[Buku Cerita] [Mahabrata] Resi Dhorna
-
Upload
jarjitupinipinjarjit -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of [Buku Cerita] [Mahabrata] Resi Dhorna
-
[Mahabharata] Resi Dhorna (1)
Dari Komik RA Kosasih
Siapa yang tak kenal Resi Dhorna, guru para kesatria.
Pendeta Dhorna nih rada-rada kontroversial juga. Orang berilmu tinggi (yalah,
resi), jendral hebat dalam perang, maestro dalam bidang panah memanah (entah
para atlet panahan menganggap guru gak sama dia), dan ahli strategi dalam
peperangan (salah satu keahliannya bikin berbagai formasi pasukan macam
Chakrawyuha).
Tapi kelemahannya dia cinta harta dan kedudukan. Dia juga cinta keluarga,
terutama anaknya Aswattama, dan karena ingin membahagiakan keluarganya inilah
dia berusaha menjadi orang yang berkedudukan dan berharta.
Kedatangannya ke Hastina diawali dengan pertemuannya dengan putra-putra Hastina
(Kurawa dan Pandawa) -saat itu mereka masih lucu-lucu belum rebutan tahta- yang
sedang main bola. Pada saat itu bola mereka nyemplung di sebuah sumur, dan
Dhorna membuat takjub putra-putra Hastina itu ketika ia memamerkan keahliannya
dalam bidang memanah untuk mengeluarkan bola itu dari sumur.
Demikianlah dia dibawa oleh putra-putra Hastina ke istana dan dipertemukan
dengan Resi Bhisma. Resi Bhisma pun mengangkatnya sebagai guru bagi putra-putra
Hastina.
Sang resi punya dendam lama pada mantan sahabatnya (sahabat bisa jadi mantan
juga). Sahabatnya ini dulu adalah teman seperguruan. Namanya Sucitra. Nah
karena saking kentalnya persahabatan mereka (entah sekental apa, mungkin lebih
kental dari susu bendera..) Sucitra ini berjanji pada Dhorna bahwa kalau dia
jadi raja dia akan berbagi kerajaannya dengan Dhorna. Setelah selesai belajar
dan diwisuda Sucitra pulang ke negaranya sedang Dhorna meneruskan pendalaman
ilmunya (mungkin ambil S-2) karena cita-citanya memang menjadi seorang resi
(semacam profesor lah jaman sekarang).
Sucitra kemudian menjadi raja (maklum dia anak raja. kalau gak susah lah dia
untuk jadi raja). Namanya diganti biar lebih keren menjadi Drupada, Prabu
Drupada. Oya kerajaannya namanya Pancala.
-
Nah suatu saat Dhorna yang sudah menjadi resi (atau mungkin hampir jadi resi,
katakanlah udah assoc professor) datang ke Pancala dan menagih janji pada
Sucitra yang kini telah menjadi Prabu Drupada. Perlu diketahui walau pinter
Dhorna tapi tak punya harta, alias miskin. Entah apalah yang terjadi (maklum
saya cuma dengar.. eh.. baca cerita ini dari RA Kosasih, gak langsung
menyaksikan di istana Pancala), Drupada ini menolak mengakui Dhorna sebagai
temannya. Ya pura-pura gak kenal lah. Mungkin karena cara Dhorna yang kurang
sopan, memanggil-manggil nama kecil Drupada dari depan istananya (`Sucitra
Sucitra ini aku Dhorna.. teman lamamu' mungkin kira-kira begitu, persislah
kalau kita panggil teman kalau mengajak main). Atau mungkin Drupada ini karena
kedudukannya sekarang sudah rada somsek (istilah mbak Ida), tak ingin mengaku
teman pada seorang yang miskin. Dhorna pun merasa diusir dan dia berjalan
berkelana sampai ke Hastina (cerita di atas).
Ya begitulah singkat cerita Dhorna mengajari anak-anak Hastina, dengan sebuah
cita-cita yang disembunyikannya yaitu ingin membalas dendam pada Drupada.
Dhorna pun melatih putra-putra Hastina dengan berbagai kesaktian, sampai mereka
menjadi kesatria-kesatria yang sakti mandraguna. Murid yang paling disayanginya
adalah Harjuna. Dia punya juga murid-murid `tak resmi' (bukan anak tak resmi),
kalau sekarang mungkin mereka yang otodidak, belajar lewat internet. Mereka
adalah Aradhea, yang kemudian menjadi Adipati Karna, dan satu lagi Ekalaya.
Karna nasibnya baik, jadi Adipati. Tapi Ekalaya ini sedih ceritanya, dia dibunuh
oleh Harjuna dan Kresna dengan cara yang licik tapi sebelum ajal dia mengira
Dhorna-lah yang membunuhnya, sehingga kelak dia membalas kematiannya pada Dhorna
(cerita 'Bambang Ekalaya). Murid-murid Dhorna yang tak resmi ini justru lebih
hebat daripada murid resmi Dhorna macam Harjuna. Makanya sampai tujuh turunan
Harjuna selalu ngiri pada Karna.
Pada waktunya Dhorna pun merencanakan untuk menyerang Pancala. Dia mengumpulkan
murid-muridnya, dan memberitahukan rencana dia menyerang Pancala.
Murid-muridnya manut saja, wong sama guru tak bolehlah menolak perintahnya.
Dhorna bilang ini top secret, tak boleh kasih tahu siapa-siapa termasuk Prabu
Destarata dan Resi Bhisma (soalnya dia tahu mereka pasti gak bakalan setuju
dengan rencana iniwong Pancala dengan Hastina tak ada masalah diplomatik, malah
temenan..)
-
Maka bergeraklah mereka ke Pancala, dan tak usah cerita panjang terjadilah
perang antara pasukan (tak resmi) Hastina dengan tentara Pancala.
Nah ternyata murid-murid Dhorna sudah mumpuni dan mampu menunjukkan
kehebatannya. Terutama.. siapa lagi kalau bukan Harjuna dan Bhima (biasa-lah).
[Mahabharata] Resi Dhorna (2)
Singkat cerita tentara Pancala babak belur, lari lenggang kangkung.. eh
tunggang langgang.
Prabu Drupada berusaha bertahan dan menyerang Harjuna. Tapi rupanya kesatria
yang masih belia ini tingkat kecakapannya sudah tinggi, Drupada pun kalah dalam
adu panah. Pada akhirnya Drupada berhasil ditangkap oleh Bhima.
"Hehehehe Sucitra.Sucitra!" Dhorna tertawa mengejek ketika Drupada dibawa
dalam keadaan tak berdaya oleh Bhima ke hadapannya.
"Apa katamu sekarang, raja agung? Kau tekuk lutut di kakiku, setelah
ditaklukkan oleh murid kesayanganku Harjuna." lanjutnya.
Ya begitulah.. berhubung sedang cerita profil Dhorna tak usah lah berlama-lama
cerita tentang episode ini. Singkatnya, Dhorna berhasil membalas dendamnya,
mengalahkan mantan sahabatnya Sucitra alias Prabu Drupada.
Sang resi minta bagian, yang dulu pernah dijanjikan oleh Sucitra. Yaitu
setiap tahun harus mengirimkan upeti ke Hastina, sebagai tanda telah
ditaklukkan oleh Dhorna. Tapi pada akhirnya, hal ini dihapuskan oleh Yudhistira
ketika ia diangkat sebagai raja muda Hastina (sip kan Yudhistira). Sejak saat
itu Drupada punya cita-cita mendapat mantu Pandawa dan mempunyai putra yang
dapat membalas dendamnya pada Dhorna. Kedua cita-cita itu terkabul, yang
pertama dengan menikahnya Drupadi dengan Yudhistira sedangkan yang kedua adalah
anak laki-lakinya Drestajumena yang kelak membunuh Dhorna.
Demikian episode Dhorna-Drupada, jadi kesimpulannya cukup banyak episode
Mahabharata melibatkan Resi Dhorna, diantaranya:
- Pertemuan pertamanya dengan putra-putra Hastina
- Aktivitasnya melatih putra-putra Hastina
-
- Tentang pertunjukan kecakapan putra-putra Hastina, yang pada saat itu muncul
secara tak terduga seorang anak kusir yang cakap bernama Aradhea
- Tentang kasusnya dengan Bambang Ekalaya yang membawanya pada takdir
kematiannya
- Tentang penyerangan Dhorna ke Pancala (cerita di atas)
Selanjutnya, tokoh Resi Dhorna tenggelam oleh glamornya kehidupan istana
Hastina ketika Duryudana naik tahta. Banyak kejadian dimana dia sebenarnya tak
setuju dengan cara-cara Kurawa, misalnya seperti:
- Kejadian kebakaran di Waranawata
- Permainan judi oleh Sangkuni yang akhirnya membuat Pandawa dihukum dua belas
tahun
- Tidak diserahkannya tahta Indraprasta
Secara umum, menurut cerita asli dari Vyasa, tokoh Resi Dhorna ini baik
(mungkin ini rada beda dengan versi Jawa). Dia seringkali memberi nasihat pada
Duryudana, sama dengan nasihat yang diberikan Resi Bhisma dan Arya Widura.
Namun kecintaan sang resi pada kedudukannya membuatnya tak banyak melawan
kemauan Duryudana (kalau banyak melawan nanti dipecat sebagai pembesar
Hastina,begitulah kira-kira. Beda dengan Resi Bhisma dan Arya Widura yang bisa
dibilang `sesepuh-sesepuh asli Hastina', Dhorna tak bisa banyak melawan
Duryudana karena orang luar, bukan cikal bakal Hastina).
Memang cerita tentang Ekalaya-lah yang rada mahiwal (perkecualian), dimana ia
memperlihatkan cara yang tak terpuji dengan menyuruh Ekalaya memotong dua ibu
jarinya sebagai tanda kesetiaan. Ini benar-benar jeleklah, tak pantas untuk
dilakukan oleh seorang resi.
Kehebatan Resi Dhorna ditunjukkan di Bharatayuda, ketika dia menjadi panglima
tentara Hastina setelah tumbangnya Resi Bhisma. Banyak kesatria dan raja dari
pihak Pandawa yang gugur di tangan sang resi, di antaranya Prabu Drupada (ya
begitulah, pada akhirnya Drupada gugur di tangan sang mantan sahabatnya ini yang
akhirnya menjadi musuh seumur hidup), dan Prabu Matsyapati.
Pada akhirnya Resi Dhorna harus mengalami kematian yang mengenaskan di tangan
Drestajumena, yang kabarnya merupakan titisan Bambang Ekalaya. Ini ada kisah
tipu-tipu juga dari pihak Pandawa, berhubung kalau gak pake tipu-tipu gak
mungkinlah mereka bisa membunuh sang resi yang luar biasa ini (nanti kali
-
kapan-kapan lah cerita.. IA).
(sekian)