Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

124
PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014 PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 2009 Buku III

description

industri

Transcript of Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

Page 1: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PETA PANDUAN (Road Map)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

PETA PANDUAN

(Road Map)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT

Tahun 2010 - 2014

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN2009

Buku III

Page 2: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 3: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari 26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu:

1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.

Page 4: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�vPETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.

3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.

6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.

Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi:

Page 5: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

vKATA PENGANTAR

1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map) ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.

Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik.

Jakarta, November 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

MOHAMAD S. HIDAYAT

Page 6: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

v�PETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 7: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

v��DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................ vii

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR ........... 1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR ........... 9

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN ........................... 25

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RINOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI PERKAPALAN ........................... 33

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN ................... 51

Page 8: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

v���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN ................... 59

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKERETAAPIAN .................... 85

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGANKLASTER INDUSTRI PERKERETAAPIAN .................... 93

Page 9: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

Page 10: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

b. Bahwa industri kendaraan bermotor merupakan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kendaraan bermotor;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Page 11: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 12: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pem-bentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Ke-menterian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

Page 13: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kendaraan bermotor untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Kendaraan Bermotor adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (KBLI 34100)

b. Industri Karoseri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (KBLI 34200)

c. Industri Perlengkapan dan Komponen Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (KBLI 34300)

d. Industri Sepeda Motor dan Sejenisnya (KBLI 35911)

Page 14: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

e. Industri Komponen dan Perlengkapan Sepeda Motor dan Sejenisnya (KBLI 35912)

3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Kendaraan Bermotor, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kendaraan Bermotor ataupun sektor lain yang terkait;

Page 15: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kendaraan Bermotor dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

Page 16: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Presiden RI;2. Wakil Presiden RI;3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;4. Gubernur seluruh Indonesia;5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.

Page 17: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

Page 18: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 19: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

BAB IPENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Kendaraan BermotorIndustri otomotif telah dikembangkan selama lebih dari 30 tahun dan telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Pengembangan industri otomotif sangat strategis karena beberapa hal diantaranya:

l Memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya,

l Menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak,

l Dapat menjadi penggerak pengembangan industri kecil menengah,

l Menggunakan teknologi sederhana sampai teknologi tinggi.

Basis pengembangan industri otomotif nasional ke depan cukup baik, dikarenakan beberapa hal seperti:

l potensi pasar dalam negeri yang cukup besar,

l sudah memiliki basis ekspor ke beberapa negara di dunia,

l pengalaman dalam proses produksi yang cukup lama yaitu selama lebih dari 30 tahun.

Page 20: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Berdasarkan KBLI, lingkup industri otomotif meliputi:

Tabel I.1. Lingkup Industri Otomotif

KBLI URAIAN34100 Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih34200 Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih

34300 Industri komponen dan perlengkapan kendaraan bermotor roda empat atau lebih

35911 Industri sepeda motor dan sejenisnya

35912 Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor dan sejenisnya

B. Pengelompokan Industri Kendaraan Bermotor

1. Kelompok Industri Hulu

Kelompok industri hulu otomotif adalah industri bahan baku, baik bahan baku utama maupun penolong. Industri bahan baku utama terdiri dari industri bahan baku berbasis baja, karet dan plastik. Disamping itu melibatkan industri hulu otomotif juga melibatkan industri tekstil, industri cat.

2. Kelompok Industri Antara

Produk antara industri otomotif terdiri dari produk-produk komponen atau sub komponen setengah jadi yang siap diproses atau dirakit menjadi produk jadi / komponen.

3. Kelompok Industri Hilir

Kendaraan bermotor utuh (CBU) merupakan produk hilir, yang dihasilkan dari industri perakitan kendaraan bermotor (Assembler). Industri hilir dari otomotif adalah industri transportasi.

Page 21: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

BAB IISASARAN

A. Jangka Menengah (2010-2014)Sasaran kuantitatif sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel II.1. Sasaran Kuantitatif Industri Kendaraan Bermotor Jangka Menengah

URAIAN S/D 2010 S/D 2011 S/D 2012 S/D 2013 S/D 2014RODA-4:

l Produksil Penjualanl Eksporl Nilai Produksi (Milyar Rupiah)

540.000 unit542.000 unit108.000 unit 81.000

675.000 unit675.000 unit140.000 unit101.000

840.000 unit846.000 unit180.000 unit225.400

1.000.000 unit1.057.000 unit 220.000 unit 363.020

1.250.000 unit1.300.000 unit 260.000 unit 584.780

RODA-2:

l Produksil Penjualanl Eksporl Nilai Produksi (Milyar Rupiah)

5.600.000 unit 550.000 unit 44.000 unit 56.720

6.100.000 unit1.150.000 unit 45.000 unit 63.270

6.500.000 unit6.550.000 unit 47.000 unit 70.314

6.800.000 unit7.000.000 unit 51.000 unit 75.748

7.000.000 unit7.050.000 unit 51.000 unit 75.748

Sasaran kualitatif, berdasarkan jenis kendaraan, kandungan lokal dan penguasaan teknologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 22: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Gambar II.1. Sasaran Kualitatif Jangkah Menengah

B. Jangka Panjang (2015-2025)a. Sasaran kuantitatif:

Tabel II.2. Sasaran Kuantitatif Industri Kendaraan Bermotor Jangka Panjang

URAIAN S/D 2015 S/D 2020 S/D 2025RODA-4:l Produksil Penjualanl Eksporl Nilai Produksi (Milyar Rupiah)

1.610.000 unit1.224.000 unit 386.000 unit 225.400

2.593.000 unit1.971.000 unit 622.000 unit 363.020

4.177.000 unit3.175.000 unit1.002.000 unit 584.780

RODA-2:l Produksil Penjualanl Eksporl Nilai Produksi (Milyar Rupiah)

7.031.000 unit6.984.000 unit 47.000 unit 70.314

7.575.000 unit7.524.000 unit 51.000 unit 75.748

7.575.000 unit7.524.000 unit 51.000 unit 75.748

Page 23: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

Secara kualitatif, sasaran jangka panjang (2015-2025) seperti terlihat pada gambar II.2 dibawah ini.8.3 Sasaran Jangka Panjang

2025

2015

2020

80% design KBM R4 untuk MPV dan Light commercial truckPembuatan mesin, transmisi Commercial Truck s/d 24 ton, SUV dan Sedan kecil ekonomisPemasok komponen Commercial Truck s/d 24 ton, SUV dan Sedan kecil.

MPV, Commercial Truck s/d 24 ton, SUV dan Sedan kecil Hemat energi-ramah lingkungan

MPV, SUV, Sedan kecil Hemat energi ramah lingk, Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah,Hybrid car

80% design KBM R4 untuk Sedan kecil dan SUVhybrid engine, integrasi system ECU

komponen Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah, Hybrid car.

80% design KBM R4 untuk Sedan Menengah.Pembuatan komponen KBM tingkat kualitas Luxury Car.Pemasok komponen KBM tingkat kualitas Luxury car

MPV, SUV, Sedan kecil ekonomis, Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah, Hybrid car dan Luxury car

Gambar II.2. Sasaran Kualitatif Jangka Panjang

Page 24: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 25: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Misi Pengembangan Industri Kendaraan Bermotor

1. Visi

Indonesia menjadi basis produksi industri otomotif dan komponen kelas dunia

2. Misi

l Perkuatan struktur industri otomotif melalui peningkatan kemampuan industri komponen dan infrastruktur teknologi.

l Peningkatan daya saing industri otomotif melalui peningkatan kemampuan SDM dan manajemen industri.

l Peningkatan penguasaan teknologi dan R&D industri otomotif.

B. Arah PengembanganPengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi.

C. StrategiDalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan maka strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 26: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

1. Sektor

l Memperkuat basis produksi kendaraan niaga, kendaraan penumpang kecil, dan sepeda motor.

l Meningkatkan kemampuan teknologi produk dan manufaktur industri komponen kendaraan bermotor.

l Memperkuat struktur industri pada semua rantai nilai melalui pengembangan klaster otomotif.

l Pengembangan keterkaitan rantai supply melalui klaster.

2. Teknologi

l Pengembangan desain engineering

l pengembangan produk komponen otomotif,

l manufakturing penuh sepeda motor utuh.

Page 27: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI

A. Jangka Menengah (2010-2014):

1. Pengembangan Pasar Domestik

l Meningkatkan/perbaikan kebijakan menyangkut perpajakan kendaraan bermotor.

l Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

l Mendorong kebijakan pengembangan kendaraan hemat energi, ramah lingkungan dan harga terjangkau.

l Mendorong kebijakan pengembangan kendaraan domistik.

2. Peningkatan Ekspor

l Meningkatkan pemberian fasilitas untuk industri komponen yang memasok komponen dan bahan baku bagi industri memproduksi komponen tujuan ekspor.

l Mendorong harmonisasi standar dan regulasi teknis otomotif internasional melalui ratifikasi perjanjian internasional/Agreement 1958 dan peraturan pelaksanaannya.

3. Peningkatan daya saing

l Menyempurnakan/meningkatkan kebijakan pemberian fasilitas pembebasan BM untuk bahan baku industri komponen otomotif.

4. Peningkatan kemampuan industri komponen

l Promosi industri komponen.

Page 28: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

l Peningkatkan produktifitas industry komponen melalui pemberian bantuan bimbingan produk-tifitas.

5. Peningkatan kemampuan SDM dan kemampuan Teknologi

l Mengembangkan balai latihan kerja untuk industri otomotif dan perawatan kendaraan bermotor.

l Mendorong penyempurnaan kebijakan pem-berian insentif pajak bagi pengembangan SDM dan litbang.

6. Peningkatan kemampuan infrastruktur teknologi

l Meningkatkan kemampuan balai litbang terkait dengan otomotif.

l Meningkatkan kemampuan lab uji komponen otomotif.

l Mendorong peningkatan kerjasama antara dunia usaha dengan lembaga penelitian dan pengembangan di bidang otomotif.

l Mengembangkan pusat desain dan engineering produk komponen otomotif .

B. Jangka Panjang (2015-2025)

1. Penguatan Pasar Domestik:

l Melanjutkan peningkatan/perbaikan kebijakan menyangkut perpajakan kendaraan bermotor.

l Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

l Melanjutkan kebijakan pengembangan ken-daraan hemat energi, ramah laingkungan dan harga terjangkau.

Page 29: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

2. Penguatan Basis Ekspor

l Meningkatkan kerjasama standard dan harmoni-sasi regulasi teknis otomotif internasional.

l Meningkatkan kualitas propduk ototmotif dan komponennya.

3. Peningkatan Daya Saing

l Meningkatkan kebijakan pemberian fasilitas pembebasan BM untuk bahan baku industri komponen otomotif.

4. Penguatan Industri Komponen

l Melanjutkan promosi investasi industri komponen.

l Peningkatkan produktifitas industri komponen melalui pemberian bantuan bimbingan produk-tifitas.

5. Peningkatan kemampuan SDM dan kemampuan Teknologi

l Memperkuat kemampuan balai latihan kerja untuk industri otomotif dan perawatan ken-daraan bermotor.

l Mendorong peningkatan kerjasama antara dunia usaha dengan lembaga penelitian dan pengembangan di bidang otomotif.

6. Penguatan kemampuan infrastruktur teknologi

l Meningkatkan kemampuan lab uji komponen otomotif.

l Memperkuat kemampuan pusat desain dan pengembangan produk otomotif.

Page 30: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Gam

bar

1.

Kera

ng

ka K

ete

rkait

an

In

du

stri

Ken

dara

an

Berm

oto

r

Page 31: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009

Gam

bar

2.

Lo

kasi

Pen

gem

ban

gan

In

du

stri

Ken

dara

an

Berm

oto

r

Page 32: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 33: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

Page 34: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

b. Bahwa industri perkapalan merupakan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri per-kapalan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005

Page 35: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Page 36: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organi-sasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;

Page 37: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pe-ngembangan klaster industri perkapalan untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Perkapalan adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Kapal/Perahu (KBLI 35111); b. Industri Peralatan dan Perlengkapan

Kapal (KBLI 35112); c. Industri Perbaikan Kapal (KBLI

35113); d. Industri Pemotongan Kapal (KBLI

35114); e. Industri Bangunan Lepas Pantai

(KBLI 35115); f. Industri Pembuatan dan Pemeli-

haraan Perahu Pesiar, rekreasi dan Olahraga (KBLI 35120).

Page 38: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Perkapalan, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Perkapalan ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

Page 39: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masya-rakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Perkapalan dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Page 40: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Presiden RI;2. Wakil Presiden RI;3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;4. Gubernur seluruh Indonesia;5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.

Page 41: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

PERKAPALAN

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

Page 42: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 43: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

BAB IPENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Perkapalan• Industri Kapal

• Industri Peralatan dan perlengkapan Kapal

• Industri Perbaikan Kapal

• Industri Pemotong Kapal (Ship Breaking)

• Industri Bangunan Lepas Pantai

B. Pengelompokan Industri Perkapalan

1. Kelompok Industri Hulu

Kelompok industri hulu adalah industri yang menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh industri perkapalan. Produk tersebut adalah Ferro/Baja, Non Ferro yaitu aluminium dan kuningan, Fibre glass, kayu, karet, plastik, kaca, tekstil, marine paint, welding electrode dan cathodic Protection.

Industri dalam negeri yang menghasilkan plat baja untuk industri perkapalan mempunyai kapa-sitas sekitar 650.000 ton/tahun, sedangkan yang memproduksi profil diperkirakan sekitar 560.000 ton/tahun. Perusahaan dalam negeri yang menghasilkan welding elctroda mempunyai kapasitas produksi 150.000 ton/tahun.

2. Kelompok Industri Antara

Kelompok industri antara yang dibutuhkan oleh industri perkapalan adalah industri komponen kapal yang terdiri dari mesin penggerak, mesin geladak,

Page 44: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

electrical machineries, peralatan navigasi dan telekomunikasi dan peralatan lainnya. Kelompok industri ini merupakan pembinaan dari sektor industri lainnya sehingga dibutuhkan kerjasama untuk pengembangan industri komponen, diharapkan pengembangan industri komponen kapal dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan sektor industri lainnya seperti industri elektronik, industri telematika dan industri alat transportasi darat dan kedirgantaraan dalam rangka pemanfaatan utilitas dan diversifikasi produk.

3. Kelompok Industri Hilir

Industri Perkapalan yang didalamnya termasuk industri Bangunan Lepas Pantai (BLP) merupakan kelompok industri hilir, Industri perkapalan Nasional telah dapat menghasilkan kapal dengan ukuran 50.000 DWT. Jenis kapal yang mampu diproduksi galangan kapal nasional adalah: kapal tanker, kapal kargo, kontainer, kapal curah (Bulk Carrier), kapal ikan (Fishing Vessel), kapal penumpang, kapal ferry, kapal perang, kapal khusus dan kapal tunda.

Page 45: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

BAB IISASARAN

A. Jangka Menengah (2010 – 2014)• Meningkatnya jumlah dan kemampuan industri

perkapalan/galangan kapal nasional dalam pem-bangunan kapal sampai dengan kapasitas 150.000 DWT.

• Meningkatnya produktivitas industri perkapalan/galangan kapal nasional dengan semakin pendeknya delivery time maupun docking days.

B. Jangka Panjang (2010 – 2025)• Adanya galangan kapal nasional yang memiliki

fasilitas produksi berupa building berth/graving dock yang mampu membangun kapal dan mereparasi kapal/docking repair sampai dengan kapasitas 300.000 DWT utk memenuhi kebutuhan di dalam maupun luar negeri (World class industry).

• Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional dalam membangun kapal untuk berbagai jenis dan ukuran seperti Korvet, Frigate, Cruise Ship, LPG Carrier dan kapal khusus lainnya.

• Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan industri komponen kapal nasional untuk mampu men-supply kebutuhan komponen kapal dalam negeri.

• Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN) / National Ship Design and Engineering Centre (NaSDEC) semakin berkembang dan semakin kuat dalam mendukung industri perkapalan/galangan kapal nasional.

Page 46: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 47: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi Industri PerkapalanVisi industri perkapalan adalah Indonesia memiliki industri perkapalan yang unggul, mandiri, efisien dan berdaya saing global.

B. Strategi dan Kebijakan• Menjadikan pasar dalam negeri sebagai base

load pengembangan industri perkapalan melalui penggunaan produksi kapal & jasa reparsi / docking repair dalam negeri.

• Memperkuat dan mepengembangan Klaster industri kapal.

• Meningkatkan daya saing industri melalui penguatan dan pendalaman struktur industri guna meningkatkan kandungan lokal dan daya saing industri perkapalan.

• Mengembangkan industri pendukung di dalam negeri (industri bahan baku dan komponen kapal).

• Mengembangkan pusat peningkatan ketrampilan SDM.

• Meningkatkan penguasaan teknologi, RBP melalui Pengembangan PDRKN (Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional).

• Melakukan promosi investasi.

• Melakukan perbaikan iklim usaha (pajak, suku bunga, tata niaga, dll).

Page 48: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

C. Indikator Pencapaian

2010 2015 2020 2025- Kapal Niaga

s/d 50.000 DWT (Mer-chant ship)

- Kapal Niaga s/d 80.000 DWT (Mer-chant ship)

- Kapal Niaga s/d 200.000 DWT (Mer-chant ship)

- Kapal Niaga s/d 300.000 DWT (Mer-chant ship)

- Kapal Penumpang (Passenger ship)

- Kapal Penumpang (Passenger ship)

- Cruise ship - Cruise ship

- Kapal Kerja - Kapal Kerja kecepatan tinggi

- Kapal Kerja kecepatan tinggi

- Kapal Kerja kecepatan tinggi

- Kapal Patroli (FPB)

- Kapal Pa-troli kecepa-tan tinggi

- Korvet

- Kapal Patroli ke-cepatan tinggi

- Korvet- Frigate

- Kapal Pa-troli kecepatan tinggi

- Korvet- Frigate- Sub marine

- Industri bahan baku & komponen tumbuh

- Industri bahan baku & komponen berkembang

- Industri bahan baku & komponen berkembang

- Industri bahan baku & komponen kuat

- Pusat Desain dan Rekayasa Ka-pal Nasional (PDRKN/NaS-DEC)

- Berkebang-nya PDRKN/NaSDEC

- PDRKN/NaS-DEC mampu mendesain kapal niaga, penumpang, kerja, patroli dan perang

- PDRKN/NaSDEC mampu mendesain kapal berbagai jenis dan ukuran

Page 49: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

D. Tahapan Implementasi

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ����/M-IND/PER/�0/�00�

6

D. Tahapan Implementasi

Page 50: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 51: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI

A. Jangka Menengah (2010 -2014)• Melakukan rekstrukturisasi industri perkapalan

melalui modernisasi mesin /peralatan produksi yang sudah berusia tua.

• Mengembangkan kemampuan desain dan rekayasa berbagai jenis kapal melalui pemanfaatan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN)/National Ship Design and Engineering Centre (NaSDEC)

• Pengembangan klaster industri perkapalan

• Pengembangan kawasan khusus industri perkapalan/ galangan kapal.

• Menggunakan kapal standar sesuai perairan /karateristik Indonesia.

• Mengembangkan industri bahan baku dan komponen kapal.

• Penggunaan kapal produksi dalam negeri.

• Memperbaiki/penyempurnaan iklim usaha.

• Peningkatan kualitas dan ketrampilan SDM bidang perkapalan

• Mendorong lembaga keuangan (Bank & Non Bank) untuk membiayai pembangunan kapal.

• Meningkatkan kerjasama dengan luar negeri (antar pemerintah dan antar perusahaan).

Page 52: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

B. Jangka Panjang (2010 – 2025)• Meningkatkan investasi/perluasan pengembangan

industri galangan kapal dengan fasilitas produksi untuk kapal baru maupun reparasi kapal sampai dengan kapasitas 300.000 DWT.

• Mengembangkan kemampuan desain dan rekayasa berbagai jenis kapal melalui pemanfaatan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN) /National Ship Desain and Engineering Centre (NaSDEC).

• Memperkuat pengembangan klaster industri per-kapalan.

• Mengembangkan kawasan khusus industri per-kapalan/galangan kapal.

• Meningkatkan penggunaan kapal standar sesuai perairan/karateristik Indonesia.

• Mengembangkan industri bahan baku dan komponen kapal.

• Meningkatkan penggunaan kapal produksi dalam negeri.

• Melakukan perbaikan/penyempurnaan iklim usaha.

• Meningkatkan kualitas dan ketrampilan SDM bidang perkapalan.

• Mendorong terbentuknya lembaga keuangan khusus maritim.

• Mendorong kerjasama pengembangan kapal-kapal khusus.

Page 53: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

Gam

bar

1.

Kera

ng

ka K

ete

rkait

an

In

du

stri

Perk

ap

ala

n

Lam

p�ra

n Pe

ratu

ran

Men

ter�

Per�n

dust

r�an

RI

Nom

or :

����/

M-IN

D/P

ER/�

0/�0

0�

9

G

amba

r 1 K

eran

gka

Ket

erka

itan

Indu

stri

Perk

apal

an

Page 54: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lam

p�ra

n Pe

ratu

ran

Men

ter�

Per�n

dust

r�an

RI

Nom

or :

����/

M-IN

D/P

ER/�

0/�0

0�

10

In

dust

ri In

ti In

dust

r� P

erka

pala

n In

dust

ri Pe

nduk

ung

Bah

an b

aku

dan

kom

pone

n ka

pal

Indu

stri

Terk

ait

Per

bank

an, a

sura

ns�,

Lem

baga

ke

uang

an n

an b

ank

Sasa

ran

Jang

ka M

enen

gah

(201

0 –

2015

)

Men

�ngk

atny

a ju

mla

h da

n ke

mam

puan

�ndu

str�

perk

apal

an/g

alan

gan

kapa

l nas

�ona

l dal

am p

emba

ngun

an k

apal

sam

pa� d

enga

n ka

pas�

tas

��0.

000

DW

T

Men

�ngk

atny

a pr

oduk

t�v�ta

s �n

dust

r� pe

rkap

alan

/gal

anga

n ka

pal

nas�

onal

den

gan

sem

ak�n

pen

dekn

ya d

eliv

ery

time

mau

pun

dock

ing

days

.

Sasa

ran

Jang

ka P

anja

ng (2

010 –

2025

)

Ada

nya

gala

ngan

kap

al n

as�o

nal y

ang

mem

�l�k�

fas�

l�tas

pro

duks

� be

rupa

bu�

ld�n

g be

rth/g

rav�

ng d

ock

yang

mam

pu m

emba

ngun

kap

al

dan

mer

epar

as� k

apal

/doc

k�ng

repa

�r sa

mpa

� den

gan

kapa

s�ta

s �0

0.00

0 D

WT

utk

mem

enuh

� keb

utuh

an d

� dal

am m

aupu

n lu

ar n

eger

� (W

orld

cla

ss in

dust

ry)

M

en�n

gkat

nya

kem

ampu

an �n

dust

r� pe

rkap

alan

/gal

anga

n ka

pal

nas�

onal

dal

am m

emba

ngun

kap

al u

ntuk

ber

baga

� jen

�s d

an u

kura

n se

pert�

Kor

vet,

Fr�g

ate,

Cru

�se

Sh�

p, L

PG

Car

r�er d

an k

apal

khu

sus

la�n

nya

M

en�n

gkat

nya

pertu

mbu

han

dan

perk

emba

ngan

�ndu

str�

kom

pone

n ka

pal n

as�o

nal u

ntuk

mam

pu m

ensu

pply

keb

utuh

an k

ompo

nen

kapa

l da

lam

neg

er�

P

usat

Des

a�n

dan

Rek

ayas

a K

apal

Nas

�ona

l (P

DR

KN

) / N

atio

nal S

hip

Des

ign

and

Eng

inee

ring

Cen

tre (N

aSD

EC

) sem

ak�n

ber

kem

bang

dan

se

mak

�n k

uat d

alam

men

duku

ng �n

dust

r� pe

rkap

alan

/gal

anga

n ka

pal

nas�

onal

.

Stra

tegi

Men

jad�

kan

pasa

r dal

am n

eger

� seb

aga�

bas

e lo

ad p

enge

mba

ngan

�ndu

str�

perk

apal

an m

elal

u� p

engg

unaa

n pr

oduk

s� k

apal

& ja

sa re

pars

� /

dock

�ng

repa

�r da

lam

neg

er�

• P

engu

atan

dan

pen

gem

bang

an K

last

er �n

dust

r� ka

pal

• M

en�n

gkat

kan

daya

sa�

ng �n

dust

r� m

elal

u� p

engu

atan

dan

pen

dala

man

stru

ktur

�ndu

str�

guna

men

�ngk

atka

n ka

ndun

gan

loka

l dan

day

a sa

�ng

�ndu

str�

perk

apal

an

• M

enge

mba

ngka

n �n

dust

r� pe

nduk

ung

d� d

alam

neg

er� (

�ndu

str�

baha

n ba

ku d

an k

ompo

nen

kapa

l) •

Men

gem

bang

kan

pusa

t pen

�ngk

atan

ket

ram

p�la

n S

DM

Pen

guas

aan

tekn

olog

�, R

BP

mel

alu�

Pen

gem

bang

an P

DR

KN

(Pus

at D

esa�

n da

n R

ekay

asa

Kap

al N

as�o

nal)

• M

enar

�k �n

vest

or a

s�ng

Per

ba�k

an �k

l�m u

saha

(paj

ak, s

uku

bung

a, ta

ta n

�aga

, dll)

Page 55: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

Lam

p�ra

n Pe

ratu

ran

Men

ter�

Per�n

dust

r�an

RI

Nom

or :

����/

M-IN

D/P

ER/�

0/�0

0�

11

Ren

cana

Aks

i Jan

gka

Men

enga

h (2

010

-201

5)

M

endo

rong

reks

trukt

ur�s

as� �

ndus

tr� p

erka

pala

n m

elal

u� m

oder

n�sa

s�

mes

�n /p

eral

atan

pro

duks

� yan

g su

dah

beru

s�a

tua.

Men

gem

bang

kan

kem

ampu

an d

esa�

n da

n re

kaya

sa b

erba

ga� j

en�s

ka

pal m

elal

u� p

eman

faat

an P

usat

Des

a�n

dan

Rek

ayas

a K

apal

N

as�o

nal (

PD

RK

N)/N

atio

nal S

hip

Des

ign

and

Eng

inee

ring

Cen

tre

(NaS

DE

C)

M

endo

rong

pen

gem

bang

an k

last

er �n

dust

r� pe

rkap

alan

Men

doro

ng p

enge

mba

ngan

kaw

asan

khu

sus

�ndu

str�

perk

apal

an/

gala

ngan

kap

al.

M

endo

rong

pen

ggun

aan

kapa

l sta

ndar

ses

ua� p

era�

ran

/kar

ater

�st�k

In

done

s�a.

Men

doro

ng p

enge

mba

ngan

�ndu

str�

baha

n ba

ku d

an k

ompo

nen

kapa

l.

Men

doro

ng p

engg

unaa

n ka

pal p

rodu

ks� d

alam

neg

er�.

M

endo

rong

per

ba�k

an/p

enye

mpu

rnaa

n �k

l�m u

saha

.

Men

doro

ng p

en�n

gkat

an k

ual�t

as d

an k

etra

mp�

lan

SD

M b

�dan

g pe

rkap

alan

Men

doro

ng le

mba

ga k

euan

gan

(Ban

k &

Non

Ban

k) u

ntuk

m

emb�

aya�

pem

bang

unan

kap

al.

M

endo

rong

ker

jasa

ma

deng

an lu

ar n

eger

� (an

tar p

emer

�nta

h da

n an

tar p

erus

ahaa

n).

Ren

cana

Aks

i Jan

gka

Panj

ang

(201

0 –

2025

)

Men

doro

ng �n

vest

as�/p

erlu

asan

pen

gem

bang

an �n

dust

r� ga

lang

an

kapa

l den

gan

fas�

l�tas

pro

duks

� unt

uk k

apal

bar

u m

aupu

n re

para

s�

kapa

l sam

pa� d

enga

n ka

pas�

tas

�00.

000

DW

T.

M

enge

mba

ngka

n ke

mam

puan

des

a�n

dan

reka

yasa

ber

baga

� jen

�s

kapa

l mel

alu�

pem

anfa

atan

Pus

at D

esa�

n da

n R

ekay

asa

Kap

al

Nas

�ona

l (P

DR

KN

) /N

atio

nal S

hip

Des

ain

and

Eng

inee

ring

Cen

tre

(NaS

DE

C)

M

empe

rkua

t pen

gem

bang

an k

last

er �n

dust

r� pe

rkap

alan

.

Men

doro

ng p

enge

mba

ngan

kaw

asan

khu

sus

�ndu

str�

perk

apal

an/g

alan

gan

kapa

l.

Men

doro

ng p

engg

unaa

n ka

pal s

tand

ar s

esua

� per

a�ra

n/ka

rate

r�st�k

In

done

s�a.

Men

doro

ng p

enge

mba

ngan

�ndu

str�

baha

n ba

ku d

an k

ompo

nen

kapa

l.

Men

doro

ng p

engg

unaa

n ka

pal p

rodu

ks� d

alam

neg

er�.

M

endo

rong

per

ba�k

an/p

enye

mpu

rnaa

n �k

l�m u

saha

.

Men

doro

ng p

en�n

gkat

an k

ual�t

as d

an k

etra

mp�

lan

SD

M b

�dan

g pe

rkap

alan

Men

doro

ng te

rben

tukn

ya le

mba

ga k

euan

gan

khus

us m

ar�t�

m

M

endo

rong

ker

jasa

ma

peng

emba

ngan

kap

al-k

apal

khu

sus

Uns

ur P

enun

jang

Pa

sar :

a.

M

enja

d�ka

n pa

sar d

alam

neg

er� s

ebag

a� b

ase

load

pe

ngem

bang

an �n

dust

r� pe

rkap

alan

mel

alu�

pen

ggun

aan

prod

uks�

kap

al &

jasa

repa

rs� /

doc

k�ng

repa

�r da

lam

neg

er�

SDM

: a.

Men

doro

ng p

en�n

gkat

an k

ual�t

as d

an k

etra

mp�

lan

SD

M b

�dan

g pe

rkap

alan

In

fras

truk

tur :

a.

P

enge

mba

ngan

kaw

asan

�ndu

str�

perk

apal

an

b.

Pen

guat

an d

an p

enge

mba

ngan

Kla

ster

�ndu

str�

kapa

l c.

P

erba

�kan

�kl�m

usa

ha (p

ajak

, suk

u bu

nga,

tata

n�a

ga, d

ll)

G

amba

r 2. K

eran

gka

Peng

emba

ngan

Indu

stri

Perk

apal

an

G

am

bar

2.

Kera

ng

ka P

en

gem

ban

gan

In

du

stri

Perk

ap

ala

n

Page 56: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Gambar 3. Bagan Keterkaitan Industri Perkapalan

Page 57: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009

Lam

p�ra

n Pe

ratu

ran

Men

ter�

Per�n

dust

r�an

RI

Nom

or :

����/

M-IN

D/PE

R/�0

/�00

13

Ta

bel 1

. Lok

asi P

enge

mba

ngan

Indu

stri

Perk

apal

an

No.

Re

ncan

a Ak

si 20

10-2

015

Pem

erin

tah

Pusa

t Pe

mda

As

osia

si Le

mba

ga L

itban

g/PT

Le

mba

ga

Keua

ngan

Fo

rum

Depp

erin

De

phub

De

pkeu

DK

P ES

DM

Bapp

enas

Di

nas

Indu

stri

Dina

s H

ubla

IP

ERIN

DO

INSA

PD

RKN

PT

BK

I Ba

nk

Non

Ba

nk

Wor

king

G

roup

, Fa

silit

asi

Klas

ter

1 M

enfa

silita

si re

kstru

ktur

isasi

indu

stri

perk

apala

n m

elalu

i mod

erni

sasi

mes

in

/per

alata

n pr

oduk

si ya

ng su

dah

beru

sia tu

a. √

√ √

2 M

enge

mba

ngka

n ke

mam

puan

des

ain d

an

reka

yasa

ber

baga

i jen

is ka

pal m

elalu

i pe

man

faata

n Pu

sat D

esai

n da

n Re

kaya

sa

Kapa

l Nas

iona

l (PD

RKN)

/Nati

onal

Ship

De

sign

and

Engi

neer

ing

Cent

re (N

aSDE

C)

√ √

√ √

√ √

3

Peng

emba

ngan

klas

ter in

dustr

i per

kapa

lan

4 Pe

ngem

bang

an k

awas

an k

husu

s ind

ustri

pe

rkap

alan/

gal

anga

n ka

pal.

√ √

5 M

engg

unak

an k

apal

stand

ar se

suai

pera

iran

/kar

ateris

tik In

done

sia.

√ √

√ √

√ √

6 M

enge

mba

ngka

n in

dustr

i bah

an b

aku

dan

kom

pone

n ka

pal.

√ √

7 M

endo

rong

pen

ggun

aan

kapa

l pro

duks

i da

lam n

eger

i. √

√ √

√ √

√ √

√ √

8

Mem

perb

aiki/p

enye

mpu

rnaa

n ik

lim u

saha

. √

√ √

9

Peni

ngka

tan k

ualit

as d

an k

etram

pilan

SDM

bi

dang

per

kapa

lan

10

Men

doro

ng le

mba

ga k

euan

gan

(Ban

k &

Non

Ban

k) u

ntuk

mem

biay

ai

pem

bang

unan

kap

al.

√ √

11

Men

ingk

atkan

ker

jasam

a den

gan

luar

ne

geri

(ant

ar p

emer

intah

dan

antar

pe

rusa

haan

). √

Tab

el 1

. Lo

kasi

Pen

gem

ban

gan

In

du

stri

Perk

ap

ala

n

Page 58: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 59: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

Page 60: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

b. Bahwa Industri kedirgantaraan merupa-kan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kedirgan-taraan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

Page 61: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

Page 62: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organi-sasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;

Page 63: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kedirgantaraan untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Kedirgantaraan adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Pesawat Terbang dan Perlengkapannya (KBLI 35301);

b. Industri Jasa Perbaikan dan Perawatan Pesawat Terbang (KBLI 35302).

3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

Page 64: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Kedirgantaraan, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kedirgantaraan ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan

Page 65: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kedirgantaraan dilaksana-kan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Page 66: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map)PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Presiden RI;

2. Wakil Presiden RI;

3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;

4. Gubernur seluruh Indonesia;

5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;

6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.

Page 67: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

KEDIRGANTARAAN

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

Page 68: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 69: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

BAB IPENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri KedirgantaraanIndustri Kedirgantaraan dalam konteks industri manufaktur pesawat terbang jika dilihat dari perspektif proses bisnis, memiliki beberapa karakteristik yang membedakan industri lain dengan industri pesawat terbang, industri pesawat terbang dinilai sebagai industri yang kompleks, multi disiplin keilmuan dan lingkungan yang dinamis.

Intinya adalah, karakteristik industri pesawat terbang adalah: (1) Padat teknologi, (2) Rentang waktu pengembangan relatif lama, (3) Padat modal, (4) Padat karya, (5) Pasar terbatas, (6) Sarat akan aturan, (7) Hubungan yang erat dengan pemasok, (8) Melibatkan peran pemerintah.

Karekteristik yang ke-8 (melibatkan peran pemerintah), menarik untuk dicermati, karena industri pesawat terbang merupakan industri strategis sehingga industri ini selalu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah yang berkuasa. Berikut beberapa kutipan tentang adanya indikasi kuat keterlibatan dan peran Pemerintah dalam pengembangan industri kedirgantaraan yang dimilikinya.

1. Boeing (Usa) & Airbus (Eropa)

Pada tahun 2004 Amerika Serikat (USA) & Uni Eropa (EU) membawa sengketa perdagangannya ke WTO dimana USA menyatakan bahwa Airbus telah menerima US$ 15 Miliar subsidi dan sebaliknya EU menyatakan bahwa Boeing telah menerima US$

Page 70: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

18 Miliar subsidi. Tahun 1992 EU dan USA sepakat membatasi subsidi sampai 33% dari total biaya pengembangan pesawat baru.

2. HAMC (China):

Didukung oleh pemerintah dalam bentuk subsidi dan bantuan modal. Pemerintah China melindungi pasar dengan mengharuskan investor asing untuk melakukan joint venture untuk memasuki pasar China, dan seluruh kebutuhan pesawat dalam negeri harus di penuhi dan atau melibatkan Industri China.

3. Bombardier (Canada):

Obligasi dijamin oleh pemerintah sehingga memudah-kan Bombardier untuk mendapatkan dana. R&D didukung oleh pemerintah dengan memberikan sekitar US$ 2 miliar setiap tahunnya.

4. EMBRAER (Brazil):

Pemerintah memberikan subsidi yang dalam 2 tahun terakhir nilainya telah mencapai US$ 1 Miliar.

5. Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon (Amerika):

Departemen Pertahanan (DoD) secara rutin mem-berikan kontrak untuk pengadaan alat-alat dan sistim pertahanan sebesar lebih dari US$ 70 Miliar per tahun.

6. Evektor (Skotland)

Pemerintah menanggung seluruh biaya pengem-bangan pesawat terbang EV55 dan menutup peluang bagi mitra asing untuk masuk atau ikut dalam konsorsium pengembangan pesawat pada kelas tersebut.

Page 71: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

B. Pengelompokan Industri KedirgantaraanPengelompokan klaster industri kedirgantaraan dapat dibagi kedalam 2 (dua) grup industri yang dapat menjadi mitra industri inti:

1. Satu group yang masuk didalam perusahaan-perusahaan yang bisa menghasilkan produk yang dibutuhkan untuk pengembangan prasarana perusahaan, misalkan dalam bidang informasi, computer, catering, percetakan dan sebagainya yang bersifat prasarana.

2. Satu group lagi yang berkaitan dengan produk, khusus group ini dibagi 2 (dua) kelompok yaitu ; Group yang menghasilkan produk-produk yang lansung dipasang di produk dan yang tidak dipasang diproduk, misalnya Tool, Jig, Fixture, Casting dan Moulding.

Pengelompokkan industri pendukung dalam industri pesawat terbang, menurut Niosi, Jorge and Majlinda Zhegu dapat dibagi ke dalam 4 (empat) tingkatan (Tier), dimana setiap Tier merepresentasikan kompleksitas pengerjaan dimana kriteria Fit, Form and Function menjadi prasyarat utama (lihat ilustrasi gambar 3.3), berikut uraian dari masing-masing Tier:

Tier I, merepresentasikan pemilik desain, pengerjaan Assembly airframe hingga penjualan produk akhir (end product).

Tier II, merepresentasikan pembuatan komponen, meliputi onboard avionic system, Propulsi, Airframe Structure, Subassembly, Subsystem.

Tier III, merepresentasikan industri pendukung electronic and electrical Components and part, Electronic System and subsystem, engines and Components, Engines Accessories,

Page 72: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Starting system and electrical power sources, fuselage and structures, interior cabin, system and components, Environmental Control System, Fuel System. Landing gear system dan hydraulic system.

Tier IV, merepresentasikan industri pendukung pembuatan Detail part manufacturing (DPM) yang merupakan bagian dari industri rantai pasok komponen pesawat terbang.

Gambar 1:AEROSPACE INDUSTRIAL CLUSTER

a. Kelompok Industri Hulu

Berdasarkan perspektif industri manufaktur ke-dirgantaraan dimana Pesawat Terbang sebagai industri intinya, maka industri hulu didefinisikan sebagai industri yang memasok bahan baku material [raw material] pesawat terbang.

Secara umum, material untuk pembuatan komponen pesawat terbang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Aluminum Alloy, sebagai struktur pesawat (aiframe structure) dimana keunggulan metal

Page 73: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

ini, jika digunakan dengan tepat, adalah mudah dalam manufacturing, memiliki high strength yang tinggi, fatigue life yang panjang dan ketahanan korosi yang baik. Penggunaan diantaranya untuk:

• Untuk komponen skin yang membutuhkan fatigue strength yang tinggi, seperti wing lower skin, digunakan 2024-T3

• Lower wing stringer: 2024-T4 extrusions

• Untuk komponen skin yang membutuhkan static strength yang tinggi, seperti wing upper skin, digunakan clad 7075-T6 plate

• Upper wing stringer: 7075-T6 extrusions

• Major fuselage frame: 7075-T73 plate

• Sheet metal fuselage frame: clad 2014-T6

• Machined structural components: 7075-T73 plate

• Main landing gear frame: 7175-T736 die forging

• Semi-structural machining 6061-T6 plate

2) Steel Alloy, dipilih untuk komponen dimana kekuatan material dan compactness nya sangat penting, Penggunaan diantaranya untuk:

• Flap track support: Stailess steel

• Main/Nose Landing gear: 300 M heat treated sampai 260 Ksi

• Small steel parts: SAE 4340 heat treated sampai 160 Ksi.

Page 74: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

3) Titanium, dipilih untuk engine nacelle fire zone.

4) Fiber Reinforced Plastic, terutama jenis Kevlar 49, digunakan untuk nose avionics compartment shell (dalam bentuk simple laminate), cabin ceilings, walls, overhead bins dan cabin floor (dalam bentuk skin laminate yang melapisi sandwich structure dengan Nomex honeycomb didalamnya sebagai core). Untuk daerah struktur yang tidak memiliki konsentrasi tegangan yang tinggi jenis sambungan Metal-to-metal bonding digunakan untuk menyambung skin-stringer dan skin-doubler plates. Jenis adhesive yang digunakan adalah AF330 yang diproduksi 3M Company. Sistim nitrile phonolic ini di “cured” pada suhu 3500 untuk berubah menjadi EC1593 corrosion resistant primer. Lapisan ini dioleskan pada kedua permukaan yang akan disambung disusul dengan AF30 adhesive film sebelum kedua permukaan tersebut direkatkan.

5) Rubber, dipergunakan untuk seal atau filler sebagai peredam jika terjadi getaran (fibrasi) yang tidak diinginkan.

6) Textile, dipergunakan untuk bahan interior, seperti jok dan beberapa accessories dalam cabin pesawat.

7) Glass, dipergunakan pada komponen lampu, panel dan jedela tembus pandang dan beberapa accessories dalam cabin pesawat.

8) Plastics, dipergunakan pada komponen interior seperti pada panel dan accessories dalam cabin pesawat.

9) Chemical, dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi misalnya pada proses surface

Page 75: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

treatment, chemical milling, painting, dll. Untuk meningkatkan kualitas material, proteksi dan estetika.

Yang menjadi persoalahan adalah, hingga saat ini belum ada satupun industri nasional yang memenuhi standar mutu sebagai pemasok bahan baku pem-buatan komponen pesawat terbang. Industri hulu yang ada baru bisa menghasilkan material-material umum yang hanya dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan material untuk konstruksi bangunan yang memiliki tingkat resiko jauh di bawah standar mutu untuk material pesawat terbang.

b. Kelompok Industri Antara

Salah satu trend industri manufaktur global saat ini adalah fokus pada integrasi pesawat (aircraft integration). Dalam arti, industri manufaktur pe-sawat hanya fokus pada produk akhir (pesawat terbang) sementara industri non core business termasuk komponen Tier II s.d Tier IV di outsource kepada industri rantai pasok yang ada.

Dengan demikian kelompok industri antara dalam industri manufaktur pesawat terbang dapat di-definisikan sebagai kelompok industri rantai pasok, antara lain meliputi:

• Industri Detail Part Manufacturing

• Industri Component Manufacturing

• Industri Tool, Jig, Casting and Mold

• Industri Engine Component

• Industri Propulsion System

• Industri Interior & Cabin System

Page 76: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

• Industri Environmental Control System

• Industri Fuel System

• Industri Landing Gear System

• Industri Hydraulic System

• Industri Electronic System

• Industri Electric and Electronic Component Part

• Industri NAV COM & Mission System

Kondisi Industri antara di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan industri hulu, industri antara yang ada tidak banyak yang dapat men-supply industri hilir, kalau pun ada hanya sebatas komponen yang tidak melekat langsung pada struktur utama pesawat, misalnya industri tool dan jig, molding and casting.

AS9100 sebagai standar mutu yang spesifik berlaku dalam industri dirgantara. Beberapa standard yang merupakan paket persyaratan manajemen mutu internasional ini adalah:

• 9100 – Quality Management System for Aerospace Manufactures

• 9102 – First Article Inspection

• 9103 – Management of Key Characteristics

• 9104 – Requirements for Registration of Aerospace Quality Management Systems

• 9110 – Quality Management System for Aerospace Repair Stations

• 9120 – Quality Management System for Distributors

Sedangkan berdasarkan hasil analisis dan pemetaan atas 40 industri di Indonesia, dapat disimpulkan:

Page 77: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

a. Dalam industri komponen, terdapat industri alat bantu yang menyertainya, industri ini yang biasanya disebut dengan Tools-Mould. Saat ini terdapat potensi resources (sumber daya) yang memiliki kemampuan untuk pembuatan Tools-Mould.

b. Peta potensi industri pendukung yang siap menjadi mitra industri inti atau menjadi bagian dari industri rantai pasok pembuatan komponen pesawat, dapat disajikan sebagai berikut:

BASIS INDUSTRI

SUB CONTRACTPerush (%)*

EXTENDED TYPE B

Perush (%)*

EXTENDED TYPE A

Perush (%)*

TOTAL KETERSEDIAAN

Perush (%)*

Mach�n�ng � (�) � (��) � (��,�) �� (��,�)

Metal form�ng � (�) � (�,�) � (�,�) � (��)

Bond�ng & Compos�te

0 (0) � (�,�) � (�,�) � (��)

*) Jumlah Perusahaan (%) terhadap 40 perusahaan yang diteliti

Cara baca, bahwa:

Terdapat 2 perusahaan atau 5% dari 40 perusahaan yang disurvey siap menjadi Sub Contractor per-mesinan Komponen Pesawat Terbang.

Extended shop type B adalah industri yang memiliki kemampuan alur proses produksi dalam pembuatan komponen pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material, Aktifitas Proses standard, Aktifitas Proses Khusus, Aktifitas marking indetifikasi part

Extended shop type A adalah industri yang memiliki kemampuan alur proses produksi dalam

Page 78: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

pembuatan komponen pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material, Aktifitas Proses standard, Aktifitas marking indetifikasi part

c. Kelompok Industri Hilir

Jika kelompok industri hilir didefinisikan sebagai industri yang menghasilkan end-product (pesawat terbang), maka di Indonesia hanya terdapat 1 (satu) Industri manufaktur pesawat terbang yaitu PT. Dirgantara Indonesia (Persero).

Industri hilir ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara yang mampu meng-hubungkan, sebagai jembatan udara, lebih dari 17.000 kepulauan di Indonesia, serta dorongan keinginan untuk menguasai teknologi tinggi dibidang kedirgantaraan sebagai motor penggerak dalam percepatan pembangunan dari aspek kemudahan akses tansportasi udara, dengan harapan industri ini tumbuh dan berkembang merangsang percepatan pertumbuhan industri antara dan industri hulu, gagasan ini tercermin dari 4 (empat) tahap alih teknologi kedirgantaraan di indonesia.

Page 79: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

BAB IISASARAN

Sebagaimana diketahui, Portofolio bisnis Industri Ke-dirgantaraan Nasional dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok besar berdasarkan kelompok satuan usaha, adalah sebagai berikut:

1) Aerostructure, mengelola bisnis komponen pesawat terbang.

2) Aircraft Integration, mengelola bisnis pesawat terbang dan helikopter.

3) Aircraft Services, mengelola bisnis jasa perawatan dan pemeliharaan.

4) Technology and Development, mengelola bisnis jasa engineering dan sistem senjata.

Berdasarkan analisis SWOT dan kajian daya saing Industri kedirgantaraan nasional fokus permasalahan terletak pada tidak adanya produk pesawat terbang unggulan yang dimiliki. Saat ini terdapat produk yang akan dijadikan unggulan yaitu CASR23. Untuk menentukan strategi produk CASR 23 yang cocok untuk industri kedirgantaraan nasional dapat dilakukan dengan 3 (tiga) alternatif:

1. Take over Design Right, mengambil alih hak desain yang dimiliki orang lain, misalnya apa yang terjadi pada pesawat Twin Otter (Canada) yang saat ini di beli oleh perusahaan Amerika.

2. New Product Development, melakukan pengembangan baru.

3. Licensing, lisensi produksi, seperti yang terjadi pada NC212-200.

Page 80: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Masing-masing memiliki pro dan kontra, yang menjadi pertimbangan biasanya adalah: kecepatan masuk pasar (time to market), harga jual dan resiko bisnis.

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

10

Gambar II.1. Kajian pro-kontraPendekatan dalam mendapatkan produk baru

Status perancangan CASR 23 status Juni 2009; Program CASR 23 PTDI

(N219) dituntut untuk memiliki unjuk kerja STOL (Short Take-Off and Landing)

yang prima. Secara teknis hal ini berarti N219 harus memiliki koefisien gaya

angkat CL (lift coefficient) yang tinggi. Dengan mempertimbangkan kondisi

geografis penerbangan rute perintis dan tuntutan pasar, Tim Engineering N219

menetapkan target koefisien gaya angkat CL sebesar 2.90. Dengan target CL

sebesar 2.90 ini maka N219 mampu mendarat pada landasan sepanjang 563 m

dan lepas landas pada landasan 428 meter, untuk kondisi ketinggian landasan

pada sea level dengan 19 penumpang (maksimum landing and take off weight).

Di penghujung tahun 2008, Program N219 mengukir prestasi gemilang

pada pengujian WTT (Tahap II). Program ini didanai oleh BPPT mulai dari

pembuatan model pesawat dengan skala 1:6.3 pada akhir tahun 2008 di LAGG

(Laboratorium Aerogasdinamika dan Getaran) di Serpong.

Demikian juga dari hasil pengujian terowongan angin ini memberikan

verifikasi bahwa desain N219 memenuhi target STOL yang sangat penting untuk

melayani penerbangan rute perintis. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah

hasil ini merupakan karya anak bangsa tanpa bantuan tenaga asing.

Gambar II.1. Kajian pro-kontraPendekatan dalam mendapatkan produk baru

Status perancangan CASR 23 status Juni 2009; Program CASR 23 PTDI (N219) dituntut untuk memiliki unjuk kerja STOL (Short Take-Off and Landing) yang prima. Secara teknis hal ini berarti N219 harus memiliki koefisien gaya angkat CL (lift coefficient) yang tinggi. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis penerbangan rute perintis dan tuntutan pasar, Tim Engineering N219 menetapkan target koefisien gaya angkat CL sebesar 2.90. Dengan target CL sebesar 2.90 ini maka N219 mampu mendarat pada landasan sepanjang 563 m dan lepas landas pada landasan 428 meter, untuk kondisi ketinggian landasan pada sea level dengan 19 penumpang (maksimum landing and take off weight).

Page 81: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

Di penghujung tahun 2008, Program N219 mengukir prestasi gemilang pada pengujian WTT (Tahap II). Program ini didanai oleh BPPT mulai dari pembuatan model pesawat dengan skala 1:6.3 pada akhir tahun 2008 di LAGG (Laboratorium Aerogasdinamika dan Getaran) di Serpong.

Demikian juga dari hasil pengujian terowongan angin ini memberikan verifikasi bahwa desain N219 memenuhi target STOL yang sangat penting untuk melayani penerbangan rute perintis. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah hasil ini merupakan karya anak bangsa tanpa bantuan tenaga asing.

Sedangkan untuk menentukan strategi menghasilkan produk CASR 25 (kelas CN235) yang cocok untuk industri kedirgantaraan nasional data ini adalah pengembangan CN235 Next- Generation.

A. Program Industri Kedirgantaraan Jangka Menengah (2010-2014)

• Melakukan restrukturisasi lanjutan dan revitalisasi bisnis industri kedirgantaraan; dalam bentuk:

m Mengkaji sistem pengelolaan bisnis yang ada saat ini dan menata sistem organisasi perusahaan yang lebih efisien, terlebih lagi industri dirgantara nasional di tahun 2015 akan menghadapi kesenjangan jumlah dan komposisi SDM kerena memasuki usia pensiun sementara sistem regenerasi dan kaderisasi terlambat, infrastruktur permesinan dan fasilitas laboratorium telah berusia tua.

m Evaluasi atas sistem desentralisasi organisasi yang dijalankan saat ini, karena:

Desentralisasi yang tidak dibarengi dengan perubahan mentalitas dan mind setting yang

Page 82: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

baik akan menyuburkan arogansi sektoral dan membentuk kerajaan-kerajaan kecil.

Desentralisasi cenderung baik pada tataran operasional kerena lebih fokus, namun lemah dalam pengorganisasian vertikal dan lintas direktorat.

Desentralisasi organisasi jika tidak dikelola dengan leadership yang kuat cenderung terjadi duplikasi fungsi organisasi.

m Perlu dilakukan program efisiensi perusahaan secara berkelanjutan.

• Mengembangkan pesawat kelas CASR 23 dan CASR 25 berpenumpang sekitar 50 Penumpang;

• Meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan fasilitas industri Pesawat terbang dalam bentuk pembuatan komponen, perawatan & perbaikan pesawat terbang dalam negeri dan Jasa Enjiniring.

B. Program Industri Kedirgantaraan Jangka Panjang (2010-2025)• Meningkatkan sumber pendanaan (capital market)

dan instrumen bisnis untuk peningkatan kemampuan pasok industri pesawat terbang nasional;

• Implementasi sistem offset, untuk maksud melindungi industri nasional;

• Sinergi klaster industri kedirgantaraan nasional, baik dalam industri Inti, Pendukung, Terkait, Industri Hulu dan Hilir.

• Mengembangkan bisnis pesawat udara jarak pendek (commuter) dan menengah (commuter regional) untuk berbagai kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Page 83: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

BAB IIISTRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Misi Industri Kedirgantaraan Nasional

Berdasarkan kebijakan industry nasional terlihat bahwa Industri Alat Angkut (Kedirgantaraan) termasuk ke dalam industri andalan Nasional. Dalam rangka mencapai bangun industri yang dicita-citakan di atas, maka visi pembangunan industri nasional dalam jangka panjang adalah membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi “sebuah negara industri tangguh di dunia”.

Dengan Misi:

a) Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;

b) Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

c) Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;

d) Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;

e) Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;

f) Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

g) Menjadi andalan pembangunan industri yang ber-kelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Page 84: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Agar misi nasional terserbut tercapai, maka Industri pelaksana harus memiliki Misi dan Visi yang sinkron dengan kebijakan pemerintah, berikut pernyataan visi dan misi industri dirgantara nasional (PTDI Persero).

Pernyataan Visi Industri Kedirgantaraan:

To be the world class aerospace company based on high technology mastery and cost competitiveness in the global market. [Menjadi industri pesawat terbang kelas dunia yang bertumpu pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global dengan mengandalkan keunggulan biaya].

Pernyataan Misi Industri Kedirgantaraan:

Conduct business activities with the orientation on producing competitive cost products and services. [Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis & komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya].

As the center of competency in Aerospace Industry especially in engineering, design, manufacturing, production, and maintenance for both commercial and military mission aircrafts. [Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersil dan militer serta untuk aplikasi di luar industri dirgantara].

As a major player in the global industries which has strategic alliance with other world class Aerospace Industries. [Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industry dirgantara kelas dunia lainnya].

Page 85: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

Dari uraian di atas, terlihat benang merah yang sangat jelas dan selaras antara Visi dan Misi Industri Pelaksana dan Visi dan Misi Industri Nasional.

B. Indikator Keberhasilan Industri Kedirgan-taraan NasionalSesuai dengan misi pengembangan industri kedirgan-taraan nasional, maka indikator keberhasilnya dapat ditetapkan sebagai berikut:

a) Pesawat terbang produksi industri dirgantara nasional menjadi pesawat terbang pilihan yang mampu membuka akses transportasi udara di Indonesia;

b) Moda transportasi udara mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional;

c) Industri pesawat terbang nasional menjadi peng-ganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi ekonomi masyarakat baik pada industri pendukung dan industri terkait;

d) Industri pesawat terbang nasional menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemandirian industri kedirgantaraan nasional;

e) Industri pesawat terbang nasional Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;

f) Industri pesawat terbang nasional jika sewaktu-waktu diperlukan dapat menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

g) Industri pesawat terbang nasional menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan

Page 86: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

C. Tahap Implementasi Berdasarkan sasaran program jangka menengah dan jangka panjang sebagaimana yang dijelaskan pada uraian terdahulu, maka kebangkitan kembali (the second wave) industri kedirgantaraan nasional dapat terjadi jika industri tersebut mampu:

a. Menyiapkan instrumen bisnis (Financing, Aircraft Leasing dan Offset Program).

b. Melanjutkan restrukturisasi bisnis, sesuai perkembangan lingkungan bisnis.

c. Mengembangkan produk unggulan milik sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain.

d. Memiliki produk unggulan dibidang Engineering Services.

e. Menjadi pemasok komponen Tier I dan II.

f. Memiliki produk unggulan dibidang MRO.

Dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Penguatan Fundamental Bisnis

Tahap 2 : Pengembangan Daya Saing Portfolio Bisnis

Tahap 3 : Pertumbuhan dan Kesehatan Perusahaan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 87: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

16

d. Memiliki produk unggulan dibidang Engineering Services.

e. Menjadi pemasok komponen Tier I dan II.

f. Memiliki produk unggulan dibidang MRO.

Dengan tahapan sebagai berikut :

Tahap 1 : Penguatan Fundamental Bisnis

Tahap 2 : Pengembangan Daya Saing Portfolio Bisnis

Tahap 3 : Pertumbuhan dan Kesehatan Perusahaan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar III.1. Arah dan Strategi Revitalisasi Industri Kedirgantaraan Nasional

Strategi yang perlu dikembangkan :

1. Strategi produk, harus memiliki produk unggulan milik sendiri, karena

produk pesawat yang ada saat ini sudah tua (era 70-an) dan berstatus

lisensi dari prinsipalnya.

2. Strategi bisnis, harus melakukan perbaikan citra perusahaan,

pemberdayaan asset, penjualan non productive asset, dan membangun

aliansi strategis dalam bentuk Alliance dan joint venture.

3. Strategi organisasi, menyesuaikan organisasi sesuai kebutuhan dan

pertumbuhan SDM zero growth.

4. Strategi operasi, melakukan efisiensi disetiap lini operasi bisnis.

Gambar III.1. Arah dan Strategi Revitalisasi Industri Kedirgantaraan Nasional

Strategi yang perlu dikembangkan:

1. Strategi produk, harus memiliki produk unggulan milik sendiri, karena produk pesawat yang ada saat ini sudah tua (era 70-an) dan berstatus lisensi dari prinsipalnya.

2. Strategi bisnis, harus melakukan perbaikan citra perusahaan, pemberdayaan asset, penjualan non productive asset, dan membangun aliansi strategis dalam bentuk Alliance dan joint venture.

3. Strategi organisasi, menyesuaikan organisasi sesuai kebutuhan dan pertumbuhan SDM zero growth.

4. Strategi operasi, melakukan efisiensi disetiap lini operasi bisnis.

Page 88: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 89: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI

Agar dapat menyusun rencana aksi yang relatif detail, maka perlu dilakukan pemetaan klaster industri kedirgantaraan nasional sebagai bahan untuk mendefinisikan peran pihak-pihak yang berkepentingan dalam klaster industri ini. Berikut ilustrasi Klaster Industri Kedirgantaraan Nasional sebagaimana pada tabel 4 Berikut ini.

Tabel IV.1. Arah dan Strategi Revitalisasi Industri Kedirgantaraan Nasonal

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

17

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

Agar dapat menyusun rencana aksi yang relatif detail, maka perlu dilakukan

pemetaan klaster industri kedirgantaraan nasional sebagai bahan untuk

mendefinisikan peran pihak-pihak yang berkepentingan dalam klaster industri ini.

Berikut ilustrasi Klaster Industri Kedirgantaraan Nasional sebagaimana pada tabel

4 Berikut ini.

Tabel IV.1. Arah dan Strategi Revitalisasi Industri Kedirgantaraan Nasonal

Page 90: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Gam

bar I

V.1.

Kla

ster

Indu

stri

Ked

irgan

tara

an

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

18

Gambar IV.1. Klaster Industri Kedirgantaraan

Page 91: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

19

Tab

el IV

. 1

:R

en

can

a A

ksi

Pro

gra

m J

an

gka M

en

en

gah

(2

01

0-2

01

4)

Kla

ster

Ind

ust

ri K

ed

irg

an

tara

an

Nasi

on

al

Page 92: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RINomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

20

Tab

el IV

. 2

:R

en

can

a A

ksi

Pro

gra

m J

an

gka P

an

jan

g (

20

10

-20

25

)K

last

er

Ind

ust

ri K

ed

irg

an

tara

an

Nasi

on

al

Page 93: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKERETAAPIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;

Page 94: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

b. Bahwa Industri perkeretaapian me-rupakan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri per-keretaapian;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Page 95: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 96: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;

Page 97: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PER-KERETAAPIAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri perkeretaapian untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Perkeretaapian adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Kereta Api, Bagian-bagian dan Perlengkapannya (KBLI 35201);

b. Jasa Penunjang Industri Kereta Api (KBLI 35202).

3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

Page 98: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

4. Menteri adalah Menteri yang me-laksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Peme-rintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri Perkeretaapian, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Perkeretaapian ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan

Page 99: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Perkeretaapian di-laksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Page 100: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:

1. Presiden RI;2. Wakil Presiden RI;3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;4. Gubernur seluruh Indonesia;5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 6. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian.

Page 101: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUANPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

PERKERETAAPIAN

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

Page 102: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 103: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

BAB IPENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Perkeretaapian

Kereta api adalah jenis transportasi yang dapat merupakan jawaban terhadap tuntutan angkutan massal yang memberikan jaminan ketepatan waktu, kenyamanan dan keamanan penumpang atau barang. Kereta api juga dapat merupakan jawaban untuk efisiensi bahan bakar dan pelestarian lingkungan. Mengacu pada bangunan industri 2020, dimana yang akan menjadi pilar utama perindustrian Indonesia yang disebut juga sebagai pilar masa depan adalah industri agro, industri telematika dan industri alat angkut (transportasi). Kereta api sebagai salah satu moda transportasi yang ditemukan pada awal revolusi industri, saat ini daya saingnya menurun. Namun terdapat pertumbuhan pada angkutan perkotaan, kereta api cepat dan kereta api barang.

Indonesia memiliki industri strategis untuk industri kereta api ini yaitu PT. Industri Kereta Api (PT. INKA) yang saat ini sepenuhnya dikuasai dan dimiliki oleh negara Republlik Indonesia. Kondisi geografis dan demografi Indonesia menjadikan industri ini mendesak untuk dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini.

Adapun Industri Kereta api meliputi antara lain:

Industri manufakturing sarana kereta api Jasa rehabilitasi/retrofit sarana kereta api Jasa engineering dan trading kereta api Diversifikasi poduk

Page 104: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

B. Pengelompokan Industri PerkeretaapianIndustri Kereta api dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

a. Kelompok Industri Hulu diantaranya:

Industri plat baja

Industri aluminium molding

b. Kelompok Industri Antara diantaranya:

Industri fabrikasi komponen

Industri coupling

c. Kelompok Industri Hilir diantaranya:

Industri konstruksi rangka

Industri rangka bogie cor

Industri lokomotif

Industri gerbong barang

Industri propulsi

Industri inti dari industri kereta api meliputi diantaranya industri konstruksi rangka, bogie, lokomotif, gerbong barang.

Industri pendukung adalah industri sebagai pemasok utama bahan baku yang secara langsung membentuk produk atau mutlak diperlukan serta mempunyai keterkaitan yang kuat dengan industri intinya. Industri yang termasuk ke dalam industri penunjang industri kereta api antara lain : industri bogie cor, coupler, system rem, fabrikasi komponen,

Industri terkait adalah industri yang mempunyai hubungan tidak langsung, namun sangat diperlukan antara lain industri AC, windows, seat interior panel, glass.

Page 105: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

BAB IISASARAN

A. Jangka Menengah (2010-2014)

Mengembangkan produk-produk andalan berupa:

Kereta barang, yang antara lain diperuntukkan sebagai kereta bagasi Jawa, gerbong kontainer Jawa, Gerbong batu bara Kaltim dan gerbong batu bara Sumsel.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

3

BAB II

SASARAN

A. Jangka Menengah (2010-2014)

Mengembangkan produk-produk andalan berupa :

Kereta barang, yang antara la�n d�peruntukkan sebaga� kereta bagas�

Jawa, gerbong konta�ner Jawa, Gerbong batu bara Kalt�m dan

gerbong batu bara Sumsel.

Kereta penumpang, d�peruntukkan bag� angkutan penumpang antar

kota mel�put� kereta ekonom�, kereta argo, kereta anggrek dan kereta

ekspor.

KERETA BARANG

KERETA BAGASI JAWA

GERBONG KONTAINER

JAWA

GEBONG BATU BARA

KALTIM

GERBONG BATU BARA

SUMSEL

1982-2007

1995-2003

1997-2002

2002-2005

Kereta penumpang, diperuntukkan bagi angkutan penumpang antar kota meliputi kereta ekonomi, kereta argo, kereta anggrek dan kereta ekspor.

Page 106: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

4

Kereta rel l�sr�k, d�peruntukkan bag� angkutan penumpang dalam kota

pengembangannya mel�put� antara la�n KRL ekonom�

Kereta rel d�esel, d�peruntukkan bag� angkutan penumpang dalam

kota pengembangannya mel�put� antara la�nKRD, KRDE, KRD-I,

Ra�lbus

KERETA PENUM-PANG

KERETA EKONOMI

KERETA ARGO

KERETA ANGGREK

KERETA EKSPOR

1982-2007

1995-2003

1997-2002

2002-2020

INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTER STANDAR NT-11 90 KM/J

INTERIOR : GFRP CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS 120 KM/J

MODEL BISNIS:JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI: DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 9-12 BULAN PRODUKTIVITAS : 2 HARI/KERETA, KAPASITAS : 120 UNIT/TH

SEBAGAI PRODUK GENERIK

(PLATFORM) DESAIN

KERETA REL

LISTRIK

KRL EKONOM

I

KRL EKONOM

I

PROTOTIP KRL AC

1993-2001

1997-1998

1999-2002

2008-2020

TRAKSI :GTO VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD & GFRP CARBODY : MILDSTEEL & STAINLESS, MODULAR BOGIE : BOLSTERLESS

MODEL BISNIS :JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI : DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 12 - 15 BULAN PRODUKTIVITAS : 5 HARI/KERETA, KAPASITAS : 40 UNIT/TH

TRAKSI : GTO VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : STAINLESS STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

TRAKSI : IGBT VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : GFRP CARBODY : STAINLESS STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

PRODUKSI 40 UNIT

KRL

SEBAGAI PRODUK GENERIK

DESAIN INKA

Kereta rel lisrik, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lain KRL ekonomi.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

4

Kereta rel l�sr�k, d�peruntukkan bag� angkutan penumpang dalam kota

pengembangannya mel�put� antara la�n KRL ekonom�

Kereta rel d�esel, d�peruntukkan bag� angkutan penumpang dalam

kota pengembangannya mel�put� antara la�nKRD, KRDE, KRD-I,

Ra�lbus

KERETA PENUM-PANG

KERETA EKONOMI

KERETA ARGO

KERETA ANGGREK

KERETA EKSPOR

1982-2007

1995-2003

1997-2002

2002-2020

INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTER STANDAR NT-11 90 KM/J

INTERIOR : GFRP CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS 120 KM/J

MODEL BISNIS:JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI: DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 9-12 BULAN PRODUKTIVITAS : 2 HARI/KERETA, KAPASITAS : 120 UNIT/TH

SEBAGAI PRODUK GENERIK

(PLATFORM) DESAIN

KERETA REL

LISTRIK

KRL EKONOM

I

KRL EKONOM

I

PROTOTIP KRL AC

1993-2001

1997-1998

1999-2002

2008-2020

TRAKSI :GTO VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD & GFRP CARBODY : MILDSTEEL & STAINLESS, MODULAR BOGIE : BOLSTERLESS

MODEL BISNIS :JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI : DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 12 - 15 BULAN PRODUKTIVITAS : 5 HARI/KERETA, KAPASITAS : 40 UNIT/TH

TRAKSI : GTO VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : STAINLESS STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

TRAKSI : IGBT VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : GFRP CARBODY : STAINLESS STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

PRODUKSI 40 UNIT

KRL

SEBAGAI PRODUK GENERIK

DESAIN INKA

Kereta rel diesel, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lainKRD, KRDE, KRD-I, Railbus.

Page 107: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

5

B. Jangka Panjang (2010-2025)

Industr� Kereta ap�akan melakukan pendalaman teknolog� produk yang

menjad� core competence �ndustr� kereta ap� mula� dar� pengembangan

konsep, prototype, sampa� kepada produks� untuk mencapa� terc�ptanya

s�stem transportas� baru sepert� yang tergambar d� bawah �n�

KERETA REL

DIESEL

KRD SURABAY

A

KRDE PRAMEK

S

KRD-I ACEH JAWA

2004

2005-2007

2007-2008 2007-2008 TRAKSI :ENGINE CUMMINS + TRANSMISI VOITH INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD & GFRP CARBODY : MILDSTEEL BOGIE : BOLSTER

MODEL BISNIS :JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI : DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 12 - 15 BULAN PRODUKTIVITAS : 5 HARI/KERETA, KAPASITAS : 40 UNIT/TH

TRAKSI : ENGINE, ALTENATOR, VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : SEMI STAINLESS STEEL, MODULAR BOGIE : BOLSTERLESS

TRAKSI : ENGINE POWER PACK CUMMINS + TRANSMISI VOITH INTERIOR : GFRP CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

RAILBUS SUMSEL

TRAKSI : ENGINE, ALTENATOR, VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : GFRP CARBODY : HYBRID GFRP, MILD STEEL BOGIE : BOLSTERLESS

EKSPOR PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

CORE COMPETEN

CE KERETA API

PROPULSI

KONTROL

BOGIE

CARBODY

INTERIOR

1982 : GERBONG BARANG

1993: KRL

1996: LOKOMOTIF

2009: KRDE

2020: SISTEM TRANSPORTASI BARU

EKSPOR PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

KONSEP

PRO- TOTIP

KONSEP

TTeekknnoolloogg�� ddaassaarr

TTeekknnoolloogg�� tt��nngggg��

1985 : KERETA

B. Jangka Panjang (2010-2025)Industri Kereta apiakan melakukan pendalaman teknologi produk yang menjadi core competence industri kereta api mulai dari pengembangan konsep, prototype, sampai kepada produksi untuk mencapai terciptanya sistem transportasi baru seperti yang tergambar di bawah ini.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

5

B. Jangka Panjang (2010-2025)

Industr� Kereta ap�akan melakukan pendalaman teknolog� produk yang

menjad� core competence �ndustr� kereta ap� mula� dar� pengembangan

konsep, prototype, sampa� kepada produks� untuk mencapa� terc�ptanya

s�stem transportas� baru sepert� yang tergambar d� bawah �n�

KERETA REL

DIESEL

KRD SURABAY

A

KRDE PRAMEK

S

KRD-I ACEH JAWA

2004

2005-2007

2007-2008 2007-2008 TRAKSI :ENGINE CUMMINS + TRANSMISI VOITH INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD & GFRP CARBODY : MILDSTEEL BOGIE : BOLSTER

MODEL BISNIS :JOB ORDER MELALUI TENDER KOMPETENSI : DESAIN SESUAI DENGAN SPEKTEK LEAD TIME : 12 - 15 BULAN PRODUKTIVITAS : 5 HARI/KERETA, KAPASITAS : 40 UNIT/TH

TRAKSI : ENGINE, ALTENATOR, VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : MELAMINE HARDBOARD CARBODY : SEMI STAINLESS STEEL, MODULAR BOGIE : BOLSTERLESS

TRAKSI : ENGINE POWER PACK CUMMINS + TRANSMISI VOITH INTERIOR : GFRP CARBODY : MILD STEEL, MONOCOQ BOGIE : BOLSTERLESS

RAILBUS SUMSEL

TRAKSI : ENGINE, ALTENATOR, VVVF INVERTER & MOTOR AC INTERIOR : GFRP CARBODY : HYBRID GFRP, MILD STEEL BOGIE : BOLSTERLESS

EKSPOR PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

CORE COMPETEN

CE KERETA API

PROPULSI

KONTROL

BOGIE

CARBODY

INTERIOR

1982 : GERBONG BARANG

1993: KRL

1996: LOKOMOTIF

2009: KRDE

2020: SISTEM TRANSPORTASI BARU

EKSPOR PRO- TOTIP

KONSEP PRODUKSI SERI

KONSEP

PRO- TOTIP

KONSEP

TTeekknnoolloogg�� ddaassaarr

TTeekknnoolloogg�� tt��nngggg��

1985 : KERETA

Page 108: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�00PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Page 109: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Arah Pengembangan

Visi: menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia dalam sarana kereta api dan transportasi yang unggul di Indonesia.

Misi: menciptakan daya saing bisnis dan teknologi dalam produk sarana kereta api dan transportasi untuk menguasai pasar domestik dan memenangkan kompetisi di pasar ASEAN dan negara berkembang.

Tujuan: menjadi perusahaan yang tumbuh dan ber-kembang.

B. Strategi dan arah pengembangan industri kereta api

Industri kereta api berusaha meningkatkan nilai tambah dengan melakukan pengembangan teknologi yang me-nyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Page 110: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

7

Gerbong barang

Kereta

Penumpang

KRL

Lokomotif

KRDE/I

People Mover

Nilai Tambah

Tinggi

Menengah

Rendah

Spektrum produk

Technology content Harga standard

Technology content Kualitas

Pengembangan Technology Customer need

Project

Service

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

7

Gerbong barang

Kereta

Penumpang

KRL

Lokomotif

KRDE/I

People Mover

Nilai Tambah

Tinggi

Menengah

Rendah

Spektrum produk

Technology content Harga standard

Technology content Kualitas

Pengembangan Technology Customer need

Project

Service

Page 111: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

BAB IVPROGRAM / RENCANA AKSI

A. Jangka Menengah (2010-2014)

Program Revitalisasi Kelembagaan Perkeretaapian

Program Revitalisasi Perkeretaapian Nasional

Tujuan: Meningkatkan kinerja PT. KA sebagai operator angkutan Kereta Api sehingga mampu mandiri (Self Sustainable) sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007.

Program:

Perkeretaapian NAD

Perkeretaapian Sumatera Utara

Perkeretaapian Sumatera Barat

Perkeretaapian Sumatera Bagian Selatan

Perkeretaapian Jawa

Perkeretaapian Jabotabek

Page 112: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

1. Revitalisasi Perkeretaapian NAD

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

8

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

A. Jangka Menengah (2010-2014)

Program Rev�tal�sas� Kelembagaan Perkeretaap�an

Program Rev�tal�sas� Perkeretaap�an Nas�onal

Tujuan : Men�ngkatkan k�nerja PT.KA sebaga� operator angkutan Kereta Ap�

seh�ngga mampu mand�r� (Self Susta�nable) sebaga�mana yang d�amanatkan

dalam UU No. �� Tahun �00�

Program :

Perkeretaap�an NAD

Perkeretaap�an Sumatera Utara

Perkeretaap�an Sumatera Barat

Perkeretaap�an Sumatera Bag�an Selatan

Perkeretaap�an Jawa

Perkeretaap�an Jabotabek

1. Revitalisasi Perkeretaapian NAD

Tujuan dan Sasaran Utama :

Perwujudan Trans Sumatera Ra�lway

Lhok Seumawe

Bes�tang

Tujuan dan Sasaran Utama:

Perwujudan Trans Sumatera Railway

Program:

1. Pembangunan Jalan Rel Sepanjang 36 Km Lintas Banda Aceh – Lhokseumawe dengan spoor normal (1.435 mm).

2. Pengadaan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) sebanyak 1 set.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

9

Program :

�. Pembangunan Jalan Rel Sepanjang �� Km L�ntas Banda Aceh –

Lhokseumawe dengan spoor normal (�.��� mm)

�. Pengadaan Kereta Rel D�esel Indones�a (KRDI) sebanyak � set

2. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Utara

Tujuan dan sasaran utama:

Pen�ngkatan angkutan barang khususnya CPO dar� ��� r�bu ton menjad�

� juta ton pada tahun �0�0

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah sarana dar� �� lok menjad� �� lok, ��� gerbong

menjad� ��� gerbong.

�. Rehab�l�tas� jalan KA ��� Km, jembatan �� bh dan s�ntel �� stas�un.

Banda Aceh

MEDAN

Padang

Palembang

Jamb�

Bengkulu

Nanggroe Aceh Darrussalam

Lampung

Bangka Bel�tung

R�au

Jamb�

Bengkulu

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Sumatera Utara

PangkalP�nang

Tanjung P�nang

Kep.R�auPekanbaru

Bandar Lampung

S�bolga

Teb�ng T�ngg�

meulaboh

B�reun

Rantau Prapat

K�saran

Banda Aceh

MEDAN

Padang

Palembang

Jamb�

Bengkulu

Nanggroe Aceh Darrussalam

Lampung

Bangka Bel�tung

R�au

Jamb�

Bengkulu

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Sumatera Utara

PangkalP�nang

Tanjung P�nang

Kep.R�auPekanbaru

Bandar Lampung

S�bolga

Teb�ng T�ngg�

meulaboh

B�reun

Rantau Prapat

K�saran

2008 2009 2010Prasarana :

Pembangunan jalan rel l�ntas Banda Aceh - Lhokseumawe ��* Km �� Km �� Km APBN

Sarana :KRDI ** �set - - APBN

TOTAL

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

Page 113: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

2. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Utara

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

9

Program :

�. Pembangunan Jalan Rel Sepanjang �� Km L�ntas Banda Aceh –

Lhokseumawe dengan spoor normal (�.��� mm)

�. Pengadaan Kereta Rel D�esel Indones�a (KRDI) sebanyak � set

2. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Utara

Tujuan dan sasaran utama:

Pen�ngkatan angkutan barang khususnya CPO dar� ��� r�bu ton menjad�

� juta ton pada tahun �0�0

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah sarana dar� �� lok menjad� �� lok, ��� gerbong

menjad� ��� gerbong.

�. Rehab�l�tas� jalan KA ��� Km, jembatan �� bh dan s�ntel �� stas�un.

Banda Aceh

MEDAN

Padang

Palembang

Jamb�

Bengkulu

Nanggroe Aceh Darrussalam

Lampung

Bangka Bel�tung

R�au

Jamb�

Bengkulu

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Sumatera Utara

PangkalP�nang

Tanjung P�nang

Kep.R�auPekanbaru

Bandar Lampung

S�bolga

Teb�ng T�ngg�

meulaboh

B�reun

Rantau Prapat

K�saran

Banda Aceh

MEDAN

Padang

Palembang

Jamb�

Bengkulu

Nanggroe Aceh Darrussalam

Lampung

Bangka Bel�tung

R�au

Jamb�

Bengkulu

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Sumatera Utara

PangkalP�nang

Tanjung P�nang

Kep.R�auPekanbaru

Bandar Lampung

S�bolga

Teb�ng T�ngg�

meulaboh

B�reun

Rantau Prapat

K�saran

2008 2009 2010Prasarana :

Pembangunan jalan rel l�ntas Banda Aceh - Lhokseumawe ��* Km �� Km �� Km APBN

Sarana :KRDI ** �set - - APBN

TOTAL

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

Tujuan dan sasaran utama:

Peningkatan angkutan barang khususnya CPO dari 518 ribu ton menjadi 1 juta ton pada tahun 2010.

Program:

1. Peningkatan jumlah sarana dari 24 lok menjadi 41 lok, 187 gerbong menjadi 489 gerbong.

2. Rehabilitasi jalan KA 162 Km, jembatan 34 bh dan sintel 14 stasiun.

3. Pengembangan kelembagaan pengelola prasarana.

4. Peningkatan kerjasama dengan PT. Perkebunan.

Page 114: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

10

�. Pengembangan kelembagaan pengelola prasarana

�. Pen�ngkatan kerjasama dengan PT. Perkebunan

3. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Barat

Tujuan dan Sasaran Utama

�. Mendukung Angkutan Batubara dar� produks� tahun �00� sebanyak

�00 r�bu ton menjad� ��� r�bu ton pada tahun �0�0

�. Mendukung Angkutan Semen dan KA W�sata

Program :

Pen�ngkatan dan Rehab�l�tas� Prasarana KA sepanjang �� Km

2008 2009 2010

1 Prasaranaa. Jalan Rel �� Km ��� Km ��� Km APBNb. Jembatan � bh �� bh �� bh APBNc. S�ntel �� sta �� sta - APBN

2 Sarana :a. Lokomot�f - � bh �� bh APBNb. Gerbong - ��� bh �0� bh APBNc. Bala� Yasa - � lks - APBN

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

3. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Barat

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

10

�. Pengembangan kelembagaan pengelola prasarana

�. Pen�ngkatan kerjasama dengan PT. Perkebunan

3. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Barat

Tujuan dan Sasaran Utama

�. Mendukung Angkutan Batubara dar� produks� tahun �00� sebanyak

�00 r�bu ton menjad� ��� r�bu ton pada tahun �0�0

�. Mendukung Angkutan Semen dan KA W�sata

Program :

Pen�ngkatan dan Rehab�l�tas� Prasarana KA sepanjang �� Km

2008 2009 2010

1 Prasaranaa. Jalan Rel �� Km ��� Km ��� Km APBNb. Jembatan � bh �� bh �� bh APBNc. S�ntel �� sta �� sta - APBN

2 Sarana :a. Lokomot�f - � bh �� bh APBNb. Gerbong - ��� bh �0� bh APBNc. Bala� Yasa - � lks - APBN

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

Page 115: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Tujuan dan Sasaran Utama:

1. Mendukung Angkutan Batubara dari produksi tahun 2007 sebanyak 200 ribu ton menjadi 675 ribu ton pada tahun 2010Ò

2. Mendukung Angkutan Semen dan KA Wisata. Program:

Peningkatan dan Rehabilitasi Prasarana KA sepanjang 39 Km.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

11

�. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Bagian Selatan

Tujuan dan sasaran utama: Pen�ngkatan angkutan batubara dar� �,� juta

ton menjad� ��,� juta ton pada tahun �0�0.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah sarana dar� �0 lok menjad� �� lok.

�. Pembangunan shortcut dan jalur ganda

�. Pengembangan kelembagaan

2008 2009 2010� Prasarana :1 Prasarana :

a. Shortcut Tj. En�m - Baturaja - - - SWASTA/BUMN/D

b. Pen�ngkatan Prasarana KA Sumsel �� Km �0� Km ��� Km APBN

c. Pemb. Jalur Ganda Tulungbuyut - Blambanganumpu

� Km �� Km �� KmAPBN

d. Pengemb. Emplasemen Tarahan - � sp � sp APBNe. Pen�ngk. Prasarana KA Lampung �� Km �0 Km ��� Km APBNf. Pemb. Jalur KA Kota Padang - Bengkulu - - - SWASTA/BUMN/D

2 Sarana :a. Lokomot�f � bh �� bh �� bh APBNb. Gerbong - - - SWASTA/BUMN/D

SUMBER DANATARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN

2008 2009 2010� Prasarana :

Pen�ngkatan Prasarana KA Sumbar �� Km �� Km �� Km APBN

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

4. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Bagian

Selatan

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

11

�. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Bagian Selatan

Tujuan dan sasaran utama: Pen�ngkatan angkutan batubara dar� �,� juta

ton menjad� ��,� juta ton pada tahun �0�0.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah sarana dar� �0 lok menjad� �� lok.

�. Pembangunan shortcut dan jalur ganda

�. Pengembangan kelembagaan

2008 2009 2010� Prasarana :1 Prasarana :

a. Shortcut Tj. En�m - Baturaja - - - SWASTA/BUMN/D

b. Pen�ngkatan Prasarana KA Sumsel �� Km �0� Km ��� Km APBN

c. Pemb. Jalur Ganda Tulungbuyut - Blambanganumpu

� Km �� Km �� KmAPBN

d. Pengemb. Emplasemen Tarahan - � sp � sp APBNe. Pen�ngk. Prasarana KA Lampung �� Km �0 Km ��� Km APBNf. Pemb. Jalur KA Kota Padang - Bengkulu - - - SWASTA/BUMN/D

2 Sarana :a. Lokomot�f � bh �� bh �� bh APBNb. Gerbong - - - SWASTA/BUMN/D

SUMBER DANATARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN

2008 2009 2010� Prasarana :

Pen�ngkatan Prasarana KA Sumbar �� Km �� Km �� Km APBN

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

Page 116: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Tujuan dan sasaran utama:

Peningkatan angkutan batubara dari 8,5 juta ton menjadi 12,5 juta ton pada tahun 2010.

Program:

1. Peningkatan jumlah sarana dari 50 lok menjadi 93 lok.

2. Pembangunan shortcut dan jalur ganda.3. Pengembangan kelembagaan.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

11

�. Revitalisasi Perkeretaapian Sumatera Bagian Selatan

Tujuan dan sasaran utama: Pen�ngkatan angkutan batubara dar� �,� juta

ton menjad� ��,� juta ton pada tahun �0�0.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah sarana dar� �0 lok menjad� �� lok.

�. Pembangunan shortcut dan jalur ganda

�. Pengembangan kelembagaan

2008 2009 2010� Prasarana :1 Prasarana :

a. Shortcut Tj. En�m - Baturaja - - - SWASTA/BUMN/D

b. Pen�ngkatan Prasarana KA Sumsel �� Km �0� Km ��� Km APBN

c. Pemb. Jalur Ganda Tulungbuyut - Blambanganumpu

� Km �� Km �� KmAPBN

d. Pengemb. Emplasemen Tarahan - � sp � sp APBNe. Pen�ngk. Prasarana KA Lampung �� Km �0 Km ��� Km APBNf. Pemb. Jalur KA Kota Padang - Bengkulu - - - SWASTA/BUMN/D

2 Sarana :a. Lokomot�f � bh �� bh �� bh APBNb. Gerbong - - - SWASTA/BUMN/D

SUMBER DANATARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN

2008 2009 2010� Prasarana :

Pen�ngkatan Prasarana KA Sumbar �� Km �� Km �� Km APBN

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN SUMBER

DANA

5. Revitalisasi Perkeretaapian di Jawa

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

12

5. Revitalisasi Perkeretaapian di Jawa

Tujuan dan sasaran utama:

�. Pen�ngkatan peran kereta ap� dalam angkutan penumpang dar� ��,��

juta pnp menjad� ��,�� juta pnp pada tahun �0�0.

�. Pen�ngkatan peran kereta ap� dalam angkutan barang.

�. Penggant�an jalan KA yang terendam lumpur d� S�doarjo.

�. Mengurang� beban angkutan jalan khususnya l�ntas Utara Jawa.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah kereta ekonom� dar� �.��� un�t menjad� �.��� un�t.

�. Rehab�l�tas� prasarana KA jalur utama l�ntas utara dan selatan Jawa,

pembangunan jalur ganda C�rebon – Kroya – Kutoarjo dan Tegal -

Pekalongan serta mod�f�kas� Sta. C�rebon

�. Pembangunan jalur KA antara S�doarjo – Gununggangs�r

�. Mengembangkan akses KA ke/dar� kawasan �ndustr�

Page 117: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

�0�LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Tujuan dan sasaran utama:

1. Peningkatan peran kereta api dalam angkutan penumpang dari 41,28 juta pnp menjadi 45,27 juta pnp pada tahun 2010.

2. Peningkatan peran kereta api dalam angkutan barang.

3. Penggantian jalan KA yang terendam lumpur di Sidoarjo.

4. Mengurangi beban angkutan jalan khususnya lintas Utara Jawa.

Program:

1. Peningkatan jumlah kereta ekonomi dari 1.244 unit menjadi 1.424 unit.

2. Rehabilitasi prasarana KA jalur utama lintas utara dan selatan Jawa, pembangunan jalur ganda Cirebon – Kroya – Kutoarjo dan Tegal - Pekalongan serta modifikasi Sta. Cirebon.

3. Pembangunan jalur KA antara Sidoarjo – Gunung-gangsir.

4. Mengembangkan akses KA ke/dari kawasan industri.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

13

6. Revitalisasi Perkeretaapian Perkotaan Jabotabek

Tujuan :

Pen�ngkatan angkutan perkotaan Jabodetabek dar� �0�,�� juta pnp/thn

pada tahun �00� menjad� ���,�� juta pnp/thn pada tahun �0�0.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah KRL dar� ��0 un�t menjad� ��� un�t tahun �0�0.

2008 2009 20101 Prasarana

a. Pemb. Jalur Ganda C�rebon-Kroya, Segmen II (Prupuk-Purwokerto)

�� Km �� Km �� Km

b. Pemb. Jalur Ganda Tegal-Pekalongan �� Km �� Km �� Kmc. Rehab Jalan KA L�ntas Utama Jawa ��� Km ��� Km �.��� Kmd. Pengadaan mater�al ��� Kmtrack ��� Kmtrack �00 kmtrack

�� wessel �� wessel �00 wessele. Rehab/ Pen�ngkatan Jembatan KA � bh �� bh �� bhf. Pen�ngkatan S�ntel�s �� sta �� sta �� stag. Mod�f�kas� Stas�un C�rebon � sta � sta � stah. Pembangunan Jalur Ganda Kroya-Kutoarjo-Jogya � pkt � pkt � pkt�. Penanggulangan Lumpur Lap�ndo � Km �0 Km �� Km

2 Saranaa. Sarana Angk. Penumpang

- Kereta Ekonom� �0 un�t ��0 un�t ��0 un�t - Kereta Non-Ekonom� (B�sn�s & Eksekut�f) - - - - Lokomot�f � bh �0 bh �� bh

b. KRDE / KRDI � un�t �� un�t �� un�tc. Sarana Angk. Barang

- Gerbong �� un�t ��0 un�t ��� un�t - Lokomot�f - � bh �� bh

d. Kereta/ Gerbong Kerja �� un�t �� un�t �0 un�t

APBN

TARGET FISIK KUMULATIFKEGIATAN SUMBER DANA

APBN

APBNAPBNAPBN

NO

APBN

APBNAPBN

APBN

APBN

APBNAPBN

SWASTA/BUMN/D

APBNAPBNAPBNAPBN

Page 118: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

��0PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

6. Revitalisasi Perkeretaapian Perkotaan Jabotabek

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

13

6. Revitalisasi Perkeretaapian Perkotaan Jabotabek

Tujuan :

Pen�ngkatan angkutan perkotaan Jabodetabek dar� �0�,�� juta pnp/thn

pada tahun �00� menjad� ���,�� juta pnp/thn pada tahun �0�0.

Program :

�. Pen�ngkatan jumlah KRL dar� ��0 un�t menjad� ��� un�t tahun �0�0.

2008 2009 20101 Prasarana

a. Pemb. Jalur Ganda C�rebon-Kroya, Segmen II (Prupuk-Purwokerto)

�� Km �� Km �� Km

b. Pemb. Jalur Ganda Tegal-Pekalongan �� Km �� Km �� Kmc. Rehab Jalan KA L�ntas Utama Jawa ��� Km ��� Km �.��� Kmd. Pengadaan mater�al ��� Kmtrack ��� Kmtrack �00 kmtrack

�� wessel �� wessel �00 wessele. Rehab/ Pen�ngkatan Jembatan KA � bh �� bh �� bhf. Pen�ngkatan S�ntel�s �� sta �� sta �� stag. Mod�f�kas� Stas�un C�rebon � sta � sta � stah. Pembangunan Jalur Ganda Kroya-Kutoarjo-Jogya � pkt � pkt � pkt�. Penanggulangan Lumpur Lap�ndo � Km �0 Km �� Km

2 Saranaa. Sarana Angk. Penumpang

- Kereta Ekonom� �0 un�t ��0 un�t ��0 un�t - Kereta Non-Ekonom� (B�sn�s & Eksekut�f) - - - - Lokomot�f � bh �0 bh �� bh

b. KRDE / KRDI � un�t �� un�t �� un�tc. Sarana Angk. Barang

- Gerbong �� un�t ��0 un�t ��� un�t - Lokomot�f - � bh �� bh

d. Kereta/ Gerbong Kerja �� un�t �� un�t �0 un�t

APBN

TARGET FISIK KUMULATIFKEGIATAN SUMBER DANA

APBN

APBNAPBNAPBN

NO

APBN

APBNAPBN

APBN

APBN

APBNAPBN

SWASTA/BUMN/D

APBNAPBNAPBNAPBN

Tujuan:

Peningkatan angkutan perkotaan Jabodetabek dari 104,42 juta pnp/thn pada tahun 2006 menjadi 141,73 juta pnp/thn pada tahun 2010.

Program:

1. Peningkatan jumlah KRL dari 360 unit menjadi 488 unit tahun 2010.

2. Pembangunan Double Track Serpong-Maja-Rangkasbitung, Duri-Tangerang dan peningkatan stasiun pada jalur lingkar Jabotabek serta elektrifikasi.

3. Pembangunan DDT Manggarai – Cikarang dan Elektrifikasi lintas Bekasi – Lemahabang.

4. Pengadaan Infrastruktur KA Jabotabek dan persiapan MRT.

Page 119: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

14

�. Pembangunan Double Track Serpong-Maja-Rangkasb�tung, Dur�-

Tangerang dan pen�ngkatan stas�un pada jalur l�ngkar Jabotabek serta

elektr�f�kas�.

�. Pembangunan DDT Manggara� – C�karang dan Elektr�f�kas� l�ntas

Bekas� – Lemahabang

�. Pengadaan Infrastruktur KA Jabotabek dan pers�apan MRT

B. Jangka panjang (2010-2025)

1. Rencana Pengembangan MRT

Tujuan dan sasaran utama:

Mengurang� kemacetan dan memperpendek waktu tempuh serta

pen�ngkatan akses�b�l�tas.

Program :

Pembangunan jalan KA elevated dan subway l�ntas Lebak Bulus – Dukuh

Atas (��,� km)

2008 2009 20101 Prasarana

a. Ra�l�nk Bandara Soetta - - - SWASTA/BUMN/Db. Elekt�f�kas� L�ntas Bekas� - Lemahabang � Km �� Km �� Km APBNc. Serpong-Maja-Rangkasb�tung � Km �� Km �� Km APBNd. Dur�-Tangerang � Km �� Km �0 Km APBNe. Jalur l�ngkar Jabotabek � sta � sta �� sta APBNf. Pembangunan DDT Manggara� - C�karang � pkt � pkt � pkt APBNg. Mass Rap�d Transport (MRT) � pkt � pkt � pkt APBN/APBDh. Pengadaan Infrastruktur Jabotabek � pkt � pkt � pkt APBN�. Pembangunan D�po Depok � pkt - - APBN

2 SaranaKRL AC/ Non-AC �� un�t �� un�t ��� un�t APBN/SWASTA

SUMBER DANA

TARGET FISIK KUMULATIFNO KEGIATAN

B. Jangka panjang (2010-2025)1. Rencana Pengembangan MRT

Tujuan dan sasaran utama:

Mengurangi kemacetan dan memperpendek waktu tempuh serta peningkatan aksesibilitas.

Program:

Pembangunan jalan KA elevated dan subway lintas Lebak Bulus – Dukuh Atas (14,3 km)

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

15

2. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan

Rencana pengembangan perkeretaap�an d� pulau Kal�mantan

berdasarkan daerah yang d�l�ntas�, jarak tempuh dan pr�or�tas

Page 120: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

2. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan

Rencana pengembangan perkeretaapian di pulau Kalimantan berdasarkan daerah yang dilintasi, jarak tempuh dan prioritas.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

15

2. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan

Rencana pengembangan perkeretaap�an d� pulau Kal�mantan

berdasarkan daerah yang d�l�ntas�, jarak tempuh dan pr�or�tas

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

16

3. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi

Rencana pengembangan perkeretaap�an d� pulau Sulawes� berdasarkan

daerah yang d�l�ntas�, jarak tempuh dan pr�or�tas

Page 121: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

16

3. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi

Rencana pengembangan perkeretaap�an d� pulau Sulawes� berdasarkan

daerah yang d�l�ntas�, jarak tempuh dan pr�or�tas

3. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi

Rencana pengembangan perkeretaapian di pulau Sulawesi berdasarkan daerah yang dilintasi, jarak tempuh dan prioritas.

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

16

3. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi

Rencana pengembangan perkeretaap�an d� pulau Sulawes� berdasarkan

daerah yang d�l�ntas�, jarak tempuh dan pr�or�tas

Page 122: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

17

4. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Papua

Page 123: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIANOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009

4. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Papua

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

17

4. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Papua

Lamp�ran Peraturan Menter� Per�ndustr�an RI Nomor : ���/M-IND/PER/�0/�00�

17

4. Masterplan Perkeretaapian di Pulau Papua

Page 124: Buku 3 Prioritas Industri Alat Angkut

���PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014