Buku Pelajaran Balaghah

232
Kata pengantar Bahasa Arab pertama sekali dikenal sebagai bahasa-bahasa orang-orang dizajirah Semenanjung Arabia, kemudian setelah datangnya agama Islam dikenal pula sebagai bahasa Al-Quran sebagai pedoman hidup kaum muslimin itu dituliskan dalam bahasa Arab yang sangat indah susunannya dan jaringan kalimatnya. Bahasa Arab dikenal juga sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan sebab begitu banyak ilmu pengetahuan dimasa perkembangan Islam yang dituliskan dalam bahasa ini, lalu ditahapan perkembangan selanjutnya bahasa Arab telah menjadi bahasa Dunia, karena tidak hanya digunakan oleh sekelompok masyarakat Arab atau pemeluk Islam saja, tetapi telah diakui sebagai bahasa kumunikasi di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Dilihat dari segi penggunaannya maka bahasa Arab ini terbagi dua yaitu: Bahasa Ammiyah (bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi sehari hari), berasal dari bahasa daerah di 1

Transcript of Buku Pelajaran Balaghah

Page 1: Buku Pelajaran Balaghah

Kata pengantarBahasa Arab pertama sekali dikenal sebagai

bahasa-bahasa orang-orang dizajirah  Semenanjung Arabia, kemudian setelah datangnya agama Islam dikenal pula sebagai bahasa  Al-Quran sebagai pedoman hidup kaum muslimin itu dituliskan dalam bahasa Arab yang sangat indah susunannya dan jaringan kalimatnya. 

Bahasa Arab dikenal juga sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan sebab begitu banyak ilmu pengetahuan dimasa perkembangan Islam yang dituliskan dalam bahasa ini, lalu ditahapan  perkembangan selanjutnya bahasa Arab telah menjadi bahasa Dunia, karena tidak hanya  digunakan oleh sekelompok masyarakat Arab atau pemeluk Islam saja, tetapi telah diakui sebagai bahasa kumunikasi di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). 

Dilihat dari segi penggunaannya maka bahasa Arab ini terbagi dua yaitu: Bahasa Ammiyah (bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi sehari hari), berasal dari bahasa daerah di Jazirah  Arabiya tidak terikat pada tata bahasa.

Kedua bahasa fushah yaitu bahasa Resmi, misalnya bahasa Al-Quran dan Hadist, untuk karangan ilmiah kitab-kitab, surat-menyurat dan komunikasi resmi lainnya. Bahasa fushah (resmi) ini memiliki tingkat kesulitan tersendiri karena terikat erat dengan peraturan  kebahasaan diantaranya ilmu nahwu (Qawaid) dan Ilmu Balaghah Semantik1 Arab. 

1 semantik adalah istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa

1

Page 2: Buku Pelajaran Balaghah

Ilmu Balaghah tetap dianggap sebagai ilmu yang tersulit untuk dicerna, sebab ilmu ini akan menterkaitkan antara komponen-komponen ilmu bahasa Arab yang fushah (resmi),. Namun jika  dipelajari dengan penghayatan yang tinggi serta dihubungkan pula kepada kegunaannya dari  sisi ilmu-ilmu agama jelas akan mendatangkan kenikmatan tersendiri dan dapat memperkaya  dan mempertajam mata bathin manusia, sehingga menimbulkan dampak kehidupan yang baik serta dapat mengusir kejenuhan untuk mempelajarinya. 

IPendahuluan

A. Latar belakang munculnya ilmu balaghahArab Jahiliyah (Pra Islam) sudah mengenal dunia

sastra jauh sebelumnya. Mereka dikenal sebagai pujangga-pujangga البلغاء ) ) yang memiliki kecakapan dalam menyusun dan merangkai kata-kata sehingga indah didengar dan bagus diucapkan yang kemudian menghasilkan karya sastra. Hal itu bukan diperolehnya melalui lembaga-lembaga pendidikan formal atau dengan mempelajari kaidah-kaidah ilmu tertentu, tetapi terbentuk melalui fitrah dan insting bahasa yang sudah ada dalam diri mereka.

Sejarah berhasil mengabadikan sejumlah nama sastrawan Arab pra jahiliah yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia sastra, di antaranya: An-

2

Page 3: Buku Pelajaran Balaghah

Nābighah2, Hasan bin Tsābit3, al Khansā’, Umru’ al-Qais, Zuhair bin Abī Salmā, Tharfah bin al ‘Abd, ‘Antarah bin Asy-Syaddād, ‘Amr bin Kultsum, Lubaid bin Rabī‘ah.

Salah seorang penguasa Arab saat itu an-Nābighah az-Zibyānī sengaja membangun pasar bernama ‘Ukāzh, yaitu pasar tahunan tempat bertemu dan berkumpulnya para sastrawan dan (األدباء) penyair عراء) dari (الشseluruh penjuru Arab untuk melantunkan bait-bait syairnya. Semua gubahan syair-syair terbaru dan kemunculan penyair-penyair terkemuka tidak terlepas dari peran pasar ‘Ukāzh dalam memperkenalkannya. Secara alamiah semua itu mengalami proses penyeleksian yang ketat melalui metode kritik sastra yang dikenal luas saat itu. Semua transaksi jual beli syair berlaku di tempat ini. Selain ‘Ukāzh ada beberapa pasar yang menjadi tempat berkumpulnya para

2 Penyair ini memiliki nama asli An-Nabighah Az-Zibyani Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah. Namun, ia lebih dikenal dengan panggilan an-Nabighah, yang berarti seorang yang pandai berpuisi, karena memang sejak muda ia pandai berpuisi. An-Nabighah merupakan salah seorang tokoh penyair terkemuka Arab Jahiliyyah dan juga menjabat sebagai dewan hakim dalam perlombaan puisi yang diadakan di pasar Ukadz. Ia memiliki Diwan (antologi) puisi yang dikomentari oleh Batholius (Ibnu Sayyid al-Batholius) yang telah berulang-ulang dicetak, meskipun antologi puisinya itu tidak menghimpun seluruh puisinya.

3 Hasan bin Tsabit bin Mundir berasal dari suku Khazraj kabilah Khotoniah di Jasrib sekarang Madinah Ayahnya bernama Mundir, ia adalah sorang tokoh berpengaruh dan dihormati oleh kabilahnya. Begitu juga dengan Ibunya yang bernama Faria'h binti Kholid bin Qais Al-Khazraj. Ia penyair yang gigih membela Islam dan Rasululah dari kecaman para kaum musrikin dan kafirin, terutama para penyair pada masa itu

3

Page 4: Buku Pelajaran Balaghah

sastrawan. Yang terpenting adalah Majinnah dan Dzul Majāz. Semuanya terletak dekat Ka’bah.

Syair-syair terbaik yang muncul dari pasar-pasar itu mendapat penghargaan berupa hak paten untuk diletakkan dan dipajang di dinding ka’bah sehingga semua orang bisa melihatnya. Suatu apresiasi terhadap nilai sastra dan seni yang sangat tinggi, karena Ka’bah adalah tempat paling sakral dan menjadi prestise Arab. Karya-karya terbaik itu dikenal dengan nama al-Mu‘allaqāt. Sebagian riwayat menyebutkan terdapat 7 buah syair, sementara yang lainnya menyatakan 10 buah syair yang pernah dipajang di dinding Ka’bah.

Penyair-penyair yang tampil dalam kesempatan itu merupakan utusan kebanggaan suku. Seorang penyair profesional menempati kedudukan terhormat di dalam masyarakat. Derajat suku akan terangkat karena kefasihan lidah penyair yang dimilikinya bahkan perang dan damai yang hampir selalu berlatar belakang fanatisme kesukuan dapat diciptakan oleh bangsa arab karena kefasihan lidah para penyairnya.

Setelah itu agama Islam muncul Muhammad saw. lahir sebagai Nabi pembawa risalah, dan al-Quran merupakan mukjizatnya yang  terbesar Kemukjizatan al-Quran terkandung pada aspek bahasa dan isinya Dari aspek bahasa, Alquran mempunyai tingka fashâhah dan balâghah yang tinggi. Sedangkan dari aspek isi, pesan dan kandungan maknanya melampaui batas-batas kemampuan manusia. Ketika Alquran muncul, banyak di dalamnya terkandung hal-hal yang tidak bisa ditangkap oleh orang-orang pada zamannya, akan tetapi kebenarannya baru bisa dibuktikan oleh orang-orang pada abad modern sekarang ini.

4

Page 5: Buku Pelajaran Balaghah

Kata-kata dan isinya dibaca, ditela’ah, dijadikan rujukan dan merupakan sumber inspirasi, muncul dan berkembangnya berbagai ide dan karya jutaan umat manusia. Kitab ini dijadikan pedoman dan karenanya amat dicintai oleh seluruh kaum muslimin. Karena kecintaannya pada Alquran, kaum muslimin membacadan menelaahnya baik dengan tujuan ibadah maupun untuk memperoleh pengetahuan darinya. Dengan dorongan Alquran pula para ulama dan ilmuwan mengarang dan menterjemahkan bermacam-macam buku ilmu pengetahuan, baik yang berkaitan dengan keislaman seperti bahasa Arab, syariat, filsafat dan akhlak, maupun yang yang bersifat umum seperti sejarah, kesenian dan perekonomian. Hanya dalam tempo satu abad, inspirasi yang dibawa Alquran telah membuat penuh berbagai perpustakan di kota-kota besar Islam pada masa itu seperti Mesir,Baghdad dan Cordova4.

Fenomena ini muncul karena ayat-ayat Alquran mendorong kaum muslimin untuk menjadi masyarakat literat. Ayat yang mula-mula turun kepada Nabi Muhammad ialah yang berhubungan dengan keharusan membaca. Hal ini dapat kita lihat pada surah al-‘Alaq 1-5

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan

4 Rinaharat Dauzi, Takmilah al Mu’ajam al ‘Arabiyah, (Iraq, Dar ar Rasyid, 1980), 15

5

Page 6: Buku Pelajaran Balaghah

perantaraan kalâm , Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.Pada saat turunnya Alquran, bahasa Arab merupakan

bahasa yang murni dan bermutu. Bahasa Arab belum terkontaminasi dengan bahasa asing lainnya. Namun seiring dengan peningkatan peran agama, sosial dan politik yang diembannya, bahasa Arab mulai berasimilasi dengan bahasa-bahasa lain di dunia,seperti Persia, Yunani, India dan bahasa-bahasa lainnya5.

Asimilasi dengan bahasa Persia lebih banyak dibanding dengan bahasa-bahasa lainnya. Asimilasi ini muncul karena bangsa Arab banyak yang melakukan pernikahan dengan bangsa Persia, sehingga sedikit banyak bahasa Arab terwarnai dengan bahasa tersebut. Selain itu pula banyak keturunan Persia yang menempati posisi penting baik dibidang politik, militer, ilmu pengetahuan, dan keagamaan. Dominasi kuturunan Persia terjadi pada masa kekhalifahan daulat Bani  Abbasiyah. Dengan berasimilasinya orang-orang Persia ke dalam masyarakat Arab dan Islam, mulailah bahasa Arab mengalami kemunduran. Apalagi pemimpin-pemimpin yang berkuasa bukan orang Arab, sehingga timbullah satu bahasa pasar6 yang telah jauh menyimpang dari bahasa aslinya. Kondisi ini terjadi pada beberapa wilayah Islam seperti Mesir, Baghdad dan Damaskus. Kemunduran penggunaan bahasa Arab yang paling hebat terjadi di Persia7.

Adanya kemunduran-kemunduran pada bahasanya, membuat orang-orang Arab merasa prihatin dan mulailah mereka berfikir untuk mengembalikan bahasa Arab

5 Ibid, 13 6 Al Lughah al basyariyah al yaumiyah7 Rinaharat Dauzi, Takmilah..... 16

6

Page 7: Buku Pelajaran Balaghah

pada  kemurniannya. Mereka  mulai menyusun ilmu nahwu, sharaf dan balâghah.

Para pakar bahasa Arab mulai menyusun ilmu balâghah yang mencakup ilmu bayân, ma’âni dan badî’. Ilmu-ilmu ini disusun untuk menjelaskan keistimewaan dan keindahan susunan bahasa Alquran dari segi kemukjizatannya.Ilmu itu disusun setelah muncul dan berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf.B. Tokoh-tokoh dan Karya-karyanya

Pada awalnya struktur ilmu balâghah belumlah lengkap seperti yang kitakenal sekarang ini. Setelah mengalami berbagai fase perkembangan dan penyempurnaan akhirnya disepakati bahwa ilmu ini membahas tiga kajian utama,yaitu ilmu bayân, ma’âni dan badî’. Ilmu bayân membahas prosedur pengungkapan suatu ide fikiran atau perasaan ke dalam ungkapan yang bervariasi.Ilmu ma’âni membahas bagaimana kita mengungkapkan sesuatu ide fikiran atau perasaan ke dalam bahasa yang sesuai dengan konteksnya. Sedangkan badî’ membahas bagaimana menghaluskan, memperindah dan meninggikan suatu ungkapan.

Tokoh pertama yang mengarang buku dalam bidang ilmu bayân adalah Abû Ubaidah Ma’mar ibn al Mutsanna (wafat, 208 H) dengan kitabnya Majâz Alquran8 Beliau adalah murid al-Khalil.Dalam bidang ilmu ma’âni, kitab I’jâz Alquran yang dikarang oleh al-Jâhizh9 merupakan kitab pertama yang membahas masalah ini. Sedangkan kitab pertama

8 Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut, Maktabah al ‘Ashriyah, 1999), 9

9 Nama lengkapnya Abu ‘Utsman ‘Amar ibn Bahr ibn Mahbub al Kinani beliau seorang tokoh mu’tazilah lahir dan wafat di bashrah (164-255H/780-869M)

7

Page 8: Buku Pelajaran Balaghah

dalam ilmu badî’ adalah karangan Ibn al-Mu’taz dan Qudâmah bin Ja’far10.

Pada fase berikutnya, munculah seorang ahli balâghah yang termashur,beliau adalah Abd al-Qâhir al-Jurjâni yang mengarang kitab Dalâil al-I‘jâz dalam ilmu ma’âni dan Asrâr al-Balâghah dalam ilmu bayân11. Setelah itu muncullah Abu Ya’qub Yusuf Sakkâki yang mengarang kitab Miftah al-Ulûm yang mencakup segala masalah dalam ilmu balâghah12.

Selain tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, masih banyak lagi tokoh yang mempunyai andil dalam pengembangan ilmu balâghah, yaitu:1.  Hasan bin Tsabit13, beliau seorang penyair Rasullullah saw.

Orang Arab sepakat bahwa ia adalah seorang tokoh penyair dari kampung. Suatu pendapat menyatakan bahwa ia hidup selama 120 tahun; 60 tahun dalam masa

10 Pengarang buku naqad asy-Syi’ri, nama lengkapnya Qudamah ibn Ja’far ibn Qudamah ibn Ziyad al-Baghdadi, Abu al-Faraj, penulis buku (balaghah, mantiq, filsafat, dll)

11 Abdul Muta’ali as Sha’idi, Bughyah al idlah, (Maktabah al Adab, tt), 3

12 Ibid, 4 13  Nama lengkapanya Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-

Hazrojy al-Anshory. Nama panggilannya Abul Walid, di antara syi’rnya yg memuji Nabi:

�م� ك� ل � ل� م�ن � �ج�م �ي # و� أ �ن ط ع�ي � ر� ق � �م� ت ك� ل � �ح�س�ن� م�ن و� أ�ء' �سا �د� الن �ل  ت

Yang lebih baik darimu tak pernah kulihat,yang lebih elok darimu tak pernah terlahirkan

�ء' �شا � ت �ما �ق�ت� ك ل �ن ك� خ' �أ �ب0 # ك 'ل2 ع�ي 3 م�ن� ك أ �ر �ق�ت� م'ب ل  خ'Kau lahir tanpa sedikitpun cacat,seolah kau tercipta seperti yang kau inginka

8

Page 9: Buku Pelajaran Balaghah

Jahiliyah dan 60 tahun dalam masa keislaman. Ia meninggal pada tahun 54 H

2 Abu-Thayyib, beliau  adalah  Muhammad  bin al-Husain seorang  penyair kondang. Ia mendalami kata-kata bahasa Arab yang aneh. Syi’irnya sangat indah dan memiliki keistimewaan, bercorak filosofis, banyak kata-kata kiasannya dan beliau mampu menguraikan rahasia jiwa. Ia dilahirkan di Kufah, tepatnya di sebuah tempat bernama Kindah pada tahun 303 H, dan wafat tahun 354 H.

3 . Umru’ al-Qais14, ia tokoh penyair Jahiliyah yang merintis pembagian bab-bab dan macam-macam syi’ir. Ia dilahirkan pada tahun 130 sebelum Hijriyah. Nenek moyangnya adalah para raja dan bangsawan Kindah. Ia wafat pada tahun 80 sebelum Hijriyah. Syi’ir-syi’irnya yang pernah tergantung di Ka’bah sangat masyhur.

4 . Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha’i), ia seorang penyair yang masyhur,satu-satunya orang yang mendalam pengetahuannya tentang maâni, fashahatal-syâir  dan banyak hafalannya. Ia wafat di Mosul pada tahun 231 Hijriyah.

5. Jarir bin Athiyah al-Tamimi, ia seorang di antara tiga penyair terkemuka pada masa pemerintahan Bani Umayah. Mereka adalah al-Akhthal, Jarir, dan al-Farazdaq. Dalam beberapa segi ia melebihi kedua rekannya. Dia wafat pada tahun 110 H.

6. Al-Buhturi, ia seorang penyair Bani Abasiyah yang profesional. Ketika Abu al-‘A’la al-Ma’arri ditanya tentang al-Buhtury dia berkata, “Siapakah yang ahlisyi’ir di antara tiga orang ini, Abu Tammam, al-Buhturi, 14 Namanya Jundab ibn Hajar al Kindi

9

Page 10: Buku Pelajaran Balaghah

ataukah al-Mutanabbi?” Ia menjawab, “Abu Tamam dan al-Mutanabbi keduanya adalah para pilosof; sedangkan yang penyair adalah al-Buhturi”. Dia lahir di Manbaj dan wafat di sana pada tahun 284 H.”

7. Saif al-Daulah, ia adalah Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Hamdan, raja Halab yang sangat cinta syi’ir. Lahir tahun 303, wafat tahun 356.

8. Ibnu Waki’, ia seorang penyair ulung dari Baghdad. Lahir di Mesir dan wafat disana pada tahun 393 H.

9. Ibn Khayyath, ia seorang penyair dari Damaskus. Ia telah menjelajahi beberapa negara dan banyak mendapatkan pujian dari masyarakat yang mengenalnya. Ia sangat masyhur, karena karya-karyanya khususnya pada buku-buku syi’ir yang  sangat populer. Ia wafat pada tahun 517 H.

10. Al-Ma’arri, ia adalah Abu al-‘Ala’ al-Ma’arri. Dia seorang sastrawan, pilosof dan penyair masyhur, lahir di Ma’arrah (kota kecil di Syam). Matanya buta karena sakit cacar ketika berusia empat tahun. Dia meninggal di Ma’arrah pada tahun 449 H.

11. Ibn Ta’awidzi, ia adalah penyair dan sastrawan Sibth bin at-Ta’awidzi. Wafat di Baghdad pada tahun 584 H, dan sebelumnya buta selama lima tahun.

12. Abu Fath Kusyajin, ia seorang penyair profesional dan terbilang sebagai pakar sastra. Ia cukup lama menetap di Mesir dan berhasil mengharumkan negeri itu. Dia wafat pada tahun 330 H.

13. Ibn Khafajah, ia seorang penyair dari Andalus. Ia tidak mengharapkan kemurahan para raja sekalipun mereka menyukai sastra dan para sastrawan. Iawafat pada tahun 533 H.

10

Page 11: Buku Pelajaran Balaghah

14. Muslim bin al-Walid, ia dijuluki dengan Shari’ al-Ghawani. Ia seorang penyair profesional dari dinasti Abbasiyah. Ia adalah orang yang pertama kali menggantungkan syi’irnya kepada Badî’. Dia wafat pada tahun 208 H.

15. Abu al-‘Atahiyah, ia adalah Ishaq bin Ismail bin al-Qasim, lahir di Kufah pada tahun 130 H. Syi’irnya mudah di pahami, padat dan tidak banyak mengada-ada. Kebanyakan syi’irnya tentang zuhud dan peribahasa. Dia wafat pada tahun 211 H

16. Ibn Nabih, ia seorang penyair dan penulis dari Mesir. Ia memuji Ayyubiyyin dan menangani sebuah karya sastra berbentuk prosa buat Raja al-Asyraf Musa. Ia pindah ke Mishshibin dan wafat di sana pada tahun 619 H.

17. Basysyar bin Burd, ia seorang penyair masyhur. Para periwayat menilainya sebagai seorang penyair yang modern lagi indah. Ia penyair dua zaman, Bani Umayah dan Bani Abasiyah. Dia wafat pada tahun 167 H.

18. Al-Nabighah Al-Dzubyani, ia adalah seorang penyair Jahiliyah. Ia dinamai Nabighah karena kejeniusannya dalam bidang syi’ir. Ia dinilai oleh Abd al-Malik bin Marwan sebagai seorang Arab yang paling mahir bersyi’ir. Ia adalah penyair khusus Raja Nu’man Ibn al-Mundzir. Di zaman Jahiliyah, ia mempunyai kemah merah khusus untuknya di pasar tahunan Ukash. Para penyair lain berdatangan kepadanya, lalu mereka mendendangkan syi’ir-syi’irnya untuk ia nilai. Ia wafat sebelum kerasulan Muhammad saw.

19. Abu al-Hasan al-Anbari, ia seorang penyair kondang yang hidup di Baghdad. Ia wafat pada tahun 328 H. Ia terkenal dengan ratapannya kepada Abu Thahirbin Baqiyah, patih ‘Izz al-Daulah, ketika ia dihukum mati

11

Page 12: Buku Pelajaran Balaghah

dan tubuhnya disalib. Maratsinya (ratapannya) itu merupakan maratsi yang paling jarang mengenai orang yang mati disalib. Karena ketinggiannya, Izzud Daulah sendiri memerintahkan agar dia disalib. Dan seandainya ia sendiri yang disalib, lalu dibuatkan maratsi tersebut untuknya.

20. Syarif Ridha15, ia adalah Abu al-Hasan Muhammad yang nasabnya sampai kepada Husain bin Ali RA. Ia seorang yang berwibawa dan menjaga kesucian dirinya. Ia disebut sebagai tokoh syi’ir Quraisy karena orang yang pintar diantara mereka tidak banyak karyanya, dan orang yang banyak karyanya tidak pintar, sedangkan ia menguasai keduanya. Ia lahir di Baghdad dan wafat disana (359H-406H)

21. Said bin Hasyim al-Khalidi, ia seorang penyair keturunan Abdul Qais. Kekuatan hafalannya sangat mengagumkan. Ia banyak menulis buku-buku sastra dan syi’ir. Ia wafat pada tahun 400 H

22. Antarah, ia adalah seorang penyair periode pertama. Ibunya berkebangsaan Ethiopia. Ia terkenal berani dan menonjol. Ia wafat tujuh tahun sebelum kerasulan Muhammad.

23. Ibnu Syuhaid al-Andalusi, ia dari keturunan Syahid al-Asyja’i. Ia seorang pemuka Andalus dalam ilmu sastra. Ia dapat bersyi’ir dengan indah dan karya tulisnya bagus.

15 Pengarang kitab talkhish al-bayan fi majazatil-quran, nama lengkapnya Muhammad ibn al-Husain ibn Musa, Abu al-Hasan, ar-Ridlo al-‘Alawi al-Husaini al-Musawi (Mabahits al-balaghah,hlm. 192)

12

Page 13: Buku Pelajaran Balaghah

Ia wafat di Kordova,  tempat kelahirannya pada tahun 426 H.

24. Al-Abyuwardi, ia adalah seorang penyair yang fasîh, ahli riwayat, dan ahli nasab. Karya-karyanya dalam bidang bahasa tiada duanya. Ia wafat di Ishbahan pada tahun 558 H. Abiyuwardi adalah nama kota kecil di Khurasan.

25. Ibnu Sinan al-Kahfaji16 (423 H-466 H/1032 M-1073 M), ia adalah seorang penyair dan sastrawan yang berpendirian syi’ah. Ia diangkat menjadi wali pada salah satu benteng di Halab oleh Raja Mahmud bin Saleh, tetapi ia memberontak terhadap raja.Akhirnya ia mati diracun

26. Ibnu Nubatah Al-Sa’di, ia adalah Abu Nashr Abd al-Aziz, seorang penyair ulung yang sangat lihai dalam merangkai dan memilih kata. Ia wafat pada tahun 405 H.

C. Pengertian BalâghahBalâghah secara etimologi berasal d ari kata dasar

yaitu وصل yang memiliki arti sama dengan kata بلغ“sampai”. Makna ini dapat kita lihat pada firman Allah surah al Ahqaf ayat 15:

Sehingga apabila ia telah sampai dewasa dan umurnya sudah sampai empat  puluh tahun…Dalam bahasa keseharian kita juga menemukan ungkapan,

بلغ فال ن مرا د ه ا ي إ ذ ا و صل إ ليهFulan telah sampai pada tujuanya.

16 Pengarang kitab Sirr al-Fashahah, nama lengkapnya ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Sa’id, ibn Sinan, Abu Muhammad al-Khafaji al-Halabi, ia belajar satra dari Abi al-‘Ala’ (Mabahits al-balaghah,hlm. 205)

13

Page 14: Buku Pelajaran Balaghah

Pada intinya, balâghah mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fasih, memberi bekas yang efisien di lubuk hati, dan sesuai dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang diajak bicara. 

Secara ilmiah, balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub (ungkapan). Kebiasaan mempelajari balaghah merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam.

Unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan. Juga kejelian dalam memilih kata-kata dan uslub sesuai dengan tempat bicaranya, waktu, tema, kondisi para pendengar dan emosional yang dapat mempengaruhi dan menguasai mereka. Pada waktu yang lalu para sastrawan tidak menyenangi penggunaan kata 'aidlan'. Mereka menganggap kata tersebut monopoli para ilmuwan. Oleh karena itu, mereka tidak mau menulisnya dalam syair maupun tulisan prosa mereka.

Suatu hal yang perlu diperhatikan dengan serius oleh seorang ahli balaghah adalah mempertimbangkan beberapa ide yang bergejolak dalam jiwanya. Ide yang

14

Page 15: Buku Pelajaran Balaghah

dikemukakan itu harus benar, berbobot dan menarik sehingga mempengaruhi sebagai hasil kreasi seseorang yang berwawasan utuh dan bersifat lembut dalam merangkai dan menyusun ide. Setelah hal itu selesai, kemudian memilih kata-kata yang jelas, meyakinkan, dan sesuai. Lalu menyusunnya dengan urutan yang indah dan menarik. Jadi, balaghah itu tidak terletak pada kata per kata, juga tidak pada makna saja, melainkan balaghah adalah efek yang timbul dari keutuhan paduan keduanya dan kompatibilitas susunannya.

Dalam kajian sastra, Balâghah ini menjadi sifat dari kalâm dan mutakallim sehingga lahirlah sebutan متكلم بليغ dan كالم بليغ

Menurut Abd al-Qadir Husein (1984) Balâghah dalam kalâm adalah

مطابقته لمقتضى حال من سمع مع فصاحتهdalam arti bahwa kalâm itu sesuai dengan situasi

dan kondisi para pendengar.Perubahan situasi dan kondisi para pendengar menuntut perubahan susunan kalâm Situasi dan kondisi yang menuntut kalâm ithnâb tentu berbeda dengan situasi dan kondisi yang menuntut kalâm îjâz Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicara kepada orang dungu. Demikian juga dengan tuntutan fashâl meninggalkan khithâb washâl, tuntutan taqdîm tidak sesuai dengan ta’khîr  dan seterusnya bahwa untuk setiap situasi dan kondisi ada kalâm  yang sesuai dengannya ( لكل مقام مقا ل )

15

Page 16: Buku Pelajaran Balaghah

Nilai Balâghah setiap kalâm bergantung kepada sejauh mana kalâm itu dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi, setelah memperhatikan fashâhah-nya.

Kalâm fashîh adalah kalâm yang secara nahwu tidak dianggap menyalahi aturan yang mengakibatkan dlo’fut- ta’lif ( lemah susunan ) dan ta’qîd  (rumit). Dari aspek bahasa terbebas dari gharâbah (asing) dalam kata-katanya. Dan dari aspek sharaf   terbebas dari menyalahi qiyâs seperti tidak menggunakan kata ج�ل�ل� ,األ karenamenurut qiyâs adalah Hج�ل� .األ Sedangkan secara dzauq terbebas dari tanâfur  (berat pengucapannya) baik dalam satu kata, seperti kata ات ز�ر� �ش� ت atau م'س� dalam beberapa kata sekalipun satuan kata-katanya tidak tanâfurD. Aspek-aspek Balâghah

Nilai ketinggian suatu ungkapan (kalâm balîgh) ada pada dua aspek, yaitu :

1. Kalâm balîgh yaitu kalâm yang sesuai dengan tuntutan keadaan serta terdiridari kata-kata yang  fasîh contoh:

والف ريقين الثقلين محمد سيد الكونين و من عرب ومن عجم

Muhammad itu junjungan dunia dan akhirat, manusia dan jin serta junjungan dua golongan Arab dan AjamTujuan syi’ir tersebut, yaitu untuk menerangkan bahwa Muhammad adalahorang mulia.

2 Mutakalim balîgh, yaitu kepiawaian yang  ada  pada  diri seseorang dalam menyusun kata-kata balîgh (indah dan tepat), sesuai dengan keadaan waktu dan tempat.

16

Page 17: Buku Pelajaran Balaghah

Kemampuan balâghah yang ada pada seseorang berupa kemampuannya menghadirkan makna yang agung dan jelas dengan ungkapan yang benar-benar fasîh, memberi bekas yang berkesan di lubuk hati, sesuai dengan situasi dankondisi serta sesuai dengan kondisi orang-orang yang diajak bicara.

Secara ilmiah, ilmu Balâghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan pembelajarnya untuk bisa mengungkapkan ide fikiran dan perasaannya  berlandaskan kepada  kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang sama di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan kemampuan menguasai konsep-konsep balâghah, bisadiketahui rahasia-rahasia bahasa Arab dan seluk beluknya serta akan terbuka rahasia-rahasia kemukjizatan Alquran dan al-Hadits.E. Uslub

uslub adalah makna yang terkandung pada kata-kata yang terangkai sedemikian rupa sehingga lebih cepat mencapai sasaran kalimat yang diinginkan dan lebih menyentuh jiwa pendengar. Uslub juga dikenal dengan gaya bahasa.Tiga macam uslub di dalam menyusun kalimat:1) Uslub Ilmiah: uslub ini adalah uslub yang paling

mendasar dan paling banyak membutuhkan logika yang sehat dan pemikiran yang lurus dan jauh dari khayalan syair.Karena uslub ini berhadapan dengan akal dan berdialog dengan pikiran serta menguraikan hakikat ilmu yang penuh ketersembunyian dan kesamaran. Kelebihan yang

17

Page 18: Buku Pelajaran Balaghah

paling menonjol dari uslub ini adalah kejelasannya. Dalam uslub ini harus jelas faktor kekuatan dan keindahannya. Kekuatannya terletak pada pancaran kejelasannya dan ketepatan argumentasinya. Sedangkan keindahannya terletak pada fasilitas ungkapannya, kejernihan kebiasaan dalam memilih kata-katanya, dan bagusnya penetapan makna dari berbagai segi kalimat yang cepat dipahami. Untuk uslub ini sebaiknya dihindari pemakaian kata atau kalimat majaz dan badi 'yang dibagus-baguskan kecuali bila tidak diprioritaskan dan tidak sampai menyentuh salah satu prinsip atau kekhasan uslub ini. Biasanya uslub ini digunakan dalam buku-buku berwacana ilmiah, buku kuliah, sekolah dan pendidikan.

2) Uslub Sastra: Dalam uslub jenis ini keindahan adalah salah satu sifat dan kekhasannya yang paling menonjol. Sumber keindahannya adalah khayalan yang indah, imajinasi yang tajam, persentuhan beberapa titik keserupaan yang jauh di antara beberapa hal dan pemakaian kata benda atau kata kerja yang kongret sebagai pengganti kata benda atau kata kerja yang abstrak. Secara garis besar uslub ini harus indah, menarik inspirasinya dan jelas serta tegas. Orang-orang yang baru terjun ke dalam dunia sastra banyak yang beranggapan bahwa uslub itu akan semakin baik bila banyak

18

Page 19: Buku Pelajaran Balaghah

memakai kata-kata majaz, tasybih (penyerupaan) dan jauh imajinasinya. Anggapan ini sangat keliru, sebab hilangnya keindahan uslub ini kebanyakan justru karena dibuat-buat dan diada-adakan dan tidak ada yang merusak keindahannya yang lebih jelek dari pada kesengajaan menyusunnya. Kami yakin bahwa syair berikut ini tidak menarik perhatian kita:

قت رجس وس وا من ن أمطرت لؤل وردا# فوعضت على العناب باالبرد

( Air matanya yang bagaikan butir-butir mutiara bunga

narjis turun membasahi pipinya yang putih kemerah-

merahan bagaikan bunga mawar dan jari jemari

tangannya yang lentik itu digigitkan ke giginya yang

putih bagaikan salju ).

3)    Uslub Khithabi: Dalam uslub ini sangat menonjol ketegasan makna dan redaksi, ketegasan argumentasi dan data dan luas wawasan. Dalam uslub ini seorang pembicara dituntut dapat membangkitkan semangat dan mengetuk hati para pendengarnya.Keindahan dan kejelasan uslub ini memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi dan menyentuh hati. Di antara yang memperbesar peran uslub ini adalah status si pembicara dalam pandangan para pendengarnya, penampilannya, keunggulan argumentasinya, volume dan kemerduan suaranya, kebagusan penyampaiannya

19

Page 20: Buku Pelajaran Balaghah

dan ketepatan sasarannya. Di antara yang menentukan kelebihan uslub ini yang menonjol adalah pengulangan kata atau kalimat tertentu, pemakaian sinonim, pemberian contoh masalah, pemilihan kata-kata yang tegas. Baik sekali uslub ini bila diakhiri dengan pergantian gaya bahasa dari kalimat berita menjadi kalimat tanya, kalimat berita yang menyatakan kekaguman, atau kalimat berita yang menyatakan keingkaran.

F. Balâghah dalam konteks Linguistik ModernIstilah linguistik berasal dari bahasa Latin lingua

Dalam bahasa Perancis berpadanan dengan kata langue dan langage Sedangkan dalam bahasa Italiaberpadanan dengan kata lingua dan dalam bahasa Spanyol bepadanan dengan kata lengua Secara leksikal kata tersebut bermakna bahasa.

Sedangkan secara terminologis linguistik mempunyai pengertian seperti berikut ini:

1. Menurut kamus pringgodigdo dan Hassan Shadily (1977: 633-634), linguistic adalah  penelaahan bahasa  secara ilmiah.

20

Page 21: Buku Pelajaran Balaghah

2. Chaedar Alwasilah17 mengungkapkan, linguistik adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek forma bahasa lisan dan tulisan yang mempunyai ciri-ciri pemerlain.

3. Al-Khully mengungkapkan, linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa

Dalam Bukunya  Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-'Arabiyah, al-Khuli18,mengemukakan tentang cabang-

17 Nama Lengkapnya  Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M, penulis kreatif, hasil karya penelitian yang publikasikan lima tahun terakhir :

1. Developing Theories of Teaching Academic Indonesian to Non-Language Majors. Indonesian JELT. (2005)

2. Jaminan Mutu Perguruan tinggi. Pikiran Rakyat. (2005)3. Baca Tulis Masyarakat Madani. Pikiran Rakyat. (2005)4. Membangun Mesin Reproduksi Pengetahuan. Pikiran Rakyat.

(2005)5. Tujuh Ayat Pembinaan Mahasiswa. Pikiran Rakyat. (2005)6. Tujuh Ayat Demokarasi Kampus. Pikiran Rakyat. (2005)7. Mendamba Lahirnya Kritikus Mumpuni. Pikiran Rakyat. (2006)8. Menaksir Buku Ajar. Pikiran Rakyat. (2005)9. Dakwah “Bilqalam” Sunda. Pikiran Rakyat. (2006)10. Redefinisi Profesi Dosen. Pikiran Rakyat. (2006)11. Bangsa Indonesia Telat Mikir? Pikiran Rakyat. (2005)12. Kurikulum Berbasis Literasi. Pikiran Rakyat. (2005)13. Pokoknya Menulis. (2005)14. Pokoknya budaya Sunda. (2006)15. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. (2008)16. Jejak Langkah Orang Sunda. (2008)

Pokoknya BHMN: Ayat-ayat Pendidikan Tinggi. (2008)17. Pengantar Penelitian Linguistik Terapan. Pusat Bahasa

Depdiknas. (2005)18. TEFLIN Journal Vol. 16 No. 1, Februari (2005)19. Situational Analysis on Education for International

understanding in South-East Asia (Indonesia). APCEIU. (2007)20. Pendidikan di Indonesia -Masalah dan Solusi-. Kedeputian Bid.

Koor. Pendidikan, Agama, dan Aparatur Negara. (2008)18 Amin al-Khuli adalah salah satu pemikir penting dari Mesir

yang dikenal karena usahanya untuk mengenalkan pendekatan baru dalam tafsir Qur'an. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh

21

Page 22: Buku Pelajaran Balaghah

cabang linguistik ('Ilmu al-Lughah) sbb:1) 'Ilmu al-Lughah al-Nazhari (Linguistik Teoritis),

Bidang kajian ilmu inimencakup;a) Ilmu ashwat  (fonetik); Ilmu yang membahas proses

terjadinya,penyampaian dan penerimaan bunyi bahasa, seperti fonetik artikulasi (pengucapan bunyi), fonetik akustis (perpindahan bunyi), dan fonetikauditoris (pengurutan bunyi).

b) Ilmu Funimat (fonemik); ilmu ini membahas fungsi-fungsi bunyi dan prosesnya menjadi fonem-fonem, serta pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan praktis suatu bahasa.

c) Sejarah Linguistik; ilmu ini membahas perkembangan bahasa dalam bentukwaktunya, serta hal-hal yang terjadi pada rentang waktu tersebut sepertiasimilasi, perubahan-perubahan pengaruhnya terhadap bahasa lain atausebaliknya.

d) Ilmu Sharf  (Morfologi); ilmu ini membahas tentang morfem danpembagiannya.

e) Ilmu Nahw (Sintaksis); ilmu ini membahas urutan kata-kata pada suatukalimat.

f) Ilmu Ma’âni (semantik)

pembaharu, " mujaddid ". Dia juga salah satu murid Muhammad Abduh dan mewarisi gagasan-gagasan pembaharuan yang ia kenalkan selama ini. Salah satu kontribusi penting Amin al-Khuli adalah dalam bidang metode tafsir Qur'an. Dia, antara lain, dikenal karena metode literer ( al-manhaj al-adabi ) dalam penafsiran Qur'an yang kemudian diterapkan oleh sejumlah sarjana seperti A'ishah bint al-Shathi ', istrinya sendiri, dan Muhammad Ahmad Khalafullah yang menulis disertasi tentang kisah -kisah dalam Qur'an yang kemudian dicekal oleh pihak Al-Azhar itu.

22

Page 23: Buku Pelajaran Balaghah

2) Ilmu al-Lughah al-Tathbîqî  (Linguistik terapan); bidang kajian ini mencakuppengajaran bahasa asing, terjemah, psiko linguistik dan sosiolinguistik.Dengan melihat penjelasan dari al-Khuli tersebut

kita bisa mengetahui bahwa dalam bidang Linguistik ilmu balâghah termasuk pada bidang linguistik teoritik. Posisi ilmu balâghah dalam bidang garapan linguistik dapat kita lihat pada bagan berikut ini

G. Balâghah dan SemantikSebelum menguraikan kedudukan ilmu balâghah dan

hubungannya dengansemantik secara lebih jelas, perlu diketahui bahwa setiap bahasa mempunyaikesamaan dan perbedaan dengan bahasa lainnya pada beberapa karakteristiknya.Dengan melihat pembagian lingustik dari al-Khuli serta bagan di atas, posisi ilmubalâghah dalam kajian linguistik ini menempati kajian teoretik.

23

علماللغة

علم اللغةالنظر

علم اللغةالتطبيقى

القواعد

البالغة النحو الصرف

Page 24: Buku Pelajaran Balaghah

Balâghah merupakan salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang  menguraikan bentuk-bentuk pengungkapan dilihat dari tujuannya. Sebagian wilayah kajian ilmu ini terkait dengan makna, sehingga selalu bersinggungan dengan semantic .Menurut Prof. Mansoer Pateda19, semantik berarti teori makna atau teori arti. Ilmu ini merupakan cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.

Semantik mempunyai objek berupa hubungan antara benda (obyek) dan simbul linguistik, selain itu juga ilmu ini membahas sejarah perubahan makna-makna kata. Semantik sebagai ilmu untuk mengungkapkan  makna mempunyai beberapa teori:1. Conceptual Theory

Teori ini berpendapat bahwa makna adalah mental image si pembicara dari subyek yang dia bicarakan.

2. Reference atau correspondence theoryTeori ini berpendapat bahwa makna adalah hubungan langsung antara maknadengan symbol-simbol acuannya.

3. Field TheoryTeori ini menafsirkan kaitan makna antara kata atau beberapa kata dalam kesatuan bidang semantic tertentu.Selain itu pula semantik mengkaji kata dan makna, denotasi dan konotasi, pola struktur leksikal dan tata urut taksonomi. Hal ini selaras dengan bidang garapanilmu balâghah. Pada skema gambar di atas ilmu

19 penyusun kamus Bahasa Gorontalo, sekaligus guru besar di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sepanjang karir akademiknya, menelurkan 30 karya buku yang diterbitkan secara nasional, di antaranya yang terkenal adalah Kamus Bahasa Gorontalo-Indonesia, Suwawa-Indonesia, bahasa Atinggola-Indonesia, Karya terakhirnya adalah terjemahan Al Qur`an dalam bahasa Gorontalo.

24

Page 25: Buku Pelajaran Balaghah

balâghah adalah bidang kajian qawâ'id  (linguistik terotits) yang mengkaji tentang isi atau makna dari kalimat.Terlepas dari kesamaan balâghah dan semantik, ada satu hal yang tidak dibahas semantik dalam ilmunya, yaitu ilmu badî’. Ilmu ini mempelajari tata cara membaguskan atau memperindah kalimat. Hal ini tidak menjadi objek kajian emantik.

H. Balâghah dalam AlquranAlquran merupakan firman Allah yang di dalamnya

terdapat petunjuk dan hidayah bagi ummat manusia. Kitab ini menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Selain karena nabi yang membawa kitab ini berbahasa Arab, bahasa Arab juga diakui mempunyai tingkat balâghah yang tinggi, sensitifitas dalam hermeneutiknya, mempunyai ragam gaya bahasa dan mempunyai kosa kata yang sangat kaya.

Alquran mempunyai kemukjizatan yang sangat tinggi, baik pada tataran isi maupun bahasa yang digunakannya. Ketinggian bahasa Alquran dapat kita lihat pada aspek pemilihan fonem, pemilihan kata-kata, pilihan kalimat dan efek yang ditimbulkannya, serta adanya deviasi.

Pada aspek pemilihan fonem-fonem, Zarqani20 berkata, “Yang dimaksud dengan keserasian dalam tata bunyi Alquran adalah keserasian dalam pengaturan harkat  (tanda baca yang menimbulkan bunyi a, i dan u), sukun (tanda baca mati), mad  (tanda baca yang menimbulkan bunyi panjang), dan ghunnah (nasal) sehingga enak untuk didengar dan diresapkan”.

Adanya keserasian dalam pemilihan fonem-fonem yang dipilih Alquran dapat kita lihat dan kita rasakan ketika

20 Abdul Baqi bin Yusuf bin Ahmad Az Zarqoni Al Maliki meniggal tahun 1099

25

Page 26: Buku Pelajaran Balaghah

mendengar bacaan ayat Alquran yang dibaca dengan baik dan benar. Huruf-hurufnya seolah menyatu, perpindahan dari satu nada ke nada berikutnya sangat bervariasi, sehingga terasa adanya variasi yang menarik. Hal ini muncul sebagai akibat permainan huruf konsonan dan vocal yang dilengkapi dengan pengaturan harakat, sukun, mad , dan ghunnah Untuk contoh ini kita bisa lihat surah al-Kahfi ayat 9-16. Pada akhir ayat-ayat tersebut diakhiri dengan bunyi ‘a’ namun diiringi dengan konsonan yang bervariasi, sehingga menimbulkan hembusan suara yang berbeda, yaitu ba, da, ta, dan qa

Keserasian bunyi pada akhir ayat Alquran dapat dikelompokkan kepada tiga kategori, yaitu:1. Pengulangan bunyi huruf yang sama, seperti pengulangan

huruf  ra dan ha pada surah al-Qamar (54:33-41), al-Insan (76:1-13), ‘Abasa (80:17-23), dan al-Syams (91:11-15).

2. Pengulangan bunyi lapal, seperti pengulangan lapal al-thâriq, kaidâ, dakkâ,soffâ, ahad , dan ‘ aqabah pada surah al-Thâriq (86:1-2, 15-16), al-Fajr (89:21-22, 25-26), dan al-Balad (90:11-12)

3. Pengulangan bunyi lapal yang berhampiran, seperti pengulangan bunyi tumisat  furijat, nusifat, uqqitat, ujjilat, gharqâ, nasytâ, sabhâ, sabqâ, amrâ, râjifah,râdifah, wâjifah, khâsyi’ah, hârifah, suyyirat, uttilat, sujjirat,dan  zuwwijat   pada surah al-Nâzi’ât (79:1-5, 6-10), al-Takwîr (81: 3-12).

Selain tampaknya keindahan bunyi, pemilihan fonem-fonem tertentu pada ayat Alquran juga memiliki

26

Page 27: Buku Pelajaran Balaghah

kaitan atau efek terhadap maknanya. Mahmud Ahmad Najlah21 dalam bukunya Lughah Alquran al-Karîm fi Juz ‘Amma mengkaji huruf sin pada surah al-Nâs terutama pada ayat 5 dan 6. Huruf sin termasuk konsonan frikatif. Konsonan ini diucapkan dengan cara mulut terbuka,namun harus dengan menempelkan gigi atas dengan gigi bawah pada ujung lidah.Huruf ini dipilih dengan tujuan untuk memberi kesan bisikan seperti makna yangterdapat pada kedua ayat tersebut. Dalam sejarah ada seorang yang bernama Musailimah al-Kadzdzâb. Dia mencoba menyusun Alquran tandingan dengan membuat ayat-ayat yang huruf akhirnya mirif. Akan tetapi dia hanya meniru bunyi dan irama Alquran, dia tidak mampu meniru efek bunyi-bunyi tersebut terhadap maknanyaI. Bidang Kajian Balâghah

Ilmu Balâghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan denganmasalah kalimat, yaitu mengenai maknanya, susunannya, pengaruh jiwaterhadapnya, serta keindahan dan kejelian pemilihan kata yang sesuai dengantuntutan. Untuk sampai pada sasaran tersebut ada tiga sub ilmu yaitu:1. Ilmu Bayân: suatu ilmu untuk mengungkapkan suatu

makna dengan berbagaiuslub. Ilmu ini objek pembahasannya berupa uslub-uslub yang berbeda untukmengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu Bayân berfungsi untuk mengetahuimacam-macam kaidah pengungkapan, sebagai ilmu seni untuk meneliti setiap uslub dan sebagai alat penjelas rahasia balâghah. Kajiannya mencakup tasybîh, majâz dan kinâyah

21 Mahmud Ahmad Najla adalah seorang Palestina yang lahir dan dibesarkan di pengasingan. Ia telah menjadi seorang aktivis dan ia mendapat gelar Sarjana Sosiologi dari Universitas Birzeit

27

Page 28: Buku Pelajaran Balaghah

2. Ilmu Ma’âni: Ilmu ini mempelajari bagaimana kita mengungkapkan suatu ideatau perasaan ke dalam sebuah kalimat yang sesuai dengan tuntutan keadaan.Bidang kajian ilmu ini meliputi: kalâm dan jenis-jenisnya, tujuan-tujuan kalâm, washl dan fashl, qashr, dzikr dan hadzf, îjâz, musâwâh dan ithnâb

3. Ilmu Badî’: Ilmu ini membahas tata cara memperindah suatu ungkapan, baikpada aspek lafazh maupun pada aspek makna. Ilmu ini membahas dua bidangutama, yaitu muhassinât lafzhîyyah dan muhassinât ma’nawiyyah  Muhassinât lafzhîyyah meliputi:  jinâs, iqtibâs, dan saja’ Sedangkan Muhassinât ma’nawiyyah meliputi: tauriyyah, tibâq, muqâbalah, husn al-ta’lîl, ta’kîd al-Madh bimâ yusybih al-al-Dzammm dan uslûb al-hakîm

RANGKUMAN1) Meningkatnya peran sosial, politik, ekonomi, dan

kebudayaan bahasa Arab memunculnya asimilasi dengan budaya-budaya sekitarnya serta tidak dapat dielakkan adanya kontaminasi terhadap bahasa Arab murni. Kondisi inilah yang mendorong para ulama untuk mengembangkan ilmu-ilmu kebahasaaraban termasuk balâghah;

2) Tokoh pertama yang mengembangkan ilmu bayân adalahAbu Ubaidah, ilmu ma’âni oleh al-Jâhizh, dan ilmu badî’ oleh Ibn al-Mu’taz;

3) Balâghah secara leksikal bermakna sampai. Sedangkan secara terminologis balâghah adalah kesesuaian suatu kalâm dengan situasi dan kondisi disertai kefasihan yang tinggi serta terbebas dari

28

Page 29: Buku Pelajaran Balaghah

dha’fu al-ta’lîf  dan tidak ta’qîd maknawiwa al-lafzhi

4) Fasâhah al-balâghah tergantung pada dua aspek, yaitu balâghahal-kalâm dan balâghah al-mutakallim

5) Dalam linguistik modern balâghahsangat erat kaitannya dengan semantic dan sosio linguistik;

6) Alquran adalah kitab suci yang mempunyai tingkat balâghah yang tinggi. Salah satu kemukjizatan Alquran adalah pada aspek bahasa;

7) Ilmu balâghah mempunyai tiga bidang kajian, yaitu ilmu bayân, ilmu ma’âni, dan ilmu badî’.

LATIHANJawablah pertanyaan di bawah ini dengan

singkat dan tepat!1. Jelaskan proses pengembangan peran dan

fungsi bahasa Arab dalam kehidupansosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan!

2. Bagaimana implikasi peningkatan peran tersebut bagi kemurnian bahasa Arab? Berikan contoh konkritnya!

3. Jelaskan pengertian balâghah secara leksikal dan terminologis!

4. Apa yang anda ketahui tentang kalâm fashîh dan balîgh5. Jelaskan secara singkat bahwa Alquran merupakan

kitab suci yang mempunyaikemukjizatan tinggi dalam bahasany

IIFashâhah dan Balâghah

29

Page 30: Buku Pelajaran Balaghah

 Sebelum sampai kepada pembahasan bidang-bidang kajian ilmu balâghah terlebih dahulu akan dikemukakan konsep tentang  fashâhah dan balâghah kedua istilah ini sangat terkait dan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu balâghah

A. Definisi Fashāhah1. Fashāhah Menurut EtimologiMenurut etimologi fashāhah berarti jelas, terang

dan gamblang. Sebagaimana firman Allah swt. dalam al-Qur’an yang mengisahkan pernyataan nabi Musa tentang nabi Harun:

"Dan saudaraku Harun, dia lebih jelas perkataannya dibandingkan aku….” (QS. al-Qashash [28]: 34)

Kata " �ف�ص�ح' pada ayat di atas berarti "lebih jelas " أcara berfikir dan bertutur kata". Makna tersebut juga diungkapkan Rasulullah dalam sabdanya:

�الض اد� �ط�ق� ب �ف�ص�ح' م�ن� ن �ا أ �ن أ"Saya orang yang paling fasih (jelas/terang) berbahasa Arab.”

Dalam ungkapan berbahasa Arab, terdapat beragam penggunaan kata fashāhah, di antaranya:

�م�ه� �ال �يH ف�ي� ك ��ف��ص�ح� الص ب أAnak itu sudah fasih berbicara. (Jika bicaranya jelas dan terang).

�ح' �ف�ص�ح� الصHب أ

30

Page 31: Buku Pelajaran Balaghah

Waktu Shubuh sudah fasih. (Jika cahayanya sudah terang dan jelas).

ان' 2لس� �ف�ص�ح� ال أLidah itu sudah fasih. (Jika ia mampu mengungkapkan maksudnya secara benar).

2. Fashāhah Menurut Terminologi

Secara terminologi fashāhah berarti lafaz yang jelas, terang maknanya, mudah dipahami dan sering dipergunakan para penyair dan penulis. Ia bernilai indah dan bagus ketika dibaca dan didengar. Standar untuk menilai baik atau buruk, lancar atau tidak lancarnya pengucapan suatu kata adalah adz-dzauq as-salīm (taste of language) para penyair dan penulis. Hal itu terbentuk berkat keseringan mendengar, menulis dan merangkai kata-kata.

Dengan menguasai berbagai kecakapan tersebut dapat dibedakan kalimat-kalimat yang memenuhi kriteria-kriteria fashāhah. Oleh karenanya, fashāhah menjadi sifat dari ,(kata) الكلمة (kalimat) الكالم dan (pembicara) المتكلم adalah menurut dari sisi mana seseorang menilainya.

Fashâhah terbagi pada tiga macam, yaitu a. Kalimah fashîhah atau Fashāhah al-Kalimah

(kata fasih)Fashāhah al-Kalimah ( الكلمة ( فصاحة yaitu kata atau lafaz yang memenuhi unsur-unsur fashāhah. Agar suatu kata bernilai fashāhah ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi,

31

Page 32: Buku Pelajaran Balaghah

sebagaimana disebutkan para ulama balaghah, di antaranya harus terhindar dari hal-hal berikut:1) Tanâfur al-hurûf , yakni kata-kata yang sukar

diucapkan.Contoh : تركتها ترعى الهعخع

"aku membiarkannya makan rumput"Pada ungkapan di atas terdapat kata hu’hu’Kata ini terdiri dari dua huruf yaitu ha dan ‘ain yang dibaca secara berulang-ulang. Kata yang terdiri dari huruf-huruf seperti ini biasanya sulit diucapkan. Kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang sulit diucapkan dinamakan tanâfurul hurûfContoh lain Seperti lafaz:شHال�ظ (tempat yang kasar), 'نق اخ' (air jernih dan tawar) الز�ر�ات � �ش ت tinggi) م'س� kepang rambutnya), dan ق��ة� �قن �ن  .22(suara kodok) ال

2) Gharâbah yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata-kata yang asing, jarang dipakai, dan tidak diketahui oleh banyak orang.Contoh :

ة _ أ كئكم على ذ ى جن ما لكم تكأ كأ تم علي_ كتكإفرنقعوا

Mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton orang gila? pergilah!Kata yang sulit artinya disini adalah taka'ka'tum dan ifronqi’û. Kedua kata tersebut dianggap gharabah, karena jarang digunakan sehingga sulit mengartikannya

22 Dr. Fiti Abd. Al-Qadir Farid, Funun al Balaghah Bain al-Quran wa kalam al-Arab, (Kuwait, Dar al-Liwa’, 1980), 27

32

Page 33: Buku Pelajaran Balaghah

3) Mukhâlafah al-qiyâs yakni kata-kata yang menyalahi atau tidak sesuaidengan kaidah umum sharaf. Contoh,

bل� ال _ذ�ى ه'و� ح� � م�ر' ال �أل م' ا �ر� 'ب � ي �ل' ف�ال ل 'ح� � ي و�الم' �ر� 'ب _ذ�ى ه'و� ي � م�ر' ال �أل ا

Sesuatu yang lentur akan sulit untuk ditegakkan, dan sesuatu yang kerasakan sulit untuk dilenturkanPada syi’ir di atas terdapat dua kata, yaitu ‘bل� ال dan ’ح� ‘ ل' � ل 'ح� Shîgah (bentuk) ي kedua kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Sharf.Jika mengikuti kaidah kedua kata tersebut mestinya ‘ fح�ال’ dan “fح�ل' ”يContoh lain:

ل� � ��ج�ل �ع�ل�ي2 األ ه� ال �ل د' ل � �ح�م �ل او ل�

� �أل � ا �م �لق�د�ي د� ا �لف�ر� الو�اح�د� ا"Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung # Yang Esa, Maha Kekal lagi Maha Permulaan."

susunan kata-kata yang dibentuk tidak mengikuti kaidah-kaidah baku ilmu Sharf pada contoh di atas adalah: �ج�ل�ل di manaاألbentuknya yang baku berdasarkan ilmu sharf adalah Hج�ل� . األ

Contoh lain adalah kata بوقات (terompet), di mana bentuknya yang baku berdasarkan ilmu sharf adalah sebagaimana أبواق disebutkan dalam sebuah syair:

33

Page 34: Buku Pelajaran Balaghah

�ة0 ف�ف�ي �د�ول �ف3ا ل ي �ع�ض' الن اس� س� �ك' ب �ن� ي ف�إbو�ل' �ه�ا و�ط��ب 'وق�اتb ل الن اس� ب

"Jika sebagian manusia menjadi pedang negara # maka di antara mereka harus ada terompet dan genderang."

b. Kalâm fashih atau Fashāhah al-Kalām ( kalimat )Fashāhah al-Kalām ( احة الكالم فص ) yaitu kalimat yang memenuhi unsur-unsur fashāhah. Hal ini terwujud apabila semua kata-kata yang membentuknya bernilai fashāhah juga. Untuk itu ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi, di antaranya adalah harus terhindar dari hal-hal berikut:

1) Susunan kalimatnya tidak tanâfur  yakni tidak tersusun dari kata-kata yang berat atau sukar diucapkan. Bisa jadi kata-katanya  fasîh akan tetapi susunannya sulit diucapkan, maka ia termasuk kepada tanafur al-kalimât  ,contoh:

bر � ان0 ق�ف � �م�ك ب0 ب ر� � ر' ح � و�ق�بbر� بb ق�ب �ر0 ح�ر� ب� ق�ب �س� ق'ر� �ي ل

Adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat kuburan ituSusunan kalimat dalam syi'ir  di atas dianggap berat mengucapkannya, sebab berkumpul beberapa kata yang hampir bersamaan hurufnya yakni pada kalimat ( bر � بb ق�ب ر� � ر0 ح � ب� ق�ب ر� ' (قterdapat tiga huruf qaf dan empat huruf ra, yang

34

Page 35: Buku Pelajaran Balaghah

disebut secara berulang ulang23 . Dalam bahasa Jawa kita mengenal kalimat yang susah diucapkan karena faktor pengulangan huruf huruf yang sama, yaitu: laler menclok nyang lore rel

2) Susunan kalimatnya tidak dha'fu al-ta'lîf  yaitu susunan kalimat yang lemah sebab menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf, seperti د3ا� ي �م'ه' ز� ب� غ'ال (seharusnya) ض�ر�

�م'ه' �د3ا غ'ال ي ب� ز� ض�ر�Kecuali : 'م�ه� �دb غ'ال ي ب� ز� atau ض�ر�

bد� ي �م�ه' ز� ض�ر�ب� غ'الKalimat ( jumlah) yang terakhir ini dibolehkan karena ada dhamîr munfashil yang kembali ke  fa'il

3) Adanya ta’qîd lafzhy (kerancuan pada kata-kata). Suatu kalimat termasuk kategori ta’qîd lafzhy apabila ungkapan kata-katanya tidak menunjukkan tujuannya karena ada cacat dalam susunannya, seperti kata Farazdaq:

3 �كا �ال م�ل � س� إ 'ه' ف�ى النا �ل و� # م�ا م�ث ' � ب أ'ه' 'ق�ار� ب 'و� ه' ي ب

� م2ه� ح�يf أ' أ

Susunan kalimat di atas asalnya'ه' م�ا �ل � س� ح�يf م�ث �ال ف�ى النا 'ه' إ 'ق�ار� ب ي

'و� ه' ب� م2ه� أ

' 'و� أ ب� 3 أ �كا م�ل

Tiadalah seorangpun yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya itu masih hidup, yaitu bapaknya (Ibrohim) yang menyerupai dia.

23 Dr. Fiti Abd. Al-Qadir Farid, Funun al Balaghah Bain al-Quran...,30

35

Page 36: Buku Pelajaran Balaghah

Maksudnya tiada di antara manusia yang masih hidup yang menyerupaidia, kecuali raja yang menyerupai bapak ibunya, yaitu Ibrahim.

4 ) Ta’qîd ma’nawi, seperti'و�ا ب �تق�ر' 'م� ل �ك �ر ع�ن 'ع�د� الد ا �ط�ل'ب' ب أ 'ب' س� ك �س� و�ت

�ج�م د�ا �ت �اي� الدHم'و�ع� ل �ن ع�ي

Aku mencari tempat yang jauh dari kamu sekalian, agar kamu kelak menjadi dekat denganku dan supaya kedua mataku mengucurkan air mata,kemudian supaya menjadi kerasMaksudnya, sekarang aku lebih suka berpisah jauh denganmu untuksementara waktu meskipun sampai mengucurkan air mata karena prihatin.Untuk mengambil makna dari syi’ir di atas sangat sulit, sehingga dinamakan ta’qîd maknawi

c. Fashāhah al-Mutakallim ( Pembicara )

Fashāhah al-Mutakallim ( احة المتكلم ,( فصyaitu malākah (kecakapan) seseorang dalam hal mengungkapkan maksud dan tujuannya dengan fashīh dalam semua situasi dan kondisi, baik ketika senang, sedih, kecewa, marah maupun kondisi lainnya. Semua bentuk perasaan itu mampu diungkapkan dengan kata-kata. Atau pembicara yang mampu merangkai kata-kata sehingga terbentuk ungkapan yang fashīh ketika menulis atau berbicara dengan orang lain.

B. Definisi Balāghah 1. Balāghah Menurut Etimologi

36

Page 37: Buku Pelajaran Balaghah

Menurut etimologi balāghah berarti 'و'ص'و�ل� ال(sampai) dan 'ه�اء� �ت Dalam ungkapan .(berakhir) االنbahasa Arab disebutkan bahwa: اد�ه م'ر� bف'الن �غ� �ل ب(Fulan sudah sampai keinginannya). Contoh lain: ة � �ن �م�د�ي و�ك�ب' ال � غ� الم � �ل Rombongan) ب itu sudah berakhir di Madinah sebagai tempat tujuannya).

2. Balāghah Menurut TerminologiBalāghah menurut terminologi yaitu kesesuaian antara konteks pembicaraan dengan situasi dan kondisi audien (lawan bicara) disertai penggunaan bahasa yang fashāhah.

Balagah menjadi sifat dari المتكلم (pembicara) dan .(kalimat) الكالم Sementara ة (kata) الكلم tidak bisa disifati dengan balagah karena ia hanya terdiri dari hurup-hurup yang tidak bisa dipahami maknanya. Di samping itu ia sendiri tidak mampu menyampaikan si pembicara kepada suatu maksud dan tujuan.

C. Unsur-unsur Balāghah

Dalam balaghah ada 2 unsur prinsipil yang harus diperhatikan:

1) Situasi dan kondisi ketika berbicara dengan orang lain

Dalam bahasa Arab dinamakan yaitu الحال/المقام keadaan yang menuntut pembicara mengungkapkan kata-katanya dengan uslūb (gaya bahasa) tertentu.

2) Bentuk tertentu yang dipergunakan dalam suatu pengungkapan bahasa

Dalam bahasa Arab dinamakan ى � �ض seperti الم'ق�تuslūb ithnāb (yaitu penggunaan kalimat yang

37

Page 38: Buku Pelajaran Balaghah

panjang tetapi maksudnya sedikit) dan biasa digunakan untuk pujian. Tetapi kalau audien (lawan bicara) adalah seorang yang cerdas, maka cukup menggunakan uslūb ījāz (yaitu penggunaan kalimat yang ringkas tetapi maksudnya sarat dan padat). Jadi memuji dan orang yang cerdas adalah الحال والمقام (situasi dan kondisi), adapun ithnāb dan ījāz adalah .(tuntutan) المقتضى

Mengungkapkan perkataan dalam bentuk ithnāb dan ījāz adalah للمقتضى .مطابقة Ringkasnya keadaan yang menyebabkan pembicara menyampaikan perkataannya dengan bentuk tertentu dinamakan atau الحال .المقام Adapun penyampaian perkataan sesuai dengan tuntutan dan kedaaan tertentu dinamakan ى .المقتض Jadi, balāghah bukan menyampaikan kata-kata yang bermakna indah atau hanya memilih lafaz-lafaz yang jelas dan terang tetapi ia harus memperhatikan penggunaan kedua unsur tersebut yaitu lafaz dan makna secara bersamaan.

D. Perbedaan Fashāhah dengan Balāghah

Terdapat perbedaan antara fashāhah ( ( الفص احة dengan balāghah ( ,( البالغة di antaranya dalam hal berikut:

1) Obyek kajian fashāhah khusus berkaitan dengan lafaz. Adapun balāghah obyek kajiannya di samping berkaitan dengan lafaz juga berkaitan dengan makna.

2) Fashāhah adalah sifat dari ة ,(kata) الكلم الكالم (kalimat) dan .(pembicara) المتكلم Adapun

38

Page 39: Buku Pelajaran Balaghah

balāghah adalah sifat dari (kalimat) الكالم dan .(pembicara) المتكلم

3) Salah satu syarat suatu ungkapan bernilai balagah adalah (kalimat) الكالم yang gunakan untuk mengungkapkannya harus memenuhi kriteria fashāhah sehingga muncul kaidah:

�غ3ا. �ي �ل �ح0 ب 'لH ف�ص�ي �س� ك �ي ، و�ل bح� �غ0 ف�ص�ي 0 بلي م �ال� 'لH ك ك"Semua kalimat yang bernilai balāghah itu pasti memenuhi unsur fashāhah, tetapi tidak semua kalimat yang bernilai fashāhah itu memenuhi unsur balāghah."

III

ILMU MA’ÂNITUJUAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran ini diharapkan peserta didik mengetahui: 1) Pengertian ma’âni; 2) Objek kajian ilmu ma’âni; dan 3) Manfaat mempelajariilmu ma’âni.

BAHASAN A. Pengertian

 Kata �ى) (م�ع�ان merupakan bentuk jamak dari ( Secara leksikal katatersebut berati maksud, arti .(م�ع�ن�ىatau makna. Para ahli ilmu Bayân mendefinisikannyasebagai pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiranatau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran

39

Page 40: Buku Pelajaran Balaghah

Sedangkan menurut istilah: Ilmu Ma’âni adalah ilmu untuk mengetahuihal-ihwal lafazh bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi

رف علم ه يع وال ب ظ أح ربي اللف الع مقتضى الحال يطابق بها التى

Yaitu ilmu yang mempelajari kesesuaian antara konteks pembicaraan dengan situasi dan kondisi sehingga maksud dan tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan gamblang.

Yang dimaksud dengan hal ihwal lafazh bahasa Arab adalah model-model susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti penggunaan taqdîm atau ta’khîr, penggunaan ma’rifat atau nakirah, disebut (dzikr ) atau dibuang (hadzf ),dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi mukhâthab, seperti keadaan kosong dari informasi itu, atauragu-ragu, atau malah mengingkari informasi tersebut. Ilmu ma’âni pertama kalidikembangkan oleh Abd al-Qâhir al-Jurzâni.

Objek kajian ilmu bayân adalah kalimat-kalimat berbahasa Arab.Ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjizatan Alquran,hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik puisimaupun prosa. Dengan melalui ilmu ini kita bisa membedakan kalimat-kalimat yang sesuai dengan situasi dan kondisinya mengetahui kalimat-kalimat yang tersusun rapi, dan dapat membedakan antara kalimat yang baik dan jelek.

Berdasarkan keterangan di atas, dalam ilmu Ma‘ānī terdapat dua unsur yang perlu diperhatikan,

40

Page 41: Buku Pelajaran Balaghah

yaitu kondisi audien (pendengar) dan obyek (topik pembicaraan).

1. Kondisi Audien (pendengar)

Pembicaraan harus disesuaikan dengan kapasitas intelektual audien. Bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang tingkat intelektualnya tinggi, tentu berbeda dengan orang yang tingkat intelektualnya rendah. Misalnya penggunaan cara berbahasa dengan seorang mahasiswa di perguruan tinggi berbeda dengan seorang murid Sekolah Dasar atau orang yang pernah mengenyam pendidikan dengan orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan.

Kalau berbicara dengan orang terdidik kita cukup menggunakan kalimat yang singkat dan padat bukan bertele-tele. Dengan cara itu mereka sudah bisa memahami dan menangkap maksud dan tujuan sang pembicara, tetapi sebaliknya kalau kita berbicara di hadapan orang yang tidak terdidik maka dibutuhkan penggunaan kata-kata yang panjang dan bertele-tele sekalipun maksud dan tujuan yang ingin disampaikan hanya sedikit.

2. Obyek/Topik Pembicaraan

Obyek pembicaraan memegang peranan penting dan substansial dalam ilmu ma’ani. Obyek pembicaraan juga harus disesuaikan dengan kadar intelektual audien. Karena ada obyek pembicaraan yang bisa dijangkau oleh audien dan sebaliknya ada obyek-obyek pembicaraan yang tidak bisa terjangkau oleh akal dan kadar keilmuannya.

41

Page 42: Buku Pelajaran Balaghah

Kemampuan menganalisa dan problem solving (memecahkan masalah) tentu tidak akan mampu dilakukan oleh anak-anak yang masih belajar di bangku sekolah tingkat dasar.

B. Objek Kajian Ilmu Ma’âniSebagaimana didefinisikan oleh para ulama

balâghah bahwa ilmu ma’ân bertujuan membantu agar seseorang dapat berbicara sesuai dengan muqtadhal hal.Agar seseorang dapat berbicara sesuai dengan muqtadhahl hal maka ia harusmengetahui bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa Arab. Kapan seseorang harusmengungkapkan dalam bentuk taqdîm ta’khîr, washl, fashl, dzikr, hadzf , dan bentuk-bentuk lainnya.

Objek kajian ilmu ma’âni hampir sama dengan ilmu nahwu. Kaidah-kaidah yang berlaku dan digunakan dalam ilmu nahwu berlaku dan digunakanpula dalam ilmu ma’âni. Dalam ilmu nahwu dibahas masalah taqdîm dan ta’khîr, hadzf, dan dzikr. Hal-hal tersebut juga merupakan objek kajian dari ilmu ma’âni. Perbedaan antara keduanya terletak pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad  (berdiri sendiri), tanpa terpengaruh oleh faktor lain seperti keadaan kalimat-kalimat di sekitarnya. Sedangkan ilmu ma’âni lebih bersifat tarkîbi (tergantung kepada factor lain). Hasan Tamam menjelaskan bahwa tugas ahli nahwu hanya sebatas mengotak-ngatik kalimat dalam suatu jumlah, tidaksampai melangkah kepada jumlah yang lain.

Kajian dalam ilmu ma’âni adalah keadaan kalimat dan bagian-bagiannya. Kajian yang membahas bagian-bagian berupa msunad-musnad ilaih dan  fi’il muta’allaq. Sedangkan objek kajian dalam bentuk

42

Page 43: Buku Pelajaran Balaghah

jumlah meliputi  fashl,washl, îjâz ithnâb, dan musâwat .Secara keseluruhan ilmu ma’âni  mencakup ada delapan macam, yaitu

1. أحوال االسناد الخبري2. أحوال المسند إليه3. أحوال المسند4. أحوال متعلقات الفعل5. القصر6. االنشاء7. الفصل والوصل8. االيجاز واالطناب والمساواةKalimat dalam bahasa Arab disebut al-jumlah.

Dalam kaca mata ilmu nahwu dan dari sisi tarkib (struktur), al-jumlah itu terdiri dari dua macam, yaitu jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan  jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Dilihat dari segi fungsinya, al-jumlah itu banyak sekali ragamnya.

1. jumlah ismiyah (kalimat nominal)Pengertian  jumlah ismiyyah menurut para pakar nahwu adalah sbb: دأ ركبت من مبت ا ت الجملة االسمية هي م وخبر وهي تفيد بأصل وض عها ثب وت ش ئ دد وال ر لتج دون نظ يره ب لشئ ليس بغ تفاد ة فال يس و االرض متحرك إستمرار نح دون ة لال رض ب وت الحرك وى ثب ا س منه

نظر لتجدد ذلك وال حدوثه

Jumlah ismiyyah adalah suatu jumlah (kalimat) yang terdiri dari mubtada dan khabar. Dari segi fungsinya jumlah ismiyyah hanya menetapkan

43

Page 44: Buku Pelajaran Balaghah

sesuatu hukum pada sesuat, tidak yang lainnya Jumlah ini tidak berfungsi untuk tajaddud dan istimrâr. contoh (متحركة .(االرض Dari contoh ini tidak difahami selain menetapkan hukum gerak bagi bumi tanpa melihat kapan pergerakan itu terjadiJumlah ismiyyah adalah suatu jumlah yang tersusun dari mubtada’ dan khabar. Jumlah ismiyah menurut asalnya digunakan untuk menetapkan sesuatu terhadap sesuatu tanpa memperdulikan kontinuitas dan pembaharuan. Hal itu, apabila khabar-nya terdiri dari ism fa’il atau ism maf’ul, seperti ungkapan:

وأنواعها مختلفةSifat mukhtalifah adalah sifat yang melekat pada anwa’uha, maka dengan  jumlah itu ditujukan untuk menetapkan sifat mukhtalifah kepada anwa’uha  tanpa pembatasan waktu (lampau, sedang atau akan).

Lain halnya jika khabar -nya terdiri dari  fi’il, seperti:

وأنواعها إختلفتKata ikhtalafat adalah  fi’il al-Madhi, maka ungkapan di atas mengandung arti:Macam macamnya telah berbeda (waktu lampau).Pada jumlah ismiyah (kalimat nominal) mubtada ditempatkan pada permulaan kalimat,  sedangkan khabar  ditempatkan sesudahnya, seperti:

44

Page 45: Buku Pelajaran Balaghah

Namun, jika mubtada terdiri dari nakirah (indefinitif article) dan khabar  berupa prase preposisi, maka khabar  didahulukan, seperti:

Pada contoh ini, maka () sebagai khabar  dan ( ) sebagai mubtada’Karakteristik  jumlah ismiyah adalah membentuk makna tsubût  (tetap) dan dawâm (berkesinambungan), contoh seperti kalimat

2. jumlah fi’liyah (kalimat verbal)

ل ركبت من فع ا ت ة هي م ة الفعلي الجمل ل وهي ائب فاع ل ون ل أو من فع وفاع دوث فى دد والح ادة التج وعة ال ف موض ك الن ار ) وذل ع االختص ان معين م زم الفعل دال بصيغته على أحد االزمنة الثالثة ه م فان ة بخالف االس اج لقرين بدون إحتي�ف�ظ�ه� : اآلن �ر� ل يدل على الزمان بقرينة� ذ�ك

أو أمس أو غدا (Jumlah fi’liyah ialah kalimat yang terdiri dari fi’il dan  fa’il atau  fi’il dan naib fa’il. Jumlah fi’liyah, mengandung makna pembatasan waktu, yaitu waktu lampau, sedang dan akan .Pada  jumlah fi’liyah (kalimat verbal), fi’il (verba) itu dapat berbentuk aktif (subyeknya melakukan pekerjaan atau perbuatan) dan pasif (subyeknya dikenai pekerjaan atau dikenai perbuatan)

Contoh  jumlah fi’liyah dengan verba aktif seperti:

45

Page 46: Buku Pelajaran Balaghah

�ا و� �ي �اة� الد'ن ي �ج� �ت� ف�ى ال �اب �ق�و�ل� الث �ال �ك� الله' ب �ب ت ثة� � خ�ر� اال

Contoh  jumlah fi’liyah dengan verba pasif seperti

Karakteristik  jumlah fi’liyah tergantung kepada fi’il yang digunakan;  fi’il mâdhi (kata kerja untuk waktu lampau) membentuk karakter,bisa positif dan bisa negatif. contoh karakter positif seperti kalimat

� �ا و� اال �ي د'ن اة� ال � ي �ج� �ت� ف�ى ال اب � �ق�و�ل� الث ال � �ك� الله' ب �ب ت ثة� خ�ر�

contoh karakter negatif seperti kalimat

Sedangkan  fi’il mudhâri (kata kerja untuk waktu sedang dan akan, juga untuk perbuatan rutin) membentuk tajaddud  (pembaharuan),contoh seperti

Selain melihat dari susunan unsur-unsur yang membentuk jumlah ilmu  nahwu juga melihat isi kalimat dari sisi itsbât (positif) dan manfi (negatif) nya saja. Jumlah mutsbatah (kalimat positif) menurut al-Masih (1981), ialah kalimat yang menetapkan keterkaitan antara subjek dan predikat. Kalimat ini terdiri dari unsur subjek dan predikat sebagai unsur pokoknya. Kedua unsur tersebut dapat dijumpai dalam  jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal) .

46

Page 47: Buku Pelajaran Balaghah

Sedangkan  Jumlah manfiyah (kalimat negatif) merupakan lawan dari kalimat positif, yaitu kalimat yang meniadakan hubungan antara subjek dan predikat, seperti contoh berikut:

Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa kecuali kalau Allah menghendaki

C. Manfaat ilmu Ma’âniIlmu ma’âni mempelajari hal-hal yang berkaitan

dengan kalimat ( jumlah) bahasa Arab dan kaitannya dengan konteks. Dengan mengetahui hal-hal tersebut kita bisa menyampaikan suatu gagasan atau ide kepada mukhâthab sesuai dengan situasi dan kondisinya. Dengan melihat objeknya mempelajari ilmu ini dapat  memberi  manfaat sbb  1. Mengetahui kemukjizatan Alquran berupa segi kebagusan

penyampaian,keindahan deskripsinya, pemilihan diksi, dan penyatuan antara sentuhanakan dan qalbu.

2. Menguasai rahasia-rahasia ketinggian dan kefasîhan bahasa Arab baik pada syi’ir maupun prosanya. Dengan mempelajari ilmu ma’âni kita bias membedakan mana ungkapan yang benar dan yang tidak, yang indah danyang rendah, dan yang teratur dan yang tidak

RANGKUMAN1. Kata ‘معانى’ merupakan bentuk jamak dari kata ‘

Secara leksikal kata tersebut bermakna arti .’معنىatau makna. Sebagai sebuah disiplin ilmu ia mempelajari bagaimana agar ungkapan itu sesuai dengan tuntutan situasi dankondisi.

47

Page 48: Buku Pelajaran Balaghah

2. Objek kajian ilmu ini adalah mencakup tatanan kalimat dan bagian bagiannya. Pada tatanan kalimat ilmu ini mengkaji masalah  fashl, dan washl, îjâz musawât dan ithnâb. Sedangkan pada tataran bagian kalimat ilmu ini membahas musnad dan musnad ilaih,dan muta’aaliqatul fi’li

3. Manfaat yang diperoleh jika kita mempelajari ilmu ini adalah dapatmengapresiasi ketinggian bahasa Alquran dan bahasa Arab

LATIHANJawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini

dengan singkat dan tepat!1. Jelaskan pengertian ma’âni baik secara leksikal

maupun dalam terminologyilmu balâghah!2. Tulislah objek yang menjadi kajian ilmu ma’âni!3. Kemukakan objek kajian ilmu ma’âni pada tataran

kalimat dan bagiannya!4. Manfaat apakah yang akan diperoleh setelah

mempelajari ilmu ma’âni?IV

MUSNAD DAN  MUSNAD ILAIH TUJUAN

Setelah proses pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menguasai masalah-masalah yang berkaitan dengan: 1) Pengertian musnad dan musnad ilaih 2) Tempat-tempat musnad ilaih 3) Tempat-tempat musnad ilaih 4) Me-makrifat –kan musnad ilaih 5) Me-nakirah-kan musnad ilaih 6) Menyebut musnad ilaih 7)Membuang musnad ilaih

48

Page 49: Buku Pelajaran Balaghah

BAHASANJumlah atau kalâm paling tidak terdiri dari dua

unsur. Kedua unsur tersebut dalam ilmu ma’âni adalah musnad  dan musnad ilaih. Dalam ilmu ushul fiqh musnad biasa dinamakan mahkum bih dan musnad ilaih dinamakan mahkum‘alaih. Sedangkan dalam ilmu nahwu posisi musnad  dan musnad ilaih bervariasi tergantung bentuk jumlah dan posisinya dalam kalimat. Dalam istilah gramatikabahasa Arab dikenal istilah ‘umdah dan  fadhlah, ‘Umdah adalah unsur-unsur utama dalam struktur suatu kalimat, sedangkan  fadllah adalah pelengkap. Fadllah dalam istilah ilmu ma’âni dinamakan qayyid 

Kaitan antara musnad  dan musnad ilaih dinamakan isnâd. Isnâd  adalah penisbatan suatu kata dengan kata lainnya sehingga memunculkan penetapan suatu hukum atas yang lainnya baik bersifat positif maupun negatif.

Contoh:

�ه' �ك� ل ر�ي � ش� الله' و�اح�دb الPada contoh di atas ada dua unsur utama, yaitu kata

( Makna dari kalimat di atas adalah ( و�اح�دb) dan ( الله'sifat esa ditetapkan kepada Allah. Kata ( sebagai (الله'musnad ilaih dan (bو�اح�د ) sebagai musnad. Penisbatan sifat esa kepadaAllah dinamakan isnâd.

A. Musnad IlaihSecara etimologi musnad ilaih bermakna yang disandarkan

kepadanya. Sedangkan secara terminologis musnad ilaih adalah:

49

Page 50: Buku Pelajaran Balaghah

بر ه خ ذى ل دأ ال و المبت ه ه مد إلي المسوالفاعل ونائبه وأسماء النواسخ

Musnad Ilaih adalah mubtada yang mempunyai khobar, fa’il, naibul fa’il, dan beberapa isim dari amil nawasikh.Dalam pengertian lain musnad ilaih adalah kata-

kata yang dinisbatkan kepadanya suatu hukum, pekerjaan, dan keadaan. Posisi musnad ilaih dalam kalimat terdapat pada tempat-tempat berikut ini

1)  fâ’il ختم الله على قلوبهم2) nâib al- fâ’il 'ام� 'م' الص�ي �ك �ي �ب� ع�ل 'ت ك3) mubtada ور' السموات واالرض' لله� ن4) isim ( ( كان dan sejenisnya الله عليما وكان

حكيما5) isim ( dan ( إن_ sejenisnya افقين إن_ المن

لكاذبون6) maf’ul pertama ( ظن_ dan sejenisnya ( ظن_

االستاذ محمدا غائبا7) maf’ul kedua dari ( ( أرى dan sejenisnya. أرى

االستاذ الطالب مجتهدين دراستهمB. Musnad

 Musnad adalah sifat,  fi’il atau sesuatu yang bersandar kepada musnad ilaih. Musnad  berada pada tempat-tempat berikut ini:

1. Khabar mubtada الجامعة مشهورة2. Fi’il-tâm أرسل رسوله بالهدى 3. Isim fi’il حي_ على الصالة4. Khabar ( الله' dan akhwat- nya ( كان وكان

غفورا رحيما50

Page 51: Buku Pelajaran Balaghah

5. Khabar ( الطالب dan akhwat –nya ( إن_ إن_ المجتهد لناجح

6. Maf’ul kedua dari ( _ظن ) dan akhwat-nya ظن_ت عائشة أخاها مريضا

7. Maf’ul ketiga dari ( ( أرى dan akhwat-nya 3ا �ب �ي� الل' الح�ق غ�ال ان ر�

� أ

C. Me-makrifat-kan Musnad Ilaih Dalam konteks-konteks tertentu musnad ilaih

perlu dima’rifatkan. Konteks-konteks tersebut menunjukkan tujuan yang dimaksudkannya. Me-makrifat-kan musnad ilaih bisa dengan berbagai cara, seperti dengan mengungkapkan nama, dengan menggunakan isim maushûl, dan dengan isim isyârah. Masing-masing dari cara pen-takrif-an tersebut mempunyai tujuannya masing-masing.

1. Me-makrifat-kan dengan isim alam  Me-makrifat-kan dengan cara ‘alamiyah

(menyebut nama) mempunyai beberapa tujuan sbb:a) Menghadirkan dzat kepada ingatan pendengar

seperti firman Allah dalam surah al-Ikhlash ayat 1

b) Memulyakan atau menghinakan musnad ilaih, seperti contoh di bawah ini,

أبو المتعالى حضرأنف الناقة ذهب

c) Optimis dan berharap yang baikسعيد فى دارك والسفاح فى دار صديقك

2. Me-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan dhamîr 

51

Page 52: Buku Pelajaran Balaghah

Me-ma’rifat-kan musnad ilaih dalam suatu kalimat biasa juga dengan isim dhamîr. sedangkan isim dhamîr  mempunyai beberapa bentuk ,yaitu

a) Isim dhamîr  dalam bentuk mutakallim. contoh sabda Nabi saw

أنا النبي ال كذب أنا ابن عبد المطلبSayalah nabi yang tiada berdusta. Sayalah putera Abd al-Muthallib.

 b) Isim dhamîr  dalam bentuk mukhâthab. contoh

�ن�ي د�ت � ا و�ع � �ي م �ن �ف�ت ل ذ�ى أخ� �ت� ال �ن و�أ'و�م' �ل �ك� ي �ان� ف�ي �ي م�ن� ك م�ت� ب �ش� و�أ

Engkaulah orang yang mengingkariku’ Apa yang engkau janjikan padaku, Dan telah kecewa lantaran aku, Orang yang mencela kepadamu”.

c)  Isim dhamîr  dalam bentuk ghâib, contoh�ع�ال�ى ك� و�ت �ار� �ب ه'و� الله' ت

Dialah Allah yang maha suci lagi maha luhur3. Me-ma’rifat-kan dengan isim isyârah

Pe-ma’rifat-an musnad ilaih dengan isim isyârah dalam suatu kalimat mempunyai beberapa tujuan sbb

a) menjelaskan keadaan musnad ilaih, apakah dekat, jauh atau sedang seperti kita berkata,

هذا عثمان , ذلك محمد , ذاك خالدb) mengingatkan bahwa musnad ilaih layak

mempunyai sifat-sifat yang akan disebut setelah isim isyarah,contoh

52

Page 53: Buku Pelajaran Balaghah

Dalam praktek berbahasa kadang-kadang kata yang menunjukkan dekat digunakan untuk (هذ�ا)mengagungkan sesuatu yang ditunjuknya seperti firman Allah,

Akan tetapi kadang-kadang juga sebaliknya, kata ذ�ا) digunakan (ه untuk merendahkan seperti firman Allah dalam surah al-‘Ankabut 64,

Demikian juga kata (ذلك) yang menunjukkan jauh digunakan untuk mengagungkan sesuatu yang ditunjuknya, contoh

Me-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan isim isyârah merupakan cara untuk menghadirkan sesuatu yang disyârahkan. Disamping itu ada beberapa tujuanlain dari me-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan isim isyârah, yaitu;

a) Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak dekat, Contoh

هذه بضاعتناInilah barang dagangan kita

b) Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak sedang, contoh

ذاك ولديItulah anakku

c) Menjelaskan keadaan musnad ilaih dalam jarak jauh, contoh

53

Page 54: Buku Pelajaran Balaghah

ذلك يوم الوعيدItulah hari ancaman/kiamat

d) Mengagungkan derajat musnad ilaih dalam jarak dekat

Sesungguhnya Alqur’an ini  memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus

e) Mengagungkan derajat dalam jarak jauh, contoh

Kitab Alquran itu tidak ada keraguan didalamnya

f) Meremehkan musnad ilaih dalam jarak dekat, contoh firman Allah dalamsurah al-Anbiya ayat 3

Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia biasa

g) Menampakkan rasa aneh

ه' ' �ت� م�ذ�اه�ب ل0 أع�ي � ل0 ع�اق � �م� ع�اق كو�ق3 ز' �ق�اه' م�ر� �ل و�ج�اه�ل0 ج�اه�ل0 ت

ة3 ائر� � ام� ح � ك� االو�ه ر� � ذ�ى ت ذ�ا ال � ه�ق3ا �د�ي �ر� ز�ن �ح�ر�ي �م� الن �ع�ال و�ص�ي ر� ال

Banyak sekali orang yang berakal sempurna, Sedang usaha  kehidupannya  lemah  Dan banyak sekali orang yang sangat bodoh,Yang anda jumpai penuh rizqi, inilah yang meninggalkan kebingungan di angan-angan, dan membuat orang alim berubah menjadi kafir zindiq

h) Menyindir kebodohan mukhâthab ,Contoh

54

Page 55: Buku Pelajaran Balaghah

ني بمثلهم إذا أولئك أبائي فجئج�م�ع�تنا يا جريرا الجامع

Mereka itulah bapak-bapakku, Maka datangkanlah kepadaku hai jarir semisal mereka, Ketika beberapa perkumpulan,Telah menghimpun kelompok kami”

i) Mengingatkan bahwa yang di isyârahkan itu pantas menyandang suatu sifat-sifat tertentu.

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya,dan merekaitulah orang-orang yang beruntung. 

4. Men-takrif-kan dengan isim maushûlMe-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan isim

maushûl mempunyai tujuan-tujuan sbba) Sangat tidak baik jika digunakan dengan cara

sharîh (jelas) seperti firman Allah dalam surah Yusuf ayat 23

dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya)

b) mengagungkan seperti firman Allah ta’ala dalam surah Thaha 78

mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.

Selain tujuan-tujuan di atas men-takrif-kan dengan isim maushûl  juga mempunyai tujuan-tujuan sbb:

55

Page 56: Buku Pelajaran Balaghah

a).Menumbuhkan keingintahuan pada sesuatu, yakni tatkala maksud shilah wa maushul adalah hukum yang aneh seperti syi’ir berikut ini

�ه� # �ر�ي ة' ف�ي �ب ت� ال و�ال ذ�ى ح�ار��د�ثb م�ن� ج�م�اد0 ت �و�انb م'س� ي ح�

Makhluk dimana manusia, Bingung terhadapnya, Adalah binatang yang tercipta, dari benda tak bernyawa,

b) Merahasiakan suatu hal dari selain mukhâthab

�ت' ي � �ه� # و�ق�ض �ر' ب �م�ي �خ�ذ�ت' م�ا ج�اد� اال و�أ�ه�و�ى �م��ا أ �ي ك ات ح�اج�

Aku telah mengambil apa Yang didermakan oleh sang raja,  Dan akupun menunaikan hajat-hajatku sebagaimana ia inginkan.

c).Mengingatkan kesalahan mukhâthab, contoh

: ( 194االعراف)Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah mahluk yang lemah yang serupa juga dengan kamu.(al-A’raf;194)

d) Mengingatkan kesalahan selain mukhâthab. Contoh

�ق�ت� ه�ا خ'ل ؤ�اد'ك� م�ل_ض ' ع�م�ت� ف �ى ز� _ت إن_ ال�ه�ا �ق�ت� ه�و�ى ل ل �م�ا خ' ه�و�اك� ك

Sesungguhnya wanita yang mana hati anda, mengira ia telah bosan  terhadap anda, adalah diciptakan untuk mencintai anda, sebagaimana anda disiptakan untuk mencintainya

56

Page 57: Buku Pelajaran Balaghah

e) Menganggap Agung kedudukan mahkum bih. Contohا # � �ن �ى ل �ن م�اء� ب م�ك� الس � ذ�ى س _ �ن ال إ

ط�و�ل'� �ع�زH و�أ �م'ه' أ 3ا د�ع������ائ �ت �ي ب

Sesungguhnya Zat yang meninggikan langit,adalah yang mendirikan rumah untuk kita yang tiang-tiang daripadanya,lebih mulia dan lebih panjang.

f) Mengejutkan karena mengagungkan/menghina.Contoh

Lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka (Thaha; 78.)

g) Menganggap hina dalam menjelaskan nama diri.contoh

�ى ب� �ي� أ �ان ب ي _ذ�ى ر� ال

Orang yang memeliharaku adalah ayahku

h) Menentukan suatu ketentuan pahala/siksabة ر� � �ه'م� م�غ�ف �ح�ات� ل ال 'و�ا الص 'و�ا و�ع�م�ل �ن� آم�ن ال ذ�ي

bم� �ر�ي قb ك و�ر�ز�Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yangbaik,bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia

i) Mencela.Contoh �ه� �ي �ل ت' إ

� أ س�� �ك� ف�ق�د� أ �ي �ل ن� إ �ح�س� ال ذ�ى أ

Orang-orang yang berbuat baik padamu itu ,sungguh aku telah berbuat buruk terhadapnya.

j) Menunjukan keseluruhan. Contoh

�ر�م�ه'م� ك� �ك� أ 'و�ن ت

� �أ �ن� ي ال ذ�ي

57

Page 58: Buku Pelajaran Balaghah

Orang-orang yang datang kepadamu, maka hormatilah mereka.

k) Menyamarkan. Contoh

�ف�س0 م�ا ق�د م�ت� 'ل2 ن �ك لBagi setiap jiwa akan mendapat balasannya apa yang telah ia kerjakan.

5. Men-tak’rif-kan musnad ilaih dengan Al (ال);Alif lam merupakan salah satu alat untuk

memakrifatkan kata dalam bahasa Arab. Ada dua jenis (ال) yang perlu kita perhatikan, yaitu al lil ahdi dan alliljins

a) Al lil ‘ahdi fungsinya untuk menunjukkan kekhususan pada sesuatu, contoh

Sebagaimana kami telah mengutus dahulu seorang rasul kepada Firaun,maka Fir’aun mendurhakai rasul itu.( al-Muzammil ; 15-16)Partikel (ال) pada kata  ( ) merupakan al lil ‘ahdi, yaitu rasul yang disebut kedua kali merupakan pengulangan dari rasul yang pertama. Dan rasul yang dimaksud adalah sudah diketahui yaitu Musa as.

c) al-liljins yaitu partikel (ال ) berfungsi untuk menunjukkan jenis dari makna yang ada pada kata tersebut.

 Al-liljins masuk ke dalam musnad ilaih karena empat tujuan,yaitu

a) Mengisyarahkan kenyatan sesuatu makna terlepas dari kaidah umum–khusus.Contoh

bاط�ق� �و�انb ن ي ان' ح� �س� االنManusia adalah binatang yang berfikir.

58

Page 59: Buku Pelajaran Balaghah

Al (ال ) ini disebut juga lam jinisو karena mengisyarahkan keadaan jenis yang dibicarakan dalam kalimat tersebut. Manusia pada kalimat di atas adalah jenis makhluk Allah.

b) Mengisyarahkan hakikat yang samar.Contoh

Dan aku khawatir kalau –kalau dia dimakan srigala (Surah Yusuf; 13)

c).Mengisyarahkan setiap satuan yang bisa dicakup lafazh menurut bahasa.Contoh

ه�اد�ة� �ب� و�الش� �غ�ي �م' ال ع�الDia mengetahui yang ghaib dan yang tampak

d) Menunjukkan seluruh satuan dalam kondisi terbatas

ه' �ح� �ص�ائ �ه�م� ن �ي �ق�ى ع�ل �ل ار� و� أ Hج� �ر' الت �م�ي ج�م�ع� االSang raja mengumpulkan para pedagang dan menyampaikan beberapanasehatnya pada mereka.Maksud  ungkapan di atas adalah bahwa raja mengumpulkan para pedagang kerajaanya, bukan pedagang dunia seluruhnya.

6. Me-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan idhâfahSalah satu bentuk dalam me-ma’rifat-kan musnad

ilaih adalah dengan idhâfah Dengan di-idhafat-kan pada kata lain suatu kata yang asalnya nakirah berubah menjadi ma’rifat .Ada beberapa tujuan me-ma’rifat-kan musnad ilaih dengan di-idhofat-kan pada salah satu isim ma’rifat, yaitu ;

a) Sebagai cara singkat guna menghadirkan musnad ilaih di hati pendengar,contoh:

�م�ي ج�اء� غ'ال59

Page 60: Buku Pelajaran Balaghah

Pembantu mudaku telah datingKalimat diatas lebih singkat dibanding kalimat

�م' ال ذ�ى ل�ي ج�اء� الغ'الTelah datang pembantu muda yang menjadi miliku

b) Menghindarkan kesulitan membilang-bilang�ذ�ا �ح�ق2 ع�ل�ى ك �ه�ل' ال �ج�م�ع� أ أ

Para ahli kebenaran telah sepakat terhadap masalah demikian.

e) Keluar dari tuntutan mendahulukan sebagian atas sebagian yang lain.contoh

�د� ن �ج' اء' ال م�ر�' ح�ض�ر� أ

Sejumlah pimpinan tentara telah datangd) Menagungkan mudhaf  dan mudhaf ilaih. Contoh

ل�ط�ان� ح�ض�ر� �اب' الس' �ت كSurah sang raja telah datang

�ذ�ى �م�ي �ل �ر' ت اال م�يSang Raja adalah muridku

e) Meremehkan.Contoh

bد' الل2ص� ق�اد�م� و�لAnak pencuri itu datang

7. Men-ta’rif-kan Musnad ilaih dengan nidâMentakrifkan musnad ilaih pada suatu kalimat

mempunyai beberapa tujuan,yaitua) Bila tanda-tanda khusus tidak dikenal oleh

mukhâthabج'ل' �ا ر� ي

Hai seorang laki-laki!b).Mengisyarahkan kepada alasan untuk

sesuatu yang diharapkan, contoh

60

Page 61: Buku Pelajaran Balaghah

'ب� الد_ر�س� �ت �ذ' اك �م�ي �ل �ات يHai murid! Tulislah pelajaran!)

8. Me-nakirah-kan musnad ilaih Dalam konteks-konteks tertentu kadang-kadang

musnad ilaih perlu di-nakirah-kan (tidak tentu). Pe-nakirah-an musnad ilaih tentunya mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Di antara tujuan pe-nakirah-an musnad ilaih adalah menunjukkan jenis sesuatu, menunjukkan banyak, dan menunjukkan sedikit. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh-contoh berikut ini:

a). nakirah yang menunjukkan jenis,

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup

Pada ayat di atas terdapat kata yang di-nakirah-kan, yaitu kata penakirahan kata tersebut bertujuan untuk menunjukkan suatu jenis yang tidak banyak diketahui oleh manusia. Jenis tersebut adalah tertutupnya mata seseorang dari melihat ayat-ayat Allah

b). Nakirah untuk menunjukkan banyak seperti firman Allah dalam surah al-‘Araf ayat 113,

beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) Sesungguhnya Kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"

61

Page 62: Buku Pelajaran Balaghah

Pada ayat di atas terdapat kata yang di-nakirah-kan yaitu kata (� ( أ Pe-nakirah-an kata tersebut bertujuan untuk menunjukkan banyaknya pahala yang akan mereka terima.

c(. Nakirah menunjukkan sedikit seperti firman Allah dalam surah al-Taubah ayat72

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besarPada ayat di atas Allah menggunakan isim nakirah untuk mengungkapkan surga yaitu dengan kata ( )Penggunaan isim nakirah menunjukkan bahwa surga itu kecil dan sedikitnilainya dibandingkan dengan ridha Allah swt. Ridha Allah merupakan sumber dari berbagai kebahagiaan hidup manusia.

d) Merahasiakan perkara.Contoh

ف�ت� ع�ن� الص_و�اب� �ح�ر �ن ك� ت ج'لb إ ق�ال� ر�Seorang lelaki berkata, “Engkau telah menyimpang dari kebenaran”.Pada contoh diatas nama dari musnad ilaih tidak disebutkan bahkan disamarkan, agar ia tidak ditimpa   hal yang menyakitkan.

e) Bertujuan untuk makna mufrad  (tunggal)

�ن� �ي �ل �ه�و�ن' م�ن� و�ي �لb أ و�ي

62

Page 63: Buku Pelajaran Balaghah

Satu kecelakaan adalah lebih ringan daripada dua kecelakaan

f( Menjelaskan jenis/macamnya bل2 د�اء0 د�و�اء' �ك ل

Bagi setiap (macam) penyakit ada (satu macam) obat

Kalimat di atas secara rincinya adalah�و�عb م�ن� الد�واء� �و�ع0 م�ن� الد�اء� ن 'ل2 ن �ك ل

Bagi setiap macam penyakit, ada obatnya9. Musnad Ilaih disifati dengan na’atMensifati musnad Ilaih dalam ilmu ma’ani

memiliki beberapa tujuan, antara lain:a) menjelaskan keadaan musnad ilaih yang

sesungguhnya ( الكشف عن حقيقته ). Contoh,�ل�ى �جb إ ا ت ق' م'ح� � �ع�م�ي �ض' ال �ع�ر�ي �ل' ال م' الط�و�ي �ج�س� ال

'ه' غ�ل 'ش� �غ0 ي ف�راBenda yang panjang lebar dan dalam membutuhkan tempat yang longgar yang memadahiContoh lain: seperti perkataan ‘Aus ibn Hajar dalam mensifati orang yang cerdas berikut ini.

�ر �ج� # د�ة� و�الب �ع�ة� والن جا _ذ�ى ج�م�ع� الش_ ال � ن_ إ3 'ق�ى ج�م�ها و_الت

د� � ن� ق� أ � �ك� الظ�ن # ك �ظ'نH ب __ذ�ى ي �م�ع�يH ال اال ل

م�ع� �ى و�ق�د� س� أل 24ر�

Sesungguhnya orang yang memadukan sifat berani, cerdik, baik, dan taqwa, adalah orang cerdas, yang dugaanya terhadap kamu benar, seolah olah dia melihat dan mendengar.

24 Ibn. Ya’qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1 (Kuwait, Nasyr Adab al-Hauzah, tt), 362

63

Page 64: Buku Pelajaran Balaghah

b) mengistimewakan musnad ilaih dengan sifat yang membedakan dari yang lainya ه) .( تخصيصContoh,

bه�د� ت �ل�بb م'ج� �ي طا ن �ر� زاPelajar yang rajin telah berkunjung ke rumahku

� �د�نا ن �ج�ر' ع� �دb التا ي ز�Zaid pedagang berada di rumahku

c) untuk mencela musnad ilaih ( الذم ). Contoh,

�ي �غ�ب �دb ال ي ذ ه�ب� ز�Zaid yang bodoh itu telah pergi

d) untuk memuji musnad ilaih ( المدح ). Contoh,

�م' �ل �عا �دb ال ي �ء� ز� جاZaid yang alim itu telah datangPada contoh no 3 dan 4 di atas, kalau mukhathab sudah mengetahui siapa yang dimaksud dengan zaid, maka mendatangkan sifat ( �ي �غ�ب �م' / ال �ل �عا ال ) bertujuan untuk mencela atau memuji, akan tetapi apabila mukhathab belum mengetahuai siapa yang dimaksud zaid, maka mendatangkan sifat di atas bertujuan untuk men-takhshish

e) untuk menegaskan dan mengukuhkan musnad ilaih ( التوكيد ). Contoh,

�و�م�ه 3 م�ن� ن �دا �ل 'و�ق�ذ' خا �ح�د�ةb ت ق�ةb وا �25ط�ر�

Satu kali ketukan dapat membangunkan khalid dari tidurnya

Kata ( bق�ة ( ط�ر� pada contoh di atas berwazan (

bة� yang menunjukan arti satu kali pekerjaan ( ف�ع�لatau menunjukan ( ة م�ر ,( م�ص�د�ر� kemudian

25 ‘Ilal Nurim, Jadid ats-Tsalah al-Funun fi Syarh Jauhar al-Maknun, juz,1 (at-Tar al-Baidla’ 2007), 117

64

Page 65: Buku Pelajaran Balaghah

disifati dengan kata (bح�د�ة� ( وا sebagai penguat atau penegas26.

f) untuk menentukan atau mengkongkretkan musnad ilaih ( .( التنصيص Apa bila musnad ilaih berupa kata yang relatif ( م�ل�� ت ,Contoh ,( م'ح�

د� �غ�ر �م�ة� ف�ى االر�ض� إال ت ال ح�ماTidak ada seekor pun burung merpati di muka bumi ini kecuali berkicau

musnad ilaih-nya ( �م�ة� ) sifatnya ( ح�ما ف�ى االر�ض�), kalau tidak disifati dengan ( bisa ,( ف�ى االر�ض�juga dipahami burung merpati yang di kebun.27

g) menambah ke-umuman musnad ilah28, Contoh,�ه� ي �ح� نا �ج� �ر0 ب �ئ � طا �ب ة0 ف�ى االر�ض� و� ال � م�ن� دا و� ما

� ق'ه'ما _ ع�ل�ى الله� ر�ز� إالTidak ada binatang yang melata di muka bumi dan tiada pula burung yang terbang di udara kecuali rizkinya di jamin oleh AllahDua kata ( �ب ة0 �رdan 0 دا �ئ berupa isim jins dan (طاsudah menunjukan arti umum, setelah disifati dengan kata ( ف�ى االر�ض� dan ه�� ي �ح� نا �ج� sifat ( بumumnya lebih menyeluruh ( ق�� �غ�را ت 29( االس�

10.Men-taukidi musnad ilahMen-taukidi musnad Ilaih dalam ilmu ma’ani

memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a) Menetapkan makna musnad ilah kepada sami’

�ر� ) �ق�ر�ي �دseperti: b ( ت ي �دb ز� ي �ي ز� �ء�ن جا

26 Ibid, 11727 Ibid, 11728 Hasil penemuan az-Zamakhsyari29 Abdul Muta’ali as Sha’idi, Bughyah al idlah....., 110

65

Page 66: Buku Pelajaran Balaghah

Dikatakan bد � ي دb ز� � ي dua ز� kali agar sami’

keyakinannya mantap bahwa yang datanh itu

zaid (musnad ilah) bukan orang lain.

b) Menolak prasangka sami’ bahwa mutakallim

lupa, seperti: 'ه �ف�س' �دb ن ي �ي ز� �ء�ن جاSebelum menyebutkan kata ه' �ف�س' , ن boleh jadi

sami’ berprasangka bahwa mutakallim lupa,

yang datang itu orang lain bukan zaid

c) Menolak prsangka majaz, seperti:

ه' �ق�س' �ر' ن �م�ي �ء� اال جا Sebelum menyebutkan kata 'ه �ف�س' boleh jadi , ن

sami’ berprasangka bahwa yang datang itu

bukan raja melainkan ajudannya atau utusannya

d( Menolak anggapan tidak mencakup seluruhnya

'و�ل� ( ك � الش' � ع�د�م �و�هHم �د�ف�ع� ت �ء�  :seperti ,)ل جا

Hه'م� 'ل �ق�و�م' ك ال11. menyertakan athaf bayan pada musnad ilaih

bertujuan antara lain untuk:a) memperjelas musnad ilaih dengan isim yang

khusus baginya ( لال يضاح ). Contoh. bد� �ل �ق'ك� خا temanmu khalid) ق�د�م� ص�د�يtelah datang)Mendatangkan ‘Athaf bayan pada contoh di atas untuk memperjelas maksud musnad ilaih dalam arti menghilangkan relatifitas makna, kalau hanya disebutkan ( �ق'ك� د�ي � ,(ص mengandung

66

Page 67: Buku Pelajaran Balaghah

berbagai kemungkinan karena teman mukhathab itu banyak tidak hanya khalid.Dan lagi untuk memperjelas maksud musnad ilaih, athaf bayan yang didatangkan tidak harus berupa kata yang lebih khusus dan lebih terang, sebab kejelasan maksud terkadang diperoleh dari penggabungan ma’thuf dengan ma’thuf30 ilaih-nya.Contoh: orang yang bernama umar tidak hanya satu orang, melainkan ada sepuluh orang bahkan lebih, dengan kinayah yang berbeda beda, dan salah satunya Abu Hafsh. Sebaliknya orang yang berkinayah Abu Hafsh juga ada sepuluh orang bahkan lebih, dengan nama yang berbeda beda, salah satunya Umar, kemudian dikatakan ر' � و� ح�ف�ص0 ع'م ' �ب �ء� أ ا telah) ج datang Abu Hafsh yang bernama umar) maka maksudnya menjadi jelas.

Contoh lain:# � ح'ها �م�س� �ر� ي �ت� الط�ي �ذا �ئ �عا �م'ؤ�م2ن� ال و�ال

�د� ن �ل� و�الس� �غ�ي �ن� ال �ي �ن' م�ك ة� ب �با ك ر'Demi zat yang melindungi binatang binatang liar yang berlindung (di tanah haram), yaitu burung burung yang dibelai para rombongan menuju mekkah yang berjalan melewati desa ghail dan sanad.Musnad ilaihnya berupa kata ( �ت� �ذا �ئ �عا yang ( الberarti binatang binatang liar yang berlindung di tanah haram tidak hanya burung. Sedangkan ‘Athaf bayan-nya ( �ر� yang berarti burung (الط�ي

30 Ibn. Ya’qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1..., 37367

Page 68: Buku Pelajaran Balaghah

baik yang berlindung di tanah haram ataupun tidak. Setelah dua kata itu digabungkan dengan cara ‘athaf bayan maka maksudnya menjadi jelas yaitu burung burung yang berlindung di tanah haram31

b) memuji musnad ilaih32. Contoh:

Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusiaKata ( ) adalah ‘athaf bayan bagi kata (), ia didatangkan tidak untuk memperjelas melainkan untuk memuji, sebab kata () maksudnya sudah jelas tanpa adanya kata ( )33,

Perlu diketahui bahwa Athaf bayan itu hampir

sama dengan na'at / sifat , hanya perbedaannya sebagai

berikut:

a) Na'at untuk menjelaskan sifat sifat man'utnya 

yang masih samar. Contoh:

�م' �ر�ي �ك 'و ح�ف�ص0 ال �ب �ء� أ جا

Telah datang Abu Hafsh yang bersifat mulia.

b) Athaf bayan untuk menjelaskan esensi maksud 

ma'thuf alaih-nya. Contoh:

'و ح�ف�ص0 ع'م�ر' �ب �ء� أ جا

31 Ibid, 37432 Pendapat az-Zamakhsyari dalam tafsir al Kasyaf33 Ibn. Ya’qub al Gharbi, Syuruh a-Talkhish,Juz:1..., 374

68

Page 69: Buku Pelajaran Balaghah

Telah datang Abu Hafsh yakni Umar12. Mendatangkan badal bagi musnad ilaih dalam

ilmu ma’ani bertujuan antara lain untuk:a) Memperjelas dan memperkuat ketetapan hukum

bagi musnad ilaih yaitu bagi badal-kul minal-kul. Contoh:

bد� ي �خ'و�ك� ز� �ء� أ جاTelah datang saudaramu si zaidKetika disebut kata ( �خ'و�ك� ,pada contoh di atas (أsesungguhnya sami’ (audien) sudah faham, dan ditambah dengan kata (bد � ي ,(ز� pemahamannya lebih mantap.Contoh yang lain (AS. Al-Fatihah: 6-7)

Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

b) Untuk menghasilkan maksud yang esensial dari musnad ilaih yaitu ketika badalnya ba'dhi minal-kul atau isytimal. Contoh badal ba'dhi minal-kul,

� �ها �نا �ة' ع�ي �ف�تا �ي ال �ن �ت ب �ع�ج� أTelah membuat aku kagum si gadis itu, yaitu kedua matanyaContoh badal isytimal

�م'ه' ل �ذ' ع� تا 'س� �ي اال �ن ب �ع�ج� أTelah membuat aku kagum profesor itu, yaitu ilmunya

69

Page 70: Buku Pelajaran Balaghah

Katika menyebutkan kata (� �ها �نا pada contoh,( ع�يbadal ba'dhi minal-kul di atas, memang itulah maksud yang esensial yang dikehendaki oleh mutakallim. Begitu pula ketika menyebutkan kata ( �م'ه' ل pada contoh badal isytimal (ع�Badal ghalath tidak termasuk dalam kajian ilmu ma’ani sebab ia tidak termasuk kalam fashih

13. Menyertakan athaf nasaq pada musnad ilaih dalam ilmu ma’ani memeliki bebera tujuan antara lain untuka) Merinci dan meringkas musnad ialaih, yaitu

apabila huruf athafnya menggunakan ,(و) Contoh

bد� ي �دb و�ز� �ل �ف�ي ة� ع'م�ر' و�خا �و�ظ�ي �د� ال �ئ �خ�ذ� الف�وا أUmar, khalid, dan zaid telah mengambil tunjangan fungsionalStruktur kalimat dengan sistem athaf nasaq seperti contoh di atas lebih ringkas dari pada ungkapan dengan tidak menggunakan athaf nasaq, seperti:د� � �ئ ذ� الف�وا � �خ ر' و� أ � ة� ع'م �ف�ي �و�ظ�ي �د� ال �ئ �خ�ذ� الف�وا أ

bد� ي �ف�ي ة� ز� �و�ظ�ي �د� ال �ئ �خ�ذ� الف�وا �دb و أ �ل �ف�ي ة� خا �و�ظ�ي الb) Merinci dan meringkas musnad, yaitu apabila

huruf athafnya menggunakan ( / م' ح�ت ى / ث�ء� Contoh ,( فا

1.bد� �ل �دb ف�خا ي �ء� ز� جا2.bد� �ل 'م خا �دb ث ي �ء� ز� جا�د'.3 ن �ج' �ر' ح�ت ى ال �م�ي �ء� اال جا

c) Meringkas dan mengembalikan hukum yang benar kepada sami’ (meralat). Contoh,

70

Page 71: Buku Pelajaran Balaghah

bد� �ل �دb ف�خا ي �ء� ز� جاTelah datang zaid bukan umar

d) memindahkan hukum dari suatu perkara kepada perkara yang lain. Contoh

�� �دb ما �ل �ل� خا �دb ب ي �ء� ز� جاTidaklah datang zaid, melainkan umar.

e( Ada unsur keragu-raguan pada diri mutakallim,. Contoh,

bد� �ل و� خا� �دb أ ي �ء� ز� جا

bد� �ل � خا �م_ا �دb و� إ ي � ز� �م_ا �ء� إ جاbد� �ل و� خا

� �دb أ ي � ز� �م_ا �ء� إ جاf) Menanamkan keraguan kepada sami’.

(pendengar) Contoh,ى � �ف�س �ن �ج�رb ل ا 2ي ف �ن أ � �ل�ى ب �ي ع�م�ت� ل ز�

� ها � ف'ج'و�ر' �ها �ي و� ع�ل� � أ �ها �قا ن

Laila menganggap aku lelaki yang durjana, memangnya diriku yang bersih, ataukah dia yang durjana.

g) Mengaburkan atau membingungkan pendengar ( �م� ا �ه .(لال ب Contoh, (QS. Saba’:24)

dan Sesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

h) 1. Menyerahkan pilihan Contoh,� �ها 'خ�تا و� أ

� 3 أ �دا و ج� ه�ن �ز� تNikahilah Hindun atau saudara perempuannya.

71

Page 72: Buku Pelajaran Balaghah

2. Mengizinkan atau membolehkan. Contoh,

bد� �ل و� خا� �دb أ ي �ر� ز� �د� خ'ل� الدا �ي ل

Silahkan masuk rumah zaid atau khalid.14. Memasang dlamir pemisah sesudah musnad

ilauh bertujuan antara lain:a) Mentakhshish musnad ilaih dengan musnad.

Contoh’

34 Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya

c) Men-ta’kidi takhshish, apabila di dalam struktur kalimat sudah ada kata lain yang mentakhshish. Contoh,

Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

d) Untuk membedakan antara khabar dengan sifat. Contoh

�م�ه� �ع�ل �م�ل' ب �عا �م' ه'و� ال �ل �عا الDengan adanya dlamir ) و� ' ,)هmenunjukan bahwa kata sesudahya yakni ) ل' � �م �عا )ال menjadi khabar )prediket( dari kata sebelumnya, yakni ) �م' �ل �عا .bukan sifatnya ,)ال

15) Mendahulukan musnad ilaih dari pada musnad dalam ilmu ma’ani memiliki beberapa tujuan (sasaran), antara lain:

a) karena Asal (asalnya memang didepan), sebab ia sebagai obyek hukum وم) محك

34 Q.S. at-Taubah: 10472

Page 73: Buku Pelajaran Balaghah

ه (علي sesuatu yang akan dihukumi seharusnya dimunculkan terlebih dahulu sebelum hukumnya. Contoh,

bع�ر� م'ح�م دb شاMuhammad seorang penya’ir

b) bikin penasaran sehingga ingin mengetahui khabar-nya. Contoh,

bن� وا � ي �ه� # ح� �ر�ي ة' ف�ي �ب ت� ال �ر� والذ�ى حا�د� �ح�د�ثb م�ن� ج�ما ت م'س�

Adapun yang menggoncangkan daratan itu, ialah binatang yang diciptakan dari benda mati (manusia)

c) Menikmati (rasa nikmat mendorong untuk mendahulukan musnad ilaih). Contoh,

�ن� �حا �ج�ح� ف�ى االم�ت �ى ن �ن �ب إ(Hore!) anaku telah lulus ujian

d) Memuliakan/menghormati ريف) .(التشContoh,

bالق'رآن م�ح�ف'و�ظAl-Quran itu terpelihara

e) Pelecehan (bermaksud untuk menghina). Contoh,

د� ح�ض�ر� �س� �فا ابن الAnak koruptor datang

f) Memberi perhatian (attensi) pada musnad ilaih. Contoh,

bض�ر� �خ�ى حا ي ش�Kyaiku datang

g) memelihara nadzam (dlarurat syi’ir karena wazan). Contoh.

73

Page 74: Buku Pelajaran Balaghah

�ت� # ف�ه�ي� �ق�ي �بb ن ا �ي ك� ث ن �غ'ر � ي الbف�ة� �ظ�ي �ء� ن �ما 'و�ن� و�ال �ب �الصا ب

� ها ر' � د�ت� # ق�ش � � ف�س �م_ا �ء� ل �ضا �ي �ب �ه' ال �ي ب �ش� تbف�ة� ي �ط�ن' ج� �با �ض' و�ال �ي �ب 35أ

Kamu jangan terperdaya oleh pakaian bersih, sebab ia dicuci dengan air dan sabun bisa bersih. Sebagaimana telur rusak, kulitnya putih tapi dalamnya busukMusnad ilaih yang didahulukan adalah (

�ط�ن' ا �ب ,(و�ال karena memelihara wazan qafiyah.

h) Optimis (selalu berharap kebaikan atau berekah). Contoh,

�ك� 'و�ا ع�ن ل� أ �ج�ح'و�ن� س� النا

Orang orang sukses menanyakan anda.i)

"5. Untuk menghinakan; 6. mementingkan; 7. darurat nadham atau sajak; 8. mengharap sempana/berekah; 9.mengkhususkan musnad ilaih bagi musnad; 10. untuk maksud umum kalau musnadnya menyertai hurul salah (nafi), sebab kalaubegitu menunjukkan umum nafi (meskipun tidak berarti keseluruhannya, melainkan umumnya saja dan kebalikan dari umum nafi,ialah nafi umum, maksudnya menafikan keseluruhannya, tiada sebagianpun yang tidak manfi)". 5. Menghinakan, seperti: 6.Mementingkan, seperti: 7.a. Darurat nadham karena wazan, seperti:Artinya: "Cukuplah saksi bagi kecintaanku kepadamu dengan hatimu, sebab hati itu saksi yang paling adil untuk diangkat saksi".Dan firman Allah:Artinya: "Tiadalah hati itu berdusta terhadap apa-apa yang ia pandang". b.Darurat qafiyah )ujung bait(, seperti:

35 ‘Ilal Nurem, Jadid ats-Tsalatsah al-Funun...Juz 1, 13074

Page 75: Buku Pelajaran Balaghah

Artinya: "Janganlah menipumu pakaian yang bersih itu, sebab dengan sabun dan airpun bisa bersih. Laksana telur yang rusak,kulitnya putih, akan tetapi di dalamnya bau seperti bangkai".c. Darurat sajak, seperti:Artinya: "Kataku: Kapankah bersua lagi wahai kekasih! Jawabnya: Jangan panik! sebentar lagi bisa berjumpa".8.Mengharap berkah, seperti: 9. Menganggap keji, seperti: = Pebuatan keji itu di rumahmu. 10.Mengkhususkan musnad ilaih bagimusnad, yaitu terbagi atas: a.Bila didahului huruf nafi, seperti: = Saya sama sekali tidak mengucapkan ini. b.Kalau tidak didahuluinafi, gunanya untuk tahshish, seperti: = Saya telah berbuat mengenai kebutuhanmu, bukan untuk orang lain. c.Untuk menguatkanhukum, seperti: = Dia memberi barang yang berharga, atau seperti: = Kamu tidak berdusta. Kalimat ini lebih menguatkan hukumdari kata: , sebab kalau lafazh tekanannya pada kalimat , sedangkan pada lafazh pada lafazh . Yang demikian itu kalau musnadilaihnya dengan isim ma’rifat dan musnadnya fi’il. Kalau musnad ilaihnya isim nakirah, dimaksudkan untuk mentakhshish jenis,seperti: atau dimaksudkan hanya seorang, tidak banyak dari laki-laki yang datang itu. 11.Untuk mengumumkan nafi, ialah bila lafazh"kullu" diidhafatkan kepada musnad ilaih dan musnadnya disertai nafi, seperti: = Seluruh manusia tidak berdiri. Yakni: seorangpuntiada yang berdiri. Kalau lafazh "kullu" didahului nafi, maksudnya untuk salab-umum menafikan umum, meskipun mengecualikansalah satunya, seperti sya’ir: Artinya: "Tiadalah setiap perkara yang diharapkan oleh manusia itu bisa tercapai, sebab anganpunsuka bertiup dengan tidak sekehendak tukang perahu". Sebagian tercapai, sebagian lagi tidak.

Meskipun demikian, adakalanya angin itu bertiup sesuai dengan keinginan tukang perahu.

 Al-Dzikr secara leksikal bermakna menyebut. Sedangkan dalam terminologi ilmu balâghah  Al-Dzikr adalah menyebut musnad ilaih  Al-Dzikr merupakan kebalikan dari al-Hadzfu. Contoh

�ل� : م�ن� ج�اء�؟ ( أ �م�ن� س� 3ا ل �اذ' ج�اء� ) ج�و�اب ت 'س� االDalam praktek berbahasa  Al-Dzikr  (menyebut

musnad ilaih) mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

75

Page 76: Buku Pelajaran Balaghah

1) Al-Îdhâh wa al-tafrîq (menjelaskan dan membedakan) Penyebutan musnad ilaih pada suatu kalimat salah satunya bertujuan untuk menjelaskan subjek pada suatu nisbah. Jika musnad ilaih itu tidak disebutkan maka tidak akan muncul kesan kekhususannya. Contoh,

م'ح�م دb ح�ض�ر�sebagai jawaban dari

م�ن� ح�ض�ر� ؟3) Ghabâwatul mukhâthab (menganggap mukhâthab

bodoh)Mutakallim yang menganggap mukhâthab tidak tahu apa-apa ia akan menyebut musnad ilaih pada suatu kalimat yang ia ucapkan. Dengan menyebut musnad ilaih mukhâthab mengetahui  fâ’il, mubtada , atau fungsi-fungsi lain yang termasuk musnad ilaih Demikian juga akan terhindar dari kesalahfahaman mukhâthab pada ungkapan yang dimaksud

4) Taladzdzudz (senang menyebutnya) Seorang mutakallim yang mencintai sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya. Pepatah mengatakan

ه' �ر' 'ر� ذ�ك �ث 3ا ف�ق�د� ك �ئ ي �ح�ب ش� م�ن� أbarang siapa yang mencintai sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya

Jika mutakallim mencintai musnad ilaih ia pasti akan menyebutnya, dan tidak akan membuangnya.

G. Membuang  Musnad ilaih 

76

Page 77: Buku Pelajaran Balaghah

 Al-Hadzfu secara leksikal bermakna membuang. Sedangkan maksudnya dalam terminologi ilmu balâghah adalah membuang musnad ilaih.  Al-Hadzfu (membuang musnad ilaih) merupakan kebalikan dari al-Dzikru (menyebut musnad ilaih). Dalam praktek berbahasa, al-Hadzfu  mempunyai beberapa tujuan, yaitu

1. Untuk meringkas atau karena sempitnya konteks kalimat, contoh:

bل� �ي �ت� ؟ ق'ل�ت' : ع�ل �ن �ف� أ �ي ق�ال� ل�ي كPada dialog di atas terdapat kalimat yang musnad ilaih-nya,yaitu pada kata ( bل� �ي ,( ع�ل Kalimat lengkapnya adalah ( bل� �ي �ا ع�ل �ن أ )

Dalam sebuah syi’ir  terdapat suatu ungkapanbل� �مb و� ح'ز�نb ط�و�ي س�ه�رb د�ائ

Kalimat lengkap dari ungkapan tersebut adalah�لbح�ال�ي �مb و� ح'ز�نb ط�و�ي   س�ه�رb د�ائ

Kata yang dibuang pada kalimat di atas adalah musnad ilaih -nya, yaitu (ح�ال�ي )

2. Terpeliharanya lisan ketika menyebutnya, contohbة� �ارb ح�ام�ي �ةb ن د�ر�اك� م�ا ه�ي

� و�م�ا أPada ayat kedua terdapat lafazh yang dibuang, yaitu kata ( ( ه�ي� yangkedudukannya sebagai musnad ilaih. Kalimat lengkapnya adalah ( bة� �ارb ح�ام�ي ه�ي� ن )

3. Li al-hujnah (merasa jijik jika menyebutnya) Jika seseorang merasa jiji menyebut sesuatu - apakah nama orang atau benda -ia pasti tidak akan menyebutkannya atau mungkin menggantikannya dengankata-kata lain yang sebanding.

77

Page 78: Buku Pelajaran Balaghah

4. Li al-Ta’mîm (generalisasi)Membuang musnad ilaih pada suatu kalimat juga mempunyai tujuan untukmengeneralkan pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak disebut subjeknya secara jelas akan menimbulkan kesan banya pesan itu berlaku untuk umum(orang banyak)

5.  Ikhfâu al-amri ‘an ghairi al-mukhâtha. Kadang-kadang seorang mutakallim ingin merahasiahkan musnad ilaih kepadaselain orang yang diajak bicara (mukhâthab). Untuk itu ia membuang musnad ilaih, sehingga orang lain tidak mengetahui siapa subjeknya.

H. Al Khuruj 'An Muqtadla Al Dhahir (statemen inkonsekutif) 

a) prolog36 Sebelum menyelami pembahasan tentang bab ini

lebih mendalam, perlu dipahami terlebih dahulu bahwa, ada tiga istilah dalam balaghah yang sangat erat hubungannya dengan bab ini. Di antaranya: 

1. Al-Hal 

Al-Hal adalah kondisi yang memicu mutakallim menyampaikan sebuah statemen. Baik kondisi

36 prolog[n] pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dsb); (kata) pendahuluan; peristiwa pendahuluan: sandiwara dibuka dng prolog yg diucapkan oleh pemeran utama

78

Page 79: Buku Pelajaran Balaghah

tersebut dimunculkan oleh mukhathab, atau dikarenakan hal-hal lain yang mempengaruhi pola kalimat yang disampaikan. Intinya, Al Hal bisa diukur dengan konteks atau imajinasi mutakallim.

2. Dhahir Al-Hal 

Dhahir Al-Hal adalah Kondisi yang menuntut mutakallim mengungkapkan statemennya sesuai dengan kondisi tersebut untuk mendeskripsikannya. Contoh, dalam menyampaikan statemen, seorang pembicara yang baik pasti memperhatikan psikologi lawan bicara secara benar, dan kemudian mengkombinasikan antara suasana hati dan kondisi sekitar untuk berimajinasi, baru ia menguraikan statemennya secara tepat dan jelas. Jadi, kapan mutakallim harus berbicara panjang lebar atau bersingkat kata , Barometernya ada pada kondisi psikis mukhathab (lawan bicara), antara blank, khawatir atau menentang. Kondisi mukhathab yang menuntut penerapan statemen disebut "Dhahir Al Hal". yang artinya, dhahirul hal hanya ibarat benang merah antara pernyataan dan kenyataan. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap statemen yang sesuai dengan "Dhahir Al Hal", pasti sesuai dengan Al Hal, bukan sebaliknya. 

3. Takhrij Al kalam 'ala wifqi muqtadla al dhahir (statemen konsekutif) 

Yaitu, mendiskursi sebuah statemen berdasarkan kondisi yang menuntutnya. Seperti contoh-contoh di

79

Page 80: Buku Pelajaran Balaghah

semua bahasan balaghah yang absah fashahiyah dan balaghiyah-nya. 

Dari uraian singkat di atas, dapat dengan mudah dipahami bahwa, maksud Al Akhdlari meletakkan bab ini di antara Ahwal Musnad Ilaih (subyek) dan Ahwal Musnad (predikat), adalah agar jangan sampai terjadi kerunyaman pembahasan saat kita sudah berenang lebih dalam, di mana saat kita tengah mengarungi samudra ilmu ma'ani ternyata kita bermasalah dengan pembahasan awal yang belum terjamah sama sekali. Maka untuk mengantisipasinya, tepat sekali Al Akhdlari mewanti-wanti para pegiat retorika Sastrawi ini agar mempersiapkan pemahaman soal statemen yang konsekutif dan inkonsekutif.

Perlu diketahui juga, bahwa cakupan bab ini memiliki kapasitas pembahasan makro dan mikro. Makro artinya, tidak berpusat pada tela'ah musnad Ilaih saja. sedangkan mikro artinya, berstressing pada pengamatan musnad Ilaih

b) Definisi Dr. Isa Ali Al 'akub mendefinisikan Al khuruj' an

muqtadla al dhahir dengan sederhana sekali, yakni menguraikan statemen yang tidak sesuai konsekuensi kaidah yang telah digariskan. Artinya, statemen tersebut sebenarnya mendeskripsikan sebuah konteks yang jelas, akan tetapi disengaja tidak sesuai kondisi mukhathab serta situasi sekitar, melainkan berdasar pada subyektivitas imajinasi mutakallim yang dimotivasi oleh tujuan-tujuan tertentu. Contoh: saat ada

80

Page 81: Buku Pelajaran Balaghah

orang yang mengagung-agungkan paham pluralisme dan berkeinginan untuk menegaskan argument agar faham tersebut diterima oleh masyarakat setempat, maka ia menggunakan statemen yang sebenarnya tidak sesuai dengan tuntutan akal mukhathab secara reflex, namun sangat kontekstual dan lebih elegan untuk diucapakan. Masyarakat mengatakan, "tolong selamatkan muslimin Indonesia dari pluralisme!!!" Lalu sang retor menjawab: "saudara-saudara sekalian, pluralitas adalah sunnatullah, siapapun yang menentang sunnatullah, sama halnya ia memusuhi fitrahnya sendiri". Di sana ada unsur Uslubul Hakim yang jika mukhathab tidak jeli, ia hanya akan menjadi korban statemen para retor yang canggih bersilat lidah. Tidak kah beda antara pluralisme dan pluralitas?

c) Pemetaan dan tujuan Di antara sub pembahasan yang masuk dalam

kategori Al Khuruj 'an muqtadla Al Dhahir yaitu:c.1) Skala mikro (fokus pada musnad Ilaih)1. Menggunakan isim Dlamir di tempat isim

dhahir. Maksudnya, menyebutkan subyek yang harus menggunakan kata asli (isim dhahir), tapi menggantinya dengan kata ganti (isim dlamir). Contoh paling sederhana dalam bahasa arab adalah (Dlamir Sya'n). Seperti firman Allah

(sesungguhnya bukan mata mereka yang buta, melainkan hati yang terbungkus dada merekalah yang buta) (QS al Hajj:46).

81

Page 82: Buku Pelajaran Balaghah

Dalam bahasa kita, kata "nya" dalam sambungan kata "sesungguhnya" juga merupakan dlamir sya'n seperti yang dikenal orang arab, karena ia seolah mewakili kalimat sesudahnya yang ditaukidi dengan kata sungguh. Al Akhdlari mengurai tujuan statemen inkonsekutif tersebut dalam nadham Jauhar al-Maknun:

واهر ى الظ وا عن مقتض ع * وخرج كوضمضمر مكان الظاهر

ة ال أو كبعث لنكت يز * كم أو تمي, إجهال سخرية

دد ور والم وى الظه ة * أوعكس أو دع لنكتالتمكين كالله الصمد

Para ulama’ pakar Ma’ani telah mengeluarkan dari muqradla dhahir pada muqtadla-hal, seperti menempatkan isim dlamir pada tempat isim dhahir, untuk bermacam macam kegunaan, seperti 1: membangkitkan, 2: menyempurnakan perbedaan, 3: menghinakan, 4: menganggap bodoh, 4: menganggap tahu, 5: mengaku jelas, 6: menetapkan musnad ilaih, seperti “Allah itu dzat tempat meminta”

Kesimpulan dari bait pertama syathr awal ditambah kata ة" "لنكت adalah, bahwa tidak mungkin statemen inkonsekutif bisa dibilang baligh (Sastrawi) kalau tanpa tujuan. Maka Al Akhdlari menyebutkan "بعث" (membangkitkan sensitivitas kemampuan lawan bicara dalam mencerna bahasa agar lebih kuat efisien di benaknya), sebagai satu-satunya tujuan untuk inkonsekusi penggunaan isim dlamir pada tempat

82

Page 83: Buku Pelajaran Balaghah

isim dhahir. Tujuan tersebut sudah bisa mewakili tujuan-tujuan lain yang disebutkan dalam buku-buku balaghah al mabsuthat. Contoh: Dia, Allah itu maha Esa. 

2. Menggunakan isim dhahir pada tempat isim dlamir. Berkesebalikan dengan bentuk inkonsekusi statemen sebelumnya, model kedua ini justru cenderung memperhatikan pengulangan kata, atau mengimprovisasi isim isyarah sebagai alat bantunya. Contoh: KH.Sahal Mahfudh memegang tampuk kepemimpinan NU lagi, padahal KH. Sahal Mahfudh sebenarnya sudah berkehendak lebih berfokus dalam pengelolaan pesantrennya di kajen-Margoyoso-Pati. Pengulangan kata KH. Sahal Mahfudh pada contoh di atas, sebenarnya sudah masuk kategori pengulangan yang invaluable dalam ilmu balaghah, alias kurang baligh. Namun, jika ada tujuan tertentu, seperti karena ingin mengkultuskan nama tersebut, maka justru menambah nilai Sastrawi dengan mengulangnya. 

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa model statemen inkonsekutif yang ke-dua ini terkadang menggunakan alat bantu berupa isim isyarah, dan terkadang secara langsung menyebut tokohnya dalam bentuk isim isyarah 

Di antara tujuan-tujuanya, seperti yang disinggung Al Akhdlari pada bait di atas adalah:

1. Kamalu al'inayah bitamyizi Al musnad Ilaih (perhatian penuh tehadap subyek karena ia

83

Page 84: Buku Pelajaran Balaghah

dispesialkan dalam keindahan makna yang dimaksud) Contoh: di dunia ini, ada orang jelek memperistri wanita yang cantik ... begitu juga sebaliknya, ada orang cakep beristrikan wanita ingusan ... itulah yang sering kali membingungkan para kaum muda yang hendak menjemput jodohnya. Kata "itulah" selalu menggunakan kata ganti "mereka". Akan tetapi tidak dipakai oleh seorang retor karena agar pendengar (sami') lebih merasakan keindahan subyek yang sebetulnya inkonsekutif tersebut. 

2. Sukhriyyah (menertawakan / menghinakan) Contoh: ketika ada seorang wanita yang sedang sebal terhadap pria yang dibencinya, kebetulan di samping wanita tersebut ada teman curhatnya yang bercerita tentang pria yang dibencinya itu, bahwa "melalui teman curhatnya, tadi si-dia mengemis-ngemis permaafan atas apa yang pernah diperbuatnya ". Lalu si-wanita menanggapi "emang orang itu sudah gila ya?". Wanita tersebut tidak menggunakan kata "dia" karena ingin menertawakan kerendahan pria yang dibencinya.

3. Ijhal As sami '(menganggap mukhathab seolah tidak tahu apa-apa andai tidak ditampilkan didepan matanya) Contoh: ketika seorang suami bertanya kepada istrinya yang sedang kecape'an di dapur, "lagi

84

Page 85: Buku Pelajaran Balaghah

ngapain sih mah?" dengan nada keras istri menjawab, " ini loh nyiapin makan siang buat papa ... ". Jika sang suami pernah belajar balaghah secara intens, pasti ia segera tersadar sambil tersenyum bahwa istrinya sedang mengaplikasikan ilmu balaghah. 

4. Iddi'a’_u fathanati as sami '(menilai kecerdasan sami') berkesebalikan dengan sebelumnya. Dengan tujuan ini mutakallim menganggap as sami' seolah sudah tahu sebelum yang dibicarakan ada di hadapannya. Contoh: ketika calon mertua memberitahukan bahwa anaknya mau menikah secepatnya dengan dia, dan sudah cukup lama mereka berpacaran. Setelah panjang lebar membahas tentang rencana pernikahan mereka, calon mertua bilang "anak itu sudah lama mengidam-idamkan pria sepertimu nak!". Beliau tidak menggunakan kata "dia", karena menganggap dengan penuh keyakinan bahwa pria tersebut sudah tahu soal itu meski tidak harus dicolokkan di depan mata.

5. Da'wa dhuhuri Al musnad Ilaih (menganggap subyek adalah sesuatu yang tampak gamblang untuk diperlihatkan menurut penilaian mutakallim) Contoh: ketika ada yang menyesali kematian seorang egalitarian super di usianya yang masih muda. Seorang retor berkomentar "sekaliber itu, terlalu dini untuk meninggalkan dunia ini". Seorang retor tersebut tidak menggunakan kata "dia" dalam statemennya karena kehebatan

85

Page 86: Buku Pelajaran Balaghah

Al marhum memang sudah diakui secara jumhur oleh berbagai elemaen masyarakat. 

Tidak dalam bentuk isyarah Subyek yang disebut di sini, terkadang diulang, terkadang pula mengatas namakan seperti orang lain saat membicarakan diri sendiri dalam sebuah ungkapan yang mengambil dua kalimat atau lebih.

 Contoh: Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW, padahal Khadijah sudah pernah menikah dua kali sebelumnya. 

Pengulangan kata Khadijah tersebut, dinilai dapat menurunkan nilai sastra jika tanpa ada tujuan yang mem-back up-nya. 

Di antara tujuan model statemen inkonsekutif ini, seperti yang telah disinggung pada bait terakhir syathr Tsani dari 3 bait di atas adalah: 

1. Tamkin Al Musnad Ilaih fi dzihni Al Sami '(memperkuat kesan akan subyek yang jadi topik utama dalam statemen, di dalam sanubari pendengar) Contoh: katakan ...! Dia, Allah maha Esa. Allah maha mulia nan abadi. Pengulangan kata "Allah" di atas dimaksudkan agar kesan kata "Allah" tersebut senantiasa tertancap kokoh dalam hati mukhathab.

2. Qashdu al isti'thaf (berarti untuk mendapatkan belas kasih dari obyek statemen / sami ') Contoh: di saat seorang mukmin bertobat, dan menaruh harapan kuat akan ampunan Allah SWT, dia bermunajat dalam heningnya malam ... "Duhai Tuhanku, hambamu yang pendosa

86

Page 87: Buku Pelajaran Balaghah

telah sowan ke hadiratMu ... mengakui segala dosa yang pernah diperbuatnya seraya memohon ampunanmu ... bila Kau berkenan memaafkan, memang hanya engkau yang mampu untuk itu, namun bila kau campakkan, kepada siapa lagi dia berharap selainmu ... Seorang mukmin tersebut tidak mengatas namakan "saya" secara langsung dalam Munajatnya, karena ia sedang mengharapkan belas kasih dari Tuhannya. Begitulah salah satu sisi keindahan bahasa yang sengat perlu kita amati.

3. Al Irhab / takhwif As Sami '(menggentarkan pendengar / lawan bicara agar ia segera menuruti kemauan pembicara setelah mau mendengarkan pembicaraannya) Contoh: ketika kepala sekolah menasehati para murid yang akan melaksanakan tes, beliau bersosialisasi kepada para siswa, "Kepala sekolah berkeputusan, siapapun yang tidak menyetorkan hafalan Jauhar Al maknun tidak akan naik kelas ". Pak kepala sekolah mengatas namakan dirinya dengan menyebut pangkatnya tersebut, bertujuan agar kata-kata yang disampaikan beliau benar-benar didengar para murid dan kemudian dijadikan pegangan selama mereka masih bersekolah di sekolah tersebut. dan banyak lagi tujuan-tujuan lain, tergantung perkembangan inspirasi para pengguna bahasa yang mau menelateni konten sastra yang selama ini belum terungkap dalam liang retorika, bagai barang tambang yang belum muncul di permukaan bumi. 

87

Page 88: Buku Pelajaran Balaghah

c.2). Skala makro (mencakup selain musnad Ilaih) Statemen inkonsekutif yang berskala makro ini,

tidak hanya berkonsentrasi pada musnad Ilaih (subyek), melainkan juga terkadang bersinggungan langsung dengan musnad (predikat) dan bahkan lebih luas lagi, terkadang berada di muta'alliqat al fi ' il, majrurat, na'at dan lain sebagainya. 

Ada empat jenis statemen inkonsekutif berskala makro yang ditampilkan oleh Al Akhdlari dalam nadham al-Jauhar al-Maknun

1. Sharfu muradi Dzi nuthqin aw sualin lighairi maa araad 

2. Iltifat 3. îraadu al madly ma'a iraadati al mustaqbal4. Qalb 

Statemen inkonsekutif yang berskala makro yang, Pertama adalah : “sharfu muraadi Dzi nuthqin au sualin lighairi ma araad" Al Akhdlari menyebutkan dalam nadham al-Jauhar al-Maknun

راد * ق ذي ومن خالف المقتضى صرف م نطأوسؤل لغير ما أراد

ه ه أولى لكون درا ب ة * و أج كقصو القبعثرى الحجاج

Dan sebagian dari yang menyalahi muqtadla zhahir ialah: memalingkan tujuan pembicara, atau tujuan penanya kepada selain tujuan yang dimaksudkan yang dikehendaki, karena anggapan bahwa ialah yang paling tepat dan lebih baik diucapkan atau ditanyakan, seperti Hujjaj dan Quba’tsara

88

Page 89: Buku Pelajaran Balaghah

“sharfu muraadi Dzi nuthqin au sualin lighairi ma araad" dengan istilah lain, "mujawabatul mutakallim bighairi ma yataraqqab" yang lebih dikenal dengan "al mughalathah" menurut Al Jurjani dan lebih populer dengan istilah "Uslubu al hakim" menurut As-sakkaki. artinya, mutakallim memalingkan statemennya dari maksud yang diinginkan penanya atau pendengar, karena menurut mutakallim itu lebih baik untuk dilakukan. Sebenarnya ada jenis pembicaraan seperti ini di budaya kita yang sering disebut mbolot, andai saja mbolot tersebut ada nilai-nilai yang tersirat dari dalamnya, maka mbolot pun serupa dengan istilah "uslubul hakim". Contoh: ketika seorang abg bertanya kepada ayahnya, "yah, mengapa anak kecil selalu diatur orangtuanya?" ayah yang bijak dan pandai beretorika pasti bisa menjawab "karena pohon jika dibiarkan bengkok saat ia baru tumbuh, terlalu keras untuk diluruskan kembali setelah ia tumbuh besar".

Statemen inkonsekutif yang berskala makro Ke dua adalah iltifat. Al Akhdlari mencantumkan model ke dua ini dalam nadham al-Jauhar al-Maknun الب إلى ال من * بعض األس واالتفات وهو االنتق

بعض قمن ة تختص اب * ونكت تجالب للخط ه االس والوج

بعض الباب

Adapun arti iltifat, ialah pemindahan suatu susunan kalimat/ibarat dari sebagian jalan ke jalan lain, yang dipandang layak, adapun sisi kebaikan dan kegunaannya ialah, untuk menarik perhatian pendengar pada pembicaraan itu masih ada lagi kegunaannya yang khusus bagi sebagian bab.

89

Page 90: Buku Pelajaran Balaghah

iltifat artinya: mengalihkan pembicaraan dari satu bentuk ke bentuk yang lain demi penyegaran statemen secara variatif dengan persyaratan bentuk yang kedua harus inkonsekutif serta tetap kontekstual. 

Ada tiga perangkat paling urgen dalam iltifat untuk dikaji, dan dua kondisi paling integral untuk ditelusuri serta banyak tujuan yang perlu terus digali.a. Perangkat iltifat.

Iltifat hanya berkonsentrasi pada tokoh dalam pembicaraan, tidak pandang apakah ia sebagai subyek ataukah obyek, baik orang pertama, seperti "saya, kami dan kita" orang kedua, seperti "kamu dan kalian" maupun orang ketiga, seperti "dia dan mereka" . 

Sehingga dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa iltifat memiliki enam bentuk:1. takallum - khithab (kembali menyebutkan orang

pertama kemudian menyebutkan orang kedua, sementara tokohnya sama) contoh: Al-Quran menceritakan keluh kesah orang Kafir dalam firman-Nya: 

Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang Telah menciptakanku? Dan hanya kepada-Nya-lah kalian (semua) akan dikembalikan. (QS. Yaasin: 22). 

Ayat ini dibuka dengan kata ganti orang pertama (mengapa aku tidak menyembah [ Tuhan] yang telah menciptakanku). Nah berdasarkan

90

Page 91: Buku Pelajaran Balaghah

konteksnya, seharusnya ayat tersebut konsisten dengan tetap menggunakan kata ganti orang pertama hingga akhir. Tapi mengejutkan, ayat tersebut ditutup dengan kataganti orang kedua plural: "Dan hanya kepada-Nya-lah kalian (semua) akan dikembalikan." Bukankah mustinya: "dan hanya kepada-lah aku dikembalikan"? 

2. Takallum - ghaibah (kembali menyebutkan orang pertama kemudian menyebutkan orang ketiga, sementara tokohnya sama) Contoh:

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosasemuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kalimat pertama berbunyi Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah! Lalu tanpa tedeng aling-aling kalimat berikutnya malah mengarah pada orang ketiga: sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. seharusnya ayat tersebut berbunyi seperti ini: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat-Ku, sesungguhnya Aku mengampuni dosa-dosa

91

Page 92: Buku Pelajaran Balaghah

semuanya. Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " 

3. Khithab - takallum (kembali menyebutkan orang kedua kemudian menyebutkan orang pertama, padahal tokohnya sama) Contoh: seperti syair Alqamah ibn Abduh: 

د' � 'ع�ي و�بb # ب ر' � �ن� ط ا �ح�س ك� ق�ل�بb ف�ى ال � � ب ط�حا�ب0 ي �ن� م�ش� �ب� ع�ص�ر� حا با الش�

�د�ت� ا � # و� ع Hها �ي ط و�ل �ل�ى و� ق�د� ش� �ي �ى ل 2ف'ن �ل 'ك ي� و� خ�ط'و�ب0 �نا �ن �ي 37ع�و�ادb ب

membinasakan diri sendiri jika kau ingin mencari gadis cantik itu, padahal kamu beruban dan tidak muda lagi.Aku dibebani Laila padahal sangat jauh jaraknya, terlalu lama waktunya, juga begitu kuat penghalang antara kita.

Pujangga kita ini rupanya gengsi; tidak mau mengakui bahwa dirinyalah yang sebenarnya sedang memburu "daun muda" meskipun usianya sendiri sudah mendekati senja. Dengan alasan itu Alqamah mencoba memerankan diri sendiri sebagai orang lain lalu mencoba membuka syairnya dengan kata ganti orang kedua (membinasakan dirimu sendiri ... dst.). Tapi Alqamah tidak bertahan dengan gaya redaksi seperti itu, karena pada garis kedua dia langsung meloncat pada "pengakuan" sebenarnya (yaitu dirinya sendiri): Aku dibebani Laila.

37 Abdul Muta’ali as Sha’idi, Bughyah al idlah....., 154

92

Page 93: Buku Pelajaran Balaghah

4. Khithab - ghaibah (kembali menyebutkan orang kedua kemudian menyebutkan orang ketiga, padahal tokohnya sama) Contoh (QS. Ali Imran: 9):

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya", Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. . kepindahannya terlihat jelas dengan penggunaan kata ganti orang kedua ("sesungguhnya Engkau"), lalu pindah ke bentuk ketiga tunggal ("sesungguhnya Allah").Padahal kalau diteliti lebih jauh, seharusnya: "Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji".Contoh lain bisa diambil pada surat Yunus ayat 22 yang berbunyi: 

Sampai saat kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik. 

Ayo tebak!!! mana iltifatnya? Sepintas lalu ayat ini salah arah. Kita yang awam ini pastinya komplain karena "gak nyambung!". Sebab mustinya bunyi ayat yang lebih relevan adalah: Sampai saat kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa kalian yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik.

93

Page 94: Buku Pelajaran Balaghah

5. Ghaibah - takallum (kembali menyebutkan orang ketiga kemudian menyebutkan orang pertama, dan tokohnya sama) Contoh (QS. Al-Isra: 1):

Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. 

Ayat ini dimulai dengan membicarakan kemahabesaran Allah (orang ketiga tunggal): "Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha." Kemudian uslub ini berubah ke posisi orang pertama dengan firman-Nya: "... yang telah Kami berkahi sekelilingnya". Padahal yang ditunggu-tunggu pembaca seperti ini: "... yang telah Allah berkahi sekelilingnya".

6. Ghaibah - khithab (kembali menyebutkan orang ketiga kemudian menyebutkan orang kedua, dan tokohnya sama) Contoh (QS. Al-Baqarah: 83):

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah ... 

94

Page 95: Buku Pelajaran Balaghah

Ayat ini ditujukan kepada Bani Israil. Awalnya memang diungkapkan kata-kata Bani Israil langsung, tapi kemudian pindah ke diksi orang kedua: "janganlah kamu menyembah selain Allah".Seharusnya: janganlah mereka menyembah selain Allah .....

 b.  Ketentuan iltifat 1. Adanya dua statemen berbeda, dan tetap

kontekstual keduanya. 2. statemen kedua inkonsekutif karena penyebutan

tokohnya beralih, akan tetapi tetap sama sasarannya. c.  Rahasia di balik iltifat 

Pada intinya, iltifat memiliki tujuan utama yaitu "menarik perhatian lawan bicara agar lebih intens mengamati arah statemen variatif yang ditampilkan oleh seorang retor" karena citra rasa seseorang yang memiliki imajinasi kuat, pasti menyukai berbagai variasi jika dibarengi dengan emosionalitas yang sempurna. Contoh sederhana, dalam surat Al Fatihah yang mengambil contoh iltifat. Di saat seorang hamba menyebut nama Allah, kemudian menghayati sifat-sifat agung pada bacaan setelahnya, mulai dari sifat kasih sayang, pujian akan kekuasaan pada alam semesta, belas kasih-Nya di balik keagungan tahta raja diraja-Nya, sampai kepada hak veto- Nya atas segala apa yang terjadi pada hari akhir kelak, pasti ia terdorong untuk benar-benar menfokuskan hati kepada Dzat yang layak menyandang semua keabsolutan itu. lalu ..sesampainya sang hamba pada klimaks kemantapan hatinya, ia beralih dari statemen ghaibah (acuan) menjadi statemen khithab (sapaan). Seolah seorang hamba tersebut benar-benar sudah sampai taraf penyerahan diri kepada Allah

95

Page 96: Buku Pelajaran Balaghah

dan telah bertekad bulat bahwa hanya kepada-Nya ia menengadahkan tangannya ... karena tidak yang bisa mencukupi segala kebutuhan manusia saat ia terhimpit keterpurukan kecuali Allah SWT. 

Syekh Zamakhsyari bilang: Jika seorang hamba membuka pujian kepada Allah dengan pujian sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam dan jiwa yang penuh zikir, dirinya akan menyebut: alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang mengindikasikan hanya Dia-lah yang pantas mendapatkan pujian tersebut dan memang hanya Dia-lah yang berhak, maka timbul dalam jiwa satu kekuatan untuk iqbal ("Approaching") (pada langkah selanjutnya). Jika berpindah ke rabbil 'alamin (Tuhan semesta alam) yang mengindikasikan bahwa Allahlah yang menguasai semesta ini - dan tak ada yang keluar dari malakut-Nya -, dorongan tersebut semakin kuat.Begitulah seterusnya. Dan tiapkali salah satu dari sifat-sifat agung itu 'diberlakukan' sampai masalah itu akhirnya benar-benar berada pada ending berguna: Dialah Penguasa segala hal di hari pembalasan, maka saat itulah ia merasa dirinya tengah melakukan pendekatan tadi (iqbal), dan secara khusus diwujudkan dalam suatu permohonan dengan penuh kerendahan sekaligus memohon pertolongan dalam segala aktifitasnya dengan berujar: iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'in (Hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan). 

Ada juga tujuan-tujuan lain dalam iltifat tergantung konteks yang bergabung statemen iltifat diuraikan. 

96

Page 97: Buku Pelajaran Balaghah

Kalau selama ini banyak kalangan yang menggelar pelatihan-pelatihan "Kiat Sukses Berkomunikasi yang Efektif dan Efisien", sesungguhnya al-Quran sudah mendahului mereka lebih dari 1400 tahun lalu!

 Apapun hikmah diciptakannya gaya bahasa iltifat, hanya Allah-lah yang Maha tahu segala rahasia-rahasianya

Sepertinya membicarakan keunikan al-Quran tidak akan pernah habis. Banyak orang membahas psikologi dalam perspektif al-Quran, sastra dalam al-Quran, kosmologi, biologi, morfologi, sains, dll. Tapi nyatanya meneropong keotentikan al-Quran dari sudut redaksional saja membuat kita tak henti-hentinya menggelengkan kepala. Seolah Allah berfirman: inilah gudang ilmu itu. Ayo, bikin satu ayat saja yang menyerupai al-Quran, kalian sanggup 'nggak?

 Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra: 88).

Statemen inkonsekutif yang berskala makro ke-tiga adalah " îraadu al madly wa iraadatul mustaqbal" Al Akhdlari mencantumkan model ke tiga ini dalam nadham al-Jauhar al-Maknun

د'و�ا ..... و�ر�� � ت0 أ �ض�ى آل �ما �غ�ة' ال و�ص�ي

Dan termasuk penyimpangan dari muqtadla dzahir ialah mendatangkan shighat fi’il madli ubtuk arti mustaqbal.

97

Page 98: Buku Pelajaran Balaghah

" îraadu al madly wa iraadatul mustaqbal"artinya, mengungkapkan sesuatu yang baru akan terjadi menggunakan perangkat madly yang semestinya berfungsi untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi.Contoh: pada saat iqamah dilantunkan indah oleh mu'adzdzin, sebagai tanda akan didirikannya jama'ah shalat fardlu, mu'adzdzin melafalkan "qad qaamat Ash Shalah" 2x. sementara arti sebenarnya adalah, shalat didirikan, padahal imamnya saja belum bertakbiratul ihram. Maka di sini terjadi inkonsekusi statemen oleh mu'adzdzin, namun tetap mendapat apresiasi kesusastraannya, karena memiliki tujuan yang bisa diterima oleh imajinasi yang sehat. Yaitu tahaqququl wuqu’ (pasti terealisasi). Maka ia disebut kalam yang keluar dari kaidah yang digariskan, namun tetap elegan untuk dinilai balaghiyyah-nya.

Banyak lagi bentuk-bentuk kata yang dimaksudkan oleh mutakallim dengan arti lain diluar madly versus mudlari ', selain bentuk madli yang berarti zaman mustaqbal, seperti contoh () dalam (QS. An-Naml:87)

dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi,

Ada juga isim fa'il atau maf'ul disebutkan, sementara yang dimaksud adalah zaman mustaqbal seperti saat mengunakan fi'il mudlari' . 

Contoh 1: yang isim fa'il, (QA. Az-Zariyat: 6)

98

Page 99: Buku Pelajaran Balaghah

dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.

Contoh 2: yang isim maf'ul, (QS. Hud: 103)

hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya,

Dan ada pula shighat mustaqbal yang dimaksud zaman madly, dengan tujuan tertentu. seperti contoh: saat sepasang kakek dan nenek bernostalgia pada pernikahan mereka lima puluh tahun silam, sang nenek sedang mencandai sang kakek yang tak lain adalah suaminya sendiri, sembari mengatakan "tau nggak mbah? Kenapa dulu aku mau kau nikahi? " Dengan agak kurang yakin, sang kakek kembali bertanya," kenapa emang Nek? "Dan nenek pun mengatakan" dulu aku mau kakek ajak nikah karena nenek yakin akan bisa mencintai kakek sepenuh hati ". Seorang nenek yang mengatakan "akan bisa mencintai" tersebut sebenarnya telah melakukannya kurang lebih lima puluh tahun silam. Namun menggunakan kata-kata "akan" karena berarti untuk menghadirkan rasa heran terpana pada hati suaminya yang mungkin sudah lapuk dimakan usia itu. 

Statemen inkonsekutif yang berskala makro ke-empat adalah "Qalb" Al Akhdlari mencantumkan model ke empat ini dalam nadham al-Jauhar al-Maknun

99

Page 100: Buku Pelajaran Balaghah

'و�ا .... # و�ق�ل بد'و�ا �ش� �ن �ة0 و� أ �ت 'ك �ن ل

ن � أ � �ؤ'ه' # ك ا ج ر�

� ة0 أ �ر� و�م�ه�م�ة0 م'غ�ب�ؤ'ه' ما ض�ه� س� ر�

� �و�ن� أ ل

Dan mereka (ulama’) suka membalikan ujung kalimat pada tempat ujung lainnya, karena maksud mendapatkan faidah juga, dan mereka suka mengeluarkan syi’ir yaitu “adapub daerah padang pasir penuh debu, seakan akan tanahnya itu bagaikan langit”

Pengertian Qalb: menempatkan bagian dari sebuah kalimat di bagian yang lain, akan tetapi pembenaran topiknya tidak berubah. Artinya, menaruh karakter yang semestinya tidak disandang oleh sebuah kata dalam statemen, tapi tetap dilakukan dengan maksud agar setelah orang lain mengerti, dia akan lebih responsif dari pada tidak menggunakan cara itu. contoh: saat seorang pujangga sudah tak percaya lagi akan hati seseorang, tiba-tiba ia bicara "samudra tidak seluas hatimu". Artinya, saat banyak orang menganalogikan kelapangan hati seseorang dengan menggunakan kiasan samudra yang membentang luas, justru ia menganggap samudra tidak seluas hati seseorang tersebut. Karena saking banget sempitnya hati seseorang tersebut, untuk menerima aspirasi perasaan, maupun kepedulian hati yang acap kali tercampakkan oleh ego sepihak.

100

Page 101: Buku Pelajaran Balaghah

RANGKUMAN

1. Musnad adalah suatu sifat, kata kerja atau sesuatu yang bersandar kepada musnad ilaih. Tempat-tempat musnad adalah khabar mubtada’ fi’il tâm isim fi’il khabar  kâna dan akhwat-nya, khabar inna dan akhwat-nya, maf’ul kedua dari dzonna maf’ul ketiga dari arâ

2. Musnad ilaih adalah mubtada yang mempunyai khabar, fa’il, naib al-fâ’il, dan beberapa isim nawâsikh. Tempat-tempat musnad ilaih dalam kalimat adalah fa’il, nâib al-fâ’il, mubtada, isim kâna, isim inna, maf’ul pertama dzanna, maf’ul kedua arâ

3. Me-ma’rifat-kan musnad ilaih artinya menentukan musnad ilaih, caranya dengan menambahkan al, dhamîr, isim isyarah, idhafah, dan nidâ

4. Menyebut musnad ilaih pada suatu kalâm mempunyai beberapa tujuan sbb:a. menjelaskan dan membedakanb. menganggap mukhâthab tidak tahuc. dansenang menyebutnya.

.5. Membuang musnad ilaih bertujuan untuk: a. untuk meringkas atau karena sempitnya

konteksb. terpeliharanya lisan ketika menyebutnyac. merasa jijik menyebutnya

101

Page 102: Buku Pelajaran Balaghah

d. untuk generalisasie. untuk menyembunyikan sesuatu kepada selain

mukhâthab

LATIHAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara singkat dan tepat!

1. Apakah yang anda ketahui tentang musnad  dan musnad ilaih ? Lengkapi jawaban kalian dengan contoh!

2. Kemukakan tempat-tempat musnad ilaih pada kalimat dan berikan contoh untuk masing-masing tempat

3. Kemukakan tempat-tempat musnad  pada kalimat dan berikan contoh untuk masing-masing tempat!

4. Sebutkan cara-cara men-takrif-kan musnad ilaih dan berikan contoh untuk masing-masing!

5. Apa tujuan dibuangnya musnad ilaih pada suatu kalimat? Lengkapi jawaban kalian dengan contoh!

6. Jelaskan istilah-istilah berikut ini: dhamîr, isyârah, idhafat, dan nidâ!

VKALÂM KHABARI

TUJUANSetelah mengikuti proses pembelajaran

ini diharapkan peserta didik dapat menguasai materi-materi berikut ini: 1) Pengertian kalâm khabari; 2)

102

Page 103: Buku Pelajaran Balaghah

Tujuan kalâm khabari; dan 3) Bentuk-bentuk kalâm khabari

BAHASANKalâm dalam bahasa Arab atau kalimat dalam bahasa

Indonesia adalahsuatu untaian kata-kata yang memiliki pengertian yang lengkap. Dalam konteksilmu balâghah kalâm terdiri dari dua jenis, yaitu kalâm khabari dan insyâi

.A. Definisi al-Khabar (statement sentence)Yaitu berita (kata-kata) yang bisa jadi sesuai (benar) atau

tidak sesuai (bohong) dengan fakta dan realita di lapangan pada dirinya, tanpa memandang dan mempertimbangkan subyek yang berbicara.

Jika suatu pembicaraan sesuai dengan kenyataan, maka berita tersebut mengandung kebenaran. Tetapi sebaliknya jika suatu berita tidak sesuai dengan kenyataan, maka berita tersebut mengandung kebohongan.

Pada definisi di atas disebutkan ”tanpa memandang dan mempertimbangkan subyek yang berbicara,” karena umat Islam berkeyakinan bahwa berita-berita yang bersumber dari Allah dalam al-Qur’an dan Rasulullah dalam hadisnya pasti mengandung kebenaran (sesuai antara berita dengan realita).

Contoh khabar 1: jika tersebar berita bahwa si fulan meninggal dunia lalu

kita pergi ke rumahnya dan melihat keluarganya menangis dan orang-orang berkumpul sambil bersiap-siap untuk memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan jenazahnya, maka kita berkeyakinan bahwa berita mengenai kematian si fulan mengandung kebenaran karena sesuai dengan fakta dan realita, dan begitu juga sebaliknya.

103

Page 104: Buku Pelajaran Balaghah

Contoh khabar 2 ,د' ف�ى � �ح�م �اذ' أ ت � ر� االس ' �ح�ض �ن� ي ال�ب' : ل � ال� الط � ق

ة� غ�د3ا �اق�س� �م'ن الSeorang mahasiswa berkata “ Prof. Ahmad tidak bisa hadir dalam munaqosah besuk”Ucapan mahasiswa di atas bisa dikategorikan kalâm

khabari, setelah mahasiswa tersebut mengucapkan kalimat itu kita bisa melihat apakah ucapannya benar atau salah. Jika ternyata ustadz Ahmad keesokan harinya tidak datang dalam perkuliahan, maka ucapan mahasiswa tersebut benar. Sedangkan jika ternyata keesokan harinya ustadz Ahmad datang pada perkuliahan, maka kalimat tersebut tidak benar atau dusta.

B. Pola Kalimat Khabar (الجملة الخبرية)Al-jumlah al-khabariyah (pola kalimat khabar) dilihat

dari sisi pembentuknya dibuat dengan memakai dua pola, yaitu:

a. Pola yang terbuat dari mubtada’ dan khabar atau dikenal dengan nama al-jumlah al-ismiyah,

contohnya: محمد قائم (Muhammad berdiri)

b. Pola yang terbuat dari fi‘il dan fā‘il atau dikenal dengan nama al-jumlah al-fi‘liyah, contohnya: قام (Telah berdiri Muhammad) محمد

C Uslūb al-Khabar (أسلوب الخبر)Karena ruang lingkup bahasan ilmu Ma‘ānī berkaitan

dengan efektivitas suatu pembicaraan (berita) sesuai dengan situasi dan kondisi audien, maka ada tiga bentuk uslūb

104

Page 105: Buku Pelajaran Balaghah

khabar yang dipergunakan pembicara untuk meyakinkan audien (lawan bicara):

(a) Al-Uslūb al-Ibtidā’ī (أألسلوب االبتدائي)Jika audien tidak memiliki berita sama sekali mengenai suatu peristiwa, maka berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukīd (penguat/penegas), contohnya: جالس زيد

(b) Al-Uslūb al-Thalabī (األسلوب الطلبي)Jika audien ragu-ragu atau bimbang mengenai kebenaran suatu berita, maka untuk meyakinkannya kita cukup menggunakan satu taukid (penegas), contohnya: جالس زيدا إن

(c) Al-Uslūb al-Inkārī (األسلوب اإلنكاري)Jika audien mengingkari kebenaran suatu berita atau tidak percaya dengan kandungannya, maka untuk meyakinkannya kita menggunakan dua taukīd atau lebih, contohnya: لجالس زيدا atau إن زيدا إن والله dimana pada kalimat pertama menggunakan لجالسdua taukīd yaitu التوكيد dan إن sedangkan pada المkalimat kedua menggunakan tiga taukīd yaitu القسم (sumpah) dan إن serta التوكيد الم

D. Huruf Taukīd (أحرف التوكيد)Ada beberapa huruf taukīd yang dipergunakan untuk

memperkuat suatu berita sehingga audien mengakui kebenaran sesuatu yang disampaikan, yaitu:

د� � �ي و�ن' الت و�ك ' د�اء�، ن � �ت �ب م' اال� ، ال� م' � ، الق�س �ن ، أ �ن إه�، � �ي �ب ف' الت ن ر' � �ح �ة'، أ �ل �د� الث ق�ي �ي 'و�ن' الت و�ك �ف�ة'، ن ف�ي �خ� ال

ط�ي ة� ر� م ا الش � ق�د�، أ

105

Page 106: Buku Pelajaran Balaghah

E. Deviasi  kalâmSeperti telah dijelaskan di muka bentuk-bentuk

kalâm khabari  jika dikaitkan dengan keadaan mukhâthab ada tiga jenis, yait ibtidâi, thalabi, dan inkâri. Pada kalâm ibtidâi tidak memerlukan taukîd . Karena kalâm ini diperuntukkan bagi mukhâthab yang khâlî al-dzihni (tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum yang disampaikan). Pada kalâm thalabi, mutakallim menambahkan satu huruf  taukîd  untuk menguatkan pernyataannya, sehingga mukhâthab yang ragu-ragu bisa menerimanya. Sedangkan pada kalâm inkâri, mutakallim perlu menggunakan dua taukîd  untuk memperkuat pernyataannya, karena mukhâthab yang dihadapinya menolak pernyataan kita (munkir ).

Namun demikian dalam praktek berbahasa keadaan tersebut tidak selamanya konstan. Ketika berbicara dengan mukhâthab yang khâlî al-dzihni  kadang digunakan taukîd. Atau juga sebaliknya seseorang tidak menggunakan taukîd  pada saat dibutuhkan, yaitu ketika ia berbicara dengan seorang yang inkar.

Di bawah ini kita perhatikan penggunaan kalâm khabari yang menyalahi maksud lahirnya.

1) Kalâm thalabi digunakan untuk mukhâthab khâlî al-dzihni

( 37: هود )

Dan janganlah kau bicarakan kepada-Ku tentang orang-orang zhalim itu,sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan (Q.S Hud: 37)

106

Page 107: Buku Pelajaran Balaghah

Pada ayat di atas mukhâthab-nya adalah nabi Nuh. Ia sebagai khâlî al-dzihni karena ia pasti menerima apa yang Allah putuskan. Namun di sini Allah menggunakan taukâd seolah-olah nabi Nuh ragu. Hal ini dilakukan untuk memperkuat suatu pernyataan.

(52 : يوسف)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnyanafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan (Q.S. Yusuf: 53)

2( Kalâm ibtidâi digunakan untuk mukhâthab inkâri

( البقرة : 163)

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa (Q.S al-Baqarah: 163)

 Pada ayat di atas Allah menggunakan kalâm khabari ibtidâi yaitu tidak menggunakan taukîd, padahal mukhâthab-nya adalah orang-orang kafir yang inkar. Pertimbangan penggunaan kalâm ibtidâi untuk mukhâthab inkari  adalah karena di samping orang-orang kafir itu telah ada bukti yang dapatmendorong mereka untuk beriman. Oleh karena itu keingkaran mereka tidakdijadikan dasar untuk menggunakan ungkapan penegasan dengan taukîd 

107

Page 108: Buku Pelajaran Balaghah

F. Tujuan  kalâm KhabarSetiap ungkapan yang dituturkan oleh seseorang

pasti mempunyai tujuan tertentu. Suatu kalâm khabari biasanya mempunyai dua tujuan, yaitu  fâidahal- khabar  dan lâzim al-faidah

1) Fâidah al-khabar  adalah suatu kalâm khabari yang diucapkan kepada orang yang belum tahu sama sekali isi perkataan itu. Contoh

�م�ال� �ت� ال �ي � خ'ذ' م�ن� ب �أ � ي �ز� ال �ع�ز�ي �ن' ال �ان� ع'م�ر' ب ك�ئ �ف�ي ه� م�ن� ال � �ف�س ز�ى ع�ل�ى ن � �ج � ي 3ا و�ال �ئ ي � ش

ه�م3ا د�ر�Pada kalimat di atas mutakallim ingin memberi tahu kepada mukhâthab bahwa Umar bin Abdul Aziz tidak pernah mengambil sedikit pun hartadari baitul mal. Mutakallim berpraduga bahwa mukhâthab tidak mengetahui hukum yang ada pada kalimat tersebut.

2) Lâzim al-fâidah adalah suatu kalâm khabari yang diucapkan kepada orang yang sudah mengetahui isi dari pembicaraan tersebut, dengan tujuan agar orang itu tidak mengira bahwa si pembicara tidak tahu.

ا �خ2ر3 �أ �ج�ام�ع�ة� م'ت �ل�ى ال �ت� إ ذ�ه�بSaya pergi ke kampus agak terlambat

Selain kedua tujuan utama dari kalâm kahabar terdapat tujuan-tujuan lainnya yang merupakan

108

Page 109: Buku Pelajaran Balaghah

pengembangan dari tujuan semula. Tujuan-tujuan tersebut adalah sbb:

1. Istirhâm (minta dikasihi) Dari segi bentuknya kalâm ini berbentuk khabar  (berita), akan tetapi dari segi tujuannya mutakallim ingin dikasihi oleh mukhâthab. Contoh kalâm khabari dengan tujuan istirhâm adalah do'a nabi Musa yang dikutip Alquran, (Q.S. al Qashash ayat : 24)

Tuhanku, aku ini sangat membutuhkan kebaikan yang Engkau berikan padaku.

2. Izhhâr al-dha'fi (memperlihatkan kelemahan) seperti do'a Nabi Zakaria dalam Alquran. (Q.S. Maryam : 4)

Tuhanku sesungguhnya aku telah lemah tulangku dan kepalaku telah penuh uban

3) Izhhâr al-tahassur  (memperlihatkan penyesalan) seperti doa Imran bapaknya Maryam yang dihikayatkan dalam al-Qur'an. (Ali Imran: 36)

Tuhanku, aku telah melahirkan ia wanita dan Allah mengetahui apa yang ia lahirkan

4) Al-Fakhr  (sombong) seperti perkataan Amru bin Kalsum :

�ن� اج�د�ي �ر' س� �ائ ب �ج� �ه' ال �خ�رH ل �يf ت �ا ص�ب �ن �ف�ط�ام� ل �غ� ال �ل �ذ�ا ب إJika seorang anak kami telah lepas menyusu, semua orang sombong akan tunduk menghormatinya

109

Page 110: Buku Pelajaran Balaghah

5) Dorongan bekerja keras Dari segi bentuk dan isinya kalâm ini bersifat khabari (pemberitahuan), akan tetapi maksud mutakallim mengucapkan ungkapan tersebut agar mukhâthab bekerja keras. Contoh kalâm  khabari untuk tujuan ini adalah surah Thahir bin Husain38 kepada Abbas bin Musa al-Hadi39 yang terlambat membayar upeti,

3 ما � ش� �ت� نا �ت� م�ن� با �جا �حا �خ'و� ال �س� أ �ي و�ل�ت' ع�ل�ى و�ج�ل0 �ي �ب � م�ن� ي �خ'و�ها �ك�ن� أ و�لOrang yang mempunyai banyak kebutuhan itu bukanlah orang yang sepanjang malam tidur nyenyak. Akan tetapi, orang yang mempunyai banyak kebutuhan itu sepanjang malam dalam ketakutan.

RANGKUMAN

1. Kalâm khabari ialah suatu ungkapan yang mengandung kemungkinan benar atau bohong dilihat dari teksnya itu sendiri

2. Kalâm khabari mempunyai dua tujuan. Pertama adalah untuk memberi tahu mukhâthab tentang suatu informasi. Tujuan ini dinamakan  fâidah al-khabar. Kedua diucapkan kepada orang yang sudah tahu dengan tujuan agar orang yang diajak bicara tidak mengira bahwa ia tidak mengetahuinya.38 Tahir bin Husain (Arab, Persia:  حسين بن ( طاهر

(meninggal 822) adalah seorang jenderal dan gubernur selama  kekhalifahan Abbasiyah. Secara khusus, ia menjabat di bawah khalifah  al-Ma'mun

39 Nama aslinya Musa al Mubaraqqa  dari golongan Syiah Imamiyah , dia   anak kesembilan dari Imam Mohammad al-Taqi al Jawwad dan adik kesepuluh dari Imam Ali al-Hadi 

110

Page 111: Buku Pelajaran Balaghah

3. Selain kedua tujuan utama dari kalâm khabari ada tujuan-tujuan lainnya dari  kalâm khabari, yaitu: a) istirhâm (minta dikasihani); b) izhhâr al-dla’fi (memperlihatkan kelemahan); c) izhhâr al-tahassur  (memperlihatkan penyesalan); d) al-Fakhr  (sombong); e) dorongan bekerja keras.

4. Kalâm khabari ada tiga jenis, yaitu ibtidâi, thalabi, dan inkâri. Kalâm ibtidâi adalah suatu kalâm khabari yang tidak menggunakan taukîd. Kalâm ini digunakan untuk orang yang tidak tahu sama sekali (khâlî al-dzihni). Kalâm thalabi adalah suatu kalâm khabari yang menggunakan satu taukîd. Kalâm ini digunakan untuk mukhâthab mutaraddid (mukhâthab yang ragu). Sedangkan kalâm inkâri adalah suatu kalâm khabari yang menggunakanlebih dari satu taukîd  Kalâm ini digunakan untuk mukhâthab munkir 

5. Dalam kenyatan sering terjadi penyimpangan dari kaidah dan aturan umum,seperti ungkapan ibtidâi untuk inkari atau sebaliknya ungkapan inkâri digunakan untuk mukhâthab ibtidâi.

LATIHANJawablah Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini

dengan tepat dan benar!1. Jelaskan pengertian kalâm khabar dan kemukakan

perbedaannya dengan kalâm insyâi ?2. Salah satu tujuan kalâm khabar adalah lâzimul

fâidah. Apa maksudnya dan berikan contognya!3. Apakah tujuan kalâm khabar dari kalimat-kalimat

berikut ini!

111

Page 112: Buku Pelajaran Balaghah

ذ' م�ن�1 ' � خ �أ � ي �ز� ال �ع�ز�ي �ن' ال �ان� ع'م�ر' ب كز�ى ع�ل�ى � �ج � ي 3ا و�ال �ئ ي � ال� ش � �م �ت� ال �ي ب

ه�م3ا �ئ د�ر� �ف�ي ه� م�ن� ال �ف�س� نا2 �خ2ر3 �أ �ج�ام�ع�ة� م'ت �ل�ى ال �ت� إ ذ�ه�ب

3

4

5

4. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini, kemudian berikan contohnya masing-masing!a. Khâlidz dzihnib.b.  Mutaraddid  c. Munkir 

5. Apakah yang dimaksud kalâm ibtidâi manzilata al-munki ? Berikan contohnya!

VIKALÂM INSYÂI

 

TUJUANSetelah mengikuti proses pembelajaran

ini diharapkan peserta didik menguasai materi-materi sbb: 1) Pengertian kalâm insyâi; 2) Kategorisasi kalâm

112

Page 113: Buku Pelajaran Balaghah

insyâi; 3) Variasi makna pada berbagai kategori kalâm insyâi

BAHASAN

A. PengertianKata ( اء �ش� �ن merupakan bentuk mashdar dari kata ( إ

( � أ � �ش �ن ( أ Secara leksikal kata tersebut bermakna

membangun, memulai, kreasi, asli, menulis, dan menyusun.Dalam ilmu kebahasaaraban insyâi merupakan salah satu nama mata kuliah yang mengajarkan menulis.

 Insyâi sebagai kebalikan dari khabari merupakan bentuk kalimat yang setelah kalimat tersebut dituturkan kita tidak bisa menilai benar atau dusta. Hal ini berbeda dengan sifat kalâm khabari yang bisa dinilai benar atau dusta Dalam terminologi ilmu ma’âni kalâm insyâ'i adalah,

الكالم اال نشائي هو ما ال يحتمل الصدق والكذبKalâm insyâi adalah suatu kalimat yang tidak bisa disebut benar atau dusta

Jika seorang mutakallim mengucapkan suatu kalâm insyâi, mukhâthab  tidak bisa menilai bahwa ucapan mutakallim itu benar atau dusta. Jika seorang berkata ( م�ع� kita tidak bisa mengatakan bahwa ucapannya itu ( اس�benar atau dusta. Setelah kalâm tersebut diucapkan yang mesti kita lakukan adalah menyimak ucapannya.

B. Pembagian  Kalâm Insyâi Secara garis besar kalâm insyâi (originative sentence)

ada dua jenis, yaitu insyâi thalabi dan insyâi ghair thalabi.

113

Page 114: Buku Pelajaran Balaghah

Kalâm yang termasuk kategori insyâi thalabi adalah amar, nahyu, istifhâm tamannî, dan nidâ. Sedangkan  kalâm yang termasuk kategori ghair thalabi adalah ta'ajjub, adz-Dzamm, qasam, kata-kata yang diawali dengan af'âlur raja Jenis-jenis  kalâm  insyâi thalabi tidak termasuk ke dalam bahasan ilmu ma’âni. Sehingga jenis-jenis kalimat tersebut tidak akan di bahas dalam buku ini.

 Insyâi thalabi menurut para pakar balâghah adalah,

�ر' ح�اص�ل0 و�ق�ت� الط�ل�ب� 3ا و�غ�ي 'و�ب �د�ع�ى م�ط�ل ت �س� م�ا يkalam insya’ thalabi adalah suatu kalam yang menghendaki adanya  suatu tuntutan  yang  tidak  terwujud ketika  kalâm  itu diucapkan.

Dari definisi di atas tampak bahwa pada kalâm insyâi thalabi terkandung suatu tuntutan. Tuntutan tersebut belum terwujud ketika ungkapan tersebut diucapkan. Kalimat-kalimat yang termasuk kategori inysa thalabi adalah,1. Amar

Secara leksikal amar  bermakna perintah. Sedangkan dalam terminologi ilmu balâghah amar  adalah,

�ء� �ه�ال ت �ف�ع�ل� ع�ل�ى و�ج�ه� االس� ط�ل�ب' الTuntutan mengerjakan sesuatu kepada yang lebih rendah

Al-Hâsyimi (1960) mendefinisikan  jumlah al-amr  (kalimat perintah) sebagai tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan, seperti

114

Page 115: Buku Pelajaran Balaghah

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu

 Untuk menyusun suatu kalâm amar  ada empat shîgah

yang biasa digunakan:a) Fi'l al-amr 

Semua kata kerja yang ber-shîgah fi'l amr  termasuk kategori thalabi,Contoh 1:

�ق'و_ضة0 �اب� ب �ك�ت خ'ذ� الAmbillah kitab itu dengan kuat!Contoh 2:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun….” (QS. An-Nisā’ [4]: 36)

Fi‘il amr pada kalimat ini adalah lafaz د'و�' ااع�ب

Contoh 3:� ف� و�ال � �ح' ق ب ' ا ص � ل� # ي و�م' ز' � ا ن � ل� ي ' ل' ط � �ي ا ل � ي

'ع�ي� �ط�ل تWahai malam, panjanglah! Wahai tidur, hilanglah! # Wahai waktu Shubuh berhentilah! Dan jangan lagi engkau terbit.

Fi‘il amr pada bait syair ini adalah lafaz ,ل� ز' dan ط'ل�.ق�ف�

Contoh 4:

115

Page 116: Buku Pelajaran Balaghah

�ن� �ي �مb # ب ر�ي � �ت� ك �ن و� م'ت� و�أ� ا أ ز3 � ع�ش� ع�ز�ي

'و�د� 'ن �ا و�خ�ف�ق� الب �ق�ن ط�ع�ن� الHiduplah mulia atau matilah terhormat # Antara tusukan tombak dan kibaran bendera perang.

Fi’il amr pada bait syair ini adalah lafaz dan ع�ش�

م'ت�

b) Fi'l Mudhâri’ yang disertai lam amar Fi'il mudhâri’ yang disertai dengan lam amar  maknanya sama dengan amr  yaitu perintah. Contoh 1,

�ه� ع�ت ع�ة0 م�ن� س� �ف�ق� ذ'و� س� 'ن �ي لHendaklah berinfak ketika dalam keleluasaanContoh 2:

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Āli Imrān [3]: 104)

Contoh 3:

”Kemudian, hendaklah mereka meng-hilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf

116

Page 117: Buku Pelajaran Balaghah

sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al-Hajj [22]: 29)

Fi‘il mudhāri‘ yang disertai dengan lām al-amr adalah lafaz pada ولتكن ayat pertama dan 'و�ف'و�ا �ي �ط و ف'و� serta و�ل �ي او�ل pada ayat kedua.

c)  Isim fi'il amar  Kata isim yang bermakna  fi'il (kata kerja) termasuk shigat  yang membentuk kalâm insyâi thalabi , Contoh,  

�ح� �ف�ال �ة� ح�ي ع�ل�ى ال ح�ي ع�ل�ى الص الMari melaksanakan shalat! Mari  menuju kebahagiaan!

d)  Masdar  pengganti  fi'il  Mashdar  yang posisinya berfungsi sebagai pengganti fi'il yang dibuang bisa juga bermakna amar, Contoh,

�ر� ي �خ� 3ا ف�ى ال ع�ي س�Berusahalah pada hal-hal yang baik

Dari keempat shîgah tersebut makna amar  pada dasarnya adalah perintah dari yang lebih atas kepada yang lebih rendah. Namun demikian ada beberapa makna amar  selain dari makna perintah.

Makna-makna tersebut antara lain:1) Al-Irsyād (mengarahkan), Contohnya pada lafaz

'و�ه' 'ب �ت :sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an ف�اك

117

Page 118: Buku Pelajaran Balaghah

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (QS. Al Baqarah [2]: 282)

2) Ad-Du‘ā’ (doa). Contohnya pada lafaz �ي� و�ز�ع�ن� أ

sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku”. (QS. An-Naml [27]: 19)

3) Al-Iltimās (memohon dengan penuh). Contohnya pada lafaz �ي� �ع�ط�ن :pada kalimat berikut أ

�خ' Hه�ا األ ي� �م� أ �ي� الق�ل �ع�ط�ن أ

Berilah aku pena itu wahai saudara

4) At-Tamannī (mengharap sesuatu yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz ي�� ل �ج� :pada syair ini ان

ل�ي� �ج� �ال� ان �ل' أ �ل' الط و�ي Hه�ا الل ي ي� �ال� أ ا # أ � �ح0 و�م �ص'ب ب

�ل� م�ث� �أ �ك� ب �اح' م�ن �ص�ب اإل�

Wahai malam yang panjang! Tampakkanlah # Sinar pagimu, dan tidak ada yang menyerupai sinar pagimu

5) At-Takhyīr (memilih). Contohnya pada lafaz و ج� �ز� تpada kalimat berikut:

�ه�ا ت خ�' و� أ

�� �د3ا أ و ج� ه�ن �ز� ت

118

Page 119: Buku Pelajaran Balaghah

Nikahilah Hindun atau saudarinya

6) At-Taswiyah (persamaan). Contoh-nya pada lafaz :pada kalimat berikut اصبروا

و�ا �ر' �ص�ب و� ال� ت� و�ا أ �ر' اص�ب

Engkau bersabar atau tidak

7) At-Ta‘jīz (melemahkan). Contoh-nya pada lafaz 'و� ت� اف�أ

sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu (QS. Al-Baqarah [2]: 23)

8) At-Tahdīd (mengancam). Contoh-nya pada lafaz 'و�ا :sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an اع�م�ل

Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushshilat [41]: 40)

9) Al-Ibāhah (membolehkan). Contohnya pada lafaz 'و�ا 'ل 'و�ا dan ك ب ر� sebagaimana disebutkan dalam اش�al-Qur’an:

119

Page 120: Buku Pelajaran Balaghah

“Makanlah dan minumlah sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam yaitu waktu fajar”. (QS. Al Baqarah [2]: 187)

10) Al-Ikrām (memuliakan). Contoh-nya pada lafaz ا sebagaimana ادخلوه disebutkan dalam al-Qur’an:

"Masuklah kalian ke dalamnya (surga) dengan sejahtera lagi aman". (QS. Al- Hijr [15]: 46)

11) Al-Imtinān (pemberian nikmat). Contohnya pada lafaz و�ا�' 'ل sebagaimana disebutkan dalam فكal-Qur’an:

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu. (QS. An Nahl [16]: 114)

12) Al-Ihānah (penghinaan). Contohnya pada lafaz 'و�ا 'و�ن :sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an ك

”Jadilah kalian batu atau besi.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 50)

13) Ad-Dawām (kontinyu atau berkesinambungan). Contohnya pada lafaz دنا sebagaimanaإهdisebutkan dalam al-Qur’an:

”Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fātihah [1]: 6)

120

Page 121: Buku Pelajaran Balaghah

14) Al-I‘tibār (mengambil pelajaran). Contohnya pada lafaz روا sebagaimana انظ disebutkan dalam al-Qur’an:

”Perhatikanlah buahnya di waktu berbuah dan (perhatikan pula) kematangannya....” (QS. Al-An‘ām [6]: 99)

15) Al-Idznu (mengizinkan). Contoh-nya: ل = أدخmasuklah!

16) At-Ta’dīb (mengajarkan adab atau sopan santun). Contohnya pada lafaz ل�' sebagaimana كdisebutkan pada hadis:

�ك� �ي �ل 'ل� م�م ا ي ك”Makanlah apa yang ada di depanmu”

17) At-Ta‘ajjub (kagum atau heran). Contohnya pada lafaz sebagaimana انظر disebutkan dalam al-Qur’an:

”Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadap-mu....” (QS. Al-Isrā’ [17]: 48)

2. NahyuMakna nahyu secara leksikal adalah melarang, menahan,

dan menentang. Sedangkan dalam terminologi ilmu balâghah nahyu adalah,

�ء� �ه�ال ت �ف�ع�ل� ع�ل�ى و�ج�ه� االس� �ف2 ع�ن� ال �ك ط�ل�ب' الTuntutan meninggalkan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi

121

Page 122: Buku Pelajaran Balaghah

Dengan kata lain An-Nahyu adalah meminta (menuntut) penghentian suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya (posisinya) kepada orang yang lebih rendah. Dikenal juga dengan nama larangan. Ia adalah anonim (lawan kata) dari al-amr.

Kalau al-amr memiliki beberapa shīgat, berbeda dengan an-nahyu yang hanya memiliki satu shīgat, yaitu fi‘il mudhāri‘ yang disertai dengan ة� � الن اه�ي ال

Contoh,

اء : ر� (32) االس�

Janganlah kamu sekalian mendekati zina! Sesungguhnya zina itu perbuatankeji dan jalan yang sejelek-jeleknya. (al-Isra:32)Pada ayat di atas terdapat ungkapan nahyu, yaitu pada kata

Ungkapan tersebut bermakna larangan Allah swt melarang orang-orang beriman berbuat zina.

An-Nahyu terkadang keluar dari maknanya yang asli kepada makna-makna lain. Hal ini dapat diketahui dengan mengkaji konteks dan redaksi suatu kalimat. Di antara makna-makna yang dimaksud adalah:

1) Al-Irsyād (memberi petunjuk). Contohnya pada lafaz 'و�ا ل

� أ �س� ت � sebagaimana disebutkan dalam الal-Qur’an:

122

Page 123: Buku Pelajaran Balaghah

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu….” (QS. Al-Mā’idah [5]: 101)

2) Ad-Du‘ā’ (doa). Contohnya pada lafaz ال تؤاخذنا sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah….” (QS. Al-Baqarah [2]: 286)

3) Al-Iltimās (memohon dengan penuh). Contohnya terdapat pada lafaz تزرني pada ال kalimat ini:

3 �ال �ي �ي� ل ن ر� �ز' � ت �خ�ي� ال �ا أ ي“Wahai saudaraku, janganlah engkau mengunjungiku pada malam hari”

4) At-Tamannī (mengharap sesuatu yang mustahil terjadi). Contohnya pada lafaz pada ال تطلعي bait syair:

ل �و�م' ز� �ا ن �ل' ط�ل ي �ي �ا ل � # ي ف� و�ال � �ح' ق ب ' �ا ص ي'ع�ي� �ط�ل ت

Duhai malam yang panjang, munculkanlah # sinar subuhmu, karena tidak ada yang menyerupai sinar subuhmu ini.

5) At-Tai’īs (mengungkapkan rasa penyesalan). Contohnya pada lafaz تعتذروا sebagaimana ال disebutkan dalam al-Qur’an:

123

Page 124: Buku Pelajaran Balaghah

“Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman….” (QS. At-Taubah [9]: 66)

6) At-Taubīkh (menjelekkan). Contoh-nya pada lafaz ال تنه pada kalimat berikut:

�ه' �ل �ت� م�ث �أ �ه� ع�ن� خ'ل'ق0 و�ت �ن � ت الJangan engkau melarang seseorang berbuat jelek sementara engkau melakukannya.

7) Al-Tahdid (mengancam). Contoh-nya pada lafaz :pada kalimat berikut ال تطع

م�ر�ي�� 'ط�ع� أ � ت ال

Jangan engkau patuhi perintahku

8) Al-Karāhah (membenci). Contoh-nya pada lafaz :pada kalimat ال تلتفت

ة� �ت� ف�ي الص ال� �ن �ف�ت� و�أ �ت �ل � ت الJangan engkau menengok dalam keadaan sholat

9) Al-I’tinās (menghibur). Contohnya pada lafaz

تحزن sebagaimana ال disebutkan dalam al-Qur’an:

“…Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita….” (QS. At-Taubah [9]: 40)

10) At-Tahqīr (menghina). Contohnya pada lafaz

:pada bait syair berikut ال تطلب

124

Page 125: Buku Pelajaran Balaghah

�م'ه' ل ' د� س � �م�ج �ن ال د� إ � �م�ج �ط�ل'ب� ال � ت ع�بb و�ع�ش� ال � ص�ال� �اع�م� الب ا ن �ح3 �ر�ي ت م'س�

Janganlah kalian mencari keutamaan, sesungguhnya keutamaan itu tangganya # sulit. Hiduplah dengan tenang dan hati yang damai.

Contoh lain pada lafaz ترحل pada ال bait syair:

�ت� �ن ك� أ �ن د� ف�إ ' ا # و�اق�ع � �ه �ت 'غ�ي �ب ل� ل � ح �ر� ار�م� ال� ت � �م�ك د�ع� ال�اس�ي �ك الط اع�م' ال

Biarkanlah kemuliaan itu datang sendiri, janganlah engkau berangkat untuk mencarinya # Duduklah karena sesungguhnya engkau adalah pemberi pangan dan sandang.

11) Ad-Dawām (perbuatan yang terus menerus). Contohnya terdapat pada lafaz بن ال تحسsebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim….” (QS. Ibrāhīm [14]: 42)

12) Bayān al-Āqibah (menjelaskan akibat). Seperti dalam contoh lafaz بن sebagaimana ال تحسdisebutkan dalam al-Qur’an:

125

Page 126: Buku Pelajaran Balaghah

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 169)

At-Tamannī, yaitu meminta (menuntut) sesuatu yang mustahil (tidak mungkin) terjadi atau mungkin tetapi tidak bisa diharapkan.

Lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī yaitu �ي�ت :Contohnya sebagaimana dalam syair ل

�و�م3ا �ع'و�د' ي �اب� ي ب �ت� الش �ي � ل �ال ا # أ � �م ه' ب �ر� ب خ�' ف�أ

�ب' ي ف�ع�ل� الم�ش�Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya saya bisa memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa tua.

Contoh lain sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

”...Semoga kita diberikan harta benda sebagaimana yang diberikan kepada Karun.” (QS. Al-Qashash [28]: 79)

Sedangkan untuk meminta (menuntut) sesuatu yang mungkin/bisa terjadi dinamakan at-tarajjī. Lafaz-lafaz yang dipergunakan untuk at-tarajjī adalah dan ع�س�ى �ع�ل .ل

Contohnya sebagaimana disebutkan dalan al-Qur’an:

126

Page 127: Buku Pelajaran Balaghah

”... Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya)....” (Q.S. Al-Mā’idah [5]: 52)

Contoh lain sebagaimana firman Allah:

”... Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS. Ath-Thalāq [65]: 1)

Namun karena faktor-faktor keindahan bahasa, terkadang dipergunakan juga lafaz ليت dengan makna at-tarajjī.

Jadi, lafaz yang dipergunakan untuk at-tamannī ada 4: satu yang asli yaitu ليت sementara yang 3, yaitu ه�ل� dan و� � serta ل ل � �ع menjadi ل pengganti, dan ini dipergunakan karena memenuhi faktor-faktor keindahan bahasa.

Contoh penggunaan ل sebagaimana ه disebutkan dalam al-Qur’an:

“… Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami….” (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)

Contoh penggunaan و sebagaimana ل disebutkan dalam al-Qur’an:

“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu‘arā’ [26]: 102)

127

Page 128: Buku Pelajaran Balaghah

Contoh penggunaan ل sebagaimana لع disebutkan dalam syair:

2ي� �ع�ل ه' # ل � �اح ن ر' ج� � 'ع�ي ل� م�ن� ي � ب� الق�ط�ا ه ر� �س� أ�ر' ط�ي

� �ت' أ �ل�ى م�ن� ق�د� ه�و�ي إWahai kawanan burung qatha (mirip merpati), siapakah yang mau meminjamkan sayapnya # Agar aku bisa terbang kepada kekasihku

3. IstifhâmKata ( �م� �ف�ه�ا ت �س� ( إ merupakan bentuk

mashdar  dari kata ( �ف�ه�م� ت Secara leksikal ( اس�kata tersebut bermakna meminta pemahaman/meminta pengertian Secara istilah istifhâm bermakna

�ئ� ي �الش � ب �م �ع�ل ط�ل�ب' الmenuntut pengetahuan tentang sesuatu

Kata-kata yang digunakan untuk istifhâm ini ialah :

�ف� – �ي �ي ان� – ك �ى – أ أ – ه�ل� – م�ن� – م�تHي

� �م� – أ �ن ى – ك �ن� – أ �ي أ

Suatu kalimat yang menggunakan kata tanya dinamakan  jumlah istifhâmiyyah , yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu yangbelum di ketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu huruf istifhâm

Contoh kalimat tanya seperti

128

Page 129: Buku Pelajaran Balaghah

: (2-1) القدرSesungguhnya Kami telah

menurunkannya (Alquran) pada malamkemuliaan. Dan tahukah kamu

apakah malam kemuliaan itu?)a)  Hamzah (أ )

 Hamzah sebagai salah satu adat istifhâm mempunyai dua makna,

(1) TashawwuriTashawwuri artinya jawaban yang bermakna mufrad. Ungkapan istifhâm yang meminta pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat mufrad dinamakan istifhâm tashawwuri.Contoh,

�ح' 1 �ر�ي ت � �س ة� ي � �ج'م�ع و�م� ال � �ي أ�و�م� االح�د� ؟ م� ي

� �ع'م ال' أ ال�عb ؟ 2 �ائ �م� ب �ت� أ �ن �ر0 أ ت � م'ش� أ

Pada kedua kalimat di atas adat  yang digunakan untuk bertanya adalah hamzah. Aspek yang dipertanyakan pada kedua kalimat di atas adalah hal yang bersifat tashawwur Pada kalimat pertama hal yang ditanyakan adalah dua pilihan antara ( � �ج'م�ع�ة� �و�م� ال ( يdan (و�م� االح�د�� ( يKedua ungkapan tersebut bersifat tashawwur  (makna mufrad), tidak berupa nisbah (penetapan sesuatu atas

129

Page 130: Buku Pelajaran Balaghah

yang lain). Demikian juga pada pertanyaan nomor 2, penanya menanyakan apakah engkau ( bع� �ائ ( بatau ( �ر0 ت Kedua kata tersebut ( م'ش�bersifat tashawwuri (mufrad ) bukan nisbah

.(2) Tashdîq

Hamzah juga digunakan untuk pertanyaan yang bersifat tashdîq, yaitu penisbatan sesuatu atas yang lain. Contoh,

' الذ�ه�ب' ؟ �ص�د� أ � ي أ�ال' ؟ ب �ج� �ر' ال ي �س� � ي أ

Kedua kalimat di atas merupakan jumlah istifhâmiyah. Adat yang digunakan untuk bertanya adalah hamzah. Hal yang ditanyakan oleh kalimat di atas adalah kaitan antara (' د� أ � �ص dan ( ي ( ذ�ه�ب' (الPenisbatan sifat berkarat kepada emas merupakan hal ditanyakan oleh mutakallim. Karena hal yang dipertanyakan bersifat nisbah maka dinamakan tashdîq

b)  Man ( (م�ن�Kata ( termasuk (م�ن� ke dalam adat istifhâm yaitu untuk menanyakan tentang orang. Contoh,

130

Page 131: Buku Pelajaran Balaghah

�ح�م�د' �م�س�ج�د� ؟ أ �ى ه�ذ�ا ال �ن م�ن� بج�د� �م�س� �ى ه�ذ�ا ال �ن ب

Adat istifhậm pada  jumlah istifhamiyah di atas adalah ( yang (م�ن�bertujuan untuk menanyakan siapa yang membangun mesjid ini.

Selain kedua adat istifhậm di atas masih terdapat beberapa adat lainnya yang mempunyai fungsi masing-masing. Adat-adat tersebut adalah sbb:

)c)ا � yang م digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal. Kata ini juga digunakan untuk meminta penjelasan tentang sesuatu atau hakikat sesuatu.Contoh,

�م�ان' ؟ م�ا ه'و� اال ي

(d) yang digunakan untuk meminta (م�ت�ى) penjelasan tentang waktu, baik waktu lampau maupun sekarang. Contoh,

�ص�ر' الله� ؟ �ى ن م�ت(e) ان� ) �ي ( أ digunakan untuk meminta

penjelasan mengenai waktu yang akan datang. Kata ini kebiasaannya digunakan untuk menantang. Contoh,

(f) ( �ف� �ي digunakan untuk menanyakan ( كkeadaan sesuatu. Contoh,

131

Page 132: Buku Pelajaran Balaghah

'ك� ؟ ال �ف� ح� �ي ك)g) ( �ن� �ي ( أ digunakan untuk menanyakan

tempat. Contoh,'ك� ؟ �اب �ت �ن� ك �ي أ

 )h) ( merupakan adat istifhâm yang ( ه�ل�

digunakan untuk menanyakan penisbatan sesuatu pada yang lain (tashdîq) atau kebalikannya. Padaadat istifhâm ( (ه�ل�tidak menggunakan  م�� -dan mu’adil أnya.  Adat istifhâm ( digunakan (ه�ل�apabila penanya (mutakallim) tidak mengetahui nisbah antar musnad  dan musnad ilaih-nya. Adat ( tidakbisa (ه�ل�masuk ke dalam nafyu, mudhâri (makna sekarang) syarath, dan tidak bisa pula pada huruf ‘ athaf . Hal ini berbeda dengan hamzah yang bisa memasuki tempat-tempat tersebut;

(i) (ن �ى� ( أ merupakan adat  istifhâm yang maknanya ada tiga, yaitu:

1) maknanya sama dengan “ ف� � �ي ك”Contoh:

2) bermakna � أ�ن� :Contoh ” ي

�ك� ه�ذ�ا �ن ى ل م' أ س� �ا م�ر� ي

132

Page 133: Buku Pelajaran Balaghah

3) maknanya sama dengan “ ”م�ت�ى Contoh:

�ت� ئ �ن ى ش� �ي أ ن ر� ز'(j) ( �م� ( ك merupakan adat istifhâm yang

maknanya menanyakan  jumlah yang masih samar. Contoh

'م� �ت �ث �ب �م� ل ك (k) (Hي

� untuk( أ menanyakan dengan mengkhususkan salah satu dari dua hal yang berserikat. Contoh

�رb م�ق�ام3ا ي �ن� خ� �ق�ي �ف�ر�ي يH ال� أ

Kata ini digunakan untuk menanyakan hal yang berkaitan denganwaktu, tempat, keadaan, jumlah, baik untuk yang berakal maupun yang tidak.

Dalam konteks berbahasa adat-adat istifhâm seperti yang telah dijelaskan dimuka terkadang  mempunyai makna yang berbeda dengan makna asalnya Penggunaan adat-adat istifhâm kadang digunakan bukan untuk tujuan bertanya, akan tetapi untuk maksud yang lainnya. Maksud-maksud penggunaan adat istifhâm yang menyimpang dari tujuan awalnya adalah sbb

1) PerintahPenggunaan adat istifhâm dalam

berbahasa kadang-kadang juga digunakan untuk maksud amr. Contoh:

133

Page 134: Buku Pelajaran Balaghah

�ه'و�ا �ت ي� ا ن� �ه'و�ن� أ �ت 'م� م'ن �ت � ن ف�ه�ل� أ

�د�ة : �م�ائ (91) الApakah kalian tidak mau berhenti?

(al-Mâidah:91Kalimat tanya pada ayat di atas

mestilah dimaknai perintah. Maksudnya adalah ‘Berhentilah!’.

2) Nahyu (larangan) Penggunaan adat  istifhâm dalam praktek

berbahasa kadang juga digunakan untuk tujuan nahyu. Contoh,

: (13 )التوبة

Apakah kalian takut terhadap mereka? Padahal Allah lebih berhak

untuk ditakuti (at-Taubah:13)

Ungkapan istifhâm pada ayat di atas maknanya adalah larangan untuk menakuti mereka (orang-orang kafir)

3) Taswiyah (menyamakan antara dua hal)Penggunakan adat istifhâm juga

kadang untuk makna taswiyah Contoh:

(6) البقرة : Sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan atau

134

Page 135: Buku Pelajaran Balaghah

tidak. Mereka tidak akan beriman.(Q.S al-Baqarah: 6)

Pada ayat di atas kalimat istifhâm bermakna taswiyah (menyamakan antara diberi peringatan atau tidak) mereka tetap tidak beriman.

4). Nafyu (kalimat negatif)Kalimat negatif merupakan lawan

dari kalimat positif, yaitu kalimat yang meniadakan hubungan antara subjek dan predikat, seperti berikut:

“Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak

akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki ”

 Selain dengan menggunakan huruf 

nafiyah, makna manfy bisa juga terdapat pada ungkapan istifhamiyah. Contoh firman Allah pada surah ar-Rahman 60

Tidaklah balasan untuk kebaikan itu melainkan dengan kebaikan

5)  Inkâr  (penolakan)

135

Page 136: Buku Pelajaran Balaghah

Ungkapan istifhâmiyah juga kadang mempunyai makna inkar atau penolakan. Contoh,

�غ'و�ن� ؟ �ب �ر� الله� ت غ�ي� أ

Bukankah Allah yang kamu cari?

6) Tasywîq (mendorong)Ungkapan istifhamiyyah juga kadang

mempunyai makna untuk mendorong mukhâthab agar melakukan pesan yang disampaikan mutakallim. Contoh firman Allah dalam Alquran,

(10) الصف_ : Maukah kalian aku tunjukkan kepada

suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adab yang pedih. (Ash-Shaff :10)

Ungkapan istifhâmiyah pada ayat di atas berfungsi sebagai dorongan kepada mukhâthab agar menyimak pesan berikut yang akan disampaikannya.

7) PenguatanUngkapan istifhâmiyah kadang juga

digunakan untuk penguatan suatu pertanyaan. Contoh,

136

Page 137: Buku Pelajaran Balaghah

Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu, apakah hari

kiamat itu?Pertanyaan yang berulang-ulang pada

ayat di atas berfungsi untuk menguatkan.

1) Ta’zhîm (mengagungkan)Contoh ungkapan istifhâmiyah yang

bermakna ta’zhîm adalah firman Allah,

Tiada yang dapat memberi syafa'at di

sisi Allah tanpa izin-Nya?

9). Tahqîr (merendahkan)Ungkapan istifhâmiyah bisa bermakna

tahqîr (merendahkan). Contoh,

ا ؟ �ر3 �ي �ث �ه' ك ت _ذ�ى م�د�ح� � ه�ذ�ا ال أInikah orang yang kamu puja-puja itu?

10) Ta’ajjub (mengagumi)Ungkapan istifhâmiyah yang

bermakna ta’ajjub dapat kita lihat pada contoh berikut ini,

'ل' الط ع�ام� �أ ك و�ل� ي س' �ه�ذ�ا الر� م�ا لو�اق� ؟ �م� ش�ي ف�ى اال س� و�يTidaklah bagi rasul ini memakan

makanan dan berjalan di pasar-pasar?

11). Al-Wa’îd  (ancaman)

137

Page 138: Buku Pelajaran Balaghah

Ungkapan istifhâmiyah kadang juga bermakna ancaman seperti terlihat padafirman Allah berikut ini,

Tidakkah kamu melihat bagaimana perbuatan Tuhanmu

terhadap pasukan bergajah?12). Tamannî  (harapan yang tak mungkin terkabul)

Makna tamannî  juga terdapat pada ungkapan istifhâmiyah Contohnya adalah firman Allah berikut ini,

(52) االعراف : Apakah kami mempunyai orang

yang dapat memberi syafaat agar mereka memberi syafaat

kepada kami?

ILMU BAYÂN

TUJUANSetelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik

diharapkan dapat memahami 1)pengertian bayân; 2) peletak dasar ilmu bayân; 3) manfaat ilmu bayân; dan 4)bidang kajian ilmu bayân.

138

Page 139: Buku Pelajaran Balaghah

BAHASANA. Pengertian Bayân

1) Al-Bayān Menurut Etimologi

Kata al-bayān (البيان) dalam semua bentuk isytiqāq (perubahan katanya) menunjukkan arti azh-zhuhūr (,(الظهور al-kasyf (الكشف) dan al-īdhāh (اإليضاح) (menjelaskan atau menerangkan). Sebagaimana disebutkan pada beberapa surat dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah swt.:

“… Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertakwa. “ (QS. al-Baqarah [2]: 187)

“… Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian supaya kalian memikirkannya. “ (QS. al-Baqarah [2]: 266)

“Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepada kalian….” (QS. an-Nisā’ [4]: 26)

“… Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-Qur’an agar kamu menjelaskan kepada umat manusia

139

Page 140: Buku Pelajaran Balaghah

apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. “ (QS. an-Nahl [16]: 44)

“Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia…. “ (QS. Āli ‘Imrān [3]: 187)

“Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana kami telah berbuat terhadap mereka dan telah kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan.“ (QS. Ibrāhīm [14]: 45)

Demikian makna al-bayān dalam al-Qur’an. Masih banyak kata-kata (البيان) dengan berbagai macam bentuk dalam al-Qur'an, namun di sini sekedar menjadi contoh bagi ayat-ayat yang lain.

Menurut definisi ar-Rāghib al-Ashfahānī, al-bayyinah adalah penunjukan makna yang jelas baik pada hal-hal yang bersifat konkrit maupun abstrak. Al-bayān merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lain. Allah swt. berfirman:

140

Page 141: Buku Pelajaran Balaghah

“Ar-Rahmān, Yang mengajarkan al-Qur’an, Menciptakan manusia dan mengajarkannya al-bayān.” (QS. ar-Rahmān [55]: 1-4).

Al-bayān disebutkan juga dalam Hadis pada beberapa tempat, di antaranya:

Pertama, Sabda Rasulullah saw.:

ا ح�ر3 �ان� ل�س� �ي �ن م�ن� الب إ“Sesungguhnya sebagian dari al-bayān itu membuat orang tersihir (terkesima/terhipnotis) dengan kata-kata.”

Dalam konteks ini al-bayān berarti menyampaikan maksud dan tujuan dengan menggunakan lafaz yang paling indah. Itu semua tentu melalui pemahaman dan kecerdasan hati (spiritual).

Kedua, Sabda Rasulullah saw.:

2ف�اق� �ان� م�ن� الن �ت ع�ب �ان' ش' �ي �ذ�اء' و�الب الب“Berkata yang kotor/jorok dan al-bayān adalah cabang dari sifat kemunafikan.”

Dalam konteks ini al-bayān berarti bertindak berlebihan atau over acting dalam berbicara. Biasanya itu muncul disebabkan perasaan ‘ujub (tindakan agar dikagumi oleh orang yang melihatnya dan itu merupakan penyakit hati).

Pada kedua Hadis tersebut di atas, al-bayān menunjukkan arti menjelaskan dan menerangkan (al-kasyfu wa al-īdhāh).

141

Page 142: Buku Pelajaran Balaghah

2. Al-Bayān Menurut Terminologi

Menurut terminologi, al-bayān adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara mengungkapkan bahasa dengan susunan kalimat yang beragam, di mana yang sebagian lebih jelas penunjukan maknanya atau lebih berkesan dari yang lain. Jadi ilmu al-bayān berkaitan dengan keindahan berbahasa yang pengungkapannya menggunakan kata-kata indah dan mampu meninggalkan kesan yang mendalam di hati pendengar atau pembaca.

Pengertian di atas bukanlah satu-satunya definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Ada beberapa pakar lain yan mempunyai definisi tersendiri tentang ilmu ini.1. Imam Akhdhari Ilmu Bayân ialah ilmu yang mempelajari

tata cara pengungkapan suatu makna dengan menggunakan susunan kalimat yang berbeda-beda penjelasannya (dari yang jelas, kurang jelas dan lebih jelas).Maksud definisi tersebut adalah, bahwa ilmu bayân merupakan ilmu untuk mengetahui teknik-teknik mengekspresikan suatu ide fikiran atau perasaan dengan menggunakan ungkapan yang sesuai dengan konteksnya. Ungkapan tersebut bervariasi antara satu kondisi dengan kondisi lainnya.

2. K.H A. Wahab Muhsin. Menurut beliau ilmu Bayân adalah ilmu untuk mengetahui cara menyusun satu pengertian dengan bermacam-macam redaksi.

3. Rukyatul Hilal dan Yayan Nurbayân. Menurut keduanya, ilmu bayân adalah suatu ilmu yang memuat konsep dankaidah-kaidah untuk menyampaikan suatu ide dengan beberapa cara yangberbeda antara satu dengan yang lainnya. (Diktat Balâghah 1 : 6)

142

Page 143: Buku Pelajaran Balaghah

B. Peletak Dasar Ilmu BayânIlmu Bayân pertama kali dikembangkan oleh Abu Ubaidah

Ibn al-Matsani (211 H). Sebagai dasar pengembangan ilmu ini beliau menulis sebuah kitab dengan judul Majâz Alquran Dalam perkembangan berikutnya muncul seorangtokoh terkemuka dalam ilmu ini yaitu Abd al-Qâhir al-Jurjâni (471 M). Ilmu ini terus berkembang dan disempurnakan oleh para ulama berikutnya, sepeti al-Jâhizh ibn Mu’taz, Quddâmah, dan Abû Hilâl al- ‘Askari.

C. Manfaat Ilmu BayânObjek kajian ilmu Bayân adalah tasybîh, majâz, dan

kinâyah Melaluiketiga bidang ini kita akan mengetahui ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang fasîh, baik dan benar, mengetahui ungkapan-ungkapan yang tidak fasîh dan tidakcocok untuk diucapkan. Ilmu ini pula dapat membantu kita untuk mengungkapkan suatu ide atau perasaan melalui bentuk dan uslub yang bervariasi sesuai dengan muqtadha al-hâl Dengan pengetahuan di atas seseorang akan mampu menangkap kemukjizatan Alquran dari aspek bahasanya. Dengan kemampuan yang memadai, pada ilmu ini seseorang akan mampu menangkap keindahan, ketepatan, dan kehebatan ayat Alquran, baik pada tataran  jumlah kalimah sampai kepada huruf-hurufnya.

143