal ini dimaksudkan agar strategi-strategi yang

digunakan kelompok kepentingan efektif dan tepat sasaran. Dalam hal ini, Gabriel

A. Almond mengemukakan beberapa saluran-saluran yang sering digunakan oleh

kelompok kepentingan diantaranya yaitu demonstrasi dan kekerasan, hubungan

pribadi, perwakilan langsung dan formal dan institusi lainnya seperti media

massa, partai politik dan badan legislatif, kabinet dan birokrasi.83

Namun, analisa

yang didapatkan penulis dari penilitian ini menyatakan bahwa hanya ada beberapa

strategi dan saluran yang digunakan KSPI dalam pencabutan PP No. 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan sesuai dengan teori G. Calvin Mackenzie dan Gabriel

A. Almond. Adapun strategi dan saluran itu yaitu sebagai berikut:

1. Lobi KSPI Kepada Pejabat Publik Selaku Pembuat Kebijakan

Perburuhan

Melobi pada dasarnya merupakan bagian dari aktivitas komunikasi yang

dilakukan individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan

organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi

dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri

82

G. Calvin Mackenzie, American Government: Politics and Public Policy (New York:

Random House, 1986), h. 98-107 83

Mohtar Mas‟oed dan Colin Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press), h. 58.

Page 71: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

57

ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.84

Sedangkan, menurut Mackenzie lobi

merupakan cara yang menggambarkan kontak langsung antara perwakilan

kelompok kepentingan dengan pejabat publik. Tujuan utama para pelobi adalah

untuk meyakinkan para pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang sesuai

dengan kepentingan kelompok yang mereka wakili.85

Terutama dalam kasus ini,

lobi dapat dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan pihak luar untuk

memberikan pengaruh didalam instansi pemerintahan agar nanti instansi

pemerintahan tersebut dapat membuat atau merevisi kebijakan yang sesuai dengan

kepentingan kelompok mereka.

Dalam usahanya, KSPI seringkali melakukan lobi terhadap pejabat publik

seperti Kementrian Ketenagakerjaan dan DPR RI yaitu ketua dan wakil ketua

DPR serta fraksi-fraksi Komisi IX yang membidangi masalah tentang

ketenagakerjaan. Seperti fraksi partai PKS (Partai Keadilan Sejahtera), Golkar,

(Golongan Karya), PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Partai Demokrat, PAN

(Partai Amanat Nasional) dan Partai Nasdem (Nasional Demokrat). Dalam

prakteknya, KSPI telah melakukan usaha untuk melobi pemerintah dalam hal ini

diwakili oleh Kementrian Ketenagakerjaan.86

Namun, KSPI mendapat hambatan

serius dalam melobi lembaga ekskutif dikarenakan KSPI memiliki relasi atau

hubungan yang buruk terhadap pemerintahan Jokowi. Seperti yang telah diketahui

hubungan buruk ini disebabkan oleh dukungan yang diberikan oleh KSPI kepada

84

Redi Panuju, Jago Lobi dan Negosiasi (Jakarta: Interprebook, 2010), h. 18. 85

Mackenzie, American Government: Politics and Public Policy, h. 98. 86

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 72: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

58

capres lainnya yaitu Prabowo pada pemilu 2014.87

Hal tersebut, tentunya

menjadikan KSPI kesulitan dalam membangun kedekatan kepada pemerintah

untuk menjalin komunikasi yang lebih intens dan serius. Salah satu cara terakhir

menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholder hanya melalui komisi IX DPR

RI sebagai badan legislatif.

Gambar IV.A.1

KSPI Melobi Komisi IX DPR RI

Sumber : Foto Diambil Dari Dokumentasi KSPI yang Dikirim Oleh Anggota KSPI Melalui

Aplikasi Whatsapp.

Adapun proses lobi KSPI terhadap DPR RI dimulai dengan pertemuan

antara KSPI beserta konfederasi serikat buruh lainnya dengan Komisi IX DPR RI

untuk memberi masukan dan menjelaskan bahwa adanya masalah yang terdapat

dalam PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan sehingga PP tersebut dapat

dikaji ulang. Sedangkan, maksud dari KSPI melobi Komisi IX DPR RI agar

87

Rendy Sadikin, “Buruh KSPI Dukung Prabowo-Hatta,” artikel diakses pada tanggal 10

Juni 2017 dari http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/02/buruh-kspi-dukung-prabowo-

hatta

Page 73: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

59

terbentuknya tim Pansus (Panitia Khusus) atau tim Panja (Panitia Kerja) sehingga

PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dapat dibahas untuk dikaji dan

dievaluasi dalam rapat kerja DPR. 88

Untuk merespon lobi-lobi yang dilakukan

oleh KSPI beserta konfederasi serikat buruh lainnya, DPR kemudian mengundang

dan mengadakan Rapat Kerja (Raker) pada tanggal 19 November 2015 dengan

Kementrian Ketenagakerjaan. Dalam rapat tersebut, Komisi IX DPR RI dan

Kementrian Ketenagakerjaan membahas isu-isu ketenagakerjaan dan PP No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan. Hasil dari Rapat Kerja (Raker) tersebut berupa

Komisi IX DPR RI akan membentuk tim Panja (Panitia Kerja) Pengupahan untuk

mengkaji dan mengevaluasi kembali PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Setelah tim Panja (Panitia Kerja) Pengupahan terbentuk, kemudian mereka

mengundang dan mengadakan beberapa Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)

dengan berbagai pihak seperti Apindo sebagai perwakilan pengusaha, Dewan

Pengupahan Nasional, Perwakilan Serikat Buruh, Para ahli dan Pakar. Tim Panja

(Panitia Kerja) Pengupahan berpandangan bahwa semua masukan yang

didapatkan melalui Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) akan menjadi bahan

untuk Panja Pengupahan dalam menyusun rekomendasi. 89

Selain itu, Tim Panja (Panitia Kerja) Pengupahan juga melakukan

kunjungan kerja ke perusahaan-perusahaan guna meninjau langsung permasalahan

pengupahan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 78 tentang

88

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. Ia Mengatakan Masalah PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan

yaitu tidak diikutsertakannya buruh dalam perundingan penetapan upah minimum dan formula

tersebut juga dapat menciptakan praktek upah murah. 89

Wawancara dengan Dede Yusuf M. E sebagai Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014-

2019, tanggal 14 September 2017 di Gedung Nusantara I DPR RI.

Page 74: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

60

Pengupahan, apakah akan dilanjutkan atau direvisi pelaksanaannya dengan

mendengarkan audiensi dari kalangan pengusaha, buruh serta pemerintah daerah

itu sendiri. Serta untuk mengetahui sesungguhnya di pasal-pasal mana saja pada

PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ini yang membuat para buruh

keberatan.90

Terakhir, tim Panja (Panitia Kerja) Pengupahan nantinya akan

menyusun dan menghasilkan rekomendasi yang akan dikirim kepada pemerintah

sebagai bahan pertimbangan agar pemerintah mau merevisi PP No. 78 Tahun

2015 Tentang Pengupahan. Pada tanggal 27 April 2016 tim Panja (Panitia Kerja)

Pengupahan telah menghasilkan beberapa rekomendasi yang menyangkut

permasalahan kebijakan pengupahan ini. Adapun hasil dari rekomendasi yang

telah dihasilkan dari Panja (Panitia Kerja) Pengupahan sebagai berikut:91

a. Komisi IX DPR RI mendesak Pemerintah untuk mencabut PP No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan.

b. Komisi IX DPR RI meminta Pemerintah untuk membuat Peraturan

Pemerintah yang baru dengan formula baru yang tidak bertentangan

dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

c. Komisi IX DPR RI meminta Pemerintah untuk tidak meninggalkan

kewenangan daerah (tripartit), hak berunding (bipartit), penetapan

KHL (Kebutuhan Hidup Layak) dan penentuan inflasi daerah per satu

tahun sekali.

d. Komisi IX DPR RI meminta pemerintah untuk menyelesaikan

Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan yang baru dalam jangka

waktu tiga bulan dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada

seluruh pemangku kepentingan.

90

Pemerintah "Tim Panja Komisi IX DPR RI Melakukan Kunjungan Kerja Ke Kabupaten

Karawang,” artikel diakses pada tanggal 9 September 2016 dari http://www.karawangkab.

go.id/headline/tim-panja-pengupahan-komisi-ix-dpr-ri-melakukan-kunjungan-kerja-ke-kabupaten-

karawang 91

Kahar S. Cahyono, “Panja Pengupahan Komisi IX DPR RI Rekomendasikan PP No. 78

Tahun 2015 Dicabut,” artikel diakses pada tanggal 9 September 2016 dari https://www.

koranperdjoeangan.com/panja-pengupahan-komisi-ix-dpr-ri-rekomendasikan-pp-no-78-tahun-

2015-dicabut/

Page 75: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

61

Melihat hasil rekomendasi di atas, dapat dipahami bahwa Komisi IX DPR

RI secara langsung mendukung adanya pencabutan dan revisi terhadap PP No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan. Komisi IX DPR RI beranggapan bahwa PP No.

78 Tahun 2015 tentang Pengupahan harus direvisi dikarenakan dianggap

prematur dan melanggar ketentuan aturan diatasnya yaitu UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.92

Dede Yusuf selaku Ketua Komisi IX DPR RI

mengatakan bahwa DPR sendiri tidak menyetujui adanya PP No. 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan tersebut. Walaupun proses RUU (Rancangan Undang-

Undang) ini sejak lama, namun PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan ini

adalah PP yang lahirnya terkesan prematur tanpa adanya konsultasi DPR terlebih

dahulu. Dalam hal ini, legislator tidak turut dilibatkan dalam perumusan hingga

pemberlakuan PP tersebut. Kemudian Komisi IX DPR RI juga menilai bahwa PP

No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan memang memiliki kelemahan.

Kelemahan tersebut berupa adanya beberapa poin hak buruh yang dihilangkan

dalam PP tersebut.

Adapun kelemahan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan yaitu

pertama, mengenai hak bernegosiasi yang sudah tertuang dalam UU No. 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan. Seharusnya dalam penentuan upah diharuskan

melalui mekanisme bipartit (pengusaha dengan pekerja) dan tripartit (peran

pemerintah menjadi mediator) sehingga benar-benar menghasilkan kesepakatan

bersama. Kedua adalah dibatasinya kewenangan pemerintah daerah dalam

menetapkan KHL (Komponen Hidup Layak) menjadi lima tahun. Artinya, selama

92

DPR RI, “Buletin Parlementaria”, artikel diakses pada tanggal 9 September 2016 dari

http://www.dpr.go.id/dokpemberitaan/buletin-parlementaria/b-905-5-2016.pdf

Page 76: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

62

empat tahun ke depan apabila ada permasalahan Dinas Ketenagakerjaan dan

Pemerintah Daerah dainggap lepas tangan. Jadi dapat dikatakan kebijakan ini

dinilai menghambat ruang daerah untuk membuat kebijakan sendiri berupa

formulasi pengupahan yang sesuai dengan inflasi di daerah masing-masing.93

Oleh karena itu, Komisi IX DPR RI meminta pemerintah tidak meninggalkan

kewenangan daerah (tripartit), hak berunding (bipartit), penetapan KHL dan

penentuan inflasi daerah per satu tahun sekali. Komsi IX DPR RI juga mendesak

pemerintah untuk menyelesaikan PP tentang pengupahan yang baru dalam jangka

waktu 3 (tiga) bulan dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh

pemangku kepentingan sesuai dengan hasil rekomendasi Panja (Panitia Kerja)

Pengupahan.94

Namun demikian, sampai saat ini belum ada respon dari pemerintah

terhadap hasil rekomendasi Panja (Panitia Kerja) Pengupahan menjadikan sebuah

pertanyaan mengapa pemerintah tidak menanggapi hasil rekomendasi tersebut.

Sedangkan, Juprianus Manurung selaku Kasi Standarisasi Pengupahan Direktorat

Pengupahan menganggap pemerintah tidak perlu mengikuti rekomendasi Panja

(Panitia Kerja) Pengupahan dikarenakan hanya dianggap sebagai keputusan

politik dan tidak memiliki kekuatan hukum untuk dieksekusi atau dijalankan

sehingga apabila diabaikan pun hal tersebut tidak akan membawa konsekuensi

hukum. Ia menambahkan sebaiknya serikat buruh mengikuti aturan yang berlaku.

Kalau ada yang keberatan terhadap PP No. 78 Tahun 2015 tentang Penguapahan

93

Wawancara dengan Dede Yusuf M. E sebagai Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014-

2019, tanggal 14 September 2017 di Gedung Nusantara I DPR RI. 94

Ferdinand Waskita, “Komisi IX DPR Desak Pemerintah Laksanakan Rekomendasi Panja

Pengupahan,” artikel diakses pada tanggal 9 September 2016 dari http://www.tribunnews.com/

nasional/2017/01/24/komisi-ix-dpr-desak-pemerintah-laksanakan-rekomendasi-panja-pengupahan

Page 77: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

63

dipersilahkan mengajukan gugatan uji materil melalui Mahkamah Agung. Apabila

Mahkamah Agung menerima alasan penggugat maka pemerintah dalam hal ini

kementrian ketenagakerjaan akan merubah pasal yang digugat.95

Berdasarkan penjelasan diatas, menunjukan KSPI sebagai kelompok

kepentingan sudah melakukan strategi lobi terhadap berbagai pihak baik kepada

pemerintah maupun Komisi IX DPR RI. Namun demikian, strategi ini belumlah

dianggap berhasil dikarenakan hubungan buruk yang dimiliki KSPI dengan

pemerintahan Jokowi mengakibatkan ketidakmampuan KSPI dalam melobi

pemerintah saat ini. Padahal dalam menjalankan stategi lobi diharuskan memiliki

hubungan yang baik agar terciptanya kesepakatan bersama. Meskipun hasil yang

didapat KSPI dalam melobi DPR RI dianggap berhasil karena dikeluarnya

rekomendasi Panja Pengupahan. Namun, yang terjadi hasil rekomendasi belum

berimplikasi pada pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan karena

sampai saat ini tidak ada respon dari pemerintah terhadap hasil rekomendasi panja

pengupahan tersebut.

2. Publisitas KSPI Melalui Aksi Demonstrasi dan Mogok Kerja

Publisitas merupakan pesan yang direncanakan, dieksekusi dan didistibusi-

kan melalui media tertentu untuk memenuhi kepentingan publik tanpa membayar

pada media. Pada dasarnya publisitas dimaknai sebagai cara memperoleh

perhatian publik melalui penyebaran baik melalui media cetak dan elektronik

95

Wawancara dengan Juprianus Manurung, S.H, sebagai Kasi Standarisasi Pengupahan

Direktorat Pengupahan, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja RI, tanggal 21 September 2016 di Kementerian Tenaga

Kerja RI.

Page 78: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

64

yang mencakup surat kabar, majalah, televisi, radio, talk show, dan acara lainnya,

ataupun publisitas online melalui media sosial, dan website.96

Sementara tujuan

utama publisitas adalah untuk menunjukkan terdapatnya permasalahan sosial atau

ekonomi yang signifikan yang membutuhkan perhatian dan solusi dari

pemerintah. Para ahli politik menyebutnya sebagai fungsi agenda setting. 97

Istilah

„agenda setting‟ dimaknai sebagai sebuah proses dimana perhatian yang diberikan

pada suatu permasalahan melalui liputan berita, menimbulkan kesadaran pada

masyarakat tentang masalah tersebut. Sebagai efek selanjutnya, hal ini dapat

membuat efek pada kebijakan publik.98

Sedangkan Dearing dan Rogers

mendefinisikan agenda setting sebagai persaingan terus-menerus diantara

berbagai isu penting untuk mendapatkan perhatian dari para pekerja media, publik

dan penguasa.99

Dalam hal ini, agenda setting dimaknai sebagai salah satu upaya

menunjukkan isu-isu dan image yang penting dan menonjol kedalam pikiran

masyarakat sehingga nantinya isu tersebut mendapatkan perhatian dari pemerintah

dan masyarakat. Seperti telah diketahui, sebuah isu yang dianggap sebagai suatu

masalah yang harus dicari jalan keluarnya merupakan langkah yang penting dalam

proses memengaruhi kebijakan publik. Adapun beberapa tahapan dalam

pemprosesan isu yang dapat diangkat dan dijadikan agenda setting, dapat

digambarkan sebagai berikut:

96

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kualitatif dan Kualitatif

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 263. 97

Mackenzie, American Government, h. 98-107. 98

Dennis Mc Quail, Mass Communication Theory (4th ed.) (London: Sage Publication,

2000), h. 426. 99

Mc Quail, Mass Communication Theory (4th ed.), h. 513.

Page 79: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

65

Gambar IV.A.2

Tahapan Proses Agenda Setting100

Sumber : Tahapan Proses Agenda Menurut Samodra Wibawa dalam buku “Politik Perumusan

Kebijakan Publik.”

Gambar diatas menjelaskan bahwa lahirnya sebuah kebijakan bermula dari

adanya suatu masalah yang sedang berkembang. Awalnya masalah tersebut

bermula dari adanya isu publik yang dikemas oleh media. Kemudian, isu publik

tersebut berkembang menjadi opini publik di masyarakat. Dari kedua hal inilah

yang akhirnya menyebabkan timbulnya masalah kebijakan. Dari sekian banyak

masalah kebijakan yang timbul hanya sedikit masalah yang mendapatkan

perhatian pemerintah karena masalah tersebut harus melewati tahap

pengidentifikasian sehingga dapat ditemukan masalah mana yang lebih

berpeluang. Dari penyeleksian masalah inilah kemudian diangkat menjadi agenda

kebijakan. Di agenda kebijakan inilah tahapan yang paling penting sebelum

nantinya masalah tersebut menjadi penyusunan alternatif kebijakan yang akhirnya

dikeluarkan sebagai kebijakan publik.

Hal inilah yang menjadi alasan KSPI menggunakan publisitas sebagai

strategi perjuangannya. Terlebih lagi, biasanya kelompok kepentingan seperti

KSPI melakukan dan memanfaatkan suatu aksi demonstrasi dan mogok kerja

sebagai strategi publisitas. Seperti yang telah diketahui, aksi demonstrasi dan

100

Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011). Hal 59-62.

Page 80: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

66

mogok kerja sendiri merupakan salah satu saluran yang dipergunakan oleh

kelompok kepentingan untuk menyatakan aspirasi ataupun tuntutan-

tuntutannya.101

Dalam prakteknya seringkali aksi demonstrasi dan mogok kerja

dianggap sebagai bahan bagi para pemburu berita sehingga nantinya aksi tersebut

secara tidak langsung akan dipublikasikan melalui saluran media massa seperti

koran, televisi, radio dan lain-lain.102

Hal ini dikarenakan media massa memiliki

kemampuan membuat agenda dimana isu diramu dan dikemas atau biasa disebut

dengan framing untuk didiskusikan oleh publik dengan melakukan seleksi tentang

isu atau peristiwa yang akan diberikan kepada masyarakat dan mengarahkan

masyarakat terhadap reaksi yang timbul dalam pemberitaan tersebut.103

Sehingga

nantinya melalui reaksi yang timbul tersebut, dapat memberikan kontrol atau

penekanan-penekanan kepada pemerintah berkaitan isu-isu tertentu yang

diberitakan.104

Adapun isu framing yang digunakan oleh KSPI dalam menanggapi

munculnya PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan adalah “Tolak Upah

Murah dan Cabut PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.”105

Sedangkan

tujuan utama dari aksi demonstrasi dan mogok kerja yaitu untuk menunjukkan

terdapatnya permasalahan yang signifikan sehingga membutuhkan perhatian dan

solusi dari pemerintah. Sedangkan, target utama adalah pejabat publik yang

101

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 58. 102

Mackenzie, American Government, h. 98-107. 103

Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa diterjemahkan oleh Lilawati dan

Jalaludin Rakhmat (Bandung : Remadja Karya, 1985), h. 20. 104

Kacung Marizan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde-Baru

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 281. 105

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 81: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

67

berwenang untuk menangani masalah dan terinspirasi karena adanya demonstrasi

dan mogok kerja. Target kedua adalah masyarakat umum, dengan harapan

mendapatkan dukungan rakyat untuk sponsor dari demonstrasi dan mogok kerja

sehingga akan diterjemahkan ke dalam peningkatan tekanan kepada pejabat publik

untuk menanggapi suatu masalah.106

Namun, sebelum melakukan aksi demonstrasi dan mogok kerja tersebut

biasanya KSPI akan membuat sebuah konsep. Adapun tujuan pembuatan konsep

adalah pertama, konsep merupakan suatu proses pembentukan isu dan opini di

internal organisasi serikat buruh. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan untuk

menyebarluaskan apa yang buruh tuntut dari permasalahannya. Sehingga setiap

isu yang diperjuangkan oleh KSPI didukung oleh konsepsi yang jelas. Dengan

adanya konsep, buruh dapat mengetahui alasan mengapa mereka memperjuangkan

sebuah isu yang berkaitan erat dengan kesejahteraan buruh tersebut, seperti dalam

hal ini menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. 107

Kedua, konsep juga digunakan sebagai dasar untuk memberikan usulan dalam

melakukan lobi kepada pemerintah selaku badan eksekutif maupun DPR RI

selaku badan legislatif.

Dalam perjalanannya, sebuah konsep yang komprehensif dan mendalam

tentang satu isu perjuangan didapatkan melalui mekanisme atau proses seminar,

workshop, Focus Group Discussion (FGD) dan diskusi lainnya. Seminar

dilakukan dengan mengundang para ahli dari stakeholder perburuhan, baik dari

106

Mackenzie, American Government, h. 104-105 107

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 82: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

68

kalangan buruh, pengusaha, pemerintah, legislatif serta kalangan akademisi yang

diharapkan dapat memberikan gagasan dan pandangannya yang mendalam

tentang satu isu perjuangan yang akan diperjuangkan oleh KSPI. Hasil berupa

poin-poin penting dalam seminar kemudian dibahas kembali dalam sebuah

workshop yang terdiri dari 20 sampai 30 orang untuk merumuskan sebuah pokok-

pokok fikiran tentang satu isu perjuangan yang akan diperjuangkan. Tidak

berhenti di workshop, KSPI juga mengadakan beberapa kali Focus Group

Discussion (FGD) untuk mempertajam pokok-pokok fikiran hasil dari workshop.

Setelah mendapatkan satu rumusan konsep yang tajam dan komprehensif, KSPI

kemudian melakukan sosialisasi baik melalui rapat-rapat baik itu ditingkat

pimpinan nasional serta daerah maupun dikalangan grassroort melalui rapat-rapat

akbar.108

Kemudian, konsep tersebut dimuat dalam sebuah tulisan dan realese

yang nantinya akan disebar melalui Whatsapp atau pesan singkat serta media

massa berupa Koeran Perdjoangan dan website KSPI sedangkan melalui social

media KSPI menggunakan media Facebook sebagai media kampanyenya. Setelah

konsep yang dibuat untuk membangun sebuah isu tersebut telah dibentuk, KSPI

kemudian melakukan sebuah aksi demonstrasi dan mogok kerja sebagai rangkaian

lanjutan dari strategi publisitas. Adapun salah satu contoh strategi publikasi KSPI

yang telah dimuat dalam sebuah tulisan dan realese melalui social media yaitu,

sebagai berikut:

108

Koran Perdjoeangan, “Ringkasan Eksekutif Laporan Pertanggungjawaban DEN KSPI:

Ketimpangan dan Ketidakadilan Masih Terjadi,” artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017 dari

https://www.koranperdjoeangan.com/ringkasan-eksekutif-laporan-pertanggungjawaban-den-kspi-

ketimpangan-dan-ketidakadilan-masih-terjadi/

Page 83: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

69

Gambar IV.A.3.

Strategi Publisitas KSPI melalui Social Media Facebook

Sumber: Foto Screenshot Diambil Dari Facebook KSPI dapat diakses melalui https://web.

facebook.com/permalink.php?story_fbid=803630073114750&id=240954696048960

Gambar diatas menjelaskan strategi publikasi yang dilakukan KSPI

melalui social media yaitu Facebook dalam upayanya mencabut PP No. 78 tahun

2015 tentang Pengupahan. Dalam sejarahnya, aksi demonstrasi dan mogok kerja

buruh bukanlah hal yang baru bagi gerakan perburuhan di Indonesia. Jauh

sebelumnya, pada tahun 1882 sekitar 10 ribu buruh tani dari 30 pabrik gula dan

perkebunan di Yogyakarta melakukan aksi mogok dan protes selama hampir tiga

bulan.109

Pemicunya, selain faktor upah yang rendah dan beratnya beban kerja,

juga karena faktor eksploitasi feodalis dan kapitalis lain. Bahkan sampai saat ini,

demonstrasi dan mogok kerja masih menjadi pilihan terbaik bagi buruh dan telah

109

Ratri Virianita, “Partisipasi Buruh Dalam Aksi Unjuk Rasa,” Jurnal Transdisiplin

Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Vol. 02 No. 03 (Desember 2008), h. 321.

Page 84: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

70

menjadi ikon gerakan buruh pasca ambruknya otoritarianisme Soeharto untuk

mengemukakan aspirasi atau pendapat di muka umum. Secara periodik, kita dapat

melihat aksi protes buruh yang secara rutin terjadi di berbagai daerah menuntut

kenaikan upah minimum tiap tahunnya. Belum lagi, jika melihat kecenderungan

aksi demonstrasi dan mogok kerja buruh tiap tahun ketika merayakan hari buruh

sedunia atau May Day. Hal ini dikarenakan demonstrasi dan mogok kerja diyakini

oleh buruh sebagai pilihan strategis yang bersifat kolektif dan efektif sebagai

sarana untuk memperkuat posisi tawar-menawar buruh terhadap perusahaan dan

pemerintah. Meski demonstrasi dan mogok kerja bukan satu-satunya sarana, akan

tetapi ia merupakan senjata yang ampuh bagi buruh, dan ditakuti jika ia bersifat

massal, kolektif dan terorganisasi.110

Apalagi demonstrasi dan mogok kerja buruh

pada beberapa tahun terakhir telah turut mempengaruhi dan menentukan proses

kenaikan upah minimum di beberapa kota dan provinsi.111

Meskipun serikat buruh menganggap demontrasi dan mogok kerja sebagai

metode perjuangan utama mereka karena pengorganisasiannya yang sederhana

dan efektif. Namum dalam kenyataannya, aksi demontrasi dan mogok kerja

memiliki dampak negatif juga bagi buruh itu sendiri seperti dikenai sanksi PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja) apabila ikut serta dalam kegiatan aksi demontrasi

dan mogok kerja. Bahkan dampak negatif juga dialami oleh perusahaan dan

negara seperti menurunnya produktivitas karena hilangnya jam kerja, apalagi jika

disertai dengan tindakan anarkis maka secara makro dapat menghambat

110

Virianita, “Partisipasi Buruh Dalam Aksi Unjuk Rasa,” h. 322. 111

B.H. Juliawan, “Street-level Politics:Labour Protests in Post-authoritarian Indonesia.,”

Majalah BASIS, Vol. 58 No. 09-10 (2011), h. 364-366.

Page 85: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

71

pertumbuhan ekonomi nasional. Seringkali aksi demonstrasi dan mogok kerja

buruh di Indonesia diikuti oleh tindakan anarkis yang berakhir dengan tindakan

pengerusakan fasilitas perusahaan, fasilitas umum dan menganggu kepentingan

umum. Hal ini tentu saja menjadikan para investor yang sudah menanamkan

modalnya di Indonesia mengancam akan memindahkan modalnya ke negara

lain.112

Meski berdampak negatif, aksi demonstrasi buruh ini sejatinya sulit

dihindari karena bagi buruh demonstrasi buruh merupakan hak fundamental yang

berhubungan erat dengan hak kaum buruh untuk berunding.113

Gambar IV.A.4.

Demonstrasi KSPI Menutut Pencabutan PP No. 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan

Sumber : Foto Diambil Dari Dokumentasi KSPI yang Dikirim Oleh Anggota KSPI Melalui

Aplikasi Whatsapp.

Gambar diatas menjelaskan rangkaian aksi demonstrasi dan mogok kerja

buruh yang dilakukan KSPI dalam mencabut PP No. 78 tahun 2015 tentang

112

Aloysius Uwiyono, Hak mogok di Indonesia (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2001), h. 14-16. 113

Aloysius Uwiyono, Hak mogok di Indonesia , h. 20-24

Page 86: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

72

Pengupahan. Dalam hal ini, KSPI beserta konfederasi-konfederasi serikat buruh

lainnya seperti KSPSI-AGN, KSBSI, KP KPBI, KASBI dan KSN sepakat untuk

membentuk Gabungan Buruh Indonesia (GBI) bersama.114

Adapun alasan,

dibentuknya GBI (Gabungan Buruh Indonesia) adalah melakukan aksi demontrasi

dan mogok kerja bersama dimulai dari tanggal 15 sampai 30 Oktober 2015 untuk

menolak PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan.115

Bahkan sejak tahun 2016

sampai saat ini tahun 2017 dalam setiap peringatan hari buruh sedunia atau May

Day KSPI selalu menyertakan penolakan PP No. 78 tahun 2015 tentang

Pengupahan dalam aksi tuntutannya terhadap pemerintah.116

Namun demikian,

sampai saat ini hasil dari aksi demonstrasi dan mogok kerja yang dilakukan buruh

belum mampu mempengaruhi kebijakan tersebut.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, penulis menganalisis bahwa

aksi demonstrasi dan mogok kerja merupakan bagian dari strategi publisitas KSPI

dalam menuntut pencabutan PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan tersebut.

Hal ini dikarenakan, melalui aksi demonstrasi dan mogok kerja tersebut KSPI

mengharapkan perhatian dan dukungan baik dari masyarakat terhadap isu dan

permasalahan yang dihadapi oleh buruh. Kemudian nantinya melalui opini publik

yang terbentuk oleh masyarakat dapat memberi tekanan kepada pemerintah untuk

merevisi kebijakan yang dianggap merugikan kaum buruh. Seperti yang telah

114

Eky Jagurawalta, “200 Advokat Siap Backup Aksi Mogok Nasional 5 Juta

Buruh.”artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://www.bantenpos.co/arsip/2015

/11/200-advokat-siap-backup-aksi-mogok-nasional-5-juta-buruh 115

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. 116

Robertus Belarminus, “Ratusan Ribu Buruh Se-Jabodetabek Akan Aksi di Depan Istana

Presiden,” artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017 dari http://megapolitan.kompas.com

/read/2017/05/01/08491351/ratusan.ribu.buruh.se-jabodetabek.akan.aksi.di.depan.istana.presiden

Page 87: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

73

diketahui, dalam melakukan publisitas biasanya kelompok kepentingan

melakukan suatu demonstrasi dan mogok kerja yang nantinya akan dipublikasi

melalui saluran media massa seperti koran, televisi, radio dan lain-lain. Adapun

hasil dari aksi demonstrasi dan mogok kerja dalam menuntut pencabutan PP No.

78 tahun 2015 tentang Pengupahan belum dapat mempengaruhi pemerintah untuk

mencabut PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Meskipun demikian, aksi

demonstrasi dan mogok kerja dalam menuntut pencabutan PP No. 78 tahun 2015

tentang Pengupahan masih terus dilakukan oleh KSPI disetiap peringatan hari

buruh sedunia atau May Day dan pada akhir tahun ketika penetapan upah

minimum.

3. Tuntutan KSPI Melalui Proses Pengadilan Dengan Mengajukan

Judicial Review kepada Mahkamah Agung

Seperti yang telah dijelaskan di BAB II bahwa pengadilan baru-baru ini

telah mengambil sejumlah fungsi pembuatan kebijakan yang sebelumnya

dilakukan oleh legislator. Dalam hal ini, kelompok kepentingan mengajukan

gugatan untuk menantang legalitas atau konstitusional hukum dan kebijakan

administratif. Mereka menuntut pejabat atau instansi pemerintah, untuk

menunjukkan tindakan atau pelaksanaan aturan yang tidak benar dan melanggar

perlindungan hukum atau konstitusi. Sementara itu, alasan utama kelompok

kepentingan menggunakan proses pengadilan sebagai strateginya yaitu kegagalan

kelompok kepentingan dalam menggunakan berbagai strateginya. Kelompok

kepentingan juga sering beralih ke proses pengadilan sebagai upaya terakhir

Page 88: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

74

dikarenakan biaya yang mahal dan sering memakan waktu.117

Terutama dalam

kasus ini, PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan dianggap melanggar

ketentuan aturan diatasnya yaitu melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Namun, dikarenakan PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan

merupakan produk hukum sehingga untuk menilai dan menguji kembali legalitas

dari suatu PP tersebut maka diperlukan upaya hukum seperti Judicial Review.

Judicial Review (hak uji materil) merupakan kewenangan lembaga peradilan

untuk menguji kesahihan dan daya laku produk-produk hukum yang dihasilkan

oleh ekesekutif, legislatif maupun yudikatif di hadapan konstitusi yang berlaku.118

Dengan kata lain, melalui Judicial Review nantinya lembaga pengadilan diberi

kewenangan untuk membatalkan setiap tindakan pemerintahan yang bertentangan

dengan konstitusi. Dalam kasus ini, dikarenakan peraturan ini berupa Peraturan

Pemerintah (PP) maka biasanya gugatan diajukan kepada MA (Mahkamah

Agung). Hal ini didasarkan dengan adanya pasal 31 ayat 2 UU No. 5 Tahun 2004

tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Adapun pasal 31 ayat 2 UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung adalah sebagai berikut:

117

Mackenzie, American Government, h. 105-107. 118

Dian Rositawati, S.H., “Judicial Review” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2017

http:// lama.elsam.or.id/downloads/1295596097_Mekanisme_Judicial_Review_di_Indonesia.pdf

Page 89: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

75

“MA menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah

undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak memenuhi

ketentuan yang berlaku.”119

Oleh karena itu, KSPI menilai bahwa mereka berhak melakukan gugatan

terhadap PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan melalui Judicial Review

kepada MA (Mahkamah Agung). 120

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari

Pengamat Perburuhan Timboel Siregar yang menyatakan bahwa strategi lebih

pasti untuk membatalkan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan adalah

melalui Mahkamah Agung dengan Judicial Review. Karena ia merasa yakin

bahwa pasal 43 ayat 7 dan 44 dalam PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan

itu bertentangan dengan pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang mana peran-peran serikat buruh yang ada didalam UU No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dihilangkan di PP tersebut. 121

KSPI sendiri telah mengajukan uji materiil PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan terhadap UU 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh

dan pasal 44 ayat 2 PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan terhadap UU No.

13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.122

Namun, informasi terbaru

menyatakan bahwa Mahkamah Agung (MA) telah menolak gugatan KSPI terkait

PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Mahkamah Agung (MA) menyatakan

119

Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun

1985 Tentang Mahkamah Agung pasal 31 ayat 2. 120

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. 121

Wawancara dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal 19 Oktober

2016 di Rumah Pribadi. 122

Handoyo dan Dupla KS, “Empat Uji Materi PP Pengupahan Kandas di MA” artikel

diakses pada tanggal 10 Juni 2017 dari http://nasional.kontan.co.id/news/empat-uji-materi-pp-

pengupahan-kandas-di-ma

Page 90: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

76

proses pengujian peraturan perundang-undangan harus dihentikan dengan alasan

payung hukumnya yaitu UU No. 13 Tahun 2003 sedang dalam proses pengujian

di MK (Mahkamah Konstitusi).123

Seperti yang telah dijelaskan diatas, kelemahan

dari strategi ini adalah adanya pasal 55 UU No. 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi yang dapat menghentikan proses gugatan PP tersebut di

Mahkamah Agung. Dalam pasal tersebut, dikatakan bahwa:

“Pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

yang sedang dilakukan Mahkamah Agung wajib dihentikan apabila

undang-undang yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut sedang

dalam proses pengujian Mahkamah Konstitusi sampai ada putusan.”124

Dengan kata lain, menghadang Judicial Review di MA cukup dengan

mengajukan UU yang menjadi dasar Judicial Review itu ke MK, maka

permohonan tidak bisa diproses. Hal ini tentu saja, merugikan pihak pemohon

yang mengajukan gugatan Judicial Review melalui MA karena prosesnya harus

dihentikan sampai adanya putusan dari MK untuk UU yang menjadi payung

hukum tersebut. Belum lagi dalam proses pengujian Judicial Review di MA sering

memakan waktu yang cukup lama bahkan pemohon juga dihukum untuk

membayar biaya perkara yang mahal meskipun proses pengujiannya dihentikan.

Berdasarkan penjelasan diatas, menunjukan bahwa KSPI sudah

menjalankan beberapa strateginya untuk menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun

2105 tentang Pengupahan. Bahkan KSPI telah menggunakan upaya terakhir yaitu

mengajukan Judicial Review kepada Mahakamah Agung (MA). Namun demikian,

123

Mahkamah Agung, “Putusan Nomor 69 P/HUM/2015,” artikel diakses pada tanggal 09

September 2017 dari https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/25a2fcd2176d9

dc9f3c7ea61d90f195b/pdf 124

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi pasal 55.

Page 91: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

77

strategi tersebut tidak berhasil sehingga belum berimplikasi pada pencabutan PP

No. 78 Tahun 2105 tentang Pengupahan. Padahal strategi ini, dianggap lebih

konkrit untuk mencabut PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan karena

dianggap bertentangan dengan payung hukumnya yaitu UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Tetapi, adanya pasal 55 UU No. 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi yang dapat menghentikan proses gugatan PP tersebut di

Mahkamah Agung menjadi penghalang KSPI dalam memperjuangkan

kepentingannya.

B. Analisa Hambatan KSPI Dalam Menuntut Pencabutan (PP) Nomor 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa sistem politik merupakan seluruh

lingkup aktivitas politik yaitu membahas proses, hubungan dan interaksi antara

unit-unit atau lembaga dalam kegiatan atau usaha melaksanakan fungsi-fungsinya

untuk menghasilkan keputusan-keputusan kebijaksanaan (policy decision) berupa

nilai-nilai yang mengikat masyarakat keseluruhan. 125

Dimana, dalam proses

tersebut dimulai dengan suatu input berupa dukungan atau tuntutan yang

diartikulasikan oleh individu maupun kelompok kepentingan agar suatu keputusan

yang dihasilkan sesuai dengan kepentingannya. Dukungan atau tuntutan dapat

dikatakan sebagai perangkat kepentingan yang belum dialokasikan secara merata

125

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, 29-37.

Page 92: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

78

oleh sistem politik kepada semua lapisan masyarakat.126

Dalam proses

mengartikulasikan suatu kepentingan seringkali terlihat sederhana karena

merupakan tahap awal terbentuknya suatu kebijakan yaitu sebuah input yang

berupa tuntutan atau dukungan. Namun, berbagai fakta yang terjadi dalam proses

mengartikulasikan input berupa dukungan atau tuntutan itu seringkali tidak sesuai

dengan apa yang diinginkan atau diaharapkan oleh kelompok kepentingan. Hal ini

dikarenakan sebuah input harus melalui konversi sebagai proses, hubungan dan

interaksi yang melibatkan suprastruktur politik seperti legislatif, yudikatif,

eksekutif dan infrastruktur politik seperti partai politik, kelompok kepentingan,

kelompok penekan, alat komunikasi politik (media), tokoh politik dan lain-lain.

Belum lagi, dalam proses konversi juga dipengaruhi oleh lingkungan

(environtment) yang merupakan suatu keadaan sosial, politik, ekonomi,

kebudayaan, keamanan, geografi yang ada dan diterapkan di suatu negara. 127

Hal

tersebut, menjadikan kelompok kepentingan seringkali mendapatkan hambatan

dalam upayanya meyakinkan lembaga suprastruktur dan infrastrukur bahwa

terdapat masalah dalam sebuah kebijakan. Sehingga mengakibatkan input yang

diperjuangkan tidak mendapatkan hasil sesuai harapan.

Seperti dalam kasus ini, KSPI yang mendapat hambatan serius dalam

melobi lembaga ekskutif dikarenakan KSPI memiliki relasi atau hubungan yang

buruk terhadap pemerintahan Jokowi. Pada Bab ini penulis akan menjelaskan dan

menganalisa beberapa hambatan yang dihadapi KSPI dalam dalam menuntut

126

Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan

Empirik (Bogor: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 26. 127

Maksudi, Sistem Politik Indonesia, h. 26.

Page 93: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

79

pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan. Adapun hambatan atau kendala yang di hadapi KSPI sebagai

berikut:

1. Hambatan Internal KSPI

Penulis menemukan terdapat beberapa hambatan yang datang dari dalam

internal KSPI sendiri baik organisasinya maupun mengenai strateginya sebagai

upaya dalam menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.

Beberapa hambatan internal tersebut dapat dikatakan berpengaruh dalam proses

mempengaruhi kebijakan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Adapun

hambatan tersebut sebagai berikut:

a. Isu yang Diperjuangkan Tidak Fokus

Seperti yang telah diketahui dalam kasus ini, KSPI menuntut pencabutan

PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Dalam sebuah tututannya KSPI

menilai bahwa PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan telah melanggar

ketentuan aturan diatasnya yaitu melanggar pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Karena dengan adanya formulasi baru dalam

penetapan upah minimum pada pasal 43 ayat 7 yaitu dengan menggunakan inflasi

nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional yang angkanya dikeluarkan oleh

Badan Pusat Statistik (BPS) dianggap meniadakan peran dan hak dari serikat

buruh untuk berunding dalam penetapan upah minimum. Padahal, apabila

mengacu pada pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

bahwa penetapan upah minimum itu di tetapkan oleh Gubernur setelah mendapat

Page 94: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

80

rekomendasi usulan dari Dewan Pengupahan Daerah atau Walikota/Bupati dan

berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan

Ketenagakerjaan Daerah.128

Sementara itu, dengan adanya pasal 43 ayat 7 dan 44

ini tidak ada lagi peran dari dewan pengupahan tersebut yang didalamnya terdiri

dari terdiri dari tiga unsur yaitu pengusaha, pemerintah dan serikat buruh yang

selama ini melakukam negosisasi dan survei KHL kelapangan selama bulan Juli

sampai September untuk menetapkan kenaikan upah minimum tahun

berikutnya.129

Dalam pernyataannya, Muhammad Rusdi mengatakan KSPI menuntut

pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Ia juga mengharapkan

agar pemerintah dalam penetapan upah minimum kembali menggunakan atau

berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan serta 60 komponen

KHL yang telah ditetapkan.130

Dengan kata lain, KSPI dalam hal ini menuntut

pencabutan PP tersebut secara keseluruhan dan kembali menggunakan aturan

yang telah ada sebelumnya. Namun, tuntutan KSPI yang menginginkan

pencabutan PP tersebut secara keseluruhan dianggap tidak relevan. Menurut

Timboel Siregar, tidak pas juga melihat bahwa PP No. 78 tahun 2015 tentang

Pengupahan harus dibatalkan secara kesuluruhan. Pertama, PP tersebut

merupakan amanat pasal dari pasal 97 UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang selama 12 tahun diabaikan. Kemudian, secara subtansial isi

128

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 89 ayat 3. 129

Surya Tjandra dkk., Advokasi Pengupahan Di Daerah: Strategi Serikat Buruh di Era

Otonomi Daerah (Jakarta: TURC, 2007), h. 17-30. 130

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 95: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

81

dari PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan tidaklah semuanya salah dan

merugikan kaum buruh. Dalam PP tersebut sendiri ada hal yang baik pula untuk

kebaikan kaum buruh yaitu salah satunya kewajiban perusahaan membuat dan

memberitahukan struktur dan skala upah. Apabila PP No. 78 tahun 2015 tentang

Pengupahan harus dicabut maka akan berdampak pada struktur dan skala upahnya

dan hal baik lainnya akan hilang juga. Seharusnya buruh fokus pada poin

permasalahannya yaitu pasal 43 ayat 7 dan 44 sehingga hal-hal yang

menguntungkan kaum buruh dalam PP tersebut tidak ikut dicabut atau dibatalkan.

Terutama dengan fokus terhadap permasalahan utamanya diharapkan dapat

memberikan efesiensi dikarenakan MA tidak perlu mengkaji setiap pasal yang

nantinya akan memakan waktu yang lama.131

Dalam prakteknya, sering sekali serikat buruh seperti KSPI melakukan

penolakan tehadap suatu kebijakan namun tidak disertai dengan konsep alternatif

bagaimana sebaiknya kebijakan itu dilakukan tanpa merusak kepentingan buruh.

Gaya perjuangan buruh yang lebih dominan reaksioner yaitu menunggu

pemerintah mengeluarkan kebijakan lalu melakukan reaksi. Namun, sayangnya

reaksi yang dilakukan bukanlah reaksi yang memberikan solusi atas permasalahan

yang ada. Ditambah lagi, serikat buruh seringkali tidak objektif dalam mengemas

dan memperjuangkan sebuah isu.132

Sehingga terlihat bahwa kapasitas serikat

buruh sangat lemah dalam menguasai data. Sebagai akibatnya, kemampuan

gerakan buruh tidak sebanding bila berhadapan dengan mitra perusahaan dan

131

Wawancara dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal 19 Oktober

2016 di Rumah Pribadi. 132

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 114.

Page 96: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

82

pemerintah apabila melakukan perundingan. Kapasitas ini juga mengakibatkan

ketidakmampuan serikat buruh mengelola konflik internal serikat buruh sehingga

menimbulkan banyaknya perpecahan di dalam serikat buruh. Rendahnya kapasitas

ini sepertinya berkaitan dengan latarbelakang pendidikan kalangan buruh yang

dianggap masih rendah. Kebanyakan buruh hanya tamatan sekolah menengah

bahkan banyak diantaranya yang hanya lulusan sekolah dasar. Adapun yang

memiliki tamatan sarjana hanyalah segelintir yaitu elit-elit serikat buruh yang

memegang jabatan strategis.133

Berikut tabel mengenai tingkat pendidikan tenaga

kerja di Indonesia sebagai berikut:

Tabel IV.B.1.

Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Indonesia 2016-2017

Pendidikan 2016 2017

≤ Tamat SD 52,43 juta (43,46%) 52,58 juta(42,22%)

SLTP 21,48 juta (17,80%) 22,62 juta(18,17%)

SMU/SMK 33,05 juta (27,40%) 34,06 juta(27,35%)

Akademi/Diploma 3,20 juta (2,65%) 3,68 juta(2,96%)

Universitas 10,49 juta (8,69%) 11,59 juta(9,31%)

Jumlah Tenaga Kerja 120,65 juta (94,50%) 124,54 juta(94,68%)

Jumlah Pengangguran 7,02 juta (5.50%) 7,01 juta (5,34%)

Total 127,68 juta 131,55 juta

Keterangan: Sumber Data BPS (Diolah)134

133

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 115. 134

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), “Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu,

2008-2016,” artikel diakses pada tanggal 10 Juli 2017 dari https://www.bps.go.id/linkTabelStatis

/view/id/1909

Page 97: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

83

Informasi dari tabel di atas, menunjukan bahwa kualitas pendidikan tenaga

kerja di Indonesia masih sangat rendah. Kurang lebih 50% diantaranya tenaga

kerja di Indonesia masih tamatan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Hal ini tentu saja mencerminkan keadaan dari kualitas buruh itu

sendiri yang menjadikan gerakan buruh sulit bersaing dengan kekuatan politik

lainnya. Sementara itu, Timboel Siregar selaku Pengamat Perburuhan menilai

bahwa gerakan buruh saat ini, kurang mengedepankan pada pendidikan seperti

bagaimana membangun sebuah kekuatan serikat buruh dalam hal pemikiran

kepada semua anggota. Kenyataannya saat ini, antara elit dan anggota dibawahnya

kualitas pendidikannya sangat jauh sehingga yang pintar hanyalah elit-elitnya saja

sedangkan anggota dibawahnya hanya sebagai objek peserta. Seharusnya anggota

serikat buruh dijadikan sebagai subjek yang dicerdaskan dengan begitu serikat

buruh akan lebih objektif dalam memperjuangkan isu-isu mereka.”135

Bahkan dalam beberapa kasus di Indonesia seringkali jenjang pendidikan

yang rendah membuat buruh kurang menyadari arti pentingnya keberadaan serikat

buruh itu sendiri. Artinya kaum buruh di Indonesia dianggap belum sepenuhnya

memiliki kesadaran subjektif sebagai satu kelas yang sama sekali berbeda

kepentingan dengan kaum pengusaha dan mau memperjuangkan kepentingannya

itu. Padahal sangat penting buruh memiliki kesadaran akan hak dan

kepentingannya sehingga buruh tidak lagi dianggap kelas yang tertindas.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa serikat buruh sejatinya memiliki masalah

yang kompleks didalam organisasinya itu sendiri. Rendahnya kualiatas

135

Wawancara Pribadi dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal 19

Oktober 2016 di Rumah Pribadi.

Page 98: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

84

pendidikan buruh mengakibatkan kapasitas serikat buruh dianggap belum mampu

menguasai isu-isu perjuangannya sendiri.

Informasi tersebut menunjukan bahwa KSPI dalam hal ini dituntut lebih

objektif dalam menetapkan isu yang diperjuangkan sehingga nantinya isu-isu

yang diperjuangkan masuk akal dan dapat diterima oleh pemerintah. Isu yang

diperjuangkan KSPI seharusnya hanya fokus pada point permasalahannya yaitu

pada pasal 43 dan 44 yang dianggap telah merugikan kaum buruh. Penulis

menilai, dalam hal ini KSPI perlu melakukan kajian yang lebih dalam lagi dalam

tentang isu menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Hal

ini dikarenakan penulis sepakat bahwa tidak seharusnya PP No. 78 Tahun 2015

tentang pengupahan dicabut secara keseluruhan dengan pandangan bahwa tidak

keseluruhan dalam isi PP tersebut dianggap merugikan buruh. Seharusnya isu

yang diperjuangkan adalah menuntut revisi pasal 43 dan 44 PP No. 78 Tahun

2015 tentang pengupahan. Sehingga pemerintah dapat menilai bahwa apa yang

diperjuangkan KSPI sebagai serikat buruh jelas dan sesuai dengan permasalahan

utamanya. Dengan adanya permasalahan tersebut, tentunya dapat menghambat

upaya KSPI dalam mempengaruhi kebijakan yang dianggap merugikan kaum

buruh.

b. Tidak Adanya Perwakilan Buruh KSPI Baik di Lembaga Legislatif

Maupun Eksekutif

Dalam konsep perwakilan politik, perwakilan diartikan sebagai hubungan

diantara dua pihak yaitu wakil dengan terwakil dimana wakil memegang

Page 99: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

85

kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan atau membuat keputusan yang

berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan pihak terwakil. Sedangkan,

perwakilan politik dianggap sebagai terwakilinya kepentingan anggota

masyarakat oleh wakil-wakil mereka didalam lembaga-lembaga dan proses

politik.136

Gabriel A. Almond mengungkapkan bahwa keanggotaan kelompok

kepentingan sering terlibat dalam penseleksian calon-calon partai dan selalu

berusaha agar anggotanya-anggotanya terwakili dalam komisi-komisi pemerintah.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan mengefektifkan tuntutan–tuntutan

mereka dengan mengartikulasikan kepentingan mereka melalui anggota dewan,

parlemen, atau pejabat pemerintahan.137

Hal tersebut seharusnya juga dilakukan oleh KSPI sebagai kelompok

kepentingan dalam upayanya mempengaruhi suatu kebijakan. Namun faktanya,

KSPI tidak memiliki anggota-anggota yang mampu mewakili kelompok mereka

dilembaga legislatif atau eksekutif dalam memperjuangkan kepentingannya.

Kalaupun ada anggota serikat buruh yang menjadi anggota lembaga legislatif atau

ekskutif, hal tersebut dikatakan percuma karena pada akhirnya yang dominan

adalah kepentingan partai yang mengusungnya ataupun kepentingan individu.

Contohnya saja KSPI yang mempunyai perwakilan di DPRD Kabupaten Bekasi

dikarenakan perwakilan KSPI tersebut diusung oleh partai lain sehingga sulit

untuk mengeluarkan aspirasinya tentang permasalahan buruh.138

Dengan kata lain,

136

Arbi Sanit, Perwakilan Politik Di Indonesia (Jakarta: CV Rajawali, 1985), h. 23. 137

Mas‟oed dan Andrews, Perbandingan Sistem Politik, h. 66. 138

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI.

Page 100: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

86

dalam banyak kasus di Indonesia menyatakan bahwa ideologi partai politiklah

yang akan melebur dalam serikat buruh bukan sebaliknya.139

Padahal masuk ke

dalam lembaga parlemen adalah salah satu jalan secara konstitusional untuk

mempengaruhi keputusan politik. Namun demikian nampaknya buruh sendiri

masih mengalami kesulitan dalam meraih kembali suara-suara buruh pada

pelaksanaan pemilu.

Ketidakmampuan KSPI mempunyai perwakilan politik dilembaga

legislatif atau eksekutif berkaitan dengan suara partai buruh di kontestasi pemilu.

Pasca reformasi, partai yang berhaluan buruh bisa dikatakan hanya sebagai

penggembira saja. Karena belum mampu menunjukkan eksistensinya sebagai

partai politik yang mendapat legitimasi dari rakyat. Legitimasi merupakan suatu

pengakuan amanah rakyat kepada partai politik maupun pemimpin untuk

menjalankan amanat. Legitimasi rakyat terhadap partai politik tercermin dalam

perolehan suara partai politik dalam pemilu. Dalam pemilu khususnya, pasca

reformasi ini terlihat masih jauh dari harapan. Bahkan pemilu pasca reformasi

yang sudah dilaksanakan selama empat kali yaitu pemilu tahun 1999, 2004, 2009

dan 2014 perolehan suara partai yang berhaluan buruh hanya kurang dari 2,5

persen.

Adanya aturan dari elektroral threshold 2,5% (KPU, 2014) mengakibatkan

partai yang berhaluan buruh tidak satupun lolos dalam pemilihan tahun 2014.140

139

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 95. 140

Triyono, “Analisis Prospek Politik Buruh Pasca Pemilu 2014,” Jurnal Review Politik,

Vol. 06 No. 01 (Juni 2016), h. 125.

Page 101: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

87

Padahal partai berhaluan buruh sangat diperlukan dalam upaya buruh

mempengaruhi suatu kebijakan dengan mengusung perwakilannya melalui partai

buruh. Seperti yang telah diketahui, dalam sistem politik salah satu fungsi partai

politik sendiri yaitu agregasi kepentingan, dimana partai politik akan menyalurkan

kepentingan-kepentingan dan tuntutan yang diartikulasikan oleh kelompok

kepentingan dan kelompok penekan kepada pembuat kebijakan yaitu lembaga

legislatif atau ekskutif. Dalam masyarakat demokratis, partai berperan

menawarkan program politik dan menyampaikan usul-usul pada badan legislatif,

dan calon-calon yang diajukan untuk jabatan-jabatan pemerintahan mengadakan

tawar-menawar (bargaining) pemenuhan kepentingan mereka kalau kelompok

kepentingan tersebut mendukung calon yang diajukan.141

Dengan kata lain, peran

serta dukungan dari partai politik sangatlah penting dalam mempengaruhi sebuah

kebijakan dalam suatu proses sistem politik.

Adapun penyebab partai buruh sulit mendapatkan suara dalam kontestasi

pemilu dikarenakan serikat buruh di Indonesia saat ini sedang menghadapi

masalah yaitu terfragmentasi dalam berbagai kelompok sehingga mengakibatkan

kesulitan dalam membangun kekuatan buruh yang solid dan tidak memiliki tawar-

menawar (bargaining) sosial politik yang kuat. Fragmentasi ini ditandai dengan

menjamurnya serikat buruh di Indonesia pasca reformasi. Faktanya persentase

pertambahan jumlah serikat buruh baru yang muncul lebih pesat dibandingkan

141

Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), hal. 86-103.

Page 102: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

88

jumlah buruh yang masuk menjadi anggota serikat buruh.142

Contohnya tahun

2013 pekerja atau buruh yang berserikat sekitar 3,5 juta orang tapi saat ini

mengalami penurunan menjadi 2,7 juta orang.143

Dengan kata lain, serikat buruh

gagal meyakinkan buruh untuk menjadi anggota serikat buruhnya. Federasi serikat

buruhnya sampai 111, konfederasinya sampai 6, serikat buruhnya di tingkat

perusahaan ribuan tapi buruh yang berserikat hanya 2,7 juta orang. Sementara

pekerja atau buruh formal di luar pegawai negeri sebanyak 30 juta orang artinya

yang menjadi anggota buruh hanya sebesar 10%. Serikat buruh saat ini, lebih

dominan mementingkan mendirikan organisasi serikat buruh yang baru dari pada

membentuk kesatuan gerakan serikat buruh itu sendiri. Hal ini dikarenakan

ketidakdewasaan elit buruh saat kongres, kalah kemudian membentuk serikat

buruh yang baru dan akhirnya menciptakan serikat buruh bertambah dan pecah-

memecah menjadi lebih kecil. Padahal semakin banyak serikat buruh hanya akan

menghancurkan nasib buruh karena semakin banyak jumlah serikat, berarti

semakin kecil jumlah anggota sebuah serikat buruh. Kecilnya keanggotaan akan

menyulitkan gerakan serikat buruh dalam memelakukan tawar-menawar

(bargaining) politik dan finansial guna membiayai program-program

kegiatannya.144

Akibatnya, serikat buruh lebih sibuk memainkan isunya masing-

masing dengan muncul dimedia atau sering menggelar demonstrasi hanya untuk

mendapatkan pengakuan eksistensi dari publik.

142

Rekson Silaban, Reposisi Gerakan Buruh: Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia Pasca

Reformasi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 107-109. 143

Wawancara dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal 19 Oktober

2016 di Rumah Pribadi. 144

Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, h. 108

Page 103: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

89

Bahkan pasca pemilu 2014 sikap buruh semakin terpecah dan semakin

terkotak-kotak. Sehingga akan mengakibatkan antar buruh sendiri tidak sejalan

dalam memperjuangkan hak-haknya. Di sisi lain setelah pasca pemilu 2014,

organisasi buruh akan semakin terkooptasi oleh partai politik. Menjadikan serikat

buruh sering sekali dimanfaatkan untuk memainkan isu-isu yang tidak

berhubungan dengan kepentingan mereka dan serikat buruh biasanya hanya

digunakan sebagai kendaraan untuk meraih suara.145

Hal ini tentunya

mengakibatkan sulitnya membentuk kesatuan gerakan serikat buruh yang mampu

merumuskan tujuan bersama yang ingin dicapai.146

Padahal potensi gerakan buruh

sangatlah besar, disatu sisi buruh memiliki massa yang besar, disisi lain struktur

partai mudah terbentuk karena hampir seluruh wilayah Indonesia telah berdiri

sekretariat serikat pekerja ataupun serikat buruh. Namun karena membangunnya

di dasari dengan politik praktis dan memainkan isu masing-masing, akhirnya dari

serikat buruh dengan serikat buruh lainnya kehilangan kepercayaan dan akhirnya

jalan sendiri-sendiri.147

Pada akhirnya, pemerintah juga melihat gerakan buruh

bukan lagi sebagai kekuatan yang besar.

Informasi ini menunjukan bahwa permasalahan serikat buruh menjadi

lebih kompleks karena dapat kita lihat bagaimana lemahnya ideologi serikat buruh

dengan ketidakmampuan KSPI dan serikat buruh lainnya mengelola sumber

dayanya untuk mengisi tempat-tempat strategis. Padahal, idealnya keberadaan

145

Vedi R Hadis, Dinamika Kekuasaan Ekonomi Politik Indonesia Pasca-Soeharto

(Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES, 2005), h. 5. 146

Triyono, “Analisis Prospek Politik Buruh Pasca Pemilu 2014,” h. 129. 147

Mochtar Habibe, “Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan

Pasar Kerja Fleksibel,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16 No. 3 (Maret 2013), h. 201.

Page 104: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

90

serikat buruh akan memiliki arti strategis atau keuntungan baik di lembaga

legislatif atau eksekutif maupun dipartai politik apabila serikat buruh itu mewakili

sebuah kelompok besar sehingga menghasilkan suatu tawar-menawar

(bargaining) politik yang besar dipartai. Jadi anggota serikat buruh yang masuk di

lembaga legislatif atau eksekutif maupun ke partai politik tidak hanya mewakili

kepentingan individu tapi juga membawa serta program politik buruh kedalam

program partai. Pada akhirnya ketidakmampuan tersebut mengakibatkan upaya

yang dilakukan oleh KSPI sangat sulit dalam mempengaruhi PP No. 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan.

2. Hambatan Eksternal KSPI

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa serikat buruh dalam hal

ini KSPI sesungguhnya memiliki permasalahan internal yang kompleks sehingga

menghambat perjuangan mereka. Namun dari permasalahan internal yang

kompleks itu, KSPI juga memiliki hambatan eksternal yang juga dapat

menghambat mereka memperjuangkan kepentingan mereka terutama dalam hal

menuntut pencabutan PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Seperti yang

telah diketahui, hambatan eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar

lingkungan buruh atau serikat buruh KSPI yang dapat mempengaruhi upaya

tuntutan dalam pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Adapun

hambatan eksternal KSPI dalam upaya menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun

2015 Tentang Pengupahan adalah sebagai berikut:

Page 105: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

91

a. Ketidakberpihakan Pemerintah Kepada Buruh

Dalam mempengaruhi sebuah kebijakan yang merugikan kepentingan

suatu kelompok terutama serikat buruh diperlukan bukan hanya strategi namun

juga dukungan dari si pembuat kebijakan. Dalam sistem politik, apabila ada

tuntutan-tuntuan negatif dari buruh yang merupakan feedback (umpan balik)

berarti ada kesalahan dengan output (kebijakan) yang dikeluarkan sehingga perlu

di evaluasi. Dalam hal ini, pemerintah dituntut lebih objektif untuk menerima

tuntutan-tuntutan dari buruh karena itu merupakan bentuk dukungan agar output

(kebijakan) yang dikeluarkan akan lebih baik.

Melalui pernyataannya, KSPI menilai bahwa pemerintah selama ini tidak

berpihak kepada kaum buruh karena seharusnya Kementrian Ketenagakerjaan itu

melindungi kaum buruh. Bahkan KSPI beranggapan bahwa statement yang

dikeluarkan pemerintah bukan untuk kepentingan buruh melainkan untuk

kepentingan pengusaha.148

Seperti yang diketahui, pemerintah melalui menteri

ketenagakerjaan mengatakan bahwa adanya PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan dianggap menguntungkan buruh. Hal tersebut tentu saja bertolak

belakang dengan fakta yang terjadi di lapangan.149

Bukti lainnya bahwa

pemerintah tidak berpihak kepada buruh adalah tidak adanya respon pemerintah

terhadap hasil rekomendasi Panja Pengupahan. Contoh lainnya juga yaitu dalam

148

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. 149 Septian Deny, “Menaker: PP Pengupahan Justru Menguntungkan Buruh,” artikel diakses

pada tanggal 6 september 2017 dari http://bisnis.liputan6.com/read/2374519/menaker-pp-

pengupahan-justru-menguntungkan-buruh

Page 106: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

92

beberapa kasus, kebijakan yang diambil pemerintah nyatanya sering merugikan

kaum buruh. Salah satunya yaitu kebijakan sistem outsourcing yang sampai saat

ini menghantui kaum buruh. Sistem outsourcing didefinisikan sebagai proses

mengalihdayakan atau memindahkan atau memborongkan kegiatan usaha ke

pihak ketiga atau penyedia jasa tenaga kerja.150

Terkait sistem outsourcing dalam

aturannya bila merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Permenakertrans) No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan sebagian

Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain ada lima jenis pekerjaan yang biasa

diterapkan sistem itu. Lima pekerjaan itu adalah cleaning service, catering,

security, driver dan jasa penunjang perminyakan.151

Namun kenyataannya,

banyak perusahaan penyedia jasa outsourcing menyediakan pekerjaan di luar lima

bidang tersebut. Hal ini tentu saja merugikan para buruh dikarenakan sistem

outsourcing membuat perusahaan lebih memilih mengangkat pekerja secara

sistem outsourcing daripada menjadikan mereka sebagai pekerja tetap. Dengan

ketidakjelasan status sebagai pekerja tetap menjadikan perusahaan dengan

mudahnya melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau memperkerjakan

buruh itu kembali sebagai pekerja kontrak. Faktanya pelanggaran yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut juga sampai sekarang tidak ada tindak tegas dari

pemerintah.

150

Indrasari Tjandraningsih, Rina Herawati, dan Suhadmadi, Diskriminatif & Eksploitatif

Prektek Kerja Kontrak Dan Outsourcing Buruh Di Sektor Industri Metal Di Indonesia (Bandung:

Akatiga, Fspjuliami, Fes, 2010), h. 9. 151

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor 19 Tahun

2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain pasal

17 ayat 3.

Page 107: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

93

Sedangkan dilain pihak, sikap pemerintah dinilai tidak adil kepada kaum

buruh dalam hal ini KSPI. Contohnya saja saat demo buruh PP No. 78 tahun 2015

tentang Pengupahan pada 30 Oktober 2015 lalu terjadi penangkapan terhadap 26

orang dan ditetapkan dijadikan tersangka. 152

Buruh yang ditangkap dikenakan

pasal 216, pasal 218 KUHP junto pasal 7 huruf F berkaitan dengan Peraturan

Kapolri. Dengan alasan massa berdemo sudah melebihi batas waktu sesuai UU

No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Penyampaian Pendapat Dimuka

Umum.153

Padahal menurut KSPI, waktu mahasiswa demo terhadap kenaikan

BBM bisa sampai malam dan tidak ditangkap. Sementara itu, Timboel Siregar

selaku Pengamat Perburuhan mengungkapkan bahwa seharusnya pemerintah

merangkul serikat buruh dengan mengajak diskusi, negosiasi dan dialog sosial

untuk bekerja sama menemukan solusi terbaik bukannya malah bertindak

semaunya. Menurutnya, apa yang diperjuangkan buruh itu memang adalah haknya

karena PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan ini bertentangan dan hak demo

sudah diatur dalam UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat Dimuka Umum. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah haruslah

menjadi penengah bukan agen dari salah satu unsur yang ada.154

Informasi diatas, menjelaskan bahwa KSPI menganggap sikap pemerintah

terhadap serikat buruh akhirnya menimbulkan kesan ketidakberpihakan

152

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. 153

Mei Amelia R, “Polisi Tetapkan Sekjen KSPI Jadi Tersangka Demo Ricuh di Istana,”

artikel diakses pada tanggal 6 september 2016 dari https://news.detik.com/berita/3076219/polisi-

tetapkan-sekjen-kspi-jadi-tersangka-demo-ricuh-di-istana 154

Wawancara dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal 19 Oktober

2016 di Rumah Pribadi.

Page 108: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

94

pemerintah kepada buruh. Namun, penulis menilai bahwa sebenarnya apa yang

dilakukan KSPI juga tidak dibenarkan dalam aturan yaitu UU No. 9 Tahun 1998

Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Dimuka Umum. Pada pasal

mengatur bahwa warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menaati hukum dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini aturan demonstrasi

yang tidak boleh melebihi waktu lebih dari jam 6 (enam) malam. Namun, dilain

pihak pemerintah juga dituntut berperan sebagai penengah dari konflik industrial

antara serikat buruh dan pengusaha. Dalam hal ini, pemerintah diharuskan

berperan sebagai regulator yang dapat mengakomodasi baik kepentingan buruh

maupun pengusaha sehingga menciptakan keadilan sosial. Dengan kata lain,

sejumlah kebijakan pemerintah tidak boleh lagi terkesan berdiri sendiri memihak

kepentingan pengusaha atas nama investasi. Terutama dalam kasus PP No. 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan, ketidakberpihakan pemerintah terhadap buruh

tentu saja menjadikan hambatan serius bagi KSPI dalam mempengaruhi kebijakan

sesuai dengan kepentingannya.

b. Adanya Kepentingan Pengusaha Dibalik Kebijakan PP No. 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan

Seperti yang telah diketahui, dalam upaya mempengaruhi kebijakan

seringkali kelompok kepentingan menghadapi hambatan dari kelompok lain. Hal

ini dikarenakan secara tidak langsung dalam proses pembuatan kebijakan terjadi

pertarungan kepentingan. Dimana, kelompok kepentingan yang satu dengan yang

lainnya saling berusaha mencoba mempengaruhi sebuah kebijakan agar sesuai

Page 109: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

95

dengan kepentingannya. Dalam kasus PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan, dapat dilihat pertarungan yang pengaruh yang terjadi antara serikat

buruh dengan kelompok pengusaha. Melalui pernyataannya, Muhamad Rusdi

selaku sekjen KSPI menganggap bahwa PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan merupakan kebijakan yang menguntungkan kelompok pengusaha.

Dimana pemerintah telah melegalkan praktek upah murah yang selama ini

diharapkan atau diinginkan oleh para pengusaha.155

Lebih lanjut, KSPI

mengatakan bahwa kelompok pengusaha ikut serta dalam mempengaruhi

kebijakan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan sehingga kebijakan

tersebut lebih menguntungkan pengusaha daripada buruh.

Adanya kepentingan pengusaha dibalik PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan dikarenakan dalam beberapa tahun belakangan proses penetapan

kenaikan upah di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Namun,

kenaikan yang masih diingat oleh pihak pengusaha adalah kenaikan upah ditahun

2013. Saat itu, kenaikan upah minimum DKI Jakarta mencapai angka 43,88%,

yang awalnya upah minimum dari Rp. 1,529,150 (Satu Juta Lima Ratus Dua

Puluh Sembilan Seratus Lima Puluh Rupiah) di tahun 2012 ke angka Rp.

2,200,000 (Dua Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).156

Bahkan sejumlah daerah

penyangga DKI Jakarta juga menetapkan upah minimum yang nilainya kurang

lebih sama dengan DKI Jakarta. Depok sebesar Rp. 2.042.000 (Dua Juta Empat

155

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di Kantor Sekertariat Dewan

Eksekutif Nasional KSPI. 156

Kompas, “UMP DKI Rp 2,2 Juta,” artikel diakses pada tanggal 09 September 2017dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/21/02540928/UMP.DKI.Rp.2.2. Juta

Page 110: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

96

Puluh Dua Ribu Rupiah), Bekasi dan Bogor sebesar Rp. 2.002.000 (Dua Juta Dua

Ribu Rupiah), Tangerang sama dengan DKI Jakarta dan Tangerang Selatan

bahkan sedikit lebih tinggi dari DKI Jakarta dengan Rp. 2.202.000 (Dua Juta Dua

Ratus Dua Ribu Rupiah).157

Kenaikan upah minimum tersebut dianggap merupakan kenaikan upah

minimum tertinggi sejak era reformasi. Hal tersebut, tentu saja dianggap sebagai

pukulan telak bagi pengusaha dan menimbulkan ketakutan kepada pengusaha

terhadap kenaikan upah minimum setiap tahunnya. Seperti yang telah diketahui,

selama ini pengusaha merasa terbebani dengan tuntutan kenaikan upah yang

terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan upah yang terlalu tinggi dapat menghambat

dunia bisnis dan menimbulkan PHK yang disebabkan ketidakmampuan

perusahaan dalam menanggung mahalnya biaya produksi.158

Apalagi saat ini

sedang terjadi perlambatan baik dipasar lokal ataupun ekspor yang disebabkan

perlambatan ekonomi maupun kepercayaan konsumen yang menurun. Sehingga,

konsumen memilih menyimpan uangnya dibanding untuk konsumsi. Belum lagi,

dalam penetapan kenaikan upah gubernur sebagai pengambil keputusan terakhir

sering sekali lebih banyak menggunakan pertimbangan politis daripada

rekomendasi yang diperoleh dari dewan pengupahan. Jadi dalam konteks ini,

pengusaha menganggap bahwa dewan pengupahan dan mekanisme tripartit tidak

berfungsi dengan baik dikarenakan selama ini dalam pengambilan keputusan

157

Surya Tjandra, “Politisasi Upah Buruh,” artikel diakses pada tanggal 09 September 2017

dari http://bola.kompas.com/read/2013/05/01/02211254/.Politisasi.Upah.Buruh 158

Dahlan Frinaldo, “Mendengarkan Jeritan Buruh,” artikel diakses pada tanggal 09

September 2017 dari http://harian.analisadaily.com/opini/news/mendengarkan-jeritan-buruh/12925

0/2015/04 /29

Page 111: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

97

seringkali lebih menggunakan keputusan politis daripada hasil yang telah

disepakati melalui dewan pengupahan dan mekanisme tripartit.159

Maka dari itu, hal inilah yang menjadi alasan pengusaha sangat

mendukung adanya PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Karena dengan

adanya PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan dapat menjamin kepastian

bagi pengusaha dalam planning atau perencanaan usaha sehingga pengusaha bisa

lebih mengkalkulasi kemungkinan proyeksi kedepannya dalam perhitungannya

yang lebih baik.160

Tercatat penetapan upah minimum sudah tiga kali dilakukan

dengan menggunakan formulasi PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan

yaitu pada tahun 2016, 2017 dan 2018. Data yang dikeluarkan Badan Pusat

Statistik (BPS) menyebutkan kenaikan upah minimum rata-rata pada tahun 2016

sekitar 11,5 persen, 2017 sekitar 8,25 persen dan terakhir 2018 sekitar 8,71

persen.161

Adapun hasil dari penetapan upah minimum semenjak PP No. 78 Tahun

2015 Tentang Pengupahan ditetapkan kenaikan upah di Indonesia dapat dikatakan

stabil dan terkendali. Dengan kata lain, melalui PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan kelompok pengusaha dianggap berhasil mempengaruhi sebuah

kebijakan yang sesuai dengan kepentingannya namun dilain pihak buruh merasa

PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan merugikan mereka.

159

Wawancara dengan P. Agung Pambudhi sebagai Direktur Eksekutif Dewan Pengusaha

Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), tanggal 30 September 2016 di Gedung

Permata Kuningan. 160

Wawancara dengan P. Agung Pambudhi sebagai Direktur Eksekutif Dewan Pengusaha

Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), tanggal 30 September 2016 di Gedung

Permata Kuningan. 161

BPS, “Inilah Peringkat UMP 2018 Seluruh Indonesia, DIY Terendah,” artikel diakses

pada tanggal 09 September 2017 dari http://www.biaya.net/2015/11/inilah-daftar-upah-minimum-

provinsi-ump.html

Page 112: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

98

Bukti lainnya adalah banyak pengusaha berbondong-bondong terjun dalam

dunia politik karena umumnya, motivasi utama para pengusaha atau berpolitik

guna mempertahankan kepentingan bisnisnya. Di Indonesia riset yang dilakukan

Yoshihara Kunio (1990), Richard Hefner (1998), serta Robinson dan Hadiz

(2004) mengkonfirmasikan pola di atas. Pengusaha adalah pemburu rente dari

hasil selingkuh kepentingan dengan penguasa. Kelompok bisnis ini kemudian

yang tertarik untuk berpolitik. Bukan hanya masuk, melainkan mengendalikan

karena berada di pucuk pimpinan partai politik. Contoh trio pengusaha besar Jusuf

Kalla, Surya Paloh, dan Agung Laksono berhasil menguasai Partai Golkar dan

Sutrisno Bachir yang berhasil menguasai PAN setelah Amien Rais tidak ingin lagi

maju sebagai ketua Umum PAN. Begitu pula bila melihat tubuh kabinet di

pemerintahan, wajah-wajah pengusaha yang menduduki posisi penting sebagai

contoh yaitu Jusuf Kala sebagai wakil presiden Republik Indonesia, mantan

Menko Perekonomian Aburizal Bakrie dan lain-lain.162

Melalui posisi-posisi

strategis tersebut kelompok pengusaha akan dengan mudah mempengaruhi sebuah

kebijakan seperti dalam kasus ini yaitu PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan.

Berdasarkan informasi diatas, menyatakan bahwa KSPI mendapatkan

hambatan dari kelompok lain yaitu pengusaha. Keberadaan kelompok pengusaha

dalam mengisi posisi-posisi strategis dalam pemerintahan menjadikan sulitnya

KSPI memperjuangkan kepentingannya yaitu menuntut pencabutan PP No. 78

162

Muhammad Ali Azhar, “Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi: Fenomena Rent

Seeker Pengusaha jadi Penguasa,” Jurnal Universitas Udayana. Vol. 2 No. 1 (Maret 2012), h. 43-

46.

Page 113: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

99

Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Sehingga sampai saat ini, upaya yang

dilakukan KSPI belum berimplikasi pada pencabutan PP No. 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan.

Page 114: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diterbitkannya PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan mengundang

reaksi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Kalangan pengusaha menilai

peraturan pemerintah tersebut memberikan kepastian pengupahan terhadap buruh.

Sedangkan dilain pihak sebagian besar buruh, dimana salah satunya KSPI

(Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) menolak PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan dikarenakan merasa dirugikan dengan adanya peraturan tersebut

dikarenakan tidak diikutsertakannya buruh dalam perundingan penetapan upah

minimum dan formula tersebut juga dapat menciptakan praktek upah murah yang

selama ini terus berlangsung. KSPI sendiri dikategorikan sebagai kelompok

asosiasional yang dalam hal ini meliputi serikat buruh ataupun kamar dagang.

Layaknya kelompok asosiasional, KSPI mempunyai tujuan yang jelas. KSPI juga

mempunyai pelembagaan dan pengorganisasian yang baik dengan dipimpin oleh

Presiden Organisasi dan Sekertaris Jenderal (Sekjen) yang berfungsi memimpin

serta mengawasi setiap pelaksanaan kegiatan organisasi.

Merasa menjadi pihak yang dirugikan, KSPI selaku perwakilan buruh

melakukan beberapa upaya untuk menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan. Namun, analisa yang didapatkan penulis dari penilitian ini

menyatakan hanya ada beberapa strategi dan saluran yang digunakan KSPI dalam

pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan sesuai dengan teori G.

Page 115: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

101

Calvin Mackenzie dan Gabriel A. Almond yaitu pertama, lobi KSPI kepada

pejabat publik selaku pembuat kebijakan perburuhan, kedua, publisitas KSPI

melalui aksi demonstrasi dan mogok kerja, terakhir, tuntutan KSPI melalui proses

pengadilan dengan Judicial Review. Adapun hasil dari strategi-strategi yang telah

digunakan oleh KSPI sampai saat ini masih belum berhasil sehingga belum

berimplikasi pada pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Sementara itu, dalam mempengaruhi kebijakan, kelompok kepentingan

seringkali mendapatkan hambatan dalam upayanya meyakinkan lembaga

suprastruktur dan infrastrukur bahwa terdapat masalah dalam sebuah kebijakan.

David Easton mengemukakan bahwa hal ini dikarenakan dalam sistem politik

sebuah input harus melalui sebuah konversi sebagai proses, hubungan dan

interaksi yang melibatkan suprastruktur politik seperti legislatif, yudikatif,

eksekutif dan infrastruktur politik seperti partai politik, kelompok kepentingan,

kelompok penekan, alat komunikasi politik (media), tokoh politik dan lain-lain.

Adapun beberapa hambatan yang dihadapi oleh KSPI diantaranya adalah

hambatan internal yang berupa isu yang diperjuangkan tidak fokus dan tidak

adanya perwakilan buruh dilembaga legislatif dan eksekutif. Sedangkan hambatan

eksternal yaitu ketidakberpihakan pemerintah kepada buruh dan adanya

kepentingan pengusaha dibalik kebijakan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan. Hambatan ini tentunya menjadi penghalang KSPI dalam upaya

menuntut pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Page 116: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

102

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di jelaskan penulis, maka dirumuskan

beberapa saran yaitu

1. Sebagai pihak-pihak yang terkait dalam masalah ketenagakerjaan atau

industrial seperti serikat buruh, pemerintah dan pengusaha agar lebih

mengutamakan jalur perundingan. Baik serikat buruh maupun pengusaha

harus menyelesaikan permasalahan ini secara baik-baik agar mendapatkan

solusi bersama sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Terutama

pemerintah harus bersikap adil dalam memainkan perannya sebagai

regulator yang dapat mengakomodasi baik kepentingan buruh maupun

pengusaha. Sehingga menciptakan keadilan sosial dan tidak menimbulkan

kesan ketidakberpihakan kepada salah satu pihak.

2. Selain itu, dalam strategi menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP)

No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan, serikat buruh yakni KSPI dituntut

harus mampu menyelesaikan permasalahan sendiri yang menjadi

kelemahannya tersebut. Seperti permasalahan internal yaitu, kedewasaan

dari elit serikat buruh, kualitas pendidikan anggota serikat buruh sampai

dengan perpecahan antar serikat buruh. Sedangkan permasalahan eksternal

seperti menjalin hubungan yang baik antara pemerintah maupun

pengusaha karena penting membina hubungan tersebut. Apalagi dalam

upaya mempengaruhi kebijakan ini serikat buruh akan menghadapi

kekuatan besar yang juga memiliki kepentingan. Terutama, serikat buruh

seharusnya memiliki perwakilan baik di legislatif maupun eksekutif

Page 117: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

103

sehingga serikat buruh memiliki posisi tawar-menawar (bargaining)

politik yang lebih baik.

3. Dalam dunia akademik, pengembangan studi ilmu politik khususnya

kajian tentang perjuangan kelompok kepentingan dalam memperjuangkan

hak dan kepentingannya juga diperlukan dalam memberikan pendidikan

politik berbangsa dan bernegara. Sehingga, hal tersebut menjadi penting

bagi mahasiswa/i dalam menelaah mengenai upaya kelompok kepentingan

dalam mempengaruhi suatu kebijakan.

Page 118: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

104

D A F T A R P U S T A K A

Buku

Ardianto, Elvinaro. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kualitatif dan

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Creswell, John W. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Diantara Lima

Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

DS, Soegiri dan Edi Cahyono. Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Belanda

Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra, 2003.

Firmanzah. Mengelola Partai Politik.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2008.

Hadis, Vedi R. Dinamika Kekuasaan Ekonomi Politik Indonesia Pasca-

Soeharto.Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES, 2005.

Hanafie, Haniah dan Suryani. Politik Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Haryanto. Sistem Politik: Suatu Pengatar. Yogyakarta: Liberty, 1982.

Heywood, Andrew. Politics (3rd ed.). New York: Palgrave Macmillan, 2007.

Hidayat, M.S. Seabad Gerakan Buruh Indonesia. Bandung: CV. Nuansa Aulia,

2012.

Koirudin. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004.

Mackenzie, G. Calvin. American Government: Politics and Public Policy. New

York: Random House, 1986.

Maksudi, Beddy Iriawan. Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik

dan Empirik. Bogor: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Mas‟oed, Mochtar dan Collin Mac Andrews. Perbandingan Sistem Politik.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000.

Mc Quail, Dennis. Mass Communication Theory. Edisi Keempat. London: Sage

Publication, 2000.

Page 119: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

105

Panuju, Redi. Jago Lobi dan Negosiasi. Jakarta: Interprebook, 2010.

Simajuntak, Payaman J. Undang-Undang Yang Baru Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh. Jakarta: Work In Freedom, 2002.

Tedjasukmana, Iskandar. Watak Politik: Gerakan Serikat Buruh Indonesia.

Jakarta: TURC, 2008.

Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sandra, Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia. Jakarta: TURC, 2007.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metedologi Penelitian: Pendekatan Praktis

dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI, 2010.

Sanit, Arbi. Perwakilan Politik Di Indonesia. Jakarta: CV Rajawali, 1985.

Silaban, Rekson. Reposisi Gerakan Buruh: Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia

Pasca Reformasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendy. Metode Penelitian Sosial Survei. Jakarta:

Rajawali Pers, 1999.

Sobagyo, Joko. Metode Penelitian DalamTeori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta, 1997.

Sudjana, Egi. Bayarlah Upah Sebelum Keringat Mengering. Jakarta:

Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana

Indonesia, 2007.

Suwignyo, Andito. Buruh Bergerak: Membangun Kesadaran Kelas. Jakarta:

Friedrich Ebert Stiftung, 2012.

Tjandra, Surya dkk. Advokasi Pengupahan Di Daerah: Strategi Serikat Buruh di

Era Otonomi Daerah. Jakarta: TURC, 2007.

Tjandraningsih, Indrasari, Rina Herawati dan Suhadmadi. Diskriminatif &

Eksploitatif Prektek Kerja Kontrak Dan Outsourcing Buruh Di Sektor

Industri Metal Di Indonesia. Bandung: Fes, 2010.

Page 120: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

106

Uwiyono, Aloysius. Hak mogok di Indonesia. Jakarta: Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Zaeni, Asyhadie. Peradilan Hubungan Industrial. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2009

Wright, Charles R. Sosiologi Komunikasi Massa. diterjemahkan oleh Lilawati dan

Jalaludin Rakhmat. Bandung: Remadja Karya, 1985.

Wibawa, Samodra. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011.

Jurnal Ilmiah

Ali Azhar, Muhammad. “Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi:

Fenomena Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa,” Jurnal Universitas

Udayana. Volume 2 Noomor 1 (Maret 2012).

Dwiantoro, Ari. “Strategi Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dalam

Menuntut Kenaikan Upah Minimum Kota Surabaya Tahun 2014-2015,”

Jurnal Politik Muda, Volume 4, Nomor 2, (Apri-Juli 2015).

Habibe, Mochtar. “Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah

Himpitan Pasar Kerja Fleksibel,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Volume 16, Nomor 3, (Maret 2013).

Hendrastomo, Grendi. “Menakar Kesejahteraan Buruh: Memperjuangkan

Kesejahteraan Buruh diantara Kepentingan Negara dan Korporasi,” Jurnal

Informasi, Volume 16, Nomor 2, (2010).

Juliawan, B.H. “Street-level Politics: Labour Protests in Post-authoritarian

Indonesia.,” Majalah BASIS, Volume 58, Nomor 09-10, (2011).

Page 121: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

107

Launa, “Buruh dan Politik: Tantangan dan Peluang Gerakan Buruh Indonesia

Pacareformasi,” Jurnal Sosial Demokrasi, Volume 10, (Januari-Maret

2011).

Triyono, “Analisis Prospek Politik Buruh Pasca Pemilu 2014,” Jurnal Review

Politik, Volume 06, Nomor 01, (Juni 2016).

Virianita, Ratri. “Partisipasi Buruh Dalam Aksi Unjuk Rasa,” Jurnal Transdisiplin

Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Volume 02, Nomor 03,

(Desember 2008).

Dokumen dan Laporan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor 19

Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan

Pekerjaan Kepada Pihak Lain.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 14

Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat Di Muka Umum.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh.

Media Online

Ady, “KSPI Restui Puluhan Kadernya Jadi Caleg,” artikel diakses pada tanggal 6

Maret 2016 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53422ba15232c

/kspi-restui-puluhan-kadernya-jadi-caleg

Angga Indrawan, “KSPI Gagas Pendirian Partai Politik Buruh,” artikel diakses

pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://nasional.republika.co.id/berita/

Page 122: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

108

nasional/politik/16/04/29/o6dam6365-kspi-gagas-pendirian-partai-politik-

buruh

BPS, “Inilah Peringkat UMP 2018 Seluruh Indonesia, DIY Terendah,” artikel

diakses pada tanggal 09 September 2017 dari http://www.biaya.net

/2015/11/inilah-daftar-upah-minimum-provinsi-ump.html

BPS, “Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2017,” artikel diakses pada

tanggal 9 September 2016 dari https://www.bps.go.id/website/brsind/brsInd-

20170505104425.pdf

Budi Santoso, “Benarkah PP Penguapahan Perbaiki Nasib Buruh,” artikel diakses

pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://www.antaranews.com/berita/526104/

benarkah-pp-pengupahan-perbaiki-nasib-buruh

Dahlan Frinaldo, “Mendengarkan Jeritan Buruh,” artikel diakses pada tanggal 09

September 2017 dari http://harian.analisadaily.com/opini/news/

mendengarkan-jeritan-buruh/12925 0/2015/04 /29

Dian Rositawati, S.H., “Judicial Review” artikel diakses pada tanggal 6 Maret

2017 http://lama.elsam.or.id/downloads/1295596097_Mekanisme_Judicial_

Review_di_Indonesia.pdf

DPR RI, “Buletin Parlementaria”, artikel diakses pada tanggal 9 September 2016

dari http://www.dpr.go.id/dokpemberitaan/buletin-parlementaria/b-905-5-

2016.pdf

Eky Jagurawalta dan Ibas, artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://

www.bantenpos.co/arsip/2015/11/200-advokat-siap-backup-aksi-mogok-

nasional-5-juta-buruh dan http://redaksikota.com/2015/11/27/benarkah-ada-

manuver-ketua-serikat-buruh-orang-asing-provokasi-anak-bangsa/

Fadjri, dkk., “Pola Verifikasi Serikat Pekerja/Buruh Dalam Kerangka Kebebasan

Berserikat,” artikel diakses pada tanggal 8 Maret 2016 dari http://kemnaker

.go.id/penelitian-info-naker/puslitbang/pola-verifikasi-serikat-pekerjaburuh-

dalam-kerangka-kebebasan-berserikat

Handoyo dan Dupla KS, “Empat Uji Materi PP Pengupahan Kandas di MA”

artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017 dari http://nasional.kontan.co.id/

news/empat-uji-materi-pp-pengupahan-kandas-di-ma

Indra Akuntono, “Menaker Tegaskan PP Pengupahan Tak akan Direvisi,” artikel

diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/

read/2015/11/25/074700326/Menaker.Tegaskan.PP.Pengupahan.Tak.Akan.

Direvisi

Page 123: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

109

Kabar Parlemen, “KSPI MintaDPR Cabut PP Nomor 78 tentang Pengupahan,”

artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://kabarparlemen.com/

index.php/2016/04/13/kspi-minta-dpr-cabutan-pp-nomor-78-tentang-

pengupahan/

Kahar S. Cahyono, “Panja Pengupahan Komisi IX DPR RI Rekomendasikan PP

No. 78 Tahun 2015 Dicabut,” artikel diakses pada tanggal 9 September

2016 dari https://www.koranperdjoeangan.com/panja-pengupahan-komisi-

ix-dpr-ri-rekomendasikan-pp-no-78-tahun-2015-dicabut/

Kompas, “UMP DKI Rp 2,2 Juta,” artikel diakses pada tanggal 09 September

2017dari http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/21/02540928/UMP.

DKI.Rp.2.2. Juta

Koran Perdjoeangan, “Ringkasan Eksekutif Laporan Pertanggungjawaban DEN

KSPI: Ketimpangan dan Ketidakadilan Masih Terjadi,” artikel diakses pada

tanggal 10 Juni 2017 dari https://www.koranperdjoeangan.com/ringkasan-

eksekutif-laporan-pertanggungjawaban-den-kspi-ketimpangan-dan-

ketidakadilan-masih-terjadi/

KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/sejarah-kspi

KSPI, “Visi dan Misi”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2016 dari

http://www.kspi.or.id/visi-misi

Kspsi, “Sejarah KSPSI”, KSPI, “Sejarah KSPI”, artikel diakses pada tanggal 30

Mei 2016 dari http://kspsi.com/tentang-kspsi-3/

Mahkamah Agung, “Putusan Nomor 69 P/HUM/2015,” artikel diakses pada

tanggal 09 September 2017 dari https://putusan.mahkamahagung.go.id/

putusan/downloadpdf/25a2fcd2176d9 dc9f3c7ea61d90f195b/pdf

Mei Amelia R, “Polisi Tetapkan Sekjen KSPI Jadi Tersangka Demo Ricuh di

Istana,” artikel diakses pada tanggal 6 september 2016 dari https://news.

detik.com/berita/3076219/polisi-tetapkan-sekjen-kspi-jadi-tersangka-demo-

ricuh-di-istana

National Wage and Productivity Commission (NWPC), “Comparative Wages in

Selected Countries” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari http://

www.nwpc.dole.gov.ph/pages/ statistics/stat_comparative.html

Rakyat Merdeka, “Said Iqbal: Ada Upaya Nyata Dari Luar Untuk Melemahkan

Soliditas Buruh,” artikel diakses pada tanggal 09 September 2017 dari

http://www.rmol.co/read/2016/01/28/233748/Said-Iqbal:-Ada-Upaya-

Nyata-Dari-Luar-Untuk-Melemahkan-Soliditas-Buruh-

Page 124: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

110

Rendy Sadikin, “Buruh KSPI Dukung Prabowo-Hatta,” artikel diakses

padatanggal 10 Juni 2017 dari http://www.tribunnews.com/pemilu-

2014/2014/06/02/buruh-kspi-dukung-prabowo-hatta

Robertus Belarminus, “Ratusan Ribu Buruh Se-Jabodetabek Akan Aksi di Depan

Istana Presiden,” artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017 dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/01/08491351/ratusan.ribu.bur

uh.se-jabodetabek.akan.aksi.di.depan.istana.presiden

Sabrina Asril, “Bagaimana Penetapan Upah Minimum dalam PP pengupahan

yang Baru?,” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari

http://nasional.kompas.com/read/2015/11/03/13182601/Bagaimana.Penetap

an.Upah.Minimum.dalam.PP.Pengupahan.yang.Baru.?page=all

Subekti, “Tolak PP Pengupahan Buruh Cari Dukungan Internasional,”artikel

diakses pada tanggal 6 Maret 2016 dari https://m.tempo.co/read/news/2016

/02/04/090742287/tolak-pp-pengupahan-buruh-cari-dukungan-internasional

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), “Penduduk Berumur 15 Tahun Ke

Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan

Selama Seminggu yang Lalu, 2008-2016,” artikel diakses pada tanggal 10

Juli 2017 dari https://www.bps.go.id/linkTabelStatis /view/id/1909

Surya Tjandra, “Politisasi Upah Buruh,” artikel diakses pada tanggal 09

September 2017 http://bola.kompas.com/read/2013/05/01/02211254/.

Politisasi.Upah.Buruh

Viva News, “Ini Alasan KSPI Dukung Penuh Prabowo-Hatta,” artikel diakses

pada tanggal 9 September 2016 dari http://www.viva.co.id/berita/politik/

509012-ini-alasan-kspi-dukung-penuh-prabowo-hatta

WageIndicator Foundation,“Minimum Wages in Indonesia with effect from 01-

01-2016 to 31-12-2016,” artikel diakses pada tanggal 8 Maret 2016 dari

http://www.wageindicator.org/main/salary/minimum-wage/indonesia

Karya Ilmiah

Skripsi Umar Algifari, “Buruh dan Politik: Perjuangan KSPSI dan K.KASBI

dalam Menuntut Penghapusan Sistem Outsourching dan Kenaikan UMP

DKI Jakarta 2013.” Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Syarif

Hidayatullah.

Page 125: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

111

Ganda Syahputra S., “Peranan Serikat Buruh dalam Memperjuangkan Hak Upah

dan Politik: Serikat Buruh Medan Independen.” Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sumatera Utara.

Wawancara

Wawancara dengan Muhamad Rusdi sebagai Sekertaris Jendral (Sekjen)

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), tanggal 16 September 2016 di

Kantor Sekertariat Dewan Eksekutif Nasional KSPI.

Wawancara dengan Juprianus Manurung, S.H, sebagai Kasi Standarisasi

Pengupahan Direktorat Pengupahan, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan

Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja RI,

tanggal 21 September 2016 di Kementerian Tenaga Kerja RI.

Wawancara dengan P. Agung Pambudhi sebagai Direktur Eksekutif Dewan

Pengusaha Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), tanggal 30

September 2016 di Gedung Permata Kuningan.

Wawancara dengan Timboel Siregar sebagai Pengamat Perburuhan, tanggal

19 Oktober 2016 di Rumah Pribadi.

Wawancara dengan Dede Yusuf M. E sebagai Ketua Komisi IX DPR RI

periode 2014-2019, tanggal 14 September 2017 di Gedung Nusantara I DPR RI.

Page 126: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xv

Lampiran 1: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Konfederasi Serikat Pekerja

Indonesia (KSPI)

Page 127: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xvi

Lampiran 2: Surat Hasil Wawancara/Penelitaan Dari Kementrian Ketenaga-

kerjaan RI Direktorat Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja

Page 128: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xvii

Lampiran 3: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Dari Kepengurusan Nasional

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Page 129: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xviii

Lampiran 4: Surat Hasil Wawancara/Penelitan Dari Pengamat Perburuhan:

Timboel Siregar

Page 130: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xix

Lampiran 5 :Transkip wawancara

Narasumber : Muhamad Rusdi

Bagian : Sekertaris Jendral (Sekjen) Konfederasi Serikat Pekerja

Indonesia (KSPI)

Hari/Tanggal : 16 September 2016

Tempat : Kantor Sekertariat Dewan Eksekutif Nasional KSPI.

Putra : Apa yang melatarbelakangi KSPI untuk menuntut

pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan?

Muhamad Rusdi : Yang pertama PP 78 isinya ini secara konstitusi

bertentangan dengan UU no. 13, dimana aturan mengenai

kenaikan upah minimum pasal 44 hanya berlandaskan

kepada persentase pertumbuhan ekonomi nasional

ditambah inflasi nasional. Sedangkan di UU. No. 13 pasal

44 menyatakan bahwa kenaikan upah minimum acuannya

berlandaskan kepada kebutuhan hidup layak, pertumbuhan

ekonomi dan produktivitas. Jadi secara langsung hal

tersebut bertentangan dikarenakan kebijakan yang

dibawahnya melanggar kebijakan yang diatas.

Kedua, secara konstitusi dengan fromula pasti yang

tentunya seragam maka menghilangkan fungsi dan hak dari

serikat nuruh untuk berunding dalam penetapan upah

minimum. Hal ini tentu saja melanggar konvensi ilo no. 98

tentang hak untuk berorganisasi dan untuk berunding

bersama dan konvensi upah minimum 131 tentang hak

negoisasi. Jadi jelas PP ini melanggar UU. No. 13,

melanggar hak usul buruh nerunding dan peran serikat

buruh.

Ketiga, based on atau standar upah di Indonesia sangat

kecil, ILO mengatakan upah rata-rata kita itu hanya 171 US

Dollars jauh dibawah vietnam 181 US Dollars sedangkan

dibandingkan malaysia dan singapura sangat jauh

tertinggal. Contohnya hampir semua propinsi sebagian

kecil di jawa tengah, jawa timur dan jawa barat 1.300.000

sampai 1.500.000 jadi based onnya sangat kecil, meskipun

naiknya 10 sampai 11 persen pun masih sangat kecil. Jawa

tengah misalkan hanya solo yang 1.600.000 tapi diluar solo

Page 131: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xx

itu hanya 1.300.000. Kalau naik 10-11% berarti hanya

sekitar 130.000-150.000 ribuanlah. Berarti kenaikannya

hanya menjadi 1.430.000-1.450.000. Pertanyaan apakah

cukup dengan upah tersebut orang dapat memenuhi

kebutuhan hidup. Jadi aneh, bekerja tapi tetap miskin di

Indonesia ini. Disatu sisi PP 78 yang katanya

menyelesaikan permasalahan upah ya tidak terbukti. Kami

hitung-hitung lima tahun kedepan misalkan upah naik

hanya 10-11%, dijawa tengah hanya menjadi 2.200.000

sedangkan dikarawang yang saat ini upahnya 3,3 juta 5

tahun kedepan sudah hampir 7 juta, gapnya jauh sekali.

Hal lainnya non teknisnya lah, misalkan proses pengupahan

itu tidak melalui mekanisme dialog atau tidak melibatkan

perwakilan buruh. Kita baru di undang tanggal 12 dan 13

oktober sedangkan tanggal 15 sudah diputuskan. Padahal

kita sepakat hampir 99% serikat buruh menolaklah tetapi

tetap saja tidak di respon oleh pemerintah. Dengan kata

lain, kita di undang bukan untuk mendiskusikan tapi untuk

mensosialisasikan peraturan yang sudah jadi. Jadi itu

bertentangan dengan yang selama ini digembar gemborkan

oleh pemerintah bahwasanya pemerintah mengutamakan

sosial dialog dalam setiap permasalahan perburuhan dan

pengambilan kebijakan.

Dengan alasan-alasan tersebutlah, makanya kami menuntut

pencabutan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.

Kami juga mengharapkan agar pemerintah dalam penetapan

upah minimum kembali menggunakan UU No. 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan serta 60 komponen KHL

yang telah ditetapkan

Putra : Bagaimana peran KSPI dalam menuntut pencabutan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan?

Muhamad Rusdi : Kita sebagai induk organisasi yang membawahi serikat

buruh di setiap perusahaan melakukan kordinasi dengan

pimpinan organisasi yang ada bagaimana menyikapi hal

tersebut. Tentunya tentang cacat prosedural, melanggar

UU, merugikan kaum buruh makannya kita kemudian

melakukan pengordinasian untuk menolak PP 78. Dengan

Page 132: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxi

membuat tulisan-tulisan, selembaran dan merealese data

yang ada. Agar anggota kita, pengurus-pengurus dibawah

kita paham kenapa kita menolak. Kemudian selanjutnya,

kita melakukan aksi unjuk rasa dengan sebelumnya

mengkordinirsikan kepada lintas konfederasi buruh lain

yang tergabung dalam GBI (Gabungan Buruh Indonesia)

untuk sepakat untuk melakukan aksi bersama dan

berkelanjutan mulai dari tanggal 15, 24, 27, 28, 29 sampai

30 Oktober. Dan apabila 30 Oktober belum ada

perkembangan maka kita sepakat melakukan mogok

nasional pada bulan 24, 25, 26, 27 dan 28 November.

Putra : Metode apa yang di gunakan KSPI dalam

memperjuangkan setiap kasus buruh terutama dalam

menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No.

78 Tahun 2015 tentang Pengupahan?dan apa

alasannya?

Muhamad Rusdi : Kita menggunakan metode KLA (Konsep, Lobi dan Aksi).

Apa itu Konsep? Konsep itu isinya tentang mengapa kita

harus berjuang, apa yang kita perjuangkan, apa yang kita

tuntut, apa yang kita tolak. Itu kita buat dalam sebuah

tulisan dan realese, kita sebar melalui whatsapp, facebook,

wartawan dan media. Konsep tersebut sebelumnya melalui

diskusi, kita punya tim riset, tim media, teman-teman

tripartit yang nantinya merumuskan konsep tersebut untuk

ditulis dan direalese. Konsep itu tidak mudah terkadang kita

seminar dulu mengundang ahli-ahli, stakholder juga dan

termasuk dari apindo juga. Bagaimana pandangan mereka,

kemudian hasil dari seminar kita workshop kan agar

anggota sadar kita mau bahas apa. Setealh di workshop kita

rumuskan dan ringkas lagi hingga jadi satu halaman. Jadi

memang proses diskusi panjang sehingga ketika konfedrasi

atau kita menyatakan penolakan atau perlawanan akan

secara masif. Jadi proses membangun isu, opini di anggota

juga tidak ujug-ujug instruksi. Kita kasih pemahaman yang

bener dan utuh, mereka juga kan terbuka jadi kita harus

menggunakan metode yang objektif, ilmiah dan nasional

ketika kita menyatakan ini harus ditolak atau ini harus

diperjuangkan. Secara logis juga buruh saat ini tidak

Page 133: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxii

bodoh-bodoh amat dan dibeberapa sektor memeiliki

pengetahuan yang cukup untuk menilai ini benar atau salah.

Kedua, apa itu lobi? Lobi itu melobi teutama pemerintah

dan DPR, apabila mentok kita melobi kementrian terkait

seperti kementrian ketenagakerjaan, ketua DPR, wakil

ketua DPR dan juga fraksi-fraksi Komisi IX DPR RI kita

sampaikan mengapa kita menolak. Kita lobi semuanya agar

mereka juga yakin dan melobi DPR tujuannya agar

terbentuknya sebuah tim panja (Panitia Kerja) ataupun

pansus (Panitia Khusus). Dan alhamdulillah terbentuk panja

upah, kita diundang secara resmi ke komisi IX. dan sudah

beredar pada mei 2016 hasli kerja panja komisi IX itu

hasilnya adalah minta mencabut PP 78 karena melanggar

UU. No. 13. Namun kita cek kepemerintah mereka

beralasan belum menerima hasil panjanya. Kita juga melobi

media agar membantu kita menyebarluaskan apa yang kita

tuntut.

Ketiga aksi, melakukan unjuk rasa terhadap kebijakan

pemerintah agar dapat diliput seperti aksi kantor gubernur

dan walikota. Alasannya karena itu metode yang

komprehensif, kita gak mungkin buruh menggunakan

konsep tanpa ada lobi dan aksi atau aksi dan lobi tanpa

konsep apalagi konsep dan aksi tanpa lobi pasti kurang.

Bahkan kita mau menambah satu lagi yaitu politik, dimana

buruh harus berpolitik, buruh harus punya partai politik

karena kebijakan PP dan UU itu kebijakan politik yang

dirumuskan oleh eksekutif dan legislatif. Dan untuk

mencapai tujuan kesana kita harus mengikuti sistem dan

pola yang ada, ya selama ini buruh dan mahasiswa itu

hanya sebagai presser group saja dalam menanggapi

kebijakan yang kurang baik atau bagus. Setelah itu,

mahasiswa habis demo pulang ke kampus dan buruh habis

demo pulang ke pabrik menang atau kalah.

Putra : Sudah sampai sejauh mana hasil dari metode ini?

Muhamad Rusdi : Secara lobi kita sudah mendapatkan hasil berupa dukungan

DPR dalam penolakan terhadap PP 78 dan dari opini publik

juga pemerintah sudah mulai terdesak dan satu lagi kita

mengugat melalui MA (Mahkamah Agung) atau melalui

Page 134: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxiii

proses judicial review. Karena ini PP produknya makannya

ke MA sedangkan kalau UU kan ke MK. Namun sampai

saat ini belum di proses dan alasannya adalah adanya

kebijakan terkait UU No. 13 yang sedang dibahas di MK.

Dikarenakan kalau payung hukumnya digugat jadinya tidak

relevan lagi.

Putra : Apakah ada pertemuan antara ketiga pihak yaitu

pemerintah serikat buruh dan pengusaha dalam

menyelesaikan permasalahan Peraturan Pemerintah

(PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ini? Jika

ada, apa yang dihasilkan dari pertemuan tersebut?

Muhamad Rusdi : Kalau sebelum ditetapkan proses pengupahan tidak

melibatkan dialog, dimana pimpinan konfederasi tidak

dilibatkan. Kita baru diundang pada tanggal 12 Oktober dan

tanggal 15 sudah ditetapkan. Semenjak 12 Oktober kita

diundang dua kali dan kita sepakat hampir 99,9 persen

buruh menolak tetapi tidak direspon oleh pemerintah. Jadi

pertemuan tersebut bukanlah untuk mendiskusikan tetapi

untuk mensosialisasikan PP tersebut. Pemerintah dengan

gampangnya mereka akan jalan terus dan itu bukanlah

berdialog. Dan itu bertentangan dengan selama ini

diungkapkan pemerintah yang lebih mengutamakan sosial

dialog dalam setiap penyelesaian permasalahan perburuhan

dan mengambil setiap kebijakan namun nyatanya tidak.

Kalau sesudanhya ada baru-baru ini yang diperkasai oleh

ILO, hasilnya mereview sistem pengupahan termasuk PP

78 walaupun debatnya panjang dikarenakan pemerintah dan

pengusaha satu suara, untung saja ILO memback up kita.

Sekarang pemrintah ini, saya tidak mengerti ini.

Seharusnya namanya bukan menteri tenaga kerja tapi

menteri pengusaha karena statmentnya menterinya itu

adalah statment pengusaha.

Putra : Upaya apa saja yang telah dilakukan KSPI dalam

menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No.

78 Tahun 2015 tentang Pengupahan?

Muhamad Rusdi : Pertama, menkordinasikan internal KSPI melalui diskusi-

diskusi internal yang nantinya merumuskan konsep. Kedua,

Page 135: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxiv

mengkordinasikan pada jaringan konfederasi-konfederasi

lain. Ketiga, melobi DPR. Keempat kita melakukan

kampanye melalui media maupun sosial media kita sebar.

Di internal kita punya web KSPI dan beberapa afilasi juga

punya web, kemudian melalui tabloid dengan nama koeran

perdjoangan dan terakhir facebook. Eksternalnya kita press

konfrens ke media cetak dan media elektronik kita undang.

Kita juga melobi media agar membantu kita

menyebarluaskan apa yang kita tuntut. Kelima, kita juga

samapaikan ke induk organisasi internasional yaitu

International Trade Union Confederation (ITUC), mereka

juga melobi-lobi kepada negara kita juga. Keenam baru

aksi. Ketujuh, melakukan gugatan judicial review di MA

Putra : Dalam menjalankan program organisasi,

membutuhkan dana yang besar. Berasal dari manakah

dana tersebut?

Muhamad Rusdi : Iya kalu dana kita independen dari iuran anggota yaitu 1 %

dari upah, dimana 60%nya dikelola oleh serikat di

perusahaannya masing-masing 40%nya dikelola oleh

federasi yang digunakan untuk alokasi pendidikan,

advokasi dan lain-lain.

Putra : Adakah donator-donatur yang membantu berjalannya

kegiatan/program KSPI? Jika ada, siapakah donatur

tersebut? Jika tidak ada, bagaimanakah KSPI

mengatasi masalah tersebut (menjalankan program)?

Muhamad Rusdi : Tidak pernah ada. Dan di AD/ARTnya di atur bahwa tidak

boleh karena harus independen agar serikat buruh kuat dan

tidak bisa dipengaruhi dari luar. Iya kalau kita aksi

melakukan kegiatan unjuk rasa segala macam ya itu

dibebankan oleh iuran anggota juga dengan melakukan

konsolidasi ke anggotanya masing-masing untuk

melakukan aksi.

Putra : Selain afiliasi dengan serikat buruh. Apakah ada kerja

sama antara KSPI dengan partai politik?

Muhamad Rusdi : Kalau dengan partai politik sampai saat ini belum ada.

Kenapa dibilang belum ada, kita menilai secara langsung

Page 136: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxv

partai politik sekarang belum bisa menjanjikan kepada

buruh. Misalanya contoh kemaren tentang pp 78 sangat

lemah itu dukungan partai politik untuk melakukan

penolakan. Kalaupun kemaren tentang pilpres itu kenapa

kita mendukung salah satu kandidat itu, karena dia mau

melakukan kontrak politik yaitu spultura (10 tuntutan

rakyat) dan kalau sudah jadi akan menjalankan spultura ini.

Terus selama mereka kampanye kemaren mereka

meyuarakan itu kedaerah-daerah. Kalau kerja sama

langsung tidak ada kita karena di organisasi atau di

AD/ART kita itu kita tidak boleh kerjasama politik

langsung dengan partai politik. Apalagi kerjasama yang

tidak berpengaruh pada organisasi kita

Putra : Adakah perwakilan buruh yang duduk dalam parlemen

atau DPR? Kalau ada apakah perwakilan tersebut juga

yang mempengaruhi masukan KSPI tentang

permasalahan ini sehingga dapat diterima oleh DPR?

Muhamad Rusdi : Sekarang ini tidak ada. Tapi di DPRD kabupaten Bekasi

ada tapi kan masih numpang partai lain jadi susah bersuara

nyaring. Oleh karena itu kita rencananya kedepan ingin

membikin partai politik agar dapat menyuarakan kebijakan-

kebijakan tentang buruh.

Putra : Baru-baru DPR RI Komisi IX Bidang Ketenagakerjaan

dan Kesehatan telah menerima masukan terkait dengan

pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan untuk di bahas dalam

pembahasan Panitia Kerja (Panja) agar dapat

dievaluasi. Lalu, bagaimana proses keseluruhan

sehingga PP tersebut dapat diterima oleh DPR untuk

dibahas dalam pembahasan Panitia Kerja (Panja) agar

dapat di evaluasi?

Muhamad Rusdi : Panja sendiri sudah selesai dan DPR telah

merekomendasikan kepada pemerintah untuk mencabut PP

78. Iya karena akumulasi aksi ini meluas bukan hanya

dijakarta tapi nasional dan bukan hanya satu warna bendera

serikat buruh tapi mayoritas dan kita telah merealese opini

publik maka logika DPR, mereka akhirnya langsung

merespon dan mereka sepakat bikin panja walaupun kita

Page 137: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxvi

mintanya pansus karena panja hanya komisi IX dan pansus

itu bisa lintas komisi kan permasalahan bukan hanya upah

tapi bidang industri, perekonomian dan lain-lain. Setelah itu

terbentuk akhirnya mereka (DPR) mengundang stakholder

yang ada yaitu serikat buruh, pemerintah, pengusaha dan

ahli juga diundang. Dan mereka juga terjun atau survei

langsung kedaerah-daerah, bener gak nih apa yang di

opinikan oleh kaum buruh.

Putra : Apa yang menjadi faktor pendukung dalam

keberhasilan KSPI sehingga PP tersebut dapat diterima

oleh DPR untuk dibahas dalam pembahasan Panitia

Kerja (Panja) agar dapat di evaluasi?

Muhamad Rusdi : Karena secara opini publik ini sudah cukup kuat melalui

aksi-aksi yang merata dan hampir diseluruh indonesia serta

media yang memberitakan sehingga mereka cepat

merespon dan ada lobi-lobi dan pendekatan-pendekatan

terhadap individu-individu dari partai poitik juga. Dan

alasannya memang kuat yaitu melanggar UU.

Putra : Adakah solusi dari KSPI dalam sistem pengupahan di

Indonesia?

Muhamad Rusdi : Upah berdasarkan KHL, dan yang bermaslah sekarang

adalah item yang ada di KHL kurang. Kan ada 60 item kita

usulkan ada 84 item. Kedua, mekanisme perhitungannya

yang perlu disempurnakan sehingga jomplang antara

jabodetabek dan jawa tengah ini bisa gapnya tidak terlalu

jauh pasti bedalah walaupun itemnya sama tapi kan harga

barang berbeda-beda disetiap daerah tapi tidak terlalu

jomplang karena bedanya cuma 10-15% lah. Jadi upah bruh

itu bener-bener layak, kita tidak minta tinggi tapi layak.

Ketiga, bagi sektor tertentu yang dianggap menonjol

upahnya disesuaikan lagi seperti otomotif, elektronik,

perumahan, IT, pertambangan dan kimia upahnya dinaikan

lagi. Kesimpulannya sistemnya sudah benar hanya yang

terpenting KHL dan sistem perhitungannya yang dibenerin

Putra : Adakah kendala atau hambatan yang diterima KSPI

dalam menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah

(PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan?

Page 138: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxvii

Muhamad Rusdi : Di Internal kita tidak ada tapi di eksternal ada. Pertama,

dari pemerintah yang tidak berpihak kepada kaum buruh

dan harusnya departemen ketenagakerja itu melindungi

kaum buruh karena yang membela pengusaha sudah ada

yaitu menteri perindustrian, menteri perdagangan dan

BKPM badan Koordinasi Penanaman Modal.

Kemudian, saat demo buruh PP 78 pada 30 Oktober 2015

lalu terjadi penangkapan terhadap 26 orang dan ditetapkan

dijadikan tersangka termasuk saya. kita dikenai Pasal 216,

Pasal 218 KUHP junto Pasal 7 huruf F berkaitan dengan

Peraturan Kapolri. Dengan alasan massa berdemo sudah

melebihi batas waktu sesuai UU No 9 Tahun 1999 tentang

penyampaian pendapat di muka umum. Padahal waktu

mahasiswa demo terhadap kenaikan BBM saja sampai

malam.

Apalagi waktu kita mogok nasional dalam perjuangan upah

itu sekarang demo-demo dikawasan industri itu dilarang

karena ada kebijaka melalui Kepmen Perindustrian nomor

466/ M-IND/ Kep/ 8/ 2014 tentang Perubahan

Atas Keputusan Menteri Perindustrian nomor 620/ M-IND/

Kep/ 12/ 2012 tentang Obyek Vital Nasional Sektor

Industri. Kebijakan tersebut melarang demostrasi di

kawasan industri karena dianggap objek vital sehingga

tentara dan polisi masuk ke perusahaan. Dan kita juga

minta direvisi tuh karena unjuk rasa dan mogok di

perusahaan itu adalah haknya buruh.

Terakhir, tentu saja dari pengusaha yang menginginkan

praktek upah murah di Indonesia. Sampai kapan pun

mereka akan berusaha buat upah yang sesuai kepentingan

mereka. Adanya PP No. 78 artinyakan pemerintah telah

melegal praktek upah murah yang selama ini diharapkan

atau diinginkan oleh para pengusaha.

Lampiran 6: Transkip wawancara

Narasumber : Juprianus Manurung, S.H,

Bagian : Kasi Standarisasi Pengupahan Direktorat Pengupahan,

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Page 139: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxviii

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja

RI

Hari/Tanggal : 21 September 2016

Tempat : Kementerian Tenaga Kerja RI.

Putra : Apa alasan Kementrian Ketenagakerjaan dalam hal ini

bagian dari pemerintah menerapkan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan tersebut?

Juprianus Manurung: Pertama, karena ini amanat UU No. 13 tahun 2003 pasal

97, dimana amanat tersebut berupa supaya pemerintah

menuyusun peraturan pelaksanaan pengupahan berupa PP.

Putra : Bagaimana tanggapan Kementrian Ketenagakerjaan

tentang polemik yang terjadi tentang Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan tersebut?

Juprianus Manurung: Jadi sebelumnya, kami menganggap tidak perlu mengikuti

rekomendasi panja pengupahan karena kami menganggap

itu hanya keputusan politik dan tidak memiliki kekuatan

hukum untuk dieksekusi atau dijalankan sehingga apabila

diabaikan pun hal tersebut tidak akan membawa

konsekuensi hukum. Polemik itu silahkan prosedurnya itu

dilaksanakan sesuai ketentuan berlaku. Kalau ada yang

keberatan silahkan uji materil kalau PP berarti melalui

Mahkamah Agung. Apabila MA menerima alasan

penggugat kita turuti dan akan merubah pasal yang digugat.

Terkait PP 78 kita masih diskusi tapi tidak diskusi ekstrem

terkait PP 78.

Putra : Apakah ada pertemuan antara ketiga pihak yaitu

pemerintah, serikat buruh dan pengusaha dalam

meneyelesaikan permasalahan Peraturan Pemerintah

(PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ini?

Juprianus Manurung: Jadi gini, baik sebelum dan sudah ada pertemuan untuk

sosialisasi karena sudah 12 tahun sebelum kita tetapkan kita

sudah diskusi antara pemerintah, pengusaha dan serikat

buruh. Kalau kita lihat dari formilnya dan materilnya sudah

kita lakukan. Formilnya kita sudah sesuaikan dengan UU

No. 12 tentang tata cara penyusunan peraturan

Page 140: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxix

pembangunan sedangkan materilnya kita sudah diskusikan

ketika merumuskan pasal-pasal PP 78 dan merumuskan itu

kita undang serikat buruh dan pengusaha berdialog.

Pemerintah itu menetapkan UU tidak akan merugikan pasti

kita mengatur agar lebih baik.

Putra : Apa langkah yang akan dilakukan Kementrian

Ketenagakerjaan kedepannya untuk membenahi atau

memperbaiki sistem pengupahan di Indonesia?

Juprianus Manurung: Pertama, kita akui sampai saat ini belum ada sistem

pungupahan yang berbasis nasional karena PP 78 itu kan

masih sub sistem. Tapi bagaimana kita merespon agar

sistem pengupahan nasional itu dapat berbasis nasional

sebenarnya kita punya dewan pengupahan nasional yang

akan melakukan kajian-kajian untuk pengembangan suatu

sistem yang berlaku nasional. Kedua, bulan oktober dan

november nanti kita akan rembuk bersama, kita akan

rumuskan bagaimana bangunan dari sistem pengupahan

berbasis nasional itu. Kita ingin sistem pengupahan itu

berlaku diseluruh di Indonesia.

Lampiran 7: Transkip wawancara

Narasumber : P. Agung Pambudhi

Bagian : Direktur Eksekutif Dewan Pengusaha Nasional Asosiasi

Pengusaha Indonesia (APINDO)

Hari/Tanggal : 30 September 2016

Tempat : Gedung Permata Kuningan.

Putra : Bagaimanakah anda menanggapi Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan?

P. Agung Pambudhi: PP 78 tentu positif dalam artian terbatas menjamin

kepastian sehingga bisnis itu bisa lebih mengkalkulasi

kemungkinan proyeksi kedepannya dalam perhitungannya

akan seperti apa. Dan selama ini tidak pernah didapatkan

karena meskipun selama ini sudah ada mekanisme

kelembagaan melalui dewan pengupahan daerah maupun

nasional. Tetapi faktanya sebagian besar rekomendasi dari

Page 141: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxx

dewan pengupahan itu diabaikan oleh pengambil keputusan

terakhir yaitu gubernur. Dimana mereka lebih banyak

menggunakan pertimbangan politis daripada apa yang telah

direkomendasikan oleh dewan pengupahan jadi dalam

konteks itu apa gunanya dewan pengupahan dan

mekanisme tripartit kalau akhirnya seperti itu. Maka untuk

menjamin kepastian, pengusaha lebih cenderung memilih

formula yang pasti seperti itu.

Putra : Alasan apa yang menjadikan Apindo mendukung

Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan?

P. Agung Pambudhi: Pertama, PP 78 memberi kepastian upah pada dunia usaha.

Kedua, kita ini hanya bicara upah minimum bukan upah

secara keseluruhan. Upah minimum ini kan jaring

pengaman yang diharapkan melaui upah minimum itulah

maka pekerja yang bersakungkatan mendapatkan upah

layak dan agar tidak terjun dijurang kemiskinan. Dan Upah

layak ini diharapkan benar-benar menjadi jaring pengaman

karena dtidak ada hubungannya dengan prestasi dan

produktivitasnya diperusahaan. Ketiga, itu juga tidak

melanggar apapun kalau ada pihak yang mengatakan PP

tersebut melanggar negosiasi bipartit, tidak saya katakan!

Karena di PP itu khususnya disebagian formula bicara

tentang upah minimum bukan upah keseluruhan. Nah, upah

minimum lebih baik menggunakan mekanisme teknokratis

daripada bipartit karena dia akan lepas dari kepentingan

politis dan akan munculnya pertimbangan objektif dengan

data yang berbicara.

Putra : Apa ada pengusaha yang menolak adanya Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan? Jika ada, apa alasan pengusaha tersebut

menolak PP tersebut?

P. Agung Pambudhi: Ada, invest dunia usaha menanggung baiaya yang lebih

tinggi dengan rumusan seperti ini.

Putra : Menurut anda, apa dengan adanya PP No. 78 ini, sistem

penguapahan di Indonesia menjadi lebih baik?

Page 142: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxi

P. Agung Pambudhi: Menurut saya belum ideal, mengapa saya katakan belum

ideal karena faktanya kalau dari sisi dunia usaha, invest

dunia usaha menanggung baiaya yang lebih tinggi dengan

rumusan seperti ini. Dibandingkan hasil-hasil dengan

negoisasi melalui dewan pengupahan tapi karena sudah

terlalu capek dengan ketidakpastian ya sudah kita terima ini

dan diharapkan ke depannya ada kepastian. Jadi itu yang

lebih mendasari kita untuk mengatakan bahwa formula ini

relatif bagus tapi mengapa saya mengatakan relatif tidak

sepenuhnya bagus karena tidak mencerminkan kondisi di

daerah dengan produktivtas daerah. Hal ini dikarenakan

yang dipake kan angka inflasi nasional dan pertumbuhan

nasional bukan daerah, barangkali ada kekhawatiran di

pemerintah pusat khususnya kalau daerah yang saat ini

memiliki upah minimum kecil dan belum mencapai KHL

upah minimumnya bisa-bisa tidak bisa mencapai pada upah

layak karena produktivitasnya rendah tapi inflasinya tinggi.

Jadi GAP antara daerah yang sudah bagus dan yang belum

bisa lebih melebar tapi itu tidak mencerminkan

penghargaan yang pas untuk pekerja, ya seharusnya kan

yang produktivitasnya tinggi berhak mendapatkan tinggi

sedangkan yang rendah ya berhak kurang. Tapi melalui ini

disamaratakan berarti ada subsidi silang. Jadi mungkin

formulasi sudah lebih baik untuk menjamin kepentingan

nasional. Apa yang saya bilang kepentingan nasional itu

penciptaan nilai tambah dan akhirnya penciptaan lapangan

kerja. Yang pasti bagi pengusaha lebih baik karena adanya

aspek kepastian PP 78 itu, karena kalau tanpa adanya

kepastian itu size ekonominya tidak akan bertambah karena

tidak adanya kepastian itu tidak menarik bagi investasi.

Putra : Apakah ada pertemuan antara ketiga pihak yaitu

pemerintah serikat buruh dan pengusaha dalam

menyelesaikan permasalahan Peraturan Pemerintah

(PP) No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ini? Jika

ada, apa yang dihasilkan dari pertemuan tersebut?

P. Agung Pambudhi: Sudah ada baik sebelum maupun sesudah ditetapkannya PP

78. Sebelumnya ditetapkan sudah ada pembahasan tapi

tidak ada kesepakatan antara pengusaha dan serikat buruh

tapi kita kembalikan kepada pemerintah yang ini sebagai

Page 143: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxii

pemegang otoritas untuk memutuskan. Sesudahnya juga

beberapa kali ada pertemuan terkahir dua minggu lalu

ketika saya level meeting tripartit dengan pak iqbal dari

KSPI juga ada disitu, sudah ada pembahasan tentang sistem

kerja. Salah satunya terkait pengupahan, dan ketika kita

bicara pengupahan tentu akan bicara PP 78, pada saat itu

memang ada beberapa kali ketidaksepakatan tapi akhirnya

kita semua sepakat menandatangani bersama hasil dari high

level tripartit meeting itu. Dan disitu dikatakan bahasanya

adalah jalankan dulu PP 78 sambil kita melakukan evaluasi

atas implementasi ini.

Putra : Bagaimana menurut anda dengan tindakan buruh yang

melakukan gerakan massa atau demonstrasi dalam

menyelesaikan permasalahan mereka?

P. Agung Pambudhi: Demonstrasi kita, sebelumnya kita harus bedakan dulu

antara demonstrasi dan mogok kerja. Mogok kerja itu

definisinya adalah bisa terjadi akibat gagalnya perundingan

antara dua pihak antara pengusaha dan serikat buruh. Kalau

ada kegagalan perundingan itu silahkan hak pekerja untuk

mogok dan hak pengusaha untuk log out atau tutup pabrik.

Dan kita respect dengan itu asal dijalankan dengan damai.

Tapi yang kita tolak itu demonstrasi yang sifatnya agitasi

dan provokasi serta tidak ada hubungannya dengan

gagalnya perundingan. Misalkan PP 78 yang kemaren.

Demonstrasi yang kita tolak lainnya pertama, demonstrasi

yang merusak akses produksi dan menghentikan proses

produksi, kedua, sweeping pekerja lainnya yang tidak mau

ikut demo dipaksa ikut berhenti bekerja untuk demo.

Ketiga, adanya ancaman pada pekerja lain yang tidak mau

ikut demo, agar ikut demo mereka di intimidasi baik secara

fisik dan verbal omongan. Keempat demonstrasi yang

mengakibatkan gangguan kepada sarana dan prasarana

publik, misalnya ngblok jalan tol apa hubungannya dengan

urusan yang di ungkapkan oleh para pendemo dengan

masarakat yang ingin mendapatkan akses cepat jalan tol.

Jadi itu yang kita respect dan tolak dengan adanya

demonstrasi.

Page 144: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxiii

Putra : Adakah solusi dari Apindo dalam sistem pengupahan di

Indonesia?

P. Agung Pambudhi: Solusi terbaik ya berdasarkan produktivitas jadi kalau mau

bahasa simpelnya kalau produktivitas-nya tinggi ya berhak

lebih tinggi dan yang produktivitasnya rendah ya berhak

dikurangi jadi lebih adil.

Lampiran 8: Transkip wawancara

Narasumber : Timboel Siregar

Bagian : Pengamat Perburuhan

Hari/Tanggal : 19 Oktober 2016

Tempat : Rumah Pribadi.

Putra : Bagaimanakah pandangan anda terkait Peraturan

Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan?

Timboel Siregar : Jadi memang begini PP 78 bagian yang tidak terpisahkan

dari paket kebijakan ekonomi ke 6. Ini memang dibuat oleh

pemerintah untuk bagaimana iklim investasi itu masuk dan

meningkat di indonesia. Terutama mengenai kenaikan upah

minimum yang dinilai oleh pemerintah selama ini selalu

bergejolak ketika adanya kenaikan upah minimum setiap

tahunnya seperti adanya demonstrasi. Akhirnya pemerintah

menetapkan PP 78 tahun 2015 itu, dan dalam PP tersebut

terdapat yaitu pasal 44 menyatakan bahwa kenaikan upah

minimum nantinya tidak perlu diskusi atau negosiasi. Tapi

menggunakan rumus pasti yaitu inflasi nasional dan

pertumbuhan ekonomi nasional yang datanya dikeluarkan

oleh badan pusat statistik. Jadi sesuai pasal tersebut BPS

mengeluarkan angka inflasi 3,07% dan angka pertumbuhan

nasional 5,18% jadi ditotal menjadi 8,25% untuk kenaikan

upah minimum 2017 yang persentasenya itu akan

diterapkan sama dan bersama seluruh Indonesia.

Pertama, ini merupakan masalah bagi serikat buruh

sedangkan pemerintah mengangap sebuah kepastian yang

tidak akan menimbulkan gejolak dan demonstrasi. Apabila

kita mengacu pada pasal 89 ayat 3 uu 13 tahun 2003 bahwa

penetapan upah minimum itu di tetapkan oleh gubernur

Page 145: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxiv

setelah mendapat rekomendasi usulan dari dewan

pengupahan daerah atau walikota/bupati. Namun dengan

adanya PP 78 ini, dewan pengupahan daerah atau

walikota/bupati tidak lagi dapat merekomendasikan. Dewan

pengupahan daerah sendiri terdiri dari tiga unsur yaitu

pengusaha, pemerintah dan buruh yang selama ini

melakukam negosisasi dan survei KHL kelapangan selama

bulan september, oktober dan november untuk menetapkan

kenaikan upah minimum tahun berikutnya. Sementara itu

dengan adanya pasal 44 dan 45 ini tidak ada lagi peran dari

dewan pengupahan tersebut oleh karena itu negoisasi dapat

dikatakan tertutup karena penetapannya mengunakan

formulasi yang ada di Pasal 44 itu yaitu menggunakan

inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional, dan

pasal 45 yaitu dewan pengupahan tidak perlu melakukan

survei kelapangan karena angka dari inflasi nasional dan

pertumbuhan ekonomi nasional akan dikeluarkan oleh BPS.

Demikian pula kewenangan dari walikota dan bupati juga

tertutup karena gubernur tidak lagi perlu menunggu

rekomendasi atau usulan walikota dan bupati yaitu dengan

menggunakan formulasi yang sudah ada.

Kedua, bahwa pertumbuan ekonomi dan inflasi yang

ditetapkan sebagai unsur penentu kenaikan upah minimum

ini juga tidak secara objektif menentukan kondisi riil buruh.

Dimana inflasi nasional diambil dari 200 sampai 300an

barang dan jasa dari inflasi mobil mewah, berlian, pangan,

sandang dan sebagainya. Sementara apabila kita mengacu

pada pasal 43 pp 78 terkait KHL yang didalam ada 60 item

saja dan disitu tidak ada mobil mewah dan berlian. Dengan

kata lain penentuan angka inflasi nasional tidak objektif

pada 60 item yang ada di dalam KHL.

Ketiga, permasalahannya pertumbuhan ekonomi juga tidak

objektif karena pertumbuhan ekonomi setiap daerah pasti

berbeda-beda, dan prakteknya malah di sama ratakan dan

sama rasa semestinya yang PDRB yang bagus yah dikasih

bagus sebagai reward kalau PDRB yang tidak bagus ya itu

resikonya disesuaikan sehingga nantinya akan lebih adil.

Page 146: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxv

Nah, jadi intinya PP 78 tahun 2015 ini punya masalah yaitu

pasal 44 dan 45 yang melanggar ketentuan diatasnya yaitu

pasal 89 ayat 3 uu 13 tahun 2013 dan tidak objektif dalam

pelaksanaan dilapangan sehingga menurut saya daya beli

buruh ini akan turun. PDB kan dikontrbusi oleh konsumsi

rumah tangga secara makro, investasi, goverment

expenditure, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan

dan sebagainya, eksport dan import. Konsumsi rumah

tangga ini kan dikonribusi banyak oleh pekerja atau rumah

tangga yang bekerja apabila daya beli untuk mengkonsumsi

turun maka akan mempengaruhi PDB yang turun, PDB

yang turun akan berkontribusi pada upah minimum yang

nantinya akan seperti lingkaran setan.

Putra : Bagaimana kualitas dari Peraturan Pemerintah (PP)

No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan tersebut?

Timboel Siregar : Saya, tidak dalam posisi menolak PP Nomor 78 tapi hanya

mengkritisi beberapa pasal dalam PP tersebut. PP Nomor

78 merupakan amanat dari pasal 97 UU No. 13 tahun 2003

yang selama 12 tahun diabaikan. Dalam PP Nomor 78

sendiri terdapat hal yang baik yaitu kewajiban perusahaan

membuat dan memberi tahukan struktur dan skala upah.

Dengan adanya struktur dan skala upah itu pekerja atau

buruh akan tahu jenjang karirnya sehingga akan menjamin

upah diatas upah minimum bagi pekerja atau buruh yang

sudah bekerja diatas satu tahun. Dan untuk menjamin hal

tersebut bagi perusahaan yang melanggar akan ada sanksi

administratif berupa teguran tertulis, pembatasan kegiatan

usaha, penghentian sementara sebagian atau seluruh alat

produksi, dan pembekuan kegiatan usaha. Dengan adanya

struktur dan skala upah ini nantinya akan menyelesaikan

permasalahan upah minimum.

Meskipun ada yang baik dari PP No. 78 namun ada juga

yang harus dikeritisi dari PP No. 78 yaitu pasal 44 dan 45.

Pertama, pasal tersebut melanggar ketentuan diatasnya

yaitu pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003. Seharusnya

PP itu patuh pada aturan diatasnya. Apabila kita mengacu

pada pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 bahwa

penetapan upah minimum itu di tetapkan oleh Gubernur

Page 147: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxvi

setelah mendapat rekomendasi usulan dari Dewan

Pengupahan Daerah atau Walikota/Bupati. Sementara itu,

dengan adanya pasal 44 dan 45 ini tidak ada lagi peran dari

dewan pengupahan tersebut yang didalamnya terdiri dari

terdiri dari tiga unsur yaitu pengusaha, pemerintah dan

serikat buruh yang selama ini melakukam negosisasi dan

survei KHL kelapangan selama bulan September, Oktober

dan November untuk menetapkan kenaikan upah minimum

tahun berikutnya.

Oleh karena itu negoisasi dapat dikatakan tertutup karena

penetapannya mengunakan formulasi yang ada yaitu

menggunakan inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi

nasional. Dewan Pengupahan juga tidak perlu melakukan

survei kelapangan karena angka dari inflasi nasional dan

pertumbuhan ekonomi nasional akan dikeluarkan oleh BPS.

Demikian pula kewenangan dari Walikota dan Bupati juga

tertutup karena Gubernur tidak lagi perlu menunggu

rekomendasi atau usulan walikota dan bupati yaitu dengan

menggunakan formulasi yang sudah ada.

Putra : Menurut anda, strategi apa saja yang harusnya

dilakukan serikat buruh dalam memperjuangkan

kepentingannya dari permasalahan-permasalahan

buruh yang ada? Terutama dalam hal ini

mempengaruhi suatu kebijakan yaitu PP 78?

Timboel Siregar : Menurut saya, strategi yang lebih pasti adalah membatalkan

PP No. 78 itu melalui mahkamah agung dengan Judicial

Review. Karena saya sangat yakin pasal 44 itu bertentangan

dengan pasal 89 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 dimana

peran-peran yang ada di UU No. 13 Tahun 2003

dihilangkan di PP No. 78 dan yakin Mahkamah Agung

akan membatalkan. Cuma yang menjadi masalah kan PP

No. 78 ini sudah dimasukan tapi serikat buruh kan maunya

membatalkan PP No. 78 keseluruhan. Seharusnya mereka

fokus pasal 44 saja yang dikatakan sangat krusial. Karena

apabila memang Mahkamah Agung harus di hapuskan

berartikan Mahkamah Agung harus mengkaji pasal-

perpasal dan ini jadinya memakan waktu yang lama.

Page 148: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxvii

Putra : Menurut anda terkait penolakan PP 78 ini, apa yang

menjadi hambatan serikat buruh dalam menuntut

pencabutan PP 78 tersebut? Baik hambatan dari

internal serikat buruh maupun eksternal dari serikat

buruh?

Timboel Siregar : Di internal Pertama, menurut saya tidak pas juga melihat

bahwa PP 78 harus dibatalkan secara kesuluruhan. Pertama,

PP 78 merupakan amanat pasal dari pasal 97 UU No. 13

tahun 2003 yang selama 12 tahun diabaikan. dimana, secara

subtansial atau isinya tidak semua salah. Hal ini

dikarenakan dalam PP Nomor 78 sendiri terdapat hal yang

baik yaitu kewajiban perusahaan membuat dan

memberitahukan struktur dan skala upah. Apabila PP 78

harus dibatalkan akan berdampak pada struktur dan skala

upahnya akan hilang juga. Seharusnya buruh fokus pada

poin permasalahannya yaitu pasal 44 dan 45. Menurut saya,

kalau yang lainnya tidak ada masalah dan bagus, yang tadi

tidak diwajibkan membuat struktur dan skala upah sekarang

wajib yang apabila tidak memberitahukan kepada

pekerjanya perusahaan bisa mendapatkan sanksi

administratif. Adapun hal baik lainnya, misalnya ada

kewajiban expatriate TKA (Tenaga Kerja Asing) kalau

digaji itu harus pakai rupiah. Selama ini, banyak yang pakai

dollar, dollarnya naik gajinya ikut naik dan menimbulkan

ketidakadilan dengan pekerja atau buruh lainnya yang

berasal dari kita. Dan inilah yang menurut saya sesuatu hal

yang baik, tidak boleh kita melihat sebagai sesuatu hal yang

salah semua. Jadi intinya dengan fokus terhadap

permasalahan utama memberikan efesiensi dikarenakan

MA tidak perlu mengkaji setiap pasal.

Kedua, sebenarnya potensi gerakan buruh sangatlah besar

namun karena membangunnya di dasari dengan politik

praktis yang memainkan isu masing-masing, akhirnya dari

serikat buruh dengan serikat buruh lainnya kehilangan

kepercayaan dan akhirnya jalan sendiri-sendiri. Dan

pemerintah juga akhirnya melihat gerakan buruh bukan lagi

sebagai kekuatan yang besar. Ditambah lagi serikat buruh

gagal meyakinkan buruh untuk menjadi anggota serikat

buruhnya. Federasi serikat buruhnya sampai 111,

Page 149: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxviii

konfederasinya sampai 6, serikat buruhnya di tingkat

perusahaan ribuan tapi buruh yang berserikat hanya 2,7 juta

orang. Sementara pekerja atau buruh formal di luar pegawai

negeri sebanyak 30 juta orang artinya yang menjadi

anggota buruh hanya sebesar 10%. Yang selama ini terjadi

kan, ketidakdewasaan elit serikat buruh saat kongres kalah

kemudian membentuk serikat buruh yang baru dan

akhirnya menciptakan serikat pekerja bertambah dan pecah-

memecah menjadi lebih kecil. Kalau saja bertambahnya

didasari dengan banyaknya anggota berserikat itu baik tapi

kan ini sebaliknya serikat buruhnya bertambah sedangkan

jumlah anggotanya turun. Contohnya tahun 2013 pekerja

atau buruh yang berserikat sekitar 3,5 juta orang tapi saat

ini mengalami penurunan menjadi 2,7 juta orang.

Ketiga, gerakan ini juga kurang mengedepankan pada

pendidikan, bagaimana membangun sebuah kekuatan

serikat buruh dalam hal pemikiran kepada semua anggota.

Jadi yang ada antara elit dan anggota dibawahnya kualitas

pendidikannya sangat jauh sehingga yang pinter hanyalah

elit-elitnya saja sedangkan anggota dibawahnya hanya

sebagai objek peserta. Seharusnya kan anggotanya

dijadikan sebagai subjek yang di cerdaskan dengan begitu

serikat buruh akan lebih objektif dalam memperjuangkan

isu-isu mereka.

Kemudian, eksternalnya jadi gerakan buruh memang selalu

mengkritisi yang terkait dengan masalah-masalah

industrial. Tapi sekarang ini, gerakan buruh sudah digeser

kepada politik praktis, ini mungkin akibat pemilhan

presiden sebelumnya. Hal ini menjadikan isu-isu yang

dimainkan buruh tidak lagi objektif dan terkait dengan

permasalahan utama dalam industrial. Misalkan saja, buruh

memainkan isu tentang tax amnesty dan reklamasi teluk

Jakarta yang bukan ranah perjuangannya. Meskipun

menurut saya, gerakan buruh kita sudah semakin maju tapi

janganlah sampai kehilangan arah dan dibawa kepada

politik praktis. Menjadikan persatuan serikat buruh

akhirnya tidak tercapai. Saat ini, gerakannya bukanlah

dalam konteks satu tetapi gerakannya memainkan isu

masing-masing dikarenakan adanya gerakan buruh yang

Page 150: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xxxix

digeser kepada politik praktis tersebut yang seakan di setir

oleh kepentingan politik kelompok lain, akhirnya

melahirkan ketidakpercayaan sesama serikat buruh yang

nantinya menimbulkan perpecahan antara buruh itu sendiri.

Dengan situasi seperti itu tentu saja pemerintah

mengganggap bukan lagi kekuatan yang patut

diperhitungkan untuk melakukan tawar-menawar

(bargaining) politik.”

Kedua, kalau pemerintah mau jujur juga, mereka ini kan

salah membuat PP 78 khususnya pasal 44 seharusnya kalau

ada demo berarti ada kesalahan dalam kebijakannya. Oleh

karena itu, penangkapan yang terjadi 26 aktivis yang

melakukan demo terlampau berlebihan dari kepolisian.

Karena namanya demo kan diatur dalam UU No. 9 Tahun

1998, dan banyak kok yang melibihi jam 6 malam dan tidak

dipermasalahkan seperti mereka ini. Artinya kan

pemerintah berlebihan dan di nilai bertindak posesif

terhadap serikat buruh padahal apa yang diperjuangkan

buruh itu memang haknya karena PP No. 78 ini

bertentangan. Seharusnya pemerintah merangkul serikat

buruh ajak diskusi, negosiasi dan dialog sosial untuk

bekerja sama menemukan solusi terbaik bukannya malah

bertindak semaunya. Contohnya waktu itu ada tripartite

nasional, apa pemerintah mengajak dialog tentang PP No.

78? Tapi kan tidak, pemerintah juga jangan egois karena

kan sudah ada kesepakatan apabila ada permasalahan

tentang ketenagakerjaan di lakukan diskusi, negoisasi dan

dialog sosial dalam forum tripartit yang didalamnya terdiri

dari unsur pemerintah, unsur serikat buruh dan unsur

pengusaha. Oleh karena itu saya bilang pemerintah haruslah

menjadi penengah bukan agen dari salah satu unsur yang

ada.

Putra : Adakah solusi dari anda dalam sistem pengupahan di

Indonesia?

Timboel Siregar : Pengupahan adalah hal yang krusial dan mudah

menyebabkan konflik. Oleh sebab itu, sistem pengupahan

nasional kita harus melibatkan peran pemerintah untuk

mendukung daya beli buruh dengan memberikan subsidi-

Page 151: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xl

subsidi. Jadi pengupahan kita bukannya hanya dari

pengusaha namun juga melibatkan pemerintah. Pemerintah

yang merupakan aktor hubungan industrial juga harus

mendukung daya beli, ketika upah buruh hanya naik 10

persen dan dapat dilihat bahwa upah tersebut terlampau

kecil maka buruh-buruh tersebut harus di berikan subsidi

oleh pemerintah. Jadi daya beli itu kan bukan hanya dari

pemasukan yang diterima tapi juga ditentukan berapa

pengeluarannya. Apabila pemasukannya terbatas tapi

pengeluarannya bisa dihemat melalui subsidi artinya

safeting atau simpanannya bisa dipertahankan. Nah,

pemerintah dalam hal ini masuk menjaga pengeluaran ini

agar nantinya buruh dapat menyimpan uangnya untuk

tabungan mereka sehingga daya beli buruh akan naik juga.

Ada tiga yang kita analisa pengeluaran yang memakan

biaya besar dalam mempengaruhi daya beli buruh yaitu

pangan, perumahan, dan transportasi

Lampiran 9: Transkip wawancara

Narasumber : Dede Yusuf Macan Effendi, ST, .MiPol

Bagian : Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014-2019

Hari/Tanggal : 14 September 2017

Tempat : Gedung Nusantara I DPR RI.

Putra : Mengapa DPR RI Komisi IX menerima masukan untuk

membahas Peraturan Pemerintah (PP) No .78 Tahun

2015 tentang Pengupahan dalam Panitia Kerja(Panja)

DPR RI ? Apa yg menjadi alasannnya?

Dede Yusuf : Sebelumnya, DPR sendiri tidak menyetujui adanya PP No.

78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan tsbesret . PP No. 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan ini adalah PP yang

lahirnya sangat mendadak. Walaupun proses RUU

(Rancangan Undang-Undang) ini sejak lama, namun

formulasi PP itu lahir dalam waktu yang singkat. Lahirnya

PP ini masuk dalam paket kebijakan ekonomi 4. Kami di

pimpinan Komisi IX DPR RI sudah melayangkan surat

kepada presiden untuk menunda pemberlakukan PP ini.

Page 152: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xli

Sebab, lahirnya PP tersebut terkesan prematur tanpa adanya

konsultasi DPR terlebih dahulu. dimana, legislator tidak

turut dilibatkan dalam perumusan hingga pemberlakuan PP

tersebut. Bahkan dalam PP tersebut dinilai terdapat

formulasi yang tidak cocok dengan buruh.

Saya mendapat telepon dari Menteri Tenaga Kerja, pada

tanggal 22 Oktober 2015 yang menjelaskan bahwa pada 23

Oktober 2015 pemerintah akan memberlakukan dan

mensosialisasikan PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan. Kemudian ketika sudah diputuskan presiden,

kami melihat buruh dan juga kepala daerah melakukan

protes terhadap pemberlakuan PP tersebut. Seharusnya,

sebelum PP ini diberlakukan, dijelaskan pula dengan DPR

RI Komisi IX formula mana yang sesuai sehingga kami

sebagai legislator tidak lagi mempertanyakan isi formulasi

dari PP tersebut. Karena kalau peraturan baru mengenai

kenaikan upah untuk buruh tersebut sesuai dengan aturan

diatasnya, tentu kami dukung.

Putra : Bagaimana kualitas dari Peraturan Pemerintah (PP)

No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan menurut anda?

Dede Yusuf : Jadi sesungguhnya kami menilai, PP No. 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan memang memiliki kelemahan.

Dikarenakan ada beberapa poin hak buruh yang

dihilangkan dalam PP tersebut. Pada dasarnya, cukup

banyak kami mendengar masalah mengenai PP No. 78

Tahun 2015 Tentang Pengupahan ini, oleh karena itu ada

beberapa isu yang perlu kita luruskan. Pertama, mengenai

hak bernegosiasi yang sudah tertuang dalam UU No. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam penentuan

upah diharuskan melalui mekanisme bipartit (pengusaha

dengan pekerja) dan tripartit (peran pemerintah menajadi

mediator) yang akan menghasilkan kesepakatan bersama.

Untuk pola penentuannya berdasarkan komponen hidup

layak (KHL). Dimana Kehidupan Hidup Layak (KHL)

diatur melalui perundingan antara dewan pengupahan yang

teridiri dari pengusaha dengan pekerja bersama pemerintah

sebagai mediatornya.

Page 153: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xlii

Dengan begitu, penentuan upah minimum tersebut harus

diwajibkan dengan cara berdialog. Akan tetapi, dalam PP

No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan malah ditiadakan

dan seolah-olah ada sebuah rumusan. Dimana penetapan

pengupahan dilakukan menggunakan sebuah rumusan yang

hanya ditentukan oleh pemerintah setingkat provinsi saja,

itu saja sudah menyalahi Undang-Undang.

Padahal seharusnya tidak begitu. UU No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan untuk mewajibkan dialog tidak

boleh dilanggar. Maka dari itu kami di komisi IX

membentuk panitia kerja (Panja) pengupahan. Dan

Alhamdulillah Panja tersebut telah menghasilkan

rekomendasi yang mana PP No. 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan ini kami usulkan untuk direvisi. Jadi penetapan

tidak bisa by rumusan. Rumusan boleh tapi harus lihat

komponen x nya. Komponen x ini ini yang didialogkan

antara pekerja dan perusahaan

Kekurangan kedua, adalah dibatasinya kewenangan

pemerintah daerah dalam menetapkan KHL menjadi lima

tahun. Artinya, selama empat tahun ke depan dia (Dinas

Ketenagakerjaan dan Pemerintah Daerah) lepas tangan.

Kalau ada permalasahan apa-apa lepas tangan. Dengan kata

lain menghambat ruang daerah untuk membuat kebijakan

sendiri sehingga dapat menentukan formulasi pengupahan

sesuai inflasi di daerah masing-masing.

Oleh karena itu kami segera meminta pemerintah membuat

PP baru dalam waktu tiga bulan ke depan dimana PP itu

akan mengakomodir yang sesuai dengan Undang-undang,

bagaimana peran daerah, kemudian inflasi dan

pertumbuhan ekonomi daerah yang itu kan berbeda dengan

pertumbuhan inflasi pusat dan hak berunding untuk para

pekerja karena ada yang namanya tripartite,

Putra : Tahap-tahap apa saja yang dilakukan Panja (Panitia

Kerja) Peraturan Pemerintah (PP) No. 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan dari awal sampai akhirnya

Page 154: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xliii

menghasilkan rekomendasi Panja (Panitia Kerja)

Pengupahan?

Dede Yusuf : Awalnya kami mendapatkan banyak masukan dari kalangan

buruh yang mengeluhkan adanya kebijakan Peraturan

Pemerintah (PP) No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Untuk merespon hal tersebut, akhirnya kami mengadakan

Rapat Kerja (Raker) pada tanggal 19 November 2015

dengan Kementrian Ketenagakerjaan. Rapat tersebut

menghasilkan Komisi IX DPR RI akan membentuk tim

Panja (Panitia Kerja) Pengupahan untuk mengkaji dan

mengevaluasi kembali PP No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan. Kenapa kami membentuk Panja (Panitia

Kerja) bukan Pansus (Panitia Khusus) karena masalah upah

utamanya adalah masalah ketenagakerjaan jadi tidak perlu

melibatkan lintas komisi. Setelah Panja (Panitia Kerja)

dibentuk kemudian kami mengundang dan mengadakan

beberapa Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan

berbagai pihak seperti perwakilan pengusaha, Dewan

Pengupahan Nasional, perwakilan Serikat Buruh, para ahli

dan Pakar. Terkahir kami yang tergabung dalam Tim Panja

(Panitia Kerja) Pengupahan juga melakukan kunjungan

kerja kebeberapa daerah untuk medapatkan informasi

langsung. Dari rapat-rapat dan kunjungan kerja tersebut,

kami dapatkan masukan-masukan yang nantinya akan

menghasilkan berupa rekomendasi Tim Panja (Panitia

Kerja) Pengupupahan.

Putra : Rekomendasi apa saja yang telah dihasilkan dari Panja

(Panitia Kerja) Peraturan Pemerintah (PP) No. 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan? Dan bagaimana

respon pemerintah terhadap hasil rekomendasi panja

tersebut?

Dede Yusuf : Pertama, Komisi IX DPR RI mendesak Pemerintah untuk

mencabut Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan. Kedua, Komisi IX DPR RI meminta

Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah yang

baru dengan formula baru yang tidak bertentangan dengan

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Page 155: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xliv

Ketenagakerjaan. Ketiga, Komisi IX DPR RI meminta

Pemerintah untuk tidak meninggalkan kewenangan daerah

(tripartit), hak berunding (bipartit), penetapan Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) dan penentuan inflasi daerah per satu

tahun sekali. Keempat, Komisi IX DPR RI meminta

pemerintah untuk menyelesaikan Peraturan Pemerintah

tentang Pengupahan yang baru dalam jangka waktu 3 (tiga)

bulan dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada

seluruh pemangku kepentingan.

Lampiran 11: Dokumentasi bersama narasumber

Foto bersama Juprianus Manurung, S.H, selaku Kasi Standarisasi Pengupahan

Direktorat Pengupahan, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja RI, tanggal 21

September 2016 di Kementerian Tenaga Kerja RI.

Page 156: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xlv

Foto bersama Dede Yusuf Macan Effendi, ST selaku Ketuan Komisi IX DPR RI

Periode 2014-2019, tanggal 14 September 2017 di Gedung Nusantara I Komplek

DPR RI.

Foto bersama P. Agung Pambudhi selaku Direktur Eksekutif Dewan Pengusaha

Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), tanggal 30 September 2016 di

Gedung Permata Kuningan.

Page 157: BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43607/1/WAHYU...BURUH DAN KEKUATAN POLITIK PERJUANGAN KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA

xlvi

Foto bersama Timboel Siregar selaku Pengamat Perburuhan, tanggal 19 Oktober

2016 di Rumah Pribadi.