Buku Biru Limnologi-Maninjau 2001-2009revisi 22 Des 09

51
RINGKASAN KEGIATAN LIPI DI DANAU MANINJAU TAHUN 2001-2009 PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2009 PROGRAM PENYEHATAN DANAU MANINJAU DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR DANAU

Transcript of Buku Biru Limnologi-Maninjau 2001-2009revisi 22 Des 09

RINGKASAN KEGIATAN LIPI DI DANAU MANINJAU TAHUN 2001-2009

PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGILEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

2009

PROGRAM PENYEHATAN DANAU MANINJAU DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI SEKITAR DANAU

2

Danau Maninjau merupakan salah satu danau yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat. Danau tersebut merupakan salah satu contoh danau di Indonesia yang memiliki multi fungsi, yaitu berfungsi sebagai pembangkit listrik (PLTA), sarana usaha perikanan dalam usaha keramba jaring apung, kegiatan penangkapan ikan, area wisata yang sangat indah akan pemandangan alamnya dan sarana irigasi untuk pertanian. Kontribusi ekonomi untuk masyarakat disekitarnya cukup besar sehingga banyak penduduk disekitarnya yang sangat tergantung dari danau tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

Dalam perkembangannya berbagai aktivitas masyarakat dalam upaya pemanfaatan Danau Maninjau telah menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ekosistem danau. Penutupan Sungai Batang Antokan, sisa pakan dan metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung serta limbah domestik yang berasal dari kegiatan pertanian maupun dari limbah rumah tangga menjadi penyebab utamamenurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau. Kurangnya informasi dasar mengenai kondisi limnologis danau serta minimnya usaha pengelolaan danau, menyebabkan kondisi lingkungan danau tidak terkelola dengan baik. Bahkan fenomena terjadinya pencemaran danau telah menyebabkan konflik sosial diantara para pengguna danau (stakeholders).

Pada Tahun 2000 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah diminta oleh pemerintah daerah setempat untuk melakukan penelitian tentang pencemaran danau dan menyelesaikan konflik yang terjadi.Berbagai kegiatan penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab pencemaran dan pada Tahun 2003 telah diputuskan untuk membangun stasiun penelitian secara bertahap yang berfungsi untuk melakukan pemantauan kondisi kualitas perairan danau secara kontinu serta kegiatan lainnya yang mendukung dalam pengelolaan danau. Stasiun penelitian tersebut di beri nama Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI (SLAT-LIPI). Berikut disajikan hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam kurun waktu 2001 – 2009.

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI, 2009

KATA PENGANTAR

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR

I. Latar Belakang1. Sejarah Masalah Lingkungan di Danau Maninjau ………………… 42. Hasil-Hasil Penelitian 2001 – 2002 …….…………………………… 53. Nilai Ekonomi Danau Maninjau ……………………………………… 74. Morfometri Danau Maninjau …………………………………………. 85. Pelatihan Sebagai Bentuk Resolusi Konflik ……………………….. 96. Hasil-Hasil Penelitian 2003

a. Kajian Ekohidrologi sebagai Dasar untuk Pengelolaan DanauManinjau Sumatera Barat ………………………………………… 12

b. Introduksi Sistem Karamba Jaring Apung Berlapis (Double Floating Cage Nets) di Danau Maninjau Sumatera Barat …….. 13

c. Identifikasi Vegetasi Riparian …………………………………….. 15d. Identifikasi Ikan-Ikan Lokal Danau Maninjau …………………… 16

II. Pemberdayaan Petani Pembenihan Ikan Mas Disekitar DanauManinjau, Kabupaten Agam Sumatera Barat (Program IPTEKDA LIPI Bottom Up Tahun 2004) …………………………………………….. 17

III. Program Pengembangan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI (SLAT-LIPI) di Danau Maninjau-Sumatera Barat

1. Peran dan Fungsi …………………………………………………….. 202. Maket SLAT-LIPI Maninjau ………………………………………...... 213. Rencana Struktur Organisasi ………………………………………... 224. Sarana dan Prasarana Stasiun ……………………………………… 235. Aktivitas Stasiun (2005 – sekarang)

a. Monitoring Kualitas Air Danau Maninjau ……………………….. 25b. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan

Ko-Manajemen di Danau maninjau ………….…………………. 29c. Domestikasi dan Pengembangan ikan asli Danau Maninjau ….. 34d. Sarana Pembelajaran …………………………………………….. 35

6. Rencana Pengembangan Sistem Monitoring Kualitas Air Danau Maninjau ……………………………………………………….. 38

7. Potensi dan Tantangan Riset ………………………………………… 398. Kunjungan Kerja Anggota DPR-RI Komisi VII ……………………… 40

IV. Peran Serta Pusat Penelitian Limnologi LIPI dalam PenanggulanganKejadian Kematian Ikan Januari 2009 ………………………………….. 41

4

Latar Belakang

Pencemaran Danau Maninjau yang berujung kepada kematian massal ikan

Konflik sosial antara stakeholders tentang penyebab pencemaran

Permintaan daerah kepada LIPI untuk melakukan penelitian

1983 PLTA Maninjau dibangunAir keluar tidak dialirkan melalui saluran pengeluaran alamiahnya(Sungai Batang Antokan) tetapi melalui intake PLTA dengan laju 13,39 m3/detikSistem penggelontoran alamiah (natural flushing system) terganggu

1990 Awal pengembangan KJA1996 Sistem KJA mencapai puncaknya (± 4000 unit), ada sejumlah besar

residu pelet ikan) di dasar danau.1997-2001 Dampak fenomena “tubo belerang ” (natural upwelling”)

Menurunnya kualitas air: berbau, menimbulkan rasa gatal bilamengenai kulit. Blooming alga pengganggu, terutama Microcystis aeruginosaKERESAHAN SOSIAL : konflik antara penduduk setempat dengan PLTA Mulai terjadi kematian masal ikan pada KJA, jumlah KJA melebihi daya dukung maksimumnya (1500 unit)

Maret 2001: Weir (Pintu air) PLTA Maninjau dibuka untuk menggelontor scum ofMicrocystis. D. Maninjau digelontor melalui jalur alamiahnya(S. Bt Antokan, debit: 1,83 m3/det) dengan kombinasi pelepasan air melalui intake (15,12 m3/ detik) untuk produksi listrik.

Sejarah masalah lingkungan di Danau Maninjau

5

Penelitian LIPI 2001-2002 (Hasil Kegiatan)

1. Sumber pencemar :• Berasal dari berbagai kegiatan masyarakat.• Sisa pakan dari Aktivitas KJA• Ditutupnya outlet alami (Batang Antokan) untuk

keperluan PLTA menyebabkan berubahnya polapengeluaran air

• Limbah pertanian (sisa pupuk )• Limbah dari aktivitas manusia lainnya/rumah tangga• menyebabkan terjadinya eutrofikasi danau secara

cepat. Blooming alga toksik dari klas Cyanophyceae(Microcystis sp.)

2. Karakteristik Danau Maninjau yang spesifik

• Danau Tektonik vulkanik

• Terdiri dari 2 palung sehingga bentuk danau seperti 2 buahkerucut terbalik.

Aktivitas KJA Di D. Maninjau Endapan sisa pelet di ambildengan Eckman grab

PLTA D. Maninjau Batang Antokan ditutup untukkeperluan PLTA

6

Microcystis sp.

Alga biru hijau (Cyanophyceae), melayang-layangdipermukaan danau, dapat mematikan ikan dengan

mengeluarkan bahan organik dan bau yang tidaksedap (Microcystin sp.). Dapat menimbulkan rasa

gatal pada kulit

Microcystis dan kotoran yang berada dipermukaan akan keluar melalui Batang Antokan

(Pintu weir harus terbuka) dengan bantuanpergerakan angin yang kuat

7

Nilai Ekonomi Danau Maninjau

PLTA

Rp. 71,8 milyar/tahun

KJA Rp. 43,3 milyar/tahun

PariwisataRp. 2,15 milyar/tahun

Perikanan TangkapRp. 1,12 milyar/tahun(Diskan TK. I Sumbar. Produksi Thn 2003=111,7 ton/thn 1kg = Rp.10.000)

NILAI EKONOMIS DANAU YANG TINGGI PERLU PENGELOLAAN YANG TERINTEGRASI ANTAR

STAKEHOLDER

Hasil Penelitian Puslit Ekonomi LIPI, 2002

8

• Vulcano-tectonic lake• Surface area (Ao) = 9,737.50 ha• Maximum length 16.46 km• Maximum width 7.5 km• Water volume (Vo) = 10,226,001.629.2 m3

• Maximum depth (Zmax) = 165 m• Average Depth ( ž) = 105.02 m• Shoreline length 52.68 km• Shore Line Development 1.51 km/km2

• Hydraulic retention time: 24.58 years (sebelum PLTA)25.05 years (setelah PLTA)

MORFOMETRI DANAU MANINJAU

Luas danau dan luas daerah tangkapan air

Danau Maninjau tampak dari atas

9

TAHUN 2002-2003

1. Training Dasar Limnologi Untuk Pengelolaan Bersama DanauManinjau

- Sebagai upaya memotivasi peran aktif masyarakat untukmengelola lingkungan (Upaya penyelesaian konflik)

- Terbentuknya Forum XII, untuk pengelolaan bersamaD. Maninjau

2. Pelatihan Budidaya ikan

Sebagai upaya meningkatkan ketrampilan teknis di bidangpembenihan dan upaya untuk menciptakan peluang usaha dibidang perikanan sehingga konsentrasi usaha perikanan tidakterfokus pada pemeliharaan ikan di KJA

PELATIHAN SEBAGAI BENTUK RESOLUSI KONFLIK

10

PELATIHAN KHUSUSDASAR LIMNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN BERSAMA DANAU MANINJAU

SEBAGAI RESOLUSI PEMECAHAN KONFLIK SOSIAL

Peserta Pelatihan

Forum XII

12 orang peserta yang mewakili:

1. Unsur Kenagarian selingkarDanau

2. Perwakilan PLTA

3. Perwakilan Dinas Perikanan

4. Perwakilan Dinas Pendidikan

5. Perwakilan Pelaku Pariwisata

6. Perwakilan Pembudidaya Ikandi KJA

Forum Pengelolaan Bersama DanauManinjau (FPB-DM)

(Pemekaran Forum XII, Mei 2005)

Terbentuk 3 komisi kerja:

1. Komis ekonomi,

2. Komisi pelestarian sumber daya dan lingkungan

danau,

3. Komisi pendidikan budaya dan pariwisata

Kurikulum Pelatihan

1. Pendahuluan

2. Prinsip Limnologi dan Limnoengineering

3. 7 Landasan spiritual dalam pengeloaanperairan umum

4. Morphology dan morphometry D. Maninjau

5. Hydro-climatology dan Daerah Tangkapan

6. Praktek Pemetaan dengan berbagaiinstrumen

7. Kualitas Air

8. Proses Biogeochemistry di D. Maninjau

9. Ekologi Alga dan Pengenalan Identifikasi

10. Praktek Lapang dalam pengumpulan data Limnologi

11. Demonstrasi proses pengolahan sampeldan Analisa data

Peserta di harapkan dapatmengetahui karakteristik Danau

Maninjau, sehingga dapatmemahami persoalan yang dapat

terjadi di lingkungannya(D. Maninjau)

11

Nilai Baku Kualitas Air Untuk Pengelolaan Danau Maninjau(kondisi maksimum produksi dari KJA 1500 ton ikan nila)yang ditetapkan oleh Forum XII Pengelolaan Bersama

D. Maninjau sebagai Otoritas Manajemen dan Tim Puslit Limnologi-LIPI sebagai Otoritas Ilmiah pada tanggal

21 Oktober 2002

12

KAJIAN EKOHIDROLOGI SEBAGAI DASAR UNTUK PENGELOLAAN DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT

0.0

1000.0

2000.0

3000.0

4000.0

5000.0

6000.0

19841986

19881990

19921994

19961998

2000

Waktu

Je

luk

hu

jan

ta

hu

na

n (

mm

)

Curah hujan tahunan

Terjadi kecenderungan penurunan curahhujan tahunan, hal ini perlu mendapatperhatian karena akan berpengaruhterhadap kelestarian danau. Untuk ituperlu kajian yang lebih mendalammengenai fenomena curah hujantersebut, apakah bersifat lokal atauregional sehingga dapat dilakukanlangkah-langkah untuk mengantisipasinya.

Pengaruh PLTA terhadap D. ManinjauPemanfaatan air danau untuk PLTA (1983) mempunyai pengaruh yang kurang signifikanterhadap water ritention time dari 24,58 menjadi 25,05 tahun, tapi merubah bagianair yang keluar danau dari lapisan atasmenjadi lapisan pada kedalaman 6,84 – 10,25 m (intake PLTA). Dan debit air untukpembangkit tenaga listrik kurang lebih samadengan aliran yang keluar dari DanauManinjau yang melalui Sungai Antokansebelumnya (dari 13,37 menjadi 13,39 m3/dt).

J J J J J J J J J J J J J J J J J J

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01

460

461.2

462.4

463.6

464.8

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

Puncak bendung (464m dpl)

Dasar sungai (462 m dpl)

Sep84- Jan95

Penggunaan air pertahun untuk PLTA padasepuluh tahun terakhir (1992 – 2001) yang melalui intake berkisar antara 2691.91 sampai 6214.39 juta m3 sebagian besarberasal dari air tanah yang mengalir ke D. Maninjau, atau berkisar antara 68 – 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelestarianPLTA Maninjau sangat dipengaruhi olehkonservasi kawasan yang berfungsi sebagairecharge air tanah tersebut dan berada diluar daerah tangkapan danau. (Fakhrudin, Puslit Limnologi-LIPI)

13

INTRODUKSI SISTEM KERAMBA JARING APUNG BERLAPIS

(Double Floating Cage Nets) DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT

Sistem Karamba Jaring Apung Berlapis atau bertingkat terdiri dari dua lapis jaring yaitu jaring lapis dalam dan jaring lapis luar. Ada duapemeliharaan ikan yang dipelihara pada masing-maing jaring tersebut. Umumnya ikan yang dipelihara pada jaring lapis dalam adalah ikan mas(Cyprinus carpio), sedangkan pada jaring lapis luardipelihara ikan nila (Oreochromis niloticus). Pemberian pakan hanya dilakukan pada ikan masyang dipelihara dalam jaring lapis dalam, sedangkan untuk ikan nila, pada bagian jaring lapis luar tidak diberi pakan. Ikan nila hanyamemanfaatkan pakan yang tersisa yang tidakdimakan oleh ikan mas.

Sistem ini dikembangkan bertujuan untukmengurangi beban dari sisa pakan, yang dapatmencemari perairan. Dengan system ini sisa pakanuntuk ikan mas atau ikan yang dipelihara padalapis dalam dapat dimanfaatkan oleh ikan nila yang dipelihara dalam jaring lapis luar. Dengandemikian selain bertujuan untuk mengurangi sisapakan KJA berlapis ini dapat menghasilkan hasiltambahan dari produksi ikan nila yang dipeliharapada jaring lapis luar. Sistem ini sudah banyakdipakai di Waduk Cirata, Saguling dan Jatiluhur diJawa Barat. Dan sekarang diintroduksikan diDanau Maninjau Sumatera Barat.

5 m

5 m

12,5 m

5 m

3 m

Keterangan:Tipe KJA MAN-22 Jaring lapis dalam 5 x 5 x 3 m dan1 jaring lapis luar 12.5 x 6 x 5 m

Bandul pemberat yang di tambatkan di dalamjaring

6 m

Prinsip Dasar Penerapan KJ berlapis:

1. Syarat lokasi- Kedalaman minimum 8 m- Ada dua unit keramba atau lebih

yang bisa di satukan- Pertukaran arus air lancar

2. Pemberian pakan hanya pada ikanyang dipelihara pada jaring dalam

3. Jumlah pakan yang diberikandihitung berdasarkan jumlah ikanyang dipelihara pada jaring dalam

4. Bandul pemberat terbuat dari bahanyang tidak kasar/tajam danditambatkan pada kontruksi keramba

Gambar Skema KJA berlapis

Gambar Penempatan pemberat dan tipepemberat yang digunakan untuk keramba

berlapis

14

HASIL INTRODUKSI KJA BERLAPIS

Keterangan:FCR ikan mas dan nila dihitung berdasarkan rumus:FCR ikan = Hasil panen – Jumlah benih yang ditebar x 100%

Total pakan yang diberikanFCR total = Hasil panen total (mas+nila)–Jumlah benih total (mas+nila) x100%

Total pakan yang diberikanTambahan produksi = FCR total – FCR ikan masUntuk Tahap 1 dan 2 Periode panen ikan mas= panen ikan nila (ukuran benih ikan yang digunakan sama)Untuk Tahap lanjutan periode panen ikan nila 2 kali periode panen ikan mas (benih nila yang digunakanlebih kecil dari benih ikan mas)

Penerapan KJA berlapis yang dilakukan diDanau Maninjau telah terbukti memberikan hasilyang baik melalui beberapa uji coba. Hasil yang diperoleh sangat tergantung dari jumlah dan ukuranikan yang dipelihara, cara dan jumlah pakan yang diberikan, dan kondisi kualitas perairan yang mendukung.

Penerapan KJA berlapis sangat sederhanadan mudah dilakukan, konstruksi keramba yang sudah ada tidak mengalami perubahan secarakeseluruhan. Untuk menjalankan system ini hanyamemerlukan tambahan jaring lapis luar, bahanpemberat dan tali tambang untuk pengikat Sebagaicontoh jaring yang dibutuhkan untuk lapis luarhanya memerlukan kurang lebih 40 kg jaring untukukuran 12,5 x 6 x 5 m. Untuk pemberat bisamenggunakan botol bekas air minum kemasan yang diisi pasir atau adukan semen.

Keuntungan Penerapan KJA BerlapisAdanya tambahan produksi ikan

• Mencegah lepasnya ikan yang dipeliharapada jaring dalam bila mengalamikerusakan/robek

• Jaring lebih bersih dari alga filament yang menempel, sehingga pertukaranair/sirkulasi air lebih baik

• Yang paling penting: Mengurangi sisapakan yang masuk kedalam perairan

Gambar ikan nila yang dipelihara di jaring lapis luar, memanfaatkan pakan yang keluar

4,31%4,75% 6,46%Tambahan Produksi yang berasal dari produksi ikan nila(konversi sisa pakan)

50% (2,0)55,98%(1,79) 60% (1,67)FCR total (ikan mas + nila)

45,69%(2,187)51,23%(1,95) 53,54% (1,87)FCR ikan mas

2320 kg2108 kg1550 kgTotal Pakan

3bln, 1 mgu3 bln2,7 bulanLama pemeliharaan

350 kg150 kg- Ikan nila

1300 kg1330 kg1030kg- Ikan mas

Hasil Panen

150 (50 ekor/kg) 50kg (20 ekor/kg)Tebar Ikan nila

240 kg (20 ekor/kg)250 kg (20 ekor/kg)200 kg (20 ekor/kg)Tebar Ikan mas

5 x 5 x 3 m (2 buah jaring 12,5 x 6 x 5 m (1 buah jaring)

5 x 5 x 3 m (2 buah jaring 12,5 x 6 x 5 m (1 buah jaring)

5 x 5 x 3 m (2 buah jaring 12,5 x 6 x 5 m (1 buah jaring)

Ukuran Jaring- Jaring dalam- Jaring luar

Tahap II Periode I Periode II

Tahap I Hasil Introduksi

15

Identifikasi vegetasi riparian

• Sebagai perrmintaan Forum XII untuk Pengelolaan Bersama D. Maninjau : perlu restorasi vegetasi tepianpantai yang rusak saat PLTA dibangun.

• 42 spesies dari 20 famili, Jariamun adalah jenis yang secara ekologis berfungsi sangat penting menyediakanhabitat

Najas graminea (marina var sumatrana)

Jariamun duri

Setelah kekeruhan air menurun, jariamun mulaitumbuh lagi (Tanjung Alay, Sigiran dan Bayur)

Jariamun halus sudah hilangsama sekali

Akar dan batang pohon beringin yang menjorok ke perairan danau merupakanhabitat bagi biota air yang sangat disukai

16

Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Maninjau hasil surveiAgustus-Desember 2003

Identifikasi Ikan-Ikan Lokal Danau Maninjau

Metode: Survei, Observasi lapangan dan wawancara dengan nelayan penangkap

Hasil identifikasi: 13 Jenis dari 6 famili

Bukan hasil akhir ada kemungkinan jenis-jenis ikan yang belum diketahuisehubungan dengan alat tangkap dan metode yang digunakan

Mystus sp.Ikan Baung

Anabas testudineusIkan Puyu, betok

Anguilla sp.Ikan Panjang / sidat

Chana sp.Ikan Gabus

Oreochromis niloticusIkan Nila

Oreochromis mossambicusIkan Mujair

Masih dalam proses identifikasiIkan Rinua

Osphronemus goramyIkan Kalui /gurami

Cyprinus carpioIkan Mas

Rasbora argyrotaeniaIkan Bada

Osteochilus haseltiIkan Asang

Tor soroIkan Garing

Hampala macrolepidotaIkan Barau

Nama IlmiahNama Lokal

Ikan Rinua Ikan Bada Ikan Panjang

17

PEMBERDAYAAN PETANI PEMBENIHAN IKAN MASDI SEKITAR DANAU MANINJAU, KABUPATEN AGAM-SUMATERA BARAT

(Program IPTEKDA LIPI Bottom up Th. 2004)

Salah satu komoditas perikanan air tawar yang sudah lama berkembang adalah ikan mas(Cyprinus carpio). Komoditas ini merupakan komoditas umum yang memiliki pangsa pasar yang stabil diberbagai daerah di Indonesia seperti halnya di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Produksi ikan masKabupaten Agam cukup tinggi dan berasal dari berbagai jenis usaha, seperti perikanan air deras, perikanan kolam dan perikanan jaring apung di Danau Maninjau. Hasil produksi tersebut disamping untukmemenuhi kebutuhan setempat juga dikirim/dijual ke berbagai daerah di Sumatera Barat bahkan juga kebeberapa daerah di luar propinsi Sumatera Barat.

Permasalahan yang berlangsung saat ini adalah keterbatasan pasokan benih ikan mas. Lebihdari 90 % benih ikan didatangkan dari daerah lain yang jauh dari Kabupaten Agam, sedangkan total kebutuhan benih ikan untuk wilayah Agam mencapai 80.000.000 ekor/tahunnya. Jarak transportasi yang cukup jauh memiliki resiko, yaitu dapat menyebabkan tingkat kematian benih ikan cukup tinggi, hal initentu saja dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kerugian di kalangan petani ikan.

Kegiatan IPTEKDA-LIPI pada tahun 2004 ini merupakan salah satu upaya untukmengembangkan kegiatan pembenihan ikan mas di daerah Kabupaten Agam. Kegiatan IPTEKDA tersebut juga merupakan upaya lanjutan dalam pembinaan kepada para petani ikan di sekitar DanauManinjau yang telah diberikan pelatihan teknis tentang usaha pembenihan ikan, pada tahun sebelumnya. Melalui kegiatan IPTEKDA pembenihan ikan mas ini diharapkan usaha pembenihan ikan mas ini menjadipeluang usaha baru di sektor perikanan serta diharapkan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhanbenih yang ada.

Penyampaian Kegiatan IPTEKDA

Hasil Kegiatan:

1. Telah dipilih 4 pembudidaya ikan yang sebelumnya mendapatkan pelatihan budidayaikan sebagai penguatan modal untukpeningkatan usaha.

2. Pemberian dana IPTEKDA sifatnya bergulir, penyampaiannya berupa pemberian saranaproduksi.

3. Besaran penguatan modal yang diberikanbervariasi sesuai dengan skala usaha yang dimiliki masing-masing pembudidaya.

Monitoring kegiatan IPTEKDA

18

1

2 3

4

5 6

1. Proses seleksi indukan

2 dan 3. Pengolahan lahan (proses pengeringan dan pengapuran)

4. Kolam yang subur dengan pemupukan

5 dan 6. Proses panen dan anakan ikan yang dihasilkan

Beberapa Teknik pemijahan yang diintroduksikan dalam kegiatanIPTEKDA

19

terciptanya lapangan kerja baru (skala usaha bertambah sehingga memerlukan tenaga tambahan yang berasal dari saudara/famili yang belum atau tidak bekerja si petani penerima bantuan bisa menularkan usahanya kepada msayarakat disekitar mereka yang ingin berusaha di bidang pemijahan ikan

5. Dampak Sosial yang ada

Ketersediaan benih ikan mas lokal untuk budidaya pembesaran ikan sudah dapat dilakukan walaupun masih dalam jumlah kecil. Para petani pembeseran ikan memperoleh kesempatan memilih dalam mencari benih di lokasi yang tidak jauh dari lokasi usahanya, kematian benih ikan akibat lama transportasi dapat di kurangi.

4. Dampak lain

Ada penambahan penghasilan bagi para penerima bantuan sebesar 2-3 kali dari penghasilan sebelumnya

3. Dampak pada pendapatan dengan adanya kegiatan IPTEKDA (Bagi yang terlibat)

Pendapatan setelah adanya bantuan juga berbeda-beda, yaitu, berkisar antara Rp. 800.000 – 2.000.000 /bulan

2. Pendapatan setelah adanyabantuan

Pendapatan sebelum adanya bantuan berbeda-beda pada masing-masing petani berkisar antara Rp. 250.000 – 1000.000 /bulan

1. Pendapatan sebelum adanya bantuan

Hasil Kegiatan IPTEKDA

20

PROGRAM PENGEMBANGAN STASIUN LIMNOLOGI DAN ALIH TEKNOLOGI-LIPI (SLAT-LIPI)

DI DANAU MANINJAU - SUMATERA BARAT

ABSTRAK

Penelitian dan identifikasi penyebab pencemaran di Danau Maninjau telah dilakukan oleh LIPI pada tahun 2001-2002, dengan melakukan kajian limnologi danau sebagai langkah awal untuk mengetahui sifat dan karakteristik danau serta hal-hal lain yang terkait. Langkah-langkah perbaikan kondisi danau telah dilakukan melalui program penyehatan danau dengan melibatkan semua komponen masyarakat dan pemerintah daerah. Sebagai upaya dalam pengelolaan perairan danau juga telah dibangun stasiun lapangan yang berfungsi sebagai sarana penelitian dan sarana pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan danau yang berkelanjutan, yang pembangunannya dilakukan secara bertahap. Stasiun penelitian ini dinamakan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI (SLAT-LIPI). Melalui SLAT-LIPI ini diharapkan kegiatan pengelolaan danau dapat dilakukan secara kontinu sebagai bentuk kegiatan pengelolaan danau yang berkelanjutan.

Lokasi: Jl.Raya Maninjau-Lubuk Basung Km. 4Telp. 0752-61865

Luas tanah : 3190 m2

Luas bangunan : 110 m2

Sarana Stasiun : -Laboratorium Produktivitas Perairan-Kolam-kolam percobaan-Ruang serba guna (pertemuan dan kantor)-Laboraturium Kualitas Perairan dan ingkungan-Ruang kerja Peneliti dan Teknisi

Peran dan Fungsi Stasiun :

• Pelaksana riset dan pemberi informasi yang aktual seputar kondisi Danau Maninjau secara khusus dan danau-danau lain di wilayah Sumatera Barat pada umumnya.

• Mendomestikasikan biota asli sebagai bagian dari kegiatan konservasikeanekaragaman hayati Indonesia.

• Sebagai wadah dalam melakukan kegiatan desiminasi IPTEK yang telah dihasilkan dan sebagai tempat pelatihan dan penyuluhan tentang pengelolaan sumberdaya alam pada perairan danau dan sekitarnya.

• Program percontohan dalam kegiatan pengelolaan danau berdasarkan program pengelolaan bersama (co-management), dengan melakukan interaksi antara lembaga penelitian, pemerintah daerah dan peran aktif masyarakat lokal, yang dapat diterapkan dalam pengelolaan danau – danau lainnya di Indonesia.

21

Maket Rencana Pengembangan SLAT-LIPI

1. Kantor dan Laboratorium

2. Lapangan parkir

3. Miniatur Danau Maninjau

4. Kolam tertutup

5. Kolam terbuka

6. Kolam Pembesaran I

7. Kolam Pembesaran II

8. Gudang dan Tanki Air

9. Rumah transit

10. Gazebo

11. Workshop

12. Pagar Keliling

13. Papan nama

14. Taman

1

23

4

5

6

78

9

10

11

12

13

1414

1414

Fasilitas yang sudah ada :

1. Bangunan Kantor dan Laboratorium

2. Kolam Pembesaran I dan II

3. Kolam Tertutup

4. Lapangan parkir (sebagian)

5. Papan nama

6. Tangki Penampungan air

Maket SLAT-LIPI Tampak Depan

Fasilitas yang belum

1. Miniatur Danau Maninjau

2. Kolam Terbuka sistem sirkulasi

4. Lapangan parkir (tambahan)

5. Finishing Papan nama

6. Rumah transit

7. Workshop dan Gazebo

8. Pagar keliling, taman dan pekerjaan luar lainnya

Perkiraan dana yang dibutuhkan Rp. 800.000.000,-

22

PELAKU USAHA D. MANINJAU DAN

SEKITARNYA

UNIVERSITAS

PEMDA

LEMBAGA PENELITIAN

PUSLIT LIMNOLOGI-LIPI

PEMUKA MASYARAKAT

STASIUN LIMNOLOGI DANAU MANINJAU

DIVISI HUMAS& INFORMASI

KEPALA STASIUN

DIVISI PENELITIAN

DIVISI ADMINISTRASI

PELAKU USAHA

Diusulkan adanya suatu Konsorsium (Badan Otoritas) Pengelola DanauManinjau dimana SLAT-LIPI menjadi bagian dari unsur Lembaga

Penelitian di Konsorsium tersebut.

SLAT-LIPI akan di pimpin oleh Kepala Stasiun yang membawahi 3 Divisi, yaitu Divisi Penelitian, Divisi Administrasi dan Divisi Humas dan Informasi

23

Sarana dan Prasarana Stasiun

1. Lab. Produktivitas Perairan

Tugas Kerja:

Mengupayakan pengembangan biota perairan Danau Maninjau, dan perairanumum lainnya di wilayah Sumatera Barat, untuk program konservasi danbudidaya komersil.

Sarana yang sudah ada

- Akuarium sistem sirkulasi (2 unit)

- Bak fiber 1 ton (4 buah)

- Kolam tertutup sistem sirkulasi (4 unit)

- Kolam pembesaran I (3 unit) dan II

(2 unit)

Sarana yang masih diperlukan

-Microscop binokuler + camera digital ( 1 unit)

-Kolam terbuka sistem sirkulasi (5 unit)

-Akuarium pemeliharaan larva (30 unit)

-Bak fiber (5 unit)

Perkiraan Dana yang dibutuhkan:

Rp. 120.000.000

2. Lab. Kualitas Perairan dan Lingkungan

Sarana yang masih diperlukan

-Spektrofotometer

-Logger kedalaman max 100 m

-WQC instrument pengukur kualitas air

-Bahan gelas reaksi dan bahan kimia

-Alat pengambil sampel air di tiapkedalaman (Vandorn bottle sample)

-Zooplankton net

-Current meter

-Echo sounder dan GPS

-Boat (Kapal) riset

Perkiraan Dana Yang dibutuhkan

Rp. 800.000.000

Tugas Kerja:Memonitor dan mengevaluasi kondisi kualitas perairan Danau Maninjau danperairan umum lainnya di wilayah Sumatera Barat, sebagai informasi danbahan rujukan dalam pengelolaan.

24

Aktifitas Stasiun yang telah berlangsung2005 – saat ini

1. Monitoring kualitas perairan D. Maninjau mulaiTahun 2005 (sumber dana DIPA Puslit LimnologiLIPI)

2. Domestikasi dan pengembangan beberapa ikanasli D. Maninjau : Ikan Gariang (Tor soro), ikanBada (Rasbora argyrotaenia) dan ikan Asang(Osteochilus haselti).

Kegiatan:

- Pengumpulan calon indukan

- Observasi aspek biologi dan ekologi

- Pemijahan awal ikan bada

Berhasil dipijahkan pertama kali pada Juni 2006 (dengan hasil 20.000 larva dari 20 pasangindukan).

Pengambilan sampel air di Danau

Observasi aspek biologi ikan garing

Proses pemijahan ikan bada (pemijahan, telur yang dihasilkan dan larva umur 3 hari)

3. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pembinaan kepada Forum XII, Forum masyarakat yang terbentuk dari HasilPelatihan yang diberikan kepada Pemuka Masyarakat di selingkar DanauManinjau yang beranggotakan 12 orang. Forum ini pada Mei 2005 mengalamipemekaran dan berubah menjadi Forum Pengelolaan Bersama Danau Maninjau

Pertemuan dan diskusi seputar rencana pengelolaan Danau Maninjau diadakandi Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI.

25

Suhu (oC)Kekeruhan (NTU)Konduktifitas (mS/cm)Padatan terlarut (mg/l)Kecerahan (m)pHOksigen terlarutP-PO4 (mg/l)TP (mg/l)N-NO2 (mg/l)N-NO3 (mg/l)N-NH4 (mg/l)TN (mg/L)TOM (mg/l)Total Sulfida (mg/l)SulfatSSAlkalinitasKlorofil a (mg/cm3)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.

ParameterNO

S: 0 o 17’ 30.4”E: 100 o 09’ 05.0” Di depanlubang pengambilan air untuk penggerak turbin PLTA

DM IntakeStrata (m):permukaan (0), 2, sechi, 8, 10, dasar perairan

S: 0 o 16’ 34.8”E: 100 o 12’ 50.0” Tempat banyak terdapat karamba jaring apung

DM BayurStrata (m):permukaan (0), 2, sechi, 8, 10, dasar perairan

S: 0 o 22’ 33.0”E: 100 o 11’ 35.1” Tengah-tengah basin Selatan DanauManinjau

DM 7Strata (m):permukaan (0), 2, sechi, 8, 10, 20, 40, 100, dasar perairan.

S: 0o 18’ 28.8”E: 100o 11’ 35.0”Pertengahan basin Utara Danau Maninjau

DM 4Strata (m):permukaan (0), 2, sechi, 8, 10, 20, 40, 100, dasar perairan

PosisiStasiun Penelitian

MONITORING KONDISI LIMNOLOGI DANAU MANINJAU

HASIL MONITORING

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

DM-4 DM-7 DM-INTK DM-BYR

Ked

ala

man

(m

)

Mei

Juli

Tahun 2007

0

1

2

3

4

5

6

7

DM-4 DM-7 DM-INTK DM-BYR

Ked

alam

an (

m)

Mei

Agt

Nov

Tahun 2006

0

1

2

3

4

5

6

7

DM-4 DM-7 DM-INTK DM-BYR

Ked

alam

an (

m)

Mei

Agt

Nov

Tahun 2005

Kecerahan (m)

Titik Monotoring (Stasiun Penelitian)Parameter Limnologi yang dipantau

26

HASIL MONITORING (Parameter Utama)

DM7-Suhu

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

26 27 28 29 30

Tahun 2005

DM7-Suhu

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

26 27 28 29 30

Tahun 2006

MeiSeptDes

MeiAgtNov

DM7-Suhu

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

26 27 28 29 30

Tahun 2007

Mei

Juli

DM7-DO

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 2 4 6 8 10

DM7-DO

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 2 4 6 8 10

DM7-DO

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 2 4 6 8 10

SUHU

OKSIGEN

27

DM7-N-NH4

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 0,5 1 1,5 2

HASIL MONITORING

DM7-pH

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

6 7 8 9

DM7-pH

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

6 7 8 9

DM7-pH

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

6 7 8 9

DM7-N-NH4

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 0,5 1 1,5

DM7-N-NH4

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 0,1 0,2 0,3 0,4

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

MeiSeptDes

MeiAgtNov

Mei

Juli

pH

NH4

28

1. Status Trofik berdasarkan index trofik (TSI) Tahun 2005 : 41,88 - 51,25(Mesotrofik) Tahun 2006 : 65,59 – 77,48 (Eutrofik) Tahun 2007 : 52,91 –54,51 (Eutrofik)

2. Estimasi perhitungan jumlah KJA (metode direct counting) jumlah KJA di Danau Maninjau pada Tahun 2007 mencapai lebih dari 9.000 buah (9.825 ± 240 keramba).

3. Ratio TN:TP pada Tahun 2005 – 2007 >12 : faktor pembatas pertumbuhan alga di Danau Maninjau adalah dari unsur fosfor (TN:TP > 12). Ratio TN:TP tersebut masih hampir sama dengan penghitungan tahun 2001 dan 2002

4. Perlu mendapat perhatian mengingat parameter toksik (amonium) pada lapisan kedalaman 100-120 tinggi menunjukan adanya degradasi organik yang cukup tinggi, sangat berbahaya apabila terjadi pembalikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan atas, akan terjadi penurunan kualitas perairan di lapisan atas, sangat beresiko terhadap ikan-ikan yang dipelihara di KJA

5. Spesies senyawa sulfur yang terlarut dalam bentuk ion sulfat terdapat dari permukaan sampai dasar, sedangkan senyawa sulfida yang terlarut terdapat mulai kedalaman 20 m ke atas daerah metalimnion sampai pada daerah hypolimnion Danau Maninjau bagian terdalam dimana kondisinya anoksik. Hidrogen sulfida (H2S) dan bisulfida (HS-) merupakan senyawa yang dominan. Tubo belerang dapat terjadi akibat kandungan organik berupa volatile solids (VS) pada sedimen yang cukup melimpah pada beberapa lokasi dan sudah tersebar sampai kedaerah hypolimnion danau yang terdalam

HASIL MONITORING

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0 5 10 15 20

Sulfat (mg/L)

Ked

alam

an (m

)

DM7

DM4

Bayur

0

5

10

15

20

25

Mei Agustus November Mei Agustus November

DM7 Bayur

Lokasi

Ko

nse

ntr

asi

(mg

/L)

COD

TOM

Kandungan COD dan TOM pada sedimen Danau Maninjau tahun 2006

Profil sulfat di Danau Maninjaubulan Mei 2007

29

PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KO-MANAJEMEN DI DANAU MANINJAU

FORUM PENGELOLAAN BERSAMA DANAU MANINJAU

(Kelompok ko-manajemen induk)

Kelompokko- manajemen

nelayan :Mina Bada Lestari

Kelompokko-manajemen

budidaya ikan: AwehIndah Sakato

Kelompokko-manajemenNelayan: Muaro

Tanjung

Kelompokko-manajemen

Hotel & Ecotourism

Kelompokko-manajemen

lainnya

Kelompokko-manajemen

budidaya ikan : Mina Bayua Sakato

1. Kelompok ko-manajemen induk (Forum Pengelolaan BersamaDanau Maninjau) proses penguatan kelembagaan olehP2-Limnologi-LIPI (sejak tahun 2002)

2. Kelompok Nelayan Mina Bada Lestari, proses penguatankelembagaan oleh P2-Limnologi-LIPI (2005)

3. Kelompok Nelayan Muaro Tanjung, proses penguatankelembagaan oleh P2-Limnologi-LIPI, Dinas Perikanan Agam, dan DKP (2006)

4. Kelompok Pembenih Ikan Aweh Indah Sakato dan Mina BayuaSakato proses penguatan kelembagaan oleh P2-Limnologi-LIPI, Dinas Perikanan Agam, dan DKP (2006)

30

Hasil Pembahasan 3 Komisi yang ada di Forum Pengeloaan Bersama Danau Maninjau (FPB-DM)

1. KOMISI EKONOMI• Peningkatan pendapatan dari pemanfaatan danau dengan memperhatikan kelestarian• Membentuk kelompok-kelompok profesi untuk memudahkan dalam pembinaan

terhadap kelompok-kelompok tersebut, seperti kelompok nelayan, kelompokpembudidaya ikan jaring apung, kelompok pengusaha pariwisata (rumah makan, hotel/homestay) dan sebagainya.

• Pembuatan rumpon/rasau disekeliling danau untuk meningkatkan dan memudahkanpenangkapan ikan serta pembuatan rumpon suaka untuk pelestarian

• Perlu adanya koperasi dan tempat pelelangan ikan agar membantu proses penjualandan pengadaan saprodi dengan harga yang menguntungkan pelaku usaha

• Percontohan usaha baru untuk memindahkan sebagian usaha keramba jaring apung didanau, sehingga konsentrasi usaha di danau bisa dikurangi

2. KOMISI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP• Penanaman pohon riparian di pinggiran Danau Maninjau• Penetapan Tinggi Muka Air agar permasalahan mengenai lahan yang terendam dapat

teratasi (survei di selingkar danau untuk menetapkan tinggi muka air yang sesuai)• Pembuatan rumpon suaka di beberapa lokasi di Danau Maninjau, (tidak dilakukan

penangkapan) tapi dikombinasikan dengan pariwisata sebagai objek yang dikunjungi

3. KOMISI PENDIDIKAN DAN PARIWISATA• Memasukan unsur pengelolaan lingkungan (D. Maninjau) dan aspek biologi, ekologi

yang ada di D. Maninjau pada kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal• Memasukan nilai-nilai budaya setempat (nuansa islam) dalam pembangunan

pariwisata di Danau Maninjau sehingga tercipta suasana yang tentram dan nyaman dengan menjaga kelestarian alam.

• Membuat acara-acara yang mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian danau (dengan memanfaatkan hari-hari yang dijadikan sebagai acara lingkungan seperti jalan sehat, lomba lukis/gambar dan lomba puisi atau

sastra lainnya yang berhubungan dengan Danau Maninjau, Pesta Danau Maninjau dan acara-acara lainnya).

Masyarakat melalui forum tsb telah menyadari pentingnya kelestarianlingkungannya, untuk itu dalam mewujudkan program kerja tersebut perlu

dukungan berbagai pihak terkait seperti: PEMDA-AGAM, PLN-Maninjau, LIPI dan lembaga lain yang terkait ………………

31

KARTU IDENTITAS NELAYAN PERIKANAN TANGKAP

PERAIRAN DANAU MANINJAUKABUPATEN AGAM - SUMATRA BARAT

Nama : Syamsunir Sutan PenguluTempat & tanggal lahir: Sei Tampang, 9 September 1955Alamat : Sungai Tampang, Tanjung Sani Alat Tangkap : Jaring insang

Daerah penangkapan : Sigiran - Danau Maninjau

011/MBL-Maninjau/ 2005

LESTARIKAN SUMBERDAYA PERIKANAN DANAU MANINJAU UNTUK GENERASI PENERUS

SLAT – LIPI, 2006

INFORMASI UMUM

1. Tanggungan keluarga : 5 jiwa2. Alat transportasi untuk menangkap ikan : Sampan3. Keanggotaan kelembagaan adat : -4. Pendidikan umum dan perikanan:

a. Formal : SDb. Informal : -

Maninjau, 20 Mei 2006 KCD Peperla Tanjung Raya Maninjau

DahliusNIP. 410 011 428

Masa berlaku: 20 Mei 2011

PENERAPAN PENDEKATAN PENGAKUAN TERHADAP IDENTITAS NELAYAN D.MANINJAU (Politic of Identity),

Kerjasama antar KCD Perikanan Maninjau dan P2Limnologi-LIPI, diperkenalkan Kartu Identitas Nelayan (KIN).

Kartu Identitas Nelayan :

1. Sebagai identitas profesi

2. Memudahkan dalam

pembinaan terhadap

nelayan

3. Mengetahui secara pasti

jumlah dan anggota

nelayan dalam suatu wilayah

Penyerahan KIN di Kelompok Nelayan Mina Bada Lestari 21 Mei 2006

(salah satu bentukkegiatan penguatan

kelembagaan melaluiko-manajemen )

32

(UJI COBA) Mengumpulkan informasi berkualitas tentangperikanan tangkap dan budidaya di D Maninjau melalui kelompok

ko-manajemen Mina Bada Lestari dan Aweh Mina Sakato

• Mina Bada Lestari adalah kelompok ko-manajemen nelayan perairan darat pertama di Indonesia

• Tujuan pengelolaan stok ikan Bada• Dengan teknik partisipatif akan dirunut Indikator kesejahteraan nelayan,

kelestarian populasi ikan Bada, • Pemetaan of fishing ground• Penetapan jumlah dan posisi Rasau • Koordinasi produksi dan penjulan ikan Bada asap di antara kaum ibu

Nelayan• Tingkat dan variasi produksi ikan Bada

Tipe informasi yang disarankan akan dikumpulkan melalui kelompoknelayan: Mina Bada Lestari

Tipe informasi yang disarankan akan dikumpulkan melalaui kelompok: Aweh Mina Sakato

• Waktu meledaknya penyakit ikan (teknik partisipatif menggunakansistem kalender)

• Waktu terjadinya dampak buruk dari fenomena tubo belerang• Analisis mata pencaharian (livelihoods analysis) yang terkait dengan

KJA, penangkaran dan penangkapan ikan.• Lainnya

Sumber Dana: FAO /TCP Project Direktorat Pembudidayaan, Ditjen PerikananBudidaya, Direktorat Sumberdaya Ikan, Ditjen Perikanan Tangkap DKP,

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Prosesi pengumpulan informasi di Kelompok Mina Bada Lestari dan Aweh Mina Sakato

33

Bentuk Informasi Kepada Masyarakat tentang Kondisi D. Maninjau

Informasi ilmiah, sektor perikanan, objekwisata, dan informasi kepemerintan seputarmasalah lingkungan akan menjadi topik inti

dari buletin ini

34

PENGEMBANGAN IKAN – IKAN ASLI DANAU MANINJAU” UJI COBA PEMIJAHAN ALAMI IKAN BADA (Rasbora argyrotaenia)”

Telur ikan bada Larva yang dihasilkan Anakan Bada umur 2 bulan

Habitat ikan Bada (S. Rangai ) Lukah alat tangkap ikan Bada

Proses Domestikasi Ikan Bada

35

2. Studi Banding Pemda Kabupaten Kuantan, ke StasiunLimnologi dan Dinas Perikanan Kab. Agam mengenai KJA diD.Maninjau

1. Kunjungan pelajar untuk mengetahui informasi dan mempelajari Danau Maninjau

STASIUN LIMNOLOGI DANAU MANINJAU SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN

3. Tempat penyelenggaraan Sosialisasi Undang-undang Perikanan No. 31 Tahun 2004 tentang Pengawasan Sumber Daya Perikanan di danau Maninjau dari DKP Propinsi SUMBAR

Kunjungan Pelajar SUPM Pariaman, April 2007

4. Tempat penyelenggaraan sosialisasi tentang pengobatan dan antibiotik budidaya ikan dari PT. Sanbe Badung

Aktivitas selama Tahun 2007

5. Sebagai tempat promosi wisata para layang di danau Maninjau yang diadakan oleh Dinas Pariwisata. digunakan untuk acarapembukaan dan lomba-lomba kesenian Sumatra Barat

36

Beberapa kegiatan yang diselenggarakan di SLAT-LIPI Maninjau

37

STASIUN LIMNOLOGI turut andil dalam Exercise Project“Addressing The Quality Information on Inland Fisheries (AQUIIF).

DKP-RI dan Food and Agriculture Organization (FAO)Para peserta dari perwakilan negara ASEAN yang terlibat dalam AQUIIF melakukan

penebaran ikan bada dan penanaman vegetasi riparian di Danau Maninjau22 Maret 2007

38

RENCANA PENGEMBANGAN Sistem Monitoring Kualitas Air Danau Maninjau

Sistem Monitoring Kualitas Air Danau Maninjau

Kontroler yang diletakan di lapangan (di Danau Maninjau) akan mengirimkandata ke Master di Puslit Limnologi Cibinong dan di SLAT-LIPI. Kontroler dapat di

atur untuk mengirim data. Komunikasi data menggunakan teknologi GSM. Informasi yang diperoleh juga akan ditampilkan di digital board yang diletakan di

sentra-sentra KJA sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai pemberiinformasi kualitas perairan danau bagi para pembudidaya ikan di KJA Dana yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem monitoring ini

sebesar Rp. 500.000.000

39

POTENSI DAN TANTANGAN RISET

1. Ada sejumlah lubuk larangan di sekitar D. Maninjau, belum pernahditeliti dengan cermat segala aspeknya bahkan belum diinventarisasikeberadaannya.

2. Rekayasa sosial pengelolaan danau melalui ko-manajemen group.3. Riset-riset limnologi fundamental masih banyak yang dapat dilakukan:

permodelan kualitas air, distribusi spasial sedimen, siklusbiogeokimia, siklus oksigen dan sebagainya

4. Masih banyak biota perairan dan sumberdaya alam lainnya yang belum terungkap potensi dan manfaatnya.

SLAT-LIPI merupakan modal dasar dalam pengembangan penelitian danpemberdayaan masyarakat di D. Maninjau.

Pensi (Corbucila sp.) merupakansalah satu jenis moluska yang berpotensi sebagai sumber protein

Labi-labi (Trionyx sp.: kura-kura air tawar) biota unik lainnya yang ada diD. Maninjau yang keberadaannyasudah sulit ditemukan

40

Kunjungan Kerja Anggota DPR-RI Komisi VII Ke Danau Maninjau dan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI

8 November 2006

Dalam Kunjungan kerja tersebut Anggota DPR-RI, Komisi VII berkesempatanmelakukan penebaran perdana Ikan Bada Hasil Domestikasi yang dilakukan olehStasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI di Suaka Rasau MINA BADA LESTARI,

turut hadir Bupati AGAM, DPRD-AGAM, KAPUSLIT LIMNOLOGI-LIPI Sigiran-Maninjau, 8 November 2006

41

Peran Serta Pusat Penelitian Limnologi LIPI dalamPenanggulangan Kejadian Kematian Ikan Januari 2009

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Puslit Limnologi-LIPI, yang terkait deng an penanganan kematian ikan di Danau Maninjau adalah sebagai berikut:1. Secara proaktif, Puslit Limnologi—LIPI melaporkan hasil-hasil penelitian

dan pemantauan di Danau Maninjau kepada Dinas Perikanan dan Pemda Kabupaten Agam. Pada saat mulai terjadi proses kematian telah dilakukan monitoring data kualitas air oleh staf peneliti Puslit Limnologi—LIPI yang berada di stasiun Maninjau.

2. Data hasil monitoring menunjukkan bahwa kondisi kualitas air mengalami penurunan yang sangat tajam. Kandungan oksigen terlarutpada beberapa titik pengambilan sampel di lokasi yang mengalamikematian menunjukan nilai sebesar 0,4 – 2,19 ppm pada kedalaman 0 –4 m. Sedangkan kandungan oksigen terlarut untuk pertumbuhan ikanadalah ≥4 ppm. Hasil ini telah di sampaikan kepada Pemda setempat.

3. Puslit Limnologi—LIPI segera membentuk tim penanggulangan (monitoring dan evaluasi) kematian ikan di D. Maninjau yang terdiri dari: Ketua : Dr. Ir. Gadis Sri Haryani (Kapuslit Limnologi - LIPI)Anggota : Dr. Ir. Dede Irving Hartoto, APU

Drs. M. Fakhrudin M.SiIr. Fachmijany SulawestyDr. Tri Widiyanto, M.SiTriyanto, S.Pi

Untuk menyusun kajian dan melakukan kunjungan langsung ke lokasi(tanggal 13 s/d 15 Januari 2009)

4. Hasil Kajian Puslit Limnologi-LIPI (Lampiran 1) dipresentasikan pada tanggal 14 Januari 2009 dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Danau Maninjau yang dipimpin oleh Bupati Agam. Acara tersebut dikuti oleh perwakilan petani karamba, masyarakat sekitar D. Mininjau, Pemda setempat dan Ketua DPRD. Rekomendasi yang di sarankan adalah sebagai:

a. Diperlukan PERDA mengenai kegiatan budidaya ikan di Danau Maninjau mencakup jumlah KJA dan aturan lainnya yang proses penyusunannya bersifat partisipatif yang melibatkan seluruh pengguna danau (pembudidaya ikan, produsen pakan ikan, nelayan, pengusaha Wisata, PLN, dan lain-lain),

42

b. Perlu identifikasi dan evaluasi jumlah KJA yang dapat memenuhi kesejahteraan 1 (satu) kepala keluarga dengan ukuran hidup layak atau ukuran lainnya yang disepakati oleh PEMDA dan masyarakat.

c. Dibutuhkan mekanisme pendataan jumlah KJA yang melibatkan jorong sebagai unsur pemerintah di level masyarakat dengan komponen data yang disesuaikan seperti jumlah KJA yang beroperasi, jumlah dan jenis ikan yang ditebar, waktu produksi, jumlah pakan (pelet) yang digunakan, dan produksi ikan yang dihasilkan.

d. Perlu dikembangkan sistem monitoring peringatan dini melalui dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis teknologi dan pendekatan berbasis partisipatif masyarakat. Pendekatan teknologi dapat dikembangkan melalui sistem telemetri yang memungkinkan informasi kualitas perairan dapat dimonitor secara kontinu. Sedangkan pendekatan berbasis partisipatif masyarakat dapat dilakukan oleh komponen masyarakat dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah SLTA seperti laboratorium kimia, biologi dan mikroskop dengan bimbingan atau di bantu oleh lembaga penelitian (LIPI, Universitas, dll).

e. Perlu kajian secara komprehensif menyangkut ketiga fungsi danau yaitu: mencakup fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan dengan melibatkan seluruh stakeholder/sektor. Sebagai dasar dalam penyusunan peraturan pengelolaan danau (PERDA-Pengelolaan Danau Maninjau). LIPI dalam hal ini bersedia membantu dalam merumuskan kajian akademis yang diperlukan.

5. Puslit Limnologi LIPI masih memonitor secara teratur kondisi kualitas air di Danau Maninjau Pasca Bencana. Hasil monitoring menunjukkan bahwa kondisinya sudah membaik. Salah satu parameter penting, yaitu kandungan oksigen terlarut sudah mencapai diatas ≥ 4 ppm. Terutama di kolom permukaan. Puslit limnologi sudah merencanakan dalam 5 tahun kedepan sejak 2009 ini akan melakukan kajian pengelolaan Danau Maninjau yang berkelanjutan. Pada tahun 2009 ada 3 Tolok Ukur Kegiatan penelitian yang terkait masalah: penentuan zonasi pemanfaatan danau; konservasi dan pemberdayaan masyarakat; kajian perubahan iklim terhadap danau.

6. Puslit Limnologi LIPI telah mengikuti pertemuan di Kementerian Negara Lingkungan Hidup membahas Koordinasi penanganan Danau Maninjau (pada tanggal 2 Februari 2009 di Jakarta) dan memberikan masukan untuk pengelolaan Danau Maninjau ke depan.

43

7. Tanggal 3 Februari 2009 Bupati Agam dan Kepala Bappeda, serta anggota Lemba ga Swadaya Masyarakat (LSM) Maninjau berkunjung ke Puslit LIPI untuk membahas tindak lanjut penanganan Danau Maninjau pasca bencana dan langkah-langkah selanjutnya dalam pengelolaan Danau Maninjau. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara lain:

a. meningkatkan kerja sama lintas sektor dengan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi LIPI di Maninjau,

b. merencanakan bantuan tenaga setempat (Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan) untuk bekerja sama dengan staf Puslit Limnologi yang ada di Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi LIPI,

c. mensosialisasikan data kualitas air hasil monitoring, d. merencanakan pembuatan sistem On Line Monitoring kualitas

air, e. membentuk team kajian tingkat daya dukung Danau Maninjau

untuk usaha budidaya karamba.f. Pembuatan zonasi pemanfaatan danaug. Penyusunan naskah akademik yang mendukung PERDA

Peran dan kontribusi proaktif P2 Limnologi LIPI di Danau Maninjau, sebagai berikut.

Danau Maninjau digunakan sebagai salah satu model pengelolaan sistem perairan Danau tektovulkanik di Indonesia. LIPI berperan membantu Pemda dan masyarakat sekitar dalam mengelola D. Maninjau secara lestari. Untuk merealisasikan peran tersebut Puslit Limnologi LIPI telah membangun kerja sama dengan masyarakat sekitar dan Pemda setempat. Beberapa tahapan kegiatan yang telah dilakukan antara lain:

1. Tahun 1999 Bapak Ketua LIPI melakukan tinjauan ke Danau Maninjau saat terjadi kematian masal ikan secara menyeluruh, baik yang di karamba maupun ikan alam, yang disebabkan oleh blooming algae.

2. Tahun 2001 dilakukan pengkajian permasalahan blooming plankton, yang disebabkan oleh alga Microcystis yang menyebabkan kematian ikan. Solusi yang disarankan LIPI adalah PLN diharuskan membuka weir (pintu air) untuk mengeluarkan air permukaan agar algae Microcystis hilang terbawa aliran air.

3. Tahun 2002 dilakukan pelatihan terhadap perwakilan masyarakat sekitar D Maninjau tentang Dasar-dasar Limnologi untuk pengelolaan Danau. Dari hasil tersebut terbentuklah Forum 12. Forum ini bertugas untuk menjaga kelestarian dan pengelolaan D. Maninjau.

44

4. Tahun 2003 mengadakan pelatihan budidaya ikan. Salah satu tujuan adalah untuk mengalihkan pembudidaya karamba ke darat. Selain itu juga mengadakan sosialisasi pengembangan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) berlapis. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan pakan dan peningkatan produksi ikan

5. Tahun 2003 membangun Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi6. Tahun 2004 ditempatkan satu orang tenaga tetap di Stasiun Limnologi

dan Alih Teknologi dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat melalui program IPTEKDA.

7. Tahun 2005, melengkapi prasarana dan sarana fisik dan laboratorium di stasiun Maninjau. Serta monitoring dan evaluasi kualitas air Danau Maninjau.

8. Tahun 2006 dan 2007 melakukan restocking (penebaran bibit) ikan bada sebanyak 10.000 ekor hasil pemijahan stasiun Limnologi dan Alih Teknologi LIPI di daerah Sigiran.

9. Tahun 2007- 2008 melakukan monitoring kualitas air.10. Tahun 2008-2009 menambah peralatan laboratorium berupa

spektrofotometer portable dan menempatkan tambahan 1 orang peneliti di Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi LIPI, serta melakukan kajian pengelolaan Danau Maninjau yang berbasis masyarakat.

Diharapkan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi LIPI yang berada di Maninjau dapat lebih meningkatkan peranannya dalam mendukung penelitian pengelolaan danau. Untuk itu sarana dan prasarana stasiun harus lebih ditingkatkan, karena sampai saat ini kondisinya masih sangat kurang memadai karena keterbatasan dana yang dimiliki.

Pada tahun 2007 dengan dukungan DPR-RI Komisi VII yang telah berkunjung ke stasiun serta dukungan Bupati Agam, telah diusulkan proposal mengenai Peningkatan Sarana Prasarana Stasiun dan menurut berita pada waktu itu telah disetujui pendanaannya oleh DPR.

Keberadaan stasiun di Maninjau, sesuai rencana pada saat akan dibangun, untuk dimanfaatkan oleh seluruh LIPI oleh karena itu nama stasiun adalah Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi. Dengan demikian diharapkan LIPI dapat memberikan kontribusi yang lebih besar.

45

Gambar ikan yang mati Januari 2009

Peserta Rapat Koordinasi Penangan Bencana Danau Maninjau di KabupatenAgam Tanggal 14 Januari 2009 terdiri atas :

1. PEMDA Agam (Bupati dan Jajarannya)2. Pusat Penelitian Limnologi LIPI3. Dirjen Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan4. Universitas Bung Hatta5. PLTA Maninjau6. DPRD Tingkat II7. Masyarakat (Unsur Kenagarian, Kerapatan Adat, dan Tokoh

Masayarakat Lainnya)

Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Danau Maninjau (Agam, 14 Januari 2009)

46

Kunjungan Bupati Agam ke Pusat Penelitian LimnologiLIPI tanggal 3 Februari 2009

47

Lampiran 1. Hasil Kajian Team Penanggulangan (monitoring

dan evaluasi) Kematian Ikan di Danau Maninjau

TINJAUAN KASUS KEMATIAN IKAN DI DANAU MANINJAU

Oleh

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Komplek LIPI Cibinong

JL. Raya Bogor Km. 46 Telp. 021-8757071

www.limnologi.lipi.go.id

Danau Maninjau merupakan danau tekto-vulkanik yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat. Salah satu karakter dari danau tersebut adalah Mengeluarkan belerang (H2S) secara periodik, yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah tubo belerang. Senyawa tersebut bersifat racun (toksik) bagi biota air termasuk ikan. Danau Maninjau merupakan salah satu contoh danau di Indonesia yang memiliki multi fungsi, yaitu berfungsi sebagai pembangkit listrik (PLTA), sarana usaha perikanan dalam usaha keramba jaring apung, kegiatan penangkapan ikan, area wisata dan sarana irigasi untuk pertanian. Secara ekonomis mempunyai kontribusi untuk masyarakat disekitarnya cukup besar sehingga banyak penduduk disekitarnya yang sangat tergantung dari danau tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

Perkembangannya berbagai aktifitas masyarakat dalam pemanfaatan Danau Maninjau telah menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ekosistem danau. Penutupan Sungai Batang Antokan, sisa pakan dan metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan dalam keramba jaring apung serta limbah domestik yang berasal dari kegiatan pertanian maupun dari limbah rumah tangga menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau yang dapat mengakibatkan kematian ikan.

48

Kejadian kematian ikan secara massal pernah terjadi pada ikan-ikan yang dipelihara di Keramba Jaring Apung (KJA) pada Tahun 1997. Kematian ikan tersebut kembali terjadi pada Januari 2009 dengan jumlah kematian yang lebih besar. Terjadinya kematian ikan yang dipelihara di KJA disebabkan oleh naiknya kolom air lapisan bawah ke lapisan atas (upwelling) yang membawa senyawa toksik.

Naiknya lapisan air bawah ke permukaan dapat disebabkan perbedaan berat jenis air, antara air lapisan permukaan dan air lapisan dasar, akibat perbedaan suhu. Perbedaan suhu dapat disebabkan oleh perubahan intensitas cahaya matahari. Pada saat kondisi mendung atau dan suhu udara yang dingin menyebabkan suhu permukaan air lebih rendah dari suhu air di lapisan bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya proses upwelling. Bila lapisan air bawah mengandung senyawa H2S, maka ketika terjadi upwellingsenyawa H2S akan terbawa ke permukaan. Kejadian ini disebut dengan istilah tubo belerang.

Penumpukan bahan organik yang berasal dari sisa pakan dari aktivitas pemeliharaan ikan di KJA dan sisa metabolisme lainnya di dasar perairan menyebabkan pada proses upwelling akan membawa tidak hanya senyawa H2S tapi senyawa lain seperti NO2, NH3 yang bersifat toksik. Senyawa senyawa tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kematian ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan juga akan mengalami penurunan, karena oksigen yang ada digunakan dalam proses oksidasi senyawa senyawa tersebut.

Pada saat terjadi proses tersebut, pengaruh pada ikan budidaya di dalam jaring tentu saja ini menjadi sangat fatal, sedangkan untuk ikan alami, pengaruhnya dapat mereka hindari dengan mencari daerah yang lebih baik kondisinya (daerah yang terdapat aliran air yang masuk ke danau). Hasil pemantauan menunjukkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut pada saat terjadikematian ikan adalah berkisar antara 0,46-1,05 mg/l pada kedalaman 0-3 m di lokasi PLTA pada pukul 11.00. Sementara hasil pemantauandi lokasi Nagari Maninjau konsentrasi oksigen terlarut berkisar antara 3,41-4,55 mg/l pada kedalaman yang sama pada jam 16.00, di lokasi tersebut tidak terdapat kematian ikan di KJA.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut pengembangan KJA perlu memperhatikan daya dukung Danau Maninjau. Daya dukung suatu perairan untuk kegiatan budidaya ikan didefinisikan sebagai tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh suatu perairan yang dapat menjamin keberlangsungan produksinya. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai batasan untuk banyaknyabiota hidup atau biomassa yang dapat didukung oleh suatu habitat.

49

Dalam kegiatan budidaya ikan baik secara intensif maupun tradisional selalu menghasilkan sejumlah limbah yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan budidaya. Pada saat jumlahnya melampaui batas tertentu, limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan yang pada akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara.

Perhitungan daya dukung dalam menentukan jumlah KJA harus mengikuti persyaratan teknis budidaya, seperti kesesuaian jenis ikan yang dipelihara, padat penebaran, teknik pemberian pakan, kualitas pelet, lokasi dan jarak antar keramba. Kesemua faktor tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perairan Danau Maninjau, serta memperhatikan fungsi-fungsi danau lainnya (fungsi sosial, fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan).

Jumlah KJA saat ini mencapai sekitar 15.000 unit (DKP-Agam, 2008) yang diperkirakan menempati luas area budidaya sepanjang belta 500 m atau seluas ± 2.403,36 Ha. Perhitungan daya dukung KJA berdasarkan beban fosfor yang dapat diterima adalah sebesar 13.000 ton ikan/tahun. Jika diasumsikan produksi ikan per unit KJA selama 1 tahun adalah 2 ton, maka jumlah KJA yang sesuai adalah sebanyak 6.500 unit keramba. Sehingga kondisi saat ini telah melebihi daya dukung untuk luasan areal tersebut.

Indikasi kelebihan daya dukung ini sudah terlihat dari kondisi kualitas perairan Danau Maninjau. Hasil penelitian kami pada Tahun 2007 juga memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi Total Nitrogen, Total Fosfor, Bahan organik (TOM) dan Amonium. Senyawa sulfida yang terlarut sudah mulai teramati pada kedalaman 20 m, kandungan senyawa organik pada sedimen cukup melimpah pada beberapa lokasi dan sudah tersebar sampai ke dasar perairan. Kolom/lapisan air yang anoksik (kondisi tanpa oksigen) sudah semakin tebal sehingga sudah ditemukan pada kedalaman 20 m. Tebalnya kolom air tersebut menunjukkan besarnya potensi produksi gas beracun tubo belerang.

Berdasarkan tinjauan tersebut, berikut ini beberapa masukan yang perlu ditindaklanjuti dalam rangka pengelolaan Danau Maninjau:

a. Diperlukan PERDA mengenai kegiatan budidaya ikan di Danau Maninjau mencakup jumlah KJA dan aturan lainnya yang proses penyusunannya bersifat partisipatif yang melibatkan seluruh pengguna danau (pembudidaya ikan, produsen pakan ikan, nelayan, pengusaha wisata, PLN, dan lain-lain), resiko budidaya ikan di KJA dapat dipahami oleh masyarakat, sehingga dalam penerapan PERDA tersebut dapat terlaksana dengan baik. Pihak LIPI bersedia memberikan masukan ilmiah dalam penyusunan PERDA tersebut.

50

b. Perlu identifikasi dan evaluasi jumlah KJA yang dapat memenuhi kesejahteraan 1 (satu) kepala keluarga dengan ukuran hidup layak atau ukuran lainnya yang disepekati oleh PEMDA dan masyarakat. Informasi ini sangat dibutuhkan untuk kebijakan dalam menentukan batas kepemilikan jumlah KJA dengan prinsip ekonomi kerakyatan.

c. Perlu mekanisme pendataan jumlah KJA yang melibatkan jorong sebagai unsur pemerintah di level masyarakat dengan komponen data yang disesuaikan seperti jumlah KJA yang beroperasi, jumlah ikan yang ditebar dan waktu produksi serta jumlah pakan (pelet) yang digunakan, dan produksi ikan yang dihasilkan.

d. Perlu dikembangkan sistem monitoring peringatan dini melalui dua pendekatan yaitu pendekatan berbasis teknologi dan pendekatan berbasis partisipatif masyarakat. Pendekatan teknologi dapat dikembangkan melalui sistem telemetri yang memungkinkan informasi kualitas perairan dapat dimonitor secara kontinu. Sedangkan pendekatan berbasis partisipatif masyarakat dapat dilakukan oleh komponen masyarakat dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah SLTA seperti laboratorium kimia, biologi dan mikroskop dengan bimbingan atau di bantu oleh lembaga penelitian (LIPI, Universitas, dll) dalam menganalisa dan menjelaskan data/informasi yang diperoleh untuk keperluan pengelolaan selanjutnya. Kedua sistem tersebut nantinya akan saling melengkapi.