Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2018.pdf · Sirkulasi Monsun Asia...

22
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MARET 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Maret 2018 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Maret 2018: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Maret 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan masih berada di kondisi dingin. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.47°C dan nilai bulanan Maret 2018 adalah -0.6, kondisi yang mulai menghangat ini akan menyebabkan kembalinya ke nilai Netral. Sedangkan dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik semuanya masih menunjukkan kecenderungan di kondisi La Nina Lemah. Namun untuk nilai SOI (Southern Oscillation Index) mengalami peningkatan pada akhir Maret tercatat +10.5, kondisi positif ini dikarenakan terdapat badai tropis di selatan ekuator. Dengan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih cenderung dingin maka diprediksi kondisi La Nina Lemah masih akan berlangsung pada April 2018. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Maret 2018 (Sumber : BoM)

Transcript of Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2018.pdf · Sirkulasi Monsun Asia...

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MARET 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Maret 2018

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Maret 2018:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Maret 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan masih berada di kondisi dingin. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.47°C dan nilai bulanan Maret 2018 adalah -0.6, kondisi yang mulai menghangat ini akan menyebabkan kembalinya ke nilai Netral. Sedangkan dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik semuanya masih menunjukkan kecenderungan di kondisi La Nina Lemah. Namun untuk nilai SOI (Southern Oscillation Index) mengalami peningkatan pada akhir Maret tercatat +10.5, kondisi positif ini dikarenakan terdapat badai tropis di selatan ekuator. Dengan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih cenderung dingin maka diprediksi kondisi La Nina Lemah masih akan berlangsung pada April 2018.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Maret 2018 (Sumber : BoM)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia pada bulan Maret 2018 menunjukkan

nilai yang fluktuatif. Indeks pada pertengahan Maret tercatat -0.48 dan kembali naik pada minggu terakhir bulan Maret 2018 yang kembali pada kisaran normal bernilai +0.23, hal ini menunjukkan kembali tidak adanya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat pada akhir Maret 2018. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga Agustus 2018.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Maret 2018 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO selama bulan Maret 2018 aktif pada pertengahan bulan di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang artinya berkontribusi pada bertambahnya liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna biru mendominasi wilayah Kalimantan hingga Papua dan warna coklat mendominasi wilayah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara, untuk laut Jawa cenderung berwarna putih/netral. Hal ini menunjukkan wilayah Kalimantan hingga Papua cenderung lebih basah terkait banyaknya daerah liputan awan pada Maret 2018.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Maret 2018, Warna biru adalah OLR negatif, warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Maret 2018, monsun Baratan masih dominan di Indonesia dan bervariasi dari Baratdaya – Baratlaut akibat banyaknya daerah tekanan rendah di selatan ekuator, namun sempat melemah akibat adanya gangguan tropis di utara ekuator ditunjukkan oleh indeks AUSMI yang menguat. Memasuki bulan April 2018 monsun Timuran diprediksi mulai dominan terutama di selatan ekuator yang mengindikasikan monsun Baratan melemah yang berdampak pada berkurangnya pertumbuhan awan hujan.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien

Maret (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Maret 2018 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Indonesia selama Maret 2018 (rata-rata bulanan) kondisinya lebih dominan massa udara dari Barat kecuali di wilayah Sumatera hingga Jawa Tengah yang cenderung Netral. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) pada wilayah Utara ekuator kondisinya lebih dominan massa udara dari Utara termasuk wilayah Papua, sebaliknya pada wilayah Selatan ekuator kondisinya lebih dominan massa udara dari Selatan, yang artinya menyebabkan pertemuan massa udara (konvergensi) di sepanjang wilayah ekuator. Kondisi tersebut turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Maret 2018.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Maret 2018 berkisar antara -1.0 hingga +0.5º C yang cenderung normal (tidak ada anomali) termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya, kecuali di perairan Selatan Sulawesi yang masih terjadi anomali negatif (dingin). Dengan suhu muka laut yang cukup hangat kisaran 28 – 30 °C di wilayah perairan Utara dan Selatan Jawa, menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor pendukung pembentukan awan konvektif selama Maret 2018, ditambah faktor-faktor lainnya.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Maret 2018 (sumber: NOAA)

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang diidentifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini

dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline

(Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian pertama dan dasarian kedua. Di Hongkong terjadi penurunan suhu hingga 5ºC. Dilihat dari

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

5

peta arus angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 07 dan 10 Maret 2018 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

Gangguan Tropis

Selama Maret 2018 terdapat 2 aktifitas gangguan tropis berupa badai tropis di wilayah Selatan Indonesia yaitu TC MARCUS (16 Maret – 24 Maret 2018) dan TC NORA (22 - 25 Maret 2018), sedangkan di wilayah Utara Indonesia terdapat 1 kali badai tropis yaitu TC JELAWAT (25 Maret - 1 April 2018). Secara langsung berdampak pada kondisi cuaca di Indonesia dan tentunya meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan. Untuk wilayah Banyuwangi secara umum terpengaruh berupa hujan yang tejadi dengan intensitas ringan - lebat disertai petir yang menyebabkan luapan air di beberapa sungai serta peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang terutama di perairan selatan Banyuwangi pada terjadinya TC MARCUS.

Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Maret 2018 (sumber: MSS)

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Maret 2018 di Jawa Timur umumnya normal dengan rata-rata kisaran 70 – 78%. Dari peta anomali terlihat di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 2 – 6 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Maret 2018.

TC MARCUS

TC JELAWAT

TC NORA

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

6

Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif Maret 2018 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Maret 2018 wilayah Banyuwangi mengalami curah hujan skala rendah, menengah dan tinggi. Hujan yang terjadi di beberapa wilayah bervariasi dari kategori rendah (0-100 mm) yaitu Banyuwangi bagian Utara, menengah (100-300 mm), kategori tinggi (300 – 500 mm) di wilayah Kalibaru, Songgon dan Licin. Secara umum

kondisi cuaca harian di wilayah Banyuwangi selama bulan Maret 2018 masih terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Hujan mayoritas terjadi mulai siang hingga dini hari. Hal tersebut di picu oleh suhu muka laut harian di perairan Jawa (khususnya Jawa Timur) yang masih hangat sebagai penyedia uap air yang merupakan bahan utama pembentukan awan dan hujan di Jawa Timur termasuk Banyuwangi, monsun Baratan yang stabil dengan sifat yang basah membawa banyak uap air, pola pertemuan angin, perlambatan, dan belokan angin yang kerap terjadi, juga sebagai dampak tidak langsung dari siklon tropis, serta fenomena MJO dan La Nina lemah. Interaksi berbagai faktor tersebut membentuk pola cuaca yang terjadi selama Maret 2018.

Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Maret tentunya secara spasial hujan yang terjadi bervariasi, yaitu pada kondisi Bawah Normal, Normal dan sebagian Atas Normal. Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh Angin Monsun Asia (angin baratan) yang aktif, hangatnya suhu muka laut khusunya diwilayah perairan Jawa Timur, serta kondisi La Nina Lemah yang berakibat bertambahnya suplay uap air ke wilayah Indonesia (khususnya Banyuwangi) sehingga pembentukkan awan-awan hujan bertambah dan berakibat jumlah hujan pun masih tinggi. Pada Maret 2018 seluruh wilayah Banyuwangi masih berada pada masa musim penghujan.

Pada bulan April 2018 sebagian wilayah Banyuwangi berada pada masa Transisi/ Pancaroba/ peralihan Musim Hujan ke Musim Kemarau. Namun wilayah Banyuwangi bagian Barat pada April 2018 ini, diprediksi masih berada pada Musim Hujan. Tetap perlu diwaspadai terjadinya Hujan tiba -tiba, Kilat, Petir yang terkadang disertai dengan Angin Kencang berdurasi singkat, dan untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi tetap diwaspadai terjadinya gelombang tinggi serta bencana yang dapat timbul dikarenakan oleh faktor cuaca.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

7

B. Pantauan kondisi cuaca bulan Maret 2018 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Maret 2018, wilayah kota Banyuwangi, angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Timur Laut, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga Sedang. Angin maksimum terjadi pada 13 Maret 2018 yaitu dari arah Timur Laut dengan kecepatan maximum 19 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 161.9 mm (Normal). Suhu tertinggi 34.1 °C terjadi pada 28 Maret 2018, suhu terendah sebesar 21.8 ºC terjadi pada 19 Maret 2018.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Maret 2018, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Maret 2018

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI

MARET 2018 NORMAL MARET

(1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 28.5 ⁰C 27.2 ⁰C

2 Temperatur maksimum 32.2 ⁰C 33.4 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.1 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 34.1 ⁰C 35.2 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.8 ⁰C 19.5 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1009.1 mb 1008.8 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 2.9 knots 2.5 knots

8 Arah angin terbanyak Timur Laut Selatan

9 Kelembaban rata-rata 73 % 80 %

10 Curah hujan 161.9 mm 176.0 mm

11 Jumlah hari hujan 13 hari hujan 17 hari hujan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

8

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

9

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Maret 2018 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Maret 2018 mencapai 167.0 mm dengan rata-rata harian 5.4 mm, penguapan tertinggi 8.8 mm terjadi pada 31 Maret 2018.

Penyinaran matahari rata-rata Maret 2018 ra ta - ra ta 72 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada antara dasarian I, II dan III sedangkan yang terendah 0 % terjadi pada dasarian II Maret 2018.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 9 . 1 m b , tertinggi 1011.4 mb pada 25 Maret 2018 dan terendah 1005.5 mb pada 21 Maret 2018.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Maret 2018 adalah 7 3 % dengan RH tertinggi 84 % pada 13 Maret dan 31 Maret 2018, dan RH terendah 61 % pada 27 Maret 2018.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Timur Laut , kecepatan angin 2 - 7 knots sebesar 43.8 %. Kecepatan angin tertinggi 17 knots dari arah Timur Laut.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Januari 2010. Hingga Maret 2018 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama Maret 2018 di Bandara Banyuwangi dari data hasil

pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Maret 2018 normalnya berada pada masa musim

Hujan. Pada Maret 2018 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan ≥ 400 mm/ bulan dan untuk

bulan Maret 2018 masih berada pada masa Musim Hujan.

Curah hujan selama Maret 2018 mencapai 406.9 mm, dengan intensitas hujan Ringan

hingga Sangat Lebat. Hujan Sangat Lebat di Bandara Banyuwangi terjadi pada 08 Maret 2018.

Kelembaban udara relatif rata-rata 88 %. RH tertinggi 100 % tanggal 08 Maret 2018, terendah

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

10

78 % tanggal 2 8 Ma re t 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1010.2 mb, tertinggi 1012.6

mb dan terendah 1006.8 mb. Suhu rata–rata 27.2 °C dengan suhu maksimum absolut 33.3 °C

terjadi pada 30 Maret 2018, suhu minimum absolut 19.1 °C pada 19 Maret 2018. Arah angin

bervariasi, kecepatan angin 2 – 17 knots. Angin dominan bertiup dari arah Timur. Mayoritas

kecepatan angin mencapai 48.6 % berkisar antara 2 – 7 knots. Kecepatan angin tertinggi 17

knots, terjadi pada 10 Maret 2018 dari arah Utara.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Maret 2018 di

Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

11

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Maret 2018 angin dominan dari arah Baratlaut-Timurlaut dengan kecepatan angin bervariasi 0 – 17 knots. Suhu berkisar antara 23.5 – 32.9°C, Kelembaban Udara Relatif 59 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1002.7 – 1011.9 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan - Hujan Ringan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

12

E. Analisa Hujan Maret 2018 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2018 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan

kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Curah hujan tertinggi 455 mm/bulan terjadi di Bayulor dengan 16 hari hujan dengan sifat hujan Atas Normal. Sementara curah hujan terendah 26 mm/bulan terjadi di Bajulmati dengan 6 hari hujan.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Maret 2018

dan Sifat Hujan Maret 2018 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Maret 2018 mengalami curah hujan yang bervariasi. Curah hujan antara 6 - 455 mm/bulan dengan sifat hujan Bawah Normal, Normal dan Atas Normal. Hal tersebut merupakan dampak dari melemahnya monsun Asia (angin baratan) yang mengindikasikan mulainya masa transisi musim/ pancaroba yaitu peralihan musim hujan ke musim kemarau. Dari peta hujan Maret 2018 dapat terlihat bahwa wilayah Songgon, Kalibaru, dan Licin menerima curah hujan tinggi bila dibandingkan dengan daerah lainnya dengan sifat hujan Atas Normal. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Wongsorejo dengan sifat hujan Bawah Normal.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

13

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Maret 2018 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada Maret 2018 masih terjadi hujan, sehingga pantauan potensi kekeringan pada Maret 2018 untuk daerah-daerah yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi tidak ada/ Nihil. Pada Maret 2018 ini secara keseluruhan wilayah Banyuwangi masih berada pada Musim Hujan dan sebagian memasuki masa peralihan musim / Pancaroba (musim hujan menuju ke musim kemarau). Hal yang perlu diwaspadai pada saat masa peralihan musim hujan ke musim kemarau yaitu terjadinya Hujan Lebat yang sifatnya lokal, Petir yang terkadang disertai Angin Kencang sesaat, Longsor (khususnya untuk daerah-daerah memiliki topografi tinggi) dan Banjir (daerah cekungan dan dataran rendah).

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

14

II. PROSPEK CUACA BULAN APRIL 2018

A. Prediksi Dinamika Atmosfer April 2018

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode La Nina

Lemah masih bertahan pada April 2018, sehingga masih ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Memasuki bulan Mei 2018 kondisi Netral terjadi dan akan berlangsung hingga September 2018, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Normal pada Maret 2018, diprediksi masih tetap normal hingga September 2018, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia bulan April 2018 umumnya perairan Indonesia dan sekitarnya diprediksi netral atau sama dengan rata-ratanya, namun untuk perairan Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara dan perairan Utara Papua diprediksi menghangat. Untuk di Samudera Hindia diprediksi hingga September akan berada di kondisi Netral. Pada wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah mulai terjadi penghangatan pada bagian Barat yang menjalar ke bagian Timur dan menunjukkan kondisi netral (tidak ada anomali). Pola kondisi La Nina Lemah diprediksi akan bertahan pada April 2018.

Madden Jullian Oscillation pada Maret 2018 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), sedangkan untuk bulan April 2018 MJO tidak aktif di BMI. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, wilayah subsiden / kering cenderung bertahan dan diprediksi meluas di bagian Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara selama April 2018, yang artinya akan sedikit terdapat daerah liputan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan April 2018 di BBS masih ada namun di BBU juga sudah mulai muncul wilayah tekanan udara rendah yang melemahkan monsun Baratan sehingga kondisi pola musim transisi / peralihan tersebut akan berdampak terhadap pola angin dan curah hujan di wilayah Indonesia.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian wilayah Banyuwangi pada bulan April 2018 sebagian masih berada pada masa musim hujan, sebagian wilayah lainnya memasuki masa peralihan musim. Perlu ditingkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama masa peralihan musim. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak dari hangatnya suhu muka laut perairan Jawa, kondisi La Nina lemah yang masih terjadi dan pola monsun timuran yang belum stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan April 2018 mayoritas wilayah masih sama dengan kondisi rata-rata / normalnya hanya sebagian kecil wilayah diprediksi curah hujannya diatas dan dibawah kondisi normalnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

15

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

16

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan April 2018 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan April 2018 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan 100 mm hingga 400 mm

Sifat Hujan dominan Atas Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan April 2018 Banyuwangi (Sumber Data: BMKG Staklim Malang)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

17

C. Prakiraan Potensi Banjir April 2018 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan April 2018. Dari peta terlihat

mayoritas wilayah di Banyuwangi diprediksi berpotensi banjir rendah pada wilayah-wilayah yang rawan banjir. Memasuki bulan April 2018 mayoritas wilayah Banyuwangi berada pada masa peralihan musim, sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama masa peralihan musim.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir April 2018 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI APRIL 2018

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan April 2018 di wilayah Kota Banyuwangi :

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

18

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Maret 2018 adalah NIHIL/ tidak ada kejadian Gempabumi yang dirasakan signifikan sampai ke wilayah Kabupaten Banyuwangi.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM MARET 2018

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Maret 2018 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari

- Bayulor 117 mm/hari, tanggal 15 Maret 2018 - Turus 114 mm/hari, tanggal 16 Maret 2018

Tanah Longsor -

Banjir - Banjir luapan sungai Sukowidi akibat hujan

lebat di wilayah tenggara gunung ijen, tanggal 15 Maret 2018

Puting beliung / Waterspout -

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

19

VI. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2018 ZONA MUSIM DI BANYUWANGI

Gambar 19. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 di Banyuwangi (Sumber data:BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

20

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

21

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2018

22

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---