Buku Pedoman

download Buku Pedoman

of 42

description

pedoman pengajaran

Transcript of Buku Pedoman

2

BUKU PEDOMANPRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

Oleh :Tim PBL

DEPARTEMEN PENIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT2010

PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya buku pedoman Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini dapat selesai.Buku pedoman PBL ini disusun untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi para mahasiswa, pembimbing lapangan, pembimbing laporan, serta pihak-pihak terkait agar pada pelaksanaannya dapat berjalan secara terarah dan terpadu sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.Buku pedoman ini merupakan edisi keenam sebagai pedoman pelaksanaan PBL bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed Purwokerto angkatan 2009. Dalam penyusunan buku ini, sudah berusaha menampung perbaikan dari berbagai aspek yang menyangkut pelaksanaan PBL atas dasar masukan-masukan dari mahasiswa, instansi terkait, serta masukan hasil lokakarya kurikulum berbasis kompetensi.Pada kesempatan ini pula kami sampaikan terima kasih dan penghormatan sebesar-besarnya kepada Dekan FKIK dan Ketua Jurusan Kesmas Unsoed Purwokerto yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk mengelola dan mengkoordinasi pelaksanaan PBL semester gasal tahun ajaran 2009-2010.Kami menyadari dengan keterbatasan yang ada, buku pedoman ini masih memerlukan perbaikan yang berkelanjutan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan dinamika masyarakat. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak merupakan penghargaan tersendiri bagi kami untuk terus berkarya memperbaiki diri demi kesempurnaan karya berikutnya.

Purwokerto, September 2010 Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Pengantar .............................iiDaftar Isi iiiBAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Praktek Belajar Lapangan I 2C. Praktek Belajar Lapangan II4 D. Praktek Belajar Lapangan III 5BAB II. PELAKSANAAN PBL .A. Bentuk Kegiatan 6B. Lama Kegiatan 6C. Pembekalan 6D. Lokasi Kegiatan 7E. Jadwal Kegiatan 8BAB III. SISTIMATIKA LAPORAN DAN PENILAIANA. Sistimatika 9B. Penilaian 12C. Tata Tertib 14D. Sangsi 15BAB IV. PEMBIMBING PBLA. Dosen Pembimbing Lapangan 16B. Pembimbing Institusi Kesehatan16 BAB V . PENUTUP17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi dan misi Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK yakni menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki kemampuan akademik yang professional di bidang kesehatan masyarakat, untuk mengantisipasi dan menyiapkan ke arah tersebut maka Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berorientasi kepada penyiapan mutu lulusan yang diharapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat.Untuk menyiapkan dan membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang diharapkan maka Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed memberlakukan Persyaratan bahwa mahasiswa harus menempuh mata kuliah Praktek Belajar Lapangan (PBL) sebagai mata kuliah wajib. Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mendapatkan kemampuan profesional Sarjana Kesehatan Masyarakat yang memiliki keunggulan kemampuan spesifik yaitu :a. Mahasiswa memiliki kemampuan menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah kesehatan.b. Mahasiswa memiliki kemampuan menetapkan prioritas masalah kesehatan dan alternatif pemecahannya.c. Mahasiswa mampu mengembangkan program intervensi untuk memecahkan masalah kesehatan. d. Mahasiswa memiliki pengalaman belajar di masyarakat sehingga terbentuk sikap tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan di masyarakat.

Praktek Belajar Lapangan pada Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed untuk program S1 reguler total bobot mata kuliah 6 SKS yang terbagi ke dalam PBL-I pada semester V, PBL-II pada semester VI, serta PBL-III pada semester VII, dengan masing-masing bobot 2 SKS.

B. Praktek Belajar Lapangan I (PBL I)Praktek Belajar Lapangan I merupakan proses belajar mahasiswa pada tahap analisis situasi dan prioritas masalah. Analisis situasi merupakan tahap awal dari satu siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle). Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi kesehatan wilayah yang akan berguna dalam menetapkan permasalahan dan dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan. Selanjutnya mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada dan merumuskan beberapa masalah kesehatan utama melalui tahapan penentuan prioritas masalah di wilayah masing-masing. Tahap analisis situasi didasarkan pada kerangka konsep Hendrick L.Blum yang menyatakan bahwai terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu faktor genetika, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku masyarakat, dan faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2002). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, yang sifat interaksinya dapat saja positif atau negatif terhadap derajat kesehatan. Untuk itu, analisis situasi kesehatan pada PBL I ini mencakup aspek-aspek : a. Analisis aspek kependudukan Hasil analisis ini akan menghasilkan informasi tentang ukuran-ukuran demografi dalam suatu wilayah tertentu seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut umur, agama, mata pencaharian, pendidikan, angka kelahiran, kematian dan sejenisnya.

b. Analisis aspek program dan pelayanan kesehatanHasil analisis ini memperoleh data berkaitan dengan keberadaan sarana kesehatan, jumlah tenaga medis, cakupan layanan kesehatan, kunjungan kesehatan (visit rate), sepuluh besar penyakit, pemanfaatan bidan desa, posyandu, polindes dan sejenisnya terkait dengan keberadaan institusi kesehatan.c. Analisis perilaku masyarakatHasil analisis ini memberi gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap keberadaan program-program kesehatan seperti Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular d. Analisis faktor lingkunganAnalisis ini mencakup lingkungan fisik, biologis, dan sosial, seperti standar rumah sehat, sarana mandi, cuci, kakus (MCK) ketersediaan sarana air bersih, pembuangan limbah, pembuangan sampah, sosial ekonomi, dan lain-lain. TUJUAN PBL I1. Tujuan Instruksional UmumMahasiswa mengenal dan memiliki pengalaman belajar di masyarakat, memotret kondisi kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan maupun hal-hal yang berkaitan dengan manajemen organisasi pada unit pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada dan merumuskan beberapa masalah kesehatan utama melalui tahapan penentuan prioritas masalah di wilayah masing-masing.

2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melaksanakan PBL I diharapkan ; a. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur organisasi, tatalaksana, tugas pokok dan fungsi Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat.b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses perencanaan di tingkat puskesmas.c. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah- masalah kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan.d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ditemukan dalam bentuk rumusan masalah-masalah kesehatan yang perlu mendapatkan pemecahan lebih lanjut.e. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah kesehatan

C. Praktek Belajar Lapangan II (PBL II)Pada PBL II, mahasiswa mampu menganalisis faktor-faktor penyebab dari prioritas masalah yang ditemukan pada PBL I serta menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Analisis faktor-faktor penyebab dari prioritas masalah tersebut dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan. TUJUAN PBL II 1. Tujuan Instruksional UmumMahasiswa mampu merumuskan penyebab utama dari prioritas masalah kesehatan dan menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah2. Tujuan Instruksional Khusus a. mahasiswa mampu menganalisis faktor-faktor penyebab dari prioritas masalah yang ditemukan pada PBL I.b. Mahasiswa mampu merumuskan penyebab utama dari prioritas masalah kesehatan di wilayah tersebutc. Mahasiswa mampu menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah .

D. Praktek Belajar Lapangan III (PBL III)Pada PBL III mahasiswa mampu menetapkan dan melaksanakan alternatif pemecahan masalah kesehatan yang dipilih melalui intervensi langsung. Bentuk intervensi yang akan dilakukan dapat secara fisik maupun non fisik.

Tujuan1. Tujuan Instruksional Umummahasiswa mampu menetapkan dan melaksanakan alternatif pemecahan masalah kesehatan yang dipilih melalui intervensi langsung.2. Tujuan Instruksional Khusus1. Mahasiswa dapat menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan 2. Mahasiswa dapat melaksanakan intervensi atau kegiatan untuk memecahkan masalah kesehatan3. Mahasiswa dapat mengevaluasi intervensi yang dilakukan BAB IIPELAKSANAAN PBL A. Bentuk KegiatanPola pelaksanaan PBL mencakup beberapa kegiatan yaitu pembekalan, penyusunan proposal dan instrument kegiatan, pelaksanaan di lapangan, penyusunan laporan, seminar hasil, serta pengumpulan laporan.B. Lama Kegiatan Kegiatan PBL terbagi dalam tahap I, II, III dengan bobot masing-masing tahapan PBL adalag 2 SKS setara dengan 14 (empat belas) kali tatap muka masing-masing 100 menit sehingga total lebih kurang 23 jam, maka kegiatan dirancang dalam bentuk 8 kali tatap (11 jam) untuk pembekalan dan 3 hari efektif (12 jam) kegiatan di lapangan.C. Pembekalan Mahasiswa wajib mengikuti acara pembekalan yang dilaksanakan di FKIK Jurusan Kesmas masing-masing 100 menit. 1. Materi Pembekalan PBL I :a. Konsep PBL Ib. Kebijakan Pembangunan Kesehatanc. Pendekatan Kemasyarakatand. Analisis Situasi dan Prioritas Masalahe. Teknik Pengumpulan Dataf. Teknik Samplingg. Teknik Pembuatan Kuesioner2. Materi Pembekalan PBL II :a. Konsep PBL IIb. Desain Penelitian c. Pengembangan Kuesioner d. Analisis Datae. Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan

3. Materi Pembekalan PBL III :a. Konsep PBL IIIb. POA (Plan Of Action)c. Pemberdayaan Masyarakat d. Teknik Intervensi Kesehatan (KIE)e. Teknologi Tepat Guna f. Teknik evaluasi Program kesehatan D. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan dan kelompok tersebar di 12 (dua belas) desa pada 6 (enam) wilayah Puskesmas di Kabupaten Purbalingga :1. Puskesmas Padamaraa. Desa Karang Gambasb. Desa Karang Jambe2. Puskesmas Kalimanaha. Desa Selabayab. Desa Babakan3. Puskesmas Kaligondanga. Desa Slingab. Desa Selanegara4. Puskesmas Kemangkona. Desa Penicanb. Desa Bakulan5. Puskesmas Bojongsaria. Desa Brobotb. Desa Kajongan6. Puskesmas Bobotsaria. Desa Gandasulib. Desa Karangduren

E. Jadwal Kegiatan

NO.TANGGALKEGIATAN

1.9 dan 16 Oktober 2010Pembekalan

2.18-30 Oktober 2010Penyusunan Proposal

3.1 November 2010Pengumpulan Proposal

4.Minggu I 6&7 November 2010Minggu II 13&14 November 2010Kegiatan PBL di lapangan

5.15-27 November 2010Penyusunan laporan

6.29 November 2010Pengumpulan Laporan

7.4, 11,18 Desember 2010Seminar hasil

8.27 Desember 2009Pengumpulan laporan

BAB IIISISTIMATIKA DAN PENILAIAN

A. Sistimatika Proposal dan Laporan Baik proposal kegiatan maupun laporan PBL I ditulis dalam bahasa Indonesia baku pada kertas HVS 70 g berukuran 21.25 x 28 cm atau kuarto A4 dan dicetak menggunakan tinta hitam. Penulisan menggunakan huruf standar yaitu Times New Roman dengan font 12, pada program software MS Word. Pengetikan meggunakan jarak 2 spasi, dengan batas 4 cm dari tepi kiri, 3 cm dari tepi kanan, kiri dan bawah. Penyusunan Proposal diperlukan untuk menyusun rencana pelaksanaan PBL pada masing-masing kelompok. Proposal disusun dengan bimbingan dosen pembimbing lapangan dengan dibuktikan tanda persetujuan dosen pembimbing lapangan. Proposal yang telah disetujui dosen pembimbing dijilid kemudian diserahkan ke panitia PBL III sebanyak 3 eksemplar. Laporan yang sudah disahkan oleh Kepala Puskesmas dan Pembimbing Lapangan diserahkan ke panitia PBL III sebanyak 3 eksemplar. PBL I1. Sistimatika Penulisan Proposal :A. PendahuluanB. TujuanC. ManfaatD. Tinjauan PustakaE. Metode Pelaksanaan1. Tempat dan Waktu2. Jenis Penelitian3. Definisi Operasional4. Populasi dan Sampel5. Instrumen6. Pengumpulan data7. Analisa Data8. Penentuan Prioritas MasalahF. Jadwal KegiatanG. Daftar PustakaH. Lampiran (Kuesioner) 2. Sistimatika penulisan laporan :Halaman JudulHalaman PengesahanRingkasanKata PengantarDaftar IsiDaftar TabelDaftar GambarDaftar LampiranBAB I. PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan C. Manfaat BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB III. METODE PELAKSANAANA. Tempat dan WaktuB. Jenis dan Metode C. Definisi OperasionalD. Populasi dan SampelE InstrumenF. Pengumpulan dataG Analisa Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil (s/d Prioritas) B. Pembahasan BAB V. SIMPULAN dan SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (Kuesioner, Gambar alat, peta, dokumentasi, dll)

PBL III 1. Sistimatika penulisan Proposal :a. Judulb. Pendahuluanc. Perumusan Masalahd. Tinjauan Pustakae. Tujuanf. Manfaatg. Khalayak Sasaranh. Metode Penerapan Kegiatani. Rancangan Evaluasij. Matrik Rencana Kegiatank. Jadwall. Personalia Kegiatanm. Daftar Pustakan. Lampiran

2. Sistimatika penulisan laporan :a. Judulb. Pendahuluanc. Perumusan Masalahd. Tinjauan Pustakae. Tujuanf. Manfaatg. Khalayak Sasaranh. Metode Penerapan Kegiatani. Hasil dan pembahasanj. Matrik Hasil Kagiatank. Personalia Kegiatanl. Daftar PustakaLampiran (Gambar , alat, peta, dokumentasi, dll)

B. PENILAIAN Penilaian PBL mencakup komponen-komponen seperti pada bagan di bawah ini.

SEMINARBobot 30 %Penilai : (3)Penguji IndependenPuskesmas Pembimbing AspekMetode penyampaianPenguasaan MateriKemampuan menyampaikan pendapatDISIPLIN WAKTUBobot 10 %PenilaiPANITIAPROPOSALBobot 30 %Penilai : Pembimbing Nilai Akhir(100 %)Aspek1 .Kehadiran Pembekalan2. Kehadiran dilapangan3. Kehadiran seminarISI LAPORANBobot 30 %Penilai : (3)Penguji IndependenPuskesmas Pembimbing AspekKerjasamaKreatifitasKeaktifanAspekPenulisanCakupan Perolehan DataKeakutan DataMetode PelaksanaanHasil dan PembahsanKesimpulanKesinambungan Komponen LaporanTEAM DPL(40 %)TEAM PENGUJI(60 %)15 %Nilai Individu15 %Nilai KelompokPBL I dan II

PBL IIIPenilaian PBL III mencakup komponen-komponen seperti pada bagan di bawah ini.

PRESENSIBobot 10 %PenilaiPANITIAPROPOSALBobot 25 %Penilai : Pembimbing IndependenNilai Akhir(100 %)Aspek1 .Kehadiran Pembekalan2. Kehadiran dilapangan3. Kehadiran seminarPelaksanaanBobot 40 %Penilai : Pembimbing IndependenPuskesmasLaporanBobot 25 %Penilai : Pembimbing IndependenAspekPenulisanKesesuian bentuk intervensi dng permasalahanKetepatan kelompok sasaranEfektivitas biayaKesesuaian alat evaluasiKesinambungan antar komponenAspekBentuk IntervensiMetode IntervensiMediaPartisipasi IndividuAspekPenulisam Capaian IntervensiHasil PembahasanKesimpulan

C. Tata Tertib Tata tertib bagi mahasiswa peserta PBL :1. Mahasiswa wajib mengikuti semua tahapan pelaksanaan PBL, kecuali sakit dengan bukti keterangan dari dokter.2. Mahasiswa wajib melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.3. Mahasiswa wajib menjaga dan memelihara nama baik almamater.4. Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan organisasi yang bersifat politik praktis.5. Mahasiswa tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan yang bersifat menyinggung unsur SARA.

D. Sanksi Setiap pelanggaran akan dikenai sangsi sesuai dengan jenis pelangggaran yang akan berpengaruh terhadap perolehan nilai akhir PBL, dengan ketentuan sebagai berikut ;1. Pelanggaran ringan, akan dikenai teguran lisan dari dosen pembimbing.2. Pelanggaran menengah, akan dikenai teguran keras dengan tulisan dari pimpinan program.3. Pelanggaran berat akan dikenai sangsi penarikan dari lokasi PBL serta keikutsertaannya dalam PBL dinyatakan gugur.

BAB IVPEMBIMBING PBL

Agar pelaksanaan PBL dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, serta untuk mengantisipasi kendala-kendala yang kemungkinan akan dijumpai mahasiswa pada saat di lapangan, maka dalam pelaksanaan PBL tersebut mahasiswa akan dibantu oleh sejumlah dosen pembimbing.

A. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)Adapun tugas dosen pembimbing lapangan antara lain ;1. Melakukan koordinasi dengan tempat ataupun institusi kesehatan dimana mahasiswa melaksanakan PBL.2. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa peserta PBL berkaitan dengan teknik penyusunan laporan sesuai dengan format laporan yang telah ditentukan.3. Membantu mahasiswa berkaitan dengan teknik pelaksanaan di lapangan.4. Memberikan bimbingan dan arahan berkaitan dengan teknik pemilihan rumusan masalah, tujuan, kajian pustaka, metodologi, pembahasan, hasil, serta kesimpulan.5. Melaksanakan penilaian lapangan terhadap mahasiswa B. Dosen Pembimbing Institusi Kesehatan (DPI).Adapun tugas DPI antara lain ;1. Memberikan petunjuk teknis dan informasi berkaitan dengan masalah kesehatan dimana mahasiswa melaksanakan PBL.2. Membantu mahasiswa berkaitan dengan teknik pelaksanaan di lapangan.3. Melaksanakan penilaian lapangan terhadap mahasiswa

BAB VPENUTUP

Agar pelaksanaan PBL dapat berjalan sesuai dengan rencana maka, kepada semua mahasiswa peserta PBL diwajibkan mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal-hal yang bersangkutan dengan teknis dan peraturan lain yang belum tertuang dalam buku pedoman ini akan ditentukan kemudian.

Purwokerto, Oktober 2009 Tim PBL

DAFTAR PUSTAKA

______________, 2006. Buku Pedoman Praktek Belajar Lapangan. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Unsoed Purwokerto. ______________, 2007. Buku Pedoman Praktek Belajar Lapangan. Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed Purwokerto. Dian Ayubi, dkk. 2001. Buku Panduan Pengalaman Belajar Lapangan II. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta. Lembaga Penelitian. 2002. Panduan penulisan Usul dan Laporan Penelitian serta Artikel Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.Ngadiman, dkk. 2005. Buku Pedoman Praktek Belajar Lapangan. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Unsoed Purwokerto. Notoatmodjo, S. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. Tim Praktek Belajar lapangan. 2003. Pedoman Praktek Belajar Lapangan I. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Unsoed Purwokerto. .

Lampiran 1Materi Pembekalan PBL I :a. Konsep PBL Ib. Profil Kesehatan Banyumasc. Tugas pokok dan fungsi Puskesmasd. Pendekatan Kemasyarakatae. Analisis Situasi dan Prioritas Masalahf. Teknik Pengumpulan Datag. Teknik Samplingh. Teknik Pembuatan Kuesioner

Konsep PBL IOleh: Ketua Tim PBL

A. PengertianPraktek belajar lapangan merupakan bagian dari proses pendidikan yang berhubungan erat dengan pembinaan mahasiswa secara utuh serta pengembangan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mencermati permasalahan-permasalahan kesehatan di masyarakat. Praktek Belajar Lapangan adalah mata kuliah yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang memiliki sifat responsive, mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah untuk kemudian mencari alternatif pemecahan masalah-masalah kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu PBL merupakan bagian integral dari kurikulum pendidikan tinggi dan merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat.Hal ini bermakna bahwa status Praktek Belajar Lapangan adalah sebagai intrakurikuler wajib yang termasuk ke dalam Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKKB). Praktek Belajar Lapangan pada FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat Unsoed untuk program S1 reguler total bobot mata kuliah 6 SKS yang terbagi ke dalam PBL-I pada semester V, PBL-II pada semester VI, serta PBL-III pada semester VII, dengan masing-masing berbobot 2 SKS. Besar beban akademik ini diperoleh dari perhitungan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan PBL sebagai berikut :a. Tahap persiapan, kepada mahasiswa diwajibkan mengikuti kuliah dalam bentuk pembekalan yang berkisar antara 700 menit (tujuh kali tatap muka @ 100 menit) yang identik dengan pertemuan separoh semester (tujuh kali pertemuan).b. Tahap pelaksanaan, kepada mahasiswa diwajibkan melakukan kegiatan antara kain , penyusunan proposal, pendekatan masyarakat, pelaksanaan program, dan penulisan laporan dalam waktu enam (6) minggu.

B. Praktek Belajar Lapangan I

Praktek Belajar Lapangan I merupakan proses belajar mahasiswa pada tahap analisis situasi dan identifikasi masalah. Analisis situasi merupakan langkah awal dalam rangka proses pemecahan masalah menurut siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) seperti bagan di bawah ini.

Analisis Situasi

Evaluasi Identifikasi Masalah Monitoring Prioritas Masalah

Pelaksanaan Alternatif Kegiatan Pemecahan Masalah

Rencana Pelaksanaan

Analisis situasi dan identifikasi masalah dilakukan dengan cara pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dari masyarakat. Analisis situasi ini didasarkan pada kerangka konsep Hendrick L. Blum yang menggaris bawahi bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat yaitu factor genetika, pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat , dan factor lingkungan. Dari analisis situasi dan identifikasi data yang dilakukan diharapkan akan dapat diketemukan masalah-masalah kesehatan yang terdapat pada masyarakat tertentu. Sedangkan tahapan selanjutnya seperti penentuan prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah akan dilaksanakan manakala mahasiswa melaksanakan PBL II dan III.C. Tujuan dan Sasaran PBL ITUJUAN PBL I1. Tujuan Instruksional UmumMahasiswa mengenal dan memiliki pengalaman belajar di masyarakat, memotret kondisi kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan maupun hal-hal yang berkaitan dengan manajemen organisasi pada unit pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada dan merumuskan beberapa masalah kesehatan utama melalui tahapan penentuan prioritas masalah di wilayah masing-masing.

2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melaksanakan PBL I diharapkan ; a. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur organisasi, tatalaksana, tugas pokok dan fungsi Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat.b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses perencanaan di tingkat puskesmas.c. Mahasiswa dapat menganalisis situasi masalah- masalah kesehatan masyarakat dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan.d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ditemukan dalam bentuk rumusan masalah-masalah kesehatan yang perlu mendapatkan pemecahan lebih lanjut.e. Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah kesehatan

SASARANPraktek Belajar Lapangan I ini memiliki tiga kelompok sasaran yaitu ; mahasiswa, pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten), dan perguruan tinggi. Dimana masing-masing kelompok sasaran mempunyai kemanfaatan sebagai berikut:a. Mahasiswa Memperdalam pengertian, mengembangkan sikap responsif dan penghayatan mahasiswa terhadap permasalah-masalah kesehatan di masyarakat. b. Pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten) Memperoleh masukan dan bantuan pemikiran dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat yang berwawasan kesehatan. c. Perguruan TinggiMemperoleh umpan balik sebagai pengintegrasian mahasiswa dengan proses pembangunan kesehatan di tengah-tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang dikelola perguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan masyarakat di bidang kesehatan. D. Pelaksanaan1. PersiapanKeberhasilan pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan akan sangat ditentukan oleh kecermatan dan persiapan tim PBL sebelum mahasiswa melakukan kegiatan di lapangan. Untuk itu tahap persiapan harus dimanfaatkan sebaik mungkin yang meliputi kegiatan :a. Koordinasi internal (FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat) yang mencakup ; Penunjukkan tim pengelola PBL Konsultasi dengan pimpinan Rekapitulasi calon peserta PBL Penentuan pembimbing lapanganb. Koordinasi external (Dinas Kesehatan Kabupaten) yang mencakup ; Perijinan Permohonan lokasi PBL Penjelasan teknis Permohonan penyampaian materi pembekalan2. Pelaksanan PBL I meliputi beberapa kegiatan yaitu :a. Pembekalan teknis: diberikan kepada mahasiswa berkaitan dengan tata urutan atau langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh peserta PBL. b. Pembekalan materi: secara umum berisi tentang kemampuan dasar yang harus dimiliki berkaitan dengan penguasaan pengetahuan yang sangat terkait dan mendukung terhadap pelaksanaan PBL di lapangan. c. Observasi : mencakup observasi di Puskesmas yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pelayanan kesehatan kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas serta observasi desa dilakukan baik di kantor desa, kepada pemuka desa, tokoh masyarakat, serta masyarakat pada umumnya dalam rangka menggali informasi tentang masalah-masalah kesehatan. d. Pemilihan alat pengumpul data : tahapan ini pada dasarnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memastikan apakah alat pengumpul data (kuesioner, wawancara, observasi langsung)e. Pengambilan sampel : tahapan ini berkaitan dengan keputusan teknik pengambilan sampel yang dipilih serta jumlah sampel yang dianggap mewakili dari masyarakat sasaran. f. Pengambilan data : kegiatan ini merupakan tahapan akhir dari kegiatan PBL I di lapangan, dimana mahasiswa diharapkan memperoleh data atau informasi dari masyarakat dengan menggunakan instrument yang sudah mereka siapkan.3. Pasca Pelaksanan PBL I Setelah mahasiswa melaksanakan kegiatan analisis situasi, identifikasi masalah serta penentuan prioritas masalah, maka tahapan berikutnya adalah mahasiswa diwajibkan membuat laporan yang merupakan bahan evaluasi pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan I.

E. Penutup Keberhasilan pelaksanaan PBL I sangat ditentukan antara lain adanya kerjasama yang baik antara FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Puskesmas dan desa lokasi kegiatan. Selama kegiatan di lapangan mahasiswa dituntut mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika hidup bermasyarakat yang pada akhirnya dapat memberikan andil terhadap pembangunan masyarakat di bidang kesehatan.

Daftar Pustaka

Dian Ayubi dkk. 2001. Buku Panduan Pengalaman Belajar Lapangan II. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Univ. Indonesia. Lembaga Penelitian. 2002. Panduan penulisan Usul dan Laporan Penelitian serta Artikel Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Tim Praktek Belajar lapangan. 2003. Pedoman Praktek Belajar Lapangan I. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Unsoed Purwokerto. Tholib M. 2003. Diktat Kuliah Pembekalan KKN. Lembaga Pengabdian Masyarakat. Universitas Jenderal Soedirman.

Analisis Situasi Kesehatan Oleh : Elviera Gamelia, SKM, M.Kes

Pengertian Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan langkah awal dalam Problem Solving Cycle (Siklus Pemecahan Masalah). Dalam proses pemecahan masalah selalu dimulai dari analisis situasi. Proses pemecahan masalah diharapkan benar-benar memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Semua itu memerlukan dukungan informasi yang tepat dari proses analisis situasi.Tujuan analisis situasi adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi kesehatan di suatu daerah yang akan berguna untuk menetapkan permasalahan (identifikasi masalah). Analisa situasi juga dapat digunakan dalam rangka perencanaan program dan analisis hambatan. Dengan dilakukan analisis situasi kita dapat memotret kondisi kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah serta determinan-determinannya atau faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dapat diperkirakan secara tidak langsung derajat kesehatan masyarakat atau masalah kesehatan yang dialami masyarakat. Analisis Situasi merupakan proses pengamatan situasi kini (present condition atau the existing condition) dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dan mengumpulkan informasi atau data dari laporan-aporan atau publikasi melalui metode observasi dan wawancara. Dari data yang terkumpul perlu kita dapat mengurai masalah kesehatan masyarakat dengan pendekatan konsep : Hl. Blum, pohon masalah, faktor pelayanan kesehatan atau program masyarakat dan lingkungan.Hendrick L.Blum mengemukakan konsep tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi derajat kesehatan. Terdapat empat faktor yang mempenaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu genetika (keturunan), pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat, lingkungan. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya dengan sifat interaksi dapat positif maupun negatif terhadap derajat kesehatan. Besar kecinya pengaruh dari masing-masing faktor Hl. Blum sangat tergantung dari masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

Faktor LingkFisikBiologisSosiokulturalFaktor PerilakuSikap Gaya hidupDerajat KesehatanentalSosialFaktor Pelayanan KeshPromotifPrevenrifKuratifRehabilitatifFaktor PendudukHerediter

Gambar 1. Konsep Hl. BlumMengikuti kerangka Konsep HL. Blum, analisis situasi kesehatan selayaknya mengikuti 5 ( lima ) aspek, yaitu :

1. Analisis Derajat ( Masalah ) KesehatanSehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam arti bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).

Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur derajat kesehatan secara umum adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (moebiditas) .a. Angka Kematian /MortalitasAngka kematian merupakan indikator status kesehatan dan sekaligus juga indikator kependudukan. Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate /IMR ) Angka Kematian Ibu ( Martenal Mortality Rate/MMR ) Angka Kematian menurut Penyebab Tertentu ( Age Specific Death Rate/ASDR )Ketiga angka kematian tersebut merupakan indikator yang peka untuk menggambarkan status kesehatan dibanding dengan Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate ) atau Angka Kematian Menurut Umur ( age Spesific Death Rate ) yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan demografis.b. Angka Kesakitan /MorbiditasAngka kesakitan adalah jumlah orang yang terkena penyakit tertentu. Ada 2 macam cara yang digunakan untuk mengukur angka yaitu Angka Insidens (Incidence Rate )dan Angka Prevalens (Prevalence Rate). Angka InsidensAngka Insidens dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu. Angka PrevalensAdalah jumlah orang yang menderita penyakit tertentu dalam satu kelompok penduduk tertentu dalam suatu waktu tertentu pula. Ada 2 metode penghitungan yaitu: Point Prevalens : penghitungan jumlah orang yang menderita penyakit tertentu dalam waktu singkat . Period Prevalens : Jumlah kasus penyakit selama 1 periode tertentu2. Analisis Lingkungan KesehatanAspek lingkungan dianggap faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan yaitu lingkungan fisik, biologis dan lingkungan sosial.a. Lingkungan FisikKomponen lingkungan fisik diantaranya mencakup suhu udara, kelembaban, penyinaran matahari, kebisingan, dan lain-lain.

b. Lingkungan BiologiKomponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman penyakit, vektor, binatang ternak, dll. Indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan biologis : akses terhadap air bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah serta keberadaan vektor penyakit.c. Lingkungan Sosial-EkonomiInformasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan.Data ekonomi yang bisa digunakan: Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan perkapita, produk Domestik Refional Bruto (PDRB) per kapita, Upah Minimal Regional (UMR), Data lingkungan sosialyang dapat digunakan yaitu pranata (lembaga-lembaga) yang ada dan hidup di masyarakat seperti pengaruh lembaga adat istiadat, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan lain-lain. 3. Analisis Perilaku KesehatanAnalisis Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan konsep sehat-sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, lingkungan serta kepercayaan-kepercayaan kesehatan yang ada dimasyarakat.. Respons dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap ) maupun aktif ( tindakan nyata atau praktek ). Sedangkan stimulus :a. Perilaku terhadap sakit : bagaimana manusia berespons terhadap rasa sakit yang ada pada dirinya baik secara pasif maupun aktif. Perilaku ini dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit : Perilaku berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. Misal : PHBS, gizi seimbang, olahraga dll. Perilaku pencegahan penyakit. Misal : Imunisasi, tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, dll Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan. Misal : Usaha mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe dll).b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatanPerilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan.c. Perilaku terhadap makananPerilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dll.d Perilaku terhadap lingkungan kesehatanLingkup perilaku ini mencakup : Perilaku sehubungan dengan air bersih Perilaku berhubungan dengan pembuangan limbah Perilaku berhubungan dengan rumah yang sehat Perilaku berhubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan dapat diambil dari SUSENAS, SKRT, sumber data langsung dari masyarat, pendapat tokoh masyarakat, agama.

4. Analisis Program dan Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas kelililing, bidan desa, dokter praktek, POLINDES, posyandu. Sumber data dan informasi dapat diambil dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), Sistem Pencatatan Rumah Sakit (SP2RS), SUSENAS, SKRT, dll. Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, yaitu denagn memperhatikan komponen input-proses-output. Akan tetapi aspek proses dalam program dan pelayanan kesehatan sanat komplek dan berbeda-beda antar program maka analisis lebih ditekankan pada aspek input dan output serta peran serta masyarakat.

- Analisis inputInput adalah sub elemen- sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.Imput meliputi tenaga, dana, fasilitas dan sarana kesehatan, kebijakan, teknologi yang diterapkan.Langkah dalam analisis input : merinci secara jelas imput yang ada baik secara kuantitatif maupun kualitatifMisalkan, data sumber daya tenaga kesehatan di puskesmas X tahun Y dianalisis Kecukupan tenaga kesehatan Indikator : Rasio nakes dengan jumlah penduduk yan harus dilayaniRasio bidan dengan jumlah ibu hamil, dll-Analisis Output Upaya kesehatanDari berbagai pelaksanaan program dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai oleh program upaya kesehatan. Dalam analisis ini dibedakan Pencapaian program dan Output programPencapaian program lebih bersifat statis artinya hanya menggambarkan keadaan sampai suatu saat tertentu (misal: pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam %)Output program lebih bersifat dinamis artinya, menggambarkan berapa banyak hasil yang diprosuksi per satuan waktu (per bulan) misal. Jumlah pasien pada bulan x. Dengan mengetahui output pada diketahui pola/ trend selama setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.

- Analisis peran serta masyarakatPeran serta masyarakat seringkali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan. Kesulitan yang sering dihadapi dalam analisis peran serta masyarakat yaitu belum adanya ukuran standar peran serta masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran pada daerah lain atau waktu yang lain.Contoh dari analisis partisipasi masyarakat dalam meningktkan kegiatan posyandu, rasio kader aktif dengan jumlah balita di desa X

5. Analisis Faktor Hereditas dan kependudukanAnalisis faktor hereditas/keturunan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan biasanya sulit didapat untuk itu dapat menggunakan analisis demografi.Analisis hereditas/keturunan dapat dilakukan dengan melihat penyakit-penyakit yang terjadi dipengaruhi oleh faktor keturunan, misal : Penyakit Diabetes Mellitus.Analisis demografi penting untuk menentukan besaran masalah dan besaran target program dan analisis indikator-Indikator lainnyaJumlah balita sasaran imunisasi, sasaran PMT, dllUntuk melakukan analisis kependudukan data dan informasi yang diperlukan: Jumlah, komposisi serta struktur penduduk, pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk, informasi spesifik lainnya : jumlah bayi dan balita, ibu hamil, fertilitas, tingkat pendidikan, mata pencaharian dll. Data dapat diperoleh secara tidak langsung (sekunder) di kantor BPS dan data primer dengan wawancara menggunakan kuesioner.

METODE ANALISISAda berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang ada. Analisis situasi kesehatan selanjutnya menggunakan metode-metode epidemiologi untuk menganalisis lebih lanjut. Tujuannya untuk mengetahui epidemiologi penyakit pada kelompok masyarakat tertentu, dapat digunakan untuk penentuan prioritas masalah dan tujuan program yang akan dicapai.

Beberapa analisis sederhana yang dapat dilakukan pada ANALISIS SITUASI kesehatan adalah1. Analisis pembandinganData dari suatu indikator dibandingkan dengan standar yg berlaku umum atau dibandingkan dengan target yang harus dicapai. (Standar lokal, nasional, internasional, nilai cakupan, target dari suatu program kesehatan). Dapat pula dibandingkan dengan data yang didapat dari daerah lain2. Metode kecenderungan (trend)Analisis kecencerungan sangat berguna untuk melihat kecenderungan kejadian penyakit di suatu daerah, melihat apakah kejadian penyakit tertentu mempunyai kecenderungan siklus atau tidak serta dapat memperkirakan hubungan kejadian penyakit dengan terjadinya kasus-kasus tertentu

PENYAMPAIAN DATAPenyajian data analisa situsi dapat berupa Naratif atau deskriptif untuk data data kualitatif Tabel secara sistematik dan detail, mudah dipahami Grafik ,lebih memudahkan pembacaan dan intrepretasi data jenis : histogram, grafik garis, grafik batang, pie chart, scatter plot dll

DAFTAR PUSTAKAModul Analisis Situasi kesehatan Dati II dan sistem Informasi Kesehatan.1998. Modul Pelatihan Perencanaan Kesehatan Terpadu. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

MENETAPKAN PRIORITAS MASALAHArih Diyaning Intiasari, SKM, MPH

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).Ada beberap teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut.A. Metode Kuantitatif1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)Kriteria yang dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:a. Pentingnya masalahMakin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut: Besarnya masalah (prevalence) Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity) Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of unmeet need) Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) Suasana plitik (political climate)b. Kelayakan teknologiMakin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.c. Sumber daya yang tersediaMakin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan sarana untuk mengatasi masalah (resource ability) makin diprioritaskan masalah tersebut.

Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar. Contoh sederhana adalah sebagai berikut :

No.Daftar MasalahITRJumlah I x T x RPrioritas

PSRIDUSBPBPC

1A1423431321.729III

2B2341524211.920II

3C4252313142.880I

2. Metode DelbeqPada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan kriteria:a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait.b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang terkena masalah.d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti tersediannya kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) dan sebagainnya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)b. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot dan skor yang dipilih reratanya.c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.

Contoh sederhana metode Delbeq adalah sebagai berikut:No.Daftar MasalahKriteria Dan Bobot MaksimumJmlah SkorPrioritas

Besar masalahKegawatanBiayaKemudahan

Bobot Rata-rata8867

1A8x8 = 649x8=725x6=306x7=42208I

2B7x8=568x8=645x6=306x7=42192II

3C6x8=486x8=485x6=306x7=42168III

3. Metode Hanlon (Kuantitatif)Metode ini hampir sama dengan metode Delbeq, dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).A =Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (kecil-besar).B =Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas,kecenderungannya dari waktu ke waktu. Skor 0-10 (tidak gawat - sangat gawat).C =Efaktifitas atau kemudahan penanggulangan masalah, dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit mudah).D =PEARLBerbagai pertimbangan dalam kemungkinan pemecahan masalah. Skor 0 = tidak dan 1 = yaP =Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan/program/kegiatan instansi/organisasi terkait.E =Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi pembiayaan.A =Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat dan instansi terkait/instansi lainnya.R =Resource availability yaitu ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah (tenaga, sarana/peralatan, waktu)L =Legality yaitu dukungan aspek hukum/perundangan-undangan/peraturan terkait seperti peraturanpemerintah/juklak/juknis/protap.

Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus sebagai berikut:NPD = Nilai Prioritas dasar = (A + B) x CNPT = Nilai Prioritas Total = (A + B) x C x DPrioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut

NoDaftar masalahKriteria dan bobot maksimumPEARLNPTPrioritas Masalah

A=BesarB=KegawatanC=KemudahanNPD

1A99814411111144I

2B98813611111136II

3C87710511111105III

4. Metode Hanlon (Kualitatif) Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektor dan motivasi staf. Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara matching. Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut:a. Membuat matriks masalahb. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal dan horisontal.c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang penting.d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak total (+) horisontal.e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total (-) vertikal.f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-) vertikal.g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah. Berikut ini contoh penggunaan metode Hanlon (Kualitatif):MasalahABCDETotal Horisontal (+)

A++++4

B+-+2

C--0

D+1

E0

Total vertikal (-)00021

Total horisontal (+)42010

Total 42031

Prioritas MasalahIIIIVIIIV

5. Metode CARLMetode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:C =Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)A =Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.R =Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.L =Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x LContoh pemakain metode CARL adalah sebagai berikut:

NoDaftar MasalahCARLTotal NilaiUrutan

1A98884608I

2B88884096II

3C86772352III

6. Metode ReinkeMetode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:M =Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.I =Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.V =Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.C =Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.P =Prioritas atau pemecahan masalah.Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung dengan rumus: P = (M x V x I) : CPrioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah. Contoh penggunaan metode Reinke adalah sebagai berikut:NoDaftar MasalahMIVCTotalUrutan

1A54,65338,33I

2B54,23512,60III

3C4,643,53,220,13II

7. Metode BryantMetode Bryant juga menggunakan skoring yang didasarkan pada kriteria:P =Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah atau kelompok masyarakat yang terkena masalah.S =Seriousness atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya.C =Community concern yaitu perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi terkait terhadap masalah tersebut.M =Managebility yaitu ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode/cara)Skor masing-masing kriteria berkisar 1-5. Contoh pengunaan metode ini adalah sebagai berikut:Alternatif MasalahPSCMTotalPrioritas

A54,53,4315,9II

B53,43,1516,5I

C53,432,513,9III

B. Metode Kualitatif1. Metode Delphia. Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik pendidikan, keahlian dan pengalaman serta masing-masing peserta mempunyai data yang cukup.b. Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali kepada peserta: Kuesioner pertama: pertanyaan-pertanyaan umum Kuesioner kedua: lebih khusus Kuesioner ketiga: Khususc. Kosensus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suarad. Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi kuesioner

2. Metode Diskusi atau Brainstorming Techniquea. Pemimpin diskusi adalah fasilitator.b. Diperlukan fasilitator yang handal dan menguasai masalah.c. Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya tetapi menghindari saling kritik.d. Peserta memiliki keahlian atau kemampuan dan pengalaman yang relatif sama.e. Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.

3. Metode Brainwritinga. Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang relatif sama atau setara.b. Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik kertas dan diletakkan di atas kertas.c. Semua peserta membacanya kemudian menuliskan pendapatnya pada pada kertas-kertas yang ada. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai lengkap.d. Kertas-kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau mengurangi pendapatnya.e. Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis kemudian didiskusikan untuk dicari pendapat yang terbanyak.

Daftar Pustaka

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.Chriswardani S. Metode Penentuan Prioritas Masalah. Bahan Kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

TEKNIK PENGUMPULAN DATAOleh : Suratman, SKM.,M.Kes

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk dapat mengumpulkan data secara sistematik mengenai objek studi yang sedang dipelajari (masyarakat, objek, fenomena) dan mengenai lokasi dari objek tersebut berada.Dalam pengumpulan data harus dilakukan secara sistematik. Jika data dikumpulkan secara sembarangan, maka hal tersebut akan sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara meyakinkan.Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain:1) Menggunakan informasi yang tersedia (Using available information)2) Pengamatan (Observing)3) Wawancara (face-to-face)4) Pengisian kuesioner secara tertulis5) Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussions)6) Teknik proyeksi, pemetaan, penyekalaan

Ad.1. Menggunakan Informasi yang Tersedia (Using available information)Biasanya terdapat berbagai data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain meskipun mungkin data tersebut belum dianalisa atau dipublikasikan. Mengetahui sumber data dan memperoleh informasi adalah awal yang baik dalam usaha pengumpulan data.Sebagai contoh, analisis informasi yang secara rutin dikumpulkan oleh fasilitas kesehatan dapat menjadi sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah dalam intervensi-intervensi tertentu atau dalam pendistribusian obat atau untuk mengidentifikasi peningkatan angka Insidens pada penyakit tertentu.Menganalisis data sistem informasi kesehatan, data sensus, laporan-laporan yang tidak dipublikasikan serta publikasi di perpustakaan atau kantor-kantor pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan atau yang berhubungan dengan kesehatan dapat juga merupakan studi itu sendiri. Penggunaan informan-informan kunci (key informants) merupakan teknik lainnya yang juga cukup penting untuk meningkatkan akses terhadap informasi yang tersedia. Informan ini berasal dari pemimpin masyarakat, staf kesehatan pada berbagai tingkatan serta satu atau dua orang yang merupakan anggota kelompok target. Mereka dapat dilibatkan dalam berbagai tahap penelitian, dari mulai tahap pernyataan masalah sampai analisis data dan pengembangan rekomendasi. Sumber data lain yang tersedia misalnya surat kabar dan riwayat kasus yang dipublikasikan.Untuk mendapatkan data dari sumber-sumber yang tersedia, peneliti harus mendesain instrument penelitian seperti checklist. Keuntungan menggunakan data yang sudah tersedia adalah murah. Bagaimanapun kadang-kadang juga sulit untuk meningkatkan akses pada hasil pencatatan dan pelaporan dan data mungkin tidak selalu lengkap dan cukup tepat ataupun tidak terorganisasi dengan baik.

Ad.2. Pengamatan (Observing)Pengamatan adalah teknik yang secara sistematik melibatkan pemilihan, penglihatan, dan pencatatan perilaku dan karakteristik makhluk hidup, objek, atau fenomena.Pengamatan terhadap perilaku manusia merupakan teknik pengumpulan data yang banyak dilakukan. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, antara lain: Observasi partisipasi (participant observation): pengamat mengambil bagian dalam situasi yang sedang diamati (misalnya untuk mengetahui apakah petugas puskesmas mengikuti prosedur dalam mendiagnosa pasien yang diduga mengidap penyakit Tb, maka peneliti berperan sebagai pasien yang akan mengamati setiap prosedur yang dilakukan tanpa diketahui oleh petugas puskesmas tersebut) Observasi bukan partisipasi (Non participant observation): pengamat melihat situasi secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tetapi tidak melibatkan diri dalam situasi yang sedang diamati, hanya melakukan pengamatan saja.Observasi dapat memberikan informasi tambahan mengenai perilaku seseorang dan lebih akurat daripada wawancara atau kuesioner. Teknik observasi ini dapat mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara khususnya mengenai hal yang bersifat sensitif seperti alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang atau stigmatisasi terhadap suatu penyakit.Jika teknik observasi ini dibuat menggunakan skala yang telah ditentukan, maka disebut sebagai pengukuran (measurements). Pengukuran biasanya menggunakan alat tambahan. Misalnya, dalam surveilans gizi, mengukur berat dan tinggi menggunakan skala berat dan papan pengukuran atau menggunakan thermometer untuk mengukur suhu tubuh.

Ad.3. Wawancara (Interviewing)Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan pertanyaan secara lisan terhadap responden baik secara individu atau sebagai kelompok.Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan selama wawancara dapat direkam melalui pengisian kuesioner (baik secara langsung saat wawancara atau diisi segera setelah wawancara selesai dilakukan) atau menggunakan tape-recording atau bisa juga menggunakan kombinasi dari keduanya.Wawancara dapat dilaksanakan dengan berbagai derajat fleksibilitas, yaitu derajat fleksibilitas yang tinggi dan derajat fleksibilitas yang rendah. Derajat fleksibilitas yang tinggiMisalnya: ketika mempelajari isu-isu yang bersifat sensitif seperti kehamilan pada remaja dan aborsi, peneliti menggunakan daftar topik daripada pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti. Sebagai contoh, memasukkan pertanyaan mengenai bagaimana remaja memulai hubungan seksual, tanggung jawab remaja putri dan pasangannya untuk mencegah kehamilan, serta tindakan-tindakan yang diambil ketika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Peneliti harus mempunyai daftar topik tambahan yang sudah disiapkan ketika responden diam saja tidak mau menjawab (ketika bertanya mengenai metode-metode aborsi yang digunakan, siapa yang membuat keputusan, siapa yang membayar). Metode yang tidak terstruktur ini dapat digunakan saat wawancara terhadap individu ataupun terhadap kelompok informan kunci.Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada teknik ini disebut Panduan Wawancara. Derajat fleksibilitas yang rendahMetode wawancara dengan derajat fleksibilitas yang rendah sangat berguna pada saat peneliti secara relatif mengetahui jawaban-jawaban yang diharapkan atau ketika jumlah responden yang diwawancarai relatif besar. Kuesioner digunakan dengan daftar pertanyaan yang sudah terstruktur menggunakan urutan sesuai standar yang membutuhkan jawaban yang sudah ditentukan serta berupa kategori.Misalnya: Setelah melakukan pengamatan terhadap perilaku yang higienis pada kelompok ibu-ibu yang mengambil air dari sumur serta hasil wawancara terhadap beberapa orang informan mengenai pemanfaatan dan pemeliharaan sumur, maka dilakukan survei mengenai penggunaan air dan kepuasan terhadap kuantitas dan kualitas air.

Ad.4. Pengisian Kuesioner secara Tertulis (Administering written questionnaires)Kuesioner tertulis adalah alat pengumpul data di mana pertanyaan tertulis disajikan dan harus dijawab oleh responden dengan mengisi formulir isian yang sudah disediakan.Kuesioner tertulis dapat dikelola dengan cara: Mengirim kuesioner melalui surat dengan perintah isian yang jelas dalam menjawab setiap pertanyaan dan meminta responden untuk mengirim kembali kuesioner yang sudah terisi melalui jasa pos; Mengumpulkan semua atau sebagian responden dalam satu tempat dan satu waktu, memberi perintah secara lisan atau tertulis dan mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner; Kuesioner diantar langsung kepada responden dan dikumpulkan kembali pada waktu berikutnya jika sudah diisi lengkap.Bentuk pertanyaan kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka (open-ended) maupun pertanyaan tertutup (closed-ended) dengan kategori.

Ad.5. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion)Diskusi Kelompok Terarah merupakan diskusi kelompok dengan diikuti oleh sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh fasilitator dan selama diskusi setiap orang dapat berbicara secara bebas dan spontan mengenai topik tertentu.Diskusi Kelompok Terarah adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai konsep, persepsi, dan ide-ide dari kelompok diskusi. Kegiatan Diskusi Kelompok Terarah lebih dari sekedar interaksi tanya-jawab. Teknik Diskusi Kelompok Terarah dapat digunakan untuk:1. Memfokuskan penelitian dan mengembangkan hipotesis penelitian yang relevan melalui eksplorasi masalah secara mendalam yang akan diteliti penyebab-penyebabnya.Misalnya: Kepala dinas kesehatan telah mengumumkan bahwa di sana terdapat jumlah yang tidak wajar kasus gizi buruk (malnutrition) pada kelompok balita pada salah satu wilayah kerjanya. Oleh karena kepala dinas kesehatan tersebut mempunyai sedikit ide mengenai mengapa terjadi kasus gizi buruk di wilayahnya, maka beliau memutuskan untuk mengadakan tiga kegiatan diskusi kelompok terarah (pertama dengan para pemimpin masyarakat, kedua dengan ibu-ibu yang ada di wilayah terkena kasus gizi buruk, dan ketiga dengan petugas kesehatan yang ada di wilayah terkena kasus gizi buruk). Kepala dinas ini berharap dapat mengidentifikasi penyebab-penyebab potensial atas masalah yang terjadi melalui diskusi kelompok terarah serta kemudian mengembangkan studi yang lebih intensif jika diperlukan.2. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk survei dengan skala yang besar dan terstruktur.Misalnya: Dalam perencanaan suatu studi mengenai Insidens penyakit diare pada anak-anak dan praktek pemberian makan, hasil diskusi kelompok terarah menunjukkan bahwa pada kelompok penelitian ditemukan anak di bawah satu tahun tidak dianggap menderita diare tetapi hanya proses untuk berjalan yang dihubungkan dengan tanda seperti duduk, merangkak, dan tumbuh gigi.3. Membantu untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah yang tidak diharapkan dalam intervensi.Misalnya: Pada suatu Kabupaten X, pekan imunisasi nasional menunjukkan perbedaan rentang cakupan imunisasi per desa cukup lebar (50-90%) dan pada sejumlah desa terdapat penurunan angka cakupan dibandingkan dengan tahun lalu. Sebanyak delapan kegiatan diskusi kelompok terarah diadakan terhadap ibu-ibu, dua FGD diadakan di kota, tiga FGD diadakan di desa yang mengalami penurunan angka cakupan dan tiga FGD diadakan di desa yang mengalami angka cakupan imunisasi. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa kampanye secara massa memperkuat kekebalan anak melawan berbagai penyakit pada anak, termasuk malaria dan Infeksi Saluran Pernafasan. Pada desa yang memiliki angka cakupan imunisasi yang rendah terdapat Insidens penyakit malaria yang tinggi segera setelah kampanye imunisasi dilakukan sebelumnya dan beberapa anak meninggal. Oleh karena hal tersebut, ibu-ibu percaya bahwa kampanye imunisasi tidak berguna.4. Mengembangkan pesan yang sesuai untuk program pendidikan kesehatan dan kemudian mengevaluasi pesan-pesan tersebut untuk kejelasanMisalnya: Klinik kesehatan di daerah pedesaan ingin mengembangkan program pendidikan kesehatan yang difokuskan pada penghentian masalah-masalah yang sering dihadapi oleh ibu-ibu di sekitar pedesaan. FGD dapat digunakan untuk mengeksplorasi konsep lokal yang relevan sebaik untuk menguji konsep ketika pengembangan pesan. Pesan sebaiknya dikembangkan dan diuji dalam kelompok ibu-ibu dengan sosial ekonomi yang berbeda.

Ad.6. Teknik Proyeksi (Projective Techniques)Ketika peneliti menggunakan teknik proyeksi, peneliti meminta informan untuk member respon terhadap beberapa jenis rangsangan visual atau verbal. Misalnya: Informan diminta untuk menggambarkan persepsinya pada gambaran atau onset sakit.

Contoh lain: Peneliti meminta informan untuk melengkapi kalimat seperti: Jika saya mengetahui bahwa tetangga saya mengidap penyakit TB, saya akan .; Jika istri saya mengusulkan bahwa saya menggunakan kondom, saya akan .;Teknik ini dapat dengan mudah dikombinasikan dengan wawancara semi terstruktur atau kuesioner tertulis. Teknik ini juga sangat berguna dalam FGD untuk mendapatkan pendapat seseorang atas isu-isu yang sensitif.

Ad.7. Pemetaan (Mapping) dan Penyekalaan (Scaling)Pemetaan adalah teknik yang penting untuk secara visual menyajikan hubungan dan sumber daya.Misalnya: Dalam proyek penyediaan air bersih, pemetaan ini sangat berguna. Teknik ini bisa menyajikan lokasi sumur, jarak antara rumah dengan sumur, atau sistem pengairan lainnya yang akan member kepada peneliti cara pandang yang baik mengenai kondisi fisik dan membantu untuk menandai hubungan yang tidak teridentifikasi.Penyekalaan adalah teknik yang mengijinkan para peneliti melalui respondennya untuk mengkategorisasi variabel-variabel tertentu.Misalnya: Peneliti meminta informan untuk membawa jenis-jenis obat herbal tertentu dan meminta mereka untuk menyusunnya menurut kegunaannya. Informant kemudian diminta untuk menjelaskan logika dari rangking tersebut.Pemetaan dan penyekalaan digunakan sebagai teknik participatory dalam penilaian cepat atau analisis situasi.

Perbedaan antar teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data

Teknik Pengumpulan DataAlat Pengumpulan Data

Penggunaan informasi yang tersediaChecklist, formulir kompilasi data

PengamatanMata dan indera lainnya, ballpoint/kertas, jam, timbangan, mikroskop, dsb

Wawancara Panduan wawancara, checklist, kuesioner, tape-recorder

Pengisian kuesioner tertulisKuesioner

Keuntungan dan kerugian berbagai teknik pengumpulan data

TeknikKeuntunganKeterbatasan

Penggunaan informasi yang tersediaMurah karena data tersedia.Dapat membuat trend dari masa laluData tidak selalu dengan mudah dapat diakses.Isu-isu etik mengenai kerahasiaan meningkat.Informasi mungkin tidak tepat atau tidak lengkap.

PengamatanMemberikan informasi yang lebih detail.Mengumpulkan informasi berdasarkan fakta yang tidak disebutkan dalam wawancara.Menguji reliabilitas kuesionerIsu-isu etik mengenai kerahasiaan meningkat.Bias pengamat mungkin terjadi.Kehadiran pengumpul data dapat mempengaruhi situasi yang diamati.Diperlukan pelatihan terhadap asisten peneliti.

TeknikKeuntunganKeterbatasan

WawancaraCocok digunakan untuk kelompok yang tidak buta huruf maupun yang buta huruf.Dapat mengklarifikasi pertanyaan.Mempunyai nilai respon yang tinggi dibanding kuesioner tertulis. Kehadiran pewawancara dapat mempengaruhi respon.Laporan kejadian mungkin kurang lengkap daripada informasi yang diperoleh melalui observasi

Wawancara dengan derajat fleksibilitas yang tinggiPengumpulan informasi secara mendalam dan mengeksplorasi berbagai hal spontan dari respondenPewawancara mungkin secara tidak sengaja mempengaruhi responden. Analisis data dengan pertanyaan terbuka lebih sulit dan memakan banyak waktu.

Wawancara dengan derajat fleksibilitas yang rendahMudah untuk dianalisis.Informasi yang penting mungkin terlewatkan karena keterangan spontan oleh responden biasanya tidak tercatat atau tereksplorasi.

Pengisian kuesioner secara tertulisTidak mahal.Tanpa identitas dan mungkin menghasilkan jawaban yang lebih jujur.Tidak memerlukan asisten peneliti.Menghilangkan bias yang disebabkan perbedaan phrase antar respondenTidak dapat digunakan pada kelompok responden yang buta huruf.Sering memperoleh respon yang rendah.Pertanyaan mungkin tidak dimengerti.

Metode participatory dan proyeksiMemberikan data yang kaya dan mempunyai dampak positif bagi pengetahuan dan skill peneliti dan informanMemerlukan pelatihan ekstra bagi peneliti.

Daftar Pustaka

Abramson JH (1990, 4th ed.) Survey Methods in Community Medicine. London: Churchill-Livingstone. (In particular Chapter 6) Moser CA, Kalton G (1989, 2nd ed.) Survey Methods in Social Investigation. Hants, UK: Gower Publishing Company. (In particular Chapters 10-13)

Patton MQ (1990, 2nd ed.) Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park, USA: Sage Publications. (In particular Chapters 17-29)

Pretty JN, Guyt I, Thompson J, Scones I (1995) Participatory Learning & Action. A Trainers Guide. London: International Institute for Environment and Development (IIED) (In particular Chapters 4 and 5 on semi-structured interviewing, diagramming, ranking and scoring)

TEHNIK SAMPLINGSetiyowati Rahardjo, SKM., MKM

A. PENDAHULUANA.1. Pengertian DasarPopulasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi juga diartikan keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil penelitian akan berlaku. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Populasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu populasi sasaran (target populasi) dan populasi studi. Populasi sasaran yaitu kumpulan dari satuan atau unit yang ingin dibuat inferensi atau generalisasinya. Populasi studi adalah kumpulan dari satuan atau unit dimana kita mengambil sampel. Populasi studi merupakan sebagian dari populasi target. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang rata-rata jumlah konsumsi alkohol perminggu dikota A oleh anak remaja usia 5 sampai 17 tahun, maka yang menjadi target populasi adalah semua anak remaja yang berusia 15 sampai 17 tahun yang ada di kota A, dan populasi studi adalah sekelompok anak remaja yang dipilih dari sebuah sekolah tertentu yang ada dikota A.

A.2. Kegunaan SampelDalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan dan kedokteran meliputi bidang yang sangat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan penelitian tidak hanya dapat dilakukan terhadap unit atau sub bidang tertentu saja. Oleh karena itu agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dan dengan biaya murah, peneliti dapat melakukan pengambilan sampel terhadap objek yang diteliti.

Kegunaan sampling di dalam penelitian antara lain :1. Menghemat biaya,waktu, dan tenaga2. Mempercepat pelaksanaan penelitian3. Memperluas ruang lingkup penelitian4. Memperoleh hasil yang lebih akurat5. Memudahkan dalam pengolahan data, analisis data dan penyajiannya

A.3. Prosedur Pengambilan Sampel Langkah langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan penelitian2. Menetukan populasi penelitian 3. Menentukan jenis data yang diperlukan 4. Menentukan teknik sampling5. Menentukan besarnya sampel6. Menentukan unit sampel yang diperlukan7. Memilih sampel

B. TEHNIK SAMPLINGPada dasarnya ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu :1. Random Sampling / Probability Sampling : Pengambilan sampel secara acak2. Non Random Sampling : Pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

B.1. PENGAMBILAN SAMPEL SECARA ACAK (Random Sampling)Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan beberapa metode :1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling)2. Pengambilan sampel acak sistematis (Systematic Random Sampling)3. Pengambilan sampel acak stratifikasi (Stratified Random Sampling)4. Pengambilan sampel acak rancangan klaster (Cluster Random Sampling)5. Pengambilan sampel acak rancangan bertingkat (Multistage Random Sampling)

1. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA (Simple Random Sampling)Pengambilan sampel acak sederhana adalah pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besar sampel yang diinginkan berbeda-beda, maka besar kesempatan bagi tiap unit penelitian untuk terpilih sebagai sampel juga berbeda-beda. Misalnya besar populasi adalah N dan besar sampel yang diinginkan adalah n, maka besar kesempatan bagi tiap unit penelitian untuk terpilih dalam sampel adalah n/N

Metode Pengambilan SampelMetode pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1) Dengan mengundi unit-unit penelitian dalam populasiPenggunaan cara ini tidak praktis apabila populasinya besar2) Menggunakan tabel random Tentukan populasi studi, lalu buat kerangka sampling Dari kerangka sampling ditarik sebagai sampel sejumlah unit penelitian dengan menggunakan tabel random Cara penggunaan tabel random adalah sebagai berikut. Misalnya, dari populasi (N) yang besarnya 500, akan dipilih 50 satuan elementer sebagai sampel (n). Bilangan 500 terdiri dari tiga digit. Terlebih dahulu dibuat kerangka sampling, dimana tiap satuan elementer diberi nomor 001 sampai 500. Kemudian dengan tabel random kita memilih 50 satuan yang akan diteliti dengan nomor yang terdiri dari tiga digit antara 001 sampai 500. Karena angka-angka dalam tabel ini disusun secara acak, maka pemakai tabel dapat mulai melihatnya dari baris dan kolom mana saja. Di samping itu, ia dapat mengikutinya ke arah mana saja dengan ketentuan arah harus konsisten darimanapun arah itu dimulai dan tiap nomor tidak boleh berulang.

3) Menggunakan komputer

Keuntungan SRSMetode ini merupakan metode yang paling sederhana dan mudah untuk dimengerti

Kelemahan SRS Harus tersedia daftar kerangka sampling (sampling frame). Sifat individu harus homogen. Individu yang terpilih mungkin sangat tersebar. Ini mengakibatkan kunjungan kepada tiap individu yang terpilih mungkin merupakan proses yang sangat banyak makan waktu dan mahal.2. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SISTEMATIS (Systematic Random Sampling)Pengambilan sampel acak sistematis adalah suatu metode pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.A. Metode Pengambilan Sampel Cara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut : Tentukan dahulu interval sampel (k), yang merupakan hasil bagi jumlah satuan elementer populasi dibagi besar sampel (N/n). Unsur pertama dari sampel lalu dipilih secara acak di antara satuan elementer bernomor urut i dan k dari populasi. Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan , yaitu :Unsur pertama= sUnsur kedua = s + kUnsur ketiga= s + 2kUnsur keempat= s + 3k, dan seterusnyaContoh : Andaikan satuan-satuan elementer dalam satuan populasi berjumlah 50, yang diberi nomor urut 1 sampai 50, dan besar sampel yang akan diambil 10, maka k = 50/10 = 5.Unsur pertama dari sampel harus dipilih secara acak di antara satuan satuan elementer nomor 1 dan 5.Andaikan yang terpilih sebagai unsur pertama adalah nomor 3, maka unsur-unsur lainnya dari sampel adalah satuan-satuan nomor 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43 dan 48. B.Keuntungan : Cara ini relatif mudah melakukannya Dengan menggunakan pengambilan sampel acak sistematis, unit penelitian yang terpilih cenderung lebih tersebar dalam keseluruhan populasi dan oleh karena itu mungkin lebih mewakili daripada pengambilan sampel acak sederhana Membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengambilan sampel acak sederhana

C. Kelemahan Setiap unit penelitian tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel. Oleh karena itu populasi (N) harus besar sehingga pengambilan sampel mendekati acak lagi Populasi harus bersifat homogen Bila terdapat suatu kecenderungan tertentu maka metode ini menjadi kurang sesuai. Misalkan untuk memilih sampel hari dengan k=7, karena sampel akan selalu jatuh pada hari yang sama.

3. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK STRATIFIKASI (Stratified Random Sampling)Pengambilan sampel acak stratifikasi adalah suatu metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah tuntas, dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara acak. Pembuatan strata dilakukan untuk menghomogenkan populasi. Elemen dalam strata dibuat sehomogen mungkin sedang variasi antar strata dibuat seheterogen mungkin.

Pengambilan sampel acak stratifikasi dapat dilakukan dengan 2 cara : Pengambilan sampel acak stratifikasi sederhana (Simple stratified random sampling), bila jumlah unit penelitian dalam strata kurang lebih sama. Pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling), bila jumlah unit penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan metode pengambilan sampel acak stratifikasi ini, yaitu :a. Harus ada kriteria yang jelas yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ini dalam lapisan-lapisan. Yang dapat dijadikan kriteria untuk pembagian itu ialah variabel-variabel yang menurut peneliti mempunyai hubungan yang erat dengan variabel-variabel yang hendak diteliti. Misalnya tingkat penghasilan petani erat hubungannya dengan luas tanah yang diusahakan. Jadi, dalam penelitian mengenai tingkat penghasilan petani, populasi dapat distratifikasikan dalam lapisan-lapisan dengan menggunakan luas tanah yang diusahakan sebagai kriteriab. Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasic. Harus diketahui dengan tepat jumlah unit penelitian dari tiap strata dalam populasi itu.Metode Pengambilan SampelCara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut Membagi populasi menurut strata yang akan diteliti dan merupakan sub populasinya yang bersifat homogen. Penentuan strata berdasarkan keterangan-keterangan statistik yang objektif dan subjektivitas si peneliti. Membuat kerangka sampling untuk setiap subpopulasi Selanjutnya pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak sederhana atau acak proporsionalKeuntungan Memberikan presisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengambilan sampel acak sederhana dengan besar sampel yang sama Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili Kemungkinan bagi peneliti untuk meneliti hubungan atau membandingkan antara satu strata dengan strata yang lain

KelemahanPengambilan sampel tidak lebih murah dan lebih murah daripada pengambilan sampel acak sederhana karena rangka yg terperinci harus disusun untuk setiap strata sebelum pengambilan sampelCONTOH : Penelitian ingin mengetahui faktor faktor apa yang berhubungan dengan penerimaan terhadap program KB pada masyarakat daerah X yang terdiri berbagai suku.

Daerah X

Jawa, sunda, madura, Batak Jawa Batak, Sunda, madura Jawa Sunda Batak Madura Jawa Sunda Batak Madura Jawa Sunda Batak

Stratifikasi

Jawa Jawa JawaJawaSundaSundaSundaSundaBatakBatakBatakBatakMaduraMaduraMaduraMadurajawaSundaBatakMadura4. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK RANCANGAN KLASTER (Cluster Random Sampling)Pengambilan sampel acak rancangan klaster adalah metode pengambilan sampel yang menggunakan suatu rangka yang terdiri dari klaster-klaster. Klaster dapat didefinisikan sebagai tiap unit pengambilan sampel yang dapat dihubungkan dengan satu atau lebih unit pendaftaran. Satuan ini dapat bersifat geografis atau bersifat sementara. Berbeda dengan metode pengambilan sampel acak stratifikasi, elemen dalam klaster dibuat seheterogen mungkin, sedangkan antar klaster dibuat sehomogen mungkin.

Metode Pengambilan SampelPengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara :a. Membagi daerah penelitian ke dalam klaster-klaster (misalnya : desa, RW, RT, dsb), kemudian susunlah daftar klaster. b. Tetapkanlah jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar jumlah subjek atau kesatuan analisis sampel yang dikehendakic. Pilihlah klaster sampel dengan cara random murni atau sistematikd. Identifikasi seluruh individu yang termasuk subjek analisis penelitian dalam semua klaster yang terpilih sebagai sampelKeuntungan Tidak diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh populasi, cukup untuk klaster yang terpilih saja sehingga biaya dan waktu yang diperlukan lebih sedikit. Metode ini lebih murah dan mudah dilakukan untuk survei pada manusia. Maka metode ini sangat sering digunakan dalam penelitian survei walaupun menghasilkan estimasi parameter dengan presisi yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel acak stratifikasi dan sampel acak sederhanaKelemahanSangat sulit untuk menghitung standar error.5. PENGAMBILAN SAMPEL ACAK RANCANGAN BERTINGKAT (Multistage Random Sampling)Pengambilan sampel acak rancangan bertingkat adalah metode pengambilan sampel dengan menggabungkan dua atau lebih metode pengambilan sampel sekaligus. Ada kalanya daerah populasi penelitian begitu besar sehingga metode klaster langsung (pembagian klaster yang meliputi daerah yang kecil) terlalu sulit. Untuk itu, dilakukan pemilihan klaster secara bertingkat. Misalnya, daerah populasi meliputi satu propinsi, sementara klaster yang dikehendaki tingkat desa. Maka dari propinsi tersebut dipilih secara random beberapa kabupaten, dan dari kabupaten yang terpilih, dipilih pula secara random beberapa kecamatan dan seterusnya sehingga didapatkan sejumlah klaster sampel tingkat desa yang dikehendaki.A. Metode Pengambilan SampelCara penggunaan metode ini adalah sebagai berikut : Membagi daerah penelitian (populasi) yang sangat luas ke dalam klaster-klaster melalui beberapa tingkatan sampai terpilih klaster sampel Buat daftar subjek dari semua klaster yang terpilih sebagai klaster sampel Pilihlah subjek sampel dari daftar subjek tersebut, sebanyak yang dikehendaki dengan menggunakan teknik acakB. KeuntunganTidak diperlukannya daftar kerangka sampling dari unit elementer untuk seluruh populasi .

C. KelemahanMetode ini tidak sering digunakan karena analisanya sangat sulit, sehingga dalam praktek sulit untuk menentukan berapa sampel yang harus diambil, baik mulai tahap pertama maupun sampai tahap akhir.B.2. PENGAMBILAN SAMPEL TIDAK ACAK (Non Random Sampling)

1. Accidental Sampling (Pengambilan sampel seadanya). Pemilihan sampel dengan metode ini dilakukan seadanya berdasarkan kemudahannya mendapatkan data yang diperlukan pada sampling. 2. Quota sampling (Pengambilan Sampel Berjatah). Hampir sama dengan pengambilan sampel seadanya tetapi sangat tergantung pada peneliti dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya3. Judgement Sampling. Memilih sampel dengan cara memakai proses seleksi bersyarat.4. Purposive Sampling. Sering disebut sampel bertujuan, dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertetnu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan,dimana peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus depenuhi, yaitu:a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects)c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

5. Panel Sampling. Merupakan sampel semi permanen yang dipilih untuk keperluan suatu studi yang berkelanjutan. Panel sampel sangat bermanfaat dan menguntungkan, karena data yang telah dikumpulkan dapat dipergunakan berulang kali.

C. PENENTUAN BESAR SAMPEL Perhitungan besar sampel pada rancangan acak sederhana secara umum adalah sebagai berikut : 1. Untuk populasi terbatas ( N = jumlah populasi diketahui ) Z2 1-/2 P (1-P) N n = ----------------------------- d2 (N-1) + Z2 1-/2 P (1-P)2. Untuk populasi tidak diketahui Z2 1-/2 .P(1-P) n = ------------------------ d2n = besar sampeld = presisi mutlakz = z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaanP = proporsi penelitian sebelumnya (jika tidak diketahui gunakan 0,5)N = jumlah populasi

Panduan praktis untuk merencanakan metode pengambilan sampel

Tetapkan populasi penelitianTetapkan unit analisisApakah suatu daftar subjek dapat diperoleh ?Dapatkah disusun daftar subjek baru dengan informasi yang ada ?tidakdapatApakah dapat dilakukan stratifikasi (penggolongan) subjek penelitian ?tidakdapatBuatlah klaster dengan ukuran sekecil dan sesama mungkinPilihlah klaster sampel secara acakTersedia atau dapatkah disusun daftar dan jumlah subjek pada tiap klaster sampelGunakan MetodePengambilan Sampel Acak Rancangan KlastertidakGunakan Metode Pengambilan Sampel Acak Rancangan BertingkatdapatGunakan Metode Pengambilan Sampel Acak Sederhana / SistematistidakApakah tujuan penelitian terutama untuk perbandingan (studi komparasi) Apakah jumlah subjek dalam tiap stratum sama banyak ?Gunakan Metode Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi SederhanaGunakanMetodePengambilanSampelAcak StratifikasiSederhanaGunakanMetodePengambilanSampelAcakStratifikasiProporsionaltidaksama

TEKNIK PEMBUATAN KUESIONERSri Nurlela, SKM., M.Kes

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk :a) Memperoleh informasi yg relevan dengan tujuan survey b) Memperoleh informasi yg reliabilitas dan validitas tinggi.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus berkaitan dengan hipotesis dan tujuan penelitian.

Kuesioner merupakan instrumen didalam teknik komunikasi tidak langsung. Kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah sejumlah pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh responden. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.Titik tolah teknis pembuatan kuesioner adalah variabel dalam survey. Variabel harus jelas dan relevan. Tiap pertanyaan dimaksudkan untuk dipakai dalam analisis. Perlu ditanyakan dalam hati : Apakah pertanyaan tersebut diperlukan ? Apakah pertanyaan tersebut relevan ? Bagaimana jawaban atas pertanyaan tsb dalam tabulasi ?Bila sudah ada kuesioner yang terdahulu dan relevan, bisa digunakan lagi tetapi dengan syarat harus didiskusikan dulu dengan peneliti sebelumnya apa kekurangannya, dan menyarankan untuk menambah atau bahkan menghilangkan pertanyaan.Isi Pertanyaan1. Pertanyaan tentang faktaContoh : umur, pendidikan, agama, status perkawinan.2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap Ini menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu.3. Pertanyaan tentang informasiPertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya.4. Pertanyaan tentang persepsi diriResponden menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang orang lain.Beberapa Cara Pemakaian Kuesioner :1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tata muka dengan responden2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok3. Wawancara melalui telepon4. Kuesioner diposkan

Jenis Pertanyaan1. Pertanyaan terbukaKemungkinan jawaban tidak ditentukan lebih dahulu. Setiap pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden. Jawaban bebas maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan dan lain-lain mengenai segala sesuatu yang ditanyakan pada setiap item. Uraian jawaban tersebut diserahkan sepenuhnya pada responden, sehingga mungkin saja panjang dan mungkin saja pendek.Jawaban tersebut tidak mustahil menyimpang atau tidak seluruhnya berkenan dengan maksud pertanyaan, sehingga sangat tergantung dengan kemampuan responden menangkap maksud atau menafsirkannya.Contoh :Menurut pendapat ibu apakah masalah paling penting yang melatarbelakangi terjadinya Diare pada anak Balita ?2. Pertanyaan tertutupKemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden dalam memberikan jawaban diminta untuk memilih jawaban yang paling tepat diantara alternatif-alternatif yang sudah disediakan.Alternatif-alternatif jawaban itu biasanya ditempatkan dibagian bawah setiap pertanyaan. Kecenderungan untuk membuat lembaran jawaban tersendiri atau terpisah, dianjurkan untuk dihindari karena dapat membingungkan.Dilihat dari struktur jawaban yang disediakan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk :a. Bentuk dua alternatif ( Force Choice Item )Jawaban hanya terdiri dari dua alternatif yang harus dipilih salah satu diantaranya.Contoh :Apakah ada pelayanan kesehatan di daerah setempat ?1. Ya2. Tidakb. Bentuk pilihan ganda ( Multiple Choice Item )Setiap pertanyaan diikuti dengan lebih dari dua alternatif jawaban yang harus dipilih responden. Alternatif jawaban mungkin tiga, empat atau lima dan seterusnya. Perumusannya dapat dibedakan sebagai berikut : Kuesioner yang jawabannya dihubungkan dengan skala nilai.Contoh :Apakah pendapat ibu tentang imunisasi ?1. Setuju2. Ragu-ragu3. Tidak setuju

Kuesioner yang jawabannya berupa uraian singkatPada setiap pertanyaan disediakan alternatif jawaban lebih dari dua dalam bentuk uraian-uraian singkat.Contoh :Apa alasan ibu menimbangkan anak di Posyandu ?1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan berat badan anak2. Karena anjuran Kader3. Karena anjuran tokoh masyarakat4. Untuk berkumpul dengan teman-teman 3.Kombinasi tertutup dan terbukaJawaban sudah ditent