Bunuh Diri Dengan Senjata API
-
Upload
dudi-uchiha -
Category
Documents
-
view
85 -
download
1
Transcript of Bunuh Diri Dengan Senjata API
BUNUH DIRI DENGAN SENJATA API
I. PENDAHULUAN
Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian terjadi. Cara
kematian secara garis besar dapat dikategorikan mati secara wajar (alami),
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau tidak dapat ditentukan. [1]
Setiap tahun, jumlah kasus bunuh diri melebihi jumlah pembunuhan di Amerika
Serikat, dan senjata api yang terlibat, hingga dua-pertiga dari kasus bunuh diri.
Pengetahuan umum karakteristik dari luka tembakan bunuh diri dapat membantu
menghindari kesalahan mengambil kesimpulan. [2]
Fenomena bunuh diri di beberapa wilayah di Indonesia semakin hari semakin
meningkat. Seperti penyakit menular, bunuh diri menjadi trend alternatif
penyelesaian masalah dalam hidup seseorang. Dengan cara dan latar belakang yang
berbeda-beda, bunuh diri dilakukan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. [3]
Tindakan bunuh diri dilakukan seseorang dengan berbagai cara, yaitu : gantung
diri, minum obat tidak sesuai dosis yang dianjurkan, minum racun, memotong urat
nadi, terjun dari lantai atas atau jembatan, membakar diri, tembak diri, tabrak diri,
dan sebagainya. [3]
Sekitar 60 persen dari semua kasus pembunuhan dan bunuh diri di Amerika
Serikat berkaitan dengan senjata api. Adanya pistol di rumah meningkatkan risiko
hampir lima kali lipat bunuh diri dan resiko hampir tiga kali lipat pembunuhan. [4]
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh
diri. Dalam bunuh diri dengan tembakan, dengan pistol, rifle, atau senapan, target
yang disukai adalah sesuai urutan yaitu kepala, dada dan perut. [5]
1
II. DEFENISI
A. Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan untuk mencabut nyawa diri sendiri dengan
menggunakan berbagai macam cara, baik secara langsung maupun secara perlahan-
lahan. Bunuh diri juga diartikan sebagai perbuatan untuk menamatkan hidup atau
perbuatan mengakhiri penderitaan diri sendiri karena ketidaksanggupan untuk
berhadapan dengan sesuatu atau beberapa persoalan yang dianggap tidak dapat
ditangani. [3]
Tindakan bunuh diri dilakukan seseorang dengan berbagai cara, yaitu :
gantung diri, minum obat tidak sesuai dosis yang dianjurkan, minum racun,
memotong urat nadi, terjun dari lantai atas atau jembatan, membakar diri, tembak
diri, tabrak diri, dan sebagainya. Cara orang melakukan bunuh diri ini kadang
tergantung dari latar belakang si pelaku bunuh diri, meliputi antara lain latar
belakang persoalan yang dihadapi, pendidikan, status sosial, dan ekonomi. Namun
demikian tidak semua latar belakang ini menunjukkan kepastian cara seseorang
melakukan bunuh diri, karena fakta (cara seseorang bunuh diri) dengan latar
belakang pribadinya tidak selalu berbanding lurus. [3]
Setiap tindakan manusia senantiasa dipengaruhi oleh motif yang melatar
belakanginya. Demikian juga dengan orang yang melakukan bunuh diri. Seseorang
melakukan tindakan bunuh diri dengan berbagai alasan yang berbeda, misalnya:
sakit (kejiawaan, fisik : cacat, patah hati), tekanan (ekonomi, kesedihan), malu
(hamil di luar nikah, karena miskin, diejek), kebosanan yang berlebihan, dan
sebagainya. [3]
2
B. Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. [6]
Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal
berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama. [6]
Senjata api adalah rakitan dari laras dan aksi yang mana sebuah proyektil yang
didorong oleh produk pembakaran. [7]
“Senjata Api” berarti setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun yang
belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau
dirubah, atau yang dapat dirubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil
akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah
terbakar di dalam alat tersebut, dan termasuk perlengkapan tambahan yang
dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada alat demikian. [8]
Pengertian senjata api berdasarkan ordonansi Senjata Api tahun 1939 juncto
Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 adalah termasuk juga : [8]
a. Bagian-bagian dari senjata api
b. Meriam-meriam dan vylamen werpers (penyembur api) termasuk bagiannya
c. Senjata-senjata tekanan udara dan tekanan per tanpa mengindahkan kalibernya,
senjata api imitasi seperti alarm pistolen(pistol tanda bahaya), start revolvers
(revolver perlombaan), shijndood, pistolen(pistol suar), schijndood
revolvers(revolver suar) dan benda-benda lainnya sejenis itu, yang dapat
dipergunakan untuk mengancam atau menakut-nakuti begitu pula bagian-bagiannya.
3
III. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 60 % dari semua kasus pembunuhan dan bunuh diri di Amerika
Serikat berkaitan dengan senjata api. Adanya senjata di rumah meningkatkan risiko
lima kali lipat bunuh diri dan resiko hampir tiga kali lipat pembunuhan. [2]
Senjata api merupakan metode yang sangat mematikan dan efektif dari
mencoba bunuh diri. Karena sifatnya, cedera senjata api yang dihasilkan dari usaha
bunuh diri yang sering fatal. Penelitian di Kanada dan Amerika Serikat menunjukkan
bahwa lebih banyak orang yang mencoba bunuh diri dengan senjata api berhasil
daripada mereka yang memilih metode lain. Sebuah studi Selandia Baru yang tampak
pada upaya bunuh diri berhasil dan tidak berhasil menunjukkan bahwa di antara
percobaan bunuh diri yang serius, tingkat kematian bervariasi dengan metode yang
digunakan. Metode dengan tingkat kematian tertinggi adalah: tembak (83,3%),
gantung (82,4%) dan keracunan karbon monoksida (66,7%). [9]
Pada 1970-an, senjata api bunuh diri mewakili 35,6 % dari total jumlah kasus
bunuh diri di Kanada. Angka turun menjadi 32 % pada 1980 dan 27,8 % dalam enam
tahun pertama dari tahun 1990-an. Pada tahun 1995, hampir seperempat dari 4.000
orang yang melakukan bunuh diri di Kanada menggunakan senjata api. [9]
Berbeda dengan situasi yang berlaku di Amerika Serikat, di mana pistol yang
lebih umum digunakan dalam upaya bunuh diri, jelas dari data yang tersedia bahwa
ketika senjata api yang digunakan dalam upaya bunuh diri di Kanada, umumnya
cenderung menjadi senjata yang panjang. Laporan dari Grup Penyelundupan Senjata
Api termasuk informasi pada semua senjata api pulih dalam satu tahun oleh sepuluh
lembaga kepolisian di seluruh negeri. Delapan puluh persen dari 264 senjata api pulih
yang telah terlibat dalam percobaan bunuh diri adalah adalah senjata laras panjang. [9]
Dari semua data yang termasuk dalam The National Center For Health
Statistic Mortality menggunakan CDC WONDER, International Classification of
Disease, 9th revision (ICD-9). Kode untuk bunuh dengan senjata api (E955,0-E955,4),
semua bunuh diri (E965,0-E965,4). Pada tahun 1998 di Amerika Serikat, 30.575
orang bunuh diri, dengan rata-rata 11,3 per 100.000 populasi. [10]
4
Gambar 1. Metode bunuh diri di Amerika Serikat berdasarkan jenis kelamin pada
tahun 1998. [10]
Diantara semua kasus bunuh diri pada tahun 1998 di Amerika Serikat,
terdapat sebanyak 57% (17.424) kasus bunuh diri dengan senjata api, sehingga bunuh
diri dengan senjata api adalah metode bunuh diri yang paling tinggi. [6]
Gambar 2. Bunuh diri dan pembunuhan dengan senjata api. [10]
Dari tahun 1980-1998, kasus bunuh diri dengan senjata api lebih tinggi dari
pada kasus pembunuhan pada 100.000 populasi. [10]
5
Pola-pola bunuh diri senjata api tidak identik dengan pola keseluruhan
bunuh diri. Pria empat kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri dibandingkan
perempuan dan mereka 13 kali lebih mungkin untuk melakukannya dengan senjata
api. Diantara laki-laki yang bunuh diri, usia tampaknya menjadi faktor lain yang
mempengaruhi pilihan senjata api sebagai metode bunuh diri. Tingkat bunuh diri
laki-laki, di Kanada maupun di negara-negara barat kebanyakan, cenderung terendah
untuk remaja, meskipun angka ini telah meningkat tanpa penjelasan selama 1970-an
dan 1980-an. [9]
IV. JENIS SENJATA API
Secara umum, senjata api terbagi menjadi dua tipe: Handguns dan long guns .
Handguns yang dirancang untuk ditembakkan hanya dipegang dengan tangan,
sedangkan long guns untuk ditembakkan dari bahu. Revolver dan pistol termasuk
dalam handguns. Rifles, shotguns, machine guns, dan submachine guns termasuk
dalam long guns. [11]
Gambar 3. Revolver [11] Gambar 4. Pistol [11]
6
Gambar 5. Rifle [11] Gambar 6. Shotgun [11]
Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata
genggam yang beralur; sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang
biasa dipakai untuk olahraga berburu yang larasnya tidak beralur, jarang dipakai untuk
maksud-maksud kriminal. [12]
Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud-maksud kriminal
dapat dibagi dalam dua kelompok, dimana dasar pembagian tersebut adalah arah
perputaran alur yang terdapat di dalam laras senjata. [12]
1. Senjata api dengan alur kiri : [12]
- Dikenal sebagai senjata tipe COLT
- Kaliber senjata yang banyak dipakai : kaliber 0,36, kaliber 0,38 dan kaliber
0,45
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban, yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari bagian
basis anak peluru
2. Senjata api dengan alur kanan : [12]
- Dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON (tipe SW)
- Kaliber senjata yang banyak dipakai : kaliber 0,22; 0,36; 0,38; 0,45; 0,46
- Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban, yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian
basis anak peluru
7
Penggolongan senjata api menurut versi TNI/POLRI: [8]
a. Pistol/ revolver, dari berbagai macam tipe dan kaliber
b. Pistol Mitraliur, dari berbagai macam tipe dan kaliber
c. Senapan, dari berbagai macam tipe dan kaliber
d. Senapan mesin, dari jenis senapan mesin ringan dan berat
e. Roket Launcher, dari berbagai macam.
f. Mortir, dari berbagai macam
g. Meriam, dari berbagai macam, dan Peluru kendali, dari berbagai macam
Peluru untuk jenis senjata api berlaras beralur berbeda dari peluru untuk senjata api
beralur licin. Secara skematik dapat tampak pada gambar berikut : [12, 13]
Gambar 7. (A) Peluru untuk smooth bore jenis Shotgun (B) Peluru untuk laras beralur
jenis Rifled. [13]
Anak peluru untuk senjata api jenis revolver umumnya terbuat dari timah hitam
yang kadang-kadang berselaput plastik, sedangkan anak peluru untuk jenis pistol dan
senjata api berlaras panjang umumnya terbuat dari timah hitam sebagai inti yang
dibalut dengan tembaga, kuningan, atau nikel sebagai mantel. [12]
Garis tengah anak peluru senapan biasanya berukuran 7-9 mm dengan panjang 25-
39 mm dan berat 9-14 gram. Anak peluru yang digunakan pada senapan mesin
umumnya lebih kecil dan lebih ringan, 5,56 gram dan 3,5 gram. [12]
V. LUKA TEMBAK BUNUH DIRI
8
Jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi. Pada umumnya luka tembak
tempel atau kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Dalam bunuh diri dengan
tembakan, dengan pistol, rifle, atau senapan. Target yang disukai adalah sesuai
urutan yaitu kepala, dada dan perut. Jika didapatkan jarak tembak yang lebih besar
dari panjang lengan korban, maka kasus tersebut bukan kasus bunuh diri. [2, 5, 12, 13]
Pada luka tembak tempel (kontak), terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk
luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: [5]
1. Sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu : jumlah gas yang
diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memiliki hubungan dengan kecepatan
melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan
melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah
gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan
terhadap anak peluru.
2. Efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru : Makin efisien pelindung
tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata
sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh.
3. Ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan : Keberadaan
lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan
menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju
jaringan yang lebih dalam.
Luka tembak tempel (contact wounds) : [12]
- Jika moncong senjata tegak lurus dengan kulit, luka biasanya berbentuk
bundar, bila membentuk sudut akan berbentuk oval
- Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakan, bila
tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat disebut
soft contact.
- Umumnya luka berbentuk bundar, yang dikelilingi kelim lecet yang sama
lebarnya pada setiap bagian
9
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah coklat, yang
menggambarkan bentuk dari moncong senjata; ini yang disebut jejas laras
- Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,
jelaga dan minyak pelumas
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb
- Oleh karena peluru meledak dalam tubuh, maka jaringan di bawah kulit serta
jaringan yang lebih dalam akan mengalami kerusakan yang hebat
- Pada luka tembak tempel atau jarak dekat, maka peluru (pellet) akan masuk ke
dalam tubuh dalam satu kesatuan (en masse)
- Dalam tubuh, masing-masing pellet akan saling berbenturan sehingga terjadilah
dispersi atau penyebaran pellet ke seluruh tubuh, fenomena ini dikenal dengan
nama “billiard ball richochet effect”
- Bentuk luka tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan atau densitas jaringan
yang berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bintang dan terdapat jejas laras
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bundar dan terdapat jejas laras
c. Luka tembak tempel di daerah perut, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bundar dan kemungkinan besar tidak ada jejas laras.
Cara yang biasa dilakukan : [5]
- Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
- Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring.
Sasarannya: [5]
a. Daerah temporal
10
b. Dahi sampai occiput
c. Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung
laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar
melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan
robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan
menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini
dinamakan schot hand. Dapat dijumpai cadaveric spasme pada kasus bunuh diri,
yaitu tangan yang menggengam senjata. Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu
yang ikut menembus kulit, dapat dicari antara kulit dengan tabula eksterna, dan antara
tulang kepala dengan tabula interna. [5, 6]
A. B.
Gambar 8. (A)Wanita ini menembak kepalanya sendiri. (B) Ada laserasi yang luas
di sekitar luka. Ini khas dari sebuah peluru kaliber besar. Perhatikan bubuk di
sekitar tepi luka. [15]
11
A. B. C. D.
E.
Gambar 9. (A) Seorang laki-laki ditemukan duduk di meja makan. Ia bunuh
diri dengan menembak dirinya sendiri di kepala. (B) Dia masih duduk setelah
cedera. Darah telah menggenang ke lantai. (C) Senjata tetap dalam genggaman
tangannya (D) Pemandangan yang berbeda dari senjata di tangannya dan jelas luka
tembus keluar ke atas kepalanya. Pintu masuk luka di mulut tidak bisa diperiksa di
lokasi kejadian (E) Anak panah menunjukkan sebuah lubang bekas peluru. Ada juga
percikan darah di sebelah kanan lubang. Temuan ini memberikan petunjuk pada
pemeriksa mengenai posisi tubuh pada waktu senjata ditembakkan. [15]
12
A. B.
Gambar 10. A dan B : Shotguns and high-power rifles, yang seringkali berlaras
panjang. Dalam kasus luka tembak bunuh diri, tentu muncul pertanyaan bagaimana cara
mereka menarik pelatuk untuk menembak. Harus dilakukan pengukuran panjang lengan
pada saat autopsi. Diukur juga jarak antara pintu masuk luka sampai ujung jari tengah
dari lengan yang terentang. Tapi ingat, banyak cara menarik pelatuk, misalnya dengan
ujung jari kaki atau dengan tongkat. [16]
VI. PEMERIKSAAN LUKA TEMBAK BUNUH DIRI
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by
volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa
yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi,
luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat
dilakukan dengan akurat. [5]
13
Luka tembak adalah penyebab kematian paling banyak pada pembunuhan
dalam wilayah metropolitan di Amerika Serikat. Oleh karena itu, ahli patologi yang
melakukan otopsi forensik harus memiliki pengetahuan dari luka tembak dan
dokumentasi yang tepat untuk mereka. [16]
Pemeriksaan mayat luar dan dalam (otopsi), harus dilakukan dalam
hubungannya untuk menetukan sebab kematian yang pasti. Di dalam laporan hasil
pemeriksaan yang dibuat dokter (VER) , harus mencakup dan dapat memberikan
kejelasan bagi pihak penyidik khususnya dan peradilan pada umumnya; yaitu
tentang : identitas korban, sebab kematian, perkiraan saat kematian (untuk
mempersempit dan mengarahkan penyidikan dalam kaitannya dengan alibi
seseorang), cara kematian (yang di dalam hal ini terbatas pada penafsiran apakah
kematian korban karena perbuatan orang lain, yang berarti kemungkinan kasus
pembunuhan; ataukah karena perbuatan korban sendiri, yang mungkin memang
dikehendaki korban ataukah korban terpaksa mengakhiri hidupnya atas paksaan orang
lain), dan memperkirakan jenis serta sifat-sifat dari senjata atau benda yang
menyebabkan luka. Dengan demikian pada VER, harus dihindari pemakaian kata-kata
pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan. [12]
A. Pemeriksaan Luar
Pada umumnya luka tembak tempel atau kontak adalah merupakan
perbuatan bunuh diri. Luka tembak tempel : [12]
- Jika moncong senjata tegak lurus dengan kulit, luka biasanya berbentuk bundar,
bila membentuk sudut akan berbentuk oval
- Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakan, bila
tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat disebut
soft contact.
- Umumnya luka berbentuk bundar, yang dikelilingi kelim lecet yang sama
lebarnya pada setiap bagian
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah coklat, yang
menggambarkan bentuk dari moncong senjata; ini yang disebut jejas laras
14
- Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,
jelaga dan minyak pelumas
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb
- Bentuk luka tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan atau densitas jaringan
yang berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bintang dan terdapat jejas laras
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bundar dan terdapat jejas laras
c. Luka tembak tempel di daerah perut, mempunyai ciri ; luka berbentuk
bundar dan kemungkinan besar tidak ada jejas laras.
Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan
menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini
dinamakan schot hand. Dapat dijumpai cadaveric spasme pada kasus bunuh diri,
yaitu tangan yang menggenggam senjata. [8, 12]
B. Pemeriksaan Dalam
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit,
dapat dicari antara kulit dengan tabula eksterna, dan antara tulang kepala
dengan tabula interna. [5, 8]
Luka tembak pada tulang, khususnya tulang pipih akan menunjukkan
kelainan yang khas, sehingga walaupun pada tubuh korban telah mengalami
pembusukan masih tetap akan dapat dikenali dari bagian sebelah mana peluru
masuk dan pada bagian mana peluru tersebut keluar. Luka tembak pada kepala
merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan yang dimaksud. [12]
Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula externa akan
lebih kecil dibandingkan dengan lubang pada tabula interna, sehingga
membentuk corong yang membuka ke dalam. [12]
15
Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan
luka tembak keluar (LTK). LTK umumnya lebih besar dari Luka Tembak
Masuk (LTM) akibat terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya anak
peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. Pada anak
peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan
terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru. [8]
Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada luka tembak
masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara
pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik,
pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologi. [12]
1. Pemeriksaan Mikroskopik : [5, 12]
Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak
banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit
dan jaringan dibawah kulit.
2. Pemeriksaan Kimiawi : [5, 12]
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat
ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia
yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur
kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan
ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan
atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di
sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada
tangan yang menggenggam senjata.
16
3. Pemeriksaan Radiologi : [5, 12]
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula
bila ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury” dapat
ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada
tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban
ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” , yang tidak beralur, dimana dalam
satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh
senjata jenis rifled. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut
atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan
pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu
dengan ditemukannya anak peluru pada foto rongent.
Gambar 10. (A) Foto kepala anterior menunjukkan luka masuk (mata anak panah)
di regio temporal dextra dengan potongan logam yang tersebar di seluruh jaringan
otak. (B) Foto kepala lateral menunjukkan distribusi potongan-potongan logam di
bagian anterior - posterior. Penjepit kertas menandai pintu masuk luka. Perhatikan
juga patahan kecil calvarium. [2]
Kasus penembakan merupakan kasus khusus yang memerlukan penjelasan
lain yang perlu disampaikan dokter melalui Visum et Repertum (VER), yaitu : [12]
- Apakah benar luka pada korban adalah luka tembak
- Luka tembak masuk atau luka tembak keluar
17
- Diameter anak peluru dan kaliber serta jenis senjata api yang dipergunakan
- Jarak penembakan
- Arah penembakan
- Posisi korban dan posisi penembak
- Berapa kali korban ditembak dan apakah luka tembak tersebut yang menyebabkan
kematian serta luka tembak yang mana yang menyebabkan kematian bila terdapat
lebih dari satu luka tembak masuk.
VII. PERBEDAAN BUNUH DIRI, PEBUNUHAN, DAN KECELAKAAN
Perbedaan antara pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan : [14]
1. Jika jarak atau rentang lengan lebih panjang dibandingkan jarak tembak, berarti
bukan tindakan bunuh diri. Dengan pistol, korban mudah menembak diri mereka
sendiri di kepala, mulut, leher dan bagian depan dari dada. Sedangkan jika
menggunakan senjata berlaras panjang, di pelipis, mulut dan leher.
2. Jika tidak terdapat senjata api di TKP, bunuh diri dapat disingkirkan kecuali
seseorang telah mengambilnya
3. Bunuh diri, memilih lokasi tertentu seperti , dahi, pelipis, mulut, dibawah dagu
dan jantung.
4. Meskipun biasanya hanya ada satu tembakan. Tapi, bisa terdapat lebih dari satu
tembakan, tampak sangat fatal, dan ditimbulkan berurutan. Kadang-kadang, spasme
dapat menyebabkan jari untuk menarik pelatuknya lagi, jika senjata tersebut
otomatis.
5. Di negara Barat, perempuan jarang menembak diri mereka sendiri, baik
kecelakaan atau bunuh diri. Perempuan tidak memiliki ketertarikan dengan senjata
api yang biasa dimiliki pria dan jarang memiliki atau keinginan untuk akses dengan
senjata api. Seperti dengan semua situasi, ada pengecualian, tetapi jarang.
6. Sangat sulit untuk dibedakan antara kecelakaan dan pembunuhan. Jarak bisa
dari kontak sampa ratusan meter. Multiple gunshot, jika bunuh diri telah dieliminasi,
18
yang hampir tidak mungkin untuk sebuah kecelakaan. Kecuali senjata yang
digunakan benar-benar otomatis.
7. Di mana luka yang ditimbulkan di bagian tubuh yang sulit diakses, seperti
belakang leher atau badan, atau di mata, maka kecelakaan atau pembunuhan sangat
mungkin. Bagian belakang kepala atau tengkuk leher adalah lokasi eksekusi
terorisme atau pembunuhan.
VIII. KESIMPULAN
Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian terjadi. Cara
kematian secara garis besar dapat dikategorikan mati secara wajar (alami),
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau tidak dapat ditentukan. Senjata api
merupakan metode yang sangat mematikan dan efektif dari mencoba bunuh diri.
Pada umumnya luka tembak tempel atau kontak adalah merupakan perbuatan bunuh
diri. [1, 5, 9]
Di dalam laporan hasil pemeriksaan yang dibuat dokter (VER) , harus
mencakup dan dapat memberikan kejelasan bagi pihak penyidik khususnya dan
peradilan pada umumnya; yaitu tentang : identitas korban, sebab kematian,
perkiraan saat kematian (untuk mempersempit dan mengarahkan penyidikan dalam
kaitannya dengan alibi seseorang), cara kematian (yang di dalam hal ini terbatas
pada penafsiran apakah kematian korban karena perbuatan orang lain, yang berarti
kemungkinan kasus pembunuhan; ataukah karena perbuatan korban sendiri, yang
mungkin memang dikehendaki korban ataukah korban terpaksa mengakhiri
hidupnya atas paksaan orang lain), dan memperkirakan jenis serta sifat-sifat dari
senjata atau benda yang menyebabkan luka. Dengan demikian pada VER, harus
dihindari pemakaian kata-kata pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan. [12]
19