Buku Survailens 2010

62
PEDOMAN PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI DI KABUPATEN/KOTA KEMENTERIAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT 2010

Transcript of Buku Survailens 2010

  • PEDOMAN PELAKSANAAN SURVEILANS GIZI

    DI KABUPATEN/KOTA

    KEMENTERIAN KESEHATANDIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT

    DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT2010

  • ii Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI

    613.2Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Binas Kesehatan Masyarakat. Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten/Kota.-- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010

    I. Judul I. NUTRITION

  • iii

    Kata PengantarKeputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 828/Menkes/SK/

    IX/2008 tentang Standar Pelayan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa semua Kabupaten/kota menyelenggarakan surveilans gizi. Dalam Rencana Strategi (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014, ada 8 indikator keluaran kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat yang harus dicapai, salah satu diantaranya adalah 100 % kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi.

    Surveilans gizi merupakan salah satu kegiatan yang dapat diandalkan untuk mendukung pencapaian tujuan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Dengan pelaksanaan surveilans gizi yang baik keadaan gizi masyarakat dapat dipantau secara teratur, sehingga mampu mencegah, mengantisipasi dan menangani masalah gizi di masyarakat dengan baik.

    Buku Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota ini disusun untuk meningkatkan kualitas kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota, yang ditujukan kepada semua petugas kesehatan yang terlibat dalam kegiatan surveilans gizi di Kabupaten/Kota.

    Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku pedoman ini. Kritik dan saran untuk kesempurnaan pedoman ini sangat kami harapkan.

    Jakarta, Oktober 2010Direktur Bina Gizi Masyarakat

    DR. Minarto, MPS

    Kata Pengantar

    y

  • iv Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • vDaftar Isi HalamanKata Pengantar ............................................................................... iiiDaftar Isi .......................................................................................... vDaftar Lampiran ............................................................................. viiDaftar Tabel .................................................................................... viiiDaftar Grafi k ................................................................................... ixDaftar Gambar ................................................................................ xBAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ............................................................. 1 B Pengertian ................................................................... 2 C Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi ........................... 3

    BAB II TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN SASARAN A Tujuan .......................................................................... 5 B Ruang Lingkup ............................................................. 5 BAB III LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN SURVEILANS GIZI A Pengumpulan Data ...................................................... 7 1 Pengumpulan Laporan Rutin Puskesmas ............. 7 2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk .............. 8 B Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ................... 9 1. Analisis Deskriptif .................................................. 9 2. Analisis Analitik ...................................................... 11 C Diseminasi Informasi ................................................... 14 1. Umpan Balik ........................................................... 15 2. Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor ..................................................................... 15 D Tindak Lanjut ............................................................... 15

    Daftar Isi

  • vi Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    BAB IV MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN A Jenis dan Frekuensi Pelaporan ................................... 19 B Alur Pelaporan ............................................................ 20

    BAB V INDIKATOR KEBERHASILAN A Indikator Input ............................................................ 23 B Indikator Proses ......................................................... 23 C Indikator Output ......................................................... 24

    BAB VI PENUTUP .......................................................................... 25

    LAMPIRAN

  • vii

    Daftar LampiranLampiran 1 : Perhitungan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Lampiran 2 : Formulir Laporan KLB GiziLampiran 3 : Formulir Klarifi kasi Informasi Gizi Darurat Lampiran 4 : Formulir Laporan Rekapitulasi Kasus Gizi BurukLampiran 5 : Formulir Laporan Rekapitulasi Pencatatan ASI Eksklusif Lampiran 6 : Formulir Laporan Rekapitulasi Hasil Pemantauan

    Garam Beryodium Di Tingkat Masyarakat Tingkat Kabupaten/Kota

    Lampiran 7 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A

    Lampiran 8 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Pemberian TTD Ibu Hamil

    Lampiran 9 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Data Penimbangan PosyanduLampiran 10 : Formulir Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat Bulanan (F1)Lampiran 11 : Formulir Laporan Pencapaian Indikator Kinerja

    Pembinaan Gizi Masyarakat 6 Bulanan (F6)

    Daftar Lampiran

  • viii Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Daftar TabelTabel 1 : Jenis Data yang di Kumpulkan di Tingkat

    Kabupaten/KotaTabel 2 : Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A di Kabupaten

    Teluk Cinta Bulan Februari dan Agustus Tahun 2009

    Tabel 3 : Cakupan Pemberian TTD (Fe3) Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009Tabel 4 : Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S Di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009Tabel 5 : Cakupan Distribusi TTD (Fe3) dan K4 di Kabupaten

    Teluk Cinta Tahun 2009

  • ix

    Daftar GrafikGrafi k 1 : Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A di Kabupaten Teluk Cinta Bulan Februari dan Agustus

    Tahun 2009Grafi k 2 : Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian D/S

    Terhadap Cakupan Vitamin A Balita di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009Grafi k 3 : Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian

    TTD (Fe3) terhadap K4 di Kabupaten Cinta Teluk Tahun 2010

    Daftar Grafi k

  • x Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Daftar GambarGambar 1 : Peta Wilayah Cakupan Pemberian TTD (Fe3) Ibu Hamil Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk

    Cinta Tahun 2009Gambar 2 : Alur Pelaporan dan Umpan Balik

  • 1Bab 1 : PendahuluanA. Latar Belakang

    Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam undang-undang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

    Status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan menurunnya prevalensi gizi kurang dari 24,5% (Susenas, 2005) menjadi 18,4%, walaupun demikian masalah stunting pada anak balita masih tinggi yaitu sebesar 36,8% (Riskesdas, 2007). Masalah gizi mikro di 10 Provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xeroptalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol < 20 gr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan jika dibandingkan dengan hasil survei vitamin A pada tahun 1992. Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%.

    Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfl uktuasi dan menunjukan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif 06 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 (Susenas 2007 2008).

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

    Bab I : Pendahuluan

  • 2 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    2010-2014 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%.

    Untuk mencapai sasaran RPJMN Tahun 2010-2014 bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi. Di bidang perbaikan gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran, yaitu;1. 100% balita gizi buruk ditangani/dirawat2. 85% balita ditimbang berat badannya, 3. 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif,4. 90% rumah tangga mengonsumsi garam beryodium, 5. 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A,6. 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, 7. 100% kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi, dan8. 100% penyediaan bu er stock MP-ASI untuk daerah bencana.

    Surveilans gizi akan meningkatkan efektivitas program dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya. Berkaitan dengan hal tersebut, pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petugas kesehatan dalam pelaksanaan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota.

    B. Pengertian

    Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi buruk dan indikator pembinaan

  • 3gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif, efi sien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi.

    C. Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi

    a. Tersedia data yang akurat dan tepat waktu b. Ada proses analisis atau kajian data c. Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus d. Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan

    pelaporan e. Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan

    indikator

    Bab 1 : Pendahuluan

  • 4 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • 5Bab 2 : Tujuan Dan Ruang LingkupA. Tujuan

    1. Tujuan Umum Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi di tingkat

    Kabupaten/Kota.2. Tujuan Khusus

    a. Tersedianya informasi indikator kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.

    b. Terlaksananya pelacakan kasus balita gizi buruk. c. Tersebarluasnya informasi hasil kegiatan Pembinaan Gizi

    Masyarakat. d. Melaksanakan umpan balik hasil kegiatan Pembinaan

    Gizi Masyarakat ke puskesmas. e. Adanya tindak lanjut sebagai respon terhadap hasil

    kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. f. Terlaksananya penyampaian laporan indikator hasil

    kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

    B. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup surveilans gizi di Kabupaten/Kota meliputi : 1. Pemantauan kasus gizi buruk pada balita. 2. Pemantauan pertumbuhan balita (D/S). 3. Pemantauan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. 4. Pemantauan konsumsi garam beryodium. 5. Pemantauan pemberian kapsul vitamin A pada balita. 6. Pemantauan pemberian Fe 90 tablet pada ibu hamil.

    Bab 2 : Tujuan, Ruang Lingkup Dan Sasaran

  • 6 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • 7Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans gizi Kegiatan surveilans gizi dimulai dengan pengumpulan data,

    pengolahan dan analisis data, diseminasi informasi dan tindak lanjut/respon.A. Pengumpulan Data

    1. Pengumpulan Laporan Rutin Puskesmas Pengumpulan data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat di

    Kabupaten/Kota antara lain meliputi pembinaan pencatatan dan pelaporan serta melakukan rekapitulasi hasil kegiatan di Puskesmas/Kecamatan, sebagai berikut :

    Tabel 1Rekapitulasi Data di Tingkat Kabupaten/Kota

    Data Sumber Data Instrumen Pengumpul Data Waktu

    Gizi Buruk Laporan RS Laporan

    Puskesmas Laporan

    Masyarakat/media

    Form laporan kewaspadaan KLB-Gizi di RS Form laporan bulanan kasus gizi buruk

    Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) RS

    TPG Puskesmas

    Setiap bulan dan sewaktu-waktu bila ada kasus

    Hasilpenimbangan (D/S)

    Laporan Puskesmas LB3 atau FIII Gizi TPG Puskesmas Setiap bulan

    ASI Eksklusif Laporan Puskesmas Fo rm ASI eksklusif TPG Puskesmas Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)

    GaramBeryodium

    Laporan Puskesmas Form pemantauan garam beryodium

    Guru Sekolah Dasar dan TPG Puskesmas

    Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)

    Distribusi Kapsul Vitamin A balita

    Laporan Puskesmas LB3 atau FIII Gizi TPG Puskesmas Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)

    Distribusi Tablet Tambah Darah

    Laporan Puskesmas LB3 atau FIII Gizi Bidan Koordinator dan TPG Puskesmas

    Setiap bulan

  • 8 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau laporan tidak akurat maka pengelola kegiatan gizi diharuskan melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau kunjungan langsung ke puskesmas.

    2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk Selain merekap data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

    dari Puskesmas, pengelola kegiatan gizi juga perlu melakukan kompilasi laporan kasus gizi buruk yang dirawat di RS atau informasi dari masyarakat dan media. Bila ada laporan kasus gizi buruk dari masyarakat atau media, pengelola gizi perlu melakukan klarifi kasi ke puskesmas mengenai laporan/informasi tersebut untuk melakukan konfi rmasi status gizinya. Klarifi kasi laporan kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui telepon dan sms. Bila hasil konfi rmasi ternyata balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB atau BB/TB

  • 9Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    B. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

    Pengolahan, analisis dan penyajian data di Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan hasil rekapitulasi laporan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari puskesmas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengelola gizi setiap bulan, kecuali untuk data pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita, dan pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga dilakukan setiap 6 bulan sekali.

    1. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun

    komputerisasi. Hasil pengolahan berupa cakupan masing-masing indikator Pembinaan Gizi Masyarakat, sedangkan analisis data dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis deskriptif dan analitik.

    1.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

    gambaran umum tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tujuannya adalah untuk menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah dan menentukan kecenderungan antar waktu.

    a. Menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah

    Analisis deskriptif untuk membandingkan antar wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan antar wilayah dengan target yang harus dicapai. Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas pembinaan. Berikut adalah contoh cakupan D/S berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:

  • 10 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Tabel 2Cakupan Balita Ditimbang (D/S)

    Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk CintaTahun 2009

    Dari tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta belum mencapai target yaitu masih 79% (target 85%). Disparitas cakupan antar wilayah di Kabupaten ini cukup tinggi, terlihat dari cakupan terendah sebesar 54% di Puskesmas Sukamaju dan tertinggi sebesar 96% di Puskesmas Tirtamulya. Dengan demikian, prioritas pembinaan dilakukan pada Puskesmas Sukamaju (54%) dan Jatiasri (64%) karena cakupannya masih kurang.

    b. Membandingkan Kecenderungan antar Waktu Analisis deskriptif untuk membandingkan

    kecenderungan antar waktu di suatu wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu tertentu dengan target yang harus dicapai. Berikut adalah contoh cakupan D/S dari Bulan Januari sampai Maret berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:

    No Puskesmas Jumlah Balita Jumlah Balita Ditimbang %

    1 Mentari 4168 3293 792 Tenjolaya 3713 3305 893 Karanganyar 4968 3428 694 Sukasari 4326 3764 875 Cimalaya 3836 2954 776 Jatiasri 5646 3613 647 Tegalraya 4947 4502 918 Sukmajaya 6181 5068 829 Mekarsari 4503 3287 73

    10 Tirtamulya 3710 3562 9611 Sukamaju 4695 2535 5412 Sampurna 6670 6003 90

    Kabupaten 57363 45313 79

  • 11Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    Tabel 3Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Bulan Januari Sampai Maret

    Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk CintaTahun 2009

    Dari tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta umumnya meningkat dari 79% pada bulan Januari menjadi 83% pada bulan Februari namun terjadi penurunan menjadi 81% pada bulan Maret. Dapat juga dilihat bahwa secara umum cakupan yang tinggi pada wilayah kerja Puskesmas adalah di bulan Februari.

    1.2 Analisis Analitik Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan

    gambaran hubungan antar 2 (dua) atau lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi dengan indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan upaya yang harus dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator. Berikut adalah contoh cakupan distribusi kapsul Vitamin A dengan D/S:

    Jumlah Balita Ditimbang No Puskesmas JumlahBalita Januari % Februari % Maret %1 Mentari 4168 3293 79 3418 82 3251 782 Tenjolaya 3713 3305 89 3453 93 2599 703 Karanganyar 4968 3428 69 4123 83 4322 874 Sukasari 4326 3764 87 3591 83 3850 895 Cimalaya 3836 2954 77 3030 79 2877 756 Jatiasri 5646 3613 64 4122 73 4573 817 Tegalraya 4947 4502 91 4700 95 3908 798 Sukmajaya 6181 5068 82 4945 80 4759 779 Mekarsari 4503 3287 73 3422 76 3332 74

    10 Tirtamulya 3710 3562 96 3339 90 3191 8611 Sukamaju 4695 2535 54 3521 75 3709 7912 Sampurna 6670 6003 90 6070 91 5936 89

    Kabupaten 57363 45313 79 47734 83 46308 81

  • 12 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Tabel 4Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S

    di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009

    Berdasarkan sasaran Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat ditetapkan bahwa target cakupan Vitamin A dan D/S masing-masing adalah 85%. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa wilayah yang cakupan Vitamin A dan D/S sudah mencapai target ada 3 Puskesmas yaitu Karanganyar, Mekarsari dan Sukamaju. Sedangkan wilayah yang belum mencapai target adalah Puskesmas Mentari, Jatiasri dan Tegalraya. Puskesmas lainnya hanya mencapai target salah satu indikator saja. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat berdasarkan kuadran dengan cara sebagai berikut:

    Buat sumbu X sebagai cakupan Vitamin A dan sumbu Y sebagai cakupan D/S

    Buat garis lurus masing masing sumbu sebagai garis target hingga membelah area menjadi 4 kuadran.

    Kuadran I adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A dan D/S

    Balita dapat Vitamin A D/SNO Puskesmas Jumlah Balita

    Jumlah % Jumlah %

    1 Mentari 4168 3251 78 2501 602 Tenjolaya 3713 2599 70 3342 903 Karanganyar 4968 4322 87 4720 954 Sukasari 4326 3850 89 2769 645 Cimalaya 3836 2877 75 3337 876 Jatiasri 5646 4573 81 3557 637 Tegalraya 4947 3908 79 3809 778 Sukmajaya 6181 4759 77 5872 959 Mekarsari 4503 4053 90 4143 92

    10 Tirta mulya 3710 3191 86 2560 6911 Sukamaju 4695 4319 92 3991 8512 Sampurna 6670 6003 90 5336 80

    Kabupaten 57363 47706 83 45936 80

  • 13Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    tinggi atau diatas target. Kuadaran II adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A tinggi namun cakupan D/S rendah, sebaliknya Kuadaran III adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A rendah namun cakupan D/S tinggi. Sedangkan kuadran IV adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A dan D/S rendah.

    Plot titik potong kedua indikator dari masing-masing Puskesmas. Contoh: Puskesmas Mentari mempunyai cakupan Vitamin A 78% dan D/S 60%, lalu plot titik potong kedua garis tersebut. Terlihat Puskesmas Mentari berada pada Kuadran IV. Seterusnya plot semua Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Teluk Cinta seperti pada grafi k dibawah ini:

    Grafi k 1Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap

    Cakupan Vitamin A Balita di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009

    Tenjolaya

    Mentari

    K aranganyar

    S ukas ari

    C imalaya

    J atias ri

    Tegalraya

    S ukmajaya

    Tirtamulya

    S ampurna

    Mekars ari

    S ukamaju

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    50 60 70 80 90 100

    I III

    D/S

    IV II

    Vitamin A

  • 14 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Keterangan grafi k: Hasil ploting menunjukan bahwa: Terdapat 3 puskesmas pada kuadran I yaitu Puskesmas

    Karanganyar, Mekarsari dan Sukamaju. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran II yaitu Puskesmas

    Sampurna, Tirtamulya dan Sukasari. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran III yaitu Puskesmas

    Sukmajaya, Tenjolaya dan Cimalaya. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran IV yaitu Mentarai

    Tegalraya dan Jatiasri. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi yang

    diharapkan adalah cakupan Vitamin A dan D/S pada masing-masing puskesmas berada pada kuadran I. Kuadaran IV menunjukan baik cakupan Vitamin A maupun D/S sangat rendah sehingga wilayah tersebut perlu mendapat prioritas dalam kegiatan pembinaan gizi masyarakat

    2. Penyajian Data Hasil pengolahan dan analisis data kegiatan Pembinaan Gizi

    Masyarakat dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabulasi, grafi k dan peta.

    C. Diseminasi Informasi

    Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor dan lintas program di setiap jenjang pemerintahan tentang hasil kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik dan sosialisasi advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas sektor.

  • 15Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    1. Umpan Balik Pengelola kegiatan gizi memberikan umpan balik bulanan

    berbentuk absensi laporan dan hasil cakupan indikator pembinaan gizi ke puskesmas dan rumah sakit. Umpan balik disertai dengan ulasan terhadap hasil yang telah dicapai, kelengkapan data disertai dengan saran-saran yang harus dilakukan oleh puskesmas. Selain hal tersebut, umpan balik hendaknya memuat pula ucapan terima kasih bagi puskesmas yang telah mengirim data secara lengkap dan tepat waktu.

    2. Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor Diseminasi informasi dapat juga dilakukan kepada lintas

    sektor, lintas program dan puskesmas melalui pertemuan koordinasi dan rapat konsultasi di tingkat Kabupaten/Kota. Bila memungkinkan diseminasi informasi dapat dilakukan pula melalui media secara berkala. Hasil yang diharapkan dari kegiatan diseminasi informasi adalah disepakatinya upaya pemecahan masalah untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.

    D. Tindak Lanjut

    Tindak lanjut sebagai respon dilakukan apabila data cakupan indikator Pembinaan Gizi Masyarakat menunjukkan adanya kekurangan atau kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan yang seharusnya dicapai. Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis dilakukan oleh pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hasil kegiatan dan contoh tindak lanjut dapat dilihat pada tabel 5.

  • 16 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Tabel 5

    MATRIKS HASIL KEGIATANSURVEILANS GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT

    TINDAK LANJUT INDIKATOR MASALAH POSYANDU

    (DESA/KELURAHAN) PUSKESMAS / KECAMATAN KABUPATEN/KOTA

    a. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tatalaksana gizi buruk.

    b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan surveilans gizi.

    c. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan pasca rawat.

    d. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk.

    e. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait

    a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

    b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

    c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu

    a. Meningkatkan promosi dan advokasi

    tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP ASI).

    b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan konseling ASI.

    c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang telah dilatih.

    Balita gizi buruk ditangani

    1. BGM dan 2T dengan atau tanpa tanda klinis (dugaan balita gizi buruk ditemukan)2. Kasus gizi buruk meningkat

    Melaporkan dan merujuk

    a. Klarifikasi dan konfirmasi,

    b. penanganan balita gizi buruk (termasuk PMT)

    c. merujuk ke TFC/PUSKESMAS Perawatan/ RS

    Penyelidikan dan Pelacakan

    a. Koordinasi dengan camat dan PKK

    b. Pembentukan forum-forum di desa

    c. Promosi manfaat kegiatan posyandu

    a. Pemberian konseling oleh konselor

    b. Pembentukan KP-ASI atau kelas ibu

    menggerakan masyarakat untuk datang ke posyandu

    a. Pemberian konseling oleh motivator

    b. Pembentukan KP-ASI atau kelas ibu

    D/S rendah

    Cakupan rendah

    Balita ditimbangberat badannya

    Bayi usia 06bulan mendapatASI Eksklusif

  • 17Bab 3 : Langkah-langkah Kegiatan Surveilans Gizi

    Lanjutan Tabel 5

    MATRIKS HASIL KEGIATANSURVEILANS GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT

    TINDAK LANJUT INDIKATOR MASALAH POSYANDU

    (DESA/KELURAHAN) PUSKESMAS / KECAMATAN KABUPATEN/KOTA

    RT mengonsumsi garam beryodium

    Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

    Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet

    Cakupan rendah Ketersediaan Garam Beryodium dipasar desa rendah

    Cakupan rendah

    Cakupan rendah

    Kepala Desa/Lurah Melapor ke Kapuskesmas dan Camat

    a. Promosi manfaat kapsul vitamin A

    b. Sweeping pemberian kapsul vitamin A

    c. Meminta stok kapsul vitamin A

    a. Promosi manfaat TTD

    b. Sweeping pemberian TTD

    c. Meminta stok TTD

    Petugas Gizi/Ka. Puskesmas/Camat meminta Dinas Peindag untuk melakukan operasi pasar garam beryodium

    a. Promosi manfaat kapsul vitamin A

    b. Menyediakan kapsul vitamin A

    a. Promosi manfaat TTD

    b. Menyediakan TTDc. Koordinasi dengan

    program KIA

    a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten/Kota untuk melakukan operasi pasar garam beryodium.

    b. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam beryodium.

    a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas.

    b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan sweeping.

    c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

    a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi maka perlu mengirim TTD ke puskesmas.

    b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care (ANC).

    c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

    Catatan :Matriks ini hanya contoh, pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah

  • 18 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • 19Bab IV : Mekanisme Pencatatan Dan Pelaporan

    Bab 4 : Mekanisme Pencatatan Dan Pelaporan

    Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga surveilans gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan surveilans gizi dari Puskesmas/Kecamatan, rumah sakit dan masyarakat/media kemudian melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.A. Jenis dan Frekuensi Pelaporan

    1. Laporan kejadian kasus gizi buruk disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat dalam waktu 1 x 24 jam dengan menggunakan formulir laporan KLB Gizi (lampiran 2). Sedangkan pelaporan hasil pelacakan kasus gizi buruk dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.

    2. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S), kasus gizi buruk dan cakupan pemberian TTD (Fe3) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap bulan.

    3. Laporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita dan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap 6 bulan (Maret dan September).

  • 20 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    B. Alur Pelaporan

    Gambar 2Alur Pelaporan dan Umpan Balik

    Kementerian Kesehatan Direktorat Bina Gizi

    Masyarakat

    Dinkes Provinsi

    Dinkes Kabupaten/Kota

    RSU Kabupeten/Kota

    RSU Provinsi

    Puskesmas/ Kecamatan

    Alur pelaporan

    Posyandu/ Desa

    Umpan balik

  • 21

    Keterangan Alur Pelaporan

    Laporan kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/1. Kota disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan.

    Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil 2. surveilans gizi ke Direktorat Bina Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan.

    Umpan balik hasil kegiatan surveilans gizi 3. disampaikan secara berjenjang dari pusat ke Provinsi setiap 3 bulan; Provinsi ke Kabupaten/Kota; dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan pada setiap bulan berikutnya.

  • 22 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • 23Bab V : Indikator Keberhasilan

    Bab 5 : Indikator Keberhasilan

    Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi di Kabupaten/Kota perlu ditetapkan indikator atau parameter objektif yang dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak. Dengan menggunakan indikator tersebut diharapkan dapat diketahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi di Kabupaten/Kota, dapat pula digunakan untuk membandingkan keberhasilan kegiatan surveilans gizi antar Kabupaten/Kota di Propinsi yang sama.

    Penentuan indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi didasarkan pada :A. Indikator Input

    a. Adanya tenaga khusus pengelola data gizi di Kabupaten/Kota.

    b. Tersedianya biaya operasional surveilans gizi di Kabupaten/Kota.

    c. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data di Kabupaten/Kota

    B. Indikator proses a. Persentase ketepatan waktu laporan dari puskesmas ke

    Dinas Kesehatan b. Persentase kelengkapan laporan dari puskesmas ke Dinas

    Kesehatan c. Dilakukannya umpan balik hasil kegiatan pembinaan gizi ke

    puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan. d. Dilaksanakannya pertemuan diseminasi informasi hasil

  • 24 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    surveilans gizi lintas program dan lintas sektor secara berkala.

    e. Adanya tindak lanjut hasil pertemuan berkala, yang dilakukan oleh program dan sektor terkait.

    C. Indikator Output a. Tersedianya informasi gizi buruk yang ditangani/dirawat b. Tersedianya informasi cakupan pemantauan pertumbuhan

    (D/S) c. Tersedianya informasi cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan. d. Tersedianya informasi cakupan konsumsi garam beryodium

    di tingkat rumah tangga e. Tersedianya informasi cakupan distribusi kapsul vitamin A. f. Tersedianya informasi cakupan distribusi tablet Fe3 pada

    bumil.

  • 25Bab VI : Penutup

    Bab 6 : Penutup

    Pelaksanaan surveilans gizi diperlukan untuk mengetahui perkembangan indikator kegiatan pembinaan dan status gizi masyarakat, sekaligus mengetahui kemajuan kegiatan Pembinaan Gizi Mayarakat termasuk pencegahan terjadinya kasus gizi buruk di masyarakat. Oleh karena itu agar surveilans gizi dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan pedoman yang baik pula. Diharapkan dengan mengacu pada pedoman ini para pengelola kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota dapat melaksanakan surveilans gizi dengan sebaik-baiknya.

  • 26 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

  • 27

    Lampiran 1DEFINISI OPERASIONAL

    INDIKATOR KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT

    DALAM RENSTRA 2010 - 2014

    A. Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat

    1. Persentase balita gizi buruk ditangani/dirawat a. Pengertian: Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun (anak usia 0 s/d

    59 bulan) yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

    1. Gizi buruk adalah status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dengan atau tanpa gejala klinis

    2. Ditangani/dirawat adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang ditemukan mulai dari rujukan, klarifi kasi dan konfi rmasi, pengobatan dan pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat jalan maupun rawat inap

    b. Defi nisi Operasional Persentase balita gizi buruk ditangani/dirawat adalah

    jumlah balita gizi buruk yang ditangani dibagi dengan jumlah balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja puskesmas pada kurun waktu tertentu.

    c. Cara Perhitungan / Rumus :

    % balita gizi buruk mendapat perawatan

    Jumlah balita gizi burukYang dirawat

    Jumlah balita gizi burukYang ditemukan

    X 100%=

  • 28 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    d. Sumber Data: Laporan RS, laporan puskesmas dan laporan

    masyarakat e. Rujukan a. Pedoman Tatalaksana anak gizi buruk,tahun 2009 b. Buku Bagan Tatalaksana anak gizi buruk, tahun

    2009 c. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, tahun 2007 d. Pedoman Penanganan dan pelacakan balita gizi

    buruk tahun 2009

    2. Persentase Balita ditimbang Berat Badannya (D/S) a. Pengertian: 1. Balita 0-59 bulan adalah seluruh balita usia 0-59

    bulan yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    2. Ditimbang berat badannya adalah balita yang datang ke posyandu dan ditimbang berat badannya di wilayah posyandu pada kurun waktu tertentu

    3. Persentase D/S yaitu indikator untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap kegiatan posyandu.

    b. Defi nisi Operasional : Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah

    jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah posyandu pada kurun waktu tertentu.

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

  • 29

    d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di

    Kabupaten/Kota tahun 2010

    3. Persentase Bayi usia 0 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif a. Pengertian 1. Bayi 0 6 bulan adalah seluruh bayi usia 0 bulan 0

    hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    2. ASI Eksklusif 0 6 bulan adalah ASI saja yang diberikan kepada bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari tanpa makanan/cairan lain selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam)

    3. Bayi usia 0 6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif adalah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) yang ada diwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    b. Defi nisi Operasional Persentase bayi usia 0 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

    adalah jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) dibagi dengan jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada pada saat dilakukan pencatatan di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S)

    Jumlah balitayang ditimbang

    Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah posyandu

    X 100%=

  • 30 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

    d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di

    Kabupaten/Kota tahun 2010

    4. Cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium

    a. Pengertian: Garam beryodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCl)

    yang diproduksi melalui proses yodisasi yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) mengandung kalium iodat (KIO3) > 30 ppm.

    b. Defi nisi Operasional: Cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam

    beryodium adalah jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam cukup yodium (> 30 ppm) dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    c. Cara Perhitungan/Rumus

    % bayi 0 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

    Jumlah bayi 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja

    Jumlah bayi 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada di wilayah

    kerja

    X 100%=

    Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup yodium

    Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup

    yodium (> 30 ppm)

    Jumlah seluruh rumah tanggayang diperiksa

    X 100%=

  • 31

    d. Sumber Data: Laporan hasil pemantauan garam beryodium di rumah tangga oleh puskesmas

    e. Rujukan: SNI 2000

    5. Persentase Balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A a. Pengertian: 1. Balita 6-59 bulan adalah balita usia 6-59 bulan yang

    ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 2. Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung

    vitamin A dosis tinggi (100.000 SI warna kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 SI warna kapsul merah untuk anak balita 12-59 bulan)

    b. Defi nisi Operasional: Persentase balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A

    adalah jumlah balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dibagi dengan jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

    d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Panduan manajemen suplementasi kapsul

    vitamin A

    6. Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet a. Pengertian:

    Persentase balita 6-59 bulan Dapat kapsul vitamin A

    Jumlah balita 6-59 bulan yg mendapat kapsul vitamin A

    Jumlah seluruh balita 6-59 bulan

    X 100%=

  • 32 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    1. Tablet Fe adalah Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung 60 mg elemenental iron dan 250 mcg asam folat

    2. Fe 3 tablet adalah tablet tambah darah Fe yang diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet sampai masa nifas

    b. Defi nisi Operasional: Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet adalah

    jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD dibagi dengan jumlah seluruh ibu hamil trimester 3 yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

    d. Sumber Data: LB3 SIMPUS, Kohort ibu, buku KIA, PWS KIA

    e. Rujukan: Buku KIA

    7. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

    a. Pengertian: Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis

    dan terus menerus terhadap masalah gizi buruk dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif, efi sien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi kepada

    Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet

    Jumlah ibu hamil yang mendapat TTD (Fe)

    Jumlah ibu hamil trimester 3 yang ada

    di wilayah kerja

    X 100%=

  • 33

    penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi.

    Surveilans gizi di kabupaten/kota berjalan baik bila melaksanakan kegiatan:

    1. Pelaporan indikator pembinaan gizi tepat waktu, lengkap dan akurat

    2. Umpan balik hasil kegiatan pembinaan gizi sesuai dengan frekuensi pelaporan

    3. Pertemuan dalam rangka diseminasi informasi hasil surveilans gizi lintas program dan lintas sektor secara berkala

    4. Tindak lanjut/respon hasil kajian data atau pertemuan berkala lintas program dan lintas sektor, yang dilakukan oleh program dan sektor terkait

    b. Defi nisi Operasional: Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan

    surveilens gizi adalah jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi dengan jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada di satu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dihitung di Provinsi.

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

    d. Sumber Data: Laporan khusus provinsi e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di

    Kabupaten/Kota

    Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

    Jumlah kab/kota yang melaksanakan surveilans gizi

    Jumlah seluruh kab/kota yang ada di wilayah provinsi

    X 100%=

  • 34 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    8. Persentase penyediaan bu erstock MP-ASI untuk daerah bencana

    a. Pengertian: 1. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

    makanan yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi

    2. Bu er stock MP-ASI adalah MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya.

    b. Defi nisi Operasional: Persentase penyediaan bu er stock MP-ASI adalah

    jumlah MP-ASI yang diadakan dibagi dengan jumlah bu er stock MP-ASI yang diperlukan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya.

    c. Cara Perhitungan/Rumus:

    d. Sumber Data: Direktorat Bina Gizi Masyarakat e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di

    Kabupaten/Kota

    Persentase penyediaan bu er stock MP-ASI

    Jumlah bu er stock MP-ASI yang diadakan

    Jumlah bu er stock MP-ASI yang dibutuhkan

    X 100%=

  • 35

    B. CARA PERHITUNGAN ASI EKSKLUSIF 0-6 BULAN 1. Hitung umur anak pada saat bayi ditimbang. Umur anak

    dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari. Contoh:

    - umur 25 hari = 0 bulan - umur 1 bulan 14 hari = 1bulan - umur 2bulan 29 hari = 2bulan Langkah-langkah penghitungan umur anak: a. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal,

    bulan, tahun misalnya: 5-4-2006 b. Tulis tanggal kunjungan, misalnya: 19-9-2008 c. Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal

    kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya: Tanggal kunjungan 19 09 2008 Tanggal lahir 05 04 2006 14 05 2 = 2 tahun 5 bulan 14 hari

    Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 bulan = 29 bulan

    Sisa hari tidak diperhitungkan Contoh lain :

    Tanggal pengukuran 05 04 2008 Tanggal lahir 19 09 2007 -14 -5 1 = 6 bulan -1 bln 5 bulan + 12 bulan = 6 bulan

    Bila selisih hari negatif maka umur anak dikurangi 1 bulan Untuk menghindarkan hasil pengurangan minus, lakukan

    sebagai berikut:

  • 36 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    Tanggal kunjungan 05 04 2008 (05+30) (04-1)+12 (2008-1) 35 15 2007Tanggal lahir 19 10 2007 16 05 0 = 5 bln 16 hari

    Umur anak dibulatkan menjadi 5 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan.

    2. Tanyakan ibu bayi apakah bayi sehari sebelumnya sudah diberikan makanan/minuman lain kecuali obat, mineral dan vitamin, kemudian catat jawaban ibu ke dalam KMS balita pada kolom ASI Eksklusif 0,1,2,3,4,5 bulan dengan memberikan tanda-tanda berikut :

    = bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi tidak datang penimbangan

    R = bayi kembali diberi ASI saja (Relaktasi) 3. Pindahkan catatan informasi ASI yang ada di KMS sesuai

    dengan kode-kode yang telah diisi pada kolom 0,1,2,3,4,5 ke dalam kolom yang tersedia pada register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke posyandu.

    4. Bidan desa merekap jumlah kode , X, A, R kunjungan terakhir di posyandu ke dalam formulir rekapitulasi tingkat desa

    5. TPG merekap jumlah kode , X, A, R kunjungan terakhir tingkat desa ke dalam formulir rekapitulasi tingkat puskesmas

    6. TPG Puskesmas menghitung Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan 6 bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A bulan Februari dan Agustus dengan rumus berikut:

  • 37

    ASI Eksklusif Terkoreksi

    ASI Eksklusif Tidak Terkoreksi

    Keterangan: = bayi 0-5 bulan masih diberi ASI saja X = bayi 0-5 bulan sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi 0-5 bulan tidak datang penimbangan R = bayi 0-5 bulan kembali diberi ASI saja (Relaktasi)

    Contoh Perhitungan ASI Eksklusif: Berdasarkan register bayi, pada kunjungan terakhir hitung

    jumlah untuk masing-masing kode-kode berikut :

    Jawaban : Dari catatan diatas, diketahui (0-5) = 2 X (0-5) = 1 R (0-5) = 2 A (0-5) = 1

    %100++

    =

    RXE nnn

    nP

    %100++

    +=

    RX

    RE nnn

    nnP

    BulanNama0 1 2 3 4 5

    Iwan A X R REko X R R R RCahaya Hera Titin A Elmi X X X X X

  • 38 Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten / Kota

    2 ASI Eksklusif Terkoreksi = ----------------- = 40% 2 + 1 + 2

    2 + 2 ASI Eksklusif Terkoreksi = ----------------- = 80% 2 + 1 + 2

    Kesimpulan : Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan terkoreksi sebesar 40%

    sedangkan, cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan tidak terkoreksi sebesar 80%.

  • 39

    lampiran 2

    Pu )W1 Ka ) *) Pr )

    Formulir W1 Nomor :

    LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH (dilaporkan dalam 24 jam)

    Pada tanggal/bulan/tahun :

    Di Desa/Kelurahan :........

    Kecamatan: ..........

    Kabupaten/Kota:.........

    Provinsi: ...........

    Telah terjadi sejumlah : penderita, dan sejumlah .kematian

    Tersangka penyakit :

    DIARE [ ]KHOLERA [ ]DHF [ ]DSS [ ]

    CAMPAK [ ] DIPTERI [ ]PERTUSIS [ ]TETANUS [ ]

    TET NEO [ ]POLIO/AFP [ ]MALARIA [ ]FRAMBOESIA [ ]

    HEPATITIS [ ] ENCEPHALITIS [ ]MENINGITIS [ ]TYPHOID ABD [ ]

    RABIES [ ] PES/ANTRAX [ ]KERACUNAN [ ]GIZI BURUK [ ]

    Dengan gejala : Muntah2 [ ] Panas [ ] Ikterus [ ]

    Berak-berak [ ] Batuk [ ] Mulut sukar dibuka *) [ ]

    Menggigil [ ] Pilek [ ] Bercak putih pada faring *) [ ]

    Turgor jelek [ ] Pusing [ ] Meringkil pada lipatan paha/ketiak [ ]

    Kaku kuduk [ ] Kesadaran menurun *) [ ] Perdarahan [ ]

    Sakit perut [ ] Pingsan [ ] Marasmus [ ]

    Hydro-phoby [ ] Bercak merah di kulit *) [ ] Kwashiorkor [ ]

    Kejang-kejang [ ] Lumpuh kedua tungkai [ ] [ ]

    Syok [ ] Batuk beruntun [ ] [ ]

    Tindakan yang dilakukan :

    .

    .

    .

    Laporan W1 ini harus disusul dengan : 1. Hasil penyelidikan epidemiologi dan rencana

    penanggulangan.2. Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan

    , Kepala .

    () Catatan : 3. *) Coret yang tidak perlu. 4. Satu lembar formulir untuk melaporkan satu jenis KLB 5. Bila desa/kelurahan, kecamatan, Dati II yang terjangkit lebih dari satu,

    maka rincian P/M masing-masing ditulis di balik formulir ini

  • 40Su

    rvei

    lans

    Giz

    i di t

    ingk

    at K

    abup

    aten

    / K

    ota

    Lamp

    iran 3

    No

    Des

    a/Po

    syan

    duK

    asus

    Bar

    u D

    item

    ukan

    Bul

    an

    Ini

    Kum

    ulat

    if K

    asus

    s/

    d bu

    lan

    ini

    Dira

    wat

    inap

    Dira

    wat

    jala

    nJu

    mla

    h ya

    ng

    mem

    baik

    (sem

    buh)

    Jum

    lah

    men

    ingg

    al

    Pusk

    esm

    as

    Kete

    rang

    an :

    ,

    (

    )

    FOR

    MU

    LIR

    LA

    POR

    AN

    KA

    SUS

    GIZ

    I BU

    RU

    K D

    I PU

    SKES

    MA

    S

    .

    BU

    LAN

    T

    AH

    UN

    .

    Giz

    i Bur

    uk :

    Inde

    ks B

    B/TB