Buku Panduan - STP Trisakti

177

Transcript of Buku Panduan - STP Trisakti

Page 1: Buku Panduan - STP Trisakti
Page 2: Buku Panduan - STP Trisakti

Buku PanduanPemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan

PenyusunWisnu Bawa TarunajayaDiana SimanjuntakBudi SetiawanLia AfrizaSanti PalupiVitria ArianiM. Husen Hutagalung

EditorBudi SetiawanLia AfrizaDiana Simanjuntak

Diterbitkan olehDirektorat Pengembangan SDM Pariwisata Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Dan Ekonomi KreatifDeputi Bidang Sumber Daya Dan Kelembagaan Gedung FilmJl. Letjen MT. Haryono Kav.47-48 Jakarta Selatan 12770

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Page 3: Buku Panduan - STP Trisakti

SAMBUTAN

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan melalui Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kepariwisataan di Indo-nesia bersama-sama dengan deputi lainnya, apalagi di tenagh pandemic covid 19 yang saat ini masih belum mereda. Dan salah satu tugas

pokoknya adalah dalam pengembangan desa wisata melalui peningkatan kualitas SDM pengelola dan masyarakat di desa wisata serta mensinergikannya melalui perguruan tinggi teru-tama yang memiliki program studi pariwisata. Buku Panduan ini dirancang untuk dapat digunakan para pemangku kepentingan khususnya para akademisi dari pergu-ruan tinggi, master trainer, trainer dan Pihak terkait lainnya da-lam upaya pengembangan desa wisata berbasis pendampingan melalui perguruan tinggi. Dengan menggunakan buku panduan ini, diharapkan dap-at mempersiapkan SDM dan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pendampingan desa wisata sehingga akan mampu meningkatkan kualitas pengelolaan pariwisata yang dimulai dari desa wisata.

Jakarta, Juni 2020

Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya, S.E., M.M

i

Page 4: Buku Panduan - STP Trisakti

KATA PENGANTAR

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, Buku Panduan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan dapat disele-saikan dengan baik. Buku ini dibuat untuk dapat digunakan sebagai panduan teknis oleh para master trainer, trainer dan pendamping desa wisata yang ada di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indone-sia yang telah berkomitmen memberdayakan masyarakat desa wisata berbasis pendampingan melalaui kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi berupa Pengabdian kepada Masyarakat dan Penelitian dosen dan mahasiwanya. Diharapkan buku panduan ini akan memudahkan para pendamping desa wisata dalam memahami dan mentransfer hakekat pendampingan, pengelolaan desa wisata, sadar wisata new normal, CHS (clean, health, safety), dan Pengembangan Pro-duk Desa Wisata. Dan pada bagian lampiran buku ini juga dise-diakan berbagai lembar isian untuk memudahkan pendamping desa wisata melakukan berbagai kegiatan dari awal hingga akh-ir pendampingan. Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun buku, editor dan semua pihak terkait yang berkontribusi dalam peny-usunan buku ini.

Jakarta, Juni 2020

Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya, SE, MM

ii

Page 5: Buku Panduan - STP Trisakti

DAFTAR ISI HALAMANSAMBUTAN DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA DAN KELEMBAGAAN ............................................................................ iKATA PENGANTAR ................................................................................ iiDAFTAR ISI ............................................................................................. iiiDAFTAR TABEL ...................................................................................... ivDAFTAR GAMBAR ................................................................................. vDAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii BAB I KERJASAMA KEMENPAREKRAF, KEMENDES PDTT, DAN PERGURUAN TINGGI .............................. 1BAB II PROGRAM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA WISATA ............................................................... 11BAB III PROPOSAL DAN PELAPORAN ................................... 40BAB IV RPP DAN APRESIASI PROGRAM PENDAMPINGAN ......................................................... 51BAB V DESA WISATA ............................................................... 65BAB VI CHE, SADAR WISATA, DAN PELAYANAN PRIMA ............................................................................ 96BAB VII PENGEMBANGAN PRODUK PARIWISATA (EXPLORING, PACKAGING, PRESENTATION) ......... 123

PENUTUP ............................................................................................... 151DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 152LAMPIRAN ............................................................................................ 162

iii

Page 6: Buku Panduan - STP Trisakti

DAFTAR TABEL

Tabel Nomor Halaman3.1 Contoh Tabel Materi, Waktu dan Narasumber ............... 443.2 Contoh Rundown Acara Pelatihan ..................................... 453.3 Contoh Renacana Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi ................................................................... 463.4 Contoh Rencana Peserta Pelatihan .................................. 485.1 Kriteria Penilaian Desa Wisata ........................................... 73

iv

Page 7: Buku Panduan - STP Trisakti

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor Halaman2.1 Strategi Pendampingan ....................................................... 142.2 Peran Pendamping ................................................................ 152.3 Prinsip Pendampingan ......................................................... 172.4 Proses pelaksanaan pendampingan perguruan tinggi di desa wisata ............................................................ 212.5 Pengorganisasian pelatihan ............................................. 292.6 Dale’s Cone of Experience .................................................. 343.1 Contoh Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan ...................................................................... 433.2 Roadmap Program Pendampingan .................................. 473.3 Roadmap PT ........................................................................... 485.1 Peran dan Fungsi Pariwisata menurut UNWTO ........... 665.2 Pentahelix .............................................................................. 715.3 Tahapan Pengembangan Desa Wisata ........................... 725.4 Skema Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan ..................................................................... 795.5 Skema Pengembangan Desa Wisata ............................... 885.6 Logo Lembaga di Desa Wisata .......................................... 885.7 Contoh struktur organisasi pengelola desa ................. 895.8 Contoh Struktur Organisasi Pokdarwis ......................... 905.9 Struktur Organisasi BUMDes ............................................ 915.10 Struktur Organisasi Koperasi ........................................... 915.11 Contoh Struktur Organisasi Karang Taruna ................. 927.1 Level Product ......................................................................... 1237.2 Desa Wisata sebagai Ekosistem ....................................... 1277.3 Self Exploration .................................................................... 1307.4 Framework for Community Leadership ......................... 1317.5 Product Exploration ............................................................. 1347.6 Model Travis ........................................................................... 1357.7 Kemasan Produk Dodol ....................................................... 138

Page 8: Buku Panduan - STP Trisakti

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor Halaman7.8 Pia Legong, Bali ..................................................................... 1397.9 Desa Wisata Pujon Kidul, Malang ..................................... 1407.10 Kemasan Botol untuk Jamu ............................................... 1417.11 Presentation Mix .................................................................. 1427.12 Breksi, Yogyakarta ............................................................... 1437.13 Desa Wisata Panglipuran ................................................... 1447.14 Keramahan SDM Desa Wisata ........................................... 1457.15 AktifitasWisatawanMancanegara................................. 1467.16 InfluencingCapacity ........................................................... 148

vi

Page 9: Buku Panduan - STP Trisakti

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Nomor Halaman1 Lembar Coaching Desa Wisata ........................................ 1622 Lembar Pendampingan Pengelolaan Homestay ......... 1633 Data Peserta Pelatihan ...................................................... 1664 Daftar Hadir Peserta Dalam Pelatihan .......................... 167

vii

Page 10: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB IKERJASAMA KEMENPAREKRAF DENGAN KEMENDES

PDTT DAN PERGURUAN TINGGI

A. Latar Belakang Pertumbuhan industri pariwisata akan berdampak ke-pada pertumbuhan industri lainnya, karena industri pari-wisata memiliki karakter multiplier effect yang sangat be-sar, disamping itu juga industri pariwisata yang pro job, pro poor, pro growth dan pro people. Setiap provinsi di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan industri pariwisatanya dengan menambah nilai dari produk unggulan menjadi produk pariwisata, seperti keindahan alam, perta-nian, pertambangan, gunung, sungai dan seterusnya. Nilai tambah yang dimaksud adalah bagaimana agar wisman dan wisnus ketika menikmati (what to see) daya tarik dapat den-gan mudah, aman, dan nyaman ? bagaimana wisman dengan nyaman, dan aman ikut berpartisipasi atau terlibat melaku-kan aktivitas bersama dengan masyarakat ? bagaimana wis-man pulang dapat membawa souvenir atau membeli sesua-tu di destinasi dengan mudah dan nyaman ? dan bagaimana wisman berkunjung ke destinasi dapat belajar sesuatu yang tidak pernah mereka temui di negaranya? sehingga wisman mendapatkan pengalaman yang mengesankan di destinasi. Semua hal tersebut dapat dicapai jika masyarakat di desti-nasi mengerti dan memahami pentingnya jika pariwisata berkembang di daerahnya, dampak ekonomi yang ditimbul-kannya, kesempatan kerja yang ditimbulkannya sehingga dengan demikian masyarakat mau dan dapat berpartisipa-si langsung atau tidak langsung dalam pengembangan pari-wisata di daerah.

1

Page 11: Buku Panduan - STP Trisakti

Salah satu program yang dikembangkan oleh Kemen-parekraf dalam mempercepat laju perekonomian di sek-tor pariwisata yang tidak hanya berorientasi di lingkungan perkotaan tetapi juga di pedesaan, adalah program pember-dayaan masyarakat berbasis pendampingan yang dilaku-kan melalui kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi. Kemenparekraf mengembangkan program pendampingan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan juga dengan Ke-mendes PDTT. Kerjasama ini dilakukan dengan mengguna-kan anggaran masing masing sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan di lapangan. Program kerja sama sudah dilakukan sejak tahun 2019 yang diikuti oleh sebanyak 55 perguruan tinggi dan sekarang tahun 2020 diikuti oleh sebanyak 109 Perguruan Tinggi yang menyebar di seluruh provinsi di In-donesia. Program pendampingan tahun ini bukan saja hanya pada tataran pemahaman dasar tentanng sadar wisata dan desa wisata, tetapi juga memberikan materi-materi pariwisa-ta yang kekinian terkait dengan new normal pariwisata, yai-tu Cleanliness, Healthy dan Safety di desa wisata, pengem-bangan produk pariwisata di desa wisata berupa exploring, packaging dan presentation. Sehingga kreatifitasmasyar-akat desa melakukan pembaruan- pembaruan dengan tetap memiliki keunikan, ciri khas berbasis kearifan lokal. Pada masa pemberdayaan masyarakat berbasis pen-dampingan, maka dosen dan mahasiswa dan dosen akan menjadi pendamping masyarakat pada masa tertentu den-gan materi, metode dan model yang sama, dengan harapan pemberdayaan masyarakat antardesa wisata relatif sama. Untuk memudahkan pelaksanaannya, Kemeparekraf menye-diakan fasilitas berupa, materi pelatihan lengkap, buku pan-duan, buku saku, modul gerakan sadar wisata, dan modul pengembangan potensi produk pariwisata.

2

Page 12: Buku Panduan - STP Trisakti

B. Pentingnya Kerjasama Antarlembaga dalam Pember-dayaan Masyarakat Desa Wisata. Dari tahun ke tahun semakin dirasakan perlunya pen-dekatan yang strategis dan efektif dalam pemberdayaan masyarakat desa wisata, sehingga tahun 2019 Kemenpar merasa perlu melakukan pendekatan baru dalam memper-cepat perubahan yang lebih baik bagi masyarakat yaitu pendekatan pendampingan dengan program pendampingan diharapkan masyarakat desa supaya mampu mewujudkan desanya menjadi desa wisata. Diharapkan program pen-dampingan masyarakat desa, akan terbangun kekuatan yang dapat membantu dan mempercepat langkah mereka menjadi dinamis dan sinergis. Faktor pendorong sehingga kerjasama ini perlu dilakukan adalah: besarnya jumlah SDM yang harus diberdayakan, perlu keseragaman/standar pro-gram, keseragaman materi, dan metode pemberdayaan yang tepat, memerlukan waktu relatif lama keterbatasan Kemen-parekraf menjangkau masyarakat yang banyak dan tersebar di seluruh nusantara. Sementara perguruan tinggi memiliki program Pengabdian kepada Masyarakat melalui program KKN mahasiswa, dosen secara mandiri atau bermitra dengan perusahaan-perusahaan. Bahkan momen ini dapat dilakukan menjadi kesempatan melakukan penelitian. Kerjasama ini merupakan simbiosis mutualisme bagi semua pihak karena perguruan tinggi mendapat kemanfaatan dengan memili-ki program kegiatan pengabdian masyarakat yang kongkrit di desa-desa wisata dan juga manfaat bagi Kemenparekraf dan Kemendes PDTT sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan pariwisata di berbagai desa, bahkan keman-faatan dari program PkM ini, bisa dimanfaatkan sebagai me-dia pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa. Sehingga kemanfaatan program PkM juga bisa dikembangkan menam-bah Tridarma untuk bidang penelitian dosen dan mahasiswa.

3

Page 13: Buku Panduan - STP Trisakti

Untuk itu Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata mel-akukan suatu terobosan baru dengan cara menggandeng berbagai pihak terutama Kemendes PDTT dan Perguruan Tinggi dalam mewujudkan desa wisata yang berkembang se-cara terus-menerus sehingga percepatan masyarakat desa yang maju dan mandiri dapat tercapai secara kuantitas dan kualitas. Mengingat Kemendes PDTT mempunyai program pengembangan masyarakat desa dalam hal sarana dan pras-arana desa, Perguruan Tinggi juga memiliki program Peng-abdian kepada Masyarakat (PkM) yang dapat diarahkan ke desa-desa wisata, maka keinginan pemerintah untuk mem-percepat pemberdayaan masyarakat desa wisata yang memi-liki karakteristik tersendiri dan memiliki potensi ekonomi cukup besar. Diharapkan semua perguruan tinggi yang mel-akukan PkM dengan Kemenparekraf mempunyai pedoman yang sama karena model, materi/RPP dan metode pember-dayaan masyarakat secara seragam dan berstandar, maka perubahan masyarakat desa wisata juga relatif sama, walau-pun potensi dan budaya masyarakat desa berbeda-beda. Program kerja sama ini merupakan perwujudan dari Pen-taheliks pembangunan pariwisata, yaitu: Kemanparekraf tidak dapat bekerja sendiri tetapi perlu menjalin sinergi dengan lembaga lain, yaitu Perguruan Tinggi sebagai kon-septor dan pelaksana lapangan, bersama dengan Kemendes PDTT dari unsur pemerintah sebagai regulator, dinamisator, fasilitator dan motivator, Pelaku Bisnis sebagai mitra profe-sional, Media sebagai promosi dan publikasi serta Masyar-akat desa wisat sebagai subyek.

4

Page 14: Buku Panduan - STP Trisakti

C. Manfaat Kerja Sama 1. Manfaat bagi Perguruan Tinggi

a. InstitusiKegiatan kerjasama ini akan diwujudkan dalam pen-dampingan masyarakat di desa wisata yang waktu pelaksanaannya relatif lama,dapat digunakan sebagai ajang promosi perguruan tinggi yang bersangkutan dalam program tersebut . Selain itu naskah MoU ber-skala nasional dan mempunyai angka kredit tertentu terhadap institusi Perguruan Tinggi. Mendapat fasil-itasi penyelenggaraan pelatihan sehari bagi masyar-akat desa wisata yang biayanya ditanggung sepenuh-nya oleh Kemenparekraf. Perguruan tinggi juga mendapat hard copy dan soft copy dari semua materi pelatihan yang disediakan Kemenparekraf. Perguruan tinggi yang masuk dalam 10 besar sebagai pendamping terbaik akan mendapat hadiah dan peng-hargaan.

Gambar 1.1 Sinergi Antar Lembaga dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata

5

Page 15: Buku Panduan - STP Trisakti

b. DosenBagi dosen Perguruan tinggi yang mengikuti TOT yang diselenggarakan Kemenparekraf akan mendapat sertifikat Trainer, ketika melaku-kan pelatihan internal kepada dosen dan maha-siswa,mendapatsertifikatnarasumber.Sedangkankepada pembimbing mendapat sertifikat pen-damping dan kepada narasumber dalam pelatihan diberi sertifikatnarasumberdariKemenparekraf.Selain itu dosen perguruan tinggi memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untk melakukan penelitian. Hasil PkM dan penelitiannya dapat dis-alurkan ke jurnal mitra Kemenparekraf.

c. MahasiswaMahasiswa yang mengikuti program pendampin-ganakanmandapat2 (dua)sertifikat,yaituserti-fikatpesertapelatihanpendampingandansebagaipendamping desa wisata. Momen ini juga bisa di-gunakan sambil melakukan penelitian sehingga memudahkannya untuk melanjutkan penulisan skripsinya.

2. Manfaat bagi KemenparBerkat banyaknya perguruan tinggi yang mau bersin-erji dengan Kemenparekraf, pasti akan meningkatkan kinerjanya secara kuantitas dan kualitas.

3. Manfaat bagi Kemendes PDTTSebagai fasilitator desa , maka akan banyak desa yang bisa ditingkatkan sarana dan prasarananya yang akan memudahkanaktifitasdesawisata.

4. Manfaat bagi Masyarakat Dengan adanya program ini, maka percepatan pem-berdayaan masyarakat desa wisata akan terwujud se-hingga kompetensi Sumber Daaya Manusianya akan meningkat. Sehingga makin percaya diri dalam mengelola desa wisatanya.

6

Page 16: Buku Panduan - STP Trisakti

D. Peran dan Fungsi KemenparekrafAda beberapa tahapan yang dilakukan Kemenparekraf da-lam menyiapkan program kerja sama antarlembaga, yaitu:1. Menyiapkan Master Trainer

Untuk menyiapkan trainer baru di perguruan tinggi, maka harus ada master trainer yang melakukan persiapan buku panduan, buku saku, pengembangan RPP/materi, metode model dan penyempurnaan-penyempurnaan pelaksan-aan program pendampingan.

2. Menyiapkan Trainer Perguruan TinggiTrainer di setiap perguruan tinggi harus disiapkan set-iap tahun dan diwajibkan mengikuti pelatihan untuk up-dating knowledge yang nantinya diteruskan dalam pem-bekalan dosen pembimbing dan mahasiswa.

3. Fasilitasi Pelatihan Masyarakat desa WisataMenyelenggarakan pelatihan sehari bagi masyarakat desa wisata, dengan seluruh biaya penyelenggaraannya ditanggung oleh Kemenparekraf.

4. Menyelenggarakan Lomba Pendampingan Masyarakat Desa Wisata

Untuk mendorong semangat perguruan tinggi melakukan pendampingan, maka, program pendampingan ini dilom-bakandanyangmenangmendapatkanhadiah,sertifikat-nya bagi perguruan tingginya sedangkan hadiah berupa uang diberikan kepada desa dampingannya.

5. Menyelenggarakan Malam Apresiasi dan Pemberian Award

Malam apresiasi diselenggarakan sebagai momen penga-nugerahan award bagi pemenang, namun dalam undan-gannya semua perguruan tinggi mitra diundang untuk mendapatsertifikatpenghargaansebagaimitraKemen-parekraf.

7

Page 17: Buku Panduan - STP Trisakti

6. Membantu Menyalurkan tulisan jurnal penelitian atau PkM Dosen Pendamping

Hasil PkM dan penelitian dosen pendamping akan yang akan dibuat menjadi jurnal, akan dibantu penyalurannya ke beberapa jurnal mitra Kemenparekraf

7. Melakukan monitoring pendampingan Perguruan Tinggi Program pendampingan Perguruan tinggi akan dimonitor oleh Master trainer yang ditugasi oleh Kemenparekraf, tujuannya adalah untuk melihat perkembangan pember-dayaan di desa wisata.

8. Menyelenggarakan penjurian dan visitasi Laporan akhir program pendampingan akan menjadi ba-gian penting dalam penjurian, selanjutnya perguruan tinggi yang masuk dalam kategori 20 besar akan divisita-si untuk penentuan akhir penilaian lomba untuk 5 (lima) pemenang.

9. Menyediakanberbagaimacamsertifikatdalamberbagai kegiatan seperti diuraikan di atas ( Institusi, dosen, mahasiswa)

Semua kegiatan terkait dengan program pendampingan sebagai wujud MoU akan diberi sertifikat oleh kemen-parekraf.

Gambar 1.2 Peran dan Fungsi Kemenparekraf dalam MoUAntarlembaga

8

Page 18: Buku Panduan - STP Trisakti

E. Mekanisme dan Tindak Lanjut Kerja sama Mekanisme kerjasma antarlembaga, ditempuh dengan beberapa tahapan, yaitu: Sosialisasi MoU ke berbagai per-guruan tinggi yang bersedia bekerja sama dengan keme-parekraf dalam melakukan PkM berbasis pendampingan. Se-lanjutnya perguruan tinggi diminta unruk membuat proposal sebagai pertimbangan untuk dilanjutkan pada tahap MoU. Penandatanganan MoU dilakukan secara kolektif dengan seluruh mitra perguruan tinggi dan Kemendes PDTT. Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan TOT dosen perguruan tinggi di beberapa provinsi. Kemenparekraf menjadwalkan waktu fasilitasi pelatihan masyarakat desa wisata. Setelah berse-lang satu bulan dilakukan monitoring untuk memastikan bahwa semua perguruan tinggi sudah berjalan dengan baik. Pada waktu pendampingan selesai, perguruan tinggi mem-buat laporan pendampingan dengan mengikuti format yang sudah ditentukan. Laporan yang dikirim menjadi data utama dan pertama yang dinilai. Setelah itu dipilih 20 besar untuk divisitasi dan memastikan 5 (lima) besar sebagai pemenang Perguruan Tinggi Pendamping Terbaik. Secara keseluruhan digambarkan sebagai berikut:

9

Page 19: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 1.3 Mekanisme dan Tindak Lanjut Kerja Sama

Demikian kerja sama antar lembaga tahun ini menja-di tantangan bagi kita semua di tengah musibah pandemi Covid-19 yang melumpuhkan bisnis pariwisata, namun kita semua harus tetap bersemangat menghadapinya, karena hal ini adalah realitas yang harus dihadapi. Semoga semua mitra Perguruan Tinggi, Masyarakat, Ke-mendes PDTT, Media, Master Trainer, Trainer dan semua pi-hak yang membantu dapat bergandengan tangan untuk memajukan pariwisata Indonesia dengan spirit Thoughtfull Indonesia.

10

Page 20: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB IIPROGRAM PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA WISATA

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pendampingan Pemberdayaan masyarakat desa berbasis pendampingan sedang populer saat ini, pendekatan ini banyak digunakan dalam program pengabdian kepada masyarakat (PkM), baik yang dilakukan secara mandiri oleh perguruan tinggi mau-pun oleh CSR perusahaan tertentu. Pendampingan dirasakan efektif karena relasi pendamping dengan masyarakat san-gat dekat, durasi waktu pendampingan relatif lama, materi pelatihan beorientasi pada kebutuhan masyarakat dan ting-kat partisipasi maasyarakat di dalam pendampingan tinggi, materi dan target pemberdayaan lebih terencana. Banyak pendapat tentang pemahaman dasar pendampin-gan, hal ini terkait dari sudut pandang dan pengalaman para ahli merumuskannya. Suharto (2006) mengatakan, bahwa pendampingan merupakan strategi yang sangat menen-tukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Payne dalam Suharto (2006) mengatakan bahwa pendampin-gan merupakan strategi yang lebih mengutamakan “making the best of the client’s resources”. Peraturan Men-teri PDTT no 3 tahun 2015 menyatakan bahawa Pendampin-gan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pem-berdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa. Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan kegiatan yang diya-kini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan secara optimal kepada masyarakat miskin. Perlunya pendampin-gan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan.

11

Page 21: Buku Panduan - STP Trisakti

Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping mempo-sisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi in-formasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator. Ada juga yang menyebutnya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh fasilitator atau pendamping masyar-akat dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat secara dekat dan intensif. Yayasan Pulih (2011) mengatakan bahwa dalam pemahaman psikologi, pendampingan diar-tikan sebagai upaya terus menerus dan sistematis dalam mendampingi atau memfasilitasi individu, kelompok mau-pun komunitas, dalam mengatasi permasalahan atau kesu-litan, sehingga mereka dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai perubahan hidup yang lebih baik. Dikatakan pula bahwa pendampingan itu proses interaksi timbal balik, antara pendamping dengan yang didampinginya yang bertu-juan mengembangkan sumber daya dan potensi orang yang didampingi sehingga terdorong untuk mandiri. Dengan demikian, pendekatan yang tepat dalam pem-berdayaan masyarakat desa saat ini adalah pendekatan pendampingan, dimana pendamping dan masyarakat desa secara bersama-sama meningkatkan kapasitas masyarakat, peran masyarakat diarahkan secara optimal untuk memban-gun kemandirian dan percepatan mencapai tujuan pengem-bangan masyarakat desa.

B. Strategi Kegiatan PendampinganStrategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat desa wisata terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1. Mendengarkan Diperlukan kesediaan pendamping untuk mendengar- kan permasalahan, gagasan dan pemikiran, kecenderun- gan - kecenderungan, dan praduga dari masyarakat desa wisata yang didampingi.

12

Page 22: Buku Panduan - STP Trisakti

2. Meningkatkan motivasi. Pendamping hendaknya berupaya secara terus menerus meningkatkan motivasi masyarakat agar aktif dan memiliki semangat tinggi dalam mencapai keberhasilan.3. Menyesuaikan diri dengan masyarakat. Pendamping hendaknya menyesuaikan diri dengan komunitas masyarakat yang didampinginya dari berbagai latar belakang (agama, budaya, ekonomi, sosial, dan lain-lain). 4. Berkomunikasi secara efektif. Pendamping harus mengembangkan komunikasi yang efektif dengan masyarakat yang didampingi agar terjalin relasi yang bai, sehingga mudah melakukan pendekatan kepada masyarakat. 5. Mengidentifikasipotensimasyarakat. Pendamping perlu mencari, menggali, dan mendayagu- nakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman masing - masing;6. Mengembangkan kemampuan masyarakat. Pendamping perlu mengembangkan kemampuan para anggota komunitas kelompok belajar masyarakat; 7. Mengembangkan karakter Pendamping dapat mengembangkan semangat eksperimentasi dan eksplorasi dalam usaha memecah- kan semua masalah yang dihadapi para anggota komunitas kelompok belajar masyarakat; 8. Meningkatkan kompetensi masyarakat Pendamping hendaknya mampu meningkatkan kompetensi masyarakat dalam memberikan pendampi- ngan, sehingga dengan peningkatan kompetensi mereka dapat menambah penghasilannya kelak.

13

Page 23: Buku Panduan - STP Trisakti

Secara keseluruhan strategi pendampingan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Strategi Pendampingan

C. Fungsi dan Peran Pendamping dalam MasyarakatFungsi dan peran pendamping dalam pengembangan SDM desa wisata meliputi: 1. Menjalankan dan menciptakan kegiatan yang men dorong peserta pendampingan mau belajar mandiri secara berkelanjutan. 2. Membantu melakukan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses kemandirian mereka.3. Menciptakan kegiatan yang membangun kemandirian.4. Merupakan sistem kegiatan yang mengikuti tindakan kelompok masyarakat 5. Sebagai pemersatu apabila dari komunitas saling bertentanganataukonflik.6. Sebagai narasumber jika masyarakat desa wisata mengalami hambatan

14

Page 24: Buku Panduan - STP Trisakti

Peran pendamping masyarakat adalah sebagai pendor-ong, pemberi semangat masyarakat, sebagai komunika-tor yang dapat mempersuasi, membujuk mendekati se-cara menyenangkan dan setara. Sebagai pendidik, mampu mengembangkan potensi menjadi kekuatan masyarakat, juga mampu mengevaluasi, mengawasi dan mefasilitasi apa yang diperlukan masyarakat yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Peran Pendamping

D. Prinsip PendampinganMenurut Jazuli ( 2018), prinsip pendampingan masyarakat sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat di-dasarkan atas prinsip – prinsip sebagai berikut: 1. Kesetaraan Pendamping memposisikan diri sejajar dengan kelompok yang didampingi dan berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat.2. Menjaga dan melestarikan nilai kearifan lokal Pemahaman dan upaya pelestarian terhadap kearifan lokal merupakan hal penting dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga desanya tetap mempunyai keuni- kan dan karekter yang khas dibandingkan dengan desa atau daerah lain.

Masyarakat Desa Wisata

15

Page 25: Buku Panduan - STP Trisakti

3. BerkelompokSebagai komunitas yang berada di desa, masyarakat harus membangun secara berkelompok dan bergotong royong dengan azas, silih asih, siih asah dan silih asuh. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan mas-yarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antara kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, men-ingkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi.

4. KeberlanjutanSeluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan diori-entasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelan-jutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan ke-giatan yang memiliki potensi berlanjut di kemudian hari.

5. KemandirianKemandirian menjadi hal yang penting untuk dikembang-kan dalam diri masyarakat, mereka harus diberi ruang dan waktu untuk banyak peran dalam aktivitas pember-dayaan dayaan masyarakat. Mereka diberi motivasi un-tuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mere-ka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.

6. Kesatuan Keluarga. Masyarakat yang didampingi harus digerakkan secara keseluruhan dari anggota keluarga untuk bersama-sa-ma bertumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarganya merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

16

Page 26: Buku Panduan - STP Trisakti

7. Belajar Menemukan SendiriKelompok dalam masyarakat harus didorong untuk tum-buh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemamp-uan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembang-kan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.

Gambar 2.3 Prinsip Pendampingan

E. Dosen dan Mahasiswa Pendamping Dosen dan mahasiswa pendamping adalah, dosen dan mahasiswa yang ditugasi oleh pergururn tinggi sebagai tin-dak lanjut MoU dengan Kemenparekraf. Diusulkan beberapa persyaratan untuk menjadi pertimbangan bagi perguruan tinggi untuk menunjuk dosen dan mahasiswanya untuk pen-damping desa wisata.

17

Page 27: Buku Panduan - STP Trisakti

Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab pendamping desa wisata sebagai motivator, edukator, fasilitator, super-visor, evaluator, dan komunikator maka pendamping desa hendaknya memenuhi persyaratan berikut: 1. Kriteria Dosen Pendamping a. Memiliki jabatan fungsional, minimal asisten ahli b. Pernah membimbing KKN, PKL atau magang c. Tim dosen pendamping setiap perguruan tinggi terdiri dari 5 orang yang memiliki kemampuan pariwisata umum dan khusus di bidang Destinasi dan Desa Wisata, Akomodasi, Pengolahan dan Penyajian Makanan, Usaha Wisata dan Friendly Tour Operator, serta IT Pariwisata. d. Mampu menyusun proposal, monev dan pelaporan pendampingan e. Memiliki interpersonal comunication skill yang baik f. Memiliki kemampuan presentasi yag baik g. Bersedia berbaur dengan masyarakat desa h. Mendapat surat tugas dari perguruan tinggi-nya. i. Bersedia mengikuti TOT yang diselenggarakan Kemenprekraf secara penuh.2. Kriteria Mahasiswa a. Mahasiswa semester akhir atau mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah KKN b. Memiliki pengetahuan tentang kepariwisataan dan desa wisata atau pengetahuan tentang Destinasi dan Desa Wisata, Akomodasi, Pengolahan dan Penyajian Makanan, Usaha Wisata dan Friendly Tour Operator, serta IT Pariwisata. c. Memiliki kemampuan interpersonal comunication skill d. Memiliki kemapuan presentasi e. Bersedia berbaur dengan masyarakat desa f. Mendapat surat tugas dari perguruan tinggi-nya g. Wajib mengikuti program TOT internal yang diselenggarakan perguruan tingginya.

18

Page 28: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Pelatihan Dosen dan Mahasiswa a. Dosen Dosen yang sudah diseleksi oleh perguruan tingginya, diwajibkan mengikuti pelatihan/TOT Pendampin- gan Desa Wisata yang diselenggarakan Kemen- parekraf di provinsi. Dosen tersebut akan mendapat sertifikatTrainerPendampingandesawisata.dan selanjutnya akan menjadi narasumber untuk melakukan pelatihan internal di perguruan tingginya. Jika ada dosen selain yang sudah mengikuti TOT Kemenparekraf, yang mengikuti pembekalan/TOT internal, kepada dosen tersebut juga diberi diberi sertifikatdariKemenparekraf. b. Mahasiswa Mahasiswa yang sudah ditentukan oleh perguruan tingginya untuk menjadi peserta KKN/pendamping desa wisata, diwajibkan mengikuti pembekalan/ TOT yang diselenggarakan oleh perguruan tingginya masing-masing. Kepada mahasiswa yang mengikuti program pembekalan/ TOT internal perguruan tinggi tersebutdiberisertifikatdariKemenparekraf.

F. Roadmap Pendampingan Terdapat 8 tahapan atau langkah yang akan dilakukan da-lam mewujudkan program pendampingan masyarakat desa wisata yang akan dilakukan Kemenparekraf dan perguruan tinggi pada tahun 2020, yaitu: 1. Sosialisasi Program Kerjasama ke Perguruan Tinggi Kemenpar melakukan sosialisasi/ pengenalan program pendampingan desa wisata kepada perguruan tinggi sebagai mitra Kemenparekraf dalam pembangunan pariwisata indonesia.

19

Page 29: Buku Panduan - STP Trisakti

2. Kesediaan Perguruan Tinggi Perguruan tinggi yang sudah bersedia menjadi mitra mengirimkan surat kesediaan, baik kesediaan untuk bekerjasama, kesediaan memberikan materi PkM, lokus PkM dan waktu PkMnya. 3. Penandatanganan MoU Perguruan Tinggi. Penandatanganan MoU Kemenpar dan perguruan tinggi dalam Program Pedampingan masyarakat desa wisata ini akan dilakukan secara kolektif, yang dihadiri oleh menteri bersama-sama dengan pimpinan perguruan tinggi. 4. Membuat Proposal Perguruan Tinggi wajib membuat proposal PkM nya, sesuai dengan materi yang telah disampaikan dan mengikuti format yang disedikan Kemenpar.5. TOT Dosen Pendamping Setelah MoU dilakukan, kemenpararekraf menyeleng- garakan program TOT kepada dosen pendamping yang telah diseleksi perguruan tingginya di provinsi tempat perguruan tinggi berdomisili. 6. Pelaksanaan PkM Berbasis Pendampingan Ada beberapa tahapan yang diakukan perguruan tinggi dalam pendampingan desa wisata, yaitu: Persiapan, dilakukan pada saat membuat proposal meliputi kegiatan: pendekatan/ perkenalan dengan desa wisata melalui jalur formal atau nonformal, mendiskusikan kesediaan mereka akan desa wisata tersebut sebagai lokus PkM perguruan tinggi dan melakukan survey awal sebagai data awal untuk pembuatan proposal. Selanjutnya jika kerjasama denganKemenparekrafsudahdefinitifdandosenserta mahasiswa sudah waktunya turun ke desa maka dilaku- kan sosialisasi program terlebih dahulu, sehingga masyarakat mengatur waktu, peserta dan tempat pelatihan masyarakat,

20

Page 30: Buku Panduan - STP Trisakti

baik yang dilakukan secara mandiri oleh perguruan tinggi maupun sebagai fasilitasi dari Kemenparekraf. Setelah itu dilanjutkan dengan supervisi atau monitoring untuk meli-hat perkembangan kompetensi masyarakat setelah program pelatihan berlangsung. Jika pada masa supervisi ini terdapat masalah yang perlu dilatih ulang atau cukup dengan coach-ing, maka dosen dan mahasiswa pendamping melakukannya. Ada pula yang menyebut supervisi dengan monev walaupun hal ini berbeda, karena dalam program monev pada umum-nya hanya membandingkan target-target dengan capaian, sedangkan dalam supervisi pendampingan termasuk men-gatasi masalah-masalah bersama masyarakat selama masa pendampingan secara keseluruhan. Namun demikian ditarg-etkan supervisi atau monev ini harus dilakukan minimal 3 kali selama program pendampingan setelah pelatihan dilakukan.

Gambar 2.4 Proses pelaksanaan pendampingan perguruan tinggi di desa wisata

21

Page 31: Buku Panduan - STP Trisakti

7. Monitoring dan Evaluasi Dosen dan mahasiswa berperan aktif melakukan pen- dampingan dalam bentuk: supervisi, coaching, moni- toring,briefing,problemsolving,danmendokumen- tasikan semua kegiatan pendampingan sesuai format yang tersedia.8. Pelaporan Pada akhir program, tim PkM perguruan tinggi wajib membuat laporan yang dilengkapi dengan dokumentasi dan lampiran sesuai dengan format yang tersedia.

Tim dosen dan mahasiswa pendamping desa wisata har-us membuat dokumentasi lengkap setiap tahapan pendampin-gan dari awal hingga akhir, sehingga dapat merepresentasikan proses disertai bukti pendukung otentik dan komprehensif.

G. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pen-dampingan Suharto (2006) merumuskan kegiatan serta proses pen-dampingan berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi dalam 4P, yakni: pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, pen-guatan (empowering), perlindungan (protecting), dan pen-dukungan (supporting). Fasilitasi, merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Penguatan atau yang serig disbut dengan pem-berdayaan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pen-didikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyar-akat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasar-kan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gaga-san dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Fungsi perlindungan berkaitan dengan inter-aksi antara pendamping dengan lembaga lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingann-ya. sedangkan fungsi pendukungan,

22

Page 32: Buku Panduan - STP Trisakti

adalah dimana pendamping mengorganisasi kelompok, mel-aksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai ket-erampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelo-la dinamika kelompok, menjalin relasi. Dalam melakukan fungsi empowering atau penguatan/pem-berdayaan dapat dilakukan berupa pendidikan dan pelati-han masyarakat, atau pendekatan tertentu dengan mem-perhatikan beberapa metode yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, yaitu berdasarkan tingkat kedewa-saan masyarakat dan metode pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan secara andragogsi dan peda-gogis.

1. Pendekatan Andragogi dan Pedagogi Kata andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa, agogos berarti memimpin atau melayani, dengan demikian andragogi berarti memimpin orang dewasa. Pedagogi berasal dari kata paes, yang berarti anak, dan agogos berarti memimpin, sehingga pedagogi berarti memimpin, mendidik anak-anak. Pemahaman terhadap dua metode ini menjadi penting bagi pendamping masyarakat desa wisata, sehingga dapat memilih dan menyesuaikan kondisi masyarakat desa dengan pendekatan yang digunakan. Knowles(dalamSudjana,2005)mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik orang dewasa untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak- anak (pedagogy is the science and arts of teaching children). Kedua pendekatan ini boleh digunakan asalkan disesuaikan dengan tingkat kedewasaan masyarakat, jika yang diberdayakan adalah orang dewasa maka digunakan andragogi, sedangkan kepada remaja dan anak-anak dilakukan secara pedagogis.

23

Page 33: Buku Panduan - STP Trisakti

Menurut UNESCO (dalam Supriantono) mendefinisi-kan pendidikan orang dewasa adalah: keseluruhan pros-es pendidikan yang diorganisasikan berupa: isi, tingka-tan, metode, bersifat formal atau tidak, melanjutkan maupun menggantikan pendidikan sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang di-anggap dewasa oleh masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, mening-katkankualifikasiteknisatauprofesionalnya,danmeng-akibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas. Demikian pula hal-nya dengan pemberdayaan masyarakat desa wisata, har-us terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif , afektif dan psikomotor mereka. Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial dan psikolo-gis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, se-seorang disebut dewasa apabila ia telah melakukan per-an-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidu-pan dan keputusan yang diambil. Dengan demikian setiap fasilitator atau tutor atau pendamping desa wisata harus melibatkan masyar-akat seoptimal mungkin dalam kegiatan pemberdayaan. Prosedur yang perlu ditempuh oleh dalam proses pem-belajaran orang dewasa dalam hal ini masyarakat desa wisata sebagaimana dikemukakan Knowles dalam Sud-jana (2005 ), adalah sebagai berikut: a. menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam merencanakan program pembelajaran,

24

Page 34: Buku Panduan - STP Trisakti

b. menemukan kebutuhan belajar,c. merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar, d. merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta e. melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat dan f. menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya.

2. Tujuan Secara teknis metode pemberdayaan masyarakat yang paling banyak digunakan adalah pelatihan, karena pendekatan ini bertujuan untuk:

a. Membekali kompetensi tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakatb. Memutakhirkan atau memperbaharui kompetensi jika ada perkembangan atau penyesuaian dengan kondisi saat inic. Meningkatkan kompetensi, yaitu tidak berdiam pada posisi yang sama terus, namun ada peningkatan kom- petensi yang barud. Membantu memecahkan persoalan operasional, jika ada hal-hal yang menghambat kelancaran, proses atau segala sesuatu tentang materi yang sedang dilatihkan.e. Mengorientasikan setiap peserta terhadap desa wisatanya, bahwa peserta diarahkan kepada perkem- bangan desanyaf. Memberikan kemampuan yang lebih tinggi dalam melaksanakan tugas dalam bekerja, meningkatkan supaya lebih terampil dari yang sebelumnya.

25

Page 35: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Training dan Coaching Training atau pelatihan merupakan hal yang sudah bi-asa didengar di kalangan masyarakat. Kegiatan pelatihan banyak dilakukan di berbagai instansi formal maupun organisasi sosial, bahkan organisasi masyarakat biasa. Banyak ahli mengemukakan pendapat tentang penger-tian training atau pelatihan ini. Ada dua istilah artinya hampir sama dalam program pemberdayaan ini, yaitu training dan coaching. Kedua metode ini berbeda orientasi, berbeda tujuan dan berbe-da masalah. Dalam training atau pelatihan, materi yang diberikan biasanya secara kolektiaf dan seragam kepa-da seluruh peserta. Narasumber pelatihan akan berper-an sentral dalam proses ini dan menitik beratkan pada isi materi yang diajarkannya. Ada kalanya materi train-ing tidak bisa menjawab seluruh kebutuhan pesertanya. Berbeda dengan pendekatan coaching biasanya bersifat privat dan tidak untuk jumlah peserta yang banyak. Jika materi training umumnya diberikan sama secara bersama dalam jumlah banyak, maka materi coaching diberikan hanya kepada jumlah terbatas bahkan hanya satu peser-ta berdasarkan kasus masing-masing. Perbedaan yang kedua antara training dan coach-ing berkaitan dengan metodenya. Training merupakan gabungan mengajar, mendidik dan melatih seseorang un-tuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan baru. Umumnya metode yang dikenal peserta dan digunakan dalam training biasanya ceramah, diskusi, studi kasus, demonstrasi, simulasi dan beberapa metode kolektif lainnya. Berbeda halnya dengan coaching, seorang coach menggunakan kemampuannya untuk bertanya sehingga peserta mampu menemukan akar permasalahannya dan memunculkan solusinya sendiri. Peserta dianggap su-dah memiliki kemampuan yang memadai, sehingga tidak perlu membekalinya dengan pengetahuan teknis seperti pada waktu pelatihan.

26

Page 36: Buku Panduan - STP Trisakti

Pada umumnya dalam coaching lebih mendorong pada masalah yang terkait dengan masalah psikologis sep-erti motivasi, percaya diri, kekuatiran, dan sebagainya. Coaching bersifat personal dibandingkan training yang bersifat kelompok, coaching membutuhkan pembangu-nan relasi coach dengan peserta, untuk mempermudah proses pendampingan. Karena itu dalam membangun suasana, coaching umumnya dibuka dengan pertanyaan atau obrolan ringan seputar keseharian peserta. Sedang-kan training dapat diberikan oleh narasumber yang tidak harus dikenal peserta sebelumnya. Sesuai dengan subjek pelatihan adalah masyarakat dewasa, dosen pendamping yang juga berperan sebagai narasumber/ pelatih/instruktur, dapat memilih metode pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan, di antaranya : a. Ceramah : metode pembelajaran dengan cara penya-

jian informasi secara lisan baik formal maupun infor-mal.

b. Diskusi kelompok : adalah interaksi antara dua orang atau lebih / kelompok. Metode diskusi merupakan sebuah metode pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah yang dilakukan oleh beber-apa orang. Metode yang satu ini sangat cocok diterap-kan pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu ban-yak.

c. Bermain peran : adalah salah satu bentuk pembelaja-ran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memain-kan peran-peran tertentu.

d. Field trip/ praktek lapangan : mengajak peserta ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kelas untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti men-injau, mengidentifikasi, membuat laporan dan se-bagainya.

27

Page 37: Buku Panduan - STP Trisakti

e. Praktikum/eksperimen: Metode pembelajaran untuk membuat sesatu dalam proses dan material yang ses-ungguhnya.

f. Demonstrasi : metode dengan menggunakan ben-da, alat, ataupun bahan-bahan informasi yang dapat memberikan gambaran yang nyata. Selain itu, untuk memperjelas informasi juga bisa dengan bentuk prak-tikum mengenai materi yang disampaikan.

g. Penugasan: metode pembelajaran dengan cara mem-berikan tugas pada setiap peserta.

5. Pengorganisasian Bahan dan Model Pelatihan Pengorganisasian bahan belajar yang umum disebut metode pelatihan dalam pemberdayaan masyarakat. mengorganisisr bahan pelatihan yang tepat akan memu-dahkan tutor dan peserta dalam mempelajarinya. Fak-tor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan pelatihan adalah tingkat kemampuan masyarakat, kesesuaian dengan kebutuhan mereka, keterkaitannya dengan pengalaman, tingkat daya tarik bahan pelatihan, dan tingkat kebaruan dan aktualisasi bahan. Untuk mengoptimalkan daya ingat peserta pelatihan diperlukan model pelatihan yang bervariasi. Untuk itu model pelatihan sebaiknya disiapkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta dalam memahami dan mengingat materi pembelajaran. Demikian pula haln-ya dengan tutor menjadi lebih mudah dan lancar dalam proses pembelajran jika model pelatihannya terorgani-sir dengan baik. Keragaman model pelatihan merupakan hal penting karena semakin memfokuskan dan melibat-kan partisipasi peserta dalam proses pelatihan secara optimal. Gambar di bawah ini menunjukkan keterkaitan tingkat memorisasi atau daya ingat, dengan model pela-tihan serta tingkat keterlibatan peserta dalam proses pelatihan.

28

Page 38: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 2.5 Pengorganisasian pelatihan

H. Teknik Presentasi Dosen dan mahasiswa pendamping desa wisata hendak-nya memiliki keterampilan presentasi, karena mereka harus menjadi pembicara di depan umum, baik dalam keadaan for-mal maupun nonformal, sebagai motivator, fasilitator, tutor dan sebagainya akan mempresentasikan sesuatu di masyar-akat. Presentasi adalah salah satu bentuk komunikasi yaitu pertukaran pesan/informasi antara pembicara dengan au-diens/ peserta atau sekelompok orang tertentu. Presenter atau pembicara membawa informasi tertentu, kemudian menyampaikannya kepada audiens melalui sebuah salu-ran. Karena presentasi adalah juga komunikasi, maka tujuan presentasi pada dasarnya sama dengan tujuan komunikasi, yaitu untuk: menginformasikan, meyakinkan, membujuk, menginspirasi dan menghibur, demikian menurut Diana (2010)

daya ingat Bahan pelatihan tingkat partisipasi

29

Page 39: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Menginformasikan: sebaiknya menyampaikan informa-si kepada masyarakat disahakan secara detail dan jelas sehingga mereka menerima informasi dengan baik dan tidak salah presepsi terhadap informasi yang diberikan tersebut.

2. Meyakinkan: informasi, data, dan bukti-bukti hendaknya disusun secara logis sehingga menyakinkan orang atas suatu topik tertentu. Kontradiksi dan ketidakjelasan in-formasi dan penyusunan yang tidak logis akan mengu-rangi keyakinan orang atas presentasi yang diberikan.

3. Membujuk: cara berkomunikasi dengan ajakan, bujukan, atau rayuan yang disertai dengan bukti-bukti sehingga masyarakat merasa tidak ragu dan yakin untuk melaku-kan suatu tindakan.

4. Menginspirasi: berusaha untuk membangkitkan inspira-si orang, memberi contoh, berbagi pengalaman, memutar video menunjukkan kasus-kasus merupakan contoh yang tepat dalam membangkitkan inspirasi.

5. Menghibur: memberi atau menciptakan suasana yang menyenangkan kepada masyarakat, apakah melalui hu-mor, ice breaking, kuiz lucu, tiktokan, dan sebagainya.

Pendamping desa wisata ketika akan melakukan pre-sentasi, harus menguasai isi materi yang akan disampaikan, sehingga dia bisa fokus kepada audiens dan pengayaan ma-teri yang disampaikan dan teknik menyampaikannya. Jika tidak dia akan panik dalam berbagi pikiran antara mengin-gat-ingat isi materi yang akan disampaikan, teknik presenta-si yang dia gunakan dan membagi perhatian bagi audiens, seringkali hal semacam ini mengacaukan presentasi. Dia juga harus menguasai secara teknis penggunaan alat bantu presentasi,mulaidarilaptop,infocus,papantulis,flipchart,dan mengelolanya dengan baik dan benar. Sehingga pen-gelolaan waktu dalam presentasi tidak terganggu oleh hal-hal teknis penggunaan alat bantu, atau perlu bantuan tena-ga operasional yang pasti siap membantu.

30

Page 40: Buku Panduan - STP Trisakti

Mengetahui kondisi peserta juga penting, apakah han-ya masyarakat atau ada aparat pemerintah yang akan hadir harus diketahui sebelumnya, hal ini bertujuan untuk meng-etahui latar belakang pendidikan, budaya, pekerjaan dan kehidupan sosial mereka, sehingga materi yang akan dipres-entasikan harus sesuai dengan tingkat pemehaman mereka terhadap isi materi yang akan disampaikan tesebut. Memilih materi pendukung dalam bentuk gambar, video dan materi penunjang lainnya agar jangan sampai bertentangan den-gan budaya dan agama setempat ataupun terlalu rumit un-tuk mereka pahami. Sebelum presentasi, pendamping desa harus terlebih dahulu mengetahui kondisi lingkungan loka-si atau tempat untuk presentasi, tujuannya adalah meng-hindari terjadinya hambatan ketika presentasi. Pembicara harus mengetahui apakah presentasinya di ruangan tertut-up atau terbuka, di kelas, di kantor, di rumah dengan duduk di kursi atau lesehan di atas karpet atau tikar. Dalam suatu presentasi, hendaknya pembicara berori-entasi kepada peserta, karena hal ini berpengaruh terh-adap strategi untuk mencapai tujuan presentasi. Karena itu mengidentifikasipesertamerupakanhal yangpentingun-tuk diperhatikan dalam persiapan suatu presentasi. Untuk menganalisis peserta, beberapa faktor yang perlu diperhati-kan:1. Mengetahui tentang apakah peserta telah mengetahui

tentang pokok bahasan dalam presentasi.2. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta, mempertim-

bangkan pengetahuan peserta tentang gaya bicara, ba-hasa dan istilah yang digunakan oleh presenter.

3. Memperkirakan tingkat kemampuan peserta untuk memahami pesan dalam presentasi.

4. Mempertimbangkan pemahaman konsep, istilah yang umum dan istilah yang khusus yang akan diterangkan dengan jelas.

31

Page 41: Buku Panduan - STP Trisakti

I. Menyiapkan Materi PresentasiMateri presentasi perlu disiapkan dengan baik dan sistima-tis, secara garis besar materi presentasi terdiri dari tiga ba-gian, yaitu pembukaan, isi presentasi dan penutup.

1. Pembukaan Pada saat memulai presentasi, pembicara harus mem-persiapkan peserta untuk menerima pesan atau infor-masi yang akan disampaikannya. Umumnya di dalam pembukaan selalu diawali dengan salam dengan mem-perhatikan budaya dan kebiasaan setempat, perkenal-an melalui riwayat hidup atau biodata singkat dan dita-mpilkan menarik. Kata-kata dalam pembukaan sebaiknya dapat membangkitkan minat audiens, dengan cara: ber-cerita singkat tentang suatu pengalaman ringan yang menarik tentang topik dapat menyegarkan suasana, mengungkapkan pernyataan yang mengundang surprise. Slide pertama sebagai topik presentasi termasuk bagian yang harus dibuat semenarik mungkin, dilengkapi den-gan gambar yang relevan dan menggambarkan kondisi yang akan dipresentasikan.

2. Isi Membagi seluruh isi presentasi ke dalam bagian-bagi-an yang proporsional, antara bagian yang penting har-us diketahui peserta. Setiap informasi atau pesan yang yang dipresentasikan dihubungkan dengan butir-butir yang penting dengan transisi, jangan putus-putus dan tidak ada keterkaitan sehingga membuat konsentrasi au-diens menjadi buyar. Semua materi disusun secara bera-turan, berurutan dari awal ke akhir yang menghantarkan logika yang terarah dan teratur pula bagi peserta.

32

Page 42: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Penutup Penutup bisa diartikan juga sebagai kesimpulan dan akhir dari suatu presentasi, materi terkhir daam suatu presentasi dapat berupa pengulangan, penguatan dari hal-hal yang dianggap penting. ucapan terima kasih atas perhatian audiens dan permohonan maaf jika ada yang kurang berkenan adalah pemanis komunikasi akhir dalam suatu presentasi orang timur yang diakhiri dengan salam penutup.

J. Alat Bantu / Media Presentasi Perkembangan iptek telah banyak membawa perubahan alat bantu dalam proses presentasi, sehingga media pre-sentasi bisa bermacam- macam, baik yang digunakan secara tebatas ragamnya hingga ke multimedia, jenis alat bantu tesebut adalah : 1. Media yang tidak diproyeksikan2. Media yang diproyeksikan3. Media audio4. Media video5. Media berbasis komputer6. Multi media

Teori Dale”s Cone Experience menunjukkan bahwa alat bantu mengajar mempengaruhi tingkat pemahaman dan daya ingat tehadap materi yang dipresentasikan, teori ini memberikan gambaran keterkaitan antara teori belajar den-gan komunikasi audiovisual dengan tingkat atau rentang yang berbeda antara satu jenis media dengan media lainnya. Untuk lebih jelasnya daat dilihat pada gambar berikut:

33

Page 43: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 2.6 Dale’s Cone of Experience

Untuk itu, memilih alat bantu presentasi sangat penting agar tingkat pemahaman dan tingkat memorisasi/daya ingat pe-serta dapat optimal. Multi media menjadi solusi dalam men-dukung optimalisasi tersebut.

K. Monitoring dan Evaluasi Istilah supervisi dan monitoring seringkali membingung-kan dalam pelaksanan tugas di lapangan. Dari pengalaman praktis di industri, lebih banyak menggunakan istilah super-visi yang dilaksanakan oleh supervisor kepada bawahannya. Sedangkan monitoring tidak dilakukan oleh atasan langsung, bisa pihak lain atau institusi lain yang terkait dalam suatu program tertentu. Baik supervisi maupun monitoring pada adasarnya melihat, mengamati, mencatat, antara apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan rencana program dengan apa yang dilaksanakan secara faktual dari rencana program tersebut.

34

Page 44: Buku Panduan - STP Trisakti

Supervisi dalam pendampingan masyarakat adalah sua-tuaktifitaspembinaanyangdirencanakanuntukmemeban-tu masyarakat melakukan pekerjaan merekamenjadi lebih baik. Dalam program pendampingan desa wisata, yang mel-akukan supervisi adalah orang yang melakukan pember-dayaan yaitu para pendamping desa wisata, yaitu dosen dan mahasiswa pendamping. Perlu diingat bahwa supervisi dalam pemberdayaan bukanlah antara atasan dan bawahan, harus memperhati-kan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip kemitraan, yaitu memperlakukan masyarakat se-

bagai mitra, teman yang setara bukan bawahan.2. Prinsip harmonis, menciptakan hubungan yang harmonis

dan menyenangkan.3. Prinsip berkesinambungan, supervisi dilakukan secara

terprogram dalam alokasi waktu yang memadai, bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewak-tu-waktu jika ada kesempatan.

4. Prinsip demokratis, tidak mendominasi pelaksanaan supervisi, memberi kesempatan bagi masyarakat ber-pendapat secara bebas.

5. Supervisi harus komprehensif, program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.

6. Prinsip konstruktif, supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan tetapi membengun per-caya diri masyarakat untuk berkembang.

7. Prinsip obyektif, dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berar-ti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasar-kan aturan dan standar, bukan asumsi – asumsi.

35

Page 45: Buku Panduan - STP Trisakti

Teknik supervisi dapat dilakukan dalam bentuk yang bervariasi sesuai kebutuhan lapangan dan karakteristik dan kondisi desa wisata dan keseakatan pendamping dengan masyarakat. Contoh teknik supervisi yang bisa dilakukan di desa wisata, di antaranya:

1. Monitoring/ Kunjungan Lapangan Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematis ber-dasarkan indikator untuk memberikan informasi pada manajemen yang berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih dalam suatu kegiatan. Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasca pelatihan, apakah kompetensi masyarakat sudah mulai berkembang dan menyesuaikan dengan standar, apakah ada perkembangan sebelum dan sesudah pem-berdayaan, apakah menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik mengenai tar-get yang ingin dicapai sesuai proposal. Dalam melakukan monitoring ini tentunya pendamping harus melengka-pi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator Desa Wisata yang harus diamati dan dinilai. Kegiatan monitoring meliputi: observasi lapan-gan, interview, mengisi kuisioner tertentu, melakukan dokumentasi secara terbuka, bersahabat dan memper-lakukan masyarakat sebagai teman. Agar monitoring dapat berjalan lancar dan sistematis maka sebaiknya dibuat instrumen atau panduan Observasi, panduan in-terview/Tanya Jawab, kuisioner dan panduan dokumen-tasi. ( lihat contoh) Frekwensi pelaksanaan monev dalam program pendampingan ini ditentukan minimal 3 kali dan harus dilengkapi dengan laporan sesuai dengan tahapan dan doumentasi lengkap dan kreatif.

36

Page 46: Buku Panduan - STP Trisakti

2. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian yang sitematis dan ob-jektif yang berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil dari program, kebijakan berdasarkan perencanaan implemen-tasi dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas hasil, dampak maupun keberlanjutan. Has-il monitoring, selanjutnya dievaluasi. Kegiatan evalua-si diakukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pengelolaan desa wisata, atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu., atau ter-dapat masalah atau hanbatan-hambatan di masyarakat sehingga tidak dapat melakukan pengembangan diri dan peengembangan desanya. Tujuan evaluasi adalah untuk:a. Mengetahui tingkat keterlaksanaan program, b. Mengetahui keberhasilan program,c. Mengetahui hambatan dan mencari solusi d. Mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan da-

lam pengembangan berikutnya e. Memberikan penilaian terhadap Pimpinan PT penye-

lenggara PkM dan Kemenparekraf.

3. FGD: Focused Group Discussion Hasil monitoring dan evaluasi hendaknya disampaikan secara terbuka kepada masyarakat desa wisata, pergu-ruan tinggi dan Kemenparekraf. dosen pendamping se-baiknya membuat forum apakah seminar atau berben-tuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder. Hasil monev akan disampaikan secara terbuka, demikian juga analisisnya secara seder-hana, sehingga menjadi rekomendasi dalam menentu-kan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan desa wisata tersebut.

37

Page 47: Buku Panduan - STP Trisakti

4. Laporan Monev Pelaporan merupakan tidak lanjut dari monev lapan-gan, yang menggambarkan keseluruhan mulai dari awal hingga selesainya, sehingga dapat menunjukkan perkem-bangan secara berkala, kemungkinan adanya permasala-han, dan solusi yang dilakukan. Sesuai dengan ketentuan bahwa frekwensi pelaksanaan monev dilakukan minimal minimal 3 x, maka laporan monevnya juga menunjukann-ya secara aktual yang dilengkapi dengan bukti penduku-ng yang layak.

Mengingat masyarakat desa yang berpola pikir sederhana dan tergolong sebagai orang dewasa, maka pendekatan andragogi juga harus dilakukan pada waktu melakukan monev, dengan menunjukkan: 1. Bersikap bersahabat kepada masyarakat.2. Kesediaan mendengarkan pembicaraan mereka den-

gan kesungguhan.3. Berusaha meningkatkan partisipasi masyarakat da-

lam pembicaraan dan tanya jawab.4. Melibatkan masyarakat dalam membahas permasala-

han, mencari sebab-sebabnya, dan memberi saran-sa-ran yang mereka inginkan.

5. Mencatat rencana dan saran-saran yang mereka beri-kan dan dari supervisor sendiri

6. Berusaha agar sebab-sebab permasalahan diketemu-kan sejelas mungkin.

7. Membuat ringkasan tentang ide-ide, kesimpulan, dan rencana tindak.

8. Membuat laporan berkala setiap pertemuan dan lapo-ran lengkap yang menyeluruh secara tertulis.

38

Page 48: Buku Panduan - STP Trisakti

Untuk memudahkan pelaksanaan monitoring dan eval-uasi, diperlukan instrumen yng sistematis dan terukur, didokumentasikan dengan baik dan menjadi bahan ana-lisis dalam pelaporan akhir, sehingga dapat menarik ke-simpulan dan rekomendasi yang tepat. Dalam hal pen-dampingan ini instrumen yang digunakan adalah: 1. Logbook Monev (lihat contoh), yang berisi tentang

catatan supervisi harian/ mingguan yang dilakukan tim pendamping. Siapa saja yang disupervisi dan apa temuan-temuannya, saran tindak apa yang diberikan jika menemukan masalah di lapangan.

2. Daftar hadir pendamping dan masyarakat desa dan pendamping

3. Check list pendampingan, sesuai dengan program apa yang dikembangkan.

Ketiga aspek ini bisa dibuat terpisah atau disatukan dalam satu buku untuk kemudahan pelaksanaan teknis di lapangan. Selanjutnya dokumen ini akan digunakan se-bagai laporan l monitoring yang selanjutnya dievaluasi dan dianalisis setiap kali kunjungan monev dilakukan.

39

Page 49: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB IIIPROPOSAL DAN PELAPORAN

A. Proposal Proposal sebagai usulan tertulis hedaknya dapat meng-gambarkan suatu rencana kegiatan secara lengkap sehingga dapat menggambarkan keseluruhan dari rencana kegiatan yang akan dilakukan, untuk itu hendaknya memenuhi sis-tematika tertentu dan dibuat secara komprehensif. 1. Sistematika Proposal Proposal ini terdi dari beberapa sub bagian, yang meliputi : Judul Kegiatan Halaman Sampul Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan a. Maksud b. Tujuan 1.3 Sasaran 1.4 Target 1.5 Konsep Dasar Pemberdayaan dan Model Pengembangan ( buat dalam matriks / desain lain) 1.6 Materi, Waktu dan Narasumber Pelatihan 1.7 Rundown Acara Pelatihan 1.8 Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi 1.9 Roadmap Program Kerja sama Kemenparekraf dengan Perguruan Tinggi

40

Page 50: Buku Panduan - STP Trisakti

1.10 Roadmap Program Pendampingan Perguruan Tinggi 1.11 Rencana Anggaran Biaya ( sesuai anggaran PT masing-masing) 1.12 Penutup 1.13 Daftar Pustaka 1.14 Bio Data Tim 1.15 Lampiran a. SK Desa Wisata/Surat Keterangan b.SK atau Surat Tugas Tim c. SK atau Surat tugas Mahasiswa

2. Penjelasan Sistematika:a. Judul Kegiatan Judul kegiatan ini adalah: PROPOSAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA BERBASIS PENDAMPINGAN (KERJA SAMA KEMENPAREKRAF, KEMENDES DAN PERGURUAN

TINGGI) TAHUN 2020b. Halaman Sampul Silahkan didesain sebaik mungkin dan disesuaikan

dengan judul kegiatan, c. Lembar Pengesahan Lembar pengesahan harus ditandatangani

oleh pimpinan perguruan tinggi, minimal dekan yang menunjukkan bahwa program dibuat atas ijin dan sepengetahuan pimpinan perguruan tinggi, LPPM dan ketua tim pendamping.

d. Kata Pengantare. Daftar Isi

41

Page 51: Buku Panduan - STP Trisakti

1.1 Latar Belakang Tentang faktor pendorong tim pendamping men-

gusulkan proposal pada desa wisata tertentu, potensi wisata yang ada di tempat tersebut dan kondisi masyarakat desa wisata tersebut serta fenomena menarik lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan a. Maksud Merupakan deskripsi singat singkat mengenai

maksud pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan.

b. Tujuan Menguraikan tujuan yang akan dicapai secara

spesifikyangmerupakankondisibaruyangdi-harapkan terwujud setelah kegiatan selesai. Rumusan tujuan hendaknya jelas dan dapat di-ukur

1.3 Sasaran Penjelasan tentang kondisi masyarakat sasaran

yang akan diberdayakan, harus dijelaskan secara konkrit. Gambaran permasalahan yang dihadapi masyarakat, gambaran potensi dan rencana solu-si yang ditawarkan.

1.4 Target Target merupakan gambaran capaian yang dihara-

pkan secara operasional, jelas dan terukur. 1.5 Konsep Dasar Pemberdayaan dan Model Pengem-

bangan ( buat dalam matriks / desain lain)

42

Page 52: Buku Panduan - STP Trisakti

Uraian singkat tentang konsep teoritis dan model pengembangan dalam bentuk gambar, skema yang memudahkan pemahaman tentang program yang akan dilakukan.

Berikut adalah contoh Model Pengembangan masyar-akat desa wisata berbasis pendampingan :

Gambar 3.1 Contoh Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan

43

Page 53: Buku Panduan - STP Trisakti

Tabel 3.1 Contoh Tabel Materi, Waktu dan Narasumber

1.6 Materi, Waktu dan Narasumber Pelatihan Pada bagian ini diuraikan rencana program pela-

tihan masyarakat, meliputi materi pelatihan, dur-asi waktu dan narasumber yang akan melakukan pelatihan masyarakat. Ketua maupun anggota tim, termasuk mahasiswa harus dilibatkan dalam pe-letihan ini. Selai sebagai pendamping boleh juga menjadi narasumber sepanjang latar belakang kompetensi dosen relavan dan memiliki pengala-man untuk bidang yang akan dilatihkan.

44

Page 54: Buku Panduan - STP Trisakti

Tabel 3.2 Contoh Rundown Acara Pelatihan

1.7 Rundown Acara Pelatihan Rundown acara merupakan jabaran rinci dan teknis

pelaksanaan pelatihan pada periode tertentu. Set-iap pelatihan dilakukan, hendaknya membuat run-down acara masing-masing.

45

Page 55: Buku Panduan - STP Trisakti

Tabel 3.3 Contoh Renacana Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi

(Waktu pelaksanaan diatur sendiri PT, namun perlu memperhatikan Roadmap program Kemenpar)

1.8 Renacana Program Kerja Pendampingan Perguruan Tinggi

Program kerja perguruan tinggi di desa wisata har-us dibuat secara terencana, baik sebagai gambaran keseluruhan kegiatan di desa wisata maupun se-bagai informasi ke desa wisata, sehingga mereka pun tau gambaran kegiatan perguruan tinggi di desa.

46

Page 56: Buku Panduan - STP Trisakti

1.9 Roadmap Program Kerja sama Kemenparekraf dengan Perguruan Tinggi Roadmap kerjasama Kementerian dengan pergu-

ruan tinggi merupakan jabaran kegiatan dan wak-tu yang menjelaskan kegiatan dari awal hingga akhir program pendampingan tahun 2020. Roadm-ap dibuat oleh Kemenparekraf dan perlu dican-tumkan agar semua pihak yang terkait mengeta-hui kegiatan pendampingan secara keseluruhan sehingga bisa menyesuaikan dengan agenda kerja masing-masing perguruan tinggi dan masyarakat desa wisata.

1.10 Roadmap Program Pendampingan Perguruan Tinggi Roadmap perguruan tinggi dibuat oleh perguru- an tinggi berdasarkan roadmap Kemenparekraf, sehingga semua pihak saling meneyesuaikan programnya dengan program dari Kemenparekraf.

Gambar 3.2 Roadmap Program Pendampingan

47

Page 57: Buku Panduan - STP Trisakti

1.11 Rencana Anggaran Biaya ( sesuai anggaran PT masing-masing)

Menjabarkan gambaran biaya yang wajar dan sesuai dengan program yang direncanakan, boleh menggunakan biaya internal perguruan tinggi, mi-tra kerja, alumni atau sumber lain yang bersedia mendanai.

1.12 Rencana Peserta Pada bagian ini diuraikan rencana pesrta pen-

dampingan, yang menjelaskan nama, pekerjaan dan alamat lengkap.

Gambar 3.3 Roadmap PT

Tabel 3.4 Contoh Rencana Peserta Pelatihan

DESA ..............................................................................KEC .......................... ......................................................KAB ................................................................................

48

Page 58: Buku Panduan - STP Trisakti

1.13 Penutup Pada bagian ini dijelaskan bahwa konsep proposal sudah selesai

1.14 Daftar Pustaka Mencantumkan referensi dan dituliskan dengan APA style

1.15 Bio Data Tim Isi dengan bio data lengkap tim pendamping perguruan tinggi dan mahasiswa yang turut dalam program pendampingan.

1.16 Lampiran a. SK Desa Wisata/Surat Keterangan b. SK atau Surat Tugas Tim c. SK atau Surat tugas Mahasiswa

B. PELAPORAN PROGRAM PENDAMPINGAN Di sub bab proposal telah dijelaskan setiap sub bab yang ada di dalamnya, pada dasrnya pada pelaporan ini juga sama halnya dengan uraian-uraian pada laporan ini, untuk itu pada sub bab ini hanya membuat sitematika laporan saja, dan tidak lagi diuraikan satu persatu. Sistematika laporan ini sedikit berbeda dengan yang ada pada proposal, arena pada sub bab ini dilengkapi dengan konsep teori pariwisata untuk panduan dalam menganalisis hasil PkM berbasis pendampingan ini. Adapun sub-sub bagi-an yang ada pada laporan pendampingan ini adalah sebagai berikut:

49

Page 59: Buku Panduan - STP Trisakti

Judul Kegiatan Halaman Sampul Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup 1.3 Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pariwisata 2.2 Desa Wisata 2.3 Pengembangan desa Wisata berbasis CBT 2.4 ............... 2.5 dst....BAB III DESAIN DAN ROADMAP Pendampingan 3.1 Desain Pelaksanaan Program Pendampingan 3.2 Roadmap Pelaksanaan Program Pendampingan BAB IV HASIL DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM 4.1ProfilDesaWisata 4.2ProfilPeserta 4.3 Pelaksanaan Pelatihan ( Metode, materi, Rundown, Peran Masyarakat , dll) 4.4 Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan coaching 4.5 Perkembangan Desa Wisata Pasca Pendampingan (dilengkapi dengan dokumen ) 4.6 Analisis/ Pembahasan Hasil Pendampingan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

50

Page 60: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB IVRPP DAN APRESIASI PROGRAM PENDAMPINGAN

A. Rencana Pelaksanaan Pendampingan (RPP) Rencana pelaksanaan pendampingan, atau disingkat RPP, adalah pegangan seorang trainer dalam memberikan materi kepada peserta pendampingan di dalam kelas. RPP dibuat oleh trainer untuk membantunya dalam memberikan materi agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompe-tensi Dasar pada hari tersebut. Rencana Pelaksanaan Pen-dampingan (RPP) berisi pengaturan yang berkenaan dengan perkiraan atau proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pemberian materi pendampingan ber-langsung, kemungkinan pelaksaan pendampingan sesuai dengan RPP yang telah direncanakan ataupun tidak karena proses pendampingan bersifat situasional, apabila peren-canaan disusun secara matang maka proses dan hasil pen-dampingan tidak akan jauh dari perkiraan. Menurut Per-mendikbud Nomor 65 Tahun 2013 pengertian RPP rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarah-kan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya men-capai Kompetensi Dasar. Sedangkan Kunandar (2011) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengor-ganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan da-lam silabus. Tujuan RPP adalah untuk: (1) mempermudah, memperlan-car dan meningkatkan hasil proses pemberian materi pen-dampingan; (2) dengan menyusun RPP secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka trainer akan mampu me-lihat, mengamati, menganalisis,

51

Page 61: Buku Panduan - STP Trisakti

dan memprediksi program pendampingan sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Sedangka fungsi RPP adalah sebagai acuan bagi trainer untuk melaksanakan kegiatan pemberian materi pendampinganagar lebih terarah dan ber-jalansecaraefektifdanefisien. Sementara itu Keputusan Mendikbud itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, tertanggal 10 Desem-ber 2019, bahwa “Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran(RPP)dilakukanberdasarkanprinsipefisien,efektif,dan berorientasi pada murid/siswa Berdasarkan dasar hukum diatas, pada Program Pen-dampingan Desa Wisata ini dibuatkan RPP agar materi yang diberikanolehparatrainerakansama,terukur,efisien,efek-tif dan berorientasi pada hasil pendampingan yang berkuali-tas.

RENCANA PELAKSANAAN PENDAMPINGAN (RPP)PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA BERBASIS PENDAMPINGAN

1. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Kerjasama Kemenparekraf, Kemendes PDTT dan PT Waktu : 60 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami latar belakang, tujuan, mekanisme kerjasama Indikator : Peserta memahami latar belakang, Ketercapaian tujuan, mekanisme kerjasama Kemenparekraf, Kemendes PDTT dan PT Materi Pokok : (1) Latar belakang kerjasama (2) Tujuan kerjasama (3) Mekanisme kerjasama Kegiatan Materi Pendampingan:

52

Page 62: Buku Panduan - STP Trisakti

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

2. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Pendampingan Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami konsep dasar dan tujuan, strategi, fungsi dan peran, prinsip, dosen dan mahasiswa, roadmap, pendekatan pemberdayaan, teknik presentasi, menyiapkan materi, alat bantu dan monev Indikator : Peserta memahami konsep dasar Ketercapaian dan tujuan, strategi, fungsi dan peran, prinsip, dosen dan mahasiswa, roadmap, pendekatan pemberdayaan, teknik presentasi, menyiapkan materi, alat bantu dan monev program pendampingan di desa wisata

53

Page 63: Buku Panduan - STP Trisakti

Materi Pokok : (1) Konsep dasar dan tujuan (2) Strategi kegiatan (3) Fungsi dan peran pendamping (4) Prinsip pendampingan (5) Dosen dan mahasiswa (6) Roadmap pendampingan (7) Pendekatan pemberdayaan (8) Teknik presentasi (9) Menyiapkan materi (10) Alat bantu presentasi (11) Monev

Kegiatan Materi Pendampingan:

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, nara- sumber, fasilitas dan penyelenggara.

54

Page 64: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : RPP dan Apresiasi Program Pendampingan Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami RPP dan Apresiasi Program Pendampingan Indikator : Peserta memahami RPP dan Ketercapaian Apresiasi Program Pendampingan di desa wisata Materi Pokok : (1) RPP (2) Apresiasi program pendampinga

Kegiatan Materi Pendampingan:

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

55

Page 65: Buku Panduan - STP Trisakti

4. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Desa Wisata Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami program pendampingan, kerjasama, Penilaian dan rencana pembelajaran, konsep dan prinsip Pembangunan, kelembagaan, dan pemberdayaan Indikator : Peserta memahami program Ketercapaian pendampingan, kerjasama, Penilaian dan rencana pembelaja- ran, konsep dan prinsip Pembangunan, kelembagaan, dan pemberdayaan di desa wisata Materi Pokok : (1) Program pendampingan (2) Kerjasama kemenparekraf dengan PT (3) Penilaian dan rencana pembelajaran (4) Konsep dan prinsip pembangunan (5) Kelembagaan (6) Pemberdayaan masyarakat

56

Page 66: Buku Panduan - STP Trisakti

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

Kegiatan Materi Pendampingan:

57

Page 67: Buku Panduan - STP Trisakti

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

5. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : CHS, Sadar Wisata dan Pelayanan Prima Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami CHS, Sadar Wisata, dan Pelayanan Prima Indikator : Peserta memahami CHS, Sadar Ketercapaian Wisata, dan Pelayanan Prima di Desa Wisata Materi Pokok : (1) CHS (2) Sadar Wisata (3) Pelayanan Prima

Kegiatan Materi Pendampingan:

58

Page 68: Buku Panduan - STP Trisakti

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

6. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Pengembangan Produk Pariwisata (Exploring) Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami Eksplorasi produk unggulan Pariwisata Indikator : Peserta memahami Eksplorasi Ketercapaian produk unggulan Pariwisata di Desa Wisata Materi Pokok : (1) Eksplorasi Produk Pariwisata (2) Eksplorasi Produk Unggulan Pariwisata di Desa Wisata

Kegiatan Materi Pendampingan:

59

Page 69: Buku Panduan - STP Trisakti

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

7. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Pengembangan Produk Pariwisata (Packaging) Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami Packaging produk unggulan Pariwisata Indikator : Peserta memahami Packaging Ketercapaian produk unggulan Pariwisata di Desa Wisata Materi Pokok : (1) Packaging Produk Pariwisata (2) Packaging Produk Unggulan Pariwisata di Desa Wisata

Kegiatan Materi Pendampingan:

60

Page 70: Buku Panduan - STP Trisakti

8. Program : Pendampingan Desa Wisata Materi : Pengembangan Produk Pariwisata (Presentation) Waktu : 120 menit Kompetensi Dasar : Peserta memahami Presentation produk unggulan Pariwisata Indikator : Peserta memahami Presentation Ketercapaian produk unggulan Pariwisata di Desa Wisata Materi Pokok : (1) Presentation Produk Pariwisata (2) Presentation Produk Unggulan Pariwisata di Desa Wisata

Kegiatan Materi Pendampingan:

Evaluasi : Peserta mengisi kuesioner materi, narasumber, fasilitas dan penyelenggara.

61

Page 71: Buku Panduan - STP Trisakti

B. Apresiasi Program Pendampingan Apesiasi program pendampingan adalah penghargaan yang diberikan kepada perguruan tinggi dan desa wisata dengan melakukan penilaian terhadap pengembangan desa wisata yang telah diberikan pendampingan oleh perguruan tinggi dengan instrumen-instrumen yang telah diberikan dalam kegiatan TOT yang dilengkapi dengan buku pedoman yang dilakukan oleh Tim Juri yang sudah ditunjuk oleh Ke-menparekraf melalui Direktorat Pengembangan SDM Pari-wisata, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan. Pemberian Penghargaan Pendamping Desa Wisata bagi PT dan Pengelola Desa Wisata untuk memberikan apresiasi kepada Perguruan Tinggi yang telah berhasil mengembang-kan desa wisata dan memberikan kontribusi dalam bidang pariwisata baik di desa wisata yang didampingi, pemerintah daerah maupun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Krea-tif (Kemenparekraf) sesuai dengan kategorisasi, kriteria dan persyaratan yang berlaku dan Desa Wisata yang telah ber-hasil mengembangkan kepariwisataan secara terus-men-erus, terutama meningkatkan ekonomi masyarakat khusus-nya di kawasan desa wisata dan daerah penyangganya.

1. Kategori penerima penghargaan a. Perguruan Tinggi yang telah berhasil mendampingi

desa wisata dengan indikator yang sudah ditentukan dalam indikator penilaian.

b. Desa Wisata yang telah berhasil mengembangkan desa wisatanya berdasarkan hasil pendampingan dari perguruan tinggi dengan indikator yang telah ditentu-kan dalam indikator penilaian

2. Pesyaratan wajib Secara umum persyaratan yang wajib dipenuhi sebagai calon penerima (Perguruan Tinggi maupun Desa Wisata) adalah sebagai berikut:

62

Page 72: Buku Panduan - STP Trisakti

a. Tidak pernah tersangkut tindak pidana yang telah mempunyai keputusan berkekuatan hukum tetap.

b. Belum pernah menerima penghargaan serupa.

3. Kriteriaa. Perguruan Tinggi

1) Memiliki kerjasama dengan Kementerian Pariwisa-ta dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata melalui penandantanganan MOU

2) Memiliki struktur organisasi tim pendampingan program pengembangan desa wisata.

3) Memiliki kerjasama dengan desa wisata yang se-dang didampingi

4) Memiliki program kerja pendampingan sesuai den-gan waktu yang ditentukan oleh Kementerian Pari-wisata dan Ekonomi Kreatif

5) Mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas desa wisata sesuai dengan 8 (delapan) kriteria desa wisata

b. Desa Wisata Memenuhi Kriteria, Sub Kriteria dan Indikator yang su-

dah ditetapkan sesuai yang tercantum pada Bab V

4. Penilaian Dokumena. Proposal (20%)b. Pelaksanaan TOT pendampingan dosen dan mahasis-

wa di internal perguruan tinggi (10%)c. Pelatihan masyarakat di desa wisata (20%)d. Pelaksanaan Monev (20%)e. Progres Report/Pelaporan (5%f. Perkembangan Desa Wisata (25%)g. Keunggulan dan Nilai Tambah

63

Page 73: Buku Panduan - STP Trisakti

5. Penilaian Visitasia. TOT pendampingan dosen dan mahasiswa di internal

perguruan tinggib. Pelatihan masyarakat di desa wisatac. Pelaksanaan Monev PTd. Perkembangan Desa Wisatae. Keunggulan dan Nilai Tambah

64

Page 74: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB VPENDAMPINGAN DESA WISATA

A. Program Pendampingan Kemenparekraf Selama 6 (enam) dekade terakhir, pariwisata telah men-jadi salah satu sektor ekonomi dunia yang paling cepat berkembang (Brunner, 2010), bahkan pada pergantian abad ini, industri pariwisata mengalami transformasi yang dipicu oleh proses globalisasi yang meluas (Sunnywood, 2011). Hal inilah yang menyebabkan pariwisata menjadi sebuah industri yang menarik perhatian di seluruh dunia selama be-berapa tahun terakhir (Roberny, 2018) United Nation World Tourism Organizations (UNWTO) mengakui bahwa sektor pariwisata adalah sektor unggu-lan (tourism is a leading sector) dan merupakan salah satu kunci penting dalam pembangunan wilayah di suatu negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Sektor Pariwisata telahmengalami ekspansi dan diversifikasiberkelanjutan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Dukungan masyarakat melalui peran dan fungsinya dalam kegiatan pa-riwisata merupakan salah satu tujuan dari pengembangan kepariwisataan yang dikemukakan oleh UNWTO yaitu terdiri dari:1. Pro Job2. Pro Growth 3. Pro Poor4. Pro Environment

65

Page 75: Buku Panduan - STP Trisakti

Pariwisata berbasis masyarakat dianggap sebagai sebuah alternatif pariwisata yang lebih berkelanjutan, karena pari-wisata jenis ini menekankan pada keterlibatan aktif masyar-akat setempat dan kontrol mereka terhadap pengembangan pariwisata di daerahnya (Marinovski, 2016). Konsep pari-wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) merupakan sebuah konsep pengembangan suatu des-tinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dima-na masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan dan penyampaian pendapat (Goodwin dan Santili, 2009). Da-lam pelaksanaannya, Community Based Tourism (CBT) mem-perhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan alam, sosial dan budaya melalui pembangunan komunitas dan konserva-si lingkungan. Dengan kata lain, CBT merupakan alat yang tepat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan (Suansri, 2003). Salah satu wujud dari pembangunan CBT adalah ke-beradaan Desa Wisata, yang mana konsep pengembangan pariwisata ini masih menjadi topik hangat di media-media massa dan menjadi tema-tema penelitian dan Pengabdian Masyarakat, baik di kalangan lembaga swadaya masyarakat ataupun perguruan tinggi.

Gambar 5.1, Peran dan Fungsi Pariwisata menurut UNWTO

66

Page 76: Buku Panduan - STP Trisakti

Sebagai salah satu sinergisitas antara pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui pro-gram pemberdayaan masyarakat, dengan perguruan tinggi yang salah satu pilarnya adalah pengabdian kepada mas-yarakat, maka dibutuhkan sebuah program berkesinambun-gan untuk mendampingi desa wisata sebagai sebuah upaya efisiensi dan efektifitas dalam pemberdayaanmasyarakatberbasis pariwisata berkelanjutan. Program yang digulirkan oleh pemerintah dalam kegiatan pengembangan pariwisa-ta di pedesaan bertujuan mempercepat pertumbuhan desa wisata baik dari segi ekonomi, sosial, budaya maupun ling-kungan alamnya. Kegiatan percepatan pengembangan desa wisata melalui pendampingan oleh akademisi merupakan salah satu program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai terwujudnya2000 desa wisata. Putra dalam Ismayanti (2006) menyebutkan bahwa desa wisata merupakan suatu kawasan atau wilayah pedesaan yang bisa dimanfaatkan atas dasar kemampuan beberapa unsur yang memiliki atribut produk wisata secara ter-padu, dimana desa tersebut menawarkan keseluruhan sua-sana dari pedesaan yang memiliki tema keaslian pedesaan, baik dari segi tatanan kehidupan sosial budaya dan ekonomi serta adat istiadat yang mempunyai ciri khas arsitektur dan tata ruang desa sehingga menjadi suatu rangkaian kegiatan dan aktivitas pariwisata. Program percepatan desa wisata diharapkan mampu memotivasi masyarakat desa untuk mengembangkan desan-ya melalui inovasi dan produk wisata yang akan membuka peluang pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyar-akat di daerah tersebut. Hal ini akan menekan jumlah indi-vidu yang mencari pekerjaan ke kota sehingga menurunkan angka urbanisasi. Namun seiring dengan transformasi desa sebagai tujuan wisata, kebutuhan akan sarana dan prasa-rana serta pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia pasti meningkat,

67

Page 77: Buku Panduan - STP Trisakti

sedangkan di sisi lain desa memliki keterbatasan. Untuk itu-lah pendampingan bagi desa wisata menjadi sebuah hal yang sangat dibutuhkan. Pendamping desa merupakan salah satu kekuatan yang dapat membantu desa mempercepat langkahnya menjadi desa berdaya. Hanya saja kerja pendampingan bukan kerja sembarangan karena seorang pendamping desa harus mam-pu merasuk dalam karakter kehidupan warga dampingan sekaligus memiliki cukup bekal pengetahuan untuk men-dorong masayrakat melakukan pemberdayaan. Tugas pen-dampingan desa menurut UU Desa no 6 tahun 2014 adalah mendorong pelaksanaan UU Desa dengan cara memberday-akan warga desa dan melahirkan kader-kader pembangunan desa yang baru. Untuk menjalankannya, pendamping desa harus menjalankan fungsi-fungsi antara lain:

1. Fasilitas penetapan dan pengelolaan kewenangan lokal berskala desa dan kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul2. Fasilitasi penyusunan dan penetapan peraturan desa yangdisusun secara partisipatif dan demokratis3. Fasilitasi pengembangan kapasitas para pemimpin desa untuk mewujudkan kepemimpinan desa yang visioner, demokratis dan berpihak pada kepentingan masyarakat desa4. Fasilitasi demokratisasi desa5. Fasilitasi kaderisasi desa6. Fasilitasi pembentukan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan desa7. Fasilitasi pembentukan dan pengembangan pusat kemasyarakatan (community center) di desa dan atau antardesa8. Fasilitasi ketahanan masyarakat desa melalui penguatan kewarganegaraan seta pelatihan dan advokasi hukum

68

Page 78: Buku Panduan - STP Trisakti

9. Fasilitasi desa mandiri yang berdaya sebagai subyek pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan desa yang dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel10. Fasilitasi pembentukan dan pembentukan Badan Usaha Milik Desa11. Fasilitasi kerjasama antardesa dan kerjasama desa dengan pihak ketiga12. Fasilitasi pembentukan serta pengembangan jaringan sosial dan kemitraan

Terdapat perbedaan peran pendamping desa secara for-mal struktural jika dibandingkan dengan pendamping desa wisata yang temporer, non-formal dan bersifat pengabdian masyarakat, baik yang dilakukan oleh perguruan tinggi secara mandiri maupun yang berupa CSR atau kerja sama di-antara berbagai pihak. Pendamping desa yang berasal dari akademisi dan terdiri dari dosen dan mahasiswa yang mel-akukan kegiatan pendampingannya melalui Program Peng-abdian Kepada Masyarakat ( PkM) tidak bisa terus-menerus tinggal di desa seperti halnya tenaga pendamping desa pro-fesional dan pendamping desa formal yang ditugasi oleh pemerintah. PKM berlangsung untuk kurun waktu tertentu walaupun tidak menutup kemungkinan apabila program-pro-gramnya dilanjutkan akademisi lain baik yang berasal dari perguruan tinggi yanag sama maupun perguruan tinggi yang berbeda. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia merasa perlu mempercepat pemberdayaan masyarakat desa wisata yang mempunyai karakteristik unik dan memiliki po-tensi ekonomi cukup besar sehingga menggandeng berb-agai pihak dalam pentahelix pariwisata, terutama perguruan tinggi, melalui program pendampingan desa wisata.

69

Page 79: Buku Panduan - STP Trisakti

Perguruan Tinggi dengan akademisinya merupakan salah satu dari pentahelix pariwisata yang memiliki kompetensi dalam pengetahuan dan pemahaman baik secara ilmiah, ket-erampilan maupun pengelolaan untuk mendampingi masyar-akat desa wisata agar mampu meningkatkan pemberdayaan-nya sehingga tujuan menjadi desa yang maju dan mandiri dapat dicapai. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan salah satu pilar dalam tri darma perguruan tinggi, dimana akade-misi memiliki kewajiban untuk membagi ilmu pngetahuan-nya dan berkontribusi dalam kemajuan masyarakat melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat.

B. Kerja sama Kemenparekraf dengan Perguruan Tinggi Sesuai dengan pentahelix pembangunan pariwisata, Ke-menparekraf harus menggandeng berbagai pihak untuk mempercepat pencapaian pariwisata indonesian yang se-makin baik secara kualitas dan meningkat secara kuantitas, maka kerjasama dengan perguruan tinggi menjadi hal yang strategis. Untuk itu Kemenparekraf melakukan pendekatan untuk menawarkan kerjasama kepada perguruan tinggi un-tuk bersama-sama membangun SDM pariwisata, khususnya di pedesaan, dengan meningkatkan kompetensi masyarakat pelaku wisata dan pengelolaan desa wisata beserta semua produknya. Hal ini dilakukan melalui sebuah program pen-dampingan, baik yang memiliki durasi khusus, seperti mis-alnya melalui program KKN atau PKL mahasiswa dan PKM dosen, maupun dengan mengangkat desa tertentu sebagai mitra. Kerja sama ini merupakan simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak. Perguruan tinggi mendapat kemanfaatan dengan memiliki program kegiatan pengabdian kepada mas-yarakat yang kongkrit di desa-desa wisata sementara dalam hal ini dapat berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator bagi pembangunan pariwisata di desa.

70

Page 80: Buku Panduan - STP Trisakti

Untuk mewujudkannya, Kemenpar melakukan penandatan-gan MoU secara kolektif sehingga semua perguruan ting-giyangbekerjasamaakanmemperolehsetifikatMoUyangdiperlukan dalam menunjang reakreditasi perguruan ting-ginya. Selain itu tentu saja hal ini menjadi wujud nyata peran perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan pariwisa-ta Indonesia. Dalam pentahelix pembangunan pariwisata, Kementerian yang dalam hal ini merupakan unsur Pemerin-tah tidak dapat bekerja sendiri melainkan harus bersiner-gi dengan lembaga lain seperti yang digambarkan sebagai berikut:

C. Penilaian dan Rencana Pembelajaran Desa Wisata Klasifikasidesawisatadibagidalam4tingkatan,yaitudesa rintisan, desa berkembang, desa maju dan desa mandiri.

Gambar 5.2 PentahelixSumber: Buku Pedoman Desa Wisata Kemenpar

71

Page 81: Buku Panduan - STP Trisakti

Pada awal melakukan pendampingan, perguruan tinggi dan mahasiswa wajib mengukur dahulu desa wisata yang akandidampingidengantujuanmengidentifikasiklasifikasidesa tersebut dengan menggunakan indikator desa wisata sebagai berikut:

Gambar 5.3 Tahapan Pengembangan Desa Wisata

72

Page 82: Buku Panduan - STP Trisakti

Tabel 5.1 Kriteria Penilaian Desa Wisata

73

KRITERIA SUB

KRITERIA

INDIKATOR KLASIFIKASI DESA WISATA

A B C D Kepemilikan

dan Kepengurusan

oleh Masyarakat

Terdapat pengelolaan desa wisata yang efektif dan transparan

Pengelolaan desa wisata V V V V Kelembagaan desa wisata V V V V Kemitraan desa wisata V V V V Sadar wisata dan sapta pesona V V V V

Legalitas lembaga/kelompok desa

Penyiapan dan pengurusan legalitas desa wisata

V V V V

Pokdarwis V V V V Memiliki pengelolaan desa wisata yang efektif dan transparan

Mekanisme monev individu dan kelompok

- - V V

Komunikasi dan negosiasi - - V V

Memiliki kemitraan desa wisata yang efektif

Mekanisme dalam kemitraan - V V V Bumdes, koperasi dan lembaga desa - V V V

Kontribusi Terhadap

Kesejahteraan Sosial

Menjaga martabat manusia

Pemahaman lintas budaya V V V V Keseteraan gender V V V V Aktifitas dan fasilitas berkebutuhan khusus

V V V V

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

V V V V

Pembagian biaya dan keuntungan yang adil

Pengelolaan keuangan - V V V Sistem dan tata cara investasi dan melakukan aktifitas yang menguntungkan

- V V V

Pemahaman tentang green tourism - - V V Memiliki jaringan

ke ekonomi lokal dan regional

Mekanisme kerjasama dengan pihak lain

- - V V

Sumber daya lokal/regional sebagai bahan produk

- - V V

Melestarikan dan memperkaya tradisional dan budaya setempat

Inventarisasi asset masyarakat V V V V Program menampilkan, meningkatkan dan menjaga tradisi budaya

V V V V

Aturan bagi wisatawan V V V V Kontribusi

untuk Menjaga dan

Meningkatkan Kualitas

Lingkungan

Melestarikan SDA Carrying capacity V V V V Pengelolaan lingkungan V V V V

Aktivitas konservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Konservasi lingkungan dan budaya - V V V Program pengelolaan limbah - V V V Tata cara kepariwisataan ramah lingkuingan dan berkelanjutan

- V V V

Mendorong Terjadinya Partisipasi

Interaktif antara Masyarakat

Lokal dengan Pengunjung (Wisatawan)

Terdapat interaksi antara tamu dan masyarakat lokal

Pengelolaan produk wisata berbasis masyarakat (CBT)

V V V V

Pemahaman produk wisata V V V V Pengembangan produk wisata berkelanjutan

V V V V

Peraturanperilaku dan hubungan antara tuan rumah, wisatawan dan masyarakat

V V V V

Proses umpan balik V V V V Keberlanjutan produk-produk pariwisata berbasis masyarakat

Identifikasi segmen dan target pasar V V V V Harga paket yang pantas dan transparan sesuai kebutuhan pasar

V V V V

Produk wisata berdampak positif dan menguntungkan

V V V V

Jasa Perjalanan Wisata dan

Pramuwisata yang

Berkualitas

Kualitas dan keahlian pramuwisata desa wisata

Kualifikasi pramuwisata - - V V Pengetahuan perjalanan wisata - - V V Pengembangan paket wisata - - V V Perencanaan pengembangan paket wisata

- - V V

Memastikan kualitas perjalanan wisata

Sistem pemesanan - - - V Teknik Guiding - - - V Pemahaman pola perjalanan - - - V Program dan aktifitas wisata disusun dan disepakati bersama serta menghargai dan mempromosikan kelokalan

- - - V

Wisatawan diberikan informasi yang jelas tentang rincian kegiatan wisata (itenari)

- - - V

Guest history card - - - V Kualitas

Makanan dan Minuman

Kualitas pelayanan makanan dan minuman

Kualifikasi penyedia makanan dan minuman

V V V V

Standar pelayanan prima V V V V Gastronomi V V V V Teknik penyajian makanan dan minuman

V V V V

Table set up V V V V Memastikan makanan dan minuman yang berkualitas

Pengetahuan menu V V V V Variasi menu lokal V V V V Teknik memasak V V V V Peralatan memasak dan menyajikan makanan dan minuman

V V V V

Page 83: Buku Panduan - STP Trisakti

74

Memiliki jaringan ke ekonomi lokal dan regional

Mekanisme kerjasama dengan pihak lain

- - V V

Sumber daya lokal/regional sebagai bahan produk

- - V V

Melestarikan dan memperkaya tradisional dan budaya setempat

Inventarisasi asset masyarakat V V V V Program menampilkan, meningkatkan dan menjaga tradisi budaya

V V V V

Aturan bagi wisatawan V V V V Kontribusi

untuk Menjaga dan

Meningkatkan Kualitas

Lingkungan

Melestarikan SDA Carrying capacity V V V V Pengelolaan lingkungan V V V V

Aktivitas konservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Konservasi lingkungan dan budaya - V V V Program pengelolaan limbah - V V V Tata cara kepariwisataan ramah lingkuingan dan berkelanjutan

- V V V

Mendorong Terjadinya Partisipasi

Interaktif antara Masyarakat

Lokal dengan Pengunjung (Wisatawan)

Terdapat interaksi antara tamu dan masyarakat lokal

Pengelolaan produk wisata berbasis masyarakat (CBT)

V V V V

Pemahaman produk wisata V V V V Pengembangan produk wisata berkelanjutan

V V V V

Peraturanperilaku dan hubungan antara tuan rumah, wisatawan dan masyarakat

V V V V

Proses umpan balik V V V V Keberlanjutan produk-produk pariwisata berbasis masyarakat

Identifikasi segmen dan target pasar V V V V Harga paket yang pantas dan transparan sesuai kebutuhan pasar

V V V V

Produk wisata berdampak positif dan menguntungkan

V V V V

Jasa Perjalanan Wisata dan

Pramuwisata yang

Berkualitas

Kualitas dan keahlian pramuwisata desa wisata

Kualifikasi pramuwisata - - V V Pengetahuan perjalanan wisata - - V V Pengembangan paket wisata - - V V Perencanaan pengembangan paket wisata

- - V V

Memastikan kualitas perjalanan wisata

Sistem pemesanan - - - V Teknik Guiding - - - V Pemahaman pola perjalanan - - - V Program dan aktifitas wisata disusun dan disepakati bersama serta menghargai dan mempromosikan kelokalan

- - - V

Wisatawan diberikan informasi yang jelas tentang rincian kegiatan wisata (itenari)

- - - V

Guest history card - - - V Kualitas

Makanan dan Minuman

Kualitas pelayanan makanan dan minuman

Kualifikasi penyedia makanan dan minuman

V V V V

Standar pelayanan prima V V V V Gastronomi V V V V Teknik penyajian makanan dan minuman

V V V V

Table set up V V V V Memastikan makanan dan minuman yang berkualitas

Pengetahuan menu V V V V Variasi menu lokal V V V V Teknik memasak V V V V Peralatan memasak dan menyajikan makanan dan minuman

V V V V

Higien dan sanitasi makanan dan minuman

V V V V

Keterlibatan wisatawan dalam memasak (atraksi)

V V V V

Kualitas Akomodasi (Homestay)

Kualitas pelayanan akomodasi

Pengetahuan tentang akomodasi V V V V Pelayanan prima di homestay V V V V Persyaratn homestay V V V V

Memastikan pengelolaan akomodasi yang berkualitas

K3 di homestay - - V V

Prosedur membersihkan dan menata tempat tidur (making bed)

- - V V

Prosedur membersihkan toilet - - V V Kinerja Friendly Tour Operator

(FTO)

Komitmen pada nilai-nilai ideal desa wisata

Pengetahuan budaya dalam desa wisata

- V V V

Kualifikasi FTO - V V V Proses sertifikasi FTO - - V V Bentuk kerjasama FTO dengan lembaga lain

- V V V

Kontribusi terhadap perlindungan masyarakat dan alam

Tufoksi khusus FTO - V V V Program-program desa wisata melalui FTO

- V V V

Bentuk kerjasama FTO dengan pengelola desa wisata

- V V V

Dukungan terhadap ekonomi lokal

Kerjasama FTO dengan masyarakat dalam penggunaan produk lokal

- - V V

Kerjasama FTO dengan pengelola desa wisata dalam penggunaan produk lokal

- - V V

Mempromosikan indahnya penemuan, pengetahuan dan penghargaan

FTO memberikan informasi wisatawan mengenai seluruh produk di desa wisata dan aturan mainnya

- V V V

Kerjasama promosi antara FTO dengan pramuwisata/HPI dalam hal nilai-nilai budaya dana lam desa wisata

- V V V

Tanggung jawab wisatawan terhadap masyarakat lokal (kode perilaku)melalui FTO

- V V V

Promosi melalui media sosial - V V V Mempromosikan pengalaman yang memuaskan dana man bagi wisatawan dan masyarakat

Asuransi wisatawan - V V V Peran FTO dalam meyakinkan wisatawan untuk wisata beresiko dipandu oleh pramuwisata khusus

- V V V

Penerapan pemasaran bertanggung jawab

- V V V

Hasil survey kepuasan wisatawan untuk meningkatkan kualitas operasional

- V V V

8 23 79 37 58 73 79 Sumbe: Kemenpar, 2019

Keterangan: A= Desa/Kampung Wisata Rintisan B= Desa/Kampung Wisata Berkembang C= Desa/Kampung Wisata Maju D= Desa/Kampung Wisata Mandiri

C Konsep dan Prinsip Pembangunan Desa Wisata

Potensi wisata yang luar biasa yang dimiliki Indonesia seharusnya bisa menjadi andalan

untuk mengangkat taraf hidup masyarakat. Sektor pariwisata dapat menjadi sektor

penopang pemasukan negara di bidang non migas. Di era yang semakin maju, semakin

Page 84: Buku Panduan - STP Trisakti

Sumber : Kemenpar, 2019

Keterangan :A= Desa/Kampung Wisata RintisanB= Desa/Kampung Wisata BerkembangC= Desa/Kampung Wisata MajuD= Desa/Kampung Wisata Mandiri

C. Konsep dan Prinsip Pembangunan Desa Wisata Potensi wisata yang luar biasa yang dimiliki Indonesia seharusnya bisa menjadi andalan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat. Sektor pariwisata dapat menjadi sektor penopang pemasukan negara di bidang non migas. Di era yang semakin maju, semakin beragam pula cara dan strate-gi yang dapat ditempuh untuk mengangkat potensi wisata di suatu daerah. Masing-masing daerah di Indonesia memi-liki kekhasan atau penonjolan karakteristik, baik dari aspek alam, sosio kultural maupun aspek lainnya. Desa memiliki potensi sebagai destinasi wisata yang berbasis komunitas dan berlandaskan pada kearifan lokal kultural masyarakatnya dan juga dapat sebagaimenjadi pemicu untuk peningkatan eskonomi yang berprinsip got-ong royong dan berkelanjutan.

75

Kualitas Akomodasi (Homestay)

Kualitas pelayanan akomodasi

Pengetahuan tentang akomodasi V V V V Pelayanan prima di homestay V V V V Persyaratn homestay V V V V

Memastikan pengelolaan akomodasi yang berkualitas

K3 di homestay - - V V

Prosedur membersihkan dan menata tempat tidur (making bed)

- - V V

Prosedur membersihkan toilet - - V V Kinerja Friendly Tour Operator

(FTO)

Komitmen pada nilai-nilai ideal desa wisata

Pengetahuan budaya dalam desa wisata

- V V V

Kualifikasi FTO - V V V Proses sertifikasi FTO - - V V Bentuk kerjasama FTO dengan lembaga lain

- V V V

Kontribusi terhadap perlindungan masyarakat dan alam

Tufoksi khusus FTO - V V V Program-program desa wisata melalui FTO

- V V V

Bentuk kerjasama FTO dengan pengelola desa wisata

- V V V

Dukungan terhadap ekonomi lokal

Kerjasama FTO dengan masyarakat dalam penggunaan produk lokal

- - V V

Kerjasama FTO dengan pengelola desa wisata dalam penggunaan produk lokal

- - V V

Mempromosikan indahnya penemuan, pengetahuan dan penghargaan

FTO memberikan informasi wisatawan mengenai seluruh produk di desa wisata dan aturan mainnya

- V V V

Kerjasama promosi antara FTO dengan pramuwisata/HPI dalam hal nilai-nilai budaya dana lam desa wisata

- V V V

Tanggung jawab wisatawan terhadap masyarakat lokal (kode perilaku)melalui FTO

- V V V

Promosi melalui media sosial - V V V Mempromosikan pengalaman yang memuaskan dana man bagi wisatawan dan masyarakat

Asuransi wisatawan - V V V Peran FTO dalam meyakinkan wisatawan untuk wisata beresiko dipandu oleh pramuwisata khusus

- V V V

Penerapan pemasaran bertanggung jawab

- V V V

Hasil survey kepuasan wisatawan untuk meningkatkan kualitas operasional

- V V V

8 23 79 37 58 73 79 Sumbe: Kemenpar, 2019

Keterangan: A= Desa/Kampung Wisata Rintisan B= Desa/Kampung Wisata Berkembang C= Desa/Kampung Wisata Maju D= Desa/Kampung Wisata Mandiri

C Konsep dan Prinsip Pembangunan Desa Wisata

Potensi wisata yang luar biasa yang dimiliki Indonesia seharusnya bisa menjadi andalan

untuk mengangkat taraf hidup masyarakat. Sektor pariwisata dapat menjadi sektor

penopang pemasukan negara di bidang non migas. Di era yang semakin maju, semakin

Page 85: Buku Panduan - STP Trisakti

Hal ini sesuai dengan konsep membangun dari pinggiran atau dari desa untuk mensejahterakan masyarakat Indo-nesia dengan menggali potensi lokal dan pemberdayaan masyarakatnya yang dicanangkan oleh Pemerintah sebagai program prioritas1. Konsep pembangunan desa wisata

Desa Wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung dibawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan bersama sesuai ketrampilan dan kemam-puan masing-masing memberdayakan potensi secara kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisa-taan serta terwujudnya Sapta Pesona sehingga tercapai peningkatan pembangunan daerah melalui kepariwisa-taan dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyar-akat di wilayah itu. Desa Wisata merupakan kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk meningkatkan pemahaman kepari-wisataan, mewadahi peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan di wilayahnya, men-ingkatkan nilai kepariwisataan serta memberdayakann-ya bagi kesejahteraan masyarakat, keikutsertaan dalam mensukseskan pembangunan kepariwisataan. Desa Wisata dibentuk untuk memberdayakan mas-yarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung sebagai upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi dan daya tarik pariwisata di wilayah mereka dengan tujuan berperan agar mampu berperan sebagai tuan rumah yang baik bagi para wisa-tawan yang berkunjung, serta memiliki kesadaran akan peluang dan kesiapan menangkap manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata untuk mening-katkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

76

Page 86: Buku Panduan - STP Trisakti

Tujuan dari pembentukan Desa Wisata adalah untuk meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai sub-jek atau pelaku penting dalam pembangunan kepariwisa-taan, yang kemudian mampu bersinergi dan bermitra den-gan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan kepariwisataan di daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membangun dan menum-buhkan sikap dan dukungan positif masyarakat sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai-nilai Sapta Pes-ona yang penting bagi perkembangan kepariwisataan di daerah, selain juga dengan memperkenalkan, melestari-kan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang ada di masing-masing daerah sehingga memberikan kon-tribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan mas-yarakat di wilayahnya. Fungsi Desa Wisata merupakan wadah langsung bagi masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai adanya potensi wisata dan terciptanya unsur dari Sapta Pesona di lingkungan wilayah destinasi wisata. Desa wisata pula menjadi unsur kemitran baik bagi pemerintah provin-si maupun pemerintah daerah (kabupaten/kota) dalam upaya perwujudan dan pengembangan kepariwisataan di daerah. Adapun kriteria pengembangan Desa Wisata adalah adanya 5A + 2P yaitu :

1. Memiliki Atraksi2. Memiliki Amenitas3. Memiliki Aksesibilitas4. MemilikiAktifitas5. Memiliki Akomodasi6. Pengelolaan7. Pemberdayaan

77

Page 87: Buku Panduan - STP Trisakti

Adapun langkah-langkah pengembangan Desa Wisata dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:1. Melakukan pemetaan wilayah dengan cara mengiden-

tifikasiapasajapotensialam,sosial,budayayangter-dapat di desa tersebut

2. Menata wajah desa dengan memperbaiki fasilitas umum, pemukiman, serta yang lebih penting membe-baskan wilayah tersebut dari sampah, terutama sam-pah plastik.

3. Menyiapkan Sumber Daya Manusia, Kelembagaan, dan Jaringan

a. Rumuskan aturan main pengelolaan Desa Wisata b. Bentuk badan pengelola Desa Wisata c. Rancang program kerja (pendek, menengah dan

panjang) d. Kembangkan jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam pentahelix pembangun pariwisata

Ada beberapa prinsip utama yang harus diperhatikan da-lam pengembangan Desa Wisata diantaranya :1. Bertahan dengan tatanan lahan pedesaanya dengan

kontrol tetap di desa.2. Tumbuhkan jiwa bersaing sehat.3. Setia pada proses awal pengembangan Desa Wisata

dan jangan beranggapan bahwa Desa Wisata dapat berjalan secara instant.

4. Hendaklah bergerak secara bersama antara dinas, masyarakat dan adat.

5. Tetap seperti semula dan jangan berubah ketika su-dah menjadi sebuah desa wisata, tidak merubah cara hidup/ tatanan matapencaharian masyarakatnya.

78

Page 88: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 5.4 Skema Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan

Pembangunan berkelanjutan (Sustaniable Development) telah menjadi agenda global dalam setiap proses pem-bangunan. Oleh karenanya, seluruh pemangku kepentin-gan termasuk pemerintah dalam berbagai sektor pem-bangunan harus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap kebijakan maupun rencana pembangunan yang akan dilaksanakan. Penerapan kon-sep pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata dikenal dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) yang pada intinya mengandung pengertian pembangunan pa-riwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaan-nya yang berorientasi jangka panjang.

79

Page 89: Buku Panduan - STP Trisakti

Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan harus diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. sekaligus dapat men-jaga keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekarag-aman hayati, budaya serta sistem kehidupan. (WTO, 1990)

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut pada intinya menekankan 4 (empat) prinsip sebagai beri-kut1. Layak secara Ekonomi (Economically Feasible) yang

menekankan bahwa proses pembangunan harus lay-ak secara ekonomi, dilaksanakan secara efesien un-tuk dapat memberikan nilai manfaat ekonomi yang berarti baik bagi pembangunan wilayah maupun pen-ingkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

2. Berwawasan lingkungan (Environmentally Feasible) yang menekankan bahwa proses pembangunan harus tanggap dan memperhatikan upaya-upaya untuk men-jaga kelestarian lingkungan (alam maupun budaya), dan seminimal mungkin menghindarkan dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi.

3. Dapat diterima secara sosial (Socially Acceptable) yang menekankan bahwa proses pembangunan har-us dapat diterima secara sosial, dimana upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan agar memperha-tikan nilai-nilai, norma-norma yang ada dilingkun-gan masyarakat, dan bahwa dampak pembangunan tidak boleh merusak tatanan tersebut.

4. Dapat diterapkan secara teknologi (Technologi-cally Appropriate) yang menekankan bahwa proses pembangunan yang dilaksanakan secara teknis dapat diterapkan, efesien dan memanfaatkan sumberdaya lokal dan dapat diadopsi oleh masyarakat setempat secara mudah untuk proses pengelolaan yang berorientasi jangka panjang.

80

Page 90: Buku Panduan - STP Trisakti

Secara sederhana pembangunan pariwisata berkelan-jutan dapat diintegrasikan dalam 3 (tiga) sasaran utama pencapaian, yaitu:

1. Kualitas sumber daya lingkungan (alam dan budaya), dimana pembangunan pariwisata harus tetap menja-ga keutuhan sumberdaya alam dan budaya yang ada, serta memperhatikan daya dukung kawasan tersebut apakah masih mampu menerima/mentolerir pemban-gunan pariwisata

2. Kualitas hidup masyarakat setempat (sosial ekonomi), dimana pembangunan pariwisata harus mampumemberikandampakpositif(benefit)bagisosial ekonomi masyarakat setempat, seperti menum-buhkan kesempatan kerja, atau bahkan menjadikann-ya sebagai masyarakat yang mandiri secara ekonomi.

3. Kualitas pengalaman berwisata (wisatawan), dimana pembangunan pariwisata harus peka terhadap ting-kat kepuasan wisatawan sehingga menjadikan per-jalanan wisatanya sebagai sebuah pengalaman yang berharga. Dalam hal ini, kualitas produk wisata serta interpretasinya memiliki peranan sangat penting bagi kualitas pengalaman berwisata seseorang.

Menurut Wiendu (1993), desa wisata merupakan sua-tu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasil-itas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memi-liki kecenderungan kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata. Menurut pola, proses, dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka (Wiendu,1993).

81

Page 91: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Tipe TerstrukturTipe terstruktur ditandai dengan karakter sebagai berikut:a. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infra-

struktur yang spesifik untuk kawasan tersebut.Kelebihan tipe ini adalah dalam citra yang ditum-buhkan mampu menembus pasar internasional.

b. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat lokal sehingga dampak negatif yang ditimbulkan diharapkan terkontrol dan pencemaran sosial bu-daya akan terdeteksi sejak dini.

c. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam ting-kat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir sehinga diharapkan menjadi agen untuk mendapatkan dana internasional sebagai unsur utama menangkap jasa dari hotel-hotel berbintang

2. Tipe Terbuka Tipe ini ditandai dengan karakter tumbuh dan men-yatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola masyarakat lokal. Distribusi pen-dapatan yan didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam pen-duduk lokal sehingga sulit dikendalikan. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi an-tara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang ber-laku (Nuryati, Wiendu, 1993. Concept, perspective and challenges, makalah bagian dari laporan konferensi internasional mengenai pariwisata budaya).

82

Page 92: Buku Panduan - STP Trisakti

DesaWisatadidefinisikansebagaisebagianatauke-seluruhan wilayah desa yang dimiliki potensi, pro-duk dan aktivitas wisata yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata dan dikelola oleh kelompok masyarakat di desa secara berkelanjutan (Suryawan, 2015).

Sedangkan komponen pembentuk desa wisata te-diri atas: 1. Wilayah Desa

Sebuah desa wisata haruslah menjadi bagian dari wilayah satu desa. Bilamana sebuah kegiatan wisata mencakup lebih dari satu wilayah desa, kegiatan wisa-ta tersebut dapat digolongkan kedalam wisata perde-saan dan bukannya desa wisata.

2. Produk Pariwisata Sebuah desa wisata haruslah memiliki produk wisata sebagai bentuk objek material dari proses perdagan-gan barang dan jasa yang dilakukan kepada wisata-wan. Produk pariwisata yang ada dan ditawarkan oleh sebuah desa wisata dapat berupa atraksi wisata, jasa wisata maupun usaha pariwisata yang ada di desa.

3. Organisasi Pengelola Keberadaan organisasi pengelola merupakan hal yang wajib pada sebuah desa wisata. Ketidakterse-dianya organisasi pengelola menjadi sebuah jaminan bahwa tidak ada legitimasi dari sebuah pihak yang memanfaatkan dan mengelola sumber daya pariwisa-ta dengan mengatasnamakan organisasi desa. Or-ganisasi desa wisata yang dibentuk haruslah memilki kewenangan dan mewakili keberadaan desa, dan diketahui serta disahkan oleh stakeholder di desa baik itu peringkat pemerintahan desa, badan penga-was desa, kelompok organisasi kemasyarakat di desa maupun perwakilan masyarakat desa.

83

Page 93: Buku Panduan - STP Trisakti

4. Prasarana dan Sarana Kewilayahan Desa Wisata haruslah memiliki prasarana dan sara-

na kewilayahan sebagai pengejawantahan prasyarat sebuah wilayah.

5. WisatawanSebuah desa bila menetapkan diri sebagai desa wisa-ta haruslah memiliki wisatawan yang berkunjung ke desa. Wisatawan di desa secara umum dapat dikat-egorikan menjadi sejumlah macam yaitu wisatawan yang datang dan berkunjung ke desa untuk menikmati produk wisata yang ditawarkan dan wisatawan yang datang dan menginap di desa untuk menikmati pro-duk wisata dan keseharian di desa.

6. Jejaring Sosial Sebuah desa wisata haruslah memiliki jejaring da-lam upaya proses pendampingan, pengelolaan, dan pengembangan jasa wisata yang dilakukan.

Berikut adalah kriteria sebuah desa dapat digolongkan menjadi desa wisata adalah: 1. Berada dan mencakup sebagian atau seluruh wilayah

desa. 2. Memiliki potensi wisata yang unik dan dapat diman-

faatkan, dikembangkan dan dilestarikan sesuai den-gan alam dan nilai budaya masyarakat setempat.

3. Produk wisata dibentuk, dikelola dan dimonitoring oleh anggota masyarakat desa.

4. Dikelola oleh organisasi masyarakat lokal yang telah mendapatkan legitimasi minimal setingkat kepala desa dan bendesa adat.

5. Dikunjungi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata.

6. Memiliki kewenangan kepemilikan dan keberadaan atas prasaranadan sarana yang digunakan untuk ke-giatan wisata.

84

Page 94: Buku Panduan - STP Trisakti

7. Melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk pengelolaan dan pengembangan desa pariwisa-ta di desa wisata.

Dan suatu kawasan dikatakan dapat menjadi desa wisata harus memperhatikan faktor-faktor sebagai beri-kut (Syamsu dalam Prakoso, 2008):1. Faktor kelangkaan adalah sifat dari atraksi wisata

yang tidak bisa dijumpai atau langka di tempat lain.2. Faktor kealamiahan adalah sifat atraksi wisata yang

belum pernah mengalami perubahan akibat campur tangan manusia.

3. Keunikan, yakni sifat atraksi wisata yang memiliki keunggulan komparatif dibanding objek wisata lain.

4. Faktor pemberdayaan masyarakat yang mampu meng-himbau agar masyarakat ikut serta dan diberdayakan dalam pengelolaan objek wisata di daerahnya.

Desa wisata dilihat sebagai bentuk industri pariwisa-ta yang berupa kegiatan mengaktualisasikan perjalanan wisata identik meliputi sejumlah kegiatan yang bersifat menghimbau, merayu, mendorong wisatawan sebagai konsumen agar menggunakan produk dari desa wisata tersebut atau mengadakan perjalanan wisata ke desa wisata tersebut atau disebut pemasaran desa wisa-ta. Komponen produk pariwisata itu sendiri terdiri atas angkutan wisata, atraksi wisata, dan akomodasi pari-wisata (Soekadijo, 2000). Menurut Suswantoro (2007) pada hakekatnya pengertian produk wisata adalah kes-eluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati oleh wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata hing-ga kembali kerumah dimana ia berangkat semula. Sedan-gkan produk wisata yang tersedia di suatu daerah pada hakikatnya dapat memberikan citra wisata dan kesan (image) perjalanan wisata seseorang (Suwantoro, 2004).

85

Page 95: Buku Panduan - STP Trisakti

Produk wisata yang ditawarkan dan beroperasi pada ekonomi pasar. Kondisi itu memungkinkan desa wisata tersebut ditinggalkan oleh wisatawan karena perubahan kondisi permintaan dan penawaran yang berkembang di pasar global. Dimana setiap penawaran akan mencipta-kan permintaannya sendiri (Jhingan, 2008). Tiap terjadi produksi produk akan ada pendapatan yang besar sama dengan nilai produksi sehingga dalam keseimbangan, peningkatan produksi akan selalu diiringi peningkatan pendapatan dan akhirnya diiringi juga oleh peningka-tan permintaan. Kondisi ini mengharuskan desa wisata mampu memberikan deferensiasi produk yang berane-karagam dan tanggap terhadap perubahan kondisi pasar. Produk wisata menurut Yoeti (2002) sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri dari 3 (tiga bagian) se-bagai berikut:1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamn-

ya citra yang dibayangkan oleh wisatawan.2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meli-

puti akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.

3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.

Dalam kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya den-gan daya tarik wisata. Daya tarik wisata yang disebut juga objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendor-ong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwantoro, 2004). Semakin tinggi daya tarik yang dimili-ki suatu objek wisata, maka dapat menarik lebih banyak kehadiran wisatawan untuk datang berkunjung ke daer-ah tujuan wisata.

86

Page 96: Buku Panduan - STP Trisakti

Menurut Damanik dan Weber (2006), daya tarik (atrak-si) diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tan-gible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Dari penjelasan diatas daya tarik merupakan produk dari suatu daerah tujuan wisata, yang bersifat nyata (barang) maupun tidak nyata (jasa) yang dapat memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Damanik dan Weber (2006) mengungkapkan kualitas produk harus memiliki 4 (empat) hal, diantaranya:

1. Keunikan, yang merupakan kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Hal ini mer-upakan keunggulan produk dalam per-saingan pasar.

2. Otensitas, yaitu sebuah kategori nilai yang memadu-kan sifat alamiah eksotis, dan bersa-haja dari suatu daya tarik ekowisata.

3. Originalitas, yang mencerminkan keaslian atau ke-murnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidaknya mengadopsi nilai atau model dengan nilai aslinya.

4. Keragaman, yang berarti keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan.

87

Page 97: Buku Panduan - STP Trisakti

D. Kelembagaan dalam Desa Wisata Pengelolaan di desa/kampung wisata dapat dilakukan oleh

lembaga-lembaga yang sudah ada di desa/kampung wisata seperti Karang Taruna, Koperasi atau BUMDES, dan Pokdar-wis.

Gambar 5.6 Logo Lembaga di Desa Wisata

Gambar 5.5 Skema Pengembangan Desa Wisata Sumber : liaafriza

88

Page 98: Buku Panduan - STP Trisakti

Lembaga tingkat desa:1. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) merupakan

lembaga di tingkat desa.Kelompok ini adalah lembaga bentukan pemerintah desa yang bertugas dan berperan dalam mensosial-isasikan nilai dan penerapan sapta pesona. Lemba-ga pengelola desa wisata ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang berorientasi pada keuntungan dari jasa pariwisata, dari mulai bagaimana mengelola tamu sampai pada marketing. Pengelola organisasi desa wisata ini terdiri dari Ketua, Sekretaris, Benda-hara, berikut seksi-seksinya seperti:a. Pemandu b. Home stay c. Keamanan d. Promosie. Keamananf. Lingkungan

Gambar 5.7 Contoh struktur organisasi pengelola desa

89

Page 99: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 5.8 Contoh Struktur Organisasi Pokdarwis

2. Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya di-miliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainn-ya untuk kesejahteraan masyarakat desa.a. Maksud dibentuknya adalah dalam rangka men-

dorong dan meningkatkan kemandirian desa.b. Tujuannya, meningkatkan pendapatan asli daer-

ah, mengembangkan perekonomian di wilayah pedesaan, menciptakan lapangan kerja, mengem-bangkan potensi sumber daya yang dimiliki desa.

c. Strategi yaitu mengelola potensi yang dimiliki oleh desa disesuaikan dengan kemampuan yang menja-di kewenangan desa.

d. Asas demokrasi ekonomi, pengayoman, pember-dayaan, keterbukaan dan akuntabilitas/dapat dipertanggungjawabkan

90

Page 100: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 5.9 Struktur Organisasi BUMDes

Gambar 5.10 Struktur Organisasi Koperasi

3. Koperasi merupakan badan usaha yang mengorgan-isir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkat-kan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyar-akat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian, koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan in-duk perekonomian nasional

91

Page 101: Buku Panduan - STP Trisakti

4. Karang Taruna adalah organisasi sosial sebagai wa-dah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat teruta-ma generasi muda di wilayah desa/kelurahan dan ter-utama bergerak di bidang usaha kesejahteraan social

E. Pemberdayaan Mubarak (2010) menyatakan bahwa pemberdayaan mas-

yarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya sela-ku anggota masyarakat.

Gambar 5.11 Contoh Struktur Organisasi Karang Taruna

92

Page 102: Buku Panduan - STP Trisakti

Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, art-inya sesuatu yang dipahami. Konsep merupakan abstrak-si suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau symbol. Secara konseptual, pem-berdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), beras-al dari kata power yang berarti kekuasaan atau keber-dayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan modal sosial di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan terhadap Kepercayaan (trusts), Patuh Aturan (role), dan Jaringan (networking). Apabila kita memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan mudah menga-rahkan dan mengatur serta melakukan transfer peng-etahuan kepada masyarakat. Dengan memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan dapat memperkuat pengetahuan, permodalan dan sumber daya manusia.

Konsep ini mengandung arti bahwa konsep pem-berdayaan masyarakat adalah transfer kekuasaan mel-alui penguatan modal sosial kelompok untuk menjadikan kelompok produktif untuk mencapai kesejahteraan so-sial. Modal sosial yang kuat akan menjamin keberlanjutan (suistainability) didalam membangun rasa kepercayaan masyarakat khususnya diantara anggota kelompok (how to build the trust). Ide utama dari pemberdayaan den-gan konsep modal sosial dan kekuasan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dan dihubungkan dengan kemampuan in-dividu untuk membuat individu melakukan apa yang dii-inginkan. Terlepas dari keinginan dan minat mereka, pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial (Sipaheulut, 2010).

Pemberdayaan menurut Suhartono (2005) pada dasarnya merujuk pada kemampuan individu, khusus-nya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:

93

Page 103: Buku Panduan - STP Trisakti

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan ( freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam menggemukan pendapat, melainkan be-bas dari kelaparan dari kebodohan bebas dari kesak-itan

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memu-ngkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan-ya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan dan,

c. Berpartisispasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka

Iimu (2008) menyatakan bahwa pengemban-gan masyarakat tidak hanya sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan tetapi memiliki arti yang kemungkinan perkembangan di ting-kat masyarakat. Pembangunan masyarakat seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri. Oleh karena itu, komitmen untuk pengem-bangan masyarakat harus mengenali keterkaitan antara individu dan masyarakat dimana mereka berada.

Adedokun dkk (2010) menunjukkan bahwa komu-nikasi yang efektif akan menimbulkan partisipasi aktif dari anggota masyarakat dalam pengembangan mas-yarakat. Ia juga mengungkapkan bahwa ketika kelompok masyarakat yang terlibat dalam strategi komunikasi, membantu mereka mengambil kepemilikan ini-siatif pembangunan masyarakat dari pada melihat diri mereka sebagai penerima manfaat pembangu-nan. Berdasarkan temuan tersebut, direkomendasi-kan bahwa para pemimpin masyarakat serta agen pengembangan masyarakat harus terlibat dalam ko-munikasi yang jelas sehingga dapat meminta partisi-pasi anggota masyarakat dalam isu-isu pembangu-nannya.

94

Page 104: Buku Panduan - STP Trisakti

Shucksmith (2013) menyatakan pendekatan bottom-up untuk pembangunan pedesaan (‘didorong dari dalam’, atau kadang-kadang disebut endogen) ber-dasarkanpadaasumsibahwasumberdayaspesifikdaer-ah – alam, manusia dan budaya – memegang kunci untuk perkembangannya. Sedangkan pembangunan pedesaan top- down melihat tantangan utamanya sebagai menga-tasi perbedaan pedesaan dan kekhasan melalui promosi keterampilan teknis universal dan modernisasi infra-strukturfisik.Pengembanganbottom-upmelihattanta-ngan utama sebagai memanfaatkan selisih melalui me-melihara khas lokal kapasitas manusia dan lingkungan itu. Model bottom-up terutama menyangkut mobilisasi sumber daya lokal dan aset.

Pitana (2011) mengkaji tentang pemberdayaan dan hiperdemokrasi dalam pembangunan pariwisata. Dalam kajian ini terungkap arti penting pemberdayaan masyar-akat dalam pemanfaatan sumber daya lokal untuk men-ingkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan hakekat dalam pemberdayaan di desa wisata dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk mas-yarakat di desa wisata tersebut.

95

Page 105: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB VICHSE, SAPTA PESONA DAN PELAYANAN PRIMA

A. Cleanliness, Health, Safety, Environment (CHSE) Pariwisata merupakan sektor jasa, yang sangat bertum-pu pada pelayanan dan manusia yang melayani. Standar mer-upakan instrumen untuk mengendalikan kualitas pelayanan, maka selayaknya diterapkan untuk menjamin pengalaman wisata yang berkualitas. Informasi yang akurat merupakan salah satu harapan semua. Covid19 memaksa kita untuk tidak abaikan standar-stan-dar pelayanan prima, kebersihan, kesehatan dan kese-lamatan. Urgensi Penyusunan Protokol berdasar pada pent-ingnya memiliki Prosedur penanganan untuk menjamin Keamanan dan Keselamatan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, sehingga meningkatkan daya saing pariwisata. Indonesia dihadapkan pada Travel Warning oleh Amerika Serikat dan Australia karena belum memiliki Tourism Safety and Security Protocol. Protokol merupakan tindak lanjut ara-han Presiden untuk mengintegrasikan SOP lintas Kementeri-an/Lembaga yang nantinya memuat sejumlah Scenario Plan-ning dalam penanganan berbagai keadaan yang mengancam Safety and Security di destinasi wisata. Protokol akan dijadikan pedoman terpadu bagi pemangku kepentingan terkait penyelenggaraan kepariwisataan baik di pusat maupun daerah (Pemerintah Daerah, Pelaku Wisata dan Masyarakat)1. Tujuan Penyusunan Protokol

a. Peningkatan pelayanan bagi pengunjung destinasi wisata

b. Pembentukan posko terpadu untuk melaksanakan protokol bersama dalam situasi darurat (emergency response) di 5 destinasi pariwisata super prioritas.

96

Page 106: Buku Panduan - STP Trisakti

c. Peningkatan persepsi keselamatan dan keamanan di lokasi wisata dengan tersedianya protokol kese-lamatan dan keamanan.

2. Stakeholder a. Tim Perumusb. Deputi Parekraf Kementerian Koordinator Bidang Ke-

maritiman dan Investasic. Staf Khusus Bidang Keamanan Kemenparekrafd. Direktorat Tata Kelola dan Pariwisata Berkelanjutan

Kemenparekrafe. Dirjen Perhubungan Darat, Laut dan Udara Kementeri-

an Perhubunganf. Dirjen Bina Marga dan Dirjen Cipta Karya Kementerian

PUPRg. Direktorat Transportasi Bappenash. Ditjen PPI dan IKP, Kementerian Kominfoi. Direktorat Kesiapsiagaan Basarnasj. Deputi Bidang Penanganan Darurat, BMKGk. Direktorat Pengamanan Objek Vital, Polril. Dirjen.Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ke-

menterian Kesehatanm. Dan lain-lain.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen-parekraf) telah membuka jalur pengaduan bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang usahanya terdampak wabah COVID-19. Untuk itu asosiasi/pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi kreatif diminta untuk terus melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 dan penanganan dampak COVID-19 di masa tanggap darurat ini serta berkoor-dinasi secara berkala dengan dinas yang membidangi pari-wisata dan ekonomi kreatif serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

97

Page 107: Buku Panduan - STP Trisakti

( Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang tindak lanjut imbauan pencegahan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Disamping itu telah diaktifkan pula Pusat Krisis Terintegrasi sebagai jalur komunikasi dan edukasi bagi masyarakat untuk menekan dampak COVID-19 bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pusat Krisis Terintegrasi akan melakukan pendataan informasi industri pariwisa-ta dan pelaku ekonomi kreatif yang terdampak COVID-19 di seluruh daerah serta membuka forum daring untuk menjaring masukan dari para pelaku dan stakeholder di bidang pariwisata sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan langkah lanjutan.

Laporan disampaikan kepada Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) dan juga kepada Kementerian Pariwisa-ta dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Selain itu melaporkan kepada Kemenparekraf/Baparekraf melalui Ketua Manajemen Krisis Kepariwisa-taan (contact center COVlD-19 +628118956767 (whatsapp) atau email [email protected]).

Dari Plt.Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelem-bagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,juga telah meny-usun “Program dan Penerapan CHSE (CLEANLINESS, HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT) PARIWISATA INDONE-SIA).

1. KONSEP DAN TUJUAN CLEANLINESS, HEALTH, SAFETY, EN-VIRONMENT

KONSEP CHSE

98

Page 108: Buku Panduan - STP Trisakti

Cleanliness (kebersihan) adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemu-kan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteria patogen, dan bahan kimia berbahaya.

Healthy (kesehatan) adalah layanan yang mener-apkan aturan/ ketentuan kesehatan terhadap manusia dan lingkungan melalui kegiatan pencegahan, perawatan, pemantauan dan pengendalian. Selain itu, juga menjalan-kan peran dengan mempromosikan peningkatan parame-ter lingkungan dengan mendorong penggunaan teknolo-gi dan perilaku yang ramah lingkungan dan sehat.

Safety (keselamatan) adalah keadaan bebas dari resiko, bahaya, pencemaran, ancaman, gangguan yang bersifatpermanendannonpermanen,fisikdannonfisikdi suatu tempat dan waktu tertentu untuk mengelola, melindungi dan meningkatkan kewaspaadaan masyar-akat, pengunjung dan kualitas lingkungan.

Environment ( lingkungan ) adalah sumber daya yang tersedia di suatu kawasan yang mempengaruhi ma-nusia dan makhluk hidup sekitarnya. Menurut Bintarto, lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di se-kitar kita, baik berupa benda ataupun non-benda yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi sikap dan tinda-kan. Sedangkan Menurut Jonny Purba, lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsung-nya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai. Seperti perlunya menerapkan pengelolaan sampah yang baik agara tercapai pembuangan sampah yang minimal atau nol (Kelembagaan & Kreatif, 2020)

99

Page 109: Buku Panduan - STP Trisakti

TUJUAN CLEANLINESS, HEALTH, SAFETY & ENVIRON-MENT(CHSE)a. Penerapan & Monitoring SOP/Standar CHSE di Destina-

si Pariwisata termasuk Usaha Pariwisata Terdampak melalui Pendampingan dan Skema Program Secara Berkelanjutan.

b. PelaksanaanVerifikasi,AuditdanSertifikasiCHSE.c. Pelaksanaan Rebound Strategy kesia-

pan destinasi dalam dampak aspek CHSE un-tuk membangun kepercayaan/ trust dan simpati dari publik (Pasar Domestik dan Mancane-gara) melalui Penguatan Promosi Destinasi CHSE.

2. STRATEGI DAN SKEMA CHSE (CLEANLINESS, HEALTH, SAFE-TY & ENVIRONMENT)

ACTION PLAN CHSEa. Standar kebersihan, kesehatan, keamanan dan ling-

kungan dalam satu Protokol dan Standar CHSEb. Koordinasi dengan para Pihak / stakeholders dalam

penerapanverifikasi&sertifikasiCHSEc. Penyiapan Skema penerapan CHSE dengan Kemenkes.d. Pemetaan Destinasi dan Program Pendampingandan

Pemetaan Standar Usaha yang sudah siap untuk dire-view untuk menambah komponen CHSE

e. Proses Sertifikasi dan Promosi Kampanye BrandingCHSE

f. Time line dan sinergi program

3. STRATEGI DAN SKEMA CHS (CLEAN, HEALTH & SAFETY) STRATEGI CHS

TAHAP I Pendampingan & Advokasi dan Pelaksanaan Gerakan

bersih, sehat, aman/keselamatan

100

Page 110: Buku Panduan - STP Trisakti

TAHAP II Penyusunan SOP, Standar & Protokol CHS, Penyusunan

Permen. Bersama ( Kemenkes dan Kemenparekaf )TAHAP III VerifikasidanSerifikasiCHSolehAuditor,koordinasi

denganKAN,BSN,dancalonmitraSucofindo,SurveyorIndonesia & Pemerintah Daerah.

Verifikasi:Meis/dJuni2020 SertifikasiJunis/dDesember2020TAHAP IV Kampanye CHSTAHAP V Endorsmen

SKEMA CHSTAHAP 1

1. Bersih- bersih2. Zero Waste Management3. Gerakan BISA4. Advokasi & Pendampingan Daerah5. Keberlanjutan Proses Pendampingan6. Lomba7. Insentif

TAHAP 2 REVIEW 1. Penyusunan SOP/ Standar 2. Uji Coba SOP / Standar 3. Permen. bersama Kemenkes & Kemen

parekraf 4. ReviewTAHAP 3 AUDIT DESTINATION APPEAL 1. VerifikasiSOP 2. ProsesSertifikasi 3. LembagaSertifikasi 4. Audit Destination Appeal

101

Page 111: Buku Panduan - STP Trisakti

TAHAP 4 1. Penyaiapn konten 2. Kampanye 3. Labelling/Tagline 4. Rebound Strategy 5. Labelling CHSTAHAP 5 1. Branding CHS 2. Promosi Media 3. Feedback 4. Customer Respons

4. SOP CHSE (CLEANLINESS, HEALTH, SAFETY & ENVIRON-MENT)STANDAR CHSE (KEBERSIHAN, KESEHATAN , KESELAMATAN & LINGKUNGAN)

Maksud: meningkatkan kepercayaan wisatawaterhadap destinasi dan Industri Pariwisata Indonesia Pasca Cov-id-19 Sehingga mendorong peningkatan pergerakan dan Kunjungan Wisatawan Di Indonesia.

Tujuan: mewujudkan destinasi dan industri pariwisa-ta yang bersih, sehat, dan aman sehingga tidak menim-bulkan risiko kesehatan bagi wisatawan, pengelola, dan masyarakat.

Sasaran Pengguna:Pemerintah Daerah/Pengelola Destinasi Pariwisata

Pengelola Usaha Pariwisata

1.1. KRITERIA KEBERSIHAN : 1. Kualitas Kebersihan 2. Peneylenggaraan Kebersihan oleh SDM

Pengelola 3. Penyelenggaraan Kebersihan oleh Pengunjung

102

Page 112: Buku Panduan - STP Trisakti

1.2. LINGKUP KEBERSIHAN : 1. Gerakan mencuci tangan 2. Ketersediaan sarana cuci tangan pakai sabun 3. Pembersihan ruang dan barang publik dengan disinfektan 4. Bebas vektor dan binatang pembawa penyakit 5. Pembersihan dan kelengkapan toilet bersih 6. Tempat sampah bersih2.1. KRITERIA KESEHATAN : 1. Kualitas Kesehatan 2. Penyelenggaraan Kesehatan oleh SDM Pengelola 3. Penyelenggaraan Kesehatan oleh Pengunjung2.2. LINGKUP KESEHATAN :

1. Pemeriksaan suhu tubuh2. Gerakan memakai masker, menerapkan etika

batuk dan bersih, menghindari berjabatan tan-gan.

3. Pengelolaan makanan dan minuman yang bersih dan higienis.

4. Ruang kesehatan dg perlengkapan sesuai standar5. Ruang publik dan ruang kerja dengan sirkulasi

udara yang baik6. Air bersih jumlah cukup dan memenuhi standar

baku mutu kesehatan lingkungan7. Jaringan air limbah cukup dan tidak bau8. Penanganan bagi pengunjung dg gangguan kese-

hatan ketika beraktivitas di lokasi.

103

Page 113: Buku Panduan - STP Trisakti

3.1. KRITERIA KESELAMATAN :1. Kualitas Keselamatan2. Penyelenggaraan Keselamatan oleh SDM Pengelo-

la3. Penyelenggaraan Keselamatan oleh Pengunjung

3.2. LINGKUP KESELAMATAN :1. Pengaturan Jarak antar Individu2. Pengaturan jumlah kerumunan3. Pengeloaan pengunjung4. Pencemaran dan kontaminasi5. Ketersediaan alat pemadam kebakaran6. Ketersediaan jalur evaluasi7. Penanganan pengamanan8. Media dan mekanisme komunikasi penan ganan

kondisi darurat

4.1. KRITERIA LINGKUNGAN :1. Kelestarian Lingkungan2. Penjagaan Lingkungan oleh SDM Pengelola3. Penjagaan Lingkungan oleh Pengunjung

4.2. LINGKUP LINGKUNGAN :1. Pengaturan/ pemisahan sampah2. Daur ulang sampah3. Mengelola limbah

104

Page 114: Buku Panduan - STP Trisakti

PERAN KEMENTERIAN KESEHATANMenurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita dalam “ Panduan protokol kesehatan pencegahan covid-19 untuk sambut New Normal, dikatakan bah-wa yang dimaksud dengan New Normal adalah perubahan peri-laku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya pe-nularan Covid-19.Prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. “Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus berad-aptasi dengan beraktifitas, dan bekerja, dan tentunya harusmengurangi kontak fisik dengan orang lain, danmenghindarikerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah.Rincian protokol kesehatan berdasarkan informasi yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Pen-anganan Covid-19 ini sebagai berikut :

PROTOKOL KESEHATAN MENURUT KEMENKES1. Jaga kebersihan tangan Bersihkan tangan dengan cairan pencuci tangan atau hand

sanitizer, apabila permukaan tangan tidak terlihat kotor. Namun, apabila tangan kotor maka bersihkan mengguna-kan sabun dan air mengalir. Cara mencucinya pun harus ses-uai dengan standar yang ada, yakni meliputi bagian dalam, punggung, sela-sela, dan ujung-ujung jari.

2. Jangan menyentuh wajah Dalam kondisi tangan yang belum bersih, sebisa mungkin

hindari menyentuh area wajah, khususnya mata, hidung, dan mulut. Mengapa? Tangan kita bisa jadi terdapat virus yang didapatkan dari aktivitas yang kita lakukan, jika tangan kotor ini digunakan untuk menyentuh wajah, khususnya di bagian yang sudah disebutkan sebelumnya, maka virus dap-at dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

105

Page 115: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Terapkan etika batuk dan bersinKetika kita batuk atau bersin, tubuh akan mengeluarkan vi-rus dari dalam tubuh. Jika virus itu mengenai dan terpapar ke orang lain, maka orang lain bisa terinfeksi virus yang berasal dari tubuh kita. Terlepas apakah kita memiliki virus corona atau tidak, etika batuk dan bersin harus tetap diterapkan. Caranya, tutup mulut dan hidung menggunakan lengan atas bagian dalam. Bagian ini dinilai aman menutup mulut dan hi-dung dengan optimal, selain itu bagian lengan atas dalam ini tidak digunakan untuk beraktivitas menyentuh wajah. Seh-ingga relatif aman. Selain dengan lengan, bisa juga menutup mulut dan hidung menggunakan kain tisu yang setelahnya harus langsung dibuang ke tempat sampah.

4. Pakai maskerBagi Anda yang memiliki gejala gangguan pernapasan, kenakanlah masker medis ke mana pun saat Anda keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain. Setelah digu-nakan (masker medis hanya bisa digunakan 1 kali dan harus segera diganti), jangan lupa buang masker di tempat sampah yang tertutup dan cuci tangan setelah itu. Namun, bagi Anda yang tidak memiliki gejala apapun, cukup gunakan masker non-medis, karena masker medis jumlahnya lebih terbatas dan diprioritaskan untuk mereka yang membutuhkan.

5. Jaga jarakUntuk menghindari terjadinya paparan virus dari orang ke orang lain, kita harus senantiasa menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter. Terlebih, jika orang tersebut menunjukkan gejala gangguan pernapasan. Jaga jarak juga dikenal dengan istilah physical distancing. Kita dilarang un-tukmendatangikerumunan,meminimalisirkontakfisikden-gan orang lain, dan tidak mengadakan acara yang mengun-dang banyak orang.

106

Page 116: Buku Panduan - STP Trisakti

6. Isolasi mandiri Bagi Anda yang merasa tidak sehat, seperti mengalami

demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak napas, dimin-ta untuk secara sadar dan sukarela melakukan isolasi man-diri di dalam rumah. Tetap berada di dalam rumah dan tidak mendatangi tempat kerja, sekolah, atau tempat umum lainn-ya karena memiliki risiko infeksi Covid-19 dan menularkann-ya ke orang lain.

7. Jaga kesehatan Selama berada di dalam rumah atau berkegiatan di luar ru-

mah, pastikan kesehatanfisik tetap terjaga dengan berje-mur sinar matahari pagi selama beberapa menit, mengon-sumsi makanan bergizi seimbang, dan melakukan olahraga ringan. Istirahat yang cukup juga sangat dibutuhkan dalam upaya menjaga kesehatan selama masa pandemi ini.

PERAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTING-GAL DAN TRANSMIGRASI (KEMENDES PDTT) Kemendes PDTT telah mengeluarkan Protokol penan-ganan wabah Virus Corona (Covid-19) agar tidak masuk ke desa. Protokol itu tertuang dalam Surat Edaran Menteri Desa, Pem-bangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 8 tahun 2020 tertanggal 24 Maret 2020 tentang Desa Tanggap Virus Co-rona (Covid-19)dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa (PKTD). Tujuannya agar strategi atau jadi langkah pencegahan dan penanganan Covid-19 di desa berjalan secara efektif. Rela-wan Desa Lawan Covid-19 menjadi ujung tombak pelaksanaan protokolini,yangdalammelaksanakankegiatandanaktifitasn-ya dengan prinsip gotong royong melibatkan dukungan warga masyarakat desa.

107

Page 117: Buku Panduan - STP Trisakti

5 TUGAS RELAWAN DESA LAWAN COVID-19 sebagai ujung tombak pencegahan dan penanganan wabah itu di desa.1. Membentuk struktur dan posko “Pertama, relawan desa lawan Covid-19 harus membentuk

struktur sesuai Surat Edaran (SE) Nomor 8 Tahun 2020,” Rela-wan kemudian mendirikan posko di kantor desa atau tempat yang dinilai representatif.

2. Informasikan masyarakat terkait Covid-19 “Relawan selanjutnya memberi edukasi kepada masyarakat

tentang Covid-19, mulai gejala, cara penularan, dan pencega-han sesuai protokol kesehatan dan standar WHO,” Cara Penu-larandi antaranya tetesan cairan (droplets) dari bicara, batuk, atau bersin, kemudian kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan.

Penularan juga bisa diakibatkan menyentuh benda atau permu-kaan dengan virus di atasnya kemudian menyentuk mulut, hi-dung, atau mata sebelum cuci tangan.Selanjutnya, relawan perlu menjelaskan gejala Covid-19, seperti demam, batuk, pilek, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan, letih, dan lesu.“Kemudian pencegahan yang perlu disampaikan ke warga desa adalah protokol pencegahan menurut WHO”.Caranya adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat, bela-jar dan beribadah di rumah, selalu menggunakan masker, meng-hindari kerumunan massa, serta jaga jarak minimal dua meter. “Warga desa juga diimbau untuk selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau gunakan hand sanitizer. Bagi yang muslim, lebih sering berwudhu, meski tidak masuk wak-tu shalat. Jika warga mengalami gejala, seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, letih, lesu, dan gangguan pernapasan, imbuh dia, mereka diminta segera melapor ke relawan.

108

Page 118: Buku Panduan - STP Trisakti

3. Lakukan pendataan Relawan juga harus sigap dan teliti mendata warga yang

rentan sakit, seperti berusia di atas 60 tahun, balita, dan mereka dengan penyakit kronis. Pendataan itu dilakukan dengan berkoordinasi bersama puskesmas atau pelayanan kesehatan di desa.

4. Siapkan alat deteksi dini Relawan pun menyiapkan alat deteksi dini, seperti formulir

wawancara untuk warga guna mengetahui potensi dan ker-entanan mereka, sehingga bisa menjadi acuan relawan un-tuk bertindak selanjutnya.

“Dengan dana desa, relawan juga harus menyediakan alat kesehatan untuk deteksi dini, perlindungan, dan pencega-han wabah dengan dikoordinasikan puskesmas dan tenaga kesehatan di desa.” Alat deteksi dini itu misalnya termome-ter, sarung tangan latex, masker, alat pelindung diri, dan ka-camata.

5. Siapkan info nomor telepon Relawan selanjutnya bertugas untuk menyediakan informa-

si nomor telepon, mulai dari rumah sakit rujukan, hingga am-bulans. Setelah itu, relawan harus selalu berkoordinasi den-gan pihak media.

Info terkait tugas dan fungsi relawan desa lawan Covid-19 dapat ditanyakan ke call center Kemendes PDTT 1500040 atau layanan SMS center 087788990040 atau 081288990040.

Selain itu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, di Kantor Kemendes PDTT yang dilakukan secara virtual dengan did-ampingi oleh Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi dan di-hadiri oleh sejumlah kepala desa, aparat desa, pendamping desa dan para pegiat desa lainnya telah meluncurkan dua aplikasi seluler yang bermanfaat untuk membantu dalam hal pencegahan dan penanganan Covid-19 dan kesehatan mas-yarakat.

109

Page 119: Buku Panduan - STP Trisakti

Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Desa, Pemban-gunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 8 tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai.

Kedua aplikasi tersebut yakni :1. “ Desa Melawan Covid-19” dan Aplikasi “ Desa Melawan

Covid-19” Aplikasi ini bisa mengakses berbagai materi pencegahan

Covid-19 dan membagikannya kepada masyarakat. Rel-awan Desa Lawan Covid-19 akan mengirimkan laporan mingguan dan bulanan melalui aplikasi Desa Lawan Cov-id-19 ini. Aplikasi ini akan membantu Relawan Desa Lawan Covid-19 dalam melaksanakan kegiatan dan aktivitasnya dalam memberikan edukasi dan informasi tentang Cov-id-19 ke masyarakat, serta pengumpulan data secara re-al-time terkait penyebaran Covid-19 dan dampaknya bagi masyarakat dan bisa memudahkan proses pelaporan atas kondisi desa terkait Covid-19.

2. “ e-Human Development Worker (e-HDW)” dan Aplikasi “ e-HDW”

Aplikasi ini untuk memastikan layanan intervensi gizi masyarakat pada masa wabah Covid-19. “Dalam kondisi wabah Covid-19, layanan kepada Keluarga 1.000 HPK pent-ing untuk tetap dilakukan untuk percepatan penanganan stunting. Aplikasi ini akan membantu para Kader Pemban-gunan Manusia (KPM) dalam memantau dan mendukung peningkatan konvergensi Intervensi Gizi Kepada Keluar-ga 1.000 HPK (Hari Pertama Kelahiran),”.

110

Page 120: Buku Panduan - STP Trisakti

B. Sadar Wisata Pada hakekatnya kegiatan Pembangunan Pariwisata, mel-ibatkan peran dari seluruh pemangku kepentingan yang ada dan terkait. Pemangku kepentingan yang dimaksud meliputi 5 (lima) pihak yaitu: pemerintah, dunia usaha (pelaku usaha/ industri pariwisata), masyarakat, institusi pendidikan dan media dengan segenap peran dan fungsinya masing-masing yang disebut juga dengan Pentahelix (Yadisaputra & Palupi, 2018) Masing-masing pemangku kepentingan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun harus saling bersinergi dan melangkah bersama-sama untuk mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan yang disepakati. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kedudukan dan peran penting dalam mendukung keberhasilan pembangu-nan. Dalam kaitan inilah, program pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan SADAR WISATA penting dilaksanakan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dengan melibatkan masyarakat lokal dan pelaku usaha pariwisata, agar pelaksanaan kegiatan menjadi terarah dan berkelanju-tan serta menyiapkan masyarakat untuk mandiri dan dapat aktif mendukung pembangunan dan pengembangan pari-wisata diwilayahnya. Sadar wisata adalah suatu kondisi yang menggambar-kan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkem-bangnya kepariwisataan di suatu destinasi atau wilayah. Sadar Wisata dalam hal ini digambarkan sebagai bentuk ke-sadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam 2 (dua) hal berikut, yaitu:

111

Page 121: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Masyarakat menyadari peran dan tanggung jawabnya se-bagai tuan rumah (host) yang baik bagi tamu/ wisatawan yang berkunjung untuk mewujudkan lingkungan dan sua-sana yang kondusif sebagaimana tertuang dalam slogan Sapta Pesona.

2. Masyarakat menyadari hak dan kebutuhannya untuk se-bagai wisatawan (guest) untuk mengenali potensi kepa-riwisataan di Indonesia, sekaligus menggerakkan mata rantai kepariwisataan di suatu tempat/ wilayah.

Sebagai bentuk kelembagaan informal yang dibentuk anggota masyarakat (khususnya yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya), mer-upakan salah satu unsur pemangku kepentingan dalam mas-yarakat yang memilki keterkaitan dan peran penting dalam mengembangkan dan mewujudkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona di daerahnya.

Untuk memelihara keberlangsungan dan mengembang-kan pariwisata secara berkesinambungan di destinasi, maka diperlukan sumberdaya yang handal yang memiliki karak-ter Sadar Wisata dan mampu menerapkan Sapta Pesona dalam dirinya. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahter-aan rakyat, meningkatnya kunjungan wisatawan, tumbuhn-ya kegiatan pariwisata sbg sektor strategis pembangunan daerah, terbukanya peluang kerja dan pendapatan bagi mas-yarakat.

112

Page 122: Buku Panduan - STP Trisakti

Sedangkan Sapta Pesona, merupakan penjabaran kon-sep Sadar Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah. Dalam upaya untuk men-ciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisa-ta, melalui perwujudan “7 (tujuh) unsur pesona yang har`us diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung”. (Pariwisata, 2012) Ketujuh unsur Sapta Pesona yang dimaksud diatas adalah :1. Aman2. Tertib3. Bersih4. Sejuk5. Indah 6. Ramah7. Kenangan

1. AMANSuatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang memberikan rasa tenang, be-bas dari rasa takut dan kecemasan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah terse-but.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Sikap tidak mengganggu kenyamanan wisatawan da-

lam kunjungannya.b. Menolong dan melindungi wisatawan.c. Menunjukkan rasa bersahabat terhadap wisatawan.d. Memelihara keamanan lingkungan.e. Membantu memberi informasi kepada wisatawan.f. Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit

menular.g. Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan

fasilitas publik.113

Page 123: Buku Panduan - STP Trisakti

2. TERTIB Suatu kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi pa-

riwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan sikapdisiplinyangtinggisertakualitasfisikdanlayananyangkonsistendanteratursertaefisiensehinggamem-berikan rasa nyaman dan kepastian bagi wisatawan da-lam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Mewujudkan budaya antri.b. Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan

yang berlaku.c. Disiplin waktu/tepat waktu.d. Serba teratur, rapi dan lancar.

3. BERSIH Suatu kondisi lingkungan serta kualitas produk dan pe-

layanan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sehat/higienis sehing-ga memberikan rasa nyaman dan senang bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Tidak membuang sampah/limbah sembarangan.b. Menjaga kebersihan lingkungan objek dan daya tarik

wisata serta sarana prasarana pendukungnya. c. Menjaga lingkungan yang bebas dari polusi udara (aki-

bat asap kendaraan, rokok atau bau lainnya).d. Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang hi-

gienis.e. Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan

minuman yang bersih.f. Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi.

114

Page 124: Buku Panduan - STP Trisakti

4. SEJUK Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau

daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh yang akan memberikan perasaan nyaman dan “betah” bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon.b. Memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisa-

ta serta jalur wisata.c. Menjaga kondisi sejuk dalam area publik/ fasilitas

umum, hotel, penginapan, restoran dan sarana prasa-rana dan komponen/fasilitas kepariwisataan lainnya.

5. INDAH Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau

daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik yang akan memberikan rasa kagum dan kesan yang mendalam bagi wisatawan dalam mel-akukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut, sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Menjaga objek dan daya tarik wisata dalam tatanan

yang estetik, alami dan harmoni.b. Menjaga lingkungan dan tempat tinggal secara tera-

tur dan serasi serta menjaga karakter kelokalan.c. Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan

peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat alami.

6. RAMAH Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap mas-

yarakat di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan suasana yang akrab,

115

Page 125: Buku Panduan - STP Trisakti

Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap mas-yarakat di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisa-ta yang mencerminkan suasana yang akrab, terbuka dan penerimaan yang tinggi yang akan memberikan perasaan nyaman, perasaan diterima dan “betah” (seperti di rumah sendiri) bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela serta

selalu siap membantu wisatawan.b. Memberi informasi tentang adat istiadat secara so-

pan.c. Menunjukkan sikap menghargai dan toleransi terh-

adap wisatawan.d. Menampilkan senyum yang tulus.

7. KENANGAN Suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pa-

riwisata atau daerah tujuan wisata yang akan memberi-kan rasa senang dan kenangan indah yang membekas bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kun-jungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:a. Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal.b. Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang

bersih, sehat dan menarik.c. Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/ khas

serta mudah dibawa.

116

Page 126: Buku Panduan - STP Trisakti

C. Pelayanan Prima Daya tarik wisata suatu destinasi memang telah terbukti menjadi faktor dominan yang menentukan kepuasan wisa-tawan (Hermawan, 2017). Akan tetapi, tanpa pelayanan yang baik, serta didukung keramah-tamahanan tuan rumah se-laku pengelola, pariwisata tidak lebih dari benda mati. Pe-layanandapatdidefinisikansebagaisegalabentukkegiatanatau manfaat yang dapat diberikan satu pihak kepada pihak lainya tanpa menimbulkan perpindahan suatu kepemilikan fisik(Kotler&Armstrong,2012).kualitaspelayanandianggapbaik dan memuaskan, Ketika layanan yang diterima melebi-hi harapan pengguna, kualitas layanan dianggap sebagai kualitas yang ideal. Namun, jika layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, kualitas layanan diang-gap buruk. Kualitas layanan harus dimulai dengan kebutu-han pengguna dan diakhiri dengan jawaban pengguna. Pelayanan adalah bentuk kegiatan yang ditawarkan penyedia jasa wisata kepada wisatawan, guna memenuhi kebutuhan dan keinginanya selama berwisata, tanpa men-imbulkanperpindahankepemilikanyangberwujudfisik.Pe-layanan merupakan aspek mendasar serta motivasi utama dalam menjalankan bisnis pariwisata dan keramah-tamahan (hospitality)(Hermawan, dkk., 2018). Pelayanan juga diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan customer (pelanggan) akan suatu produk/jasa yang mereka butuhkan, tindakan ini dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada pelang-gan/ customer untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan tersebut. Pelayanan dalam bahasa Inggris disebut Service, yang masing masing huruf dapat diuraikan sebagai berikut :

117

Page 127: Buku Panduan - STP Trisakti

S Smile for everyone (selalu tersenyum pada setiap orang).E Excellence in everything we do (selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja).R Reaching out to every guest with hospitality (menghadapi setiap tamu dengan penuh keramahan.V Viewing every guest as special (melihat setiap tamu sebagai orang yang istimewa).I Inviting guest to return ( mengundang tamu untuk datang kembali ).C Creating a warm atmosphere (menciptakan suasana hangat saat berhadapan dengan tamuE Eye contact that shows we care ( kontak mata dengan tamu untuk menunjukkan bahwa kita penuh perhatian terhadap tamu).

Konsep pelayanan prima atau pelayanan terbaik sampai saat ini masih dianggap sebagai salah satu solusi dalam pe-layanan jasa yang mampu memenuhi kebutuhan dan ke-inginan pelanggan secara umum. Penerapan pelayanan pri-ma terbukti sangat penting guna memenangkan persaingan bisnis (Al Rasyid, 2017). Penelitian lain mengatakan bahwa dalam industri pariwisata, kepuasan wisatawan sangat di-tentukan oleh faktor pelayanan prima (González, Comesaña, & Brea, 2007). Pelayanan prima merupakan faktor kunci dari kemajuan bisnis pariwisata, bahkan pelayanan prima menjadi fak-tor yang sangat menentukan apakah suatu destinasi akan berkelanjutan atau tidak. Pelayanan prima dalam pariwisa-ta sangat penting guna mewujudkan pelayanan pariwisata yang baik.

118

Page 128: Buku Panduan - STP Trisakti

Karakteristik jasa pelayanan terdiri dari :1. Tidak dapat diraba (intangibility).

Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat disen-tuh atau tidak dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengansesuatusecarafisik,sepertipesawatudara,kursidan meja dan peralatan makan, tempat tidur, dll.Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen mem-beli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba, tetapi lebih pada nilai. Oleh karena itu, jasa atau pe-layanan yang terbaik menjadi penyebab khusus yang se-cara alami disediakan.

2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory). Salah satu ciri khusus dari jasa adalah tidak dapat disi-mpan. Misalnya, ketika kita menginginkan jasa tukang potong rambut, maka apabila pemotongan rambut telah dilakukan tidak dapat sebagiannya disimpan untuk be-sok. Ketika kita menginap di homestay tidak dapat dilaku-kan untuk setengah malam dan setengahnya dilanjutkan lagi besok, jika hal ini dilakukan konsumen tetap dihitung menginap dua hari.

3. Produksi dan Konsumsi secara bersama. Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama den-gan produksi. Misalnya, tempat desa wisata, tempat ma-kan, objek wisata, dan lain sebagainya.

4. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar. Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti: te-knologi, peraturan pemerintah dan kenaikan harga ener-gi.

Model Service Quality (kualitas layanan) yang dikem-bangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Servqual yang dijadikan acuan untuk mengukur kualitas pelayanan Pariwisata dengan menggunakan pendekatan lima dimensi pelayanan sebagai tolok ukur penilaian, yaitu:

119

Page 129: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Tangibles (nyata atau bukti langsung) yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata, contonya: penampilan para pegawai yang rapi, fasilitas peralatan yang bersih dan higyene, peralatan fasilitas penunjang yang berfungsi baik dan lain sebagainya (Hermawan dkk., 2018; Jaya, W & Rismayanti, 2017; dan Wilson dkk., 2012). Sarana wisata yang layak pakai merupakan aspek penting dalam pelayanan.

2. Empathy(Empati), memberikan perhatian individu kepa-da tamu secara khusus. Dimensi empati memiliki ciri-ci-ri : kemauan untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan dan usaha untuk mengerti keinginan, kebu-tuhan dan perasaan tamu. Memahami keinginan dan ke-butuhan wisatawan sangat penting dalam pelayanan. Contohnya : Sarana wisata yang layak pakai merupakan aspek penting dalam pelayanan. “Memahami keinginan dan kebutuhan wisatawan sangat penting dalam pe-layanan.”

3. Realibility (Realibilitas atau kehandalan) , adalah ke mampuan untuk memberikan secara tepat dan benar ses-uai jenis pelayanan yang sebelumnya telah dijanjikan ke-pada pelanggan. bisnis harus memenuhi apa yang telah dijanjikan sesuai yang diiklankan secara akurat. Pelaku bisnis harus memenuhi apa yang telah dijanjikan sesuai yang diiklankan secara akurat.”

4. Responsiveness (Responsif atau daya tanggap), yaitu kesadaran atau keinginan untuk bertindak capat dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan tepat waktu. Kecepatan merupakan aspek yang penting dalam pelayanan. Kecepatan merupakan aspek yang penting da-lam pelayanan.

120

Page 130: Buku Panduan - STP Trisakti

5. Assurance (Kepastian atau jaminan), adalah pengetahuan dan kesopan santunan serta kepercayaan diri pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memiliki sifat respek kepa-da tamu. Penting untuk menjamin bahwa segala produk yang ditawarkan aman untuk dikonsumsi wisatawan.

Kelima dimensi pelayanan diatas terbukti sangat me-megang peranan penting dalam memberikan pelayanan prima terhadap konsumen.

Kualitas layanan memiliki dampak langsung pada kep-uasan pelanggan dan ada hubungan langsung dan posi-tif antara kepuasan pelanggan dan dari mulut ke mulut. (Einolahzadeh, 2018)

Kelima dimensi pelayanan diatas terbukti sangat memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan prima terh-adap konsumen.

Kualitas layanan memiliki dampak langsung pada kepuasan pelanggan dan ada hubungan langsung dan positif antara kepuasan pelanggan dan dari mulut ke mulut. (Einolahzadeh, 2018)

Beberapa karakterisk Pelayanan Prima antara lain :1. Pelayanan yang baik dan ramah2. Sikap yang sopan dan penuh rasa hormat3. Percaya diri atau tampi dengan yakin4. Kesan yang diberikan kepada pelanggan adalah kesan yang ceria5. Penampilan yang rapih dan juga bersih6. Bisa menyenangkan pelanggan atau orang lain

121

Page 131: Buku Panduan - STP Trisakti

Selainmemahami inti dalam definisi pelayanan diatas kitajuga harus mengetahui nilai perilaku kita sendiri dalam mel-akukan pelayanan. Setidaknya kita sebagai pemberi dalam pelayanan haruslah (perilaku dalam bekerja):1. Tepat waktu dalam jadwal bekerja2. Memiliki rasa hormat pada diri sendiri, rekan kerja dan

kepada atasan3. Menjalankan tugas sesuai dengan Job Descripstion yang

telah diatur oleh suatu perusahan4. Memiliki loyalitas pada tugas kita sendiri dan pada peru-

sahaan5. Dapat dipercaya6. Mempunyai rasa aman dan nyaman dalam bekerja7. Kita haruslah memiliki motivasi dalam bekerja untuk

meningkatkan kinerja dalam perusahaan.

122

Page 132: Buku Panduan - STP Trisakti

BAB VIIPENGEMBANGAN PRODUK PARIWISATA

(EXPLORING, PACKAGING, PRESENTATION)

A. Exploring Exploring adalahmenjelajah ataumengidentifikasi dari

produk wisata, yang perlu dilakukan terlebih dahulu kenali kualitas produk. Dimensi kualitas produk yang terdiri dari dimensi core product, actual product dan augmeted product adalah salah satu dimensi kualitas produk yang perlu dikem-bangkan secara terus menerus dan berkesinambungan yang disampaikan oleh Kotler dan Amstrong (2001). Kualitas Pro-duk (Product Quality) Pelanggan yang merasa puas akan kembali membeli, dan mereka akan memberi tahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan produk tersebut. Sepeti yang terlihat dalam gambar. Adapun dimensi kualitas produk menurut Kotler & Armstrong (2001) adalah sebagai berikut:1. Produk Inti (Core Product). Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan

masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Man-faat intinya adalah se-bagai daerah tujuan wisata yang dipilih konsumen. Produk inti memberikan manfaat yang utama bagi kon-sumen.

Gambar 7.1 Level Product

123

Page 133: Buku Panduan - STP Trisakti

Produk inti merupakan hal yang paling utama dicari oleh konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk. Kualitas produk inti sangat penting dalam me-narik konsumen untuk pembelian, karena alasan utama seorang melakukan pembelian berdasarkan pada produk inti dari suatu produk. Fungsi produk inti memberikan gambaran utama dari kegunaan produk tersebut. Sehing-ga konsumen akan sangat mempertimbangkan produk inti dalam setiap penggunaannya. Oleh karena itu set-iap pemasar harus memahami keutamaan yang ada pada sebuah produk dalam melakukan pemasaran. Sehingga mampu memahami tentang apa yang dibutuhkan oleh konsumen terhadap suatu produk.

2. Produk Aktual (Actual Product) Seorang perencana produk harus menciptakan

produk aktual (actual product) di sekitar produk inti. Kar-akteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kuali-tas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti. Produk ak-tual bagi seorang konsumen merupakan pertimbangan kedua dalam melakukan keputusan pembelian. Produk aktual sangat penting dalam sebuah pemasaran. Produk aktual merupakan produk pendamping, apabila produk aktual ini tidak ada pada sebuah produk maka daya tarik konsumen pada produk tersebut akan berkurang. Adan-ya produk aktual ini memberikan banyak ragam hal yang mampu dijadikan pertimbangan oleh konsumen, artinya produk aktual merupakan hal yang menjadi daya tarik konsumen selain produk inti. Seorang pemasar diharap-kan memahami secara jelas tentang produk aktual. Pema-haman yang mendalam mengenai produk aktual ini akan memberikan tambahan pengetahuan bagi konsumen un-tuk memahami fungsi lain dari sebuah produk.

124

Page 134: Buku Panduan - STP Trisakti

Adanya fungsi yang lebih banyak dalam suatu produk akan menjadi perhatian penting dari seorang konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

3. Produk Tambahan (Augmented Product) Produk tambahan harus diwujudkan dengan mena-

warkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen dengan menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan. Produk tambahan merupakan produk yang ditawarkan oleh pro-dusen di luar dari produk inti yang ada. Pemberian pro-duk-produk tambahan ini akan sangat bermanfaat bagi konsumen penggunanya, karena selain memanfaatkan produk inti yang ada pada suatu produk, adanya produk tambahan ini akan menjadi variasi pilihan konsumen da-lam menentukan pembelian. Sehingga dengan adanya ragam produk tambahan ini akan semakin memberikan daya tarik pada konsumen. Bagi seorang pemasar produk tambahan merupakan hal yang cukup penting untuk di-pahami. Adanya produk tambahan akan memberikan nilai tambah pada sebuah produk. Suatu produk yang mempu-nyai nilai tambah akan menjadi daya tarik bagi para kon-sumen untuk memberi harga yang lebih dari suatu pro-duk. Sehingga adanya produk tambahan akan membuat suatu produk menjadi lebih bermutu dan berkualitas.

Sedangkan menurut Kotler (2002), masing-mas-ing tingkatan dalam produk tersebut adalah: (a) tingkat palingdasaradalahmanfaatinti(corebenefit),yaitujasaatau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan; (b) tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk dasar (basic product); (c) tingkat ket-iga, pemasar menyiapkan suatu produk yang diharapkan (expected product);

125

Page 135: Buku Panduan - STP Trisakti

Adanya fungsi yang lebih banyak dalam suatu produk akan menjadi perhatian penting dari seorang konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

3. Produk Tambahan (Augmented Product) Produk tambahan harus diwujudkan dengan mena-

warkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen dengan menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan. Produk tambahan merupakan produk yang ditawarkan oleh pro-dusen di luar dari produk inti yang ada. Pemberian pro-duk-produk tambahan ini akan sangat bermanfaat bagi konsumen penggunanya, karena selain memanfaatkan produk inti yang ada pada suatu produk, adanya produk tambahan ini akan menjadi variasi pilihan konsumen da-lam menentukan pembelian. Sehingga dengan adanya ragam produk tambahan ini akan semakin memberikan daya tarik pada konsumen. Bagi seorang pemasar produk tambahan merupakan hal yang cukup penting untuk di-pahami. Adanya produk tambahan akan memberikan nilai tambah pada sebuah produk. Suatu produk yang mempu-nyai nilai tambah akan menjadi daya tarik bagi para kon-sumen untuk memberi harga yang lebih dari suatu pro-duk. Sehingga adanya produk tambahan akan membuat suatu produk menjadi lebih bermutu dan berkualitas.

Sedangkan menurut Kotler (2002), masing-mas-ing tingkatan dalam produk tersebut adalah: (a) tingkat palingdasaradalahmanfaatinti(corebenefit),yaitujasaatau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan; (b) tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk dasar (basic product); (c) tingkat ket-iga, pemasar menyiapkan suatu produk yang diharapkan (expected product);

126

Page 136: Buku Panduan - STP Trisakti

127

(d) tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan (augmented product) yang memenuhi ke-inginan pelanggan itu melampaui harapan mereka; dan (e) tingkat kelima terdapat produk potensial (potential prod-uct) yang mencangkup semua peningkatan dan transfor-masi yang akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan.

DESA WISATA SEBAGAI EKOSISTEM

Desa wisata sebagai satu kesatuan Ekosistem memerlukan satu pemahaman yang terintegrasi mengenai bagaimana desa mengeksplorasi keunikan, kelebihan serta melihat kekurangan untuk menjadi kekuatan atraksi sebagai desa wisata ?

Identifikasi kelemahan kekurangan sertamenetapkan produkunggulan desa sebagai desa wisata dengan potensi pilihan uta-ma sebagai prioritas penting untuk dilakukan. Hal tersebut dap-at dilakukan dengan penerapan konsep explorasi diri dari desa sebagai ekosistem yang melibatkan:

Gambar 7.2 Desa Wisata sebagai Ekosistem

Page 137: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Peningkatan skill dan pengetahuan masyarakat desa/komunitas penggerak desa sebagai peran utama yang memiliki desa sebagai host atau tuan rumah terkait desa wisata sebagai satu kesatuan ekosistem.

2. Atraksi atau potensi atraksi sebagai suatu penawaran “experience” dengan kata lain pengalaman berwisata bagi wisatawan atau tamu yang berkunjung menikmati alam,budayasertakreatifitasprosesberkaryadarimas-yarakat desa.

3. Amenitas sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan wisatawan untuk dapat menikmati atraksi dengan pen-galaman yang maksimal.

4. Aksesibilitas atau kemudahan yang diberikan kepada wisatawan untuk dapat menikmati desa sebagai desti-nasi wisata yang ramah dan mudah bagi wisatawan un-tuk melakukan kegiatan wisatanya dengan nyaman dan aman.

5. Aktivitas keseharian sebagai suatu proses interaksi bu-daya dan pengalaman pertukaran budaya yang menjadi-kan kegiatan berwisata membuahkanpengalaman ber-wisata yang tidak terlupakan

Pengembangan desa wisata tidak bisa lepas dari manusia sebagai subjek yang memiliki desa , pelaku utama serta pen-gelola harian dari desa wisata.

Untuk dapat mengembangkan desa sebagai desa wisa-ta yang mumpuni, maka sebelum melakukan explorasi pro-duk desa wisata sebagai destinasi untuk ditawarkan kepada wisatawan maka perlu adanya penigkatan masyarakat dan komunitas lokal sebagai pribadi yang kuat dan unggul.

Pengembangan pribadi unggul dapat dilakukan dengan konsep “self exploration” atau eksplorasi diri yang melihat secara dalam dari nilai nilai apa yang ada dalam diri kita,

128

Page 138: Buku Panduan - STP Trisakti

ketertarikan diri yang sebenarnya kita punyai yang akan menjadi satu kekuatan diri untuk dikembangkan menjasi suatu skill atau keahlian dalam diri yang akhirnya menjadi-kan kita sebagai ahli di bidang tersebut dan menjadi bagian dari personaliti diri.

Untuk melakukan eksplorasi diri dapat dilakukan dengan cara:1. Memahami diri sendiri sebagai individu dan manusia yang

merupakan bagian dari ekosistem kesatuan alam, budaya dan manusia atau mahluk hidup lainnya.

2. Setelah kita dapat memahami diri sendiri sebagai indi-vidu maka secara langsung kita akan maju melangkah untuk mulai belajar mamahami orang lain dengan segala kelebihan serta kekurangan dan latar belakang yang be-ragam.

3. Membangun komunikasi yang efektif baik secara inter-personal dan intrapersonal sebagai bentuk toleransi dan membentuk satu bentuk hubungan yang harmonis, saling pengertian dan berkelanjutan.

4. Hidup dalam dunia yang melengkapi dan terintegrasi dengan keterkaitan satu sama lain dalam hal membangun pribadi unggul, menghargai keberagaman serta memban-gun dunia yang nyaman untuk menjadi tempat memban-gun hal baik bersama.

5. Mejagakesehatanbatindanfisikmenjadihalpentingda-lam mebangun individu dengan pribadi yang unggul, den-gan “new normal” yang menjadi kebaruan dalam menjala-ni hidup era pasca covid-19, maka isu kesehatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan.

6. Membentuk Pribadi yang sukses dan unggul sebagai agen perubah untuk dapat ditularkan kepada individu lainnya.

7. Menjadi pribadi yang bahagia sebagai center untuk menu-larkan energi prositif kepada yang lainnya.

129

Page 139: Buku Panduan - STP Trisakti

Desa wisata yang unggul menjadi kunci dari pemahaman awal eksplorasi diri masyarakat desa sebagai pemilik, pelaku dan pengelola desa wisata. Hal ini penting Karena Desa wisa-ta adalah:

1. Sebuah destinasi wisata yang mempunyai kekhasan his-toris, konstitusional dan budaya dari yurisdiksi terkecil dari suatu negara sebagai suatu lokus untuk memperkuat identitas dengan kearifan lokal budaya dan adat istiadat-nya.” (Bartmann dan Baum, 1998: 696).

2. Secara khusus, desa wisata dan masyarakat serta komu-nitas penggerak membangun nilai lingkungan alami dan hasilkreatifitassebagaiatraksidanprodukdesawisatabagi wisatawan dengan mengembangkan kapasitas diri oleh masyarakat/komunitas penggerak di desa wisata sebagai tuan rumah.

130

Gambar 7.3 Self Exploration

Page 140: Buku Panduan - STP Trisakti

A framework for community leadership in rural tourism development, Keshuai Xu, Jin Zhang and Fengjun Tian , 2017

Peningkatan kapasitas di bidang pariwisata dalam hal membangun diri, membangun kepribadian unggul dan mengeksplorasi diri secara lebih utuh untuk memahami keterampilan tradisional, dengan cara hidup pedesaan yang membumi dan berkearifan lokal yang menjadi kom-pon penting bagi identitas masyarakat (DOT, 1995b;WTO, 1993; WTO, 1996, WTO, 1997b; Long et al, 1994; EC-AEIDL, 1997; NSWTC, 1991).

Gambar 7.4 Framework for Community Leadership

131

Page 141: Buku Panduan - STP Trisakti

Ketika masyarakat dan komunitas di desa terlibat, maka pengembangan desa wisata dapat disebut sebagai salah satu alat untuk menjaga budaya tradisional dan penguatan masyarakat untuk merasa bangga dengan kapasitas diri mereke sebagai pengelola dan penggeraki wisata berbasis komunitas/masyarakat (ATSIC, 1996).

Eksplorasi diri bagi masyarakat desa mendorong pen-ingkatan kemampuan soft skill dan kepercayaan diri serta membangun citra ideal masyarakat desa yang dapat meng-hasilkan tumbuhnya ikatan pribadi dan solidaritas masyar-akat yang menghasilkan masyaratkat desa wisata dengan kapasitas diri yang unggul. Pengembaangan eksplorasi diri ini harus didukung oleh fasilitas dan kesiapan diri untuk mau melalkuakn dan membuat perubahan untuk tujuan kedepan yang lebih baik dan membuat desa wisata yang berkarakter dan mandiri.

Fasilitas memainkan peran mendasar dalam memben-tuk identitas dan kebanggaan masyarakat sehingga poten-si pariwisata untuk pengembangan fasilitas dan penamba-han aktivitas sebagai atraksi menjadi sebuah entitas yang memiliki implikasi positif bagi kebanggaan masyarakat, khususnya desa wisata sebagai museum pedesaan sebagai gudang penting budaya pedesaan (Betz, 1993; Prideaux et al, 1997). Produk pariwisata gastronomi memperkuat citra pro-duk lokal dalammelestarikan keanekaragaman tradisional produksi makanan dan minuman (Swarbrooke, 1996) yang menjadi penting sebagai salah satu komponenen yang harus menjadi perhatian dari eksplorasi diri dan mengambangkan potensi desa sebagai desa wisata.

Explorasi desa wisata dapat dilakukan dengan memper-hatikan desain konsep pengembangan yang akan dilakukan seperti apa dengan melihat potensi dan produk unggulan desa yang akan ditawarkan sebagai atraksi desa wisata.

132

Page 142: Buku Panduan - STP Trisakti

Mengapa perlu memperhatiakan desain pengembangan dari eksplorasi desa menjadi desa wisata karena hal itu ter-kait dengan jenis ragam produk pariwisata dan proses dalam pengembangannya.

Hal yang penting diperhatikan adalah:1. Penyediaan produk pariwisata. Penyediaan produk wisa-

tadilihatdariatributsosialbudaya,fisikalamdanatributkearifan lokal diadalamnya. Penentuan pengembangan bisnis yang akan dilakukan untuk produk wisata di desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata. peran serta komunitas lokal dan Penanganan dampakmnya. Perhatian pemerintah dalam hal pembuatan peraturan dan perencaaan terkait produk pariwisata di desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata secara kompre-hensif.

2. Jenis ragam serta proses Pengembangan produk desa wisata erat kaitannya dengan diversifikasi dan fokuspada Pengembangan produk yang menjadi unggulan dimana harus memperhatikan “niche and mass tourism product” dalam artian produk mana yang dapat dikem-bankan secara massal dan produk mana saja yang harus dikemabangkan secara esklusif. Proses tersebut akan sangat erat kaitannya dengan pengembangan produk wisata di desa wisata secara parsial dan thematik yang dapat dikambangkan baik secara parapel atau terinte-grasi satu dengan yang lainnya.

3. Permintaan atau keingian Pasar terhadap produk wisata di desa wisata sangat perlu memperhatikan pemenuhan kebutuhan pengalaman berwisata pasar/wisatawan yang datang ke desa wisata, Pengembangan produk wisata yang beragaram serta pemuasan pengalaman beriwisa-ta yang ditawarkan kepada wisatawan atau pengunjung yang datand menikmati desa wisata secara holistik.

133

Page 143: Buku Panduan - STP Trisakti

Uraian implementasi dari pengembangan produk wisata un-tuk desa wisata di Indonesia dapat mengadaptasi konsep pengembangan terintegrasi dan hoslitisk dari keseluruhan komponen di desa wisata seperti terlihat dalam bagan dari Travis dibawah ini:1. People menjadi hal penting karena desa wisata sebagai

roh masyarakat yang sangat mengedepankan karakter-isitk kearifan lokal dan Budaya dari masyarakat yang Kan menjadi Kunci dari aktivitas wisata yang akan ditawar-kan, pemenuhan permintaan kebutuhan wisatawan yang mencari hal otentik di desa wisata, serta pola Budaya yang menjadi keunikan desa sebagai desa wisata secara konstan ataupun yang musiman.

134

Gambar 7.5 Product Exploration

Page 144: Buku Panduan - STP Trisakti

2. Tampatsebagainaunganrohfisikdidesamenjadisatu

bagian kesatuan di desa yang harus mengedepankan cer-ita dari struktur heritage yang ada di desa baik secara cu-lutral mauapun alam yang dibalut dengan “storytelling” yang membumi dan menyatu dengan filosofi serta bu-daya lokal desa.

3. Fasilitas wisata menjadi bagian penting disaat desa su-dah berani menyiapkan diri sebagai desa wisata. Peny-iaapam akomodasi berupa homestay yang berkearifam lokal tetapi berstandar global, penyediaan makan dan Minum yang berbalut kuliner atau gastronomy lokal desa serta penyediaan souvenir dari produk dan sumebr daya lokal.

135

Gambar 7.6 Model Travis

Page 145: Buku Panduan - STP Trisakti

4. Atraksi sebagai hal utama bagi wisatawan untuk berkun-jung ke desa wisata dapat ditawarkan sebagai suatu ke-giatan berkonsep “things to see, things to do and things to explore” yang berujung kepada pemuasan pengalaman beriwsata melalui explorasi produk atraksi di desa wisa-ta.

5. Trasnportasi dan peranan komunikasi dua arah dari desa wisata kepada wisatawan menjadikan pemenuhan akse-sibilitas beriwsata di desa wisata menjadi sempurna.

6. Kesiapan SDM sebagai penyedia service yang akan mem-bawa pengalaman bagi wisatawan menjadi penting utnuk diperhatikan agar desa sebagai desa wisata dapat diakui secara global dengan adanya kemampuan skill dalam hal vokasi (seperti kemampuan mengolah bahan baku lokal sebagai kuliner asli desa, kemampuan dalam hal melayani) maupun pengetahuan yang dapat menunjang pengembangan desa wisata seperti penguasaan bahasa asing, manajemen, IT dan marketing.

B. Packaging Packaging (kemasan) menurut Klimchuk dan Krasovec

(2006) adalah desain kreatif yang menghubungkan bentuk, struktur,material,warna,citra,tipografidanelemen-elemendesain dengan informasi produk agar produk dapat dipasar-kan. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009), Penge-masan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat mer-ebut minat konsumen terhadap pembelian barang.

136

Page 146: Buku Panduan - STP Trisakti

Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada ke-masan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi pro-duk-produk sejenis dalam pasar yang sama. Sehingga saat ini menurut Hermawan Kertajaya (1996) fungsi kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah, tetapi juga sebagai alat promosi dari produk yang dikemasnya. Perkembangan fung-sional kemasan saat ini semakin luas, kemasan juga sudah berfungsi sebagai media komunikasi, seperti dicantumkan-nya nomor telepon. Selain itu, kemasan juga dapat berfung-si untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu, misalkan produk-produk makanan Jepang.

Kemasan dalam pariwisata salah satunya merupakan pa-ket produk wisata, yaitu suatu rencana kegiatan wisata yang telah disusun secara tetap dengan harga tertentu yang men-cakup transportasi, sarana pariwisata, dan DTW serta fasili-tas penunjang lainnya termasuk dalam program pendampin-gan terhadap desa wisata yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Dan dalam penyusunan paket wisata ini diperlukan identifikasi 3A (AtraksiWisata, Aksesibitas, dan Amenitas)sehingga paket wisata ini akan tepat sasaran sesuai dengan segmen pasarnya

Tujuan packaging dalam program pendampingan ini ada-lah untuk mengedukasi masyarakat di Desa Wisata agar memiliki pemikiran terbuka dalam pengembangan Desa Wisata dan mampu mengeksplor potensi Desa Wisata mel-alui packaging sehingga menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan. Hal ini dapat dilakukan melalui ahli-ahlinya dari Perguruan Tinggi baik dosen maupun mahasiswa yang men-dampingi Desa Wisata tersebut dengan memberikan pembe-rian materi baik teori maupun praktek untuk pengemasan produknya yang salah satunya melalui paket wisata.

137

Page 147: Buku Panduan - STP Trisakti

Sedangkan menurut Kotler (1999) terdapat 4 (empat) fungsi kemasan, yaitu:a. Self Service, sebagai Identitas Produk

Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, sehingga kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.Packaging di Desa Wisata harus menunjukkan ciri khas dari suatu produk yang dijual, sehingga SDM/masyarakat harus mampu menyediakan paket wisat yang berbeda dan unik dari desa wisata atau tempat/destinasi lainnya.Berikut adalah contoh kemasan produk yang kreatif dan menunjukan identitas produk yaitu dodol yang diberikan kemasan luar dari bahan ketrtas dengan pencetakan dan disain yang menarik serta menunjukan identitas produk dari pembuatnya.

Sedangkan contoh lain adalah dengan membuat paket wisata untuk para wisatawan dengan konten paketnya yang unik dan bernilai kearifan lokal termasuk paket un-tuk akomodasi/homestay, atraksi wisata, kuliner, kunjun-gan ke objek wisata dan lainnya.

Gambar 7.7 Kemasan Produk Dodol

138

Page 148: Buku Panduan - STP Trisakti

2. ConsumerAffluence,sebagaiCerminanPerusahaanPackaging yang menarik dapat mempengaruhi konsumen untuk bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik. Masyarakat di desa wisata harus harus membuat package yang menarik/atraktif sesuai kearifan lokal setiap daer-ah karena kemasan itu menggambarkan desa wisatanya. Desa Wisata yang mengemas produknya dengan baik, maka dapat dikatakan desa wisata tersebut aware den-gan kualitas produk dan tingkat penerimaan wisatawan. Sudah sifat dasar manusia bahwa saat membeli produk dalam kemasanpun, wisatawan akan memastikan bah-wa tidak ada kerusakan pada kemasan, apalagi ini mer-upakan kemasan yang unik, langka dan memiliki prestise tersendiri bagi wisatawan. Berikut contoh kemasannya adalah Pia Legong, orang akan berani bayar mahal untuk mendapatkannya dan prestise jika sudah memilikinya, apalagi diawal-awal kemunculannya.

Disamping contoh produk, juga pengelola desa wisata membuat paket wisata yang memiliki nilai lebih sehing-ga orang mau membelinya dan tidak mempermasalahkan masalah harga seperti paket wisata minat khusus atau paket wisata ekstrim, dan sebagainya

139

Gambar 7.8 Pia Legong, Bali

Page 149: Buku Panduan - STP Trisakti

c. Company and Brand Image, sebagai Pencipta Citra Perusahaan

Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mem-percepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.Packaging seperti ini merupakan brand image pengelo-la destinasi sehingga bisa menjadi salah satu identitas destinasi untuk dikenal wisatawan. Siapa yang tak ke-nal Yogyakarta dan Malang ? oleh karenanya setiap Desa Wisata yang ada di wilayah Yogyakarta dan Malang, akan selalu mencantumkan nama Yogyakarta dan malang di belakangnya karena itu sebagai kekuatan, contohnya pada saat awal berdiri seperti Desa Wisata Penting Sari, Yogyakarta (dalam kemasannya tidak hanya menyebut-kan Desa Wisata Penting Sari, Sleman) dan Desa Wisata Pujon Kidul, Malang. Hal tersebut dilakukan untuk menjual produk tert-entu maupun untuk paket wisata yang dijual kepada para wisatawan.

140

Gambar 7.9 Desa Wisata Pujon Kidul, Malang

Page 150: Buku Panduan - STP Trisakti

d. Inovational Opportunity, sebagai Media Penyimpanan Multi Fungsi

Packaging yang inovatif dapat memberikan manfaat bagi wisatawan dan menguntungkan pengelola destinasi.Pengelola desa wisata perlu memahami segmen pasar ka-rena beberapa kategori wisatawan lebih prefer ke produk fungsional, alasannya mereka membeli produk tersebut karena produk tersebut berfungsi dan bermanfaat untuk mereka, oleh karenanya dapat mengemas produk dengan kemasan yang bisa digunakan berulang misalnya untuk tempat produk lain nantinya dan tidak dibuang setelah habis dipakai produknya. Contohnya tempat jamu den-gan kemasan dari botol berbahan beling/kaca/plastik isi ukang yang dapat digunakan setelahnya untuk temapt air, bumbu dan lainnya. Atau membuat Paket Wisata yang kreatif dan inovatif serta kekinian yang tetap mengede-pankan paket wisata kearifan lokal.

141

Gambar 7.10 Kemasan Botol untuk Jamu

Page 151: Buku Panduan - STP Trisakti

Keempat fungsi kemasan sesuai pendapat Porter (1999) diatas dapat pula dijadikan sebagai Strategi Membuat Packaging yang Menarik, Unik dan Inovatif.Dan satu hal lagi yang harus diperhatikan dalam meny-usun paket produk/wisata adalah Tema, Atraksi, Tarif, Atribut, Durasi, Bonus, Daftar Pengelola, Story Telling, dan Fasilitas yang Tersedia.

C. Presentation Rangkaian terakhir dari pengembangan produk pari-wisata di desa wisata setelah exploring dan packaging ada-lah presentation atau menyajikan produk pariwisata agar menarik dan diminati oleh wisatawan. Oleh karenanya pen-gelola desa wisata bersama-sama dengan seluruh kompo-nen didalamnya harus mampu membuat produk yang sudah dikemas tersebut memiliki nilai jual yang tinggi, bukan ha-nya pada kualitas produknya saja tetapi juga dari SDM nya yang akan langsung bersentuhan dengan wisatawan yang akan menjadi garda terdepan untuk menawarkan dan mem-presentasikan produk-produk tersebut. Produk yang ditawarkan tersebut akan memiliki nilai jual yang tinggi jika pengelola mampu mempresentasikannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut yang dise-but dengan bauran presentasi atau presentation mix, yaitu

142

Gambar 7.11Presentation Mix

Page 152: Buku Panduan - STP Trisakti

1. Physical PlanDisain produk harus disesuaikan dengan kebutuhan acara dan kegiatan, seperti balai desa yang dimiliki oleh desa wisata dapat kita setting menjadi tempat penerimaan tamu, bisa juga kita jadikan tem-pat untuk melakukan pameran, dan lainnya

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan da-lam kegiatanya.

2. AtmosphereSuasana lingkungan desa wisata yang penuh dengan im-plementasi sapta pesona akan menjadikan desa wisa-ta sebagai komoditi lengkap penuh kearifan lokal serta suasana yang dimilikinya untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Menguatkan hal tersebut agar wisatawan lebih tertarik lagi dengan semua produk wisata yang su-dah di eksplor dan dibuat paket produk/wisata, Heide dan Gronhoug (2006) mengatakan ada 3 (tiga) aspek atmos-phere:a. Ambience, suasana yang berkaitan dg suara, penca-

hayaan, dan aromab. Interaction, merespon kebutuhan pelangganc. Design, tata letak dan disain memberi pengaruh dan

emosi

3. LocationSangat jarang lokasi desa wisata dengan keasrian alam dan keunikan budayanya berada di pusat kota dan

143

Gambar 7.12 Breksi, Yogyakarta

Page 153: Buku Panduan - STP Trisakti

pasti akan sedikit menjauh dari keramaian kota, oleh ka-renanya lokasi ini meskipun jauh dari hiruk pikuk glamor-nya kota tetapi dengan aksesibilas yang mudah dan lancer serta jalan-jalan desa yang aman, tertib dan bersih akan menjadikan desa wisata menjadi daya tarik tersendiri yang mewakili komponen presentasi produk-produk ser-ta paket wisatanya di desa wisata karena desa wisata tersebut akan benar-benar menjual lokasi, kemudahan akses pencapaian atau daerah yang memiliki keunikan sehingga sangat diminati wisatawan.

4. Employees Pelayanan dan sikap yang diberikan kepada wisa-tawan merupakan salah satu pendorong dari kepuasan tamu dalam melakukan pembelian ulang. Sikap seperty;a. Hospitality

Kesediaan, interaksi, keramahtamahan, murah hati, kesopanan, keakraban, saling menghormati antara tamu dengan tuan rumah- memberi rasa aman, - nyaman,- betah, - suasana santai.

144

Gambar 7.13 Desa Wisata Panglipuran

Page 154: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar 7.14 Keramahan SDM Desa Wisata

Ketika suatu produk ditampilkan, dipresentasikan di hadapan pembeli, pelayanan SDM juga merupakan bagian penting dari keseluruhan yang memberikan nilai tambah bahkan mempengaruhi keputusan membeli.b. Pelayanan Prima ( Excellente Service)

- Pelayanan terbaik- Melakukan sesuatu yang biasa dengan cara yang luar biasa- Sikap/ cara melayani pelanggan dengan memuaskan ; kemampuan, perasaan dan keterampilan

5. CustomerKarakteristik wisatawan sebagai salah satu hal yang har-us diperhatikan dari kebiasaannya dan selera mereka da-lam melakukan kunjungan maka kita harus memahami :a. Aspekgeografis;kewarganegaraandanasalnegarab. Aspek demografis ; jenis kelamin, usia, pekerjaan,

Pendidikan, status perkawinan, dan lainnya, sebagai contoh karakter Cina/Taiwan/ korea:

145

Page 155: Buku Panduan - STP Trisakti

Gambar7.15AktifitasWisatawanMancanegara

1) Menyukai harga murah dan tidak terlalu mement-ingkan fasilitas dan pelayanan

2) Banyak bicara/ cerewet3) Menonjolkan peran/ kesan budaya cina4) Orang cina tergolong tidak sabaran dan cepat ma-

rah5) Lebih menyukai Bahasa sendiri ketimbang Bahasa

inggris6) Suka bergerombol dalam kelompok ramai-ramai7) Selaluberfikirekonomis

6. Price Harga yang ditawarkan kepada wisatawan, ada dua hal

yang perlu diperhatikan a. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga produk atau

jasa pariwisata1) Keadaan perekonomian2) Permintaan dan penawaran wisata3) Elastisitas permintaan wisata4) Persaingan terhadap jasa wisata5) Biaya6) Tujuan perusahaan/ pengelola wisata

146

Page 156: Buku Panduan - STP Trisakti

7) Pengawasan pemerintahb. Strategi penyesuian harga

1) Hargageografis2) Harga dengan potongan3) Harga promosi4) Harga diskriminasi (jenis konsumen , waktu dan

tempat)5) Harga produk dan jasa baru (lebih rendah/tinggi

dari pesaing)

Secara global presetation mix merupakan tahapan da-lam menawarkan produk kepada wisatawan, namun hal ini harus juga memperhatikan pada ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh desa wisata tersebut yang men-jual environment (keasilan lingkungan) yang sesuai dengan budaya dan sosial mereka, sehingga nantinya akan mampu menunjukan kapasitas presentasi masyarakat di desa wisa-ta. Sesuai yang dikemukakan oleh Morgan & Andrew (2017) bahwa Kapasitas Presentasi adalah kemampuan masyarakat dalam menjelaskan, mendiskripsikan, menawarkan, mey-akinkan bahkan mempengaruhi orang lain atau masyarakat lain, secara tepat sasaran sesuai dengan segmentasi yang diharapkan. Akan menjadi sebuah kebutuhan dasar dan penting agar produk desa wisata berbasis masyarakat, dap-at menjadi sebuah produk unggulan yang penikmatnya atau masyarakat pembelinya sesuai dengan target pasar. Terlebih masyarakat sebagai produsen harus paham dalam kapasitas presentasinya, untuk melihat berbagai peluang dan kesem-patan sesuai dengan target pasar yang membutuhkannya. Dalam beberapa kajian komponen kapasiatas masyarakat sangat beragam dan banyak sekali pendekatanya, untuk disesuaikan pada bentuk produk pariwisata berbasis mas-yarakat khususnya desa wisata, antara lain seperti yang ter-cantum dalam bagan berikut ini.

147

Page 157: Buku Panduan - STP Trisakti

a. Distinctive (Berpegang pada Kekhasan)Dalam kaitanya dengan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata, Distinctive adalah sebuah makna identi-tasdari Kesederhanaan dan Kesahajaan dari kearifan lokal, yang mengacu pada pemanfaatan secara pro-duktif berbagai potensi sosial budaya masyarakat, khususnya menjadikan Kearifan Lokal (Local Wisdom) sebagai prioritas keberdayaan dan kemandirian mere-ka. Produk wisata yang akan di tawarkan kepada mas-yarakat luar adalah produk kekhasan, sebagai mas-yarakat desa yang penuh kesahajaan dan menghargai kearifan lokal masyarakat.

b. Self-Confident(MemilikiPercayaDiriyangkuat)Percaya diri sebagai kekuatan psikologis sesorang atau kelompok masyarakat, untuk mengekspresikan atau mengaktualisasi berbagai potensi lokalnya. Pada masyarakat Desa Wisata percaya diri menjadi pent-ing, untuk secara prioritas dengan segala kemam-puannya masyarakat membangun desanya secara produktif, dan berani menunjukan sesuatu yang beda dan berkualitas kepada masyarakat di luar komunitas mereka.

148

Gambar7.16InfluencingCapacity

Page 158: Buku Panduan - STP Trisakti

c. Engagement (Menyadari akan keterikatan dengan berbagai pihak)Keterikatan dan keterkaitan antar individu dalam masyarakat desa, sebagai sebuah kekuatan moral dan social dalam membangun desa, dalam sebuah keber-samaan yang saling mendukung ke untuk tujuan ber-sama. Khusus dalam melakukan presentasi produk, mereka harus menghormati dan menjaga saling keter-pautan serta kebersamaan dengan pihak-pihak lainn-ya.

d. Adversity (Memiliki Ketahanmalangan atau tahan banting)Suatu bagian dari kecerdasan emosional masyarakat, berupa kemampuan dan ketrampilan bertahan meng-hadapai berbagai persoalan. Adversity juga biasa di jelaskan sebagai ketahanmalangan atau tahan bant-ing dalam menghadapi kekecewaan dan ketidakpas-tian. Mengembangkan desa wisata berbeda dengan membangun sebuah usaha komersial murni, dimana keuntungan dan terget penjualan menjadi prioritas, berbeda dengan mengembangkan produk desa wisa-ta yang lebih mengarah pada menjadikan fenomena masyarakat setempat sebagai subyek subyek proses menuju masyarakat madani.

e. Creativity(selalumelahirkankreatifitas)Kemampuan untuk melihat hal-hal dalam cahaya yang baru dan tidak biasa, untuk melihat masalah-masa-lah yang mungkin tidak disadari oleh orang lain selain daripada menghasilkan penyelesaian yang baru dan tidak biasa dan efektif. Kreatifitas harus digali ber-sama masyarakat untuk melihat sesuatu yang baru, Perguruan tinggi harus menjadi jembatan pada mas-yarakat untuk melihat sesuatu fenomena kreatif yang masyarakat tidak menyadarinya.

149

Page 159: Buku Panduan - STP Trisakti

f. Responsibility (Bertanggung jawab pada diri dan ling-kunganya)Bertanggung jawab dalam menjaga keseimbangan antara lingkungan, sosial, budaya. Dan memasti-kan bahwa kesejahteraan dan keharmonisan milik masyarakat, maka untuk itu tanggung jawab moral berkelanjutan menjadi prioritas dalam kapasitas pre-sentasi masyarakat desa wisata.

150

Page 160: Buku Panduan - STP Trisakti

PENUTUP

Kegiatan pemberdayaan masyarakat desa wisata berba-sis pendampingan, yaitu dalam peran sosialnya sebagai bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Dalam program ini peran perguruan tinggi dipertaruhkan eksistensinya sebagai salah satu pemegang komponen Pentahelix pembangunan Pa-riwisata, untuk bersama mensukseskan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Dan dihara-pkan kampus berperan serta secara aktif dalam melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan, demi kemajuan sektor pariwisata Indonesia khususnya Pariwisata berbasis masyar-akat di Desa Wisata. Program yang diikuti oleh lebih 109 Perguruan Tinggi dan Desa Wisata di seluruh Indonesia ini, berusaha memaksimalkan peran Civitas Akademika sebagai agen perubahan untuk me-majukan Desa Wisata berbasis masyarakat yang dalam pelak-sanaannya melibatkan Dosen dan Mahasiswa menjadi sebuah hubungan simbiosis mutualisma dalam peningkatan kapasi-tas bersama, antara pihak kampus dengan masyarakat Desa Wisata yang menjadi fokus desa wisata binaan masing-masing perguruan tinggi. Apresiasi yang akan diberikan oleh pihak Ke-menterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bukanlah menjadi prioritas semata, tapi diharapkan kegiatan ini dapat menjadi pemicu tumbuhnya keberdayaan masyarakat Desa Wisata, yang pada akhirnya masyarakat merasakan manfaat kesejahteraan sebenarnya dalam prioritas pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

151

Page 161: Buku Panduan - STP Trisakti

Daftar Pustaka

Adedokun, O.M. C.W, Adeyamo, and E.O. Olorunsula. (2010). The Impact of Communication on Community Development. J Communication, 1(2): 101-105.

Al Rasyid, H. (2017). Pengaruh Kualitas Layanan dan Pemanfaatan Teknologi terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Go-Jek. Jurnal Ecodemica: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Bisnis, 1(2), 210–223.

Ali Gholipour Soleimani & Hannaneh Einolahzadeh, (2019), The influenceofservicequalityonrevisitintention:The mediating role of WOM and satisfaction (Case study: Guilan travel agencies). Journal Cogent Social Sciences. Vol.4,2018-issue 1. Aplikasi, Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.

B.S.E.2008.TheInfluenceOfSpatialUrbanizationToRegional Condition In Periurban Areas Of Yogyakarta. Forum Geografi.Vol.22.No.1.pp27-43.

Brunner, Edward. (2010). New Paradigm of Tourism: review of theliteraturefrom2005to2009.ScientificResearchIn Tourism.

Buletin Dewata. (2017). Mengatasi Keluhan Negatif Wisatawan terhadap DTW Bali. Retrieved December 17, 2018, from http://www.buletindewata.com/berita-daerah/2017/06 /22/1634

152

Page 162: Buku Panduan - STP Trisakti

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut (2006), Perencanaan Ekowisata dan Teori ke EC-AEIDL, 1997, Marketing Quality Rural Tourism, Rural Europe - European Commission, http://www.rural-europe. aeidl/rural-en/biblio/touris/*.htm, 29/8/98 17:27

Edvardsson, B., Gustafsson, A., & Roos, I. (2005). Service Portraits in Service Research: a Critical Review. International Journal of Service Industry Management, 16(1), 107–121.

Fahrudin, Adi. (2012). Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Fahrudin, Adi. (2012). Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Firman/Kemendes PDTT (2020). Protokol tanggap covid-19 ini arahan gus menteri pada relawan desa. https://www.kemendesa.go.id/berita/view/detil/3221/ protokol-tanggap-covid-19-ini-arahan-gus-menteri- pada-relawan-desa

Goodwin, H., & Santilli, R. (2009). Community Based Tourism: Success? ICRT Occasional Paper 11.

Hasan, Ali. (2015). Tourism Marketing. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.

Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan dan Sarana Wisata Terhadap Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan/: Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran. Wahana Informasi Pariwisata/: Media Wisata, 15(1), 562–577.

153

Page 163: Buku Panduan - STP Trisakti

Hermawan, H., Brahmanto, E., & Hamzah, F. (2018). Pengantar Manajemen Hospitality. Pekalongan: Penerbit NEM. https://kilaskementerian.kompas.com/kemendes/ read/2020/04/02/13301261/ini-5-tugas-relawan-desa- lawan-covid-19-menurut-protokol-kemendes-pdtt https://www.kompas.com/tren/ read/2020/05/18/ 103200465/simak-panduan-protokol-kesehatan- pencegahan-covid-19-untuk-sambut-new https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/27/ 193200965/infografik--panduan-protokol-kesehatan- pencegahan-covid-19-untuk-sambut-new.

Intan, Putu (2020). WTTC Rilis Protokol Global untuk hadapi New Normal Pariwisata. Sabtu, 16 Mei 2020 14.31. https://travel.detik.com/travel-news/d-5017283/ wttc-rilis-protokol-global-untuk-hadapi-new-normal- pariwisata.

Ismayanti. (2013). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Jaya, I. M. S. A., Wahyuni, L. M., & Rismayanti, A. (2017). Penerapan Pelayanan Prima untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen Golf pada Nirwana Bali Golf Club. Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan, 12(3 November), 206. Jhingan, M.L.2014.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Rajawali Pers: Jakarta.

Jhingan, M.L.2014.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers: Jakarta.

154

Page 164: Buku Panduan - STP Trisakti

Jimu, M.I. (2008). Community Development: A Cross-Examination of Theory and Practice Using Experiences in Rural Malawi. Africa Development, Vol. XXXIII, No. 2, 2008, pp. 23–3 Journal of Economics 3 (1): 97–104. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2008).

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.04/UM.001/MKP/2008 tentang Sadar Wisata. Jakarta : Kemenbudpar.

Kementerian Pariwisata ((2016). Buku Pedoman Desa Wisata. Jakarta : Direktur Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ((2012). Buku Pedoman Pokdarwis. Jakarta : Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2020). Program dan Penerapan CHS ( Clean, Healthy, Safety). Jakarta : Plt.Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan.

Kementerian Pariwisata RI ( 2017). Materi Pengembangan Sadar Wisata dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia.

Kementerian Pariwisata RI, (2016). Buku Saku Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Jakarta : Kementerian Pariwisata RI.

Kementerian Pariwisata, (2016), Panduan Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT), Jakarta

155

Page 165: Buku Panduan - STP Trisakti

Kementerian Pariwisata, (2019), Buku Panduan Program Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pendampingan melalui PT, Asdep Pengembangan SDM Pariwisata

Kementerian Pariwisata, (2019), Kriteria Sub Kriteria dan Indikator Desa Wisata, Asdep Pengembangan SDM Pariwisata

Kertajaya, Hermawan, (1996), Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Khuzaini, Maskur (2019). Dimensi Pelayanan Pada Perguruan Tinggi: Studi Pada Mahasiswa Pascasarjana. At-Tadbir: Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 3 No. 1 (2019) 64-73 Homepage: ojs.uniska.ac.id/attadbir

Kompas.com (2020). “INFOGRAFIK: Panduan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 untuk Sambut New Normal”.

Kompas.com (2020). “Simak, Panduan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 untuk Sambut New Normal”,

Kotler, P., & Armstrong, G. (2012). Principles of Marketing, 14e. New Jersey, USA: PearsonEducation Ltd.

Kotler, P., & Keller, (2009), Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga Kotler, P, (1999), Manajemen Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo

Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum TingkatSatuanPendidikandanSuksesdalamSertifikasi Guru).Jakarta:RajaGrafindoPersadaLinkage.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

156

Page 166: Buku Panduan - STP Trisakti

Long, P.T., Nuckolls, J.S., (1994), Organizing Resources for Rural Tourism Development: The Importance of Leadership, Planning and Technical Assistance, Tourism Recreation Research, Vol 19 Num 2, USA

Malik, S. U. (2012). Customer Satisfaction, Perceived Service Quality and Mediating Role of Perceived Value. International Journal of Marketing Studies, 4(1). https://doi.org/10.5539/ijms.v4n1p68

Marinovski, Caroline. (2016). Community development approach to community-based

Marulita, Binsar(2020)Kamis, 14 Mei 2020 10:00 WIB. Luncurkan 2 Aplikasi, Kemendes Akselerasi Digital Protokol Penanganan Covid-19 https://m.trubus.id/baca/36701/luncurkan-2-aplikasi- kemendes-akselerasi-digital- protokol-penanganan- covid-19 Morrison, Alastair M. (2013). Marketing and Managing Tourism Destination. New York: Routledge.

Mubarak, Z. (2010). Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari Proses Pengembangan Kapasitas Pada Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Tesis Program Studi Magister Teknik Pemberdayaan Wilayah dan Kota. Semarang: Universitas Diponegoro.

Normasari, S. e. . (2013). Pengaruh kualiltas pelayanan terhadap kepuasaan pelanggan, citra perusahaan dan loyalitas pelanggan. Jurnal Administrasi Bisnis. https://doi.org/10.1021/pr050315j.Effects

157

Page 167: Buku Panduan - STP Trisakti

NSWTC, 1991, Planning for Tourism and Major Tourism Developments: Issues Affecting Local Government, Second Edition, Tourism Information Paper Number 1, Planning and Policy Division, NSW Tourism Commission, Sydney.

Oka A. Yoeti. 2002, Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, Jakarta, PT Pradaya Pramita.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. (1995). A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future Research. Journal of Marketing, 49(fall), 41-50

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

Pitana, I Gde. (2011). Pemberdayaan dan Hiperdemokrasi dalam Pembangunan Pariwisata, dalam Pemberdayaan dan Hiperdemokrasi dalam Pembangunan Pariwisata. Persembahan untuk Prof. Ida Bagus Manuaba (I Nyoman Darma Putra dan I Gde Pitana Penyunting). Denpasar: Pustaka Larasa.Prakoso,

Prasetya, Anggara Wikan (2020). Kompas.com - Kamis, 2 April 2020. Ini 5 Tugas Relawan Desa Lawan Covid-19 Menurut Protokol Kemendes PDTT

Rahayu, Agustini (2020). Kepala Biro Komunikasi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif - Sabtu, 4 April 2020. Kemenparekraf Buka Jalur Pengaduan bagi Pelaku Parekraf Terdampak COVID-19. https://www.kemenparekraf.go.id/post/siaran-pers- kemenparekraf-buka-jalur- pengaduan-bagi-pelaku- parekraf-terdampak-covid-19

158

Page 168: Buku Panduan - STP Trisakti

Ralemug, T. (2018). Terancam Matinya Area Pariwisata Pantai Anyer, Carita, dan Karang Bolong di Banten karena Tarif Parkir dan Harga Makanan yang Tidak Ramah. Jurnal Studi Desain, 1(2), 47–51.

Rendy, G., Oroh, S. G., & Roring, F. (2015). Analisis Harga, Promosi, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Manado Grace Inn. Jurnal EMBA. https://doi.org/10.1007/BF02908299

Roberny, Roger. (2018). Tourism in Phenomenology: A Longitudinal Study of Articles between 2008 and 2017. Journal Sustainability. Sasongko, T. (2018). Jema: Jurnal Ilmiah Bidang Akuntansi dan Manajemen. JEMA: Jurnal Ilmiah Bidang Akuntansi dan Manajemen (Vol. 15). Universitas Islam Malang. Retrieved from http://riset.unisma.ac.id/index.php/jema/arti cle/ view/782/pdf

Shucksmith, Mark. (2013). Future Direction in Rural Development. England: Carnegie UK Trust

Sipahelut, Michel. (2010). Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan

Soekadijo. (2000). Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai Systemic

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strate gis Pembangunan Kesejahteraan SosialdanPekerjaanSosial.Bandung:PTRefika Aditama.

159

Page 169: Buku Panduan - STP Trisakti

Sunywood, Sophie. (2012). Tourism Revolution: A New Tourism Phenomenon. Utms Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. tourism: The Case of Beni Na’im in Palestine. University of Helsinki.

Travis A, (2011), Planning for Tourism, Leisure and Sustainability, CABI,United Kingdom Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. 2009. Mendesign Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta : Kencana.

Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Bumi Aksara.

UNWTO (2020). Global Guidelines to Restart Tourism. Madrid : UNWTO.

Wiendu, N, 1993. Concept, Perspective and Challengs, Makalah bagian Laporan Konferensi Internasional Pariwisata Budaya; Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss.

Wold Travel &Tourism Council (2020). Leading Global Protocols For The New Normal. London : WTTC.

Wold Travel &Tourism Council (2020). Leading Global Protocols The New Normal. Outdoor shopping Destinations/Retail Establishments. London : WTTC.

160

Page 170: Buku Panduan - STP Trisakti

World Tourism Organization, International Thomson Business Press, London.

WTO, 1993, Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners, World Tourism Organization, Spain. WTO, 1996, What Tourism managers Need to Know: A Practical Guide to the Development and Use of Indicators of Sustainable Tourism, World Tourism Organization, Spain.

WTO, 1997a, National and Regional Tourism Planning: Methodologies and Case Studies, WTO, 1997b, Rural Tourism: A Solution for Employment, Local Development and Environment, World Tourism Organization, Spain

WTO, 1997c, International Tourism: A Global Perspective, World Tourism Organization, Spain.

WTTO, 1995, Agenda 21 for the Travel and Tourism Industry: Towards Environmentally Sustainable Development, World Travel and Tourism Council, UK

Visit Bangka Belitung, (2019), Delapan Kriteria Penyusunan Paket Wisata [Online] Available http://visitbangkabelitung.com/2019/04/delapan- kriteria-penyusunan-paket-wisata

Yang, F., & Zhang, H. (2018). The Impact of Customer Orientation on New Product Development Performance: The Role of Top Management Support. International Journal of Productivity and Performance Management, 67(3), 590–607.

161

Page 171: Buku Panduan - STP Trisakti

LEMBAR COACHING DESA WISATA

Hari/Tanggal : ...............................................................................................................................Pukul : ...............................................................................................................................Nama Coachee : ...............................................................................................................................Nama Pendamping : ...............................................................................................................................Permasalahan : ...............................................................................................................................

Catatan Pendamping:............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Lampiran 1

162

Page 172: Buku Panduan - STP Trisakti

Lampiran 2

LEMBAR PENDAMPINGANPENGELOLAAN HOMESTAY

Hari/Tanggal : .............................................................................................Nama Pendamping : .............................................................................................

Perkembangan Kondisi Produk, Pengelolaan, Pelayanan Homestay

163

Page 173: Buku Panduan - STP Trisakti

164

Page 174: Buku Panduan - STP Trisakti

Rentang Nilai: SB: 80 B: 70 C: 60 KB: 50

ASPEK-ASPEK YANG TELAH DICAPAI DENGAN BAIK PASCA PELATIHAN: ............................................................................................................................................

ASPEK-ASPEK YANG BELUM TERCAPAI : ............................................................................................................................................

MASALAH /HAMBATAN YANG DIHADAPI : ............................................................................................................................................

SARAN TINDAK UNTUK MENGATASI MASALAH ............................................................................................................................................

165

Page 175: Buku Panduan - STP Trisakti

Lampiran 3

DATA PESERTAPELATIHAN .......................................................

DESA ..............................................................................KEC .................................................................................KAB ................................................................................

166

Page 176: Buku Panduan - STP Trisakti

Lampiran 4

DATA HADIR PESERTA DALAMPELATIHAN .......................................................

DESA ..............................................................................KEC .................................................................................KAB ................................................................................

167

Page 177: Buku Panduan - STP Trisakti