Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

31
BULETIN IMAN HABA EDISI II, 16 JULI - 1 AGUSTUS Citizen Reporter Kenal Lebih Dekat Kota “Universitas” Goettingen Hal. 7 Hal. 3 Artikel Pentingnya Motivation Letter Saat Mendaftar Program Master Hal. 28 Artikel Mengenalkan Aceh Lewat Buku Liputan Mengikuti Pemilu di Jerman Hal. 20

description

Buletin ini berisi info kegiatan IMAN, kota-kota di Jerman serta tips-tips seputar studi di luar negeri. Silahkan diunduh dan dibaca, semoga bermanfaat.

Transcript of Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Page 1: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

BULETIN IMAN

HABAEDISI II, 16 JULI - 1 AGUSTUS

Citizen ReporterKenal Lebih Dekat Kota “Universitas” GoettingenHal. 7

Hal. 3

ArtikelPentingnya Motivation Letter Saat Mendaftar Program MasterHal. 28

ArtikelMengenalkan Aceh Lewat Buku

LiputanMengikuti Pemilu di JermanHal. 20

Page 2: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

1

Citizen ReporterKenal Lebih Dekat Kota “Universitas” Goettingen

LiputanRamadhan di Bonn

Focus Group DiscussionPerkembangan Reformasi Birokrasi Di Indonesia Dan Desentralisasi Indonesia Ke Depan

Hal. 2

Hal. 3

Hal. 7

Hal. 17Hal. 14

InterviewDr. rer. nat. Maimun Rizal

Hal. 20

ArtikelPentingnya Motivation Letter Saat Mendaftar Program Master

Hal. 28

Daftar Isi

ArtikelMengenalkan Aceh Lewat Buku

Sekapur Sirih

LiputanMengikuti Pemilu di Jerman

Hal. 24

Page 3: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah, edisi kedua Buletin Haba dari IMAN kini telah terbit. Edisi ini ter-bit di pertengahan Juli 2014. Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan ini. Di antaranya adalah Pemilu Presiden Indonesia, Piala Dunia 2014 di Brazil dan tentu saja Bulan Ramadhan 1435 H.

Berkaitan dengan itu, kami menampilkan tulisan seputar menjalani puasa Ramad-han di Jerman dan mengikuti Pemilu bagi warga Indonesia di Jerman. Selain itu ada juga tulisan tentang Goettingen, salah satu kota yang menjadi tempat beberapa ma-hasiswa asal Aceh melanjutkan studinya.

Di edisi ini juga tak ketinggalan kami menampilkan tulisan tentang kegiatan maha-siswa Aceh lainnya di Jerman, tips seputar studi di Jerman serta wawancara dengan salah satu mahasiswa Aceh yang baru menyelesaikan studinya di Jerman.

Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ahmad Zaki

Buletin Haba IMAN

Pemred : Ahmad Zaki

Desain : T. Arriessa Sukhairi

www.mahasiswa-aceh.de

http://asferadio.listen2myradio.com/

SEKAPUR SIRIH

ii

Page 4: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

A R T I K E L

Mengenalkan Aceh Lewat Buku

Paska tsunami 2004 dan MoU Helsinki 2005, kondisi Aceh se-cara umum sangatlah menjanjikan dalam banyak hal. Selain dari perkembangan politik dan kea-manan, Aceh sedang menuju era di-mana rumah penerbitan kecil, pus-taka mini dan toko buku mulai berge-liat dan menghidupkan kembali hara-pan akan pencerahan intelektual di-mana narasi tentang Aceh tidak hanya ditulis oleh mereka yang dari luar mengamati Aceh, tapi juga dari perspektif orang-orang Aceh sendiri. Terinspirasi dari kreativitas dan kekri-tisan anak-anak muda Aceh yang se-bagian besar adalah mantan aktivis kampus yang idealismenya cukup tinggi, yang juga merasakan sebuah kebutuhan bahwa masa depan yang bagus harus dibangun dengan ilmu pengetahuan dan kesadaran intelek-tual, produksi buku dan artifak kebu-

dayaan yang terus digiatkan dan menjamur dimana-mana, saya berke-sempatan untuk memberikan presen-tasi dan ceramah singkat mengenai betapa menjanjikannya produksi narasi dan literatur Aceh paska kon-flik, dengan tema ‘Aceh Post Conflict Literature: A Promising Future’ da-lam pertemuan tahunan dan kon-

3

Page 5: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

ferensi Southeast Asian Library Group (SEALG) 2014 bertempat di Pustaka Utama Goethe University of Frankfurt (Uni Bibiliotek) pada hari Jumat kemarin.

Dalam makalah yang disam-paikan di kumpulan pustakawan dan peminat studi-studi Asia Tenggara, termasuk tentang Aceh dan Indone-sia, saya menekankan bagaimana pentingnya aktivitas yang diinisiasi oleh generasi muda terdidik Aceh ter-sebut dalam menjaga ingatan kebu-dayaan dan menggali kembali narasi sejarah yang tidak hanya melulu mengenai konflik dan tsunami, tapi juga tentang tema-tema lainnya ten-tang Aceh. Aceh Institute sebagai lembaga riset yang juga peduli pada produksi dan preservasi ide dalam bentuk penerbitan Jurnal Seumike, buku buku, artikel di koran, penerbi-

tan hasil diskusi ilmiah dan peneli-tian. Demikian juga Bandar Publish-ing dengan konsistensinya menerbit-kan buku-buku dan monograph ten-tang Aceh, Toko Buku Dokarim-Aneuk Mulieng Publishing yang ter-gabung dalam sindikat kebudayaan Komunitas Tikar Pandan juga tidak kalah penting dalam menginisiasi sekolah menulis, yang kemudian me-lahirkan kumpulan tulisan, buku, Jur-nal Kebudayaan dan Gelombang Baru dan memicu munculnya sekolah-sekolah menulis lain seperti Komunitas Jeuneurob atau Seura-moe Tumuleh. Form Lingkar Pena dengan lini produksi mininya Ka-moe Publishing juga sudah mela-hirkan sejumlah antologi cerita pen-dek dan segmen unik, sama halnya dengan Penerbit Boubon Jaya yang setia dengan produksi buku-buku ber-bahasa Aceh dan sejarah kepahlawa-nan klasik Aceh, satu hal yang mem-buat mereka begitu spesial. Toko Buku Zikra yang menjadi lini komer-sil yang terus setia menyuplai kebutu-han membaca masyarakat Aceh yang terus meningkat. Termasuk Ali-ansi Sastrawan Aceh, Lapena dan Yayasan Pena serta yang lain yang su-

4

Page 6: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

dah membuktikan bahwa wacana keAcehan perlu terus didokumentasi-kan dan diterbitkan.

Terlepas dari beberapa ken-dala manajerial, komersial, distribusi dan administratif seperti banyak be-lum terdaftarnya ke IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), kualifikasi dan keilmuan khusus dibidang penerbi-tan dan pengarsipan, dukungan pe-merintah, kendala teknis dan perala-tan yang sangat terbatas, biaya pro-duksi dan lain sebagainya, potensi

narasi dan literature Aceh sangatlah menjanjikan. Presentasi ini adalah ke-lanjutan dari proyek inisiatif ‘Aceh Book Literature 2011’ dimana De-partemen Asia Tenggara, Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas Frankfurt-Jerman ingin menambah koleksi buku-buku asli yang ditulis oleh orang Aceh, ini juga bisa dika-takan pemanasan menjelang pam-eran buku terbesar sedunia tahun 2015 kedean dimana Indonesia akan menjadi tamu kehormatan, yang ber-arti banyak buku-buku terpilih dari

5

Page 7: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Indonesia akan dipamerkan, dibedah dan diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Dan buku-buku terbitan Aceh terkendala karena banyak yang belum terdaftar sebaga anggota IKAPI, meski demikian buku novelis Aceh, Arafat Nur (Burung Terbang di Kelam Malam oleh Bentang Pustaka), dikabarkan juga sudah melewati seleksi dan dipilih untuk diterjemahkan ke bahasa asing. Semoga kontribusi ini juga menjadi titik kecil yang penting mengkampa-nyekan narasi keAcehan dalam perspektif baru dalam upaya menguatkan studi-studi keAcehan di Eropa dan dunia atau Acehnologi.

6

oleh: Saiful Akmal ! (Dosen UIN Ar-Raniry dan Peneliti di Uni. Frankfurt)

Page 8: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Perjalanan hidup saya sudah memasuki tahun kedua (2012-2014) di sebuah kota di tengah Jerman, bernama Göttingen. Sebuah kota kecil namun penuh daya tarik sehingga banyak mahasiswa, baik

dari Jerman dan dari negara lain yang melanjutkan studi mereka di sini. Mu-dah menjumpai tipikal wajah Asia, Amerika Latin, dan Eropa di seputar kampus, asrama mahasiswa, stasiun

KENAL LEBIH DEKAT KOTA “UNIVERSITAS”

GÖTTINGEN

CIT IZEN REPORTER

7

sumber: wikipedia

Page 9: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

kereta dan pusat perbelanjaan. Begitu pula mahasiswa asal Aceh. Tercatat ada 6 orang yang terdiri dari 3 orang maha-siswa doctoral dan 3 orang mahasiswa program master. Tercatat pula beberapa orang alumni awardee DAAD-Aceh jebo-lan Universität Göttingen yang sudah kembali ke tanah air. Jumlah ini terhi-tung cukup ramai dibandingkan kota lainnya di Jerman. Tak heran beberapa kali pertemuan inisiasi pembentukan Ika-tan Mahasiswa Aceh Jerman (IMAN) dan ASFERadio dilaksanakan di Göttin-gen. Boleh dibilang lokasi geografis Göttingen sangat strategis karena relatif di pusat Jerman, diapit kota besar seperti Frankfurt am Mainz, Hannover dan Hamburg sehingga memudahkan di-jangkau oleh siapa saja.

Göttingen dari masa ke masa

Kota Göttingen terletak di negara bagian Niedersachsen. Jumlah pen-duduknya tercatat 129,466 di tahun 2004 (Wikipedia.org). Nama Göttingen diambil dari sebuah desa bernama Gutingi. Kota ini ditemukan antara ta-hun 1150 dan 1200 dan pada abad per-tengahan adalah bagian dari Liga Hanse-atic atau kelompok konsorsium dagang sepanjang jalur pantai Utara Eropa dan tergolong kota yang masyhur.

Saat terjadinya Perang Dunia II ada kesepakatan informal antara Jerman (Blok Timur) dan Sekutu bahwa tidak akan membumi-hanguskan beberapa

kota. Sekutu tidak menghancurkan kota Heidelberg dan Göttingen dan sebali-knya Jerman tidak menganggu gugat Cambridge dan Oxford. Kini kita dapat menyaksikan kota-kota tersebut menjadi kota dengan universitas ternama di dunia.

Kota ini memiliki slogan “Stadt, die Wissen schafft” yang berarti kota yang penuh dengan pengetahuan memang memiliki kaitan erat dengan kampus Georg-August-Universität Göttingen. Kampus Göttingen didirikan tahun 1737 atas pemikiran kritis dan pengaruh kebe-basan berekspresi oleh George II, raja Inggris dan kini termasuk kampus pa-pan atas di Jerman. Saat ini tercatat seki-tar 26.000 mahasiswa yang melanjutkan studinya di 13 fakultas yang ada. Bahkan lokasi kampusnya pun tersebar di seke-liling kota. Kawasan kampus sentral ter-diri fakultas Teologi, Hukum, Ekonomi, Sastra, perpustakaan pusat dan mensa (ruang makan) terletak di pusat kota. Sedangkan untuk fakultas MIPA berada di kampus utara yang bisa dijangkau den-gan 15-20 menit bersepeda. Fakultas ke-dokteran terintegrasi dengan Klinikum (rumah sakit) dan perpustakaan yang sangat nyaman. Tak salah jika kota Göttingen ini seperti kota pelajar, karena dikelilingi oleh komplek kampus.

8

Page 10: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Kehidupan para Mahasiswa

Layaknya kota pelajar lainnya, setiap awal semester akan diterlihat aktivitas ma-hasiswa di seputar kampus. Universitat Göttingen menerima mahasiswa dua kali per tahun namun itu berdasarkan kebija-kan jurusan yang dituju. Masa penerimaan mahasiswa baru yaitu di Summer Semester (April-Juli) dan Winter Semester (Oktober-Februari). Khususnya di Winter Semester, sejak September aktivitas mahasiswa baru terlihat massif, antara lain melakukan regis-trasi ulang, pencetakan kartu mahasiswa hingga masa orientasi kampus. Sebagian besar kegiatan administrasi dilakukan se-cara online.

Kegiatan orientasi kampus difasilitasi oleh kampus dan fakultas masing-masing. Umumnya menjelaskan gambaran perkulia-han, pengenalan fasilitas kampus (perpus-takaan, pusat bahasa, mensa, asrama), or-ganisasi mahasiswa dan tur keliling kota. Uniknya kartu mahasiswa Göttingen bisa

9

Orientasi Kampus outdoor dan indoor (Dok.F.Mutia,2012)

SUMBER HTTP://WWW.GOETTINGER-TAGEBLATT.DE/VAR/STORAGE/IMAGES/GT-ET/NACHRICHTEN/WISSEN/WISSEN-VOR-ORT/UNI-GOETTINGEN-VERLIERT-ELITE-STATUS/21929445-2-GER-DE/UNI-GOETTINGEN-VERLIERT-ELITE-STATUS_ARTIKELQUER.JPG

Page 11: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

menjadi alat pembayaran di mensa setelah menyetorkan sejumlah uang di mesin uang yang terdapat sekitar kampus., saldo 10 € dari kampus untuk fasilitas printing dan fo-tokopi. Kartu ini juga berfungsi sebagai se-mesterticket dengan jangkauan luas hingga ke kota Hannover, Hamburg, Braunscweig, Bremen. Artinya perjalanan gratis dengan fasilitas kereta ekonomi. Sangat menyenang-kan bagi mahasiswa yang hobi jalan-jalan! Kabar gembira kini meliputi para mahasis-wanya karena sejak Winter Semester 2014 per 1 Oktober, tuition fee sudah dihapuskan dan mahasiswa hanya perlu membayar uang semester tiket yang juga mencakup layanan bus dalam kota. Tentu saja ini san-gat memudahkan mobilisasi terutama saat musim salju mencapai puncaknya.

Selain itu setiap mahasiswa akan dibekali akun email student. Di akun terse-but segala informasi terkait perkuliahan, ba-han materi dari dosen dan pengumuman terdapat di sana. Bahkan untuk melakukan ujian semester, tiap mahasiswa harus men-daftar terlebih dahulu di akun tersebut. Di akun mahasiwa juga terdapat berbagai in-formasi lowongan pekerjaan dan dokumen penting yang

dapat diakses langsung, seperti nilai ujian, bukti pembayaran uang semester dan transkrip akademik. Kondisi ini memudah-kan tiap mahasiswa dalam menggurusi ke-butuhan administrasinya.

Memiliki sepeda wajib hukumnya bagi para mahasiswa Göttingen. Jalur bagi para

pengendara sepeda tersedia di sepanjang ja-lan, terpisah dengan trotoar pejalan kaki. Setiap tempat publikpun dilengkapi kawa-san parkir sepeda. Dengan sepeda kita be-bas menjelajah tiap sisi kota. Tak heran se-peda juga menjadi transportasi favorit warga Göttingen. Jika ada pejalan kaki dan pengendara sepeda yang melintas, maka pengendara mobil akan bersabar menunggu dan memberi kesempatan untuk lewat. Tak perlu ragu sisi keamanannya karena selama kita tertib berlalu lintas, se-muanya akan aman. Tetapi jangan salah, di setiap persimpangan jalan ada lampu lalu lintas bertanda khusus bagi pengendara se-peda. Tak bisa seenaknya menyerobot lampu merah jika tak ingin ditabrak mobil. Kesadaran dan ketertiban ini sangat di-patuhi oleh semua orang sehingga berken-daraan di jalan terasa aman.

Akses makanan halal dan mesjid juga relative dekat. Sejumlah toko daging halal seperti Al-Iman markt dan Sinem menjadi langganan mahasiswa muslim. Saat bulan Ramadhan, undangan iftar di mesjid pun cukup banyak. Selain mengenal menu timur tengah dan asia selatan, saya menda-pat beberapa kenalan muslimah asal Tuni-sia, Sudan, Mesir, Palestina hingga muallaf asal Jerman. Sungguh menambah ukhu-wah!

Objek Wisata di Göttingen

Sekalipun kota yang kecil, Göttingen cukup layak dilirik untuk potensi wisa-tanya. Patung Gänseliesel yang terletak di pusat kota adalah ikon kota yang digambar-

10

Page 12: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Aksi selebrasi mahasiswa PhD asal Aceh; Maimun Rizal dan Essy Harnelly (Dok. MR dan EH)

kan sebagai figure gadis membopong angsa. Adalah kebanggaan dan selebrasi ma-hasiswa doktoran universitas Göttingen yang sudah menyelesaikan studinya den-gan diarak oleh sahabat, kolega dan professor ke pusat kota menggunakan kenda-raan berhias. Lalu ia akan memanjat, meletakkan rangkaian bunga dan mencium patung Gänseliesel.

Saya boleh berbangga sebagai warga kota ini karena banyak peraih nobel berasal dari ilmuan atau alumni Universität Göttingen. Tercatat lebih dari 40 penghargaan dianugerahkan kepada sosok-sosok seperti Max Planck, Robert Koch, Otto Biscmark dll dengan bidang ilmu meliputi sains, kedokteran, dan ilmu social. Ada semacam lelucon bahwa mengapa kota Göttingen menghasilkan banyak nobel,

11

Page 13: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Panen Strawberry ala Febi-Yusni-Saiful “aneuk IMAN” (Dok. F.Mutia, 2013)

karena suasana kotanya “kecil dan membosankan” sehingga para mahasiswa hanya focus belajar. Hehe...

Bagi yang senang wisata alam, maka layak mengunjungi Botanical garden, Danau Kisse dan wandern (jalan-jalan/tracking) di hutan area Bismarckturm. Jika sedang musimnya (Maret) dapat berfoto ria di hamparan lahan kuning raps (tana-man canola penghasil minyak). Bulan Juni adalah saat yang te-pat untuk memetik strawberry. Atraksi ini sangat menarik dila-kukan bersama- sama keluarga dan teman karena sangat meny-enangkan dan refreshing. Lahan strawberry tumbuh subur di selatan kota, dan bebas masuk dan gratis makan di tempat. Jika

12

Page 14: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Tugu Peringatan (Dok. F.Mutia, 2013)

ingin bawa pulang strawberry, maka hasil petik bisa ditimbang dan dibayar di tenda penjual.

Wisata sejarah juga sangat layak untuk disimak karena dis-ini terdapat tempat dimana pertama kali telekomunikasi via electromagnetic diuji coba pada tahun 1833. Daerah zentrum juga banyak rumah bekas peninggalan tokoh penting yang kini masih tetap dilestarikan.

Demikianlah sekelumit kisah kota Göttingen. Hal dan kebi-asaan baik di sini bukan hanya semata-mata bisa didapatkan di Jerman, tetapi bisa diduplikasi di Aceh. Kultur akademik yang baik dari kampus akan memberikan imbas positif bagi masyarakat luas. Semoga.

13

Oleh: Febi Mutia (penerima beasiswa program master Hydrogeology and Environmental Geo science Universität Göttingen, DAAD-Aceh 2012)

Page 15: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

L I P U T A N

Ramadhan di BonnRamadhan tahun ini jatuh pas di mu-sim panas untuk wilayah Jerman dan sekitarnya. Terbayang ya berapa lama kita berpuasa? Nggak jauh beda den-gan tahun lalu. Suasananya juga masih sama, minus suara sirine tanda waktu berbuka, minus suara azan yang berku-mandang dari mana-mana, minus bu-kaan buatan mama dan kakak *opps* dan ucapan selamat berbuka ala sirup Marjan.

Ketika orang mendengar jadwal puasa di Jerman yang hampir 19 jam, ditambah lagi kalau mengikuti jadwal shalat isya yang biasanya jam 12 ma-lam, banyak yang bertanya, sanggup? Nggak bantalan sakit kah karena kurang tidur? Dan masih banyak lain-nya. Sama ketika saya kedatangan tamu dari Indonesia, dan yang bersang-kutan buru-buru balik ke Indonesia. Katanya karena nggak sanggup nge-bayangin kondisi Ramadhan yang ek-strim begitu *hehehe

Kondisi real puasa di sini : jam 10 ifthar dan lanjut shalat maghrib, jam

12 shalat isya dan tarawih, lanjut sahur lalu jam 3 shalat subuh. Ada yang menyiasati dengan tidur sebelum ber-buka, baru kemudian lanjut ibadah Ra-madhan lainnya. Sebagian yang saya kenal lebih memilih untuk tidur sete-lah maghrib, sedangkan shalat isya dan tarawih diakhirkan menjelang sahur.

Ada 1 kemudahan yang datang dari fatwa para ulama di sini, yang menga-takan bahwa dibolehkan jamak waktu shalat maghrib dan isya selama musim panas. Satu jam setelah berbuka, kita dibolehkan untuk shalat maghrib, isya dan lanjut tarawih, tanpa harus menunggu jadwal normalnya, yaitu se-kitar jam 12 malam. Jadi ada jeda be-berapa jam untuk istirahat sebelum ke-mudian lanjut sahur dan shalat shubuh.

Oh iya, faktor kelembaban yang rendah juga suatu bentuk kemudahan, siang itu nggak sepanas dan bikin haus kayak di Indonesia. Puasa yang 19 jam pun jadi nggak (terlalu) berasa. Kan-gen dengan suasana Ramadhan di In-

14

Page 16: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

donesia bareng keluarga, jamaah shalat tarawih? Alhamdulillah di Bonn komuni-tas Indonesia muslimnya cukup aktif. Tiap weekend akan ada buka puasa bersama di rumah salah satu masyarakat indonesia, lengkap dengan pembahasan materi keislaman, dilanjutkan dengan shalat berjamaah. Alhamdulillah, kangennya se-dikit terobati.

Sedang kalau kangen dengan suasana Aceh, di negara bagian North Rhinew-estphalia (NRW) ini ada beberapa mahasiswa asal Aceh yg tersebar di beberapa kota, dan kita selalu mengusahakan tiap Ramadhan setidaknya mengadakan sekali buka puasa bersama. Alhamdulillah, walapun jauh dari suasana Ramadhan kayak di tanah air, Insha Allah nggak akan mengurangi kekhusyukan ibadah di bu-lan yang mulia ini.

15

Sumber : Mira Maisura Bonn

Page 17: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2
Page 18: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

F O C U S G R O U P D I S C U S S I O N

Perkembangan Reformasi Birokrasi di Indonesia dan Desentralisasi Indonesia ke

depanPada tanggal 16 Juni 2014, Kedu-taan Besar Rebuplik Indonesia (KBRI) untuk Jerman mengundang Bapak Prof. Ryaas Rasyid untuk berdiskusi mengenai reformasi bi-rokrasi dan desentralisasi di Indone-sia. Prof. Ryaas Rasyid pernah men-jabat sebagai Menteri Negara PAN (Pemberdayaan Aparatur Negara) dan Menteri Negara Otonomi Daerah pada masa Presiden Abdur-rahman Wahid. Pos menteri negara otonomi daerah menjadi unik karena hanya ada pada masa presi-den Abdurahhman Wahid, dalam sesi diskusi Bapak Ryaas sering ber-canda mengenai jabatan tersebut, ti-dak ada pendahulu dan tidak ada penerus, jadi apapun baik buruknya kinerja menteri otonomi daerah,

masyarkat Indonesia pasti akan mengingat nama beliau. Prof. Ryaas Rasyid saat ini menjabat sebagai anggota dewan pertimbangan presi-den.

Focus Group Discussion “Perkem-bangan Reformasi Birokrasi di Indo-nesia dan Desentralisasi Indonesia ke depan” dimulai dengan makan si-ang bersama serta sesi ramah ta-mah. Diskusi ini dihadiri dan dipimpin langsung oleh Duta Besar Rebuplik Indonesia untuk Pemerin-tah Jerman, yaitu Bapak Fauzi Bowo. Turut hadir juga Bapak Agus Rubiyanto selaku atase bidang pen-didikan dan Ibu Lefianna selaku min-ister counselor bidang politik. Focus Group Discussion juga mengundang perwakilan dari IMAN (Ikatan Ma-

17

Page 19: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

hasiswa Aceh di Jerman) yang diwak-ilkan oleh Saudara Arief Gunawan.

Reformasi Birokrasi

Diskusi berjalan dalan suasana pe-nuh keakraban dan saling tukar piki-ran. Prof. Ryaas Rasyid menyampai-kan beberapa hal penting terkait den-gan proses reformasi birokrasi yang saat ini sedang dilaksanakan oleh pe-merintah Indonesia. Menurut beliau, desentralisasi adalah bagian yang ti-dak terpisahkan dari proses refor-masi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1999 serta munculnya ke-menterian pemberdayaan aparatur negara. Pemerintah Indonesia beru-saha melakukan reformasi birokrasi dengan memangkas jumlah 33 ke-mentrian yang ada saat ini menjadi 20 kementrian saja. Pemerintah menilai hal ini akan meningkatkan efisiensi, namun dalam penerapan-nya menemui berbagai kendala. Re-formasi birokrasi juga berusaha un-tuk menertibkan penerimaan pega-wai negeri sipil di lingkungan ke-menterian untuk meningkatkan kuali-tas pelayanan.

Prof. Ryaas Rasyid juga menyebut-kan sistem politik yang dianut oleh

Indonesia memungkinkan untuk mengisi pos menteri dari partai poli-tik. Hal ini, dalam banyak kasus merupakan praktik yang kurang jitu untuk membangun Indonesia. Para menteri dari partai politik kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dikarenakan adanya konflik kepentin-gan.

Reformasi birokrasi juga mengga-gas tunjangan kerja atau renumerasi bagi pegawai kementerian untuk mencegah terjadinya korupsi. Na-mun, reformasi birokrasi yang saat ini tengah dilaksanakan oleh pemer-intah Indonesia belum dapat mence-gah tindakan korupsi.

Desentralisasi

Tujuan utama dari desentralisasi menurut Bapak Ryaas Rasyid adalah untuk mendekatkan dan memudah-kan pelayanan bagi masyarakat di daerah. Desentralisasi memberikan mandat kepada pemerintah daerah untuk mengatur berbagai persoalan di daerah secara mandiri tanpa cam-pur tangan yang besar dari pemerin-tah pusat. Termasuk didalamnya ada-lah kekuasaan untuk mengatur masa-lah pertanahan. Bapak Ryaas Rasyid

18

Page 20: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

berkali-kali menekankan bahwa kekuasaan pemerintah daerah untuk mengatur masalah pertanahan ada-lam amanat undang-undang no. 22 tahun 1999 dan diperbaharui oleh undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. De-sentralisasi bidang pertahanan ini hanya dianulir oleh Kepres presiden yang saai itu dijabat oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Kepres terse-but hanya dimaksudkan untuk menunda sementera pelimpahan de-sentralisasi pertanahan kepada pe-merintah daerah, namun yang ter-jadi adalah sampai saat ini masalah pertanahan masih dikelola oleh pe-merintah pusat sepenuhnya melalui BPN (Badan Pertanahan Nasional).

Penerapan Desentralisasi menum-buhkan kondisi yang lebih stabil dari sisi politik bila dibandingkan dengan sistem pemerintah terpusat. Adapun sisi negatif dari desentralisasi adalah munculnya isu-isu kedaerahan dan maraknya permintaan untuk pe-mekaran wilayah. Pilkada juga men-dapat perhatian lebih dari Bapak Ryaas Rasyid karena belum tentu menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Disamping itu juga mem-

butuhkan biaya yang besar untuk menyelenggarakan pemilu langsung.

Bapak Ryaas Rasyid juga meny-inggung tentang pelaksanaan pilkada gubernur Aceh yang sempat me-makan korban jiwa. Proses tarik ulur antara pemerintah pusat dengan se-buah partai lokal yang hingga batas waktu yang telah ditentukan tidak juga mendaftar untuk pilkada. Na-mun, Pemerintah Indonesia ber-pegang teguh untuk menjaga stabili-tas politik di Aceh dengan memper-panjang batas pendaftaran pilkada hingga 6 kali.

Di akhir acara, perwakilan dari IMAN menyerahkan buku trave-logue Aceh-Jerman kepada Pak Du-bes sebagai tambahan literatur di perpustakaan KBRI Berlin.

19

OLEH: ARIEF GUNAWAN TU BERLIN

Page 21: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Tak hanya di tanah air, warga Indo-nesia yang berada di luar negeri, ter-masuk Jerman pun mengikuti Pemilu. Sejak pertengahan tahun lalu, Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) sudah mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang Pemilu di berbagai kota di Jer-man. Sewaktu sosialisasi ini, kita juga bisa mendaftar agar dapat mengikuti Pemilu di Jerman. Untuk Pemilu legis-

latif, warga Indonesia di luar negeri cuma memilih calon anggota DPR RI dari wilayah DKI Jakarta II, tidak peduli dari mana daerah asalnya di Indonesia.

Satu hal lagi yang berbeda dari pemilu di Indonesia, di sini kita bisa mengikutinya melalui pos. Ini pilihan yang bagus untuk warga yang tinggal jauh dari kota tempat Kantor Kedutaan

Mengikuti Pemilu Di Jerman

20

LIPUTAN

T a h u n 2 0 1 4 i n i I n d o n e s i a k e m b a l i m e n g a d a k a n p e s t a demokrasi, Pemilihan Umum. Pemilu yang diadakan tiap 5 tahun sekali ini menjadi ajang bagi rakyat Indonesia untuk memilih wakil rakyat dan presidennya untuk 5 tahun ke depan. Sebagian rakyat Indonesia bersemangat menyambut pemilu dengan mendukung partai, calon anggota legislatif dan calon presiden pilihannya. Sementara yang lain lebih netral. Sisanya malah ada yang menolak pemilu dan menjadi golongan putih (tidak memilih) dengan berbagai alasan.

Page 22: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

dan Konsulat Jenderal Republik Indone-sia, seperti Berlin, Hamburg dan Frank-furt berada. Surat suara dikirim ke ala-mat warga yang memilih via pos sekitar dua Minggu sebelum jadwal Pemilu di KJRI dan KBRI. Setelah memilih, surat suara dikirim kembali melalui pos ke ala-mat PPLN.

Di Jerman sendiri Pemilu Legislatif di Kantor KJRI diadakan pada tanggal 5 April. Jadwalnya lebih cepat dari Pemilu di Indonesia, 9 April. Jadi surat suara dari warga yang memilih via pos harus sampai ke sana sebelum hari itu.

Setelah memilih anggota legislatif, tanggal 9 Juli kita memilih presiden yang baru menggantikan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Di Jerman, Pemilu Presiden diadakan pada tanggal 5 Juli. Kali ini ada dua pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang maju, Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan

Joko Widodo – M. Jusuf Kalla. Sama seperti Pemilu legislatif, Pemilu Presi-den di Jerman juga bisa diikuti via pos bagi warga yang tinggal jauh dari kantor KJRI dan KBRI.

Pemilu di Kantor KBRI Berlin sen-diri dihadiri oleh sangat ramai warga In-donesia dari Berlin dan kota-kota di seki-tarnya. Rekan IMAN Arief Gunawan me-laporkan dari Berlin, berdasarkan data PPLN ada sekitar 1500 warga Indonesia yang terdaftar dan hadir untuk memilih Presiden Indonesia yang baru. Say-angnya, selain itu ada juga sekitar 400 warga yang tidak mendapat undangan untuk mengikuti Pemilu.

Sampai saat tulisan ini terbit, hasil perhitungan suara dari berbagai Tempat Pemungutan Suara (TPS), baik di Indo-nesia maupun di luar negeri masih dikumpulkan. Hasil akhir perhitungan suara ini akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 22 Juli mendatang. Kita tentunya berharap Presiden Indonesia yang baru dapat memimpin dengan baik dan membawa bangsa ini lebih maju lagi.

21

Page 23: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

22

SUASANA PEMILU DI BERLIN

Page 24: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

23

OLEH : AHMAD ZAKI WEIMAR

Page 25: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Pertama-tama, kami ucapkan selamat atas keberhasilannya menyele-saikan Program Phd.Bagaimana kesannya secara umum tentang ku-liah di Jerman?

Setiap bidang studi mempunyai tingkat studi yang berbeda-beda, fasilitas pendukung perkuliahan secara umum sangat memadai, dengan perpustakaan yang dapat dikunjungi dari jam 7 pagi sampai jam 1 dini hari. Dan juga tersedianya ruangan belajar (individual study room) yang dapat diakses oleh setiap Mahasiswa, sehingga kita dapat lebih fokus un-tuk menyelesaikan tugas-tugas akademis. Kuliah di Jerman membiasakan kita untuk bekerja secara mandiri, baik secara individual maupun secara tim.

INTERVIEW

DR. RER. NAT. MAIMUN RIZAL

24

Pada kesempatan kali ini B u l e t i n H a b a I M A N menghadirkan wawancara dengan Maimun Rizal. Beliau adalah mahasiswa Program Phd. asal A c e h y a n g b a r u s a j a menyelesaikan studinya di Uni Goet t ingen. Ber ikut has i l wawancara tertulis dengan beliau yang belum lama ini baru saja kembali ke Aceh.

Maimun Rizal, setelah sidang disertasi. Dasi yang dipotong sebagai simbol berakhirnya tanggung jawab profesor terhadap mahasiswa.

Page 26: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Bisa dijelaskan sedikit tentang topik studi yang dipilih?

Computer Science di Uni Goettingen terdiri dari beberapa Group research, seperti Net-work Security, Computer Security, Telemat-ics, Management Information systems. Saya bergabung di dalam Telematics Group. Dalam Telematics Group ada be-berapa fokus penelitian, diantaranya Sen-sor Network, RFID, Anonymous Network dan beberapa penelitian lainnya. Fokus pe-nelitian yang saya pelajari adalah VoIP through Anonymous Network.

Kenapa tertarik untuk memilih topik itu?

Jauh sebelum Edward Snowden “mem-buka” rahasia kegiatan yang dilakukan oleh National Security Agency (NSA), terbersit kemungkinan dilakukannya penyadapan pembicaraan oleh “eavedropper” untuk kegi-atan komunikasi yang menggunakan VoIP services, dikarenakan Voice/suara di kirim-kan melalui jaringan terbuka yaitu Internet. Teknologi enkripsi dapat melindungi pesan suara, namun tidak dapat menyembunyi-kan privasi dari penelpon ataupun pener-ima. Dalam hal ini, eavedroppers sulit un-tuk dapat mengetahui isi pesan suara na-mun tetap mengetahui siapa yang menel-pon siapa. Anonymous Network telah terle-bih dahulu berhasil menerapkan privacy ke-

pada data seperti web browsing ataupun email. Tetapi untuk voice/suara sangat sulit untuk diterapkan dikarenakan real time communication sangat sensitif terhadap de-lay. Oleh karenanya, saya tertantang untuk melakukan penelitian terhadap kualitas VoIP jika menggunakan Anonymous net-work yang sudah ada.

Bagaimana proses disertasinya? Apakah ada kendala? Bagaimana interaksi dengan profesor selama studi?

Proses disertasi tidak selamanya berjalan lancar, ada beberapa kendala, salah satunya harus melakukan percobaan ulang sehingga terkadang menimbulkan rasa jenuh. In-teraksi dengan Professor merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam menyelesai-kan studi, disaat mengalami kebuntuan ide, maka kita dapat berdiskusi dengan profes-sor untuk mencarikan solusi dari kendala yang kita hadapi.

Bagaimana perkembangan hasil penelitiannya nanti? Apakah ada kemungkinan untuk diterapkan di Indonesia, terutama Aceh?

Hasil dari penelitian yang saya lakukan mungkin saja diterapkan di Indonesia atau di Aceh. Real time communication menggu-nakan media Internet dengan standar

25

Page 27: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

packet delay yang tidak boleh melebihi 400 ms, sehingga untuk implementasinya, me-merlukan bandwidth yang besar untuk men-jamin packet suara lebih kecil dari 400 ms.

Apa rencana dalam waktu dekat dan rencana jangka panjang sete-lah kembali ke Aceh?

Rencana dalam waktu dekat ini adalah kem-bali ke Aceh dan aktif kembali sebagai “abdi negara”. Untuk jangka panjang, mencoba sekuat tenaga untuk membantu tenaga pen-didik (guru) untuk melek terhadap teknologi Informasi

Setelah wisuda, ada tradisi men-cium patung Gaenselisel di Gottin-gen. Bisa diceritakan sedikit ten-tang tradisi ini?

Mahasiswa di Universitas Goettingen memiliki tradisi unik pada waktu menyele-saikan pendidikan doktor yaitu mencium patung Gaenselisel yang terletak di tengah kota Goettingen. Tradisi ini sudah berlangs-ung sangat lama, kononnya sudah dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu.

26

Tradisi mencium patung Gaenselisel di Goettingen bagi lulusan Phd.

Page 28: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

Selain itu ada beberapa hiasan menarik di topi toga yang dipakai sewaktu wisuda, apa maknanya?

Hiasan di atas topi merupakan topik disser-tasi yang kita lakukan, dengan bendera ne-gara dimana kita menyelesaikan studi Mas-ter, menyelesaikan PhD dan juga bendera negara asal.

Apa pengalaman yang paling menarik selama tinggal dan bela-jar di Jerman? Yang baik maupun jelek.

Banyak pengalaman yang menarik di Jer-man, salah satunya menjadi “Duta Budaya” dengan memperkenalkan tari likok pulo ke International, seperti penampilan Likok Pulo di acara Kulturewoche di beberapa daerah di Jerman, dan

juga penampilan Likok Pulo di acara Pasar Malam Indonesia di Den Haag, Belanda. Pengalaman yang tidak menyenangkan hanya untuk konsumsi pribadi.

Apa hal yang mungkin akan pal-ing dirindukan dari Jerman sete-lah kembali ke Aceh?

Keteraturan dalam segala hal, dari kete-patan waktu publik transportasi, sampai dengan deadline ujian yang telah ditetap-kan semenjak kuliah dimulai.

Adakah saran untuk para pem-baca, baik yang masih menempuh studi di Jerman maupun yang ber-niat untuk melanjutkan studi di Jerman atau negara-negara lain?

jangan takut untuk mencoba, teruslah beru-saha dan jangan mudah berputus asa karena setiap masalah pasti ada solusinya.

Terima kasih atas kesempatan wawancaranya. Semoga sukses se-lalu.

27

Page 29: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

A R T I K E L

Pentingnya Motivation Letter Saat Mendaftar Program

MasterMotivation letter adalah bagian ter-penting bagi calon mahasiswa yang ingin mendaftar ke kampus di Jerman atau negara lainnya. Khusunya untuk mahasiswa program master, seperti halnya proposal riset calon mahasiswa program doktoral, yang menjelaskan master plan si calon mahasiswa. Moti-vation letter mendeskripsikan minat si calon mahasiswa dan relevansi jurusan yang akan dipilih dengan kegiatan ca-lon mahasiswa tersebut sebelumnya (ju-rusan sebelumnya).

Contohnya: bila calon mahasiswa telah menyelesaikan pendidikan sar-jana di Jurusan Fisika dan pernah ikut serta dalam beberapa penelitian yang berhubungan dengan Geophysics, maka mahasiswa tersebut bisa memilih jurusan Fisika ataupun beberapa juru-san lainnya yang berhubungan dengan Fisika maupun Geophysics seperti Ilmu Lingkungan atau Geophysics itu sendiri. Kegiatan di luar studi juga

memberikan peranan yang besar bagi calon mahasiswa untuk diterima di ju-rusan yang berbeda dengan jurusan se-belumnya. Dengan mendeskripsikan minat yang besar pada kampus yang dituju beserta alasan yang kuat, maka si calon mahasiswa memiliki peluang yang besar untuk bisa belajar di kam-pus tersebut.

Kemudian jelaskan lebih spesifik mengapa memilih jurusan dan universi-tas yang dituju. Pada bagian ini bisa dijelaskan besarnya ketertarikan pada kurikulum yang ditawarkan dan masih kurangnya ahli di bidang tersebut, mengapa si calon mahasiswa harus mempelajari bidang tersebut. Penjela-san mengenai visi jurusan yang dituju bisa juga dibaca di website kampus yang dituju atau juga bisa dibaca di website kampus lain pada halaman ju-rusan yang sama dengan sedikit para-phrasing. Dengan begitu, bila maha-siswa dan kampus memiliki visi yang

28

Page 30: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

sama, sinkronisasi keduanya akan se-makin mudah.

Selain itu, penting juga diperhatikan apa yang akan dilakukan si calon maha-siswa setelah menyelesaikan studinya. Tujuan setelah studi bisa berupa arah karir yang direncanakan si calon maha-siswa. Akan lebih baik bila calon maha-siswa memiliki rencana untuk mengu-bah hal yang kecil atau hal yang lebih spesifik di kota atau di daerah ia

berasal. Beberapa kesalahan yang ser-ing ditulis oleh calon mahasiswa adalah keinginan mengubah dunia atau se-buah negara setelah selesai studi. Keinginan seperti itu terlalu lebar dan tidak masuk akal.

Dibawah ini adalah contoh motiva-tion letter sederhana yang saya buat un-tuk mendaftar di Universität Trier pada jurusan Environmental Sciences.

29

STATEMENT OF STUDY PLAN

By: Zakiul Fuady

My decision to apply for master program in Environmental Sciences at the University of Trier is driven by my strong desire to comprehend scientific approaches that are related to conservation, restoration, and management of natural and cultural landscapes. It em-phasises quantitative analysis and explores how science can identify and resolve environ-mental problems.

The Master's programme in integrated Environmental Sciences (ES) is designed for whom intend to specialise in Environmental Conservation and Restoration Management (ES III), management strategies for nature conservation as well as dumpsite reclamation and remediation. Based on methodological skills and systems analysis, the students will be trained for jobs in public authorities, private agencies, relevant sections in related indus-tries, insurance companies and others. In addition, the Master's degree entitles the gradu-ates to follow a scientific career in universities and research institutions.

I have a number of experiences which would help me successfully complete a master program at Environmental field. I obtained a bachelor of science at the University of Syiah Kuala, College of Mathematics and Natural Sciences with Physics as my major. Fur-thermore, I had joined some fieldworks in environmental geophysics exploration as well. From these experiences I have gained the necessary basic knowledge to study in Environ-mental Sciences.

Page 31: Buletin Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman (IMAN) Edisi 2

30

Oleh:Zakiul Fuady

Calon Mahasiswa Master Program Universität Trier

Program Beasiswa LPSDM Aceh – DAAD Batch VI Blog: zakiul.com

I am very excited to join the incoming class at the University of Trier. It has qualified teaching-staffs and the best subjects also offered in Environmental Sci-ences. The university itself, possessing several year old traditions and cutting- edge researches in science and engineering, the field is collaborating closely with interna-tionally renowned extramural research institutions and has in recent years become a centre for sciences in Europe. The proximity to strong partners outside

the university as well as the close cooperation with international universities and industrial partners have made the university as an excellent location with unique fields of study, applied researches, and outstanding opportunities for supporting young scholars. I sincerely believe I would be an excellent student in your program, and I am prepared to work and study hard in order to meet the high standards that the university is known for.

Finally, after I complete my master program, I will have more advanced knowl-edge and skills in Environmental Sciences. It will give me a good chance to expand my career as a scientist and lecturer at my university. The University of Syiah Kuala has Physics and Geophysics Engineering Departments, and Graduate School of Disasters that related to Environmental Sciences exploration in which I can apply my knowledge.