BUKU 1 - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/putri-anjarsari-ssi... ·...

12

Transcript of BUKU 1 - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/putri-anjarsari-ssi... ·...

axsi lab school 1
Typewritten text
BUKU 1

SEMINAR NASIONAL IPA VJURUSAN IPA TERPADU

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

“SCIENTIFIC LEARNING DALAM KONTEN DANKONTEKS KURIKULUM 2013”

Tim Penyunting:

Miranita Khusniati, S.Pd, M.PdErna Noor Savitri, S.Si, M.PdAndin Vita Amalia, S.Si, M.Sc

Pelaksanaan Seminar 26 April 2014

Diselenggarakan Oleh:

JURUSAN IPA TERPADUFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL IPA V

“Scientific Learning dalam Konten danKonteks Kurikulum 2013”

ii

Diterbitkan oleh : Jurusan IPA Terpadu FMIPA Unnes bekerja sama dengan CV.Swadaya Manunggal

SEMINAR NASIONAL IPA VJURUSAN IPA TERPADUUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

Tim Penyunting:

Miranita Khusniati, S.Pd, M.PdErna Noor Savitri, S.Si, M.PdAndin Vita Amalia, S.Si, M.Sc

ISBN : 978-602-70197-0-6

CETAKAN PERTAMA MEI 2014

Dicetak Oleh :CV. SWADAYA MANUNGGALJl. Kelud Raya No. 78, SemarangTelp. (024) 8411006 / Fax. (024) 8505723Email. [email protected]

Seminar Nasional IPA V tahun 2014“Scientific Learning dalam Konten dan Konteks Kurikulum 2013”

184

PEMBELAJARAN IPA MELALUI INQUIRY-BASED LIFE-CYCLE THINKING PROJECT DALAMMENGEMBANGKAN LITERASI SAINS

Putri AnjarsariProgram Studi Pendidikan IPA, FMIPA UNY, Yogyakarta 55281

Email: [email protected]

Abstrak

Kurikulum 2013 mengamanatkan untuk melakukan pembelajaran IPA melalui pendekatan ilmiah (scientificapproach) meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Salah satumodel pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan tersebut adalah pembelajaran berbasis proyek.Melalui model ini, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbingpeserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi).Berdasarkan karakteristiknya, model pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan mengangkat isu-isusosial dan alam yang berkembang (socio-scientific issue) melalui life-cycle thinking (cara berpikir siklushidup) untuk mengembangkan kemampuan literasi sains peserta didik yang berguna untuk keberlanjutanpembangunan (sustainability development). Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dan memberikangambaran khususnya bagi para pendidik dan calon pendidik IPA tentang inquiry-based life-cycle thinkingproject sebagai alternatif untuk mengembangkan literasi sains. Dalam artikel ini dikaji beberapa hal antaralain tentang pembelajaran IPA melalui inquiry-based life-cycle thinking project beserta beberapa hasilpenelitian terkait, serta implikasi model tersebut dalam pengembangan literasi sains.

Kata kunci: pembelajaran IPA, inquiry, life cycle thinking project, literasi sains.

PENDAHULUANPembelajaran IPA melalui teknik, strategi,

pendekatan, dan model pembelajaran tertentuberfungsi untuk mencapai tujuan yang diinginkansesuai dengan karakteristik teknik, strategi,pendekatan, dan model pembelajaran yangdigunakan. Tujuan pembelajaran IPA sesuaikurikulum 2013 adalah untuk mengembangkanpengetahuan, sikap, dan keterampilan pesertadidik melalui pendekatan scientific. Prosespembelajaran yang dilakukan menyentuh tigaranah agar peserta didik “tahu mengapa” (ranahsikap), “tahu apa” (ranah pengetahuan), dan“tahu bagaimana” (ranah keterampilan).

Kecenderungan pembelajaran IPA saat inisudah mulai menerapkan keterampilan prosesdan sikap. Hal ini diperkuat dengan munculnyaKompetensi Inti (KI) dalam kurikulum 2013 yangmengarahkan pendidik supaya membekalipeserta didik dengan kompetensi inti sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga

ranah tersebut diajarkan melaluipendekatan ilmiah. Sikap, pengetahuan, danketerampilan sangat penting sebagai bekalpeserta didik menghadapi tantangan abad 21yang dari tahun ke tahun semakin berat.Selain adanya tantangan abad 21, beberapapermasalahan terkait isu-isu lingkungan hidup,sosial, dan ekonomi perlu diselesaikan. Olehkarena itu, diperlukan Sumber Daya Manusia(SDM) yang handal supaya dapat memberikansolusi terhadap permasalahan tersebut, yaituSDM yang memiliki literasi sains. Literasi sainsdapat dikembangkan melalui pembelajarandengan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah dalam pembelajarandapat diajarkan melalui model pembelajaranberbasis proyek (Project Based Learning) .Project Based Learning (PjBL) tidak hanyamengajarkan kemandirian dan keterampilanberpikir tingkat tinggi, melainkan jugamembekali peserta didik untuk peduli dandapat menyelesaikan permasalahan dilingkungan sekitar. Hal itu dapat dilakukandengan cara mengkombinasikan pembelajaranberbasis proyek dengan mengangkat isu-isusosial dan alam (socio scientific issue) untuk

Seminar Nasional IPA V tahun 2014“Scientific Learning dalam Konten dan Konteks Kurikulum 2013”

185

diselesaikan melalui proyek. Isu-isu tersebutdapat diperoleh melalui cara berpikir siklushidup (life cycle thinking). Cara berpikir siklushidup adalah suatu cara berpikir siklus yangdigunakan untuk memahami sistem kompleks,hubungan antar sistem tersebut, dan dampakyang ditimbulkan sehingga dapat diambilkeputusan yang lebih baik dari segi ekonomi,lingkungan, maupun sosial. Sebagai contohpeserta didik diminta melihat siklus hidupsuatu produk tertentu dari proses produksihingga menjadi produk yang telah terpakai.Isu-isu biasanya muncul ketika produk selesaidipakai, yaitu penumpukan sampah. Melaluicara berpikir siklus tersebut peserta didikbelajar konsep IPA mengenai karakteristik zat,keterkaitan sifat bahan dan pemanfaatannyadalam kehidupan sehari-hari serta perubahanfisika dan kimia suatu produk hingga caramendaur ulang sampah produk untukdijadikan barang yang lebih bernilai tinggi.

Pembelajaran seperti yang dijelaskansebelumnya merupakan pembelajaran inquiry-based life-cycle thinking project. Pembelajaranini cocok diterapkan di dalam kurikulum 2013karena sesuai dengan pendekatan ilmiah.Selain itu, Kompetensi Dasar (KD) baru yangmuncul dalam kurikulum 2013 erat kaitannyadengan life-cycle thinking, yaitu misalnya KD3.3 kelas VIII tentang “mendeskripsikanketerkaitan sifat bahan dan pemanfaatannyadalam kehidupan sehari-hari serta pengaruhpemanfaatan tertentu terhadap kesehatanmanusia” dan KD 4.9 tentang menyajikan datadan informasi tentang proses dan produkteknologi yang tidak merusak lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Konsep Pembelajaran IPA

IPA merupakan ilmu yangmempelajari tentang alam. IPA dipandangsebagai aktivitas manusia yang menyusunalat intelektual manusia. Carin & Sund(1989) menyatakan bahwa “science is ahuman activity that has evolved as anintellectual tool to facilitate describing andordering the environment”. IPA merupakanaktivitas manusia yang berkembang sebagaialat intelektual untuk memfasilitasipenggambaran dan penataan alam.Sedangkan Neuman (1993) mendefiniskanIPA dengan menekankan pada kata ‘what’

dan ‘how’. ‘What’ menunjukkan bahwa“science is knowledge about the universe inwhich we exist–its substance and itsworkings”, sedangkan ‘How’ menunjukkan“science is the mechanisms used to helphumans construct that knowledge”. IPAmerupakan pengetahuan tentang “what”dan “How” ‘Apa’ menjelaskan IPA sebagaipengetahuan tentang alam, di dalamnyaterdapat zat-zat yang bekerja dalam suatusistem. Misalnya, atom-atom dalam suatuunsur/senyawa saling berikatan kimia.‘Bagaimana’, menjelaskan IPA sebagaimekanisme yang berguna membantumanusia untuk mengkonstruksipengetahuannya.

IPA dipandang sebagai kegiatanmempelajari alam dan body of knowledge.Chiapetta & Koballa (2010) menyatakanbahwa “science is the study of nature in anattempt to understand it and to form anorganized body of knowledge that haspredictive power and application in society”.IPA yaitu salah satu cabang daripengetahuan yang mempunyai kekuatanprediksi dan digunakan pada masyarakat.Dalam konteks ‘melek IPA’ (scientificliteracy), Chiapetta & Koballa (2010)membagi empat dimensi/fase IPA, yaitu,terdiri dari: “1) science as a way of thinking,2) science as a way of investigating, 3)science as a body of knowledge, 4) scienceand its interactions with technology andsociety.

Pembelajaran merupakan kegiatanpengembangan pengetahuan,keterampilan, dan sikap pada diri seseorangketika berinteraksi dengan informasi danlingkungan. Pembelajaran IPA berfungsimeningkatkan pemahaman mengenaihakikat IPA: produk, proses, danmengembangkan sikap ilmiah serta sadarakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatuntuk pengembangan sikap dan tindakanberupa aplikasi IPA yang positif. Hal inisejalan dengan a new taxonomy of scienceeducation yang menyatakan bahwapendidikan IPA dewasa ini mencakup limadimensi: (1) dimensi pengetahuan danpemahaman, (2) penggalian dan penemuan,(3) imaginasi dan kreativitas, (4) sikap, dan(5) penerapan.

Seminar Nasional IPA V tahun 2014“Scientific Learning dalam Konten dan Konteks Kurikulum 2013”

186

Pada kurikulum IPA tahun 2006dinyatakan bahwa pembelajaran IPAsebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah.Kegiatan inkuiri ilmiah melibatkan prosesdan sikap sains sehingga peserta didikmampu mengkonstruk ilmu pengetahuannyasendiri. Kegiatan inkuiri dimulai dengankegiatan bertanya terkait permasalahanyang diajukan, menyusun hipotesis,melakukan pengumpulan data, pengolahan,mengambil keseimpulan sertamengkomunikasikannya. Hal ini sesuaidengan pengedekatan scientific. Artinya,pendekatan scientific bukanlah merupakanhal yang baru. Penerapan dari pendekatanini dapat diintegrasikan melalui berbagaimodel, strategi, metode, dan pendekatanlainnya yang sesuai dengan karakteristikpembelajaran IPA.

.B. Inquiry-Based Life-Cycle Thinking Project

Inquiry-Based Life-Cycle ThinkingProject merupakan suatu modelpembelajaran proyek berbasis inkuiridengan menggabungkan cara berpikirsiklus (Life-Cycle Thinking) suatu produksebagai isu yang diangkat dalampembelajaran. Model pembelajaranproyek ini sesuai dengan amanahkurikulum 2013 yang menekankan padapenerapan pendekatan ilmiah atauscientific attitude. Pendekatan ilmiahdalam pembelajaran sebagaimana yangdimaksud meliputi menanya, mencoba,mengolah, menyimpulkan dan membuatjejaring (networking).

Pembelajaran berbasis inkuirimemberikan kesempatan peserta didikuntuk mempelajari IPA layaknya seorangilmuwan yang sedang mencaripengetahuan baru. Peserta didik diberikesempatan untuk merumuskanmasalah,merumuskan hipotesis, mengumpulkandata, menarik kesimpulan, serta

mengaplikasikan kesimpulan baruterhadap situasi baru. Pembelajaranberbasis inkuiri tidak hanya menekankanpada pemahaman konsep, melainkanjuga keterampilan proses peserta didik.Pembelajaran ini merupakan carapenyajian pelajaran yang banyakmelibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuan.Hal ini sesuai dengan yang dinyatakanMcBride, et al. (2004) bahwa ”teachingscience by inquiry involves teachingstudents the science process and skillsused by scientist to learn about the worldand helping the students apply these skillsinvolved with learning scientific process”.Jadi, pembelajaran berbasis inkuirimenempatkan peserta didik agar lebihbanyak belajar sendiri dalammemecahkan masalah. Peserta didikditempatkan sebagai subyek belajar, danpendidik sebagai pembimbing danfasilitator dalam proses pembelajaran.Dalam model pembelajaran proyek,proses inkuiri dimulai dengan menyajikanpertanyaan arahan dan membimbingpeserta didik dalam sebuah proyekkolaboratif.

Model pembelajaran proyekmenggunakan proyek/kegiatan sebagaiinti pembelajaran. Beberapa keuntunganyang didapatkan melalui modelpembelajaran ini diantara adalah: 1)meningkatkan kemampuan memecahkanmasalah, 2) meningkatkan kolaborasi danrefleksi, 3) melibatkan peserta didikuntuk belajar mengambil informasi danmenunjukkan pengetahuan yang dimiliki,serta mengimplementasikannya.Langkah-langkah yang dilakukan dalammenerapkan model pembelajaran proyekdisajikan pada Gambar 1.

Seminar Nasional IPA V tahun 2014“Scientific Learning dalam Konten dan Konteks Kurikulum 2013”

187

Gambar 1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis ProyekSumber: Kemdikbud (2013).

Permasalahan dalam modelpembelajaran proyek berbasis inkuiridapat diangkat melalui isu-isu terkaitlife-cycle thinking (LCT). LCT adalahsuatu cara berpikir siklus yangdigunakan untuk memahami sistemkompleks, hubungan antar sistemtersebut, dan dampak yangditimbulkan sehingga dapat diambilkeputusan yang lebih baik dari segiekonomi, lingkungan, maupun sosial.Juntunen & Aksela (2013)menyatakan bahwa “ from aneducational point of view, life-cyclethinking is a socio-scientific teachingapproach, as it is an interdiciplinaryscience issue that is complex,contradictory and relevant to the dailylives of student”. Jadi, dilihat darisudat pandang pendidikan, life-cycle

thinking (LCT) merupakan pendekatanpembelajaran sosio-scientific, karenamerupakan isu-isu interdisiplin sains yangkompleks, kontradiktif, dan relevan dengankehidupan sehari-hari siswa. Tujuan LCTadalah untuk mengurangi penggunaansumber daya dan emisi terhadap lingkunganserta meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi melalui siklus hidupnya. PendekatanLCT mengevaluasi efek suatu produkterhadap lingkungan berdasarkan siklusproduk dimulai dari proses pengambilanbahan, pemrosesan, penggunaan sampaipada tahap pengelolaan bahan yang tidakterpakai seperti digambarkan pada Gambar2.

Gambar 2. The life cycle of a productSumber: http://www.ami.ac.uk/courses/topics/0109_lct/

188

Sebagai suatu siklus, setiap tahapan dalam LC saling berhubungan dantidak terputus. Setelah produk tidak terpakai, maka tahap berikutnya adalahrecover untuk mendapatkan bahan awal lagi (raw material) yang digunakandalam proses produksi selanjutnya. Gambaran ini disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Life-Cycle ThinkingSumber:http://www.lifecycleinitiative.org/starting-life-cycle-thinking/what-is-life-

cycle-thinking/

Setiap tahapan (siklushidup) suatu produk dapatmenghasilkan dampak tertentuterhadap lingkungan, sosial,dan ekonomi baik positifmaupun negatif. Melaluipembelajaran, dampaktersebut dapat diangkatsebagai isu-isu sosial dan alamyang dapat diselesaikanmelalui pembelajaran proyek.

C. Literasi Sains Sebagai ImplikasiInquiry-Based Life-CycleThinking Project

Dalam National ScienceEducation Standards, dituliskanbahwa “scientific literacy isknowledge and understandingof scientific concepts andprocesses required for personal

decision making, participationin civic and cultural affairs, andeconomic productivity. Literasisains yaitu pengetahuan danpemahaman mengenai konsepdan proses sains yangdibutuhkan seseorang untukmembuat keputusan,berpartisipasi dalam halkenegaraan, budaya, danpertumbuhan ekonomi. Literasisains dalam PISA diartikansebagai “the capacity to usescientific knowledge, to identifyquestions and to drawevidence-based conclusions inorder to undertand and helpmake decisions about thenatural world and the changesmade it through humanactivity”. Literasi sains

189

didefinisikan sebagaikemampuan menggunakanpengetahuan sains,mengidentifikasi pertanyaan,dan menarik kesimpulanberdasarkan bukti-bukti, dalamrangka memahami danmembantu dalam membuatkeputusan berkenaan denganalam dan perubahan terhadapalam melalui aktivitas manusia.Deboer (2000) menyatakanbahwa “scientific literacy wasto provide a broadundertanding of science and ofthe rapid developing csientificenterprose whether one was tobecome a scientist or not”.Berdasarkan beberapa definisitersebut dapat disimpulkanbahwa literasi sains bukanhanya pemahaman terhadappengetahuan saja, melainkanjuga menyangkut pemahamanterhadap berbagai aspekproses sains, serta kemampuanmengaplikasikan pengetahuandan proses sains dalam situasinyata yang dihadapi pesertadidik, baik secara personal,sosial, maupun global. NationalTeacher Associationmenyatakan bahwa sesorangyang memiliki literasi sainsakan menggunakan konsepsains, keterampilan proses, dannilai dalam membuatkeputusan segari-hari ketikaberhubungan dengan oranglain atau denganlingkungannya, dan memahamiinterelasi antara sains,teknologi dan masyarakat,termasuk perkembangan sosialdan ekonomi.

Hasil studi PISA tahun2009 menunjukkan tingkat

literasi sains siswa Indonesiatidak jauh berbeda denganhasil studi tahun 2006. Tingkatliterasi saisn siswa Indonesiaberada pada peringkat 57 dari65 negara peserta dengan skoryang diperoleh 383 dan skor iniberada dibawah skor rata-ratastandar dari PISA (OECD, PISA2009 Database).

Literasi sains pentingkarena kita selalu dihadapkanpada pertanyaan-pertanyaandalam kehidupan yangmemerlukan cara berpikirilmiah dalam menerapkanpengetahuan, mengidentifikasipertanyaan, menarikkesimpulan untuk mengambilkeputusan demi kepentinganorang banyak. Negara-negaramaju sudah membangunliterasi sains sejak lama, yangpelaksanaannya terintegrasidalam pembelajaran. ASdengan “Project 2061”membangun literasi sains diAmerika Serikat melalui risetyang hasilnya digunakan untukmewujudkan literasi sainssecara konkrit dalampendidikan Amerika.

PISA (2006)menetapkan lima komponenproses sains dalam penilaianliterasi sains, yaitu: 1)mengenal pertanyaan ilmiah,2) mengidentifikasi atau buktiyang diperlukan dalampenyelidikan ilmiah, 3) menarikdan mengevaluasi kesimpulan,4) mengkomunikasikankesimpulan, dan 5)mendemonstrasikanpemahaman terhadap konsep-konsep sains.

190

Pertanyaan ilmiah yangdiselidiki adalah pertanyaanyang dapat dijawab oleh sains.Proses mengidentifikasi buktidalam penyelidikan ilmiahmelibatkan identifikasi ataupengajuan bukti yangdiperlukan untuk menjawabpertanyaan dalam suatupenyelidikan sains, atauprosedur yang digunakanuntuk memperoleh buktitersebut. Penarikan danevaluasi keseimpulanmelibatkan kemampuanmenghubungkan keseimpulandengan bukti yang mendasarikeseimpulan tersebut.Mengkomunikasikankesimpulan yaknimengungkapkan secara tepatkeseimpulan yang dapat ditarikdari bukti yang tersedia.Mendemonstrasikanpemahaman terhadap konsepsains yaitu kemampuanmenggunakan konsep-konsepdalam situasi yang berbedadari apa yang telah dipelajari.

Komponen-komponenproses sains dalam literasisains tersebut dapatdiperoleh/merupakan implikasidari pembelajaran proyekberbasis inkuri denganmengangkat isu-isu terkait life-cycle thinking (Inquiry-BasedLife-Cycle Thinking Project).Mengenal pertanyaan ilmiah,mengidentifikasi bukti, menarikkesimpulan, sertamengevaluasi danmengkomunikasikannya dapatdimunculkan melalui modelpembelajaran proyek berbasisinkuiri. Isu-isu terkait life-cyclethinking diangkat supaya selain

menguasai konsep IPA, pesertadidik juga memilikikemampuanmenerapkan/mendemonstrasikan pengetahuan yangdimilikinya untukmenyelesaikan permasalahanlingkungan, sosial dan ekonomimelalui cara berpikir siklushidup. Selain berimplikasi padaliterasi sains peserta didik,Inquiry-Based Life-CycleThinking Project juga berperandalam sustainabilitydevelopment (pembangunanberkelanjutan) yaitu untukmemecahkan permasalahanlingkungan, sosial, danekonomi demi keberlanjutanpembangunan.

Juntunen dan Akselatelah melakukan penelitianterkait life-cycle thinkingproject dengan pendekataninkuiri pada tahun 2011 dan2013 dan mendapatkankesimpulan bahwapembelajaran menggunakanmodel tersebut dapatmeningkatkan sikap terhadapsains dan literasi. Dalampenelitian tersebut, modelpembelajaran yang dilakukanuntuk tingkat SMP yaitu life-cycle of an optional productdengan tujuan untukmelakukan penyelidikan danmenganalisis siklus hidup suatuproduk melalui sebuah proyek.Pada tingkat SMA, penilitianyang dilakukan mengangkattema life-cycle of water dengantujuan agar peserta didikmelakukan penyelidikan danmenganalisis siklus air di alamdan paham teknik penjernihanair. Pada tingkat politeknik,

191

tema yang diangkat adalah life-cycle of cotton supaya pesertadidik dapat membuat danmenginformasikan dampakproduksi T-shirt padalingkungan besertakegunaannya.

I. PENUTUPSumber Daya Manusia

(SDM) yang memiliki literasi sainsdiperlukan dalam mengahadapitantangan abad 21 besertapermasalahan dan isu lingkungan,sosial, dan budaya yang muncul.Literasi sains dapat dibekalkankepada peserta didik melalui modelpembelajaran proyek berbasisinkuiri yang mengangkat isu-isuterkait life-cycle. Melaluipembelajaran ini, peserta didikmelihat objek secara keseluruhanberdasarkan tahap-tahap siklusnyakemudian menganalisis dampakpositif dan negatif yang muncul,serta memberikan alternatif solusiatas dampak yang muncul.Pembelajaran Inquiry-Based Life-Cycle Thinking Project selain dapatmengembangkan literasi sains, jugaberperan dalam sustainabilitydevelopment (pembangunanberkelanjutan) yaitu untukmemecahkan permasalahanlingkungan, sosial, dan ekonomidemi keberlanjutan pembangunan.

II. DAFTAR PUSTAKA

Carin, A.A., & Sund, R.B. (1989).Teaching modern science (3th

ed.). Ohio: A Bell & HowellCompany.

Chiapetta, E.L., & Koballa, T.R., Jr.(2010). Science instruction in

the middle and secondaryschools. Boston: PearsonEducation, Inc.

Deboer, G.E. 2000. Scientific Literacy:Another Look at Its Historicaland Contemporary Meaningand Its Relationship to ScienceEducation Reform. Journal ofResearch in Science Teaching,37, 582-601

Kemdikbud. 2013. Materi PelatihanGuru Implementasi Kurikulm2013 SMP/MTs IPA. Jakarta:Badan Pengembangan SumberDaya Manusia Pendidikan danKebudayaan dan PenjaminanMutu Pendidikan.

McBride, J. W., Bhatti, M.I., A Hannan,M.A., et al. (2004). Using aninquiry approach to teachscience to secondary schoolscience teachers [VersiElektronik]. Journals of PhysicsEducation, 39, 434-439.

Neuman, D.B. (1993). Experiencingelementary science. California:Wadsworth PublishingCompany.

NSES. (1996). National scienceeducation standards.Washington, DC: NationalAcademy Press.

http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/http://www.ami.ac.uk/courses/topics/0109_lct/http://www.lifecycleinitiative.org/starting-life-cycle-thinking/what-is-life-cycle-thinking/

Juntunen, M & Aksela, M. 2011. ExpertTeachers’teaching Models ofLife-Cycle Thinking in ChemistryInstruction-A Design Research.Ebook Proceedind: The Esera2011 Conference.

192

Juntunen, M & Aksela, M. 2013. Life-Cycle Thinking in Inquiry-BasedSustainability Education- Effectson Students’ Attitude Toward

Chemistry and EnvironmentalLiteracy. CEPS Journals. 3 (2),157-180