Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

42
Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT) Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 1 Buku Panduan Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga Tetangga Tetangga Tetangga (PBRT) (PBRT) (PBRT) (PBRT) Di Susun oleh : Team LEGITIMID Diterbitkan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN ADVOKASI MASYARAKAT DESA (LEGITIMID) KABUPATEN SUMBAWA BARAT Cetakan Pertama, tahun 2007 Perpustakaan Nasional : Katalog dalam terbitan (KDT) Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. Diperkenankan untuk memperbanyak, mencetak, mengcopy dan lain sebagainya sepanjang bukan untuk kepentingan komersial.

Transcript of Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Page 1: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 1

Buku Panduan

Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun Program Pembangunan Berbasis Rukun

TetanggaTetanggaTetanggaTetangga (PBRT)(PBRT)(PBRT)(PBRT)

Di Susun oleh : Team LEGITIMID

Diterbitkan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN ADVOKASI MASYARAKAT DESA (LEGITIMID) KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Cetakan Pertama, tahun

2007

Perpustakaan Nasional : Katalog dalam terbitan (KDT)

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. Diperkenankan untuk memperbanyak, mencetak, mengcopy dan lain sebagainya sepanjang bukan untuk kepentingan komersial.

Page 2: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 2

BAGIAN PERTAMA

Pada bagian ini akan dibahas tentang filosofi dasar pembangunan berbasis RT,

maksud dan tujuan, program dan strategy umum dari pembangunan berbasis

RT, peran para aktor dalam pembangunan berbasis RT, prasyarat-prasyarat

keberhasilan program dan materi umum lainnya. Diharapkan dari pembahasan

ini pembaca memahami secara komprehensif latar-belakang, maksud dan tujuan

pembangunan berbasis RT, serta dapat berpartisipasi secara aktif dalam program

pembangunan berbasis RT di KSB yang merupakan inovasi model pembangunan

di Indonesia.

BAB I

SEKILAS TENTANG

KEBERADAAN RUKUN TETANGGA

Apa itu RT dan kapan RT itu ada?

Sebelum Belanda masuk ke Indonesia susunan struktur kekuasaan di Indonesia

adalah dalam bentuk kerajaan, terdiri dari kerajaan besar dan kerajaan kecil.

Dan setiap kerajaan dipimpin oleh seorang Raja. Belanda masuk ke Indonesia

membawa pengaruh besar terhadap tatanan pemerintahan, salah satunya adalah

diperkanalkan Istilah Demang. Demang adalah pamongraja pribumi yang

tunduk kepada controleur. Demang membawahi kampung-kampung yang ada

dalam suatu wilayah dan kampung-kampung tersebut di Ketua oleh Seorang

Kepala Kampung. Kepala Kampung bertugas mengurus penduduk pribumi, dan

untuk golongan orang Timur Asing, mempunyai Kepala dan wijk (aturan)

tersendiri. Untuk golongan Cina, kepalanya diangkat dengan kedudukan seperti

kepangkatan militer, yaitu Letnan, Kapten dan Mayor. Demikian pula dengan

golongan Arab dan Keling (India/Pakistan) dengan kepalanya seorang Kapten.

Untuk kedudukan kepala Bangsa Timur Asing, biasanya dipilih berdasarkan atas

pernyataan jumlah pajak yang akan mereka pungut dan diserahkan bagi

pemerintah disertai pula jaminan dana bagi kedudukannya.

Pembentukan Demang dan Kepala Kampung dimasa Kolonial Belanda

sebenarnya bukan ditujukan untuk memenuhi kepentingan pribumi, akan tetapi

lebih kepada upaya Pemerintah Belanda mempermudah pengawasan,

mempermudah dan memperluas penarikan pajak pribumi, bahkan banyak

Demang dan Kepala Kampung yang dijadikan sebagai ”agen” pemerintah

belanda mematai-matai setiap gerak perjuangan bangsa Indonesia. Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda, masyarakat digolongkan kedalam tiga susunan, yakni

Timur Asing (Tiong Hoa), Pribumi dan Hindia-Belanda (Golongan Eropa). Konsep yang

dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda ini ternyata berdampak pada proses

pembauran masyarakat yang tidak berjalan harmonis, bahkan kemudian melahirkan

Page 3: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 3

konflik sosial berdasarkan ras, suku, dan keturunan, konsep pembangunan pemukiman

dan sosial dengan pengkotak-kotakkan identitas sosial dan wilayah yang dilakukan

Pemerintah Hindia Belanda inilah yang pada akhirnya telah melahirkan disintegrasi

sosial dibanyak daerah, khususnya pada tahun 1998-2000.

Dimasa Penjajahan Jepang (1942-1945), secara struktural tidak ada perubahan

kedudukan kepala kampung. Hanya gelarnya saja yang dirubah, yaitu menjadi

Ku - Co dan mereka dibawah koordinasi Gun - Co. Tugasnya dititik beratkan

pada pembangunan ekonomi peperangan Jepang. Untuk merapatkan barisan di

kalangan penduduk Indonesia, diperkenalkan suatu sistem lingkungan Jepang,

Tonari - Gumi, yaitu Rukun Tetangga yang meliputi setiap 10 rumah di suatu

kampung. Tonari - gumi dipimpin oleh seorang Ku - Mi - Co (Ketua RT)1. Di Zaman Belanda tak ada RT. Yang ada hanyalah Lurah. Pada masa Jepang dibentuk

lembaga baru bernama gumicok atau rukun tetangga alias RT. RT sengaja dibuat oleh

tentara pendudukan Jepang sebagai kepanjangan tangan militer. Digunakan untuk

memantau segala sesuatu di kalangan rakyat paling bawah, pada satuan kelompok

keluarga serupa dengan lembaga yang ada di negara asalnya. Tujuan lainnya dapat

digunakan sebagai mesin birokrasi, jalur informasi, perang urat saraf dan pelaksanaan

propaganda Asia Timur Raya.

Sistem toniragumi (kelompok lingkungan ini merupakan cikal bakal terbentuk

RT/RW yang kita kenal sekarang) yang diterapkan pada zaman Jepang

melahirkan organisasi keamanan Keibodan yang beranggotakan warga setempat.

Para anggota Keibodan umumnya saling bekerja sama dalam semangat gotong

royong dengan penjaga kampung di lingkungan mereka2. Pembangunan permukiman sosial yang dibangun oleh Jepang (konsep Rukun Tetangga) atau RT

memiliki keunggulan karena dalam komunitas RT tidak mengenal adanya pembedaan

suku, agama, ras dan sebagainya. Sehingga di dalam komunitas RT berkembang

heterogentas warga dan dengan heterogenitas inilah kemudian setiap warga masyarakat

bisa saling mengenal dan belajar, bekerja sama dan pada akhirnya saling menghargai

adanya perbedaan, kondisi ini mendorong pula munculnya proses demokratisasi dalam

komunitas di tingkat RT.

Istilah-istilah yang digunakan pada masa pemerintahan Belanda dan Jepang terus

mengalami perubahan setelah Indonesia merdeka, terbitlah Undang-undang

1 Seluruh istilah yang berbau Belanda diganti dengan bahasa Jepang. Istilah-istilah itu, antara lain SYA untuk menyebut Keresidenan, KEN (Kabupaten), GUN (Kewedanaan) SON (Kecamatan) dan KU ( Desa/Kelurahan). Sedangkan

pemegang pemerintahannya hanya ditambahkan sebutan CO, sehingga timbulah istilah SYUCO ( Residen), KENCO (

Bupati), GUNCO ( Wedana), SONCO (Camat) dan KUCO ( Kepala Desa/Lurah). Istilah Gemeente diganti Si sehingga

untuk menyebut Burgemeenter (Walikota) disebut SICO sedangkan pemerintahan Propinsi dihapus. Suatu istilah baru

pada waktu itu yang dibentuk Jepang dan sampai sekarang manfaatnya serta eksistensinya masih dirasakan adalah

organisasi kemasyarakatan yakni TONARI KUMI atau Rukun Tetangga (RT) dan sebutan untuk ketua RT adalah

KUMICO.

2 Achmad Sunjayadi Pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI dan Erasmus Taalcentrum Jakarta,

Mengupas Gardu di Perkotaan, Kompas Senin, 23 Juli 2007

Page 4: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 4

No. 1 tahun 1945 tentang pemerintahanyang mengatur pemerintahan di daerah,

Sebutan untuk Pemerintah Daerah, pada mulanya Gemeente, kemudian

menjadi Pemerintah Kota Praja, Pemerintah Kota Besar, Pemerintah Kotamadya

dan kembali menjadi Pemerintah Kabupaten/Kota sampai sekarang.

Sebutan RT sendiri yang kita kenal tidak banyak mengalami perubahan. Perjalanan RT

dari masa Jepangan hingga dimasa sekarang pun tidak banyak mengalami perubahan, di

masa Orde Baru peran dan fungsi RT ternyata sama halnya ketika pada masa penjajahan

Jepang. Dan kondisi ini ternyata masih terus berlanjut hingga masa sekarang ini.

Menurut MM Billah keberadaan RT dan RW diciptakan penjajah Jepang tujuannya

ialah untuk mengontrol keberadaan masyarakat sipil. Setelah Indonesia merdeka,

keberadaan organisasi RT dan RW lalu diadopsi pemerintah. Tapi tujuannya masih

sama. Yakni mengontrol tingkah-laku masyarakat sekaligus juga menjadi agen

pemerintah di dalam komunitas masyarakat di tingkat akar rumput. Dan Pada masa

transisi politik kata Billah, keberadaan RT dan RW kemudian menjadi medan

pertarungan kepentingan antara negara dan masyarakat sipil. Pertarungan ini lalu

memunculkan konflik peran. Apakah pengurus RT dan RW mau menjadi agen

pemerintah, atau memilih berpihak pada masyarakat yang memilihnya.

Menurut Dr Paulus Wirutomo, Kualitas hubungan sosial budaya masyarakat cenderung

merosot karena ikatan adat dilindas penyeragaman "budaya nasional", kemampuan

masyarakat untuk berorganisasi secara mandiri dihambat, komunitas di tingkat rukun

tetangga (RT) dan rukun warga (RW) tidak diberi peran sebagai unit pembangunan.

Kelurahan terlalu dominan, sehingga partisipasi pembangunan hanya menjadi slogan.

Di sisi lain, norma dan nilai hubungan sosial bangsa telah sedemikian dalam dan luas

dihinggapi penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme. Serta ada kecenderungan hilangnya

rasa bersalah, rasa malu, dan rasa takut untuk melakukan penyimpangan sosial. "Hal ini

melumpuhkan kepercayaan antarwarga (social trust), solidaritas sosial, sopan santun

sosial, sehingga masyarakat mengalami krisis kecakapan bermasyarakat. Yaitu

kemampuan individu untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban sosial dalam

tindakan, sehingga menghasilkan aktivitas untuk kebaikan bersama,"3.

Pola pembangunan, tidak memiliki konsep yang jelas, terukur, terpantau untuk

mengembangkan kualitas potensi manusia. "Tidak dikembangkan konsep community

center atau semacam gelanggang remaja sebagai suatu fasilitas penting bagi

pengembangan bakat, hobi, kepribadian, serta kohesi sosial. Selain juga tidak

dikembangkan konsep pendidikan masyarakat yang mampu menyosialisasikan

masyarakat untuk mengenal serta menanamkan kebudayaan dan peradabannya. Oleh

sebab itu Menurut Paulus Wirutomo, perlunya Rencana Umum Pembangunan Sosial

Budaya dan Kebijakan Sosial yang disusun secara demokratis dan partisipatif melibatkan

masyarakat umum dan diberi kekuatan hukum. Dokumen ini harus menjadi dasar

pertimbangan dalam proses pembangunan, masyarakat harus bisa memantau dan

melaksanakan evaluasi proses pembangunan.

3pakar sosiologi Universitas Indonesia Dr Paulus Wirutomo dalam temu pakar, pengamat dan ahli

kependudukan secara interdisipliner yang diselenggarakan Badan Kependudukan Nasional hari kedua yang

bertopik "Pembangunan Kependudukan dalam Era Reformasi", Kamis (25/10).

Page 5: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 5

Menurut Sri Edi Swasono, sudah saatnya pembangunan ekonomi rakyat-berupa usaha

koperasi, usaha informal, usaha kecil dan menengah-yang merupakan tulang punggung

perekonomian nasional. Ekonomi rakyat sudah terbukti mampu bertahan di tengah

hancurnya perekonomian nasional oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan serta

mampu menghidupi masyarakat. Konsep pembangunan yang mengutamakan

pertumbuhan membuat rakyat tergusur dari tanah dan usahanya, serta memerosotkan

nilai tukar produk ekonomi rakyat. Karenanya, pembangunan perekonomian rakyat

dipandang sebagai strategi pembangunan yang tepat. Pembangunan perekonomian

rakyat berarti meningkatkan sinergi dan posisi tawar kolektif rakyat yang selama ini

tersubordinasi dan tereksploitasi ekonomi modern.

Pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan upaya melibatkan rakyat dalam

pembangunan ekonomi. Meningkatkan produktivitas, daya beli, membuka lapangan

kerja, dan menumbuhkan nilai tambah ekonomi pada sektor ekonomi yang digeluti

rakyat. Rakyat harus diberi kesempatan dan kemudahan untuk hidup melalui kegiatan

ekonominya sebagai investasi dalam pembangunan nasional. Subsidi dan proteksi

kepada rakyat untuk membangun ekonominya, demikian Sri Edi, harus dilihat sebagai

investasi bukan pemborosan. Memberdayakan rakyat merupakan tugas nasional untuk

meningkatkan produktivitas sehingga rakyat lebih konkret menjadi aset pembangunan.

Partisipasi aktif rakyat lebih menjamin nilai tambah ekonomi yang dihasilkan dapat

langsung mereka terima. Pemerataan akan terjadi seiring dengan pertumbuhan.

Pembangunan ekonomi rakyat akan menyesuaikan kemampuan rakyat yang ada dengan

sumber alam dalam negeri, mengurangi ketergantungan akan komponen impor, serta

memperkokoh pasar dalam negeri sebagai dasar pengembangan pasar luar negeri.

Beranjak dari hal tersebut diatas terlihat jelas bahwa arus bawah merupakan sumber

kekuatan dalam membangun kemajuan dan kemandirian suatu daerah. Dan kedudukan

RT begitu satrategis dalam rangka pencapaian tersebut. Sejarah telah membuktikan

Jepang pada akhirnya cukup berhasil dalam menggalang dukungannya dari rakyat

Indonesia dalam rangka mendukung perang Asia Timur Raya. Dan Jepang sudah

melihat bahwa RT merupakan komunitas yang sangat penting dalam upaya mencapai

tujuan-tujuannya meraih kemenangan dalan perang dunia II. Dalam konteks itu,

percepatan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah KSB melalui program

pembangunan berbasis RT merupakan indikasi awal untuk melahirkan potensi dan

peluang pembangunan yang lebih partsisipatif, transparans, akuantebal dan berpihak

pada arus bawah yang pada akhirnya dimasa mendatang diharapkan dapat mewujudkan

kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat.

Page 6: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 6

BAB II

MENGENAL

PEMBANGUNAN BERBASIS RT

Apa itu Program Pembangunan Berbasis RT ?

Pembangunan berbasis RT (Rukun

Tetangga) adalah pembangunan yang

meletakkan locus pembangunan di tingkat

RT dan Ketua RT bersama warga setempat

yang merupakan unit komunitas terkecil

(grass root) sebagai basis, sekaligus pelaku

utama pembangunan, yang merencanankan,

melaksanakan, serta mengawasi

pembangunan dalam mencapai

kesejahateraan sosial masyarakat. Instrumen

partisipasi ditempatkan sebagai kekuatan

utama dalam pembangunan berbasis RT

untuk mencapai tujuan karena memang

pembangunan itu sesungguhnya berasal dari,

oleh dan untuk masyarakat. Peran

pemerintah dalam konteks pembangunan

berbasis RT hanyalah sebagai fasilitaor

pembangunan yang memoderasi berlangsungnya proses pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dibutuhkan untuk membantu

meningkatan kualitas pembangunan, pencapaian sasaran dan keterpaduan

pembangunan serta keberlangsungan pembangunan itu sendiri. Strategi yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah melakukan

penguatan Ketua RT dan masyarakat setempat melalui pendidikan/pelatihan,

pendampingan, pengembangan database dan informasi, kerjasama dan kegiatan

lainnya. Indikator yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut ditandai

dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari

meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), seperti pendidikan,

pendapatan masyarakat dan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi.

Rumus Logika Pembangunan

Berbasis RT adalah semakin dekat

dan besar ruang partisipasi yang

diberikan pemerintah kepada

masyarakat maka akan semakin

tinggi peran serta masyarakat Jika

peran serta masyaraka meningkat

berarti, masyarakat semakin peduli

terhadap proses kemajuan

pembangunan. Jika kondisi ini

berlangsung, maka seluruh komponen

yang ada berkewajiban untuk

merumuskan, melaksanakan dan

mengawasi proses pembangunan

secara bersama sesuai dengan peran,

fungsi dan kapasitas yang

dimilikinya.

Page 7: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 7

Partisipasi masyarakat diharapkan juga

dapat mengurangi praktek

penyimpangan, mengurangi kegiatan

pembangunan yang kurang terarah dan

menyentuh kebutuhan real masyarakat,

mengurangi adanya resistensi serta dapat

mengurangi kemiskinan pada tingkat

paling bawah (RT). Dukungan

masyarakat dalam proses pembangunan

akan sangat membantu proses

percepatan pembangunan, banyak

contoh program pembangunan yang

kurang didukung masyarakat selain menyulitkan pemerintah dalam

melaksanakan proses pembangunan juga telah melahirkan konflik sosial.

Pemerintah dihadapakan pada berbagai aksi sehingga kondusifitas terganggu,

dan potensi konflik sosial pun muncul di tengah-tengah masyarakat.. Contoh

kasus pemberian Bantuan Tunai Langsung-BBM.

Proses pembangunan yang belum sepenuhnya dapat memanfaatkan partisipasi

masyarakat disatu sisi masih banyak Perangkat Daerah (SKPD) yang masih

merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program dan kegiatan

pembangunan secara sendiri, serta ketidaktersediaan data dan informasi yang

memadai melahirkan program pembangunan yang terkadang kurang terarah dan

menyentuh langsung pada kebutuhan real masyarakat di tingkat paling bawah,

bahkan terkadang menegasikan kepentingan masyarakat miskin. Salah satu

kelemahannya adalah karena “miskinnya” database dan informasi yang memadai

terhadap situasi dan kondisi real yang berlangsung di tingkat paling bawah.

Jumlah warga miskin dan ukuran kemiskinan yang selalu bergeser, serta adanya

perbedaan antar intsansi dalam melihat ukuran-ukuran (indikator) dan varaibel

tentang kemiskinan adalah faktor penyebabnya. Dampaknya, dalam banyak

kasus data kemiskinan menjadi pemicu terjadinya konflik ditengah-tengah

masyarakat. Database kependudukanyang simpang siur juga melahirkan dalam

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, dibanyak

daerah terjadi kekcauan sosial. Ketiadaan data dan informasi kependudukan

kependudukan yang memadai juga membuka peluang manipulasi pembangunan.

Pembangunan berbasis RT merupakan langkah awal (entry point) untuk memulai

adanya dialog atau ruang komunikasi antara masyarakat dan pemerintah dalam

proses perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembangunan, serta peluang

adanya kritik dan autokritik antara pemerintah sebagai ”pelayan” dan masyarakat

sebagai pihak yang dilayani atau ”konsumen”. Pemerintah dan masyarakat

menyadari bahwa ketiadaan ruang komunikasi intensif antara masyarakat

dengan pemerintah selama ini telah membuka adanya saling kecurigaan antar

pihak. Pembangunan berbasis RT sebagai salah satu media pemerintah dan

masyarakat untuk mendekatkan jarak komunikasi dalam proses pembangunan,

serta mendekatkan pemerintah dengan masyarakat miskin pada di tingkat paling

bawah (RT).

Contoh Kasus Di Desa Labuhan Lalar;

Ratusan massa yang kecewa terhadap

pemberian Bantuan Tunai Langsung BBM

melakukan aksi protes, mereka melakukan

pengrusakan terhadap Kantor Desa.

Tindakan ini selain telah menimbulkan

keresahan juga telah merugikan masyarakat

itu sendiri. Dana pembangunan yang

seyogyanya dapat digunakan untuk

pembangunan pada sector lain. Akhirnya,

harus dipakai untuk memperbaiki kantor desa

yang telah dirusak..

Page 8: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 8

Peran kelembagaan RT (Rukun Tetangga), khususnya Ketua RT sebagai lembaga

kemasyarakatan di tingkat paling bawah yang ada di desa/kelurahan, diharapkan

menjadi ”kepanjangantanganan” pemerintah desa, kecamatan maupun

kabupaten dalam proses pembangunan karena Ketua RT adalah orang yang

paling dekat dan mengetahui keadaan sesungguhnya dari setiap warganya.

Selama ini masih banyak warga yang”keliru” memahami kedudukan, tugas dan

fungsi RT. Seperti misalnya kedudukan RT sebagai perangkat desa, sehingga

Ketua RT diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa. Padahal Ketua RT

dipilih dan diangkat oleh warga setempat dalam suatu musyawarah warga. RT

merupakan ”lembaga sosial” yang membantu Pemerintah Desa dalam mencapai

tujuan pembangunan. Oleh karena RT merupakan ujung tombak pelayanan,

pemberdayaan, informasi dan sebagainya maka kedudukan RT menjadi sangat

strategis dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Ibarat sebuah

bangunan rumah, RT merupakan pondasi dan bila pondasi itu rapuh, maka

bangunan yang diatasnya pun akan rapuh. Sebaliknya, jika pondasi RT kuat

maka bangunan atasnyapun akan kuat.

Program pembangunan seringkali mengalami kegagalan disebabkan oleh karena

sejak awal Para Ketua RT tidak dilibatkan dalam proses pembangunan. Selama

ini ada kecendrungan, Ketua RT hanya dijadikan ”simbol” oleh masyarakat di

berbagai kegiatan Ketua RT seringkali hanya dijadikan sebagai pengantar surat,

pembawa hidangan, bahkan ”pencuci” piring. Padahal Ketua RT merupakan

fasilitator pembangunan di tingkat paling bawah, hakim yang menyelesaikan

perkara di tingkat warga, polisi dalam menjaga keamanan warga, pencerah dalam

pemberdayaan masyarakat, manager dalam pengembangan usaha warga, public

relation di tengah warga, numerator dalam pendataan penduduk dan seterusnya.

Dalam konteks itulah, maka upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

melalui perbaikan IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) dilakukan dengan

pendekatan program pembangunan berbasis RT (Rukun Tetangga). Arah

kebijakan program pembangunan diantaranya adalah peningkatan partisipasi

aktif masyarakat, perbaikan kinerja pelayanan public, dan transparansi melalui

serangkaian kegiatan seperti ; penguatan kelembagaan RT pendataan dan

penataan adminitrasi kependudukan, penyusunan rencana pembangunan,

pengembangan pendidikan, kesehatan dan perekonomian masyarakat. Berbagai

komponen yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan IPM

akan dibenahi secara partisipatif dan bersama-sama yang dimulai dari tingkat

terkecil yakni RT. Partisipasi masyarakat yang diharapkan bukan hanya dalam

bentuk penyampian aspirasi tetapi masyarakat turut mengambil bagian dalam

proses pembangunan daerah, merencakan, melaksanakan, dan menjaga

keberlangsungan pembangunan melalui sarana atau media yang tersedia pada

tingkat paling bawah.

Banyak hal yang melandassi pemikiran atau gagasan pembangunan berbasis RT

disamping hal tersebut diatas pembangunan berbasis RT merupakan komitmen

pemerintah untuk mewujudkan cita-cita atau visi Kabupaten Sumbawa Barat,

yakni sebagai Kabupaten Percontohan di NTB yang diridhoi Allah SWT. Visi ini

Page 9: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 9

menunutut adanya kreatifitas dan inovasi yang kontsruktif dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Setelah, penerapan kebijakan

pendidikan dan kesehatan secara gratis, perlu adanya sebuah terobosan baru

dalam proses pembangunan, yakni model pembangunan berbasis RT sebagai

langkah ini yang diharapkan dapat menjadi model percontohan bagi

kabupaten/kota lainnya di Indonesia, khususnya di NTB.

Sebagai kabupaten baru, KSB masih tertinggal dan sejak awal banyak pihak yang

meragukan kemampuan KSB. Ditengah sikap skeptis tersebut seluruh

komponen pembangunan di KSB dituntut untuk maju, mengejar ketertinggalan.

Proses percepatan pembangunan itu sendiri tidak mungkin dapat dilaksanakan

sendiri oleh pemerintah. Perlu ada keterlibatan seluruh stakeholders secara aktif

mendorong peningkatan proses pembangunan. Metode yang digunakan adalah

program pembangunan berbasis RT, melalui kebijakan ini diharapkan dapat

mendorong semua pihak dari level atas hingga masyarakat pada tingkat paling

bawah dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan sesuai dengan

kapasitasnnya. Langkah lainnya adalah memprioritas kebijakan pembangunan

daerah pada peningkatan sumberdaya manusia melalui optimalisasi pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat, serta pembangunan infrastruktur. Kerangka program ini dibangun

secara bersama dan partisipatif, seluruh stakeholder dapat berperan aktif dalam

mewujudkan pelayanan dasar yang efektif, efisien dan pro-rakyat miskin.

Apa yang ingin dicapai dari program pembangunan berbasis RT?

Secara umum tujuan pembangunan berbasis RT adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat baik yang berada di pedesaan maupun perkotaan

dengan cara mempercepat peningkatan IPM melalui peningkatan pendidikan,

kesehatan, pendapatan dan komponen IPM lainnya yang dilaksanakan secara

partisipatif, mandiri serta berkelanjutan, dan mendorong peningkatan

transparansi kinerja pelayanan public dengan the closer the government, the better it

serves.

Tujuan tersebut diatas, lebih sepesifik dijabarkan kedalam lima agenda sasaran

utama dari tujuan pembangunan berbasis RT, yakni ;

1. Meningkatkan efektifitas pembangunan yang berbasis rakyat miskin serta meningkatkan kemampuan rakyat miskin dalam mengelola

pembangunan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan yang

lebih baik ;

2. Meningkatkan pelayanan dasar dan memenuhi hak-hak dasar warga miskin, khususnya pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan

lapangan kerja/peningkatan ekonomi warga ;

3. Meningkatkan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pembangunan bagi warga dan peningkatan kinerja pelayanan publik;

4. Meningkatkan kapasitas dan peran serta seluruh stakeholder ; masyarakat, pemerintah dan swasta dalam mengelola tata pemerintahan

yang baik serta ;

Page 10: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 10

5. Meningkatkan kerjasama dan integrasi antar sektor pembangunan, antar pelaku pembangunan dan antar wilayah pembangunan secara sinergis

dan berkelanjutan ;

Strategy apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut diatas?

Strategy yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas adalah

dengan cara :

1. Meningkatkan program pembangunan berbasis kebutuhan masyarakat

miskin.

Suatu pembangunan belum dapat dikatekan mencapai kemajuan atau

keberhasilan manakala warga miskin jumlahnya masih sangat tinggi. Sebaliknya,

pembangunan yang berhasil adalah

pembangunan yang mampu mengurangi

tingkat kemiskinan dan mengurangi

penderitaan warga miskin. Pembangunan

berbasis RT merupakan instrumen untuk

memperbaiki proses pembangunan dari

basis elite ke basis warga miskin, dari

perencanaan yang top down kearah

perencanaan yang partisipatif, dari

pegelolaan yang kurang transparans

menjadi transparans, dan kepentingan elite

kearah kebutuhan warga miskin.

Upaya untuk meningkatkan efektifitas

program dan sasaran program kearah warga

miskin dilakukan melalui berbagai langkah

diantaranya adalah ; pertama meningkatkan

ketersediaan database dan sistem informasi

orang susah (SIOS). Database warga miskin dibutuhkan untuk mengarahkan

program kepada sasaran warga miskin, mengukur capaian keberhasilan program,

serta sebagai media untuk pengembangan program pembangunan. Sedangkan

sistem informasi warga miskin atau Sistem Informasi Orang Susah (SIOS)

digunakan sebagai media informasi untuk membantu setiap warga melakukan

pengawasan, meningkatkan sense of social seluruh stakeholders pembangunan

daerah, dan mendorong pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri untuk

untuk terus meningkatkan perbaikan kehidupan bagi warga miskin. Kedua,

memberdayakan masyarakat secara langsung (direct empowerment of civil society)

melalui pemberdayaan Ketua RT dan warga setempat yang bertumpuh pada

kekuatan partisipasi dan modal sosial yang dimiliki ditingkat desa (khususnya

RT). Ketiga, mengintegrasikan rencana program pembangunan. Integrasi

pembangunan diarahkan agar efektifitas pembangunan dapat berjalan dengan

baik. Proses perencanaan pembangunan dimulai pada tingkat paling bawah (RT).

Rencana pembangunan RT sebagai bahan dasar untuk merumuskan

program/kegiatan pembangunan SKPD, instrumen untuk mengukur tingkat

sinergisitas rencana pembangunan SKPD dan kebutuhan warga RT (khususnya

Pendataan Penduduk seringkali di

lakukan oleh berbagai instansi

pemerintah, mulai dari pendataan soal

kemiksinan, pengangguran, kesehatan

hingga soal pemilih. Hasil pendataan

ternyata seringkali berbeda. Fakta sosial

sSeringkalibila ada bantuan untuk

warga miskin data penduduk miskin

disuatu wilayah jumlahnya menjadi

membengkak.Rramai-ramai warga

mendaftarkan dirinya sebagai warga

miskin. Sebaliknya, bila ada suatu

lomba, seperti lomba desa, jumlah

penduduk miskin menjadi sangat kecil.

Kondisi ini yang terkadang memicu

persoalan bahkan konflik, seperti

dalam kaus BLT BBM.

Page 11: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 11

warga miskin), yang ada disetiap RT. Proses perencanaan pembangunan dari

tingkat RT akan meningkatkan hasil perencanaan pembangunan dan

pemerintah memperoleh gambaran (input) yang lebih detail tentang kebutuhan

warganya pada tingkat paling bawah dan memperluas keterlibatan peran serta

masyarakat. Keuntungan lainnya, bila setiap RT memiliki perencanaan

pembangunan (rencana strategis) , ditingat desa (APBD Desa) diharapkan dapat

mengarah pada kebutuhan dan kepentingan warga miskin yang berada di setiap

RT. Sehingga pembangunan menjadi lebih terarah, terpadu dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan pelayanan dasar dan pemenuhan hak-hak warga miskin.

Komitmen dan political will Pemerintah untuk pemenuhan pelayanan dasar bagi

warga KSB tertuang dalam kebijakan pendidikan dan pelayanan kesehatan secara

gratis yang berlaku sejak tahun 2006. Peningkatan pelayanan dasar dan

pemenuhan hak-hak dasar warga saat ini sedang dikembangkan pemerintah

khususnya menyangkut aspek ketersediaan, keterjangkauan, dan kesetaraan

pelayanan dasar bagi warga miskin. Informasi tentang ketersediaan dan

kebutuhan pelayanan dasar, kesehatan, pendidikan dan ekonomi bagi warga

miskin pada tingkat paling bawah dibutuhkan sebagai bahan dalam perumusan

kebijakan. Melalui informasi langsung dari masyarakat pada tingkat paling bawah

pemerintah dapat mengetahui permasalahan secara komprhensif, mengetahui

kebutuhan dilapangan dan dapat membandingkan dengan data dan laporan

yang tersedia pada perangkat daerah.

Peningkatan pelayanan dasar ditempuh melalui peningkatan alokasi

pengganggaran daerah pada rakyat miskin (pro-poor budgeting), peningkatan

ketersediaan sarana dan prasarana layanan dasar, peningkatan kapasitas dan

kinerja pelayanan dasar, ketertersedian sistem yang memberikan ruang adanya

mekanisme komplain bagi masyarakat dan akuntabilitas publik dalam layanan

dasar. Program pembangunan berbasis RT diharapkan dapat mendekatkan

peningkatan layanan dasar pada tujuan diatas.

3. Menegakkan prinsip good governance

Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip

utama dalam tata kepemerintahan yang

baik, yakni transparansi, partisipasi,

penegakan hukum dan akuntabilitas.

Berbagai pihak telah mengembangkan dan

melakukan elaborasi lebih lanjut dalam

berbagai prinsip turunan tata

kepemerintahan yang baik, seperti prinsip

wawasan ke depan, supremasi hukum,

demokrasi, profesionalisme dan

kompetensi, daya tanggap, keefisienan dan

keefektifan, desentralisasi, kemitraan

dengan dunia usaha swastadan masyarakat, komitmen pada pengurangan

Upaya mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik

membutuhkan komitmen kuat, tekad

untuk berubah menjadi lebih baik,

sikap konsisten, dan waktu yang tidak

singkat.

Empat prinsip utama dalam tata

kepemerintahan yang baik, yakni

transparansi, partisipasi, penegakan

hukum dan akuntabilitas.

Page 12: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 12

kesenjangan, komitmen pada lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yang

fair. Pengelolaan ketatapemerintahan yang baik (good governance) dalam Pembangunan

berbasis RT bersandarkan prinisp-prinsip tata kepemerintahan yang baik

sebagaimana diatas.

4. Meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab sosial seluruh aktor

pembangunan

Keberhasilan program pembangunan sangat tergantung dari sejauhmana

partisipasi dan tanggung jawab seluruh aktor pembangunan. Perluasan

Partisipasi masyarakat selain dalam perencanaan juga pada tahap implementasi

pembangunan. Pola pendekatan implementasi pembangunan di tingkat RT

menggunakan pendekatan swakelola secara terbuka dan partisipatif. diharapkan

metode ini akan menghasilkan kuantitas dan kualitas pembangunan yang lebih

baik. Contoh proyek swakelola yang cukup berhasil adalah pengelolaan dana

kompensasi BBM untuk Bidang Infrastruktur. Di sejumlah Desa proyek ini

ternyata cukup berhasil. Misalnya di Sekongkang Atas, masyarakat secara

swadaya dan sukarela membantu pengadaan tanah urug untuk menutupi

kekurangan volume pembangunan jalan dan irigasi.

Tanggung jawab sosial warga akan dibangun untuk mendorong keswadayaan dan

kemandirian masyarakat dalam proses pembangunan. Kekuatan ini

sesungguhnya dimiliki oleh warga setempat. Contoh misalnya dalam berbagai

acara atau event, seperti acara Peringatan Hari Besar Nasional, seperti Peringatan

Hari Kemerdekaan Indonesia, Peringatan Hari Besar Islam, seperti Isra Mi’raj,

pembangunan mesjid dan sebagainya. Bahkan di salah satu Kecamatan,

masyarakat secara bersama-sama menyumbangkan dana untuk pengadaan tanah

pembangunan Sekolah Menengah Atas. Potensi swadaya masyarakat (gotong

royong atau besiru) yang merupakan modal sosial dalam proses pembangunan di

KSB. Peluang ini ditujukan untuk mempercepat akselerasi pembangunan.

Pengelolaan proyek pembangunan di tingkat RT yang nilainya dibawah Rp. 50

juta akan diupakan dengan pengelolaan swakelola, model ini berpotensi

melahirkan adanya dana stimulasi yang berasal dari warga setempat, ada sharing

pembiyaan dalam pembangunan, dan akhirnya warga akan merasa memiliki dan

bertanggung jawab untuk memelihara atas hasil-hasil pembangunan yang telah

dihasilkannya. Ketua RT bersama TKST diharapkan mampu memfasilitasi proses

keberlangsungan pelaksanaan pembangunan.

RT dibantu TKST diharapkan mampu menginisiasi dan mendorong keterlibatan

masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan, berada pada garis

terdepan dalam memotivasi setiap pelaksanaan proyek pembangunan yang

berada diwilayahnya. Pihak swasta (corporate) diharapkan dapat mendukung dan

mengintegrasikan program community developmen kedalam bagian dari

program pembangunan berbasis RT.

Page 13: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 13

4. Meningkatkan integrasi pembangunan

Keterpaduan dan sinergisitas pembangunan diarahkan pada upaya untuk saling

mendukung antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan. Bukan

sebaliknaya, saling bertabrakan atau tumpang tindih, dan tidak saling

mendukung antar sektor/bidang, antar wilayah dan seterusnya. Keterputusan

program ini akan melahirkan inefisiensi dan inefektifitas pembangunan. Oleh

sebab itu pembangunan berbasis RT mendekatkan pada strategi sinkronisasi,

sinergisitas dan integritas pembangunan secara berkesinambungan. Melalui RT

diharapkan ketersediaan database dan informasi yang memadai, rencana

program yang sistematis dapat terlaksana dengan baik.

5. Memperluas wilayah pembangunan, mendekatkan sasaran pembangunan

dan memperkuat kapasitas RT dan warga dalam proses pembangunan

Pertama, wilayah kabupaten terdiri dari kecamatan, wilayah kecamatan terdiri

dari desa, dan wilayah desa terdiri dari dusun, wilayah dusun terdiri dari RW

dan wilayah RW terdiri dari RT. Melalui program pembangunan berbasis RT

jangkauan cakupan wilayah pembangunan semakin luas dan semakin banyak

warga yang terlibat dalam proses pembangunan disatu sisi dan pada sisi lain akan

semakin luas jangkauan pengawasan yang dilakukan oleh warga. Sehingga

berpotensi melahirkan perluasan distribusi pembangunan, memperluas

partisipasi warga dan meningkatnya pengawasan pembangunan, dan berpotensi

mendakatkan kesejahteraan masyarakat.

Penguatan kapasitas akan dilakukan bukan hanya untuk TKST atau Ketua RT,

melainkan pula kepada Ketua RW, Kepala Dusun, Kepala Desa dan

kelembagaan lainnya yang ada di desa secara bertahap sesuai dengan kebutuhan

warga setempat. Para Ketua RT yang selama ini telah bersedia bekerja ”secara

sukarela” dalam memeberdayakan warganya akan tetap dijaga komitmennyadan

kemampuanya dalam ”mengayomi” warganya.

Prinsip-prinisp apasajakah untuk melaksanakan pembangunan berbasis RT?

Pembangunan berbasis RT merupakan inisiasi pemerintah untuk mewujudkan

ketatapemerintahan yang baik (good governance) dan prinisp-prinsip dalam

program pembangunan berbasis RT pada dasarnya berdasarkan atas prinsip good

governance secara umum, meliputi ;

1. Prinisip Sustainability (keberlangsungan dan keberlanjutan)

Page 14: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 14

Program Pembangunan berbasis RT

bukanlah sekedar lips services yang sifatnya

sesaat. Program ini merupakan program

berkelanjutan dan diharapkan dapat

mendorong adanya keseimbangan antara

kebutuhan sosial, ekonomi dan lingkungan

untuk masa sekarang dan generasi masa

mendatang. Pengelolaan pembangunan

dilakukan berdasarkan atas kearifan dan

kebijaksanaan seluruh komponen yang ada.

Generasi sekarang tidak boleh meninggalkan

beban apalagi penderitaan bagi generasi

mendatang. Seluruh stakeholders dituntut untuk saling bahu-membahu untuk

mengatasi kemiskinan agar generasi mendatang tidak bertambah miskin. Semua

pihak di dituntut untuk memiliki visi jangka panjang dan strategi pembangunan

berkelanjutan, mampu mengorganisir segenap sumber daya dan dana untuk

tujuan bersama yang lebih baik hari ini dan dimasa mendatang.

Para Ketua RT bersama warga dimasing-masing desa, diharapkan dapat berperan

aktif dalam merumuskan dan mengimplementasikan program pembangunan

berbasis RT, para aktor pembangunan di tingkat desa harus mulai merancang

visi pembangunan jangka panjang, menggali potensi dan kearifan lokal untuk

menjaga dan memelihara kelangsungan pembangunan.

2. Prinsip subsidiarty (mendekatkan pelayanan dan desentralsiasi kewenangan)

Semakin dekat dan mudah pelayanan,

maka akan semakin dekat keterjangkauan

pelayanan. Pembangunan berbasis RT

berpegang pada prinsip ini, dan untuk

mendekatkan pelayanan diberikan

pendelegasian kewenangan dan sumber

daya ke tingkatan yang terdekat dengan

penyediaan pelayanan dengan berpegang

pada prinsip pelayanan yang efisien dan

efektiv (cost effective). Pendekatan ini

diharapkan dapat mendorong keterlibatan

masyarakat dalam proses ’governance’

pelayanan. Melalui pembangunan berbasis

RT diharapkan tercipta responsivitas (responsiveness) kebijakan dan usaha

penyediaan pelayanan yang dapat memenuhi keinginan masyarakat.

Pembangunan berbasis RT merupakan upaya untuk mendekatkan proses

pembangunan, memberikan ruang bagi tumbuhnya partisipasi masyarakat yang

lebih besar, dengan pelibatan para Ketua RT dan warga setempat dalam proses

pembangunan, melakukan rekruitmen tenaga TKST sebagai pendamping,

membangun kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil dan sebagainya.

Kearifan lokal dijaga untuk

keberlangsung proses pembangunan

sekaligus sarana transformasi sosial

antar generasi. Sumber Daya Alam

yang tersedia dijaga dan

dimanfaatkan secara optimal untuk

generasi sekarang dan generasi

mendatang. Keberlangsungan

Pembangunan dikelola secara

bersama dan merupakan tanggung

jawab bersama.

Salah satu gagasan pendekatan

pelayanan yang dilakukan dalam

pembangunan berbasis RT adalah

pemberian sejumlah kewenangan yang

sebelumnya berada pada tingkat desa

di desentralisasikan ketingkat RT.

Misalnya pengusulan rekomendasi

pemberian sertifikat Gerakan Sejuta

Pohon. Rekomendasi pemberian KTP

atau Surat Keterangan Domisili.

Pelaporan pengaduan pelayanan

kesehatan, dan lainnya.

Page 15: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 15

3. Prinisp Equity (Persamaan)

Pembangunan berbasis RT memberikan peluang bagi setiap warga, laki-laki

maupun perempuan, penyandang cacat maupun bukan penyandang cacat, warga

yang kaya dan miskin, kelompok mayoritas dan minoritas, pejabat maupun

warga biasa memiliki kedudukan, hak dan akses yang sama untuk turut

memutuskan program dan kegiatan pembangunan, pengelolaan sumber daya

maupun pelayanan dasar di masing-masing RT. Aspek yang dikedepankan

adalah kebersamaan dengan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan dasar

warga miskin yang lebih besar.

4. Prinsip Efisiensi (Hemat)

Pendekatan proses pembangunan menggunakan prinisp efisiensi (hemat)

sehingga dapat mengurangi kebocoran anggaran, dan meningkatkan cost

effective dalam pembangunan.

5. Transparency and Accountability (terbuka dan bertanggung jawab)

Belum efektifnya saluran aspirasi di satu sisi dan lemahnya akuntabilitas

(tanggung gugat) pada sisilain dalam proses pembangunan, ternyata berpotensi

melahirkan inefisiensi dalam proses pembangunan. Akuntabilitas publik

dibutuhkan untuk mendorong partisipasi masyarakat disatu pihak dan

meningkatkan kinerja pelayanan oleh pemerintah. Ketiadaan akuntabilitas

publik akan memiskinkan informasi dan mengurangi partisipasi warga serta

membuka peluang buruknya pelayanan publik. Bahkan, sebaik apapun pekerjaan

yang dilakukan oleh pemerintah akan selalu dinilai buruk karena masyarakat

tidak mengetahui secara menyeluruh (komprehensif) serta valid atas apa yang

akan, sedang dan telah dilakukan oleh pemerintah. Image buruk terhadap

pemerintah ini berdampak pada berkurangnya tingkat legitimasi disatu sisi dan

semakin meningkatkanya kekacauan. Dalam keadaan pemerintahan yang

mengalami defisit legitimasi akan mudah untuk dijatuhkan dan instabilitas

daerah berpotensi terus berlangsung.

Pembangunan berbasis RT mendekatkan pertanggungjawaban Pemerintah

kepada masyarakatnya. Mencegah dan mengurangi penyimpangan kekuasaan,

khususnya praktek korupsi sehingga kredibilitas pemerintah tetap terjaga dan

kemiskinan penduduk dapat berkurang. Transparansi dan akuntabilitas

digunakan agar setiap warga mengetahui bagaimana, apa, dan siapa penerima

manfaat dari pembangunan atau keputusan pemerintah, dengan cara membuka

ruang konsultasi publik, baik yang berkaitan dengan proses penganggaran

maupun dalam proses pembangunan sekaligus ruang mekanisme komplain

(umpan balik) melalui saluran yang disediakan oleh pemerintah.

6. Civic Engagement and citizenship (memperkuat masyarakat )

Page 16: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 16

Pembangunan berbasis RT memberikan

ruang bagi warga pada tingkat paling bawah

untuk dapat berpartisipasi secara efektif

dalam proses pembangunan di berbagai

tingkatan pembangunan. Program

pembangunan berbasis RT juga mendorong

lahirnya ’city watch’ groups di tingkat paling

bawah melalui TKST dan citizen forum

diharapkan dapat mendorong lahirnya good

governace dan check and balance dalam proses

pembangunan.

7. Security (keamanan)

Setiap warga berhak memperoleh

perlindungan keamanan. Prinsip

pendekatan keamanan yang digunakan

melalui program pembangunan berbasis

RT adalah pengembangan pendekatan

metode persuasi berbasis pada security

sosial melalui penyadaran hukum,

pengembangan sistem peringatan dini

dalam konflik, dan peningkatan kapasitas

Ketua RT dan warga dalam membangun

resolusi konflik, penanganan

permasalahan keamanan bagi kelompok-

kelompok rawan seperti perempuan, remaja melalui pelatihan, peningkatan

fungsi-fungsi hansip, peningkatan kesadaran akan resiko dari bencana alam dan

merumuskan rencana pencegahan bencana alam berbasis partisipasi masyarakat,

serta upaya perlindungan terhadap perempuan, anak-anak dan keluarga berbasis

partisipasi warga RT.

Pendekatan keamanan yang menggunakan metode berbasis ”kearifan akar

rumput” ini diharapkan dapat mendorong seluruh komponen warga pada

tingkat komunitas terendah, secara bersama-sama menjaga dan mewujudkan

kampung perdamaian secara mandiri dan berkelanjutan.

Apa saja program pembangunan berbasis RT?

Penguatan peran masyarakat sipil

salah satunya ditempuh dengan

merekrut TKST dan melakukan

penguatan kapasitas TKST melalui

pelatihan dan supervisi, dan

penguatan kapasitas para Ketua RT

melalui pelatihan dan

pendampingan secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh

TKST.

Kampung perdamaian adalah sebuah

kampung yang menghargai dan saling

menghormati adanya perbedaan (suku,

agama, ras dan adat), mengkedepankan

prinsip-prinsip demokrasi dan kearifan

lokal dalam menyelesaiakan perkara,

serta mencegah terjadinya konflik sosial.

Disamping memiliki kesadaran hukum

yang tinggi serta seluruh warganya taat

dan patuh terhadap peraturan yang ada.

Page 17: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 17

Program pembangunan berbasis RT diharapkan dapat menjadi model

pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat dimasa mendatang. Program

Pembangunan berbasis RT, antara lain meliputi :

1. Penguatan Database dan Sistem Informasi Orang Susah (SIOS)

Program pengembangan sistem database dan sistem informasi orang susah

adalah sebuah program penataan database kependudukan yang dilakukan oleh

para Ketua RT di dampingi TKST secara partisipatif. Data kependudukan

diupdate secara berkelanjutan dan data tersebut digunakan sebagai bahan untuk

merumuskan kebijakan tahunan pembangunan daerah. Pendataan

kependudukan tersebut meliputi, antara lain ;

1. Buku I, terdiri atas ;

1. Data Induk Penduduk 2. Data Mutasi Penduduk 3. Data Tamu Ketua RT 4. Data Kejadian/Peristiwa 5. Data Pendidikan

2. Buku II, terdiri atas ;

1. Data kondisi ekonomi keluarga

2. Data kondisi perumahan penduduk

3. Data bencana sosial/alam

4. Data kondisi tenaga kerja

5. Data ketersedianaan sarana umum

6. Data potensi SDA

7. Data kelembagaan masyarakat

3. Buku III, terdiri atas

1. Data catatan Ibu hamil

2. Data Sarana Sanitasi

3. Data Status Keluarga Rawan Kesehatan

4. Data Status gizi balita umur 1-5 tahun

5. Data pemeriksaaan kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil, ibu

melahirkan dan nifas.

Data yang dikumpulkan akan dilakukan analisis secara bersama dan berjenjang

mulai dari tingkat RT, RW, Desa, Kecamatan dan Kabupaten oleh Team

Analisis Data untuk menemukan masalah, kebutuhan, kecendrungan dan

tingkat kemajuan dari setiap RT. Hasil analisis data tersebut akan dipublikasikan

dalam database kependudukan pemerintah dalam webstite yang ada, dan pada

tingkat RT dan Desa akan disediakan buku administrasi dan papan informasi

yang memungkinkan bagi setiap warga untuk mengetahui informasi dan

mendorong partisipasi warga. Pemerintah membentuk Sistem Informasi Orang

Susah (SIOS). Sistem ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi para pemegang

Page 18: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 18

kebijakan dalam pengembilan keputusan program pembangunan dan sebagai

media informasi dan kontrol sosial masyarakat.

2. Penguatan kapasitas kelembagaan desa

Penguatan kapasitas kelembagaan desa dilakukan dengan cara melakukan

pelatihan, pendampingan dan supervisi kepada para Ketua RT sebagai kelompok

sasaran utama program. Disamping itu penguatan kapasitas juga akan dilakukan

kepada Ketua RW, Pemerintah Desa dan perangkat desa, BPD, LPM dan

kelembagaan desa lainnya. Proses peningkatan partisipasi warga akan dilakukan

dengan cara pendampingan, serangkaian kegiatan seperti diskusi ditingkat warga,

pelatihan, pemberian dana stimulan untuk peningkatan ekonomi warga miskin

dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan warga setempat.

3. Penguatan Pelayanan Dasar

Peningkatan pelayanan dasar diarahkan

pada tiga bidang utama yang dibutuhkan

warga, yakni ; bidang pendidikan, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan

database dan informasi tentang tingkat

pendidikan masyarakat disetiap RT. Data ini

diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang perkembangan tingkat pendidikan

warga KSB secara detail. Kebijakan program pendidikan akan disusun secara

partisipatif, Para Ketua RT dan TKST bersama warga setempat diaharpkan dapat

merumuskan dan mengusulkan program yang merupakan kebutuhan dalam rangka

pengembagan pendidikan.

Rumusan kebutuhan dan prioritas kebijakan berdasarkan atas data, informasi dan

kebutuhan yang diusulkan pada masing-masing RT atau Desa, inatansi terkait akan

melakukan konsultasi publik melalui perangkat pemerintah yang tersedia di tingkat

paling bawah untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan telah tepat. Misalnya,

kebijakan dalam pembentukan Taman Bacaan Mini di tingkat RT sebagai wadah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), play group atau program pengembangan minat

belajar masyarakat melalui pembelajaran yang diselenggarakan secara mandiri oleh

masyarakat setempat, Pendirian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB), dan sebagainya. Berbagai rencana program tersebut akan

disesuaikan dengan kebutuhan real masyarakat.

Dengan ketersediaan dan dan

informasi yang memadai, Pemerintah

dapat memantau dan memastikan

apakah kebijakan pendidikan gratis

selama ini bisa di akses warga miskin?.

Seberapa besar pendidikan gratis telah

mendorong peningkatan pendidikan

masyarakat di KSB?

Page 19: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 19

Dibidang Kesehatan, Kebijakan pendidikan gratis di

KSB merupakan bentuk dari komitmen keberpihakan

pemerintah terhadap warga. Pemenuhan-hak-hak dasar

warga tersebut masih belum cukup sempurna, manakala

tidak ada peningkatan perbaikan pada layanan

kesehatan. Pemerintah sesuangguhnya telah

menyediakan ruang bagi warga untuk melakukan

pengawasan terhadap proses pelayanan kesehatan,

termasuk mekanisme komplain atas pelayanan

kesehatan hingga tingkat desa. Ketua RT dan warga

sebenarnya dapat berpartisipasi dalam forum

pemantauan kesehatan masyarakat, membantu

melakukan pencatatan dan pelaporan tingkat kesehatan

masyarakat, serta melakukan upaya advokasi dan

fasilitasi terhadap pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan yang diterima oleh

masyarakat. Program peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat juga diharapkan

dapat merambah pada pengembangan kesehatan lingkungan dan pemukiman masing-

masing RT.

Dibidang pemberdayaan ekonomi keluarga, program pemberdayaan masyarakat

diarahkan bagi peningkatan pendapatan keluarga melalui pendidikan ketrampilan

khusus, pemanfataan lahan pekarangan, home industri dan program lainnya yang sesuai

dengan potensi, kebutuhan, kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki

oleh setiap Kepala keluarga dan lingkungan RT. Ketua RT bersama TKST diharapkan

dapat menggali potensi yang dimiliiki disetiap desa dan merumuskan program ekonomi

yang ideal secara partisipatif bersama warga setempat. Potensi unggulan yang ada

disetiap RT akan dijadikan sebagai dasar dan kekuatan dalam pengembangan kebijakan

ekonomi.

4. Penguatan Partisipasi Warga

Penguatan partisipasi warga dilaksanakan dengan mengembangkan proses

pembangunan yang berbasis komunitas RT. Proses pembangunan yang berbasis

komunitas RT adalah proses pembangunan yang pada perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan dilaksanakan oleh komunitas RT.

Proses tersebut meliputi ; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan

yang dilaksanakan pemerintah desa, pemerintah kabupaten dan sektor swasta

yang berada dalam lingkup RT. Penguatan partisipasi warga dilakukan melalui

pendampingan warga yang dilakukan oleh TKST dimasing-masing desa.

Bagaimanakah tahapan pelaksanaan program?

1. Tahap Inisiasi

Tahap inisiasi ini terdiri dari beberapa agenda kegiatan, yakni antara lain ;

perumusan dan finalisasi konsep model pembangunan berbasis RT, perumusan

regulasi pembangunan berbasis RT, rekruitmen Tenaga Kerja Sukarela Terdidik

(TKST), Sosialisasi model pembangunan berbasis RT dan pelatihan untuk

TKST.

Untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan gratis,

pemerintah telah

membentuk juru pemantau

kesehatan masyarakat

(Jumantara) yang berbasis

masyarakat. Salah satu tuga

Jumantara adalah

membantu memberikan

layanan cepat dan

memantau perkembangan

kesehatan disetiap desa.

Page 20: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 20

2. Tahap Implementasi

Implementasi program didasarkan atas hasil perencanaan dan laporan program

yang dilaksanakan oleh TKST dan Team Kabupaten. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah sebagai leading sektor, akan melakukan kompilasi dan

verifikasi atas perencanaan pembangunan dimasing-masing RT dan

mengintegrasikan rencana pembangunan di tingkat RT kedalam Rencana Kerja

Pembangunan Daerah.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Proses menoitoring akan dilaksanakan pada tiap item program untuk melihat secara

obyektif perkembangan pelaksanaan program. Monitoring akan dibagi kedalam

beberapa bentuk :

Monitoring secara partisipatif oleh masyarakat – Montoring yang efektif dan

obyektif adalah monitoring yang dilakukan oleh penerima manfaat program,

yakni masyarakat. Proses monitoring akan melibatkan langsung masyarakat dan

untuk melihat pelaksanaan dan keuangan program di lokasinya. Tenaga Kerjsa

Sukarela Terdidik (TKST) di masing-masing desa berkewajiban untuk

melaporkan kemajuan kegiatan dan penggunaan dana dan melaporkan kepada

Ketua RT dan warga dalam forum “musyawarah pertanggungjawaban”.

Monitoring oleh Pemerintah –pemerintah memiliki kewenangan untuk

memastikan bahwa kegiatan TKST telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan

prosedur yang berlaku, serta memastikan program dan dana tersebut telah

dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Semua jajaran pemerintah yang terlibat

memiliki tanggung jawab untuk memantau pelaksanaan kegiatan TKST di

wilayah masing-masing.

Pemantauan oleh konsultan –Koordinator TKST tingkat Kecamatan bersama

konsultan kabupaten bertanggung jawab untuk memantau kegiatan TKST Desa.

Para konsultan melakukan kunjungan rutin ke lokasi kegiatan untuk

memberikan pendampingan teknis dan supervisi.

Mekanisme penanganan pengaduan dan masalah – Masyarakat dapat secara

langsung menyampaikan pertanyaan atau keluhan kepada TKST, staff

pemerintah, LSM atau mengirimkan keluhannya langsung ke kotak pos khusus.

Pembangunan berbasis RT membentuk unit penanganan pengaduan di tingkat

Kecamatan dan Kabupaten untuk mencatat dan menindaklanjuti pertanyaan

dan pengaduan masyarakat.

Pemantauan Independen oleh Masyarakat Madani – Kelompok masyarakat

seperti LSM dan jurnalis turut melakukan pemantauan independen terhadap

TKST. Jurnalis diundang untuk memantau dan memberitakan serta menyiarkan

berita mengenai temuan – temuan mereka di lapangan.

Siapa yang melaksanakan program pembangunan berbasis RT?

Page 21: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 21

Program Pembangunan berbasis RT pada dasarnya dilaksanakan secara bersama,

pemerintah daerah, masyarakat, swasta diharapkan dapat berpetan dalam mendukung

program pembangunan berbasis RT. Dibawah ini adalah pembagian peran masing-

masing stakeholder dalam pembangunan berbasis RT, sebagai berikut :

Peran Pemerintahan Daerah

No Pelaksana Program Peran

1 Bappeda 1. Koordinator Program

2. Mengintegrasikan program pembangunan berbasis

RT kedalam RKPD

2 Dinas Sosial, Nakertans dan

Pemberdayaan Masyarakat

1. Leading Sektor pelaksana program pembangunan

berbasis RT

2. Fasilitatator sosialisasi program

3. Fasilitasi penyusunan persiapan dan pelaksana

program

4. Pelatihan perangkat RT bekerjasama dengan LSM

5. Rekruitmen tenaga pendamping kegiatan

(Fasilitator desa) bekerjsama dengan LSM

6. fasilitasi kerjasama kemitraan

7. fasilitasi kegiatan pemberdayaan masy

8. fasilitasi penyusunan SOP

9. optimalisasi peran dan fungsi Unit Pengaduan

masyarakat

10. Pelaksanaan lomba RT

3 Dinas Kesehatan 1. Fasilitasi dibidang kesehatan

2. Fasilitasi pembentukan Forum jumantara

3. pelatihan kader jumantara (RT)

4. pendampingan dan penguatan jumantara untuk

memback-up desa siga pada locus RT

5. sosialisasi PHBS kepada masyarakat

4 Dikpora 1. Melakukan koordinasi dan fasilitasi partisipasi

masyarakat dibidang pendidikan

2. fasilitasi wadah kegiatan belajar masyarakat

3. penguatan partisipasi masyarakat dan RT dalam

penyelenggaran PAUD (pendidikan Anak Usia

Dini) dan kegiatan pengentasan keaksaraan

fungsional

5 Sekretariat Daerah 1. Pembentukan perbut tentang Tupoksi RT

2. Pembinaan kewilayahan dan administrasi

pemerintahan desa

3. Fasilitasi penganggaran program

6 Dinas Kehuatanan, pertanian dan

tanaman pangan

1. Fasilitasi penyediaan tanaman keras untuk

mendukung Gerakan Sejuta Pohon (GSP)

2. Bantuan penyuluhan dan pendampingan

masyarakat untuk pemanfataan rumah untuk

apotik hidup dan warung hiudp

7 Perindagkop dan UMKM 1. Pelatihan kewirausahaan

2. Fasilitasi kelompok usaha rumah tangga

8 DPU dan Pertamanan 1. Fasilitasi sistem penataan lingkungan pemukiman

RT

2. Fasilitasi rehabilitasi partisipatif rumah tidak layak

huni

3. fasilitasi masyarakat dalam perbaikan saluran

drainase dan sanitasi lingkungan

4. penyediaan TPS untuk sampah

5. fasilitasi pelaksanaan proyek padat karya

9 Ducapil dan KB 1. Fasilitasi pemutakhiran database

kependudukan

Page 22: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 22

2. Fasilitasi bina keluarga

3. Desiminasi peran PL-KB dan PPKBD kedalam

fungsi RT

10 Kecamatan, Kelurahan dan Desa 1. Menyiapkan perangkat administrasi perangkat

RT

2. Pembinaan perangkat RT

3. Fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

kegiatan pembangunan di tingkat RT

4. pembinaan RT

11 SKPD lain 1. Menunjang pelaksanaan program

2. mengintegrasikan program pembangunan berbasis

RT dalam renja SKPD

PERAN MASYARAKAT

1 Lembaga Swadaya Masyarakat 1. Membantu pemerintah dalam melakukan

perencanaan program

2. Penjajakan dan identifikasi permasalahan di

lingkungan RT

3. Fasilitasi perekrutan community organizer (CO)

untuk pendamping RT

4. Fasilitasi pelatihan kader pendamping RT

5. Melakukan monitoring dan evaluasi

2 Perangkat RT dan Tokoh

Masyarakat

1. Fasilitator dan mediator dalam melakukan

koordinasi dengan pemerintah dan pihak lain

2. Melakukan pendataan terhadap masyarakat di

lingkungan RT untuk SIOS

3. Fasilitasi rapat bersama warga untuk menyusun

rencana aksi pelaksanaan program

4. memediasi informasi dan pengaduan masyarakat

5. menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program

3 Dewan Pendidikan 1. Melakukan identifikasi dan koordinasi dengan

perangkat RT kaitannya dengan partisipasi yang

diharapkan dari masyarakat untuk memajukan

dunia pendidikan dan penguatan pendidikan para

sekolah

2. Sosialiasi kebijakan pemerintah pada locus RT

4 Tenaga Pendamping 1. Pendampingan masyarakat dalam membuat

perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi

terhadap program

2. melakukan fasilitasi dan koordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

5 PKBM,PKK,LPM dan OMS 1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

pendidikan keterampilan kepada masyrakat

2. Menyiapkan model pembelajaran masyarakat secara

partisipatif

PERAN PIHAK SWASTA / DUNIA USAHA

1 BUMS 1. Koordinasi dengan Pemda dalam penyusunan

rencana kegiatan pengembangan masyarakat

secara terpadu sampai ketingkat RT

2. Integrasi program dan kegiatan pembangunan

masyarakat dengan program pembangunan

berbasi RT

3. Dukungan pendanaan untuk membantu

stimulasi pembiayaan kegiatan masyarakat

4. Dukungan media ekspose dan fasilitasi kegiatan

termasuk peningkatan kapasitas parapihak yang

terlibat dalam kegiatan

2 BUMD (Perusda) dan KJKS 1. Melaksanakan kegiatan dan usaha pemberdayaan

masyarakat.

2. Optimalisasi pemanfaatan Dana Abadi Desa

dalam rangka mempercepat kemandirian usaha

bersama kelompok dilingkungan RT

Page 23: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 23

Struktur Program pembangunan berbasis RT?

Model Kemitraan Program Pemerintah dan Masyarakat

Apa saja prasayarat pendukung keberhasilan prmbangunan berbasis RT?

Program pembangunan berbasis RT akan berhasil bila ; Pertama, adanya

dukungan dari seluruh warga diseluruh tingkatan. Dukungan warga dibutuhkan

dalam pengembangan berbasis RT, karena pembangunan berbasis RT

mensyaratkan adanya partisipasi seluruh warga. Tanpa ada dukungan warga

program pembangunan berbasis RT sulit untuk dapat dilaksanakan. Partisipasi

warga berupa keterlibatan warga dalam proses pendataan penduduk miskin,

perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Warga

juga harus aktif menyalurkan aspirasi dan keluhannya, apabila menemukan

berbagai ketimpangan dalam proses pembangunan. Saluran aspirasi harus

disediakan pemerintah (Unit Pengaduan Masyarakat) sebagai sarana feedback atas

respon publik. Dengan adanya pengaduan ini Pemerintah dapat mengetahui

sejauhamanakah respons masyarakat atas proses pembangunan. Sekaligus

mendorong SKPD yang ada bertanggungjawab atas tiap program yang

dilaksanakan dilingkungan RT.

Program pembangunan berbasis RT membutuhkan dukungan kebijakan

anggaran yang berpihak pada rakyat miskin. Dukungan anggaran dibutuhkan

bukan hanya untuk keberlangsungan program, melainkan pula untuk

mendorong adanya peningkatan kesejahteraan bagi rakyat miskin yang ada

disetiap lingkungan RT, dukungan tersebut misalnya berupa bantuan modal

usaha bagi warga miskin untuk pengembangan usaha mandiri mereka.

Perubahan terhadap pola kebijakan anggaranpun harus dirubah, dari basis SKPD

menjadi basis kebutuhan warga miskin di tingkat RT. Upaya perubahan

kebijakan anggaran ini harus didukung pula oleh DPRD—sebagai lembaga

perwakilan rakyat, DPRD harus peka terhadap kondisi kemiskinan yang ada

disetiap RT. Upaya titip menitip anggaran, ketertutupan proses penganggaran

serta minimnya akuntabilitas penganggaran harus segera direformasi.

Pemkan KSB

KECAMATAN

DESA

RT RT

CONSULTAN PROGRAM KAB

TKST KECAMATAN

TKST DESA

PEMKAB KSB

Page 24: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 24

Dalam konteks ini dibutuhkan komitmen dan political will seluruh komponen

pemegang kebijakan. Tidak sekedar, retorika melainkan langkah nyata, sehingga

rakyat akan semakin percaya. Para ketua RT akan termotivasi untuk

melaksanakan program dan kegiatan. Pembebanan program ketingkat desa,

terlebih lagi RT justeru akan melahirkan beban yang semakin berat bagi

masyarakat.

Ketiga; adanya ketersediaan Sumber Daya Manusia serta upaya pengembangan

sumber daya manusia yang ada di tingkat RT. Upaya peningkatan kapasitas

Ketua RT dan warga setempat, termasuk para sarjana pendamping desa

dibutuhkan untuk memperkuat proses pelaksanaan program pembangunan

berbasis RT. Pemerintah harus mampu mengarahkan anggaran pada prioritas

pengembangan sumber daya manusia, mendorong seluruh komponen untuk

membangun fakta integritas. Penguatan kelembagaan RT sebagai salah satu jalan

pembangunan berbasis RT harus dilaksanakan secara sistematis, terarah, terpadu

serta terukur. Bukan sekedar melaksanakan project semata.

Keempat, dukungan sarana dan prasaran ditingkat RT. Pembangunan berbasis

RT tentu membutuhkan sarana dan prasarana pendukung, misalnya penyediaan

kotak aspirasi ke tingkat RT, papan informasi pembangunan dan sebagainya

kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan perangkat pendukung dalam

mencapai partiisipasi masyarakat ditingkat RT.

Kelima, perlu adanya kerjasama dan sinergisitas seluruh stakeholders dan bidang

pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat), harus mampu saling bahu-

membahu dalam melaksanakan program. Basis program harus diarahkan pada

tingkat RT dan SKPD harus mampu mengintegrasikan seluruh hasil database

dan informasi pembangunan yang ada ditingkat RT sebagai bahan dalam

perumusan kebijakan. Seluruh stakeholders harus mampu menjadi dan

menghindari terjadinya konflik sosial. Sikap dan nilai-nilai demokrasi dan

penghargaan atas HAM harus diddorong semua kalangan untuk menghidari

lahirnya kecurigaan dan tindakan diskriminatif atas dasar SARA.

Seluruh prasayarat tersebut diatas sangat pula ditentukan dari bagaimana para

peemagang kebijakan daerah mampu memberikan suri tauladan kepada Ketua

RT dan masyarakat. Bukan sebaliknya, melakukan tindakan-tindakan yang dapt

menyimpang dari prinsip-prinisp yang telah disepakati dalam program

pembangunan berbasis RT itu sendiri. Akhirnya, prasyarat keberhasilan program

pembangunan berbasis RT memang banyak faktor yang mempengaruhinya.

Namun, beberapa prasayarat utama sebagaimana diatas merupakan kunci utama

keberhasilan program pembangunan berbasis RT.

Page 25: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 25

Page 26: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 26

BAGIAN KEDUA

Pada bagian kedua ini akan dibahas tentang TKST/Kader Pemberdayaan

Masyarakat, materi yang dibahas meliputi antara lain konsep dasar pendamping

sosial, staretgy pendampaingan, tahapan pendampingan dan sebagainya. Bagian

kedua ini merupakan panduan untuk para pendamping masyarakat (TKST)

untuk melaksanakan proses pendampingan dimasing-masing RT dalam

desa/kelurahan dalam program pembangunan berbasis RT.

MENGENAL TKST

Apa itu TKST?

Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TSKT)

adalah pendamping sosial yang bekerja di

desa untuk melaksanakan program

pembangunan berbasis RT (Rukun

Tetangga). TKST direkrut oleh

Pemerintah Daerah dari sarjana yang

berada didesa dan belum bekerja. Para

sarjana yang diangkat sebagai TKST

adalah mereka yang telah memenuhi

persyaratan administrasi dan uji

kepatutan. Dikatakan TKST karena memang untuk melaksanakan program

pembangunan berbasis RT, dibutuhkan seorang pendamping yang memiliki

kapasitas, integritas, acceptabilitas, serta memiliki kejujuran, keihlasan dan

komitmen kepedulian sosial yang tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.

Persyaratan tersebut penting, karena memang dalam proses pendampingan

masyarakat bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh waktu, tenaga dan dana

yang ekstra, karena begitu kompleknsya persoalan yang ada ditengah-tengah

masyarakat, dan terkadang ”membingungkan” darimana harus memulai

pekerjaan pendampingan. Karena itu ada anggapan yang mengatakan bila

seorang pendamping menyelami persoalan secara mendalam di tengah-tengah

masyarakat, maka Ia baru akan menyadari bahwa air yang dilihatnya selama ini

tenang, ternyata menyimpan segudang persoalan atau masalah dan mungkin

pendamping tersebut mulai menyadari bahwa apa yang dikerjakannya sangat

berat.

Apa tugas dan peran utama TKST?

Tugas utama seorang TKST adalah melaksanakan pemberdayaan masyarakat agar

masyarakat berdaya, sejahtera dan mandiri secara ekonomi, sosial, budaya.

Pemberdayaan masyarakat itu sendiri, merupakan serangkaian tindakan sosial

yang dilakukan secara sistematis dan terukur, sehingga diharapkan komunitas

mampu mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan

“Datanglah kepada rakyat, hiduplah

bersama mereka, belajarlah dari mereka,

cintailah mereka, mulailah dari apa yang

mereka tahu ; bangunlah dari apa yang

mereka punya : tetapi pendamping yang baik

adalah ketika pekerjaan selesai dan tugas

dirampungkan, rakyat berkata ;

“kami sendirilah yang

mengerjakannya”. (lao Tse)

Page 27: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 27

kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial

sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya.

Sasaran pemberdayaan yang harus dilakukan TKST adalah masyarakat miskin,

karena kelompok inilah yang selama tidak berdaya baik disebabkan karena

hambatan internal yang dimiliknya maupun karena tekanan eksternal dari

lingkungannya. Kehadiran TKST diharapkan dapat sebagai agen perubahahan

dan turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat

miskin. TKST dan kelompok masyarakat miskin secara secara bersama-sama

melaksanakan serangkaian kegiatan anatara lain seperti; (a) merancang program

perbaikan kehidupan sosial ekonomi, (b) memobilisasi sumber daya setempat (c)

memecahkan masalah sosial, (d) menciptakan atau membuka akses bagi

pemenuhan kebutuhan, dan (e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang

relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

TKST akan sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan

kemiskinan dan dalam kontek itupula ada tiga peran utama yang harus

dimainkan oleh TKST, yaitu: sebagai fasilitator, sebagai pendidik, sebagai

perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang

didampinginya. Peran Pertama TKST adalah sebagai seorang Fasilitator, TKST

diharapkan mampu memberikan motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi

masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi

model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun

konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.

Peran kedua adalah sebagai Pendidik. TKST harus berperan aktif sebagai agen

yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman

masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat,

menyampaikan informasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah

beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. Peran ketiga adalah

sebagai Perwakilan masyarakat. Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan

interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan

demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas

mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media,

meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. Dan

peran terakhir adalah berkaitan dengan Peran-peran teknis. Mengacu pada

aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. TSKT dituntut tidak hanya mampu

menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula

mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan

dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok,

menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari

serta mengatur sumber dana.

Page 28: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 28

TKST diharapkan mampu menerapkan lima strategi pemberdayaan utama yang

disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan

Pemeliharaan4;

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang

menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap

kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang

kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang

tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah

terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan

harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang

tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan

harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam

keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

berusaha.

Disamping hal tersebut TKST harus mampu menggerakkan partisipasi warga,

melalui pengembangan sarana atau metode, seperti ; musyawarah pembangunan

RT, focus group discussions, membuka forum konsultasi, dan sebagainya.

Seorang TKST yang baik pada dasarnya adalah mampu membangun partisipasi

warga dan kemandirian warga, menjadikan mereka yang sebelumnya tidak

berdaya menjadi berdaya dan mampu secara mandiri dalam menata kehidupan

mereka dimasa mendatang.

Beberapa tugas TKST diantaranya, adalah ;

1. Melakukan penguatan kapasitas baik secara individu maupun

kelembagaan kepada Ketua RT, Pemerintah dan Perangkat Desa, dan

warga setempat melalui pendidikan/pelatihan, diskusi komunitas,

pengembangan media informasi dan lainnya agar masyarakat memiliki

kemampuan dalam proses pembangunan ;

2. Memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan secara partisipatif yang dimulai dari tingkat RT hingga

desa secara periodik dan berkelanjutan ;

4 (Suharto, 1997:218-219):

Page 29: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 29

3. Merumuskan dan mendorong Sistem Informasi Orang Susah (SIOS) yang efektif dan menemukan metode yang efektif untuk dikembangkan

di tingkat komunitas ;

4. Melakukan pendataan dan updating kependudukan secara rinci dan melakukan analisis atas data tersebut, serta merumuskannya dalam

rencana pengembangan pembangunan RT ;

5. Memperkuat upaya peningkatan kesehatan masyarakat dengan cara membantu dan bekerjasama dengan seluruh tenaga media baik di tingkat

desa, kecamatan maupun kabupaten ;

6. Mendorong partisipasi warga untuk mewujudkan upaya pengembangan gerakan sejuta pohon melalui pendidikan kesadaran lingkungan,

pemantauan lingkungan dan pengembangan kemitraan dengan pihak

lain ;

7. Merumuskan potensi pembangunan dimasing-masing RT, termasuk potensi home indutsri ditiap RT yang dapat dikembangkan dimasa

mendatang ;

8. Meningkatkan kesadaran pendidikan formal maupun informal untuk mendukung proses percepatan peningkatan Sumber Daya Manusia di

KSB melalui pengembangan pendidikan.

9. Mengkooordinasikan , menisnergiskan dan mengintegrasikan seluruh sektor pembangunan yang ada di masing-masing RT untuk dirumuskan

dalam program pembangunan RT

10. Mendorong peran serta masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari tingkat RT, RW, Dusun, Desa dan seterusnya.

11. Menyampikan laporan secara periodik perkembangan keadaan dan siatusi dimasing-masing RT yang ada disetiap desa serta melakukan

updating dan analisis data secara sistematis dan berkelanjutan.

12. dan tugas lainnya.

Dalam kerangka pelaksanaan tugas sebagaimana keberadaan TSKT ditengah-

tengah masyarakat secara terus menerus menjadi salah satu faktor keberhasilan

program pembangunan berbasis RT.

Prinsip-prinsip apa yang harus dimiliki oleh seorang TKST sebagai pendamping sosial?

TKST lahir untuk mendorong dan membantu Pemerintah dan Warga dalam mencapai tujuan pembangunan berbasis RT atau TKST ”melayani dan memperlancar

kegiatan pembangunan berbasis RT mencapai tujuannya. Dalam konteks tersebut,

TKST sebagai fasilitator harus memiliki nilai-nilai umum seorang fasilitator, yakni;

� Demokratis : Nilai utama yang harus dalam pikiran seorang TKST adalah

demokratis dalam melaksanakan setiap fasilitasi. Dalam hal ini seorang TKST

memiliki asumsi setiap orang memiliki hak dan kesempatan dan perlakuan yang

sama. Tanpa adanya prasangka dan diskriminatif . Perencanaan yang dibuat

dilakukan secara bersama dan dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan

warga, khususnya warga miskin. Perencanaan dan rancangan yang telah dibuat

masih terbuka peluang untuk dilakukan perubahan sepanjang sesuai dengan

kepentingan dan kebutuhan warga . Dalam proses memfasilitasi interaksi antara

Page 30: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 30

fasilitator dengan warga bukan struktuir yang hirarki tetapi fasilitator

merupakan bagian yang setara dengan yang lain dalam mencapai suatu tujuan.

� Tanggung jawab : Pada prinsipnya setiap orang bertangguyngjawab kewajiban

peran yang dibebankan kepadanya, termasuk perilaku dan pengalaman-

pengalaman hidupnya. Fasilitator memiliki peran dan kewajiban terhadap

rencana yang telah disusun dan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu

pertemuan. Harapan peran tersebut hanya mungkin dapat terealisasijika adanya

komitmen yang kuat dan nilai tanggungjawab yang tinggi dalam kegiatan

fasilitasi ini

� Kerjsama : suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang dalam proses

pelaksanaannya hanya mungkin dapat terealisasi jika adanya kerjasama yang

solid di antara sesama pelaku kegiatan tersebut. Hal ini berarti nilai kerjasama

berperan utama dalam suatu proses fasilitasi

� Kejujuran : fasilitator harus memiliki nilai-nilai kejujuran dalam dirinya

termasuk atas pikiran, perasaan , keprihatinan dan prioritas dalam mencapai

tujuan. Artinya fasilitator harus jujur terhadap peserta dan terhadap dirinya

sendiri terutama yang menyangkut kemampuan dan kelemahan yang dia miliki.

Fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak berusaha berbuat

terlalu jauh diluar kemampuannya.

� Kesamaan Derajat : Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi diri yang

mungkin dapat disumbangkan kepada orang lain untuk itu setiap peserta harus

diberikan kesempatan yang adil tanpa haruis mempertimbangkan status yang

dimilikinya. Fasilitator harus menyadari bahwa dia dapat saja belajar dari

peserta sebagaimana peserta dapat belajar dari pengetahuan , ketrampilan dan

pengalaman yang dimilikinya

Sikap mental apa yang harus dimiliki oleh seorang TKST?

� Empati : Suatu sikap membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu

dalam pengalaman masyarakat, bersikap manusiawi tidak bereaksi hanya

berdasarkan apa yang dilihat atau memahami masalah masyarakat hanya

menggunakan logika dan intelektual belaka.

� Kewajaran : Bersikap jujur, apa adanya, terus terang , konsisten,

mengungkapkan perasaan secara konkrit dan merespon masyarakat secara

cepat

� Respek : Memiliki pandangan positif terhadap masyarakat, perhatian ,

pengertian, menghargai orang lain dengan penghargaan penuh, menghargai

perasaan, pengalaman dan kemampuan orang lain

� Komitmen : Menghadirkan diri secara penuh, siap bersama kelompok

dampingan dalam segala keadaan

� Mengakui kehadiran orang lain : Mengakui adanya orang lain , tidak

menonjolkan diri, memberikan kesempatan pada orang lain untuk

mengungkapkan dirinya, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada

mereka bahwa kita sadar akan kehadirannya, mengakui setiap individu

adalah mahkluk yang bebas yang memiliki hak dan tangguyng jawab masing-

masing.

Page 31: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 31

� Membuka diri : Keterbukaan mempunyai 2 segi (1) Menerima keterbukaan

orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman kita sendiri

, setiap saat bersedia merubah konsep dan pengalaman kita sendiri , setiap

saat bersedia merubah konsep dan pendapat sendiri dan tidak bersikap ngotot

( 2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri

pada kelompok, apa yang kita rasakan, apa harapan kita, bagaimana

pandangan kita, suka dan duka kita, mau mengambil resiko kalau terjadi

kekeliruan

� Tidak menggurui : Sikap menggurui dapat dirasakan kelompok dampingan

sebagai meremehkan. Ucapan seperti ” Anda salah, mestinya begini, membuat

orang merasa diserang. Di dalam hati ia dapat berkata, bahkan yang agresif

dapat saja mengucapkan secara terbuka. “ Itukan kata anda, tetapi saya seribu

kali melakukan begitu dengan hasil baik”. Lebih bijaksana untuk mengatakan

” memang anda melakukan begitu, tetapi baik kita pikirkan kemungkinan

dengan cara lain , yakni ...... Sebab nada ucapan terakhir itu bukan

mempersalahkan , tetapi membuka alternatif, bukan menggurui melainkan

menawarkan cara lain.

� Tidak menjadi ahli : maksudnya tidak terpancing untuk menjawab setiap

pertanyaan, seakan-akan terkesan kita ahli dalam segala bidang . masyarakat

sebenarnya akan senang kalau fasilitator sekali-sekali tidak langsung menjawab

pertanyaan, melainkan melontarkan kepada masyarakat . ” Apakah diantara

kita ada yang dapat menjawab pertanyaan kawan kita ? silahkan. Kalau ada

yang bisa menjawab dia kan puas, karena dihargai. Kalau tidak ada, setelah

sejenak mendapatkan kesempatan berpikir , fasilitator dapat memberikan

jawaban. Bahkan sama sekali tidak menurunkan gengsi fasilitator

� Tidak memutus bicara : Pada saat masyarakat bertanya, atau mengemukakan

pandangannya, pembimbing tidak memutus hanya kebetulan ia merasa tidak

sabar. Apabila memang penanya bertele-tele, atau pembicara mengemukakan

sesuatu yang tidak relevan , dan masyarakat lain nampak mulai gelisah , maka

fasilitator dapat membantu dengan mengatakan ” kawan-kawan sudah ingin

mengetahui inti pertanyaan anda, ”atau” Apa yang anda kemukakan memang

baik, tapi mungkin kita bicarakan pada kesempatan lain, karena itu tidak

berhubungan dengan hal yang kita bahas ”

� Tidak berdebat : Apabila pertanyaan peserta telah dijawab, dan penanya

menyanggah kembali, maka bahaya terlihat dalam debat mulai terbuka.

Bijaksana untuk pembimbing mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan

melontarkannya pada seluruh kelompok. Bersoal jawab dengan satu orang

saja di depan sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebosanan dan

kejengkelan.

� Tidak diskriminatif : masyarakat biasanya heterogen, dalam jenis kelamin,

dalam usia, dalam dasar pendidikan, dalam latar belakang kebudayaan, dalam

budaya, dalam agama, dalam pengalaman, dalam kecerdasan. Ada pula yang

aktif dan dinamis, agresif, ada juga yang pendiam, dan lamban. Diantara

wanita ada pula yang menonjol cantiknya, ada pula yang termasuk jelek. Baik

kalau fasilitator berusaha untuk memberikan pelatihan kepada semua

masyarakat secara merata, bukan hanya kepada satu dua orang yang secara

pribadi disukainya.

Page 32: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 32

BAB II

MEMULAI PEKERJAAN TKST

DILAPANGAN

Darimana TKST memulai pendampingan RT?

1. Perkenalan dan sosialiasi

TKST wajib memperkenalkan diri

kepada Ketua RT, Ketua RW, Kepala

Desa dan masyarakat setempat.

Perkenalan yang dilakukan oleh

TKST setidak-tidaknya, menyangkut

dua hal. Pertama ; perkenalan sebagai

fasilitator pendamping RT (identitas

pribadi, latar belakang, kedudukan,

tugas dan fungsi sebagai TKST).

Kegiatan ini bertujuan agar Ketua RT

dan warga di setiap desa mengetahui

dan mengenali pendamping RT yang

ada disetiap desa. Kedua, TKST wajib

melakukan sosialiasi terhadap

program pembangunan berbasis RT,

meliputi antara lain ; latar belakang

pembangunan berbasis RT, maksud

dan tujuan pembangunan berbasis

RT, program dan kegiatan, prosedure

dan sebagainya. Agar proses

perkenalan dan sosialiasi dapat

berjalan dengan baik, maka TKST

harus mempersiapkan diri, persiapan

tersebut meliputi antara lain adalah ; pemahaman TKST terhadap program

pembangunan berbasis RT, regulasi desa dan RT, situasi dan kondisi awal

masyarakat dan sebagainya.

Perkenalan dan sosialiasi ini dilaksanakan disetiap RT, dan diharapkan minimal

sebanyak 25% dari warga yang ada disetiap RT mengetahui dan memahamai

program pembangunan berbasis RT.

2. Membangun Integrasi Sosial dalam komunitas RT

Menyatu (melebur) dan membangun kepercayaan dalam ditengah-tengah

masyarakat menjadi agenda selanjutnya dari seorang TKST. Dalam konteks

integritas sosial, seorang TKST harus mampu memahami dan mengikuti nilai-

nilai sosial yang berlaku dalam komunitas tersebut. Jangan sekali-sekali

menampakkan diri sebagai sosok yang hebat, angkuh/ego, apalagi terkungkung

dengan status sosial yang dimiliki TKST. Misalnya, karena sarjana dan

Kertas Kerja yang harus disiapkan TKST : 1. Pelajari dan pahami latar belakang,

maksud dan tujuan, strategi, capaian

dan indikator keberhasilan program

pembangunan berbasis RT

2. Susun jadwal pertemuan dengan Ketua

RT dan warga untuk masing-masing

RT. Konsultasikan Jadwal tersebut

dengan Ketua RT, sesuaikan dengan

sikon di RT bersangkutan, bila tidak

bisa siang hari lakukan pertemuan

malam hari.

3. Persiapkan materi yang akan dibahas

dalam agenda Rapat/Musyawarah

Sosialisasi dengan Ketua RT dan warga

setempat

4. Buat Notulensi Rapat Pertemuan dan

daftar hadir peserta. Catat setiap nama

yang mengajukan pertanyaan dan isi

pertanyaan/tanggapan

5. Berikan penjelasan apa adanya, jangan

dilebih-lebihkan atau dikurangi

6. Berlaku jujur, sopan dan

mendahulukan kepentingan warga.

7. Dokumentasikan seluruh kegiatan

dalam laporan kegiatan dengan rapi

Page 33: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 33

merupakan tokoh dari masyarakat setempat tidak mau bergaul dengan orang

miskin atau mereka yang tidak memiliki pendidikan.Sikap diskriminasi sangat

dilarang dalam membangun proses integrasi sosial. Perlakukan semua warga

setempat setara dan sejajar, jangan membeda-bedakan suku, agama, ras, jenis

kelamin dan sebagainya.

Membangun pergaulan sosial, melakukan komunikasi secara terbuka,

memperlakukan setiap warga secara adil dan setara, menyelami nilai-nilai sosial

yang berlaku dalam masyarakat, serta menjaga etika seorang Pendamping Sosial

adalah kunci keberhasilan dalam membangun integritas sosial.

2. Melakukan Pemetaan Sosial di Tingkat RT

Pemetaan sosial (social mapping)

dilaksanakan oleh TKST bersama

Ketua RT. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk memperoleh gambaran tentang

keadaan masyarakat (ekonomi, sosial,

budaya, keamanan dan lainnya)

secara sistematik dan menyeluruh

yang ada dimasing-masing RT melalui

pengumpulan data dan informasi dari

berbagai kalangan yang ada di desa

atau di RT, dalam pemetaan ini

TKST harus menyusun dan

melakukan analisis data profile

keadaan/situasi lingkungan serta

masalah sosial yang ada di setiap RT

berdasarkan data yang tersedia .

Profile tersebut antara lain berisikan,

peta wilayah, karakteristik masyarakat

dan masalah sosial yang dihadapi,

misalnya kelompok masyarakat

miskin, rumah kumuh, anak terlantar

berdasarkan waktu-kewaktu, misalnya

periode 1970-1980, 1980-1990, 1990-

2000 dan seterusnya yang

berlangsung di disetiap RT. Dalam

pemetaan sosial ini prinsip utama

yang harus dipegang oleh seorang

TKST adalah bagaimana

mengumpulkan data dan informasi

sebanyak mungkin dalam suatu

wilayah RT.

Mengapa data dan informasi tersebut penting? Data dan informasi tersebut

penting karena pertama sebagai landasan bagi atau bahan dasar bagi pemerintah

daerah untuk merumuskan kebijakan pembangunan daerah, desa dan RT.

Kertas Kerja TKST : 1. Pelajari Buku I, Buku II dan Buku III

tentang RT

2. Susun Jadwal Kunjungan kemasing-

masing Ketua RT dan lakukan

supervisi kepada Ketua RT dalam

melakukan pendataan. Berikan motivasi

dan solusi bila Ketua RT mengalami

kesulitan

3. Apabila Ketua RT kesulitan/tidak dapat

terjun langsung dalam melakukan

pendataan, TKST harus turun/terjun

langsung kelapangan. Catat data

Penduduk sesuai Buku I, Buku II dan

Buku III.

4. Olah data tersebut dan deskripsikan

dalam bentuk narasi analisis

kependudukan dimasing-masing RT.

(data kuantitatif hasil pendataan

dilampirkan)

5. Deskripsikan trend secara umum dari

data tersebut, untuk memberikan

gambaran secara umum kondisi

kependudukan

6. Presentasikan hasil pendataan dan

analisis tersebut kepada Ketua RT dan

warga setempat

7. Lakukan Musyawarah Desa bersama

Kepala Desa, BPD, LPM dan

stakeholder lainnya.

8. Beerikan gambaran dalam musaywarah

tersebut hasil pendataan dan aanlisis

yang dilakukan.

9. Dokumentasikan seluruh laporan

tersebut dengan rapi

Page 34: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 34

Kedua, sebagai bahan untuk melakukan evaluasi pembangunan. Ketiga, sebagai

sumber informasi bagi pemerintah,

masyarakat dan stakeholder lainnya.

Bagi TKST pemetaan sosial penting

dilakukan oleh seorang TKST agar?

Pertama, mengetahui keadaan warga

disetiap RT dan lingkuangannya,

mengenali apa dan siapa warga RT,

masalah apa yang dihadapinya, serta

sumber-sumber apa yang tersedia

untuk menangani masalah tersebut.

Sebab, tanpa mengetahaui lebih

dahulu sikon dan pengaruh-pengaruh

masyarakat tersebut sulit bagi TKST

untuk dapat melaksanakan

pemberdayaan masyarakat. Kedua,

mengetahui atau memahami sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta

analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini dapat

dipastikan TKST akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai,

sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara

kemapanan dan mengupayakan perubahan. Ketiga; Masyarakat secara konstan

berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam

perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan

penduduk. Pemetaan sosial akan dapat membantu TKST dalam memahami dan

menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.

Bagaimana cara melakukan pemetaan sosial? Pemetaan sosial dapat dilakukan

dengan berbagai cara atau metode. Metode tersebut sangat tergantung dari

tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan pemetaan sosial. Berikut ini

dperkenalkan beberapa metode dalam melakukan pemetaan sosial.

1. Survey Rumahtangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey).

Metode ini biasanya digunakan untuk Survey Pengukuran Standar Hidup atau

Living Standards Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara

pengumpulan data mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi,

seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,

fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan

lainnya.

2. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators

Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah

tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses,

penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini

meupakan alat yang cepat dan effektif untuk mengetahui rancangan kegiatan

pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia

dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan.

Kertas kerja TKST :

1. Susun monografi RT (Profile Ekonomi,

Kesehatan, Pendidikan, Luas Wilayah,

Potensi dll ) dan bandingkan dengan

sebelumnya

2. Analisis Kapasitas dan Kerentanan Sosial,

Ekonomi dan Politik di Tingkat RT

3. Sejarah perkembangan Ekonomi,

Kesehatan, Pendidikan Masyarakat

Setempat termasuk potensi dan kendala dari

setiap orde (waktu)

4. Tokoh-tokoh kunci dalam RT yang memiliki

kepedulian dalam proses pembangunan dan

mampu untuk mendorong aktor lain dalam

proses pembangunan berbasis RT

Page 35: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 35

3. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan

untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan

pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering

disebut sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian mengenai

hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam memperoleh

pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta

kepekaan petugas-petugas pemerintah.

4. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering

digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey

Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan

oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas dan

dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.

5. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial

berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik mengenai

permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin, desa tertinggal, status gizi,

tingkat buta huruf, dll. biasanya dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.

Disamping metode diatas, terdapat pula metode yang dikenal dengan

Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods)

Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan

informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan

stakeholders lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi.

Metode Pemantauan Cepat meliputi:

1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini

terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-

individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki

pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di

wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-

terstruktur.

2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok

dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan

latarbelakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga.

Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan

kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.

3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview).

Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada

semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara

melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara

yang sudah disiapkan sebelumnya.

4. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan

lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data

Page 36: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 36

yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis,

sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang

sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.

5. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar

pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75

orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak (random

sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara

dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik,

sekolah, balai desa.

Metode Partisipatoris

Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan

kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan

umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja.

Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan

proses tanya-jawab dengan responden.

Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini

cukup penting diketahui:

1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory

Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat

berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi

dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini

biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-

bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan

masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki

banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan

Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang

Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan

anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial

tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi

kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang

terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk

menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok,

atau masyarakat setempat.

3. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang

melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima pelayanan

sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi

hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif

pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui

sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.

4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and

Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai

Page 37: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 37

tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi

dan menganalisis masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.

3. Menyusun Rencana Kerja Pemberdayaan Masyarakat di Tingkat RT Secara

Partisipatif

Rencana kerja merupakan salah satu aksi dalam proses pemberdayaan

masyarakat. Rencana kerja disusun dengan melibatkan Ketua RT dan warga

setempat. Proses fasilitasi perencanaan dilakukan oleh TKST berdasarkan atas

kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh warga, bukan atas dasar kebutuhan

TKST atau proyek semata. Dalam proses penyusunan rencana kerja TKST perlu

memperhatikan langkah-langkah, dibawah ini;

1. Merumuskan masalah sosial.

Masalah sosial bukan setiap sesuatu yang dipandang bermasalah, masalah

sosial adalah perilaku sosial yang dilakukan secara berulang yang

dilakukan oleh sebagian besar orang dan memiliki dampak sosial yang

besar terhadap proses pembangunan dan peningkatan IPM. Masalah

sosial dapat diketahui dari gejala

sosial yang ada. Dalam

merumuskan suatu masalah atau

kebutuhan masyarakat setempat.

TKST harus mampu menentukan

bersama masyarakat mana yang

merupakan masalah sosial dan

bukan masalah sosial. TKST juga

harus mampu menentukan mana

yang merupakan prioritas

masalah sosial yang telah

teridentifikasi tersebut yang

merupakan kebutuhan yang

harus segera direpons?.

Sejauhmana bila masalah

tersebut diatasi dapat

berpengaruh besar terhadap

peningkatan pembangunan IPM

dan kesejahteraan masyarakat?

Sejauhmana sumber daya yang

ada baik di tingkat RT, TKST,

Pemkab dan Stakeholders lainnya

mampu untuk menyelesaikan

masalah tersebut? Siapa yang

melaksanakanya? Masalah sosial

misalnya menyangkut

kemiskinan, pengangguran,

kenakalan remaja, dll. Dalam perumusan masalah tersebut TKST dapat

menggunakan berbagai cara atau metode seperti ; survey, wawancara,

Kertas Kerja : 1. Lakukan Identifikasi Masalah yang

terjadi di setiap RT

2. Lakukan Identifikasi Aktor-aktor

yang perilakunya dianggap

bermasalah dalam masyarakat dan

apa masalahnya

3. Lakukan analisis dari setiap

masalah sebab dan dampak

masalah tersebut

4. Identifikasi Solusi dan Alternatif

Solusi untuk menyelesaikan

masalah tersebut (Solusi yang baik

adalah solusi yang memiliki

beberapa alternatif penyelesaian,

tidak tunggal)

5. Identifikasi upaya-upaya

sebelumnya yang telah ditempuh

warga setempat untuk mengatasi

masalah dan keberhasilan maupun

kegagalan yang telah dicapai dalam

mengatasi masalah yang ada

6. Diskusikan dengan RT dan warga

setempat kebutuhan-kebutuhan

yang rasional untuk mengatasi

berbagai masalah yang ada

7. Dokumentasikan seluruh proses

kegiatan dengan rapi dan

sampaikan laporan kepada instansi

terkait

Page 38: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 38

observasi, diskusi kelompok, rapat RT, dan seterusnya. Proses perumusan

masalah sebaiknya melibatkan partisipasi masyarakat, bukan berdasar atas

asums TKST atau dugaan-dugaan yang belum pasti kebenarannya.

2. Menyusun dan Menetapkan Rencana Program.

Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati antara TKST, Ketua

RT dan warga dimasing-masing RT. Langkah selanjutnya adalah

menyusun prioritas masalah yang harus segera direspon atau ditangani.

TKST harus mengurutkan daftar masalah dan bidang-bidang yang ada

(hasil identifikasi masalah), dan mengidentifikasi mana yang merupakan

prioritas utama yang harus segera diselesaikan pada masa sekarang, dan

mana yang akan diselesaikan dimasa mendatang.

Proses penyusunan daftar

prioritas penanganan masalah

tersebut dilakukan secara

partisipatif dengan melibatkan

Ketua RT dan warga setempat

melalui musyawarah/pertemuan

di tingkat RT. Kegiatan ini

dilaksanakan dimasing-masing

RT.

Hasil penyusunan daftar prioritas

penanaganan masalah tersebut

kemudian, dibahas dan

disolialisasikan ke tingkat desa,

bersama Pemerintah Desa, LPM,

BPD dan kelembagaan desa

lainnya, untuk merumuskan

trend secara umum dan

sepesifikasi masalah dan

penangannya yang harus

dilakukan di tingkat desa,

kecamatan maupun

kabupaten.Rumusan rencana aksi

program penanganan masalah

disampaikan TKST kepada Dinas

Sosial, Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat dan instansi teknis terkait

lainnya yang terkait dengan bidang, tugas dan fungsi serta masalah yang

ada.

Kertas Kerja TKST

1. Pelajari masalah-masalah yang

ada serta dampak dari masalah

tersebut?

2. Dalam menentukan prioritas

penanganan; usahakan pilih

prioritas program yang selama

ini memiliki dampak yang besar

akibat dari masalah, masalah

penanganan tersebut

merupakan kebutuhan rakyat

banyak, dan bila masalah

tersebut diselesaikan akan

berdampak luas dan memiliki

peningkatan perbaikan

kehidupan bagi masyarakat

setempat

3. Pertimbangkan aspek efektifitas

dan efisiensi, serta kapasitas

yang tersedia.

4. Libatkan masyarakat dalam

proses penyusunan daftar

prioritas masalah dan

penanganan prioritas masalah

5. Buat kertas kerja laporan daftar

prioritas penanganan masalah

Page 39: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 39

3. Perumusan Tujuan

Tujuan ditujukan untuk merubah

keadaan atau kondisi yang negatif

(buruk) kearah yang positif (baik),

atau merubah suatu keadaan yang

tidak diiginkan kearah cita-cita

ideal yang diinginkan atau

diharapkan, misalnya dari

ketidakberdayaan masyarakat

menjadi keberdayaan masyarakat,

dari ketidakmandirian menjadi

mandiri, dari ketidakmampuan

menjadi mampu dan seterusnya.

Dalam perumusan tujuan TKST

perlu merumuskan secara spesifik,

semakin spesifik semakin mudah

melakukan evaluasi tentang

pencapaian tujuan-tujuan. Dilihat

dari waktunya, tujuan tersebut

ada yang bersifat jangka pendek,

menegah maupun jangka panjang.

Tugas TKST setelah berhasil

mengidentifikasi masalah dan mendiganosa penyebab-peyebab masalah,

maka harus mampu merumuskan tujuan dari setiap solusi yang telah

ditujukan. Dan untuk mengukur sejauhmanakah keberhasilan program

atau suatu kegiatan tersebut mencapai tujuan atau sebaliknya, tidak

mencapai tujuannya. Maka, TKST harus menyusun indikator

keberhasilan dari setiap tujuan atau hasil yang ingin diharapkan.

Penyusunan tujuan, hasil yang ingin dicapai dan indikator keberhasilan

dari setiap program atau kegiatan yang akan dilakukan oleh TKST harus

melibatkan Ketua RT dan warga setempat. Dan untuk melaksanakan

supervisi dan pengawasan maka, TKST juga memberikan tujuan, target,

dan indikator keberhasilan tersebut kepada Pemerintah Desa ditingkat

Desa, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan

Masyarakat serta Instansi terkait lainnya.

Untuk memudahkan dalam perumusan tujuan, TKST dapat melihat

teknik merumuskan tujuan secara bertingkat :

Kertas Kerja : 1. Susunlah matrik tujuan yang akan

dicapai, termasuk strategy, hasil

dan indikator keberhasilan.

2. Rumusan tujuan harus jelas,

manfaat dan dampak, dan TKST

harus mampu menganalisis

kemungkinan apa atau dampak

apa yang akan muncul jika tujuan

tersebut tercapai

3. Lakukan analisis faktor-faktor yang

mendukung dan yang

menghambat tujuan, termasuk

peluang yang dimungkinkan dalam

mencapai tujuan

4. Ajak Ketua RT dan warga setempat

untuk merumuskan tujuan dan

indikator keberhasilan tujuan

program

5. Catat setiap kemajuan/kelamahan

program dalam mencapai tujuan

6. dokumentasikan dan laporkan

kepada instansi, Ketua RT dan

warga setempat

Page 40: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 40

Rumus tujuan bertingkat :

Tujuan ini akan tercapai jika

tujuan jangka pendek tercapai

Tujuan ini akan tercapai jika

tujuan Pokok/Sub Pokok

tercapai

Tujuan ini tercapai jika tujuan

sub-sub pokok tercapai

Tujuan ini akan tercapai jika

tujuan sub-sub/output tercapai,

dst

3. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang

yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah

ditetapkan dan dalam konteks pembangunan berbasis RT kelompok

sasaran tersebut adalah tertuju pada kelompok masyarakat miskin atau

Orang Susah.

Dalam menentukan kelompok sasaran atau orang miskin, TKST dapat

menggunakan Metode Wealth Rangking (PWR) atau pemetaan

kemiskinan secara partisipatif. Langkah sederhana yang dapat dilakukan

TKST misalnya adalah :

� Buat daftar jumlah penduduk disetiap RT beserta nama-nama

penduduk dalam wilayah RT

tersebut

� Ajak masyarakat disksusi untuk merumuskan konsep tentang

kemiskinan menurut presfektif

mereka

� Rumuskan ukuran-ukuran atau indikator seseorang Kepala

Keluarga dan perempuan atau

individu dikatakan miskin serta

ukuran seseorang dikatakan

kaya dalam pandangan warga

setempat

� Buat susunan 1,2,3,4,5 dan seterusnya, tanyakan kepada

setiap warga siapa sajakah yang

menurut mereka sangat

miskin,miskin, kaya, sangat kaya

dan seterusnya dan minta

alasan kepada warga mengapa

seseorang tersebut dikatakan miskin.

Kertas Kerja 1. Pelajari konsep dan

metodelogi tentang

kemiskinan dan hasil

penelitian/laporan terkaiat

dengan kemiskinan

2. Baca Metode PWR (Poor

Wealt Rangking) secara

mendalam

3. Buat Peta RT bersama-sama

masyarakat setempat,

beserta peta

Warga/Penduduk yang

tinggal di RT tersebut.

(Pastikan semua penduduk

tercatat dalam RT)

4. Ajak warga setempat untuk

musyawarah/mendiskusikan

konsep tentang kemiskinan

5. Lakukan pemetaan bersama

warga secara bersama-sama

siapa sajakah di wilayah RT

tersebut yang miskin

6. Susun laporan tentang peta

kemiskinan di setiap RT.

Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka pendek

Tujuan A Tujuan B

B 1 B 2

B.2.1. B.2.2. B.2.3.

Page 41: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 41

� Minta pendapat Ketua RT dan warga kembali untuk memastikan kebenaran apakah data yang telah tercatat sudah benar atau perlu

dilakukan revisi.

4. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk

didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan sumber daya

manusia.Faktor pendukung ini harus diperhatikan oleh TKST dalam

menyusun suatu program atau kegiatan. Analisis terhadap ketersediaan

sumber dan tenaga pelaksana dirumuskan oleh para pendamping untuk

memastikan apakah solusi dan tujuan yang akan dicapai dalam

melaksanakan kegiatan yang diusulkan oleh setiap warga dari masing-

masing RT memiliki ketersediaan sumber dan tenaga pelaksana?

Bagaimana cara untuk menutupi kelemahan ketersediaan sumber dan

tenaga pelaksana, alternatif apa yang bisa ditempuh dan seterusnya.

Dalam konteks ini TKST juga harus bisa menggali modal sosial yang

dimiliki warga setempat, pihak ketiga dan sebagainya. Identifikasi sumber

dan tenaga pelaksana perlu dilakukan analisis sebelum pelaksanaan

program dilaksanakan bertujuan untuk memastikan sejauhmana faktor

pendukung yang tersedia untuk melaksanakan program atau kegiatan

tersebut. Sehingga, dikemudian hari TKST tidak mengalami

“kebingungan” atas rencana program yang akan dilaksanakan.

5. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau

metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.

Strategy merupakan salah satu faktor pendukung yang akan sangat

menentukan apakah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu

program/kegiatan dapat berhasil ataukah tidak. Sebaiknya, TKST

mengidentifikasi terlebih dahulu strategy apa saja yang dapat

dilaksanakan secara efektif. Dan sebaiknya jangan terpaku dengan satu

strategy, sebab bila hanya satu strategy, jika gagal, maka TKST akan

mengalami ”kesulitan” dalam melaksanakan program/kegiatan. Semakin

banyak strategy sebenarnya akan semakin kreatif TKST dalam mencari

jalan keluar penyelesaian pelaksanaan program.

Untuk penyusunan jadwal kegiatan, TKST harus melihat kalender

musim dalam RT bersangkutan. Sebaiknya jadwal kegiatan disusun

secara bersama-sama dengan masyarakat setempat, dan jadwal tersebut

harus disosialisasikan agar setiap Ketua RT dan warga dapat mengetahui

dan mengingatkan TKST dalam pelaksanaan program.

Page 42: Buku Panduan Pembangunan Berbasis RT

Buku PanduanProgram Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT)

Diterbitkan LEGITIMID cet akan pertama, tahun 2007 42

6. Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk

memantau proses dan hasil pelaksanaan program. Apakah program dapat

dilaksanakan sesuai dengan strategi dan jadwal kegiatan? Apakah

program sudah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan? Suatu kegiatan indikator keberhasilan dan sebagainya.

Monitoring dan evaluasi program pembangunan berbasis RT akan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan. Pertama, monev secara

partisipatif, TKST melakukan evaluasi atas tiap kegiatannya bersama

Ketua RT dan warga setempat, dalam proses ini melibatkan pula warga

setempat, khususnya kelompok sasaran program. Kedua, monev yang

akan dilakukan instansi terkait dan consultan program pembangunan

berbasis RT.

7. Melaksanakan program dan kegiatan yang telah disepakati bersama

Keberhasilan seorang pendamping RT (TKST) pada dasarnya terletak

dari sejauhmana TKST mampu membangun partisipasi aktif masyarakat

dalam proses pembangunan. Yakni partisipasi masyarakat pada tahap

implementasi pembangunan. Perencanaan yang baik tanpa implementasi

yang baik tentu hanya akan sia-sia. Dalam pelaksanaan program

TKSTharus menjadi lini terdepan, dan harus menunjukkan sikap pro-

aktif. Sebab, TKST adalah cermin dan panutan dari masyarakat setempat.

Jangan sekali-kali membatalkan secara sepihak program/kegiatan yang

telah disepakati bersama dengan masyarakat. Sebab, masyarakat akan

kecewa dan kpercayaan masyarakat terhadap TKST akan hilang.

Jika kepercayaan masyarakat telah hilang, maka Anda sebagai TKST akan

memulai dari nol lagi. Dan akan sangat sulit mengembalikkan

kepercayaan yang sebelumnya telah dimiliki.

8. Menyusun Laporan Kegiatan Secara Berkala

Laporan kegiatan disusun perhari oleh setiap fasilitator pendamping

desa. Proses pencatatan laporan harian ini untuk memastikan apasaja

yang terjadi setiap hari pada tiap-tiap RT dalam desa. Sekaligus sebagai

bahan untuk melihat sejauhmanakah keberhasilan pelaksanaan proses

pendampingan dilakukan olehs eorang pendamping sosial.