Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

12
#1

Transcript of Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

Page 1: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

#1

Page 2: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

Kaba Redaksi

K ABARIMBO merupakan bulletin triwulanan

yang berisi informasi mengenai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan anggota KCA-LH Rafflesia

FMIPA UNAND. Selain itu juga menyampaikan fakta-

fakta ilmiah terkait kekayaan alam dan keane-

karagaman hayati yang masih tersisa hingga saat ini.

Fakta ilmiah tersebut juga dihubungkan dengan

upaya-upaya pelestariannya.

Kaba Utama dalam Edisi I ini berisikan informasi

tentang ekspedisi gunung hutan AMR angkatan XXV

ke Danau Laut Tingga yang pada bulan Mei dilantik

menjadi Anggota Biasa dengan nama angkatan Ele-

phas maximus sumatranus (Ems).

Edisi I ini juga menampilkan Kaba Rafflesia yang

membahas mengenai latar belakang kegiatan Lem-

baga dengan menjadikan kegiatan magang maha-

siswa baru sebagai ulasan informasi. Kaba Spesies

dengan topik bahasan temuan baru Bunga Rafflesia

arnoldi di seputaran kaki Gunung Marapi sehingga

lengkap sudah kalau spesies tersebut berhasil

mengitari Tri Arga dalam pola distribusinya.

Dalam edisi ini juga disampaikan proses rehabilitasi

dan restorasi ekosistem secara mikro yang tanpa

sadar dilakukan anggota KCA-LH Rafflesia. Hara-

pannya informasi yang disampaikan dalam edisi I ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca. Salam Lestari

Kaba Pengurus

S emester ganjil 2016/2017 ini akan menjadi

penting bagi KCA-LH Rafflesia bagi pengem-

bangan Lembaga di masa depan. Pada 17 Juli 2016

silam, KCA-LH Rafflesia telah memilih Ketua baru

dalam Musyawarah Besar Anggota. Seiring dengan

hal tersebut, berbagai program kerja baik yang

menjadi rutinitas tahunan maupun baru sudah pasti

menjadi proses-proses bagi penggemblengan dan

peningkatan kapasitas Anggota.

Edisi pertama dari Bulletin Kabarimbo ini diharap-

kan dapat menjadi media informasi bagi pembelaja-

ran-pembelajaran yang didapatkan Anggota KCA-LH

Rafflesia bagi masyarakat banyak. Dalam edisi ini,

informasi mengenai ekspedisi Anggota Muda men-

jadi pembuka sebagai Kaba Utama.

Menjelang dirilisnya Bulletin ini, kegiatan Magang

Mahasiswa Baru FMIPA Unand menjadi kegiatan yang

harus dikkawal oleh Lembaga. Pada bulan ini juga,

Lembaga akan merayakan ulang tahunnya yang ke-

36 tahun dalam berkiprah di dunia kepencintaala-

man dan konservasi di Pulau Sumatra.

Semoga Bulletin Karimbo ini mem-

berian manfaat bagi kita bersama.

Zola Anjelia Putri (Raff 382 Ncc)

Ketua KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND

Penanggung Jawab:

Ketua KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND

Kontributor:

Anggota KCA-LH Rafflesia FMIPA UNAND

Redaksi:

PA Q-ting (Raff 327 Rgt)

Eryscha Dwi Sukma (Raff 391 Ems)

Layout:

Ieth

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 2

Kaba Utama: LAUT TINGGA, Lautan Asam Menggenangi Puncak Gunung ……………………………………………………… 3

Kaba Rafflesia: KCA-LH Rafflesia Sebagai Lembaga Kampus ………………………………………………………………………… 6

Kaba Spesies: Rafflesia arnoldi mengelilingi Tri Arga …………………………………………………………………………………… 9

Kaba Sekre: Merombak Lahan Kritis Menjadi Lahan Subur …………………………………………………………………………… 10

Daftar Isi:

email: [email protected] weblog: http://rafflesiafmipaunand.wordpress.com redaktur: [email protected]

Page 3: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

L AUT TINGGA secara administrasi berada di per-

batasan Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Su-

matera Barat dengan Kabupaten Mandahiling Natal

Provinsi Sumatera Utara. Laut Tingga ini menjadi

sebutan bagi kawah Gunung Tuleh yang digenangi

air layaknya telaga Crater Lake seperti Telaga Dewi

di Gunung Singgalang dan Danau Gunung Tujuh di

Kerinci.

Kata Danau menjadi sebutan sehari-hari oleh

masyarakat setempat. Danau yang berada pada

ketinggian 1612 meter diatas permukaan laut terse-

but, hampir tidak pernah disentuh oleh para peng-

giat alam bebas. Tahun 2012 menjadi awalan bagi

para penggiat alam bebas mulai melirik Danau ini.

Walaupun sebelumnya para Peneliti Geologi Jerman

sudah mengakses Danau ini dengan bantuan

masyarakat setempat, tidak ada para penggiat alam

yang dapat merasakan nikmatnya camping dipinggir

Danau kecuali berusaha membuat track ke danau.

Menurut Ferri Atmaja (Ketua KCA-LH Rafflesia peri-

ode 2000-2001) bahwa perhatian lembaga terhadap

Danau ini sudah ada sejak pertengahan tahun 2010

dengan petunjuk awal dari film dokumenter yang

dirilis Peneliti Jerman di internet. Lewat diskusi

dengan Q-ting, akhirnya diputuskan untuk menjadi-

kannya sebagai lokasi target bagi sebuah Ekspedisi

Ilmiah. Apalagi Lembaga ini mengharuskan ang-

gotanya yang melakukan Ekspedisi untuk selalu

menghasilkan data dan informasi ilmiah ketika pu-

lang ke Sekretariat.

Akhirnya pada pertengahan tahun 2011, sebuah Ek-

spedisi Ilmiah Studi Awal Keanekaragaman Hayati

Danau Laut Tingga pun dilaksanakan. Selain

mendapatkan data ilmiah, Ekspedisi ini juga men-

jadi awal bagi membuka akses menuju Danau. Da-

lam ekspedisi ini, KCA-LH Rafflesia pulang dengan

banyak informasi keanekaragaman hayati namun

belum berhasil menikmati beningnya air danau yang

kehijauan.

Baru pada awal tahun 2012, Ekspedisi Ilmiah berikut

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 3

KABA UTAMA

Page 4: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

nya anggota KCA-LH Rafflesia dapat menikmati

camping dan sunrise di pinggir danau. Selain

mendapatkan track sebagai akses ke Danau, Ek-

spedisi ini menghasilkan banyak data dan informasi

keanekaragaman hayati baik itu flora maupun fau-

na.

Pasca Ekspedisi Ilmiah tahun 2012 tersebut, Danau

Laut Tingga mulai dikenal dan dikunjungi oleh para

penggiat alam bebas. Malahan juga Pemerintah Ka-

bupaten Pasaman Barat pun menjadikannya sebagai

salah satu destinasi wisata di daerahnya.

EKSPEDISI ANGGOTA MUDA RAFFLESIA (AMR) XXV

Dalam upaya regenerasi dan menempa kemampuan

Anggota khususnya Anggota Muda, KCA-LH Rafflesia

kembali mengarahkan Ekspedisi Ilmiah berikutnya

dalam bentuk Ekspedisi Gunung Hutan AMR

angkatan XXV pada awal tahun 2016 ini. Ekspedisi

ini juga diikuti oleh salah seorang Dosen FMIPA

UNAND yang juga menjadi Anggota Kehormatan yai-

tu M. Nazri Janra.

Catatan perjalanan AMR XXV menjelaskan bahwa

untuk mencapai Danau dari pemukiman terakhir

memmbutuhkan perjalanan yang lama dan mele-

lahkan. Namun dapat terobati dengan

keramahtamahan masyarakatnya, pemandangan

yang indah, hutan belantara yang lebat dan adanya

kolam air panas yang sudah ditata sedemikian rupa

oleh masyarakat sebagai pemandian.

Kehidupan masyarakat di perkampungan yang men-

jadi pintu gerbang menuju Danau tersebut ditunjang

oleh usaha pertanian dan perkebunan baik sebagai

petani sawah, sayuran, nilam dan pekebun sawit.

Opung (salah seorang tokoh masyarakat) menya-

takan bahwa masyarakat di Kampung Sitobu ini se-

bagian besar merupakan petani nilam (Pogostemon

cablin). Tanaman Nilam ini dipilih karena memiliki

nilai jual yang tinggi dan pernah membuat masyara-

kat menjadi sangat kaya. Sehingga pada saat ini,

tanaman nilam tetap menjadi prioritas bagi

pemenuhan kebutuhan.

Perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki ini

dihadiahi dengan pemandangan bentang alam yang

memanjakan mata. Sesudah meninggalkan pemuki-

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 4

Kondisi jalan di kampung terakhir yang menjadi pintu gerbang menuju Danau Laut Tingga dengan melewati berbagai lokasi-lokasi menarik secara geologi dan biodiversity.

Page 5: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

nan, hamparan tanaman nilam menghiasi perjalanan

yang diselingi dengan semak belukar dan hutan

sekunder. Pada saat memasuki kawasan berhutan,

yang menarik dijumpai juga adalah beberapa indi-

vidu bunga bangkai (Amorphophallus).

Letih berjalan, Kampung tua yang dihuni oleh satu

keluarga besar menghadang perjalanan menuju Da-

nau. Beberapa rumah panggung sederhana, petak

sawah dan kebun tampak menghiasi kampung yang

ditinggalkan penghuninya tersebut.

Track yang panjang tersebut juga menawarkan ko-

lam pemandian air panas atau Sosopan yang

digunakan oleh masyarakat sebagai tempat berobat

terhadap penyakit kulit dan tempat menyegarkan

tubuh. Setelah melewati sosopan, rimbun dan gelap-

nya hutan belantara khas hutan hujan tropis dengan

tanjakan khas gunung mulai memicu adrenalin.

Tidak begitu kelihatan track seperti sebelum-

sebelumnya. Kemampuan orienteering atau navigasi

darat menjadi lebih penting dan berguna dalam per-

jalanan ke Danau ini. Selain itu tanggung jawab bagi

sebuah Ekspedisi untuk menghasilkan data dan infor-

masi terus dilakukan.

Air Danau yang terlihat kehijauan membentang

didepan mata, ketika titik tertinggi gunung terlewa-

ti. Camping di pinggir danau yang tidak begitu luas,

menandakan tugas baru. Berbagai pengetahuan

kegiatan alam bebas dan pengetahuan ilmiah di-

praktekkan untuk mewujudkan tujuan ekspedisi.

Salah satu hasil ilmiah yang menakjubkan adalah

bahwasanya air danau yang bening kehijauan terse-

but tidak dapat dikonsumsi karena memiliki kadar

asam yang tinggi dan membuktikan bahwasanya da-

nau ini adalah bekas kawah yang mengandung beler-

ang. (eds & pa)

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 5

Kolam air panas atau sosopan yang menjadi salah satu tempat yang cocok mendirikan camp sebelum melanjutkan perjalanan menuju Danau. sosopan ini terdapat 5 kolam air panas dengan suhu yang berbeda-beda dan juga ter-dapat 7 mata air panas dengan 7 macam rasa. Di sosopan ini juga mengalir sungai yang dapat dijadikan untuk sumber minum.

Page 6: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

R afflesia adalah pilihan nama yang diberikan

oleh Prof. Dr. Marlis Rahman, M.Sc. pada 28

Oktober 1980 pada lembaga kepecintaalaman maha-

siswa yang berkedudukan di FIPIA (FMIPA sekarang)

Universitas Andalas. Tanggal tersebut menjadi tang-

gal berdiri dan resminya KCA-LH Rafflesia FMIPA

Unand berkegiatan bagi kampus untuk mengem-

bangkan kreativitas para penggiat alam bebas yang

terdaftar sebagai mahasiswa FIPIA.

Seiring perjalanan waktu, 36 tahun sudah Lembaga

ini berkiprah dalam dunia penggiat alam bebas dan

pelestarian alam. Pasang surut kreativitas pun men-

jadi pembelajaran dari tahun ke tahun sejalan

dengan pergantian dan pertambahan anggota aktif

setiap masa berstatus mahasiswa.

Di penghujung tahun 1980-an hingga awal 1990-an,

lembaga ini pernah dikenal sebagai lembaga

pemenang berbagai lomba penggiat alam bebas di

Sumatera Barat. Selain itu dengan basic keilmuan

yang dimiliki, lembaga ini juga menjadi salah satu

lembaga yang mendorong pelestarian keaneragaman

hayati di bahagian barat Sumatra.

Trend kegiatan pelestarian alam dipenghujung 1990-

an hingga saat ini tampaknya memberi warna

tersendiri bagi lembaga ini. Sebagai lembaga kam-

pus yang berlatarbelakang keilmuan dalam bidang

MIPA, lembaga ini dengan dukungan alumni dan

dosen serta kreativitas anggota aktifnya mulai

mengangkat isu-isu pelestarian spesies flora dan

fauna khususnya yang hidup di Sumatra.

Lembaga ini pernah berkontribusi bagi pelestarian

burung (Avifauna), kantong semar (Nepenthes),

bunga Rafflesia, primata, herpetofauna, kelelawar

dan kawasan karst. Kontribusi tersebut dilakukan

baik dalam bentuk berkonsorsium maupun disam-

paikan dalam seminar atau workshop yang diadakan

oleh NGO Nasional / Internasional maupun

Pemerintah.

Problematika bagi mahasiswa dalam berkreativitas

melalui lembaga kampus salah satunya adalah masa

tamat dan hubungan skripsi dengan lembaga yang

diikuti. Lembaga ini telah membuktikan bahwasanya

problematika tersebut bukan menjadi penghalang

dalam menyalurkan hobi. Setiap tahun selalu saja

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 6

KCA-LH RAFFLESIA, SEBAGAI LEMBAGA KAMPUS

KABA RAFFLESIA

Page 7: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

ada anggota aktif yang tamat sesuai jadwal yang

diinginkannya dimana penelitian untuk skripsinya

Kedatangan mahasiswa baru pada tahun ini di FMIPA

mengisyaratkan bahwa akan ada penerus baru yang

telah datang menunggu perekrutan bagi lembaga.

Melalui segala kesepakatan yang telah dibentuk da-

lam pertemuan lembaga UKM se-FMIPA, dihasilkan

keputusan bahwa akan dilaksankannya kegiatan ta-

hunan untuk mahasiswa baru FMIPA, yaitunya

kegiatan MAGANG 2016. Kegiatan ini memiliki

tujuan untuk melakukan pengenalan yang lebih da-

lam kepada mahasiswa baru terkait Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) yang ada di FMIPA. Pada awalnya,

pengenalan UKM ini telah dilakukan pada kegiatan

BAKTI UNAND, tetapi hanya dalam kurun waktu yang

cukup singkat, yaitu berselang beberapa menit saja

yang telah berlangsung beberapa hari yang lalu.

Pada kegiatan magang 2016, semua mahasiswa baru

FMIPA diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan ma-

gang selama 3 hari pada masing-masing UKM, tak

terkecuali di lembaga ini. Sesuai dengan kesepaka-

tan tersebut, pada 28/8 dilakukan pertemuan per-

tama yang diikuti 50 orang mahasiswa baru dari 4

jurusan (Biologi, Kimia, Fisika & Matematika).

menjadi bahagian dari kegiatan menyalurkan hobi

dalam kegiatan alam bebas.

Melalui kegiatan magang kali ini, dilakukan

pengenalan mengenai lembaga secara lebih men-

dalam. Dengan kehadiran beberapa orang Anggota

Kehormatan sebagai pemateri menambah luasnya

wawasan peserta magang mengenai lembaga ini.

Pada pertemuan selanjutnya dilakukan berbagai

bentuk kegiatan aplikasi lapangan dan ditutup oleh

kegiatan outbond pada pertemuan terakhir. Jenis

kegiatan aplikasi lapangan yang dilakukan dalam

rangkaian acara magang kali ini diantaranya adalah

aplikasi SRT (Single Roop Tecnique) dan pengenalan

Caving (Penelusuran Goa).

Aplikasi fotografi juga diberikan kepada peserta ma-

gang. Aplikasi fotografi dilakukan dengan tujuan

untuk mengenalkan lebih dalam teknik dasar yang

ada pada dunia fotografi dan mengaitkannya dengan

kegiatan di alam bebas. Selain itu, peserta magang

juga diajarkan beberapa tips dalam pengambilan

gambar menggunakan kamera sederhana.

Selain dua materi diatas, juga ada pengenalan

mengenai gunung hutan beserta alat-alat yang ada

di dalamnya. Hal ini tentu menjadi penting, karena

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 7

Aksi penanaman anakan pohon menjadi salah satu kegiatan para mahasiswa magang dalam upaya mengenalkan salah satu cara termudah berperan serta dalam pelestarian alam.

MAGANG MAHASISWA BARU

Page 8: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

dengan mengetahui berbagi alat dan materi dasar

seperti navigasi darat, tentu akan banyak menam-

bah pengetahuan dan wawasan peserta magang

mengenai kegiatan di alam bebas.

Materi lainnya yang menjadi salah satu materi yang

memiliki capaian masa depan adalah pengenalan

lingkungan hidup. Pada materi ini, peserta dikenali

dengan arti penting lingkungan hidup yang disertai

dengan kegiatan penanaman bibit pohon di sekitar

sekretariat yang berada di kawasan KTOF UNAND.

Bibit-bibit pohon tersebut dijadikan sebagai langkah

awal dalam kegiatan konservasi oleh peserta ma-

gang.

Aplikasi terakhir adalah handcrafting yang bertujuan

untuk berbagi pengetahuan mengenai pemanfaatan

hal-hal kecil yang sering kali hanya terbuang oleh

masyarakat awam. Pada aplikasi ini dibuat berbagi

bentuk karya seni terapan yang dapat diaplikasikan

oleh peserta magang dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai objek yang dibuat pada aplikasi ini dian-

taranya adalah gelang dan lampu hias.

Sebagai lembaga kampus yang mampu menyalurkan

hobi mahasiswa khususnya mahasiswa FMIPA dalam

kegiatan alam bebas dan pelestarian alam, lembaga

ini terus berbenah menghadapi tantangan akademik

yang semakin mengikat rutinitas mahasiswanya.

(eds)

Praktek SRT yang dilakukan peserta magang di lingkungan Sekretariat KCA-LH Rafflesia

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 8

Produk-produk kerajinan tangan yang dihasilkan dalam proses magang mahasiswa baru sebagai bentuk kreativitas anggota KCA-LH Rafflesia untuk berbagi pengetahuan dalam pemanfaatan benda-benda yang bisa didaur ulang.

Page 9: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

R afflesia arnoldi sering disebut sebagai “Bunga

Terbesar” dalam dunia tumbuhan. Bagi

masyarakat di Sumatra, bunga ini dikenal sebagai

“Bunga Bangkai”. Bunga ini secara ilmiah ditemukan

pertama kali oleh Sir Thomas Stamford Raffles,

seorang Jenderal Kerajaan Inggris yang berkantor di

Bengkulu, bersama Dr. Joseph Arnold dalam sebuah

Ekspedisi pada tahun 1818 di daerah Manna.

Temuannya ini kemudian diidentifikasi dan dideter-

minasi oleh Robert Brown pada tahun 1823.

KCA-LH Rafflesia dengan bimbingan dari alm. Rusjdi

Tamin (Herbarium Univ. Andalas) dan alm. Prof.

Kamaruddin Mat-Salleh (Universiti Kebangsaan Ma-

laysia) sejak tahun 2004 memulai riset tentang pola

distribusi dan kajian biologi serta monitoring bunga

Rafflesia di Sumatra Barat. Tiga spesies bunga Raff-

lesia meliputi Rafflesia arnoldi, R. gadutensis & R.

hasseltii teridentifikasi tumbuh di beberapa daerah

Sumatra Barat.

Khususnya bagi R. arnoldi dari temuan sebelumnya

diketahui tersebar di lembah-lembah bahagian bar-

at, selatan dan timur Tri Arga (Gn. Marapi, Singga-

lang Tandikek dan Sago). Cagar Alam Rafflesia yang

berada di Batang Palupuh menjadi salah satu lem-

bah Tri Arga yang paling terkenal bagi lokasi tum-

buh R. arnoldi.

Pada tanggal 4 Agustus 2016 yang lalu, Nagari Salo

Kab. Agam yang berada di utara Gn. Marapi teriden-

tifikasi sebagai lokasi baru sebaran R. arnoldi. Ada-

lah pasangan Nasrul (61 tahun) dan Lizawati (48 ta-

hun) yang dikejutkan dengan bau busuk ketika

melewati daerah berhutan di kampungnya. Setelah

diamati lebih lanjut ternyata bunga R. arnoldi yang

sedang mekar sempurna.

Dengan bertambahnya lokasi sebarannya ini, R. ar-

noldi boleh

dikatakan

sebagai spe-

sies Raffle-

sia yang hi-

dup menge-

lilingi Tri

Arga. (eds &

pa)

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 9

RAFFLESIA ARNOLDI, MENGELILINGI TRI ARGA

KABA SPESIES

Page 10: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

S ekretariat menjadi tempat paling penting yang

harus dimiliki oleh sebuah Lembaga, apalagi

Lembaga kegiatan mahasiswa. KCA-LH Rafflesia

yang menjadi salah satu lembaga intra kampus Uni-

versitas Andalas dengan seabrek kegiatan dalam

mengakomodir hasrat aktifitas alam bebas maha-

siswa FMIPA juga membutuhkannya.

Memasuki era kurikulum 2002 dan pengembangan

program studi di lingkungan FMIPA, kebutuhan ru-

angan menjadi salah satu yang berdampak kepada

lembaga ini di pertengahan tahun 2003. Dalam satu

bulan, lembaga ini harus berpindah-pindah dari satu

ruangan ke ruangan lain.

Tawaran dari Kepala Pusat Studi Tumbuhan Obat

(PSTO) Unand, Prof. Amri Bachtiar, untuk menem-

pati bangunan di tengah-tengah Kebun Tumbuhan

Obat (KTO) yang dikelilingi semak belukar adalah

jawabannya. Tawaran tersebut menjadi titik awal

bagi KCA-LH Rafflesia untuk mengelola ruang sendiri

dan mengimplementasikan pengetahuan konservasi

alam khususnya rehabilitasi dan restorasi ekosistem

secara mikro.

Tepat menjelang berbuka puasa tanggal 3 November

2003, bangunan ditengah semak tersebut mulai di-

huni oleh anggota KCA-LH Rafflesia. Siang panas

terik dan malam dingin gelap gulita tanpa listrik

dinikmati layaknya camping di Kali Mati Gn. Seme-

ru.

Air menjadi hal terpenting bagi lahan kritis terse-

but. Berbekal 2 batang bambu, dibuatlah jaringan

air dari pipa utama untuk kebutuhan harian dan me-

nyirami pembibitan berbagai jenis tanaman. Inisiatif

ini mendapatkan perhatian dari pihak KTO.

3 bulan tanpa listrik dan aliran air permanen,

Kepala Lembaga Penelitian Unand, Prof. Dayar Ar-

bain yang juga inisiator PSTO, menginstruksikan

pengadaan aliran listrik dan saluran air. “Dengan

adanya fasilitas tersebut, kalian harus ikut menge-

lola kebun ini. Pengelolaan satu pematang ini ada-

lah hak dan kewajiban kalian untuk menghijaukan

dan merawatnya,” tegas beliau ke anggota KCA-LH

Rafflesia pada saat itu.

Beliau juga menanyakan tanaman apa sebaiknya

yang cepat untuk menghutankan kembali. Sengon

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 10

MEROMBAK LAHAN KRITIS MENJADI LAHAN SUBUR

KABA SEKRE

Page 11: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016

(Paraserianthes falcataria) adalah jawaban dari sa-

lah satu anggota. Bersama-sama dengan staf

pengelola kebun, anggota KCA-LH Rafflesia dalam

kesibukan melampiaskan hasrat naik gunung masuk

hutan dan menelusur goa (berkegiatan-red) dan

kuliah, bersama-sama memperbanyak isi kebun

dengan berbagai jenis tanaman. Mulai dari tanaman

hias, buah-buahan hingga tanaman hutan mulai

dibibitkan.

Setiap kegiatan lapangan baik itu ekspedisi rutin,

jalan-jalan maupun ekspedisi ilmiah selalu

memberikan berbagai jenis bibit tumbuhan dan

tanaman. Bibit-bibit tersebut disemai secara

konvensional ala mahasiswa dengan berbagai

perlakuan. Tanah yang pada awalnya tanah liat,

perlahan menjadi tanah yang baik untuk pembibitan

tanpa harus diinfus pupuk kimia.

3 tahun berlalu seperti yang terlihat pada gambar

sebelumnya, lingkungan Sekretariat pun mulai

dipenuhi tanaman dan kicauan burung pun

mengiringi kopi pagi penghuninya. Semangat

restorasi lingkungan Sekretariat agar menjadi

tempat yang nyaman untuk berbagi pengetahuan

dan pembelajaran kegiatan alam bebas pun terus

dilanjutkan.

Dalam rentang 6-8 tahun, tanaman buah-buahan pun

mulai dapat dinikmati hasilnya termasuk buah

Durian.

Saat ini setelah 13 tahun menghuni belantara KTO

yang menjadi bagian dari Kebun Raya Universitas

Andalas tersebut, lingkungan Sekretariat menjadi

sangat adem seperti yang terlihat pada gambar

dibawah. Dari bangunan 6 x 4 meter tersebut,

berbagai ide dan kreativitas pun bermunculan

seiring dengan semakin rimbun dan sejuknya

suasana Sekretariat.

Pembelajaran upaya rehabilitasi dan restorasi

lingkungan Sekretariat tersebut menjadi motivasi

tersendiri bagi anggota KCA-LH Rafflesia. Mereka

memiliki ruang sendiri dalam berkreasi. Berbagai

kegiatan baik itu diskusi, shared learning, simulasi

dan praktek kegiatan kepecintaalaman, mitigasi dan

adaptasi bencana, konservasi alam bahkan

penelitian keanekaragaman hayati menjadi bahagian

dari dampak positif upaya rehabilitasi dan restorasi

lingkungan Sekretariat tersebut. (pa)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

Bulletin KABARIMBO — Edisi I / Oktober 2016 kaba 11

Kondisi vegetasi yang rimbun dan teduh di lingkungan Sekretariat KCA-LH Rafflesia setelah 13 tahun ditempati yang pada awalnya merupakan semak belukar didominasi paku resam sebagai upaya pembelajaran dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara mikro.

Page 12: Bulletin KABARIMBO edisi 1 Oktober 2016