BUPATI KOTABARU -...

36
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa burung Walet merupakan jenis satwa liar yang dapat dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat di daerah dengan mempertahankan keberadaan populasinya dan melindungi serta mengelola ekosistem lingkungannya; b. bahwa pengelolaan dan pengusahaan sarang Burung Walet harus dikendalikan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan fungsi lingkungan agar masyarakat dapat hidup dengan tertib dan menghargai kepentingan bersama; c. bahwa pemerintah daerah berdasarkan hak penguasaan wilayah berwenang mengatur dan mengendalikan pengelolaan dan pengusahaan sarang Burung Walet di daerah; d. bahwa Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Izin Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocalia SPP) di Kabupaten Kotabaru perlu diperbaharui untuk legalitas tindakan pemerintah dan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat di daerah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Transcript of BUPATI KOTABARU -...

BUPATI KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 11 TAHUN 2013

TENTANG

IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa burung Walet merupakan jenis satwa liaryang dapat dikelola dan dimanfaatkan secaralestari, selaras, serasi dan seimbang bagikesejahteraan masyarakat di daerah denganmempertahankan keberadaan populasinya danmelindungi serta mengelola ekosistemlingkungannya;

b. bahwa pengelolaan dan pengusahaan sarangBurung Walet harus dikendalikan sesuai denganrencana tata ruang wilayah dan fungsi lingkunganagar masyarakat dapat hidup dengan tertib danmenghargai kepentingan bersama;

c. bahwa pemerintah daerah berdasarkan hakpenguasaan wilayah berwenang mengatur danmengendalikan pengelolaan dan pengusahaansarang Burung Walet di daerah;

d. bahwa Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008tentang Izin Pengelolaan dan Pemanfaatan SarangBurung Walet (Collocalia SPP) di KabupatenKotabaru perlu diperbaharui untuk legalitastindakan pemerintah dan memberikan kepastianhukum bagi masyarakat di daerah;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan hurufd perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang IzinPengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

-2-

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II diKalimantan Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1820);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2013);

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang WajibDaftar Perusahaan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1982 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentangWabah Penyakit Menular (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3273);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3419);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentangPerkoperasian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1992 Nomor 116, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3502);

8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nation Convention On BiologicalDiversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-BangsaMengenai Keanekaragaman Hayati) (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3556);

9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3888)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutananmenjadi Undang-Undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4401);

-3-

10.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 134, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

11.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

12.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4725);

13.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentangPeternakan dan Kesehatan Hewan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5015);

14.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

15.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5063);

16.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentangPerumahan dan Kawasan Permukiman (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5188);

17.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (LembaranNegara Republik Indonseia Tahun 1983 Nomor 28,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3253);

-4-

19.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5145);

20.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan danHak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara RepublikIndonseia Tahun 1996 Nomor 58, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);

21.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentangPemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar(Lembaran Negara Republik Indonseia Tahun 1999Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3804);

22.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3838);

23.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000tentang Karantina Hewan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4002);

24.Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4532);

25.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005tentang Pedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor165, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4593);

-5-

26.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentangTata Hutan dan Penyusunan Rencana PengelolaanHutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4696)sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan, serta PemanfaatanHutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4814);

27.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan AntaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737);

28.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 82, Tambahan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5004);

29.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5103);

30.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010tentang Bentuk dan Tata Cara Peran MasyarakatDalam Penataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 118, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

31.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 100/Kpts-II/2003 tentang Pedoman Pemanfaatan SarangBurung Walet (collocalia spp);

32.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor13 Tahun 2010 tentang Upaya PengelolaanLingkungan Hidup dan Upaya PemantauanLingkungan Hidup dan Surat PernyataanKesanggupan Pengelolaan dan PemantauanLingkungan Hidup (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 231);

33.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 694);

-6-

34.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Daerah KabupatenKotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten KotabaruTahun 1991 Nomor 05);

35.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan YangMenjadi Kewenangan Pemerintahan DaerahKabupaten Kotabaru (Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Tahun 2007 Nomor 19);

36.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 12Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi danTata kerja Lembaga Teknis Daerah KabupatenKotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten KotabaruTahun 2011 Nomor 12, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 05);

37.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 11Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Kotabaru Tahun 2012-2032 (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012 Nomor 11,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru)Nomor 04);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU

dan

BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN PENGELOLAANDAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.

2. Bupati adalah Bupati Kotabaru.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati besertaperangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah DewanPerwakilan Rakyat Kabupaten Kotabaru.

-7-

5. Dinas atau Badan adalah Satuan Kerja PerangkatDaerah Kabupaten Kotabaru yang lingkup tugaswewenang dan tanggung jawabnya ditetapkanuntuk menjalankan fungsi pemerintahan.

6. Pejabat adalah pejabat pada lingkunganpemerintahan kabupaten Kotabaru yang diberikewenangan oleh Bupati untuk melaksanakan danmengurusi bidang-bidang tertentu daripengelolaan dan pengusahaan sarang BurungWalet di daerah.

7. Pengelolaan Burung Walet adalah rangkaianpembinaan habitat dan pengendalian populasiburung walet di habitat alami dan diluar habitatalami.

8. Habitat Alami Burung Walet adalah lingkungantempat burung Walet hidup dan berkembang secaraalami.

9. Diluar habitat alami Burung Walet adalahlingkungan tempat Burung Walet hidup danberkembang yang diusahakan dan dibudidayakan.

10. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupahamparan lahan berisi sumber daya alam hayatiyang didominasi pepohonan dalam persekutuanalam lingkungannya, yang satu dengan lainnyatidak dapat dipisahkan.

11. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yangditunjuk dan ditetapkan oleh Pemerintah untukdipertahankan keberadaannya sebagai hutantetap.

12. Hutan negara adalah hutan yang berada padatanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

13. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan denganciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokokpengawetan keanekaragaman tumbuhan dansatwa serta ekosistemnya.

14. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaankonstruksi yang menyatu dengan tempatkedudukannya, sebagian atau seluruhnya beradadi atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air.

15. Gedung adalah yang berfungsi sebagai tempatmanusia melakukan kegiatannya, baik untukhunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupunkegiatan khusus.

16. Izin prinsip adalah surat izin yang diberikan olehpemerintah/pemerintah daerah untuk menyatakansuatu kegiatan secara prinsip diperkenankanuntuk diselenggarakan atau beroperasi.

-8-

17. Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang BurungWalet di daerah adalah izin yang diberikan olehBupati kepada orang atau badan untuk mengeloladan mengusahakan sarang Burung Walet.

18. Burung Walet adalah seluruh jenis burung layang-layang yang termasuk dalam marga Collocalia yangtidak dilindungi undang-undang.

19. Dampak Lingkungan pemanfaatan dan budidayasarang Burung Walet adalah penyebaran penyakitdari burung ke manusia, dari burung keburung/unggas yang lainnya, pencemaran limbahpadat, bau, dan gangguan suara atau bunyi.

20. UKL-UPL adalah Upaya pengelolaan lingkunganhidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup,yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalahpengelolaan dan pemantauan terhadap usahadan/atau kegiatan yang tidak berdampak pentingterhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagiproses pengambilan keputusan tentangpenyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

21. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepadasetiap orang yang melakukan usaha dan/ataukegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalamrangka perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izinusaha dan/atau kegiatan.

22. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan danPemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnyadisebut SPPL, adalah pernyataan kesanggupan daripenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untukmelakukan pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup atas dampak lingkungan hidupdari usaha dan/atau kegiatannya di luar usahadan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.

23. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yangselanjutnya disebut PPNS Daerah, adalah PegawaiNegeri pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberiwewenang khusus oleh Undang-Undang untukmelakukan penyidikan terhadap pelanggaranPeraturan Daerah.

24. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yanghidup secara teratur, tunduk pada hukumnyasendiri, mempunyai pemerintahan (kepala/ketuamasyarakat adat dan pembantu-pembantunya),dan mempunyai harta materil dan immaterial.

25. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakanorang-seorang atau badan hukum Koperasi denganmelandaskan kegiatannya berdasarkan prinsipKoperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyatyang berdasar atas asas kekeluargaan.

-9-

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud Peraturan Daerah ini adalah untukmembina serta mengawasi pengelolaan danpengusahaan Sarang Burung Walet di habitatalami.

(2) Tujuan Peraturan daerah ini adalah ;

a. menjaga kelestarian habitat dan populasiBurung Walet;

b. meningkatkan produktivitas Sarang BurungWalet; dan

c. meningkatkan kesejahteraan masyarakatsetempat.

BAB III

RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Lokasi

Pasal 3

(1) Lokasi pengelolaan dan pengusahaan sarangBurung Walet berada pada habitat alami danhabitat buatan.

(2) Habitat alami Burung Walet dapat berupa Goaalam atau tebing bebatuan.

(3) Kawasan Sarang Burung Walet pada habitat alamiberupa :

a. kawasan hutan negara;

b. kawasan hutan konservasi; dan

c. kawasan hutan desa atau kawasan yangmerupakan hak masyarakat adat setempat yangdibenarkan oleh Pemerintah Daerahkeberadaannya.

(4) Habitat buatan Burung Walet dapat berupabangunan gedung atau sejenisnya.

(5) Bangunan gedung sebagaimana dimaksud padaayat (4) mengikuti ketentuan tentang PeraturanDaerah tentang Bangunan Gedung danmemperhatikan pada fungsi bangunan sertapelestarian lingkungan.

-10-

Pasal 4

(1) Bupati menetapkan lokasi pengelolaan danpengusahaan Sarang Burung Walet pada habitatbuatan.

(2) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) wajib memperhatikan fungsi dan peruntukkankawasan yang telah ditentukan dalam RencanaTata Ruang Wilayah Daerah.

(3) Kategori kawasan untuk lokasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanBupati.

Bagian Kedua

Penemuan Lokasi Sarang Burung Walet Habitat Alami

Pasal 5

(1) Setiap orang atau sekelompok orang yangmenemukan lokasi sarang Burung Walet dalamsuatu kawasan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (3) huruf a dan huruf b harusmelaporkan kepada Bupati.

(2) Laporan Penemuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dengan sepengetahuan Kepala Desa/Lurahdan Camat pada wilayah administratifnya.

(3) Kepala Desa/Lurah dan Camat memberikan suratketerangan atas penemuan Lokasi sarang BurungWalet kepada orang yang menemukannya.

(4) Sebelum diberikan surat keterangan KepalaDesa/Lurah dan Camat dengan sepengetahuanBupati melakukan pemeriksaan/penelitianlangsung ke Lapangan untuk membuat terangkebenaran temuan.

(5) Surat keterangan sebagaimana dimaksud padaayat (3) dijadikan dasar pengajuan permohonanpenetapan kepada Bupati.

Bagian Ketiga

Hak Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet Pada Habitat Alami

Pasal 6

(1) Penemu Sarang Burung Walet sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diberikan hakprioritas untuk mengelola dan mengusahakansesuai dengan ketentuan yang berlaku.

-11-

(2) Sarang Burung Walet yang berada pada kawasanhutan lindung atau hutan desa yang ditetapkanatas usulan pemerintah daerah hanya dapatdilakukan oleh masyarakat disekitar hutan.

(3) Sarang Burung Walet dalam kawasan hutan yangberada dalam penguasaan masyarakat adat yangdiakui keberadaannya oleh Pemerintah Daerah hakPengelolaan dan Pengusahaannya ada padaKomunitas Masyarakat Adat setempat.

(4) Masyarakat adat sebagaimana dimaksud pada ayat(3) hanya akan diakui selama masih ada dan dapatdibuktikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 7

Pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Waletpada habitat alami dapat dikerjasamakan dengan pihakkoperasi setempat atau badan hukum lainnya denganpersetujuan Bupati.

BAB IV

OBJEK DAN SUBJEK IZIN

Pasal 8

(1) Objek izin adalah pengelolaan dan pengusahaansarang Burung Walet pada lokasi usaha dalamwilayah daerah.

(2) Subjek izin adalah orang pribadi atau badan usahayang kegiatannya mengelola dan mengusahakansarang burung walet termasuk kelompokmasyarakat adat.

BAB V

PERIZINAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 9

(1) Setiap orang atau badan yang melakukanpengelolaan dan pengusahaan sarang BurungWalet di daerah wajib memiliki izin dari Bupati.

(2) Bupati menunjuk Instansi Daerah yang lingkuptugas dan kewenangannya mencakup bidangpelayanan perizinan pengelolaan dan pengusahaanSarang Burung Walet untuk menerbitkan izin.

-12-

Bagian Kedua

Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin

Pasal 10

(1) Izin diajukan melalui Badan Pelayanan PerizinanTerpadu dan Penanaman Modal (BP2T dan PM);

(2) Kepala BP2T dan PM mengkoordinasikan kepadaTim yang ditunjuk Bupati.

(3) Apabila lokasi yang diajukan berada dalamkawasan hutan negara atau konservasidikoordinasikan terlebih dahulu kepada DinasKehutanan Daerah.

Pasal 11

(1) Untuk permohonan pengelolaan dan pengusahaansarang Burung Walet pemohon wajib membuatProposal Rencana Pengelolaan dan Pengusahaansarang Burung Walet.

(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berisi tentang :

a. latar belakang;

b. maksud dan tujuan;

c. analisis lingkungan;

d. analisis sosial dan kemasyarakatan;

e. rencana teknis pengelolaan;

f. tenaga ahli yang diperkerjakan;

g. modal usaha (finansial); dan

h. model pemasaran hasil panen.

(3) Analisis lingkungan sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf c adalah :

a. UKL-UPL untuk pengelolaan dan pengusahaanpada habitat alami; dan

b. SPPL untuk pengelolaan dan pengusahaan padahabitat buatan.

(4) UKP-UPL atau SPPL dapat diperoleh melalui BadanLingkungan Hidup Daerah.

(5) Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf f adalah :

a. minimal D3 Teknik Lingkungan;

b. minimal D3 Budidaya Peternakan;

c. bidang lainnya yang memiliki keterkaitan ilmudengan pengelolaan dan pengusahaan sarangburung wallet; atau

d. yang sudah memiliki sertifikasi yang dikeluarkanoleh instansi terkait.

-13-

(6) Jumlah tenaga ahli yang dipekerjakan sesuaidengan besaran usaha, yang akan diatur denganPeraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Syarat Perizinan

Pasal 12

(1) Izin hanya akan diberikan apabila :

a. pemohon telah memenuhi syarat administratifdan syarat teknis;

b. khusus untuk pengelolaan dan pengusahaanpada habitat buatan titik-titik lokasinyaditentukan oleh Bupati berada diluar kawasankota.

(2) Syarat administratif, meliputi :

a. status kepemilikan tanah yang akandipergunakan untuk pengelolaan danpengusahaan Sarang Burung Walet.

b. untuk pengelolaan dan pengusahaan padahabitat alami telah memperoleh SuratPernyataan persetujuan dari KepalaDesa/Kepala Adat dengan diketahui olehseluruh warga setempat serta disahkah olehCamat terdekat.

c. untuk pengelolaan dan pengusahaan padahabitat buatan telah memperoleh SuratPernyataan Persetujuan dari Kepala Desa/Lurahdan Camat setempat.

d. mengisi formulir pendaftaran dan melampirkanproposal.

e. memperlihatkan asli dan menyerahkan copy :

1) KTP Pemohon;

2) Akta Pendirian Perusahaan (apabila pemohonberbentuk badan hukum) yang disahkan olehKantor Wilayah Kementerian Hukum danHak Azazi Manusia;

3) NPWP (untuk habitat alami) dan NPWPD(untuk habitat buatan);

4) SITU;

5) HO;

6) SIUP dan TDP; dan

7) Ijazah Tenaga Ahli.

-14-

f. menandatangani Fakta Integritas berisipernyataan bersedia mentaati danmelaksanakan seluruh ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku terkaitdengan penyelenggaraan usahanya; dan

g. membuat pernyataan akan memberdayakanmasyarakat setempat dan merekrut tenaga kerjadari warga setempat.

(4) Syarat Teknis, meliputi :

a. untuk pengelolaan dan pengusahaan padahabitat alami :

1. identitas pemohon;

2. luas areal pemanfaatan;

3. pernyataan tidak keberatan dari tetanggakiri, kanan, muka, dan belakang dilokasitempat kegiatan usaha yang dimohonkandan diketahui oleh lurah/Kepala Desa;

4. gambar Situasi lokasi tempat usaha denganmenyebutkan secara jelas jarak bangunansekitarnya dan menyebutkan pula fungsidari bangunan tersebut;

5. proposal Rencana Pemanfaatan SarangBurung Walet;

6. peta lokasi yang menunjukan batas-batastitik koordinat secara jelas dengan skala 1 :1000;

7. status tanah/lokasi pemanfaatan danpengusahaan sarang burung Walet;

8. persyaratan administrasi yang berkaitandengan legalitas bidang usaha yangbersangkutan yaitu Nomor Pokok WajibPajak (NPWP), Akte Pendirian Perusahaan,Surat Izin Tempat Usaha (SITU), IzinGangguan (HO), Surat Izin UsahaPerdagangan (SIUP);

9. tanda pelunasan pembayaran Pajak Bumidan Bangunan (PBB) 3 (tiga) tahun terakhir;

10. rekomendasi dari Camat setempat;

11. surat pernyataan bahwa pemohon akanmempekerjakan masyarakat setempat yangdiketahui lurah/Kepala Desa;

12. surat pernyataan bahwa pemohon dalammemanfaatkan dan mengusahakan sarangburung walet bersedia mentaati semuapersyaratan teknis terutama mengenaidampak lingkungan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;

-15-

13.khusus untuk pemanfaatan danpengusahaan sarang burung Waletdihabitat buatan wajib dilengkapi denganIzin Mendirikan Bangunan (IMB).

b. untuk pengelolaan dan pengusahaan padahabitat buatan :

1. Izin Mendirikan Bangunan denganperuntukkan untuk budidaya hewan;

2. luas areal pengelolaan dan pengusahaan(luas tanah dan luasan bangunan);

3. gambar situasi lokasi;

4. peta lokasi (penunjukkan batas-batas titikkordinat pada skala 1:1000);

5. penanaman Pohon yang mampu menyerapgas buangan kotoran Burung Walet denganjumlah sesuai luasan area;

6. berada dalam lokasi yang ditentukan olehBupati;

7. sistem pengelolaan dan pembuanganlimbah cair dan atau padat hasil kotoranBurung Walet.

(5) Proposal Rencana Pengelolaan dan Pengusahaansarang Burung Walet sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (1).

Bagian Keempat

Tim Penilai Perizinan

Pasal 13

(1) Bupati membentuk Tim Penilai PerizinanPengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet Daerah.

(2) Unsur Tim Penilai terdiri dari Ketua, Sekretaris,dan Anggota yang ditunjuk oleh Bupati dengansusunan :

a. Ketua adalah Asisten Perekonomian danKesejahteraan Rakyat;

b. Sekretaris adalah Kepala Bagian PerekonomianSekretariat Daerah;

c. Anggota terdiri dari :

1. Dinas Cipta Karya Permukiman danPerumahan;

2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Peternakan;

-16-

4. Dinas Pendapatan Daerah;

5. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian danPerdagangan;

6. Dinas Kehutanan;

7. BP2T dan PM;

8. BAPPEDA;

9. Badan Lingkungan Hidup Daerah;

10. Bagian Hukum dan HAM;

11. Satuan Polisi Pamong Praja;

(3) Tim penilai bertanggungjawab langsung kepadaBupati melalui Sekretaris Daerah.

(4) Tugas dan kewenangan serta pembiayaan timpenilai diatur lebih lanjut dengan KeputusanBupati.

Bagian Kelima

Penerbitan Izin

Paragraf 1

Izin Prinsip

Pasal 14

(1) Pemohon yang sudah melengkapi semuapersyaratan perizinan, sebelum diterbitkan izinpengelolaan dan pengusahaan Sarang BurungWalet diberikan izin prinsip.

(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah izin untuk persiapan lokasi pengelolaan danpengusahaan.

(3) Izin Prinsip diterbitkan berdasarkan rekomendasidari Tim Penilai Perizinan Pengelolaan danPengusahaan Sarang Burung Walet Daerah.

(4) Rekomendasi ditandatangani oleh Ketua TimPenilai.

Pasal 15

(1) Pemegang izin prinsip wajib melaporkan kemajuankegiatannya setiap 6 (enam) bulan sekali kepadaBupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin prinsip tidak dapat dijadikan dasar untukmelakukan usaha perdagangan komoditas sarangburung Walet.

-17-

Paragraf 2

Masa Berlaku Izin Prinsip

Pasal 16

(1) Izin prinsip berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapatdiperpanjang hanya untuk 1 (satu) kali untuk 1(satu) tahun berlanjut.

(2) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud padaayat (1) hanya atas persetujuan Bupati.

(3) Permohonan perpanjangan izin prinsipsebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan 60(enam puluh) hari sebelum habis masa berlakunya.

Paragraf 3

Izin Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet

Pasal 17

(1) Setiap pemegang izin prinsip yang telah dapatmenyelenggarakan/beroperasi, wajib segeramengajukan permohonan untuk mendapatkan IzinPengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet.

(2) Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet akan diberikan sepanjang izin prinsip :

a. masih berlaku/tidak lewat waktu;

b. tidak dipindahtangankan kepada pihak lainkecuali ada persetujuan Bupati; atau

c. tidak melakukan perubahan nama usaha.

Bagian Ketujuh

Masa Berlaku Izin Pengelolaan danPengusahaan Sarang Burung Walet

Pasal 18

(1) Izin berlaku selama 5 (lima) tahun.

(2) Setiap 1 (satu) tahun sekali izin wajib didaftarulang.

-18-

Bagian Kedelapan

Jangka Waktu Keputusan Perizinan

Pasal 19

(1) Keputusan atas permohonan izin dikeluarkandalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerjasejak diterimanya permohonan dan berkasdinyatakan lengkap.

(2) Izin Prinsip dapat diterbitkan apabila permohonanizin dinyatakan dapat diterima dan telah dilengkapidengan Surat Rekomendasi dari Tim PenilaiPerizinan Pengelolaan dan Pengusahaan SarangBurung Walet Daerah.

BAB VI

PENOLAKAN PEMBERIAN IZIN

Pasal 20

(1) Penolakan pemberian izin dilakukan atas dasartidak terpenuhinya syarat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12.

(2) Penolakan harus diberikan dalam bentuk tertulisdan disertai alasan yang dapat dipertimbangkanberdasarkan peraturan yang berlaku.

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 21

(1) Pemegang izin berhak untuk memanen sarangBurung Walet dan memanfaatkannya.

(2) Bentuk, waktu dan tatacara pelaksanaan panendiatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22

(1) Tim Penilai Perizinan Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet Daerah berhak meninjausecara langsung kelokasi dan mengetahuipelaksanaannya.

(2) Pemegang izin wajib memberitahukan kepada TimPenilai Perizinan Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet Daerah untuk pelaksanaanwaktu panen.

(3) Pemegang izin wajib memberikan akses kepada TimPenilai untuk melakukan pemeriksaan terhadaptempat pengelolaan dan pengusahaan sarangburung walet.

-19-

(4) Setiap hasil panen wajib dibuatkan dalam suatuberita acara hasil panen dan disahkan oleh BP2Tdan PM.

(5) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)merupakan dasar untuk penagihan pajak daerah.

Pasal 23

(1) Peredaran/pengangkutan sarang Burung Walet dariLokasi pemanenan ke tempat penampungan ataudari tempat penampungan ke tempat lain di dalamnegeri harus dilengkapi dengan Surat AngkutTumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SAT-DN).

(2) SAT-DN dikeluarkan oleh Kepala Dinas PeternakanDaerah berdasarkan Berita Acara Hasil Panen.

Pasal 24

(1) Pengedaran sarang Burung Walet ke luar negeriwajib memiliki izin usaha pengedar sarang BurungWalet Ke luar negeri dan kelengkapan lainnyasesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikeluarkan oleh Bupati.

(3) Permohonan mendapatkan Izin Pengedaran SarangBurung Walet Ke Luar Negeri dapat diajukan secarabersamaan pada saat mengajukan permohonan IzinPengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet.

Pasal 25

(1) Panen dadakan dapat dilakukan apabila dianggaptidak memungkinkan untuk penyelenggaraansesuai dengan waktu yang telah ditentukan danmengurangi tingkat resiko kerugian bagi pelakuusaha.

(2) Panen dadakan hanya dapat dilakukan sebanyak 2(dua) kali dalam waktu satu tahun berjalan dantidak untuk tahun berikutnya.

(3) Apabila pengelola tetap melakukan panen dadakandiluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) izinnya dapat dibekukan dan lokasi ditutupdengan menyegel dan menutup lubang-lubangtempat masuknya Burung Walet.

Pasal 26

(1) Terhadap kejadian sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 ayat (3) pihak pengelola dan pengusahaansarang Burung Walet wajib melakukan pengkajianulang.

-20-

(2) Izin hanya akan dikembalikan apabila:

a. yang bersangkutan telah melakukan danmenyerahkan hasil kajian penyebab gagalpanen kepada Tim Penilai Pengelolaan danPengusahaan Sarang Burung Walet Daerah;

b. mendapatkan rekomendasi kembali oleh TimPenilai Pengelolaan dan Pengusahaan SarangBurung Walet Daerah;

(3) Apabila dalam penyelenggaraannya terulangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Tim PenilaiPengelolaan dan Pengusahaan Sarang BurungWalet Daerah merekomendasikan kepada Bupatiuntuk pencabutan izin.

Pasal 27

(1) Setiap orang atau badan selaku pemegang izinwajib membuat laporan kepada Bupati melaluiBP2T dan PM setiap 6 (enam) bulan.

(2) Bentuk, materi pelaporan dan tatacara pelaporandiatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 28

Pemegang izin wajib memasang/menempatkan papannama perizinan pada lokasi pemanfaatan dan budidayayang dapat dilihat secara umum.

Pasal 29

(1) Setiap Pejabat/Petugas yang melakukanpengawasan, pemeriksaan dan/atau penelitian kelokasi pengelolaan dan pengusahaan sarangBurung Walet, wajib disertai dengan surat tugasdan identitas yang diperlukan.

(2) Pemegang izin baik itu petugas ataupunpenanggungjawab lokasi, dalam hal adanyapengawasan, pemeriksaan dan/atau penelitian,wajib untuk :

a. menerima secara wajar petugas yangberwenang memeriksa lokasi atau bangunan;dan

b. memperlihatkan dokumen perizinan ataspermintaan petugas.

Pasal 30

(1) Setiap pemegang izin dalam melaksanakankegiatan pemanfaatan dan budidaya wajibmengelola lingkungan secara berkesinambungansesuai dengan peraturan perundang-undangan.

-21-

(2) Dalam mengelola lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. mengelola pembuangan limbah cair;

b. memelihara dan mengkondisikan fungsiperalatan teknis sesuai dengan standarkelayakan;

c. menghindari terjadinya pencemaran udara, air,dan tanah;

d. menjaga kebersihan dan keindahan sertakenyamanan lingkungan di lokasi usaha; dan

e. memenuhi baku mutu kebisingan dan angkabebas jentik.

(3) Apabila terjadi dampak negatif terhadaplingkungan, baik berupa pencemaran, gangguankesehatan yang diakibatkan oleh penyebaranpenyakit dari hewan kemanusia wajib segeramelaporkan kepada Badan Lingkungan HidupDaerah, Dinas Peternakan dan Dinas KesehatanDaerah.

Pasal 31

(1) Setiap pemegang izin harus mengupayakanketertiban dan memelihara hubungan denganmasyarakat setempat secara berkesinambungan.

(2) memelihara hubungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi :

a. merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar;

b. memberdayakan masyarakat dalam pengamananlingkungan;

c. memberikan kontribusi berupa bantuan sosialkepada masyarakat;

d. menyerahkan ganti rugi kepada setiap orangyang mengalami kerugian fisik maupun non fisiksebagai akibat kegiatan pengelolaan danpengusahaan sarang Burung Walet.

BAB VIII

PENGAWASAN

Pasal 32

Untuk melaksanakan pengawasan terhadappelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepadaTim Penilai Perizinan Pengelolaan dan PengusahaanSarang Burung Walet Daerah atau Pejabat yangditunjuk oleh Bupati.

-22-

Pasal 33

(1) Di samping pemerintah daerah, pengawasan jugadilakukan oleh masyarakat dalam bentuk peranserta masyarakat dalam penyelenggaraanpengelolaan dan pengusahaan Sarang BurungWalet Daerah:

a. memantau dan menjaga ketertiban;

b. menyampaikan pendapat dan pertimbangankepada Bupati terhadap pengelolaan danpengusahaan sarang Burung Walet pada HabitatAlami dan penyusunan rencana titik-titik lokasi,tata bangunan dan lingkungan, rencana teknisbangunan yang diperuntukkan untuk fungsipengelolaan dan pengusahaan sarang BurungWalet pada habitat buatan; dan

c. melaksanakan gugatan perwakilan terhadappengelolaan dan pengusahaan sarang BurungWalet yang mengganggu, merugikan, dan/ataumembahayakan kepentingan umum.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran masyarakatdalam penyelenggaraan pengelolaan danpengusahaan sarang Burung Walet mengikutiketentuan dan peraturan yang berlaku.

BAB IX

SANKSI TERHADAP PELANGGARAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 34

Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidakmemenuhi kewajiban dalam kegiatan pengelolaan danpengusahaan sarang Burung Walet sebagaimanadimaksud dalam Peraturan Daerah ini dikenai sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana.

Bagian Kedua

Sanksi Administratif

Pasal 35

(1) Sanksi administratif sebagaimana di maksud dalampasal 34 dapat berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan pengelolaandan pengusahaan;

-23-

c. pembekuan izin pengelolaan dan pengusahaan;

d. pencabutan izin pengelolaan dan pengusahaan;

e. perintah pembongkaran bangunan rumah/gedung; atau

f. perintah peledakan goa atau tebing bebatuansebagai upaya terakhir dari dari pemerintahdaerah mengatasi ketidaktertiban masyarakat.

(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tehadap pengelolaan danpengusahaan pada habitat buatan dapat dikenakansanksi denda paling banyak 20% dari nilaibangunan yang dipergunakan untuk pengelolaandan pengusahaan sarang Burung Walet yang tidakmengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPeraturan Daerah ini.

(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) ditentukan oleh berat danringannya pelanggaran yang dilakukan.

(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disetorkan ke kas daerah.

BAB X

PENYIDIKAN

Pasal 36

(1) Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, Penyidikanatas tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerahini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil(PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yangpengangkatannya sesuai dengan PeraturanPerundang-Undangan.

(2) Dalam melakukan Tugas Penyidikan, PenyidikPegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1)pasal ini berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dariseseorang adanya tindak pidana pelanggaran;

b. melakukan tindakan pertama pada kejadian danmelakukan Pemeriksaan saat itu ditempat;

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka danmemeriksa Tanda Pengenal diri tersangka;

d. melakukan Penyitaan Benda dan/atau Surat;

e. memanggil seseorang untuk didengar dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;

f. mendatangkan orang ahli yang dipergunakandalam hubungannya dengan pemeriksaanperkara; dan

-24-

g. mengadakan penghentian Penyidikan setelahmendapat Petunjuk dari Penyidik bahwa tidakterdapat Bukti atau Peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak Pidana dan selanjutnyamelalui Penyidik memberitahukan hal tersebutkepada Penuntut Umum, tersangka dankeluarganya.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 37

(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuanPasal 9 ayat (1) dikenakan sanksi pidana kurunganmaksimal 6 (enam) bulan atau denda maksimalsebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

SENGKETA DAN PENYELESAIANNYA

Pasal 38

Apabila dalam operasionalnya terjadi sengketalingkungan hidup baik itu penyelesaian sengketa, hakgugat pemerintah daerah, masyarakat dan atauorganisasi lingkungan hidup, ganti kerugian danpemulihan lingkungan, tanggungjawab mutlak dantenggang waktu gugatan, maupun gugatan administratifmengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalamUndang-Undang tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

(1) Izin yang telah diberikan sebelum peraturan daerahini, dinyatakan masih tetap berlaku dan wajibdiperbaharui dan mengikuti ketentuan yang telahditetapkan dalam peraturan daerah ini.

-25-

(2) Bagi penyelenggaraan pengelolaan danpengusahaan sarang Burung Walet yang telah adadan telah mendapat izin sebelum Peraturan Daerahini, yang berada di wilayah kawasan kota wajibdialihkan ketitik-titik lokasi yang ditetapkan olehBupati.

(3) Pengalihan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diberikan batas waktu sampai dengan bulanDesember Tahun 2017.

Pasal 40

(1) Pemanfaatan sarang Burung Walet pada kawasanhutan produksi hanya dapat diizinkan apabilastatus tanah lokasi pemanfaatan berupapemungutan atau budidaya telah dikeluarkanterlebih dahulu dari kawasan hutan.

(2) Apabila tanah sebagai lokasi pemanfaatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dikuasaidengan hak tertentu sesuai ketentuan yangberlaku, izin pemanfaatan baru dapat diberikansetelah terselesaikannya peralihan hak tersebutsesuai dengan tata cara yang diatur dalamperaturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan ayat (2) tidak berlaku apabila tanah yangdimaksud berupa hutan desa atau dilarang untukmemanfaatkannya.

Pasal 41

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku,Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 04Tahun 2008 tentang Izin Usaha Pengelolaan danPemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocalia spp) diKabupaten Kotabaru (Lembaran Daerah KabupatenKotabaru Tahun 2008 Nomor 04) beserta peraturanpelaksananya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 42

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diaturdengan Peraturan Bupati.

-26-

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenKotabaru.

Ditetapkan di Kotabarupada tanggal 26 Maret 2013

BUPATI KOTABARU,

ttd

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabarupada tanggal 26 Maret 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

ttd

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUTAHUN 2013 NOMOR 11

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 11 TAHUN 2013

TENTANG

IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

I. UMUM

Usaha sarang burung walet di Kabupaten Kotabarumerupakan salah satu bidang usaha yang dilakukan masyarakatbaik secara perorangan atau badan. Eksistensi usaha ini tidaklepas dari kondisi kesuburuan alam dan letak geografis kawasanyang mendukung untuk pengelolaan habitat burung walet padalingkungan alami atau penangkaran/budidaya pada lingkunganbuatan.

Eksistensi keberadaan Usaha Burung Walet di KabupatenKotabaru telah banyak menimbulkan persoalan, bagi pemerintahdaerah sendiri usaha ini sebenarnya aset yang bermanfaat bagipeningkatan Pendapatan Asli Daerah namun banyak hal yang mestidiperhatikan dalam pemberdayaan usaha ini oleh PemerintahDaerah. Adapun perihal yang menjadi perhatian penting meliputi :1. Pengelolaan sarang burung walet di habitat alami :

a. Penyelesaian konflik antar kepentingan.b. Penguasaan area yang disepakati memberikan hasil sesuai

dengan hak yang dimiliki.c. Perhatian kepada eksistensi masyarakat adat yang memang

ada dan diakui keberadaannya secara Undang-Undangterkait dengan hak penguasaan dan pemungutan hasilhutan yang diatur dalam Peraturan Pemanfaatan HasilHutan.

d. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.e. Manajemen audit terhadap perolehan hasil usaha secara

transparan dan akuntabel.f. Pelaporan kepada pemerintah daerah.g. Pengendalian oleh pemerintah daerah melalui perizinan

dan sanksi.h. Pajak sarang burung walet.

2. Penangkaran/Pembudidayaan pada habitat non alami (buatan) :a. Fungsi dan peruntukkan kawasan sebagaimana diatur

dalam Penataan ruang Wilayah Kabupaten.b. Bangunan gedung yang sesuai dengan fungsi dan

peruntukkannya serta mengacu pada aturan tentangbangunan gedung.

c. Kesehatan lingkungan.d. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

1) Pembuangan limbah.2) Bunyi-bunyian yang mengganggu masyarakat sekitar.

e. Pengendalian oleh pemerintah daerah melalui perizinandan sanksi.

f. Pajak sarang burung walet.

-2-

Pemerintah daerah tentunya memerlukan instrumen hukumberupa peraturan daerah untuk mengendalikan keberadaan usaha-usaha burang walet di daerah. Kabupaten Kotabaru pada dasarnyasudah memiliki Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentangIzin Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocaliaspp) di Kabupaten Kotabaru. Sejauh ini Peraturan Daerah tersebutdianggap memiliki beberapa kelemahan yang menjadikan suatukeadaan tidak terkendali sebagaimana mestinya, oleh karena itudilakukan pengkajian ulang untuk menggantikan keberadaannyadengan Peraturan Daerah yang baru menyesuaikan pada kondisidan hierarki peraturan perundang-undangan yang berlaku.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Burung Walet merupakan salah satu satwa bebasyang hidup bergantung dengan kondisi alam,lintasan bentang alam yang mereka lakukan dalammencari makan, dan dapat dipengaruhi olehrekayasa manusia untuk mereka menempati suatuhabitat buatan. Antara habitat buatan dan habitatalami dapat terjadi disorientasi bagi burung waletdimana mereka memilih tinggal, sedangkan satwabebas pada hakikatnya berada pada habitat alamisebagai mata rantai kehidupan, apabila burungwalet berpindah tidak lagi berada pada habitat alamidapat berpengaruh pada mata rantai kehidupandikawasan hutan. Dengan demikian harusdiperhitungkan keseimbangan alam yang mestidibijaksanai oleh manusia.

Huruf bPeningkatan produktivitas akan menaikkan PADyang dipungut melalui pajak sarang burung waletoleh Pemerintah Daerah, usaha peningkatanproduktivitas dilakukan dengan berdasarkanmetode dan pengkajian yang telah ada dalammemahami perilaku burung walet, dalam hal iniantara pengusaha dan pemerintah, para pelakuusaha berkewajiban menjalin hubungan sebagaimitra Pemerintah Daerah melalui Dinas terkait.

-3-

Huruf cPeningkatan kesejahteraan masyarakat setempatdimaksudkan, bagi pelaku usaha dalam satukawasan berkewajiban melakukan tanggungjawabsosial sebagaimana jenis usaha yang mengambilkeuntungan dari sumber daya alam, dan dapatmengakibatkan beban sosial disekitarnya. Selain itukekayaan berupa sumber daya alam hayatimerupakan hak dari seluruh bangsa yangdiperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakatdengan diusahakan oleh pelaku usaha dibebankankepada para pelaku usaha untuk mensejahterakanmasyarakat sekitarnya secara berkesinambungan,melalui program langsung atau tidak langsung yangnyata berkelanjutan dalam suatu program tahunan,hal ini juga untuk menjaga kondisi suatu usahaagar tidak terjadi pertautan dengan masyarakatsekitar.Bentuk-bentuk peningkatan kesejahteraan secaralangsung dapat berupa bantuan keuangan padapeserta didik sekolah (pembiayaan), padamasyarakat yang memerlukan biaya pengobatan,pada masyarakat yang cacat atau manula. Bantuantidak langsung berupa pemenuhan sarana danprasarana penunjang aktivitas warga masyarakatsekitar usaha. Semua bantuan yang wajibdilaksanakan harus diikatkan dalam suratpernyataan antara pemberi dan penerima bantuandan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dandiberitahukan kepada Camat untuk diserahkankepada Bupati.

Pasal 3Ayat (1)

Sebagaimana kondisi eksisting Kabupaten Kotabaruberupa kawasan hutan, permukiman, industri, pelabuhandengan jenis habitat berupa alami dan diluar habitatalami atau ditempatkan atau menempati suatubangunan/rumah.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan diBidang Kehutanan kepada Daerah, Sarang Burung Walettermasuk yang diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota.

Ayat (4)Kategori bangunan termasuk dermaga pada sisi bawahsebagai tempat yang sering dijadikan Burung Waletmenempelkan sarangnya.

Ayat (5)Cukup jelas

-4-

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Dalam rangka melaksanakan perintah undang-undangbidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdan kesehatan, serta tidak mengakibatkan terganggunyapola ekosistem lingkungan lokasi Sarang Burung Waletyang merupakan rekayasa/buatan ditempatkan padalokasi diluar kawasan kota atau permukiman padatpenduduk serta menjaga ekosistem diperlukan ketelitianuntuk titik-titik lokasi dari pola hidup Burung Walet yangada di Kabupaten Kotabaru, hal ini menjaga eksistensinyauntuk tetap ada di wilayah daerah.

Pasal 5Ayat (1)

Kewajiban lapor merupakan hak dari Kepala Daerahselaku penguasa daerah secara ketatanegaraan untukmengatur dan menertibkan wilayahnya, pelaporanmemuat identifikasi penemu dan menunjukkan hasiltemuan dalam sifat sementara belum mendapatkanputusan atau disahkan atas hasil temuannya.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Pemeriksaan adalah untuk mengklarifikasi kebenaranfakta atas suatu temuan dan menghindari terjadinyaketidaktertiban wilayah.

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undanganlebih tinggi.

Ayat (3)Sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undanganlebih tinggi.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

-5-

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 9Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 10Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 11Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eRencana teknis diperlukan dalam rangka agarterpenuhinya prinsip-prinsip penyelenggaraanPengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Waletbahwa setiap Pengelolaan dan Pengusahaan SarangBurung Walet wajib mengoptimalkan upayamelestarikan lingkungan hidup, meningkatkankesejahteraan rakyat, tidak bertentangan dengannorma-norma yang ada di masyarakat serta tidakbertentangan dengan kepentingan umum.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

-6-

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cYang dimaksud bidang lainnya adalah yangmempunyai keterkaitan dengan ilmu kesehatanlingkungan, ilmu keindahan dan nilai estetikabangunan dan lingkungan serta ilmu sosial budayakarena Penempatan lokasi pengelolaan danpengusahaan sarang burung walet harusmemperhatikan aspek-aspek dimaksud.

Huruf dCukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Pasal 12Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 13Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 14Ayat (1)

Cukup jelas.

-7-

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 15Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 19Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 20Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

-8-

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 26Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 27Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 28Cukup jelas.

-9-

Pasal 29Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 30Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 31Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 36Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

-10-

Pasal 39Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 40Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42Cukup jelas.

Pasal 43Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUNOMOR 10