Buku Kecil untuk Niat Besar -...
Click here to load reader
Transcript of Buku Kecil untuk Niat Besar -...
Buku Kecil untuk Niat Besar
Hampir dua tahun lalu saya bertemu dengan Marc Bollansee di Nadi Gallery atas prakarsa
Biantoro Santoso. Saya kenal Marc dari sejumlah bukunya tentang seni rupa Indonesia.
Salah satu yang terpenting dan banyak dikenal adalah buku “Masterpieces of
Contemporary Indonesian Painters” (Times Editions, Singapore, 1997), menampilkan
profil dan contoh karya dari 10 seniman Indonesia dari periode 1986-1996. Buku ini ia
susun bersama isterinya, Esmeralda Bollansee, yang juga sangat antusias mencintai dan
memperhatikan perkembangan seni rupa Indonesia. Kemudian, Marc masih sempat
menulis dan menerbitkan sejumlah buku tentang seniman/seni rupa Indonesia. Beberapa
diantaranya adalah buku yang menampilkan dan mengulas karya-karya Made Wianta,
seniman dan sahabat yang ia kagumi karya-karyanya.
Pertemuan dan persahabatan kami dengan cepat jadi makin erat. Saya kemudian
mengetahui bahwa Marc tidak hanya berminat secara intelektual terhadap perkembangan
seni rupa kontemporer Indonesia. Ia sungguh-sungguh mencintainya. Ia dengan tekun dan
rajin mengoleksi karya-karya seni rupa kontemporer Indonesia. Rumahnya di Toulouse,
Perancis, boleh jadi merupakan salah satu museum tersembunyi di Eropa, yang
menyimpan sejumlah karya terbaik karya seni rupa kontemporer Indonesia, dari generasi
Made Wianta, Heri Dono, sampai generasi angkatan Handiwirman, Budi Kustarto. Kini,
selain isterinya, kedua anaknya, Lino dan Mila, juga mulai ikut mengurus dan menikmati
koleksi ini. Karya seni rupa Indonesia yang dikoleksinya adalah bagian dari koleksinya
yang beragam, meliputi karya-karya seni rupa modern Eropa, dan juga karya seni rupa
kontemporer China dan India.
Berhadapan dengan Marc yang begitu besar antusiasme dan harapannya terhadap seni
rupa kontemporer Indonesia, saya tentu saja bangga dan gembira bisa berbagi
pengetahuan, minat dan cita-cita. Dengan segera saya menyanggupi untuk terlibat dalam
rencana penyusunan buku ini. Satu tahun lebih saya, juga Biantoro, terlibat dalam
persiapan dan penyusunan buku ini. Tapi, jelas lebih banyak lagi waktu, tenaga, pikiran
dan juga dana yang dihabiskan Marc untuk urusan buku ini.
Melewati semua kerja keras ini, makin hari makin terasa bahwa kami bertiga, dan juga
sejumlah rekan seniman yang kami temui, akhirnya sampai pada kesamaan sikap dan niat:
memperkenalkan seni rupa kontemporer Indonesia ke publik internasional. Lebih jauh
lagi, tumbuh niat dan cita-cita dalam diri kami bahwa kami harus berupaya agar seni rupa
kontemporer Indonesia bisa diperhatikan dan nantinya punya posisi penting di pentas seni
rupa dunia.
Tentu saja, itu adalah niat besar, bahkan sangat besar, untuk bisa dicapai dengan satu buku
kecil. Dibutuhkan lebih banyak lagi pihak dan upaya untuk menulis dan menerbitkan
berbagai buku, juga buku-buku yang didasarkan pada penelitian dan kerangka teoritis
yang mendalam, yang dapat menjelaskan berbagai seluk-beluk perkembangan seni rupa
modern dan kontemporer di Indonesia kepada publik internasional.
Kiranya banyak pihak yang juga tahu bagaimana perupa, kurator, kritikus, ahli sejarah
seni rupa China, bekerjasama dan beramai-ramai menerbitkan buku-buku semacam ini.
Upaya semacam ini, ditambah penyelenggaraan pameran dan event seni rupa di pusat-
pusat seni rupa dunia, Amsterdam, Paris, London, New York, jelas sangat berperan dalam
memperkenalkan dan menjelaskan berbagai aspek perkembangan seni rupa kontemporer
China kepada publik internasional. Kini, berbagai pihak yang terlibat dalam
perkembangan seni rupa kontemporer China telah menuai hasil dari upaya-upaya itu.
Semua ini mereka capai dalam tempo yang sungguh cepat, tak lebih dari sepuluh tahun
terakhir.
Dibanding dengan semua itu, upaya-upaya yang kita lakukan di Indonesia masih jauh
ketinggalan. Upaya-upaya yang lebih serius dan terencana dari berbagai pihak di
Indonesia masih sangat diperlukan untuk mencapai niat besar tadi. Tapi, kami, setidaknya
saya pribadi, merasa bahwa upaya itu sudah dimulai dengan langkah kecil berupa
terbitnya buku “Indonesian Contemporary Art Now” di awal tahun 2007 ini.
***
Buku ini juga menjadi titik awal dari terselenggaranya pameran di Nadi Gallery kali ini.
Pameran ini bisa dilihat sebagai pelengkap dari isi buku. Semua seniman yang hadir dalam
pameran ini memang seniman yang juga tercantum dalam buku. Tetapi, karya-karya yang
kami tampilkan sebagai contoh pencapaian penting mereka di dalam buku, adalah karya-
karya yang dipilih dari rentang waktu yang cukup panjang, 1996-2006. Ada banyak di
antara seniman tadi yang kini telah mengembangkan corak dan pendekatan artistik yang
berbeda dalam karya-karya mereka. Pameran ini mencoba menangkap sejumlah
kecenderungan mutakhir dari para seniman tadi. Di samping itu, pameran ini tentu ikut
meramaikan acara peluncuran buku kami.
Memang tidak ada pendekatan kuratorial yang khusus diterapkan dalam seleksi karya-
karya kali ini. Pemikiran umum yang mendasari pemilihan seniman dan karya mereka
saya paparkan dalam esai saya yang dimuat dalam buku “Indonesian Contemporary Art
Now”. Sementara, Marc Bollansee, juga memberikan pandangannya berupa catatan-
catatan penting yang membandingkan berbagai persamaan dan perbedaan antara praktik
seni rupa kontemporer Indonesia dan China.
Atas terbitnya buku ini, dan juga untuk terselenggaranya pameran ini, saya harus
menyampaikan penghargaan dan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua rekan
seniman yang telah bersedia bertemu, bertukar pikiran, berbagi informasi, dan lebih
penting lagi: berbagi cita-cita dan keyakinan, bahwa seni rupa kita akan terus maju,
berkembang, dan mendapat posisi penting di tengah perkembangan seni rupa kontemporer
dunia.
Hal terakhir ini adalah hal terpenting dan paling berharga yang saya peroleh dari seluruh
proses penyusunan buku ini. Ada begitu banyak gagasan dan rencana, juga keinginan dan
semangat, yang kemudian muncul dari sini. Dengan keseriusan dan kerja keras kiranya
sejumlah rencana dan keinginan itu bisa segera juga jadi kenyataan. Semoga.
Enin Supriyanto