Budidaya Perairan Sebagai Peluang Usaha Yang Benar
-
Upload
alfian-zulfikar -
Category
Documents
-
view
53 -
download
7
description
Transcript of Budidaya Perairan Sebagai Peluang Usaha Yang Benar
TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE
1. PENDAHULUAN
Budidaya perairan atau aquaculture adalah rekayasa manusia dengan
menambahkan input dan energi untuk meningkatkan produksi organisme
akuatik yang bermanfaat dengan memanipulasi tingkat pertumbuhan,
mortalitas, dan reproduksinya. Budidaya perairan dapat pula didefinisikan
sebagai kegiatan pemeliharaan ikann dalam arti luas dimana didalamnya
diterapkan kegiatan pertanian dan peternakan.
Aspek pengelolaan tanah dan air pada kegiatan budidaya perairan
melibatkan penggunaan pupuk organik dan anorganik untuk menumbuhkan
phytoplankton, pada dasarnya sama dengan kegiatan pertanian. Sedangkan
pemeliharaan ikan seperti pemberian pakan, perawatan kesehatan ikan dan
manipulasi reproduksinya, mirip dengan kegiatan peternakan. Kegiatan
budidaya ikan ini dikatakan unik karena yang dipelihara adalah hewan
berdarah dingin dan hidup dalam media air.
Sebetulnya kegiatan budidaya perairan sudah dikenal sejak lebih
kurang 2000 tahun yang lalu, namun baru disadari pentingnya akhir-akhir ini
setelah tekanan sumberdaya lahan: terjadinya over fishing dan berkurangnya
stok ikan karena penvemaran perairan, serta kurangnya protein hewani untuk
mencukupi kebutuhan penduduk dunia yang semakin meningkat.
Ada beberapa alasan mengapa perkembangan kegiatan budidaya
perairan tidak sepesat perkembangan kegiatan pertanian, antara lain karena
keberadaan / kandungan makanan dalam danau, sungai dan laut sangat
melimpah sehingga dianggap tidak penting
untuk mempelajari cara budidayanya. Jika ditinjau dari segi usahanya,
kegiatan budidaya perairan pada saat ini bertujuan untuk:
Memproduksi makanan bagi manusia ,
Meningkatkan stok alami melalui rekrutmen buatan dan transplantasi,
Memproduksi ikan untuk kegiatan olah raga ( pancingan )
Memproduksi ikan hias,
Memproduksi umpan hidup untuk kegiatan penangkapan,
Mendaur ulang limbah organik, memproduksi ikan untuk bahan baku
pabrik pengolahan ikan atau produk perikanan lainnya ( missal
budidaya udang untuk memproduksi terasi ).
2. PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Hal-hal apa saja yang di perlukan dalam kegiatan budidaya tersebut ?
2. Bagaimana teknik budidaya ikan lele yang baik dan benar ?
3. PEMBAHASAN MASALAH
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum
melakukan budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:
3.1. Spesies dan Kondisi Lingkungan Lokasi Budidaya
Pemilihan spesies untuk budidaya dan sistem budidaya yang akan
dilakukan terngantug pada tujuan budidayanya: apakah untuk: konsumsi lokal
atau untuk eksport olah raga ( pemancingan ), umpan hidup, restocking
perairan umum, daur ulang limbah dan sebagainya. Menentukan jenis atau
spesies yang akan dipelihara dan sistem budidaya yang akan diterapkan harus
berdasarkan pendugaan tentang kebutuhan nasional akan produk budidaya.
Kondisi ekologi dan sosial ekonomi daerah juga perlu diperhatikan. Iklim,
terutama variasi temperatur dan curah hujan, kualitas air serta kondisi lokasi
yang tersedia untuk kegiatan budidaya [enting untuk diperhatikan dalam
membuat keputusan. 1
3.2. Lokasi Budidaya
Perkiraan kasar tentang lokasi yang tersedia untuk budidaya
diperlukan untuk menentukan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan.
Dalam hal ini, survei pemilihan lokasi perlu dilakukan sebelum menentukan
tempat yang akan digunakan untuk pengembangan budidaya. Informasi
tentang sumber air dan biaya untuk instalasi pengaliran air ( jika diperlukan )
sangat perlu diperhatikan.
Jika kegiatan budidaya perairan tergantung pada pemupukan atau
pakan alami, maka diperlukan data tentang ketersediaan pupuk organik dan
anorganik serta harganya. Selain itu, jika pemberian pakan buatan dalam
budidaya akan diterapkan, maka diperlukan data tentang pabrik pakan buatan
dalam negeri serta ketersediaan bahan bakunya.2
1 Rejeki, Sri, Pengantar Budidaya Perairan, ( Semarang : Universitas Diponegoro ), 2001, hal. 11.2 Ibid., hal. 11.
3.3. Estimasi Kebutuhan untuk Pasar Lokal dan Ekspor
Pada prinsipnya, data awal yang diperlukan untuk perkembangan
budidaya perairan tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Namun demikian ada beberapa data dasar yang secara umum diperlukan
untuk membuat keputusan. Estimasi total kebutuhan konsumsi domestik atau
kebutuhan eksport produk perikanan merupakan data awal untuk perencanaan
kegiatan budidaya. Data produk perikanan ini merupakan data produksi
realistis yang baik yang berasal dari hasil penangkapan maupun dari
budidaya.3
3.4. Kesukaan Konsumen
Kegiatan budidaya merupakan tantangan untuk menerapkan konsep
modern tentang market oriented product. Oleh karena itu, sebelum kegiatan
budidaya dimulai diperlukan data tentang kesukaan ( demand ) konsumen
baik di pasar local maupun internasional.
Budidaya ikan lokal yang digemari masyarakat setempat perlu
diutamakan jika tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan produksi
makanan serta meningkatkan gizi masyarakat di daerah tersebut. Oleh karena
itu, informasi tentang biologi umum ikan lokal yang akan dibudidayakan
merupakan data awal yang di perlukan dalam perencanaan.
Pemilihan lokasi pada kegiatan budidaya perairan skala industri
memegang peranan yang sangat penting, karena kegagalan kegiatan budidaya
seringkali disebabkan oleh lokasi tidak tepat peruntukannya. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi, antara lain:
1) Pasok dan kualitas air
2) Topografi dan tipe tanah
3 Ibid., hal. 12.
3) Kriteria lingkungan
4) Fasilitas penunjang ( infrastruktur ), legal aspek dan keamanan. 4)
3.5. Sumber Air
Air yang digunakan untuk pengairan ada empat, yaitu : air hujan (
precipitation ), air embun ( dew ), air permukaan ( surface water ), dan air
tanah ( ground water ). Dari keempat jenis air tersebut, hanya air permukaan
yang lazim untuk budidaya. Air permukaan selain kaya akan unsur hara,
debitnya juga tetap, seperti air sungai, air waduk, dan air danau. Air sungai
walaupun banyak mengandung unsur hara karena perjalanannya cukup
panjang, tetapi air sungai juga banyak mengandung waled ( endapan ). Waled
sangat potensial mendangkalkan kolam. Oleh karena itu, sebelum air sungai di
gunakan, lebih dahulu difilter, dengan cara mengalirkan air tersebut kedalam
bak pengendapan dan setelah beberapa hari di bak pengendapan baru air
dialirkan ke dalam kolam atau bak pemeliharaan.5
3.6. Kuantitas Air
Sumber air yang jelas dan memadai berarti memperjelas kuantitas
(jumlah) air. Sumber air dan kuantitas air dijadikan ukuran untuk memilih
wadah yang tepat untuk digunakan. Air yang dalam seperti di waduk dan
danau dapat dilakukan pemeliharaan suatu kultivan dengan menggunakan
wadah sangkar atau keramba. Sedangkan perairan yang dangkal seperti pada
saluran irigasi dan sungai dangkal sangat cocok untuk pemeliharaan ikan
sisrem keramba. Pada bagian sungai yang dekat muara yang biasanya agak
dalam cocok untuk penerapan system sangkar.
Sedangkan untuk kolam, sumber air yang cocok adalah sungai atau
saluran pengairan lainnya. Idealnya, untuk membangun kolam, air harus
4 Ibid., hal. 12.5 Ghufran, Muhammad, Budidaya Lele Keli, ( Jakarta : Asdi Mahasatya ), 2004, hal. 15.
tersedia sepanjang tahun. Sedapat mungkin air ini juga mudah di alirkan ke
kolam tanpa memerlukan alat bantu, karena bila menggunakan alat bantu
seperti pompa, tentu akan menambah biaya operasional maupun
pemeliharaan.6
3.7. Kualitas Air
Selain sumber dan kuantitas (jumlah) harus memadai, air yang
digunakan untuk pemeliharaan ikan juga harus memenuhi kebutuhan optimal
ikan. Dengan kata lain, air yang digunakan kualitasnya harus baik. Ada
beberapa faktor yang dapat dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu
perairan, sebagai berikut:
Oksigen 4-6 ppm. Pada kandungan oksigen 2 ppm lele keli masih
dapat bertahan, tetapi beberapa penyakit mudah berkembang.
Kandungan karbondioksida terlarut maksimal 25 ppm
pH air antara 6,7 – 8,6
Daya Menggabung Asam (DMA) antara 2 – 4,5
Kandungan ammonia kurang dari 0,1 ppm
Kandungan asam belerang (H2S) kurang dari 0,1 ppm
Kesadahan 3-8 Dgh
Suhu air antara 25 – 30o C
Kecerahan lebih dari 40 cm
Ketinggian 0-600 meter di atas permukaan laut.
Muatan suspensi 20-400 ppm
Tidak tercemar limbah non-organik.7
Cara Budidaya ikan lele
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:
6 Ibid., hal. 17.7 Ibid., hal. 19.
1. Pelepasan Bibit
Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan
cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati. Yang penting untuk
diperhatikan adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m2. Itu berarti kolam
berukuran 2 x 3 m (6m2) dapat diisi 3000-4500 bibit lele.
2. Pengaturan Air
Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus
dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan air mengalir dengan sistem
pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar
langsung diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk
keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2-3 hari sekali, atau sesuai
kebutuhan.
3. Pemberian Pakan
Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran. Pakan
yang diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk
mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan
alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu
kedua bibit lele mulai diberi pellet 581. Pellet ini berbentuk seperti tepung.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus
mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele
antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut
berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang
hilang.
5. Seleksi Bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang
pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah
mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau
bahkan dapat langsung dijual. Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut
Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki
keceptatan pertumbuhan yang baik.8
6. Persiapan Induk
Teknik pemijahan intensif sebaiknya dilakukan terhadap induk betina yang
telah memiliki kedewasaan optimal (umur sudah lebih dari 18 bulan) dan memiliki
ukuran yang cukup besar. Dengan teknik pemijahan ini, ikan tidak akan menjalani
pembuahan alami, tetapi pemijahan akan dilakukan secara buatan. Induk betina yang
akan dipijahkan setidaknya pernah dipijahkan selama 2 bulan terakhir. Sementara
untuk induk jantan, persyaratannya tidak berbeda dengan persyaratan induk untuk
pemijahan alami.
7. Persiapan Kolam Penetasan
Pada teknik pemijahan intensif, telur dapat ditempatkan pada kolam penetasan
seperti pada teknik konvensional dan semi-intesif. Bedanya, tidak diperlukan
kakaban atau ijuk. Ukuran kolam penetasan juga sama, yaitu sekitar 2 x 3 m, 2 x 4 m,
atau 3 x 3 m. Ketinggian kolam sekitar 60 cm, diisi air setinggi 30-40 cm.
8. Penyuntikan Induk dengan Hipofisa/HCG
Induk yang sudah memenuhi syarat segera disuntikan dengan kelenjar
hipofisa atau HCG (ovaprim). Metode penyuntikannya sama dengan metode
pemijahan konvensional. Induk yang disuntik tidak perlu yang benar-benar telah siap
memijah, karena dengan menyuntikanya menggunakan hipofisa maupun ovaprim, hal
8 http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-pendederan-i/#ixzz2HGvwMfRS
kematangan gonad akan terjadi dengan cepat sehingga induk segera siap memijah.
Setelah disuntik, induk kembali dilepaskan ke kolam induk.
9. Stripping dan Pembuahan Telur
Proses strpping pada induk betina dapat dilakukan beberapa jam setelah
penyuntikan. Selang waktu antara penyuntikan dan stripping sangat tergantung suhu
air, jika suhu air cukup hangat (30 °C), stripping dapat dilakukan 7 jam setelah
penyuntikan. Sedangkan apabila suhu air cukup dingin (20 °C), selang waktu antara
penyuntikan dan stripping sekitar 21 jam. Jika suhu terlalu rendah (<20 °C) atau
terlalu tinggi (>30 °C), penyuntikan hipofisa/ovaprim mungkin akan mengalami
kegagalan.9
10. Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas harus dipelihara di dalam kolam dengan menggunakan
air yang bersih dan dengan aerasi yang baik. Hal itu karena larva masih sangat rentan
terhadap serangan penyakit. Regulator air sebaiknya dipasang dalam kolam
pemeliharaan larva bilamana tidak ada pembaruan air. Ujung selang penyedot
regulator air ditutup dengan kain kassa untuk menghindari tersedotnya larva ke dalam
regulator.10
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari rumusan permasalahan ini adalah
sebagai berikut:
9 http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-teknik-pemijahan-intesif-bagian- 1/#ixzz2HGzvTtsM
10 http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-teknik-pemijahan-intesif-bagian-2/#ixzz2HGz5VXVa
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memulai kegiatan budidaya
perairan, antara lain :
Spesies dan kondisi lingkungan budidaya
Lokasi budidaya
Estimasi kebutuhan untuk pasar lokal dan ekspor
Kesukaan konsumen
Sumber air
Kuantitas air, dan
Kualitas air
Cara – cara budidaya ikan lele, antara lain :
Pelepasan bibit
Pengaturan air
Pemberian pakan
Pengendalian hama dan penyakit
Seleksi bibit
Persiapan induk
Persiapan kolam penetasan
Penyuntikan induk dengan Hipofisa / HCG
Stripping dan pembuahan telur, dan
Pemeliharaan larva
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran, Muhammad. 2004. Budi Daya Lele Keli. Jakarta : Asdi Mahasatya.
Rejeki, Sri. 2001. Pengantar Budidaya Perairan. Semarang : Universitas Diponegoro.
http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-pendederan-i/#ixzz2HGvwMfRS
http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-teknik-pemijahan-intesif-bagian-
1/#ixzz2HGzvTtsM
http://perikananindonesia.com/cara-budidaya-lele-teknik-pemijahan-intesif-bagian-
2/#ixzz2HGz5VXVa